T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi SDMI Pada Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah sebagai suatu lembaga atau organisasi
merupakan salah satu tempat proses pendidikan berlangsung. Dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor dalam mencapai tujuan organisasi yang
diharapkan. Dengan otonomi dan desentralisasi, diharapkan masing-masing daerah termasuk masyarakatnya akan lebih terpacu untuk mengembangkan daerah
masing-masing agar dapat bersaing. Konsekuensi yang
terjadi di bidang pendidikan yang menjadi muara adalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. (Dikti
MBS :1).
Hal yang mendasari perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari sentralistik
menjadi desentralistik adalah pertama sistem penyelenggaraan
menyebabkan
pendidikan
dilakukan
sentralistik
tingginya
ketergantungan
kepada
keputusan birokrasi. Kebijakan pusat terlalu umum
dan
tidak
akibatnya
sesuai
dengan
kehilangan
situasi
kemandirian,
sekolah,
inisiatif,
yang
dan
kreativitas yang akhirnya berdampak pada kurangnya
motivasi untuk mengembangkan dan meningkatkan
mutu
serta
tata
layanan
pendidikan
di
sekolah.
1
Adapun yang Kedua kebijakan penyelenggaraan
pendidikan
terlalu
berorientasi
pada
keluaran
pendidikan (output) dan masukan (input) sehingga
kurang
memperhatikan
proses
pendidikan.
Ketiga
peran serta masyarakat terutama orang tua peserta
didik dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang
(Dikti MBS : 1)
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah
(MPMBS),
MBS
diartikan
sebagai
model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada
sekolah
dan
mendorong
pengambilan
ke-
putusan partisipasif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional (Depdiknas, 2002:5).
Implementasi manajemen sekolah adalah model
pengelolaan sekolah yang bertolak dari kemampuan,
kesanggupan,
pemerintah
dan
atau
kebutuhan
petunjuk
sekolah
dari
lapisan
bukan
birokrasi
atasan, dengan catatan bahwa apa yang dilakukan
sekolah
harus
tetap
dalam
lingkup
kebijakan
pendidikan nasional (Depdiknas 2004). Oleh karena
hasil
yang
manajemen
sesuai
2
diharapkan
adalah
dengan
dalam
tersusunnya
rambu-rambu
pengembangan
program-program
Manajemen
Berbasis
Sekolah,
diimplementasikannya
model
manajemen
berbasis sekolah secara penuh, serta terdapat jalinan
kerjasama dengan sekolah sejenis.
Manajemen
yang
efektif
dalam
organisasi
pendidikan semakin banyak mendapatkan pengakuan
dari berbagai pihak. Sekolah yang terkelola dengan
baik, akan memberikan
pendidikan yang baik bagi
siswanya. Manajemen yang baik akan membuat sebuah
perbedaan dalam mutu sekolah dan dalam memfasilitasi proses pembelajaran dengan baik. Aspek
utama dalam manajemen sebagaimana diungkapkan
Everard dan Morris (dalam Bush & Colemon 2012:20)
adalah
”menyusun
arah,
tujuan
dan
sasaran“.
Orientasi cita-cita yang jelas merupakan pusat bagi
pendekatan-pendekatan
teoritis,
yang
mana
manajemen sekolah harus berangkat dari tujuan utama
dan disertai dengan prinsip-prinsip yang jelas dalam
bekerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 2 ayat (2) dan telah diubah dalam PP No.32
Tahun 2013
menyatakan
tentang Standar Nasional Pendidikan
bahwa
penjaminan
dan
pengendalian
mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) perlu dilakukan dalam tiga program
terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk
3
melindungi
masyarakat
agar
dapat
memperoleh
layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang
dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan.
Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin
terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan
memberdayakan
mereka
yang
dievaluasi
sehingga
menghasilkan lulusan pendidikan sesuai standar yang
ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna
sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara
nasional yang mempunyai keleluasaan dan keluwesan
dalam implementasinya. SNP harus dijadikan acuan
oleh pengelola pendidikan, dan di sisi lain menjadi
pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk
mencapai
standar
minimal
yang
ditetapkan.
Pemerintah memberikan panduan dasar pelaksanaan
akreditasi sesuai Undang-Undang Republik Indonesia
No.20
Tahun
2003,
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.(Depdiknas,2009 :1)
Salah satu program untuk penjaminan mutu
tersebut adalah dengan akreditasi. Akreditasi sekolah/
madrasah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan
suatu sekolah/madrasah berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-S/M yang
hasilnya
diwujudkan
dalam
bentuk
pengakuan
peringkat kelayakan dalam pasal 1 ayat 5 Permen no.
4
29 tahun 2005. Akreditasi merupakan penjaminan
mutu eksternal yang dilakukan oleh berbagai pihak/
institusi di luar satuan pendidikan yang secara fomal
memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan baik secara langsung/tidak
langsung (PP 32,2013 :6).
Permasalahan mutu pendidikan pada satuan
pendidikan tidak berdiri sendiri, namun terkait dalam
satu sistem yang saling berpengaruh. Mutu luaran
(output) dipengaruhi oleh mutu masukan (input) dan
mutu proses. Secara eksternal, komponen masukan
pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan pada satuan pendidikan
adalah
adanya
pencapaian
intervensi
mutu
kebijakan
satuan
SNP.
pendidikan
Proses
melalui
pemenuhan SNP tersebut meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan
tenaga
kependidikan,
standar
sarana
dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan. Pencapaian mutu
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana
dalam suatu program secara terus menerus dan
berkelanjutan merupakan upaya penjaminan mutu
satuan
pendidikan
yang
bersangkutan.(Depdiknas,
2009:9).
