1 PENDAHULUAN

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Greenhouse atau rumah tanaman merupakan lingkungan tumbuh tanaman
yang dirancang agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Di dalam greenhouse
tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti
kecepatan angin yang tinggi, curah hujan yang terlalu tinggi, serta serangan
serangga. Di dalam greenhouse, parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu cahaya matahari, suhu udara,
kelembapan udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi
karbondioksida dapat dikendalikan dengan lebih mudah (Suhardiyanto 2009).
Struktur greenhouse berinteraksi dengan parameter iklim di lingkungan
greenhouse dan menciptakan iklim mikro di dalamnya yang berbeda dengan
parameter iklim di sekitar greenhouse dimana suhu udara di dalam greenhouse
cenderung lebih tinggi dibanding suhu udara di luar greenhouse. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman di dalam greenhouse. Untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan metode-metode penurunan suhu di dalam greenhouse salah
satunya adalah zone cooling. Zone cooling adalah penurunan suhu yang dilakukan
pada daerah terbatas disekitar tanaman. Salah satu cara yang dilakukan dalam
metode zone cooling adalah pendinginan larutan nutrisi. Pendinginan larutan

nutrisi bertujuan untuk menjaga suhu daerah perakaran tanaman cukup rendah
walaupun suhu udara tinggi pada siang hari (Suhardiyanto 2009).
Pendinginan larutan nutrisi ini bertujuan untuk mendinginkan daerah
perakaran tanaman. Pendinginannya bisa dilakukan dengan mendinginkan larutan
nutrisi secara langsung menggunakan unit pendingin atau dengan cara
mengalirkan air yang didinginkan lalu dialirkan melalui pipa sehingga terjadi
pindah panas dengan larutan nutrisi. Sistem pendinginan larutan nutrisi secara
langsung memang lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan sistem
pendinginan dengan mengalirkan air dingin melalui pipa ke larutan nutrisi.
Namun mengingat bahwa larutan nutrisi mengandung unsur-unsur kimia yang
bisa menyebabkan terjadinya korosif pada unit pendingin, pembekuan larutan
nutrisi, dan kendala lainnya. Untuk itu perlu dilakukan analisis efektivitas dari
kedua sistem pendinginan daerah perakaran ini.
Tomat adalah salah satu produk hortikultura yang kaya dengan vitamin A
dan C. Tomat dapat dikonsumsi secara langsung ataupun diolah lebih lanjut untuk
meningkatkan nilai ekonominya. Menurut Jones (2008), persentase penggunaan
buah tomat yang didasari oleh hasil survey USDA-ERS pada tahun 2000 terdapat
pada tabel 1. Berdasarkan data statistika Badan Pusat Statistik tahun 2013
(www.bps.go.id), produksi buah tomat di Indonesia meningkat sepanjang tahun
yang dapat dilihat pada tabel 2. Sampai saat ini, Indonesia masih melakukan

import buah tomat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data
statistika Badan Pusat Statistik tahun 2013 (www.bps.go.id), nilai import buah
tomat (fresh or chilled) dapat dilihat pada tabel 3.

2
Tabel 1 Persentase cara konsumsi tomat
Cara Konsumsi Tomat
Diproses
Dikonsumsi langsung
Sauce
Kecap
Whole
Paste

Jumlah Penggunaan (%/Hari)
61
28
28
16
08

06

Tabel 2 Produksi buah tomat Indonesia
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012


Tomat (ton)
460.310
547.121
562.406
593.392
483.991
573.517
657.459
626.872
647.020
629.744
635.474
725.973
853.061
891.616
954.046
893.504

Tabel 3 Nilai import buah tomat tahun 2013

Bulan
Nilai (US$)
Januari
0
Februari
14.960
Maret
0
April
0
Mei
0
Juni
7.000
Juli
0

Berat (kg)
0
3.691

0
0
0
724
0

Berdasarkan nilai pada tabel 3, Indonesia masih melakukan import buah
tomat meskipun nilainya yang tidak terlalu besar. Peningkatan produktivitas tomat
diperlukan agar import tidak dilakukan lagi. Salah satu jenis tanaman tomat yang
diminati oleh masyarakat Indonesia adalah tomat cherry. Pengembangan sistem
budidayanya dirasa perlu dilakukan, salah satunya yaitu dengan ekspansi lahan
tanaman tomat. Selama ini tanaman tomat hanya banyak di tanam pada dataran
tinggi karena tomat memerlukan suhu pertumbuhan 24-27 0C (Wijonarko 1990).
Dengan dilakukannya manipulasi suhu lingkungan dengan cara pendinginan
daerah perakaran tanaman tomat, dapat membuat tomat hidup optimal pada daerah
dataran rendah.

