2014 ELSAM WD Penapisan PemblokiranKontenInternet

Penapisan dan pemblokiran
konten internet, bolehkah?
Oleh: Wahyudi Dj afar

Penel i t i Lembaga St udi dan Advokasi Masyar akat (ELSAM)

Perlindungan HAM dalam berint ernet
• Resolusi 20/ 8 yang dikeluarkan oleh Dewan HAM PBB pada 29 Juni
2012, menegaskan bahwa hak yang dimiliki set iap orang saat
of f l i ne, j uga diberikan perlindungan yang sama saat mereka
onl i ne. Perlindungan ini khususnya yang t erkait dengan hak at as
kebebasan berekspresi, yang berlaku t anpa melihat bat asan at au
sarana media yang dipilih. Hal ini sebagaimana meruj uk pada
ket ent uan Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Pasal
19 Kovenan Int ernasional Hak Sipil dan Polit ik.

Cakupan perlindungan kebebasan berekspresi
• “ . . . semua bent uk ekspr esi dan car a penyebar annya, t er masuk di
dal amnya bent uk l i san, t ul i san dan bahasa si mbol ser t a ekspr esi
non-ver bal semacam gambar dan bent uk-bent uk seni . Al at
ekspr esi t er masuk buku, sur at kabar, pamf l et , post er, banner,

pakai an ser t a submi si hukum. Dal am hal i ni j uga t er masuk semua
bent uk audi o vi sual j uga ekspr esi el ekt r oni k dan bent uk-bent uk
i nt er net . . . ” (CCPR/ C/ GC/ 34).

Apakah kebebasan berekspresi bisa dibat asi?
Diatur melalui UU
Dalam suatu masyarakat yang demokratis
Ketertiban umum
Kesehatan publik
Moral publik
Keamanan nasional
Keamanan publik
Hak dan reputasi pihak lain

Selain l awf ul ness, pembat asan j uga harus . . .

Untuk suatu
tuj uan yang sah
(legitimate aim)


Ada kebutuhan
yang mendesak
( necessit y )

Dilakukan secara
proporsional
dengan
kebutuhan
tersebut
( proport ionalit y )

Hak tertentu
hanya
diperbolehkan
dibatasi berdasar
klausul pembatas
pada hak
tersebut

Prakt ik penapisan dan pemblokiran

• Penapisan kont en int ernet adalah ist ilah yang mengacu pada
t eknik kont rol yang dikenakan kepada akses inf ormasi di int ernet .
Teknik ini dapat dibagi menj adi dua t eknik yang t erpisah: (i)
t eknik alamat ; dan (ii) t eknik analisis isi. Tindakan ini dilakukan
dengan maksud agar kont en-kont en t erlarang t ak dapat diakses
oleh publik (Deibert and Villeneuve, 2004).

Dimensi penapisan kont en int ernet
(Faris and Villeneuve, 2008)
Penapisan/ Pemblokiran Konten Internet
Politik
Dimaksudkan
unt uk
membat asi
penyebaran kont enkont en
yang
bermuat an
polit ik
yang
dikhawat irkan

bisa
mengancam
kekuasaan
pemerint ah di suat u
negara,
umumnya
dit erapkan di negaranegara ot orit er.

Sosial
Dit uj ukan
unt uk
mencegah
penyebaran
kont en
int ernet
yang
dikhawat irkan
menimbulkan
keresahan
sosial,

t erut ama
karena
berbent uran dengan
norma-norma sosial,
norma agama, dan
moralit as publik dari
kelompok mayorit as
di suat u negara.

Keamanan/ konflik
Bert uj uan
unt uk
mencegah serangan
t erhadap keamanan
nasional
suat u
negara,
dan
j uga
keamanan pengguna

int ernet
secara
individual (t ermasuk
di
dalamnya
radikalisme
dan
t erorisme).

Ekonomi
Bermaksud
unt uk
melindungi
kepent ingan ekonomi
suat u negara at au
indust ri.
Alasan
ut ama
melakukan
penapisan

adalah
unt uk melindungi hak
cipt a kont en di dunia
maya.

Kat egori penapisan kont en int ernet
(Deibert , 2009: 324-325)
• Penapisan t erbuka (inklusi): model penapisan ini mengij inkan
pengguna unt uk mengakses daf t ar pendek sit us yang diset uj ui,
dikenal sebagai ‘ daf t ar put ih’ , sedangkan kont en lainnya diblokir.

• Penapisan dengan pengecualian: model ini membat asi akses
pengguna dengan memblokir sit us yang t erdaf t ar pada ‘ daf t ar
hit am’ , sedangkan semua kont en lainnya diij inkan.

• Analisis isi: model ini membat asi akses pengguna dengan
melakukan analisis secara dinamis t erhadap kont en laman sit us
dan memblokir sit us-sit us yang mengandung kat a kunci, graf is at au
krit eria t ert ent u lainnya dilarang.


Mekanisme penapisan kont en int ernet
(Murdoch and Anderson, 2008)
a. Mekanisme Header TCP/ IP Fi l t er i ng
b. Mekanisme Cont ent TCP/ IP Fi l t er i ng
c. Mekanisme DNS Tamper i ng
d. Mekanisme HTTP Pr oxy Fi l t er i ng
e. Mekansime Hybr i d TCP/ IP dan HTTP Pr oxy
f.

Mekanisme Deni al -of -Ser vi ce (DoS)

g. Mekanisme Domai n Der egi st r at i on
h. Mekanisme Ser ver Take Down
i.