5
Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah
yang bermutu. Sekolah yang bermutu merupakan
kriteria ideal yang diharapkan. Kondisi sekolah saat ini
relatif masih banyak kekurangan atau kelemahan
untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan, yang menjadi tolok ukur
dalam kinerja sekolah. Sekolah yang belum memenuhi
SNP dikategorikan sebagai sekolah potensial atau
sekolah formal standar.
sekolah
saat
ini
Kesenjangan antara kondisi
dengan
kondisi
sekolah
yang
diharapkan, ini sebagai suatu persoalan yang harus
diatasi atau dirubah sesuai kriteria ideal.
Strategi
peningkatan
mutu
kinerja
sekolah
merupakan salah satu alternatif dalam pemecahan
atau
solusi
kondisi
dalam
sekolah
mengatasi
saat
ini
kesenjangan
dengan
kondisi
antara
yang
diharapkan yaitu kondisi sekolah potensial dalam
pemenuhan
SNP
meningkatkan
sekolah
dan
atau
dengan
kondisi
sekolah
mempertahankan
mengacu
pada
dalam
akreditasi
sistem
akreditasi
sekolah. Adapun salah satu upaya untuk memperbaiki
mutu melalui akreditasi sekolah ini dengan membuat
perencanaan, karena perencanaan pendidikan memiliki
posisi yang cukup strategis dalam proses pendidikan.
Perencanaan
strategis
akan
dapat
memberikan
kejelasan arah dalam pengelolaan pendidikan, agar
6
dapat efesien dan efektif. Akhirnya dapat memberikan
pendidikan yang berkualitas, maka perencanaan harus
menyeluruh,
dan
melibatkan
orang-orang
dalam
organisasi sesuai dengan kapasitas dan tanggungjawabnya. Dengan demikian yang menjadi salah satu
indikator keberhasilan proses pendidikan terletak pada
kualitas
perencanaan
yang
menyeluruh.
Dalam
perencanaan strategis diperlukan analisis faktor-faktor
strategis sekolah yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam kondisi saat, analisis
situasi
ini
yang
populer
disebut
dengan
SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
(Sallis,2011:221).
Penelitian
yang
dilakukan
terdahulu
berhu-
bungan dengan rencana strategis untuk meningkatkan
mutu
oleh Suharti (2013:109)
adalah Rencana stra-
tegis untuk meningkatkan mutu aspek input adalah (1)
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan; (2)
mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas
belajar melalui program 7K (Kebersihan, Keter-
tiban, Keindahan, Kenyamanan, dan Keke-luargaan);
(3) Memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan
yang dapat
meningkatkan kinerja; (4)
Mengembang-
kan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana
belajar;
(5)
Membentuk
mengembangkan potensi
klub-klub
siswa;
(6)
prestasi
untuk
Dibentuk Tim
7
Evaluasi Program Sekolah. Aspek proses adalah : (1)
Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi
informasi
dalam proses belajar mengajar; (2) Meng-
intensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk
siswa
yang
iman
kerjasama dengan
sekolah
untuk
dan
taqwa;
(3)
Meningkatkan
pengajar atau pelatih
mendukung
ekstra
dari luar
kurikuler;
(4)
mengintensifkan kegiatan supervisi dan monotoring
oleh kepala sekolah; (5) mengefektifkan kegiatan KKG
untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui
guru dalam PBM. Dan aspek output adalah: (1)
Membangun image positif sekolah melalui output yang
dihasilkan; (2) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan
karakter; (3) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan
kecakapan
hidup
kurikulum; (4)
sesuai
yang
tertuang
dalam
Membentuk jaringan alumni untuk
diberdayakan dalam kegiatan sekolah.
Beberapa
penelitian
yang
berkaitan
dengan
rencana strategis peningkatan mutu sekolah dengan
analisis SWOT, antara lain oleh Sumarni (2011) pada
SMP Kristen Satya Wacana, Rozari (2012) pada SMK St.
Petrus Comoro Dili. Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah dilakukan tersebut strategi yang digunakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
strategi
agresif,
atau
pada
kuadran
pertama.
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan Hariastuti,
8
(2011:6) ITATS Surabaya dalam perencanaan manajemen strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMA, hasil yang diperoleh dari Matriks QSPM
pada strategi agresif adalah (1) melaksanakan rintisan
sekolah standar program akselerasi, (2) Meningkatkan
skor rata-rata UN menjadi + 2, (3) pengadaan sarana
dan prasarana tambahan melalui program RAPBS
(Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah) yang dananya
bersumber
dari
Direktorat
Pendidikan
Menengah
Umum.
Penelitian yang dilakukan berhubungan dengan
akreditasi dalam peningkatan mutu sekolah yang
dilaksanakan oleh Suriono (2006: 83)
studi analisis
diskriptif pada SMP Harapan Mandiri Medan, sebagai
berikut :
.....Manfaat yang diterima SMP Harapan Mandiri
setelah mendapat predikat A adalah jumlah
pendaftar melebihi daya tampung, disiplin guru,
pegawai serta siswa untuk belajar meningkat,
dan semua kegiatan baik ekstra maupun intra
kurikuler
terjadwal dan terlaksana, sehingga
minat masyarakat untuk memasukkan anaknya
di SMP Harapan Mandiri meningkat. Akibatnya
ada siswa yang tidak tertampung di SMP
Harapan Mandiri Medan. Pengawas dan Kepala
sekolah masih ada yang belum memahami
tentang hakekat akreditasi, khususnya manfaat
yang diperoleh sekolah setelah akreditasi, sebagai
akibat kurangnya sosialisasi tentang akreditasi.