3
Tujuan
1. Analisis Efektifitas Pendinginan dari system budidaya tanaman tomat cherry

pada daerah perakaran yang menggunakan Static Aerated Technique
2. Analisis pengaruh system pendinginan daerah perakaran terhadap
pertumbuhan
3. Analisis kebutuhan energi listrik dan analisis ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA
Greenhouse
Greenhouse adalah suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki
struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya (Nelson 1978). Biasanya
budidaya tanaman dengan cara hidroponik dilakukan di dalam greenhouse karena
faktor lingkungan di dalam greehouse lebih mudah dikendalikan sehingga dari
tanaman yang ditanam dengan sistem hidroponik mendapatkan pertumbuhan dan
produktivitas yang optimal. Pada awalnya greenhouse dirancang untuk wilayah
subtropis dengan empat musim. Dengan adanya greenhouse tanaman bisa hidup
sepanjang tahun meskipun suhu lingkungan diluar greenhouse sangat rendah.
Dengan kata lain, suhu di luar greenhouse sangat rendah dibandingkan suhu di
dalam greenhouse. Sedangkan di Indonesia dengan iklim tropis, greenhouse
berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, curah hujan, dan
kecepatan angin yang tinggi.
Untuk kawasan yang beriklim tropika basah seperti Indonesia konsep rumah

tanaman dengan umbrella effect dipandang lebih sesuai. Rumah tanaman lebih
ditujukan untuk melindungi tanaman dari hujan, angin, dan hama. Selain itu,
rumah tanaman dibangun untuk mengurangi intensitas radiasi matahari yang
berlebihan, mengurangi penguapan air dari daun dan media, serta memudahkan
perawatan tanaman (Suhardiyanto 2009).

Hidroponik
Pengertian hidroponik adalah budidaya tanaman dengan menggunakan
larutan nutrisi (air yang menggunakan pupuk) baik dengan atau tanpa
menggunakan media buatan (rockwool, pasir, batu, kerikil, perlite, dll) untuk
mendukung agar tanaman dapat tegak berdiri. Kata hidroponik berasal dari bahasa
Yunani, yakni hydros (air) dan ponos (kerja).
Berbagai sistem hidroponik, secara prinsip menyediakan dan mengalirkan
larutan mineral sebagai nutrien bagi tanaman, perlu formula larutan nutrien yang
sangat tepat untuk budidaya secara hidroponik. Sistem hidroponik dikelompokan
menjadi dua, yaitu kultur media tanaman dan kultur larutan nutrisi. Pada kultur
media tanam, penanaman dilakukan menggunakan media tanam padat berpori
sebagai tempat dimana akar tanaman tumbuh. Media tanam yag digunakan dapat
berupa media organik, anorganik, atau campuran keduanya. Pada kultur larutan
nutrisi, penanaman dilakukan tidak menggunakan media tanam atau media

tumbuh, sehingga akar tanaman tumbuh di dalam larutan atau di udara. Kultur

4
larutan nutrisi dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu hidroponik larutan diam,
hidroponik denga larutan nutrisi yang disirkulasikan, dan aeroponik.
Tomat Cherry
Botani
Tomat cherry termasuk kedalam divisio Spermatopytha, sub divisio
Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae, family Solanaceae, genus
Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum var . Cerasiforme (Harjadi 1989).
Tomat cherry merupakan tanaman setahun (annual) berbentuk perdu. Tinggi
tanaman dapat mencapai 2-3 meter atau lebih, mempunyai batang lunak dan bulat.
Tanaman tomat cherry memiliki pertumbuhan batang interminate, dimana
pertumbuhan batangnya tidak diakhiri dengan rangkain bunga atau buah, arah
pertumbuhannya vertikal, periode panen buahnya panjang atau dapat dipanen
sepanjang musim, dan habitus tanaman umumnya tinggi dan akan lemah bila tidak
ditopang (Opena dan Van der Vossen 1994).
Daun tanaman tomat cherry umumnya lebar, bersirip dan berbulu,
panjangnya antara 20-30 cm atau lebih. Tangkai daun bulat panjang sekitar 7-10
cm dan tebalnya antara 0.3-0.5 cm (Opena dan Van der Vossen 1994). Bunganya

tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah kuntum bunganya sekitar 30-70
buah tiap clusternya. Kuntum bunga terdiri dari 5 daun kelopak berwarna hijau
berbulu, 5 buah daun mahkota berwarna kuning yang bagian dalam dasarnya
menyatu, sedangkan bagian atasnya meruncing menyebar, seolah-olah
menyerupai bintang. Bunga tanaman terdiri dari benang sari (stagmen) yang
mengembang menjadi sebuah sarung dan membalut sebuah putik. Tangkai sarinya
pendek dan kantong sarinya memiliki 12 alur, sehingga bentuknya seperti granat.
Bunga tomat menyerbuk sendiri, tetapi mudah juga dilakukan persilangan
(Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Buah tomat cherry berbentuk bulat dengan diameter 1,5-3 cm. Bobot buah
±30 gram, memiliki kulit buah tipis. Kulit buah ada yang berwarna merah muda,
merah, oranye atau kuning (Opena dan Van der Vossen 1994).
Mengenai sistem perakaran, tanaman tomat cherry memiliki akar tunggang
dan akar-akar yang menyebar ke semua arah pada kedalaman hingga 60-70 cm.
Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan secara generatif dengan biji-bijinya.
Biji tomat cherry berbentuk bulat telur pipih, berwarna coklat pucat, dan berbulu
halus (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Syarat Tumbuh
Idealnya tanaman tomat tumbuh di tempat yang dingin, cuaca kering dan
dataran tinggi (1000-1250 mdpl), khusus untuk tomat cherry umumnya tumbuh

dan bereproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian di atas
700 mdpl. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tomat adalah 21-24 0C, suhu di bawah 120C dapat menyebabkan chilling injury,
dan suhu di atas 270C akan menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah,
kerusakan pollen dan sel telur ketika suhu harian maksimum 380C atau lebih,
selama 5-10 hari (Opena dan Van der Vossen 1994).
Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh tanaman tomat cherry adalah
memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan pada kisaran

5
750-1250 mm per tahun. Meskipun demikian tanaman ini tidak tahan terhadap
sinar matahari yang terik dan hujan lebat. Keadaan temperatur dan kelembaban
yang tinggi, berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan
kualitas buah tomat cherry. Pembentukan buah umumnya sedikit, jika suhu malam
diatas 21 0C selama beberapa hari sebelum dan sesudah anthesi. Angin panas dan
kering yang menyebabkan pengguguran bunga. Aplikasi Nitrogen yang berlebihan
sering menyebabkan penyakit fisiologis atau busuk buah dan juga terjadinya
gugur bunga. Derajat keasaman (pH) yang ideal berkisar 6.0-6.5, pH yang lebih
tinggi atau lebih rendah akan menyebabkan kekurangan hara atau dapat
menimbulkan keracunan pada tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Panen
Pada umumnya buah tomat cherry sudah siap panen pertama pada umur ±
75 hari setelah pindah tanam atau sekitar 3 buan setelah menyebar benih. Saat
pemetikan buah yang paling tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun
sasaran pemasaran. Untuk tujuan ekspor idealnya buah tomat dipanen pada waktu
stadia buah masih hijau, yaitu kira-kira 3-7 hari sebelum buah menjadi berwarna
merah. Tingkat kematangan buah tomat untuk kriteria petik yaitu matang hijau
(green mature) buah sudah matang hijau namun masih keras, semburan (breaker
atau turning) yaitu pada ujung buah mulai ada warna kuning atau jingga, merah
muda (pink) yaitu seluruh buah berwarna kemerah-merahan, merah (red), dan
merah penuh (fullred) yaitu seluruh buah berwarna merah sempurna (Harjadi,
1989).
Buah tomat dipanen dengan cara dipetik secara hati-hati agar tidak rusak.
Untuk tomat cherry dipanen disertakan dengan tangkai atau gagang buahnya.
Produksi buah tomat per satuan luas sangat bervariasi, tergantung varietasnya.
Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat berproduksi
antara 10-60 ton/ha. Untuk tomat cherry hibrida seperti Santa yang rata-rata 500
butir buah/tanaman dan beratnya ± 4 gram per buah, dapat diproduksi antara 3236 ton/ha (Opena dan Van der Vossen 1994).
Larutan Hara
Pupuk tanaman sayur untuk hidroponik dikenal dengan sebutan AB mix. Hal
ini disebabkan pupuk ini terdiri atas dua kelompok, yaitu stock A dan stock B.
Larutan stock A mengandung unsur Ca yang dalam keadaan pekat tidak boleh
dicampur dengan sulfat dan fosfat yang terdapat dalam larutan stock B. Pupuk AB
mix untuk masing-masing tanaman berbeda, namun secaraumum dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu pupuk AB mix untuk sayuran daun dan AB mix untuk
sayuran buah.
Unsur hara diambil tanaman dalam jumlah dan kosnentrasi tertentu sesuai
kebutuhan. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik khususnya
dalam sistem hidroponik, tanaman harus mendapatkan kebutuhan unsur makro (C,
H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur mikro (Fe, Cl, Mn Zn, B, Mo) (Adam et al
1995). Unsur C, H, O diperoleh tanaman dari udara sedangkan unsur lain
diperoleh dalam bentuk larutan (Jensen 1997).
Komposisi larutan hara hidroponik, larutan dipertahankan konstan pada
kisaran pH 5.5-6.5 dengan menambahkan larutan asam atau basa (Adam et al.

