PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Rahmawati | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Eti Rahmawati
Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta
ABSTRAK
Eti Rahmawati. K8411029. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI
2 SURAKARTA PADA TAHUN AJARAN 2014/2015. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Make a Match
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas
XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Sumber data
berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi
dan tes, sementara teknik pedukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Sosiologi kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan
aktivitas siswa dan prestasi pada pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra-siklus,
ada 6 siswa (18,75%) yang memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi, kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (62,50%), sedangkan pada siklus II, aktivitas
belajar meningkat menjadi 25 siswa (78,13%). Prestasi belajar siswa menunjukkan
peningkatan pesat dalam pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra siklus, nilai ratarata siswa adalah 67,81 pada dari skala 0-100. Hal ini meningkat menjadi 76,21 pada siklus I,
82,31 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum pada pra-siklus
adalah 7 siswa (21,87%), kemudian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat
menjadi 20 siswa (62,5%), dan akhirnya pada siklus II siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum menjadi 27 siswa (84,37%).
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Make a Match, Keaktifan Belajar Siswa,
Prestasi Belajar Siswa.
dalam kurikulum tersebut. Sekolah-
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
hal
yang terpenting bagi suatu bangsa,
karena maju atau tidaknya suatu
bangsa itu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang ada di Negara
tersebut. Kualitas pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas pula.
Sumber
daya
manusia
yang
berkualitas menjadi aset berharga
yang dimiliki bangsa untuk mencapai
kemajuan suatu bangsa.
Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia,
pemerintah
mulai
perbaikan
proses
Kurikulum
2013
mengadakan
pembelajaran.
yang
digembor-gemborkan
sedang
pemerintah
kini telah diberhentikan. Kurikulum
2013 berpusat untuk mendorong
siswa
agar
menanya,
aktif
mengamati,
mencoba
atau
mengumpulkan data, mengasosiasi
atau
menalar,
mengkomunikasikan.
dan
Kurikulum
tersebut saat ini hendak diperbaiki
dan dikaji ulang karena belum semua
guru
dianggap
melaksanakan
siap
hal-hal
yang
untuk
ada
sekolah yang baru melaksanakan
kurikulum
tersebut
selama
satu
semester, kini diperkenankan untuk
menerapkan
kembali
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berlawanan dengan hal tersebut,
sekolah-sekolah
melaksanakan
yang
telah
kurikulum
tersebut
selama tiga semester masih diminta
untuk menerapkan kurikulum 2013
sebagai
sekolah
percontohan.
Perombakan kurikulum tidak akan
berjalan
mencapai
diinginkan
jika
tujuan
tidak
yang
diimbangi
dengan kualitas tenaga pengajar.
Tenaga pengajar disini adalah guru
yang
bertugas
mentransfer
ilmu
kepada peserta didik. Kualitas yang
mumpuni dari seorang guru adalah
salah
satu
faktor
yang
dapat
membuat peserta didik selalu merasa
haus akan ilmu. Dalam kurikulum
2013 ini, guru tidak bisa lagi
berperan sebagai
pusat
kegiatan
belajar di kelas (teacher center).
Siswa dituntut untuk belajar mandiri
dan aktif sedangkan
guru hanya
bertindak sebagai fasilitator.
Degeng
(2008)
dalam
Sugiyanto menyatakan bahwa, “daya
tarik suatu pembelajaran ditentukan
Dari hasil observasi yang telah
oleh dua hal, pertama oleh mata
dilakukan
pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh
Surakarta,
cara mengajar guru. Guru sebagai
masalah-masalah
komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah :
pembelajaran, dapat mempengaruhi
1. Pemahaman
keberhasilan siswa dalam proses
belajarnya”
(2008:
5).
di
SMA
Negeri
terdapat
2
beberapa
dalam
kegiatan
terhadap
materi
sosiologi masih rendah.
Metode
Hal
ini
terbukti
dari
pembelajaran yang digunakan oleh
banyaknya siswa yang belum
guru juga memiliki peranan yang
berhasil
sangat penting dalam menentukan
Berdasarkan hasil pre-test
berhasil atau tidaknya suatu proses
yang dilakukan, terdapat 78%
pembelajaran. Oleh karena itu, tugas
peserta
profesional guru adalah menjadikan
mencapai KKM atau sebanyak
pelajaran yang sebelumnya tidak
25 siswa dari jumlah keseluruhan
menarik menjadi
32 siswa.
menarik,
yang
didik
masih
belum
Dengan demikian,
dirasakan sulit menjadi mudah, yang
dapat
tadinya tidak bermakna menjadi
rendahnya
pemahaman
bermakna. Jika tugas-tugas tersebut
terhadap
materi
dapat dilaksanakan guru dengan
menyebabkan banyak siswa yang
baik, siswa akan secara sukarela
tidak dapat mencapai KKM.
mempelajari
materi
pembelajaran
dikatakan
2. Permasalahan
bahwa
siswa
sosiologi
lainnya
adalah
lebih lanjut karena merasa adanya
tidak adanya buku paket dan
kebutuhan belajar. Siswa menjadi
buku lembar kerja siswa.
lebih mudah dalam menerima materi
Ketika
mulai
memasuki
karena kondisi mental yang tidak
materi pembelajaran, guru hanya
tertekan, sehingga ilmu yang dia
menampilkan
peroleh pun akan meningkatkan
berbentuk Microsoft word dan
kualitas dari diri siswa tersebut,
kemudian menjelaskan sekilas
maka guru sebagai pengajar dapat
mengenai materi pembelajaran
dikatakan berhasil.
lalu menyuruh siswa-siswa untuk
materi
yang
mencatat
materi
yang
4. Rendahnya
keaktifan
dan
ditampilkan oleh guru. Beberapa
antusias siswa dalam mengikuti
siswa terlihat bermalas-malasan
kegiatan pembelajaran.
untuk mencatat, dan mengulur-
Keberhasilan
dalam
ulur waktu pembelajaran yang
kegiatan
seharusnya dapat diisi materi
dilihat dari tingginya keaktifan
selanjutnya. Hal ini sangat tidak
maupun semangat siswa dalam
efektif, karena waktu kegiatan
kegiatan pembelajaran. Namun
pembelajaran
banyak
berdasarkan pengamatan yang
kegiatan
telah dilakukan, keaktifan siswa
terbuang
lebih
untuk
mencatat.
dalam
3. Model pembelajaran konvensional
berupa
ceramah
mendominasi
masih
dalam
kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran
bisa
pembelajaran
sangat
rendah. Ketika siswa diminta
oleh
guru
untuk
bertanya
mengenai materi yang sedang
dipelajari, tidak ada siswa yang
Model
kegiatan
mengangkat tangan dan bertanya.
konvensional
Hal tersebut membuat kegiatan
seperti ini terkesan monoton
pembelajaran dikelas terkesan
sehingga
seperti
pembelajaran
siswa
mengalami
tidak
hidup
karena
kebosanan dan kejenuhan di
interaksi yang tercipta hanya
dalam kelas. Terbukti pada saat
berjalan satu arah.
guru
materi
Dari beberapa masalah yang
pelajaran banyak siswa yang
telah ditemukan, masalah rendahnya