9
Tantangan yang dihadapi sekolah adalah tentang
mutu pendidikan, dimana salah satunya didasarkan
pada mengelola mutu sekolah melalui
akreditasi
sekolah. Berdasarkan studi dokumen di kecamatan
Tengaran kabupaten Semarang khususnya terdapat 50
sekolah SD/MI. Yang terdiri dari SD Negeri sebanyak
34 sekolah, SD swasta sebanyak 2 sekolah dan MI
sebanyak 14 sekolah. Adapun kondisi sekolah SD/MI
tahun 2010 sampai 2014
dengan akreditasi
C
sebanyak 5 sekolah, B sebanyak 25 sekolah dan A
sebanyak
20 sekolah, dalam kurun waktu empat
tahun akreditasi A meningkat sebanyak 16 sekolah,
dari 4 sekolah menjadi 20 sekolah, akreditasi B
berkurang 16 dan C meningkat menjadi B sebanyak 4
sekolah dengan perincian pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Akreditasi SD/MI Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
No.
AKREDITASI
SEKOLAH
2005-2009
2010-2014
A
B
C
JUMLAH
4
37
9
50
20
25
5
50
1
2
3
Sumber: Data sekunder, diolah
Dalam
perkembangan
akreditasi
sekolah,
khususnya di Gugus Jenderal Sudirman, kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, lembaga pendidikan
10
ini mengalami peningkatan dalam peringkat akreditasi
sekolah. Adapun dari data
akreditasi sekolah yang
mengalami peningkatan dari akreditasi C menjadi B,
adalah 2 sekolah yaitu MI Miftahul Huda
dan MI
Miftahul Ulum, dari akreditasi B ke akreditasi A yaitu
SD N Cukil 01, sedangkan sekolah yang bertahan
akreditasinya namun dari angka mengalami peningkatan, yaitu
SD N Regunung 01 semula nilai 72
meningkat menjadi 83, walaupun tetap B. SD N
Regunung 03 semula 82,18 meningkat sedikit menjadi
83, dan
begitu pula SD N Duren 03 dari 78,5
meningkat menjadi 83, dan dalam kelompok B. MI
Miftahul Islamiyah dan MI Gading tetap bertahan
akreditasi C. SD N Duren 01 pun juga bertahan nilai
dari 87 menjadi 89 dan masuk dalam akreditasi A.
seperti Tabel 1.2 berikut :
Tabel: 1.2
Akreditasi Sekolah Gugus Jenderal Sudirman
No.
SD/MI
Akreditasi I
Thn
1. SD N Cukil 01
2006
2. SD N Regunung 01
2005
3. SD N Regunung 03
2006
4. SD N Duren 01
2007
5. S D N Duren 03
2007
6. MI Miftahul Huda
2005
7. MI M Islamiyah
2005
8. MI Gading
2005
9. MI Miftahul Ulum
2055
Sumber :Data Sekunder diolah
Akreditasi II
NH
NA
Thn
NH
NA
B
B
B
A
B
C
C
C
C
77,3
72
82,18
87
78,5
-
2012
2009
2010
2012
2012
2012
2010
2009
2010
A
B
B
A
B
B
88
83
83
89
83
78
65
81
C
B
11
Dengan adanya
akreditasi sekolah
yang me-
rupakan penjaminan mutu oleh Pemerintah tentu akan
mempengaruhi terhadap prestasi siswa. Sekolah berusaha meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan hasil
studi dokumen hubungan antara akreditasi sekolah,
jumlah
siswa,
peringkat
rombongan
tingkat
belajar,
Kecamatan
pada
nilai
UN,
SD/MI
dan
Gugus
Jenderal Sudirman, tahun 2011/2012, 2012/2013, dan
2013/21014 , seperti pada Tabel 1.3.
Berdasarkan wawancara dan studi dokumen
dengan beberapa
Kepala Sekolah dan guru-guru pres-
tasi UN siswa memang belum optimal dan mengalami
penurunan, bahkan semua SD/MI
Gugus Jenderal
Sudirman masih dibawah rata-rata tingkat kecamatan
seperti dalam Tabel 1.3. Rerata tingkat gugus tahun
2012 ke 2013 naik 0,38 tetapi tahun 2013 ke 2014
turun 0,51. Sedangkan bila dibandingkan dengan
rerata tingkat kecamatan tahun 2012 dibawah 0,48
kemudian tahun 2013 hampir sama yaitu 0,47 dan
tahun 2014 semakin tinggi selisihnya yaitu 0,83.
Untuk jumlah siswa
SD/MI ada yang mengalami
peningkatan jumlah siswa dan ada yang mengalami
penurunan, namun pada tingkat gugus relatif stabil.
Persaingan untuk mendapatkan siswa semakin ketat,
dengan persaingan mutu pada SD di luar Gugus.
12
Tabel 1.3.
Daftar Akreditasi Sekolah, Jumlah Siswa, Rombel, Nilai UN, Peringkat Tingkat Kecamatan
Pada SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
A
No.
Nama Sekolah
2011/2012
S
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
2012/2013
Peringkat
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
2013/2014
Peringkat
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
Peringkat
1.
SDN Cukil 01
88
278
9
7,42
16
262
11
7,56
28
229
11
7,47
21
2.
SDN Regunung 01
83
152
6
7,36
20
157
6
7,73
19
165
6
7,07
34
3.
SDN Regunung 03
83
73
6
6,23
47
73
6
7,7
20
78
6
7,32
25
4.