6
1995). Tinggi rendahnya nilai pH akan mempengaruhi ketersediaan beberapa
mineral yang diperlukan oleh tanaman. Menurut Harjadi (1989), pH larutan hara
mudah berubah karena ketidakseimbangan antara anion dan kation yang diserap
oleh tanaman. Unsur hara yang terkandung di dalam larutan hara sama dengan
nilai konduktivitas listrik larutannya. Semakin tinggi nilai EC maka semakin
banyak unsur hara yang terkandung di dalam larutan, yang diartikan bahwa
kemampuan larutan dalam menghantarkan ion-ion listrik ke akar tanaman
semakin meningkat (Fahrizal 2002).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di rumah tanaman atau greenhouse
laboratorium lapangan Siswadi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
akan dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai April 2013.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Aerator
Aerator merupakan mesin penghasil gelembung udara di dalam air agar air
kaya dengan oksigen. Pada penelitian ini aerator digunakan untuk menghasilkan
gelembung udara pada larutan nutrisi tanaman agar kandungan oksigennya dapat
terjaga.
2. Thermostat
Thermostat merupakan mesin pendingin yang berfungsi untuk
mendinginkan air atau larutan nutrisi yang akan disalurkan kepada media
hiroponik. Unit pendingin yang digunakan dengan daya 93.75 Watt dengan
tegangan 220 Volt sebanyak 2 unit.
3. Hybrid recorder dan thermocouple
Recorder digunakan untuk mencatat suhu pada titik-titik pengukuran
tertentu yang dihubungkan dengan thermocouple. Thermocouple merupakan
sensor suhu dari lingkungan yang ingin di ukur. Thermocouple yang digunakan
berjenis Cover Constanta (CC)
4. Weather Station
Weather Station digunakan untuk mengukur temperatur, arah angin,
kecepatan angin, RH, tekanan udara, dan radiasi matahari di dalam greenhouse.
5. Calorimeter
Berfungsi untuk mengukur nilai panas jenis tanaman tomat cherry.
6. pH Meter
Berfungsi untuk mengukur tingkat keasaman (pH) dari larutan nutrisi.
7. EC Meter
Berfungsi untuk mengukur nilai Electric Conductivity dari larutan nutrisi.
8. Spectrophotometer
Berfungsi untuk mengukur kadar klorofil pada daun tanaman tomat cherry.
1.

7
9.

Peralatan pendukung
Peralatan pendukung lainnya yang digunakan dalam penelitian adalah
penggaris, jangka sorong, tangki air, wadah baskom, kWh meter, thermometer,
styroform, dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman
tomat, larutan nutrisi tanaman tomat, dan air.