Mekanisme Sur vei l l ance

j.

Mekanisme Soci al Techni ques


Apakah penapisan melanggar hak asasi?
• Per t ama, kondisi khusus yang membenarkan pemblokiran t idak t erdapat

dalam hukum, at au diat ur oleh hukum namun pengat urannya sangat luas
dan t idak langsung, sehingga menyebabkan pemblokiran kont en secara
luas dan semena-mena;
• Kedua, pemblokiran t idak dilakukan unt uk memenuhi t uj uan yang
dij elaskan Pasal 19 ayat (3) ICCPR, dan daf t ar pemblokiran secara umum
dirahasiakan sehingga sulit unt uk dit ent ukan apakah akses ke kont en
yang dibat asi t ersebut dilakukan demi t uj uan yang benar;
• Ket i ga, bahkan ket ika pembenaran t erhadap pemblokiran dilakukan,
t indakan pemblokiran t elah mencipt akan alat -alat yang t idak perlu dan
t idak sesuai unt uk mencapai t uj uan karena t indakan t ersebut sering
t idak mempunyai t uj uan yang cukup unt uk dilakukan dan menyebabkan
kont en t idak bisa diakses karena dianggap ilegal; dan
• Keempat , pemblokiran dan penyaringan dilakukan t anpa adanya
int ervensi at au kemungkinan penguj ian kembali oleh sebuah pengadilan
at au badan independen


Lalu, apakah penapisan bisa dilakukan?
• inf ormasi yang mengandung muat an pornograf i anak (unt uk





menj aga hak-hak anak),
penyebaran kebencian (unt uk melindungi hak-hak komunit as yang
t erpengaruh oleh hal it u),
pencemaran nama baik (unt uk menj aga hak dan reput asi orang
lain dari serangan pihak-pihak yang t idak bert anggungj awab),
hasut an publik unt uk melakukan genosida (unt uk melindungi hakhak orang lain), dan
advokasi nasional t erhadap ras at au agama yang bisa memicu
hasut an diskriminasi, kekerasan at au permusuhan (unt uk menj aga
hak-hak orang lain, sepert i hak unt uk hidup).

Perlunya uj i kumulat if ket ika akan melakukan
penapisan (Rundle and Birdling, 2008)
• Penapisan t ersebut harus diat ur oleh hukum, yang j elas dan dapat diakses









oleh semua orang (prinsip-prinsip predikt abilit as dan t ransparansi)
Tuj uan dari dilakukannya penapisan
Pernyat aan yang harus dilakukan (t indakan hukum t erhadap . . . )
Penj elasan khusus mengenai cara penapisan yang akan dilakukan
Penapisan t ersebut harus memenuhi salah sat u t uj uan yang diat ur pada
Pasal 19 ayat (3) ICCPR
Proses ini dimaksudkan unt uk memberikan inf ormasi kepada publik
mengenai permasalahan yang sedang t erj adi dan solusinya (membant u
memast ikan bahwa hukum t idak dit erapkan dengan sewenang-wenang dan
negara menyediakan mekanisme pemulihannya).
diaplikasikan oleh badan yang independen, bebas dari pengaruh polit ik,
komersial at au pihak yang t idak berwenang. Harus ada perlindungan unt uk
menghadapi penyalahgunaan t ermasuk kemungkinan t erhadap komplain dan
pemulihan at as t indakan penapisan yang disalahgunakan.

Kont en yang dilarang di Indonesia (UU ITE)
i.

kont en yang dianggap melanggar kesusilaan;

ii. kont en yang mengandung muat an perj udian;
iii. kont en yang memuat unsur penghinaan dan/ at au pencemaran
nama baik;
iv. kont en yang mengandung unsur pemerasan dan/ at au
pengancaman;
v.

kont en yang menyebarkan berit a bohong sehingga menimbulkan
kerugian konsumen;

vi. kont en yang menimbulkan kebencian berdasar SARA; dan
vii. kont en yang mengandung muat an ancaman kekerasan.

Wewenang penapisan kont en int ernet
• unt uk memut us j aringan pembuat an dan mencegah
penyebarluasan produk pornograf i, pemerint ah dapat melakukan
pemblokiran pornograf i melalui int ernet (Pasal 18 dan 19 UU No.
44 Tahun 2008 t ent ang Pornograf i).

• t indakan pembat asan dan pengawasan kont en int ernet di
Indonesia, dilakukan pemerint ah dengan maksud unt uk melindungi
kepent ingan umum dari segala j enis gangguan penyalahgunaan
inf ormasi dan t ransaksi elekt ronik yang mengganggu ket ert iban
umum (Pasal 40 ayat (2) UU Inf ormasi dan Transaksi Elekt ronik).

Masalahnya hari ini . . .
• Hukum yang belum secara det ail dan rigid mengat ur mengenai
t indakan penapisan kont en int ernet (siapa yang berwenang dan
kat egori kont en apa saj a).

• Tiadanya hukum acara (prosedur) yang j elas unt uk melakukan
penapisan kont en, t ermasuk mekanisme komplain dan
pemulihannya.

• Belum adanya badan independen (bebas dari pengaruh pihak
manapun), yang diberikan wewenang melakukan penapisan.

• Tapi ingat , hukum saj a t idak cukup unt uk mengat ur, int ernet harus
senant iasa t ersedia mekanisme lain di luar hukum ( soci al
t echni ques)