SDN Duren 01
89
199
8
6,86
34
172
8
6,47
46
172
8
6,07
46
5.
SDN Duren 03
83
94
6
7,11
28
99
6
7,62
22
101
6
5,99
47
6.
MI Miftahul Huda
78
34
6
5,91
49
48
6
5,38
49
60
6
5,68
49
7.
MI Miftakhul Islamiah
71
6
6,59
42
65
6
6,94
41
65
6
7,13
32
8.
MI Gading
65
65
6
5,71
50
59
6
6,88
42
63
6
5,77
48
9.
MI Miftahul Ulum
81
64
6
7,15
26
80
6
7,46
33
83
6
6,64
43
1030
59
60,34
1015
61
63,74
1016
61
59,15
Jumlah
Rerata Gugus
6,70
7,08
6,57
Rerata Kecamatan
7,18
7,56
7,40
Selisih
0,48
0,47
0,83
Sumber: Data UPTD, SD Negeri, diolah.
13
Prestasi UN
yang diperoleh SD/MI
Gugus
Jenderal Sudirman tiga tahun terakhir belum memperoleh hasil
seperti
yang optimal. Untuk prestasi yang lain
lomba
siswa
bidang
akademik
dan
non
akademik masih perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilihat
dalam Tabel 1.4.
Tabel 1.4.
Prestasi Lomba Siswa Tingkat Kecamatan dan Kabupaten
Tahun 2012, 2013, 2014 Gugus Jenderal Sudirman
2011/2012 2012/2013
No.
Jenis lomba
Tingkat
Kec
1
2.
3.
4.
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Olimpiade Matematika
Siswa Teladan
LCC Dokcil
LCC
Cerita Bergambar
MMP
Membatik
Kriya Anyaman
Melukis Putra
Melukis Putri
Adzan
Menyanyi Putra
Bulu Tangkis Putra
BukuTangkis Putri
Voli Putra
Voli Putri
Lari Katak
SKJ
Drumband
Marching Band
Menari Putri
Calistung
Macapat
Sumber : Data SD, diolah
14
Kab
1
1
3
2
2
Tingkat
Kec
8
1
1, 2
3
2
1,3
3
3
1
1
2
1
1
3
2
3
2, 3
Kab
2013/2014
Tingkat
Kec
2
3
2
3
3
3
Kab
Kalau dilihat dari peringkat akreditasi sekolah
pada SD Negeri
tersebut pada Tabel 1.2, dengan
prestasi yang diraih oleh SD Negeri seperti pada Tabel
1.3 dan 1.4, maka bisa dikatakan bahwa SD/MI Gugus
Jenderal Sudirman memerlukan strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pendidikannya.
Terdapat kesenjangan peringkat akreditasi yang diperoleh pada SD Negeri
dengan realita prestasi yang di-
capai pada SD Negeri tersebut.
Dari kajian manajemen dan standar tersebut
terdapat kesenjangan antara kondisi sekolah dengan
kondisi ideal yang diharapkan sekolah. Kesenjangan ini
menjadi
masalah
dan
sekolah
berupaya
untuk
mengatasinya secara bertahap dan berkesinambungan
yang pada akhirnya
dapat
Nasional
Adapun
Pendidikan.
permasalahan
yang
dihadapi
memenuhi Standar
dalam
di
mengatasi
sekolah
dapat
diselesaikan di tingkat gugus, yaitu dengan membuat
rencana
strategis
yang
mengacu
pada
standar
akreditasi yang dibuat bersama-sama di tingkat gugus.
Manajemen strategis yang dilakukan di tingkat gugus
dapat membantu sekolah dalam meningkatkan atau
mempertahankan mutu melalui akreditasi sekolah.
Dengan merumuskan rencana strategi peningkatan
mutu di tingkat gugus akan memudahkan sekolah
dalam menentukan strateginya, sehingga dapat dipakai
15
oleh sekolah sebagai pegangan dan arahan dalam
mencapai
kinerja
sekolah
yang
berkualitas.
Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
SD
Negeri
di
Gugus
Jenderal
Sudirman
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas,
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan
mutu
kinerja
sekolah
melalui
akreditasi SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimana rencana strategis SD/MI Gugus
Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang dalam peningkatkan mutu kinerja
sekolah
melalui
akreditasi
berdasarkan
analisis SWOT ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas
maka yang menjadi tujuan penelitian di bawah ini
adalah :
16
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
meningkatkan
mutu
akreditasi SD/MI
kinerja
sekolah
melalui
Gugus Jenderal Sudirman Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Menentukan
rencana
meningkatkan
mutu
strategis yang tepat untuk
kinerja
sekolah
melalui
akreditasi berdasarkan analisis SWOT di SD/MI
Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Kecamatan
Tengaran
Kabupaten
Semarang.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberikan alternatif wawasan bagi penelitian
selanjutnya
mengenai
pengembangan
perencanaan
Strategy
peningkatan
untuk
strategis
atau
penerapan
mutu
melakukan
dalam
strategi
kinerja
penelitian
tahapan
memperoleh
utama
sebagai
sekolah
dan
Grand
upaya
berdasarkan
analisis SWOT.
17
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai
masukan
menerapkan
untuk
bagi
sekolah
untuk
strategi utama sebagai upaya
peningkatan
mutu
kinerja
sekolah
melalui akreditasi sekolah dengan analisis
SWOT.
2. Dapat
menjadi
masukan
untuk
lembaga
pendidikan lain dalam menerapkan strategi
utama
dalam
pengelolaan
sekolah
yang
mempunyai kesamaan dengan SD/MI yang
ada di Gugus Jenderal Sudirman.