Metode
Metode-metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: persiapan
penelitian, transplanting, serta pengamatan dan pengukuran. Berikut adalah
penjelasan mengenai metode-metode tersebut:
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk
mengupayakan proses-proses penelitian ini berjalan dengan baik dan
mendapatkan hasil yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Pembibitan tanaman tomat cherry Pembibitan tanaman tomat cherry dari
benihnya dilakukan di dalam nampan dengan media tanam hidroponik
substrat arang sekam.
b. Menyiapkan media tanam
Tanaman buah cherry nantinya akan dibudidayakan pada larutan nutrisi
yang diberi supply udara dari aerator atau disebut juga sistem hydroponic
aerated flow technique. Media tanam penunjang yang digunakan adalah wadah
baskom dan styroform. Styroform berada pada lapisan atas dari larutan nutrisi
tanam yang terdapat di dalam wadah baskom. Pada styroform ini tanaman tomat
cherry di transplanting dari media pembibitan. Lama waktu yang dibutuhkan
untuk pembibitan adalah 7-10 hari dengan pertimbangan kemantapan kondisi
tanaman untuk dilakukan transplating.
c. Menyiapkan dan pemasangan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses
penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam proses penelitian ini berfungsi untuk
menunjang dalam proses pengambilan data penelitian. Alat-alatnya yaitu: unit
pendingin, weather station, pH meter, EC meter, termocouple dan recorder ,
thermometer , pipa PVC, pipa penukar panas, dan lainnya. Pemasangan ini
dilakukan selama proses pembibitan berlangsung yaitu 7-10 hari
 Weather station dipasang di dalam greenhouse bertujuan untuk mengukur
parameter lingkungan mikro di dalam greenhouse yaitu: temperatur, arah
angin, kecepatan angin, RH, tekanan udara, dan radiasi matahari.
 Pada media tanam, terdapat dua perlakuan yaitu pendinginan larutan nutrisi
secara langsung dengan unit pendingin dan pendinginan larutan nutrisi
dengan mengalirkan air yang didinginkan (dengan unit pendingin) dan
dialirkan melalui pipa yang ada di dalam larutan nutrisi sehingga terjadi
perpindahan panas melalui dinding pipa. Jumlah media tanam yang
digunakan untuk masing-masing perlakuan adalah sama. Untuk media
tanam dengan menggunakan pipa pemindah panas, dilakukan pemasangan
pipa didalam wadah baskom berputar semakin kecil ke dalam sehingga
menyerupai obat pembasmi nyamuk bakar. Lalu dilakukan pemasangan

8
styroform pada permukaan larutan nutrisi di dalam wadah baskom sebagai
media pertumbuhan tanaman tomat cherry. Lalu dilakukan pemasangan
aerator yang nantinya akan men-supply udara larutan nutrisi.
 Pemasangan unit pendingin telah dilakukan sebelumnya di laboratorium
lapang Siswadhi Soepardjo. Unit pendingin beserta tangki-tangki air
digunakan sebagai bagian yang berfungsi mendinginkan larutan nutrisi.
Pemasangan pipa-pipa dari unit pendingin untuk disambungkan ke wadah
baskom (media tanam) untuk mengalirkan larutan nutrisi yang telah
didinginkan oleh unit pendingin. Lalu dilakukan pemasangan pipa-pipa
yang mengalirkan air yang telah didinginkan oleh unit pendingin. Pipa ini
menyambungkan unit pendingin dengan pipa-pipa penukar panas yang
terdapat di dalam wadah baskom.
 Pemasangan thermocouple dilakukan pada beberapa titik yaitu 5 titik untuk
masing-masing media tanam, 2 titik untuk lingkungan dekat tanaman
(radius < 10 cm dari tanaman), 2 titik di dalam pipa PVC, 2 titik di dalam
pipa penukar panas, 1 titik pada permukaan luas wadah baskom, dan 1 titik
pada styroform yang kontak dengan udara luar. Thermocouple ini terhubung
dengan recorder untuk mengetahui nilai pengukuran suhu.
2.