18
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah sebagai suatu lembaga atau organisasi
merupakan salah satu tempat proses pendidikan berlangsung. Dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor dalam mencapai tujuan organisasi yang
diharapkan. Dengan otonomi dan desentralisasi, diharapkan masing-masing daerah termasuk masyarakatnya akan lebih terpacu untuk mengembangkan daerah
masing-masing agar dapat bersaing. Konsekuensi yang
terjadi di bidang pendidikan yang menjadi muara adalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. (Dikti
MBS :1).
Hal yang mendasari perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari sentralistik
menjadi desentralistik adalah pertama sistem penyelenggaraan
menyebabkan
pendidikan
dilakukan
sentralistik
tingginya
ketergantungan
kepada
keputusan birokrasi. Kebijakan pusat terlalu umum
dan
tidak
akibatnya
sesuai
dengan
kehilangan
situasi
kemandirian,
sekolah,
inisiatif,
yang
dan
kreativitas yang akhirnya berdampak pada kurangnya
motivasi untuk mengembangkan dan meningkatkan
mutu
serta
tata
layanan
pendidikan
di
sekolah.
1
Adapun yang Kedua kebijakan penyelenggaraan
pendidikan
terlalu
berorientasi
pada
keluaran
pendidikan (output) dan masukan (input) sehingga
kurang
memperhatikan
proses
pendidikan.
Ketiga
peran serta masyarakat terutama orang tua peserta
didik dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang
(Dikti MBS : 1)
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah
(MPMBS),
MBS
diartikan
sebagai
model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada
sekolah
dan
mendorong
pengambilan
ke-
putusan partisipasif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional (Depdiknas, 2002:5).
Implementasi manajemen sekolah adalah model
pengelolaan sekolah yang bertolak dari kemampuan,
kesanggupan,
pemerintah
dan
atau
kebutuhan
petunjuk
sekolah
dari
lapisan
bukan
birokrasi
atasan, dengan catatan bahwa apa yang dilakukan
sekolah
harus
tetap
dalam
lingkup
kebijakan
pendidikan nasional (Depdiknas 2004). Oleh karena
hasil
yang
manajemen
sesuai
2
diharapkan
adalah
dengan
dalam
tersusunnya
rambu-rambu
pengembangan
program-program
Manajemen
Berbasis
Sekolah,
diimplementasikannya
model
manajemen
berbasis sekolah secara penuh, serta terdapat jalinan
kerjasama dengan sekolah sejenis.
Manajemen
yang
efektif
dalam
organisasi
pendidikan semakin banyak mendapatkan pengakuan
dari berbagai pihak. Sekolah yang terkelola dengan
baik, akan memberikan
pendidikan yang baik bagi
siswanya. Manajemen yang baik akan membuat sebuah
perbedaan dalam mutu sekolah dan dalam memfasilitasi proses pembelajaran dengan baik. Aspek
utama dalam manajemen sebagaimana diungkapkan
Everard dan Morris (dalam Bush & Colemon 2012:20)
adalah
”menyusun
arah,
tujuan
dan
sasaran“.
Orientasi cita-cita yang jelas merupakan pusat bagi
pendekatan-pendekatan
teoritis,
yang
mana
manajemen sekolah harus berangkat dari tujuan utama
dan disertai dengan prinsip-prinsip yang jelas dalam
bekerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 2 ayat (2) dan telah diubah dalam PP No.32
Tahun 2013
menyatakan
tentang Standar Nasional Pendidikan
bahwa
penjaminan
dan
pengendalian
mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) perlu dilakukan dalam tiga program
terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk
3
melindungi
masyarakat
agar
dapat
memperoleh
layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang
dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan.
Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin
terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan
memberdayakan
mereka
yang
dievaluasi
sehingga
menghasilkan lulusan pendidikan sesuai standar yang
ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna
sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara
nasional yang mempunyai keleluasaan dan keluwesan
dalam implementasinya. SNP harus dijadikan acuan
oleh pengelola pendidikan, dan di sisi lain menjadi
pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk
mencapai
standar
minimal
yang
ditetapkan.
Pemerintah memberikan panduan dasar pelaksanaan
akreditasi sesuai Undang-Undang Republik Indonesia
No.20
Tahun
2003,
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.(Depdiknas,2009 :1)
Salah satu program untuk penjaminan mutu
tersebut adalah dengan akreditasi. Akreditasi sekolah/
madrasah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan
suatu sekolah/madrasah berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-S/M yang
hasilnya
diwujudkan
dalam
bentuk
pengakuan
peringkat kelayakan dalam pasal 1 ayat 5 Permen no.
4
29 tahun 2005. Akreditasi merupakan penjaminan
mutu eksternal yang dilakukan oleh berbagai pihak/
institusi di luar satuan pendidikan yang secara fomal
memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan baik secara langsung/tidak
langsung (PP 32,2013 :6).
Permasalahan mutu pendidikan pada satuan
pendidikan tidak berdiri sendiri, namun terkait dalam
satu sistem yang saling berpengaruh. Mutu luaran
(output) dipengaruhi oleh mutu masukan (input) dan
mutu proses. Secara eksternal, komponen masukan
pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan pada satuan pendidikan
adalah
adanya
pencapaian
intervensi
mutu
kebijakan
satuan
SNP.
pendidikan
Proses
melalui
pemenuhan SNP tersebut meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan
tenaga
kependidikan,
standar
sarana
dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan. Pencapaian mutu
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana
dalam suatu program secara terus menerus dan
berkelanjutan merupakan upaya penjaminan mutu
satuan
pendidikan
yang
bersangkutan.(Depdiknas,
2009:9).
5
Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah
yang bermutu. Sekolah yang bermutu merupakan
kriteria ideal yang diharapkan. Kondisi sekolah saat ini
relatif masih banyak kekurangan atau kelemahan
untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan, yang menjadi tolok ukur
dalam kinerja sekolah. Sekolah yang belum memenuhi
SNP dikategorikan sebagai sekolah potensial atau
sekolah formal standar.
sekolah
saat
ini
Kesenjangan antara kondisi
dengan
kondisi
sekolah
yang
diharapkan, ini sebagai suatu persoalan yang harus
diatasi atau dirubah sesuai kriteria ideal.
Strategi
peningkatan
mutu
kinerja
sekolah
merupakan salah satu alternatif dalam pemecahan
atau
solusi
kondisi
dalam
sekolah
mengatasi
saat
ini
kesenjangan
dengan
kondisi
antara
yang
diharapkan yaitu kondisi sekolah potensial dalam
pemenuhan
SNP
meningkatkan
sekolah
dan
atau
dengan
kondisi
sekolah
mempertahankan
mengacu
pada
dalam
akreditasi
sistem
akreditasi
sekolah. Adapun salah satu upaya untuk memperbaiki
mutu melalui akreditasi sekolah ini dengan membuat
perencanaan, karena perencanaan pendidikan memiliki
posisi yang cukup strategis dalam proses pendidikan.
Perencanaan
strategis
akan
dapat
memberikan
kejelasan arah dalam pengelolaan pendidikan, agar
6
dapat efesien dan efektif. Akhirnya dapat memberikan
pendidikan yang berkualitas, maka perencanaan harus
menyeluruh,
dan
melibatkan
orang-orang
dalam
organisasi sesuai dengan kapasitas dan tanggungjawabnya. Dengan demikian yang menjadi salah satu
indikator keberhasilan proses pendidikan terletak pada
kualitas
perencanaan
yang
menyeluruh.
Dalam
perencanaan strategis diperlukan analisis faktor-faktor
strategis sekolah yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam kondisi saat, analisis
situasi
ini
yang
populer
disebut
dengan
SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
(Sallis,2011:221).
Penelitian
yang
dilakukan
terdahulu
berhu-
bungan dengan rencana strategis untuk meningkatkan
mutu
oleh Suharti (2013:109)
adalah Rencana stra-
tegis untuk meningkatkan mutu aspek input adalah (1)
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan; (2)
mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas
belajar melalui program 7K (Kebersihan, Keter-
tiban, Keindahan, Kenyamanan, dan Keke-luargaan);
(3) Memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan
yang dapat
meningkatkan kinerja; (4)
Mengembang-
kan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana
belajar;
(5)
Membentuk
mengembangkan potensi
klub-klub
siswa;
(6)
prestasi
untuk
Dibentuk Tim
7
Evaluasi Program Sekolah. Aspek proses adalah : (1)
Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi
informasi
dalam proses belajar mengajar; (2) Meng-
intensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk
siswa
yang
iman
kerjasama dengan
sekolah
untuk
dan
taqwa;
(3)
Meningkatkan
pengajar atau pelatih
mendukung
ekstra
dari luar
kurikuler;
(4)
mengintensifkan kegiatan supervisi dan monotoring
oleh kepala sekolah; (5) mengefektifkan kegiatan KKG
untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui
guru dalam PBM. Dan aspek output adalah: (1)
Membangun image positif sekolah melalui output yang
dihasilkan; (2) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan
karakter; (3) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan
kecakapan
hidup
kurikulum; (4)
sesuai
yang
tertuang
dalam
Membentuk jaringan alumni untuk
diberdayakan dalam kegiatan sekolah.
Beberapa
penelitian
yang
berkaitan
dengan
rencana strategis peningkatan mutu sekolah dengan
analisis SWOT, antara lain oleh Sumarni (2011) pada
SMP Kristen Satya Wacana, Rozari (2012) pada SMK St.
Petrus Comoro Dili. Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah dilakukan tersebut strategi yang digunakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
strategi
agresif,
atau
pada
kuadran
pertama.
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan Hariastuti,
8
(2011:6) ITATS Surabaya dalam perencanaan manajemen strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMA, hasil yang diperoleh dari Matriks QSPM
pada strategi agresif adalah (1) melaksanakan rintisan
sekolah standar program akselerasi, (2) Meningkatkan
skor rata-rata UN menjadi + 2, (3) pengadaan sarana
dan prasarana tambahan melalui program RAPBS
(Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah) yang dananya
bersumber
dari
Direktorat
Pendidikan
Menengah
Umum.
Penelitian yang dilakukan berhubungan dengan
akreditasi dalam peningkatan mutu sekolah yang
dilaksanakan oleh Suriono (2006: 83)
studi analisis
diskriptif pada SMP Harapan Mandiri Medan, sebagai
berikut :
.....Manfaat yang diterima SMP Harapan Mandiri
setelah mendapat predikat A adalah jumlah
pendaftar melebihi daya tampung, disiplin guru,
pegawai serta siswa untuk belajar meningkat,
dan semua kegiatan baik ekstra maupun intra
kurikuler
terjadwal dan terlaksana, sehingga
minat masyarakat untuk memasukkan anaknya
di SMP Harapan Mandiri meningkat. Akibatnya
ada siswa yang tidak tertampung di SMP
Harapan Mandiri Medan. Pengawas dan Kepala
sekolah masih ada yang belum memahami
tentang hakekat akreditasi, khususnya manfaat
yang diperoleh sekolah setelah akreditasi, sebagai
akibat kurangnya sosialisasi tentang akreditasi.