Transplanting
Transplanting bibit tomat cherry ke media tanam hidroponik dilakukan
setelah 7-10 hari pembibitan. Pada proses transplanting digunakan rockwool dan
cup kecil untuk menyangga batang tanaman tomat cherry agar berdiri tegak di
media tanam hidroponik. 1 media tanam ditanami oleh 6 tanaman tomat cherry.
Tujuannya adalah pada umur 25 hari, dilakukan penggabungan batang 6 tanaman
cherry ini menjadi 1 dengan cara menempel atau okulasi. Tujuan okulasi adalah
untuk mendapatkan produktivitas tanaman tomat cherry.
3. Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan dan pengukuran dilakukan setiap harinya selama jangka waktu
pengambilan data penelitian. Parameter yang diamati yaitu :
a.Radisi
b.Suhu
c.Kelembaban
d.Kebutuhan Energi
e.Pertumbuhan tanaman
f.Biaya
a. Pengambilan data dari weather station yaitu temperatur, arah angin,
kecepatan angin, RH, tekanan udara, dan radiasi matahari lingkungan mikro
dalam greenhouse dilakukan pada pagi hari, siang, dan sore
b. Dilakukan pengukuran Electrical Conductivity (EC) larutan nutrisi
menggunakan EC meter pada pagi hari dan sore hari. EC dipertahankan
dengan nilai 1000 ppm. Nilai pH larutan nutrisi jugu diukur setiap pagi dan
sore dimana pH larutan nutrisi dengan nilai 5-6.
c. Analisi pertumbuhan tanaman tomat cherry berdasarkan data tinggi
tanaman, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, kemunculan bunga
dan buah tanaman tomat cherry. Dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Pengukuran luas daun dilakukan satu kali dalam 1 minggu dengan metode
gravimetri dimana daun dipetakan terhadap kertas dan menimbang bobot

9
daun sehingga dilakukan pemetikan daun tanaman. Untuk perhitungan laju
pertumbuhan tanaman tomat cherry, digunakan formulasi yang
dikembangkan oleh Redford (1967) yang meliputi Laju Tumbuh
Pertanaman (LTP), Laju Asimilasi Netto (LAN), dan Laju Tumbuh Relatif
(LTR) dengan formula sebagai berikut:
 LTP (g/tanaman)
 LAN (g/dm2/hari)
 LTR (%)
dimana, W1 = bobot kering pada saat t1, W2 = bobot kering pada saat t2, A1 =
luas daun pada saat t1, A2 = luas daun pada saat t2. Perhitungan ini dilakukan
untuk data yang diambil dari pengukuran setelah tanaman dicabut atau setelah
proses pengamatan selesai.
d. Perekaman data suhu oleh recorder dilakukan setiap 30 menit yang
berlangsung 24 jam.
e. kWh meter mengukur nilai daya yang terpakai untuk unit pendingin dan
aerator diukur sepanjang penelitian.
Parameter yang di ukur dalam penelitian ini :
Radiasi

HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas
budidaya tanaman tomat cherry dari system pendinginan, pengaruh pertumbuhan,
kebutuhan energy dan analisis ekonomi dan maanfaat teknologi pendinginan
daerah perakaran tanaman cherry dengan agrowisata darah dataran rendah .

DAFTAR PUSTAKA
Adam CR, Bamford KM, Early KM. 1995. Principle of Horticulture. London
(EN): Butterworth Heinemang.
Fahrizal M. 2002. Mempelajari Kinerja Sistem Irigasi pada Budidaya Tanaman
Bayam (Amaranthus tricolor, L.) secara Hidroponik dengan Media Pasir dan
Arang Sekam [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Harjadi SS. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr.
Jansen MH. 1997. Hydroponics. J Hort. Sci. 32(6):1018-1021.
Kreith F. 2004. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas (diterjemahkan oleh Priyono).
Jakarta (ID): Airlangga.
Mastalerz JW. 1977. The Greenhouse Environment “The Effect of Environmental
Factors on the Growth and Development of Flowers Crops”. New York
(USA): John Wiley & Sons, Inc.
Nelson PV. 1978. Greenhouse operation and management. Virginia : Reston Publ.
Co. Inc.

10
Opena RT, Van der Vossen HAM. 1994. Lycopersicon esculentum Miller. in:
Siemonsma JS, Pileuk K (Eds). Plant Resources of South-East Asia. Bogor
(ID): Prosea Foundation.
Redford, P. J. 1967. Growth analysis formulae. Their use and abuse.Crop sci. 7
(3): 171-175.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. World Vegetables Principles, Production, and
Nutrition Values 2nd ed. Gaithersburg, Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Suhardiyanto H.2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah.
Bogor (ID): IPB Pr.
Wijonarko. 1990. Pengetahuan Praktis Tomat. Indonesia (ID): CV. Yasaguna.

11