9
Tantangan yang dihadapi sekolah adalah tentang
mutu pendidikan, dimana salah satunya didasarkan
pada mengelola mutu sekolah melalui
akreditasi
sekolah. Berdasarkan studi dokumen di kecamatan
Tengaran kabupaten Semarang khususnya terdapat 50
sekolah SD/MI. Yang terdiri dari SD Negeri sebanyak
34 sekolah, SD swasta sebanyak 2 sekolah dan MI
sebanyak 14 sekolah. Adapun kondisi sekolah SD/MI
tahun 2010 sampai 2014
dengan akreditasi
C
sebanyak 5 sekolah, B sebanyak 25 sekolah dan A
sebanyak
20 sekolah, dalam kurun waktu empat
tahun akreditasi A meningkat sebanyak 16 sekolah,
dari 4 sekolah menjadi 20 sekolah, akreditasi B
berkurang 16 dan C meningkat menjadi B sebanyak 4
sekolah dengan perincian pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Akreditasi SD/MI Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
No.
AKREDITASI
SEKOLAH
2005-2009
2010-2014
A
B
C
JUMLAH
4
37
9
50
20
25
5
50
1
2
3
Sumber: Data sekunder, diolah
Dalam
perkembangan
akreditasi
sekolah,
khususnya di Gugus Jenderal Sudirman, kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, lembaga pendidikan
10
ini mengalami peningkatan dalam peringkat akreditasi
sekolah. Adapun dari data
akreditasi sekolah yang
mengalami peningkatan dari akreditasi C menjadi B,
adalah 2 sekolah yaitu MI Miftahul Huda
dan MI
Miftahul Ulum, dari akreditasi B ke akreditasi A yaitu
SD N Cukil 01, sedangkan sekolah yang bertahan
akreditasinya namun dari angka mengalami peningkatan, yaitu
SD N Regunung 01 semula nilai 72
meningkat menjadi 83, walaupun tetap B. SD N
Regunung 03 semula 82,18 meningkat sedikit menjadi
83, dan
begitu pula SD N Duren 03 dari 78,5
meningkat menjadi 83, dan dalam kelompok B. MI
Miftahul Islamiyah dan MI Gading tetap bertahan
akreditasi C. SD N Duren 01 pun juga bertahan nilai
dari 87 menjadi 89 dan masuk dalam akreditasi A.
seperti Tabel 1.2 berikut :
Tabel: 1.2
Akreditasi Sekolah Gugus Jenderal Sudirman
No.
SD/MI
Akreditasi I
Thn
1. SD N Cukil 01
2006
2. SD N Regunung 01
2005
3. SD N Regunung 03
2006
4. SD N Duren 01
2007
5. S D N Duren 03
2007
6. MI Miftahul Huda
2005
7. MI M Islamiyah
2005
8. MI Gading
2005
9. MI Miftahul Ulum
2055
Sumber :Data Sekunder diolah
Akreditasi II
NH
NA
Thn
NH
NA
B
B
B
A
B
C
C
C
C
77,3
72
82,18
87
78,5
-
2012
2009
2010
2012
2012
2012
2010
2009
2010
A
B
B
A
B
B
88
83
83
89
83
78
65
81
C
B
11
Dengan adanya
akreditasi sekolah
yang me-
rupakan penjaminan mutu oleh Pemerintah tentu akan
mempengaruhi terhadap prestasi siswa. Sekolah berusaha meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan hasil
studi dokumen hubungan antara akreditasi sekolah,
jumlah
siswa,
peringkat
rombongan
tingkat
belajar,
Kecamatan
pada
nilai
UN,
SD/MI
dan
Gugus
Jenderal Sudirman, tahun 2011/2012, 2012/2013, dan
2013/21014 , seperti pada Tabel 1.3.
Berdasarkan wawancara dan studi dokumen
dengan beberapa
Kepala Sekolah dan guru-guru pres-
tasi UN siswa memang belum optimal dan mengalami
penurunan, bahkan semua SD/MI
Gugus Jenderal
Sudirman masih dibawah rata-rata tingkat kecamatan
seperti dalam Tabel 1.3. Rerata tingkat gugus tahun
2012 ke 2013 naik 0,38 tetapi tahun 2013 ke 2014
turun 0,51. Sedangkan bila dibandingkan dengan
rerata tingkat kecamatan tahun 2012 dibawah 0,48
kemudian tahun 2013 hampir sama yaitu 0,47 dan
tahun 2014 semakin tinggi selisihnya yaitu 0,83.
Untuk jumlah siswa
SD/MI ada yang mengalami
peningkatan jumlah siswa dan ada yang mengalami
penurunan, namun pada tingkat gugus relatif stabil.
Persaingan untuk mendapatkan siswa semakin ketat,
dengan persaingan mutu pada SD di luar Gugus.
12
Tabel 1.3.
Daftar Akreditasi Sekolah, Jumlah Siswa, Rombel, Nilai UN, Peringkat Tingkat Kecamatan
Pada SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
A
No.
Nama Sekolah
2011/2012
S
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
2012/2013
Peringkat
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
2013/2014
Peringkat
Jumlah
R
Siswa
Rombel
UN
Peringkat
1.
SDN Cukil 01
88
278
9
7,42
16
262
11
7,56
28
229
11
7,47
21
2.
SDN Regunung 01
83
152
6
7,36
20
157
6
7,73
19
165
6
7,07
34
3.
SDN Regunung 03
83
73
6
6,23
47
73
6
7,7
20
78
6
7,32
25
4.
SDN Duren 01
89
199
8
6,86
34
172
8
6,47
46
172
8
6,07
46
5.
SDN Duren 03
83
94
6
7,11
28
99
6
7,62
22
101
6
5,99
47
6.
MI Miftahul Huda
78
34
6
5,91
49
48
6
5,38
49
60
6
5,68
49
7.
MI Miftakhul Islamiah
71
6
6,59
42
65
6
6,94
41
65
6
7,13
32
8.
MI Gading
65
65
6
5,71
50
59
6
6,88
42
63
6
5,77
48
9.
MI Miftahul Ulum
81
64
6
7,15
26
80
6
7,46
33
83
6
6,64
43
1030
59
60,34
1015
61
63,74
1016
61
59,15
Jumlah
Rerata Gugus
6,70
7,08
6,57
Rerata Kecamatan
7,18
7,56
7,40
Selisih
0,48
0,47
0,83
Sumber: Data UPTD, SD Negeri, diolah.
13
Prestasi UN
yang diperoleh SD/MI
Gugus
Jenderal Sudirman tiga tahun terakhir belum memperoleh hasil
seperti
yang optimal. Untuk prestasi yang lain
lomba
siswa
bidang
akademik
dan
non
akademik masih perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilihat
dalam Tabel 1.4.
Tabel 1.4.
Prestasi Lomba Siswa Tingkat Kecamatan dan Kabupaten
Tahun 2012, 2013, 2014 Gugus Jenderal Sudirman
2011/2012 2012/2013
No.
Jenis lomba
Tingkat
Kec
1
2.
3.
4.
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Olimpiade Matematika
Siswa Teladan
LCC Dokcil
LCC
Cerita Bergambar
MMP
Membatik
Kriya Anyaman
Melukis Putra
Melukis Putri
Adzan
Menyanyi Putra
Bulu Tangkis Putra
BukuTangkis Putri
Voli Putra
Voli Putri
Lari Katak
SKJ
Drumband
Marching Band
Menari Putri
Calistung
Macapat
Sumber : Data SD, diolah
14
Kab
1
1
3
2
2
Tingkat
Kec
8
1
1, 2
3
2
1,3
3
3
1
1
2
1
1
3
2
3
2, 3
Kab
2013/2014
Tingkat
Kec
2
3
2
3
3
3
Kab
Kalau dilihat dari peringkat akreditasi sekolah
pada SD Negeri
tersebut pada Tabel 1.2, dengan
prestasi yang diraih oleh SD Negeri seperti pada Tabel
1.3 dan 1.4, maka bisa dikatakan bahwa SD/MI Gugus
Jenderal Sudirman memerlukan strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pendidikannya.
Terdapat kesenjangan peringkat akreditasi yang diperoleh pada SD Negeri
dengan realita prestasi yang di-
capai pada SD Negeri tersebut.
Dari kajian manajemen dan standar tersebut
terdapat kesenjangan antara kondisi sekolah dengan
kondisi ideal yang diharapkan sekolah. Kesenjangan ini
menjadi
masalah
dan
sekolah
berupaya
untuk
mengatasinya secara bertahap dan berkesinambungan
yang pada akhirnya
dapat
Nasional
Adapun
Pendidikan.
permasalahan
yang
dihadapi
memenuhi Standar
dalam
di
mengatasi
sekolah
dapat
diselesaikan di tingkat gugus, yaitu dengan membuat
rencana
strategis
yang
mengacu
pada
standar
akreditasi yang dibuat bersama-sama di tingkat gugus.
Manajemen strategis yang dilakukan di tingkat gugus
dapat membantu sekolah dalam meningkatkan atau
mempertahankan mutu melalui akreditasi sekolah.
Dengan merumuskan rencana strategi peningkatan
mutu di tingkat gugus akan memudahkan sekolah
dalam menentukan strateginya, sehingga dapat dipakai
15
oleh sekolah sebagai pegangan dan arahan dalam
mencapai
kinerja
sekolah
yang
berkualitas.
Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
SD
Negeri
di
Gugus
Jenderal
Sudirman
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas,
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan
mutu
kinerja
sekolah
melalui
akreditasi SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimana rencana strategis SD/MI Gugus
Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang dalam peningkatkan mutu kinerja
sekolah
melalui
akreditasi
berdasarkan
analisis SWOT ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas
maka yang menjadi tujuan penelitian di bawah ini
adalah :
16
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
meningkatkan
mutu
akreditasi SD/MI
kinerja
sekolah
melalui
Gugus Jenderal Sudirman Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Menentukan
rencana
meningkatkan
mutu
strategis yang tepat untuk
kinerja
sekolah
melalui
akreditasi berdasarkan analisis SWOT di SD/MI
Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Kecamatan
Tengaran
Kabupaten
Semarang.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberikan alternatif wawasan bagi penelitian
selanjutnya
mengenai
pengembangan
perencanaan
Strategy
peningkatan
untuk
strategis
atau
penerapan
mutu
melakukan
dalam
strategi
kinerja
penelitian
tahapan
memperoleh
utama
sebagai
sekolah
dan
Grand
upaya
berdasarkan
analisis SWOT.
17
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai
masukan
menerapkan
untuk
bagi
sekolah
untuk
strategi utama sebagai upaya
peningkatan
mutu
kinerja
sekolah
melalui akreditasi sekolah dengan analisis
SWOT.
2. Dapat
menjadi
masukan
untuk
lembaga
pendidikan lain dalam menerapkan strategi
utama
dalam
pengelolaan
sekolah
yang
mempunyai kesamaan dengan SD/MI yang
ada di Gugus Jenderal Sudirman.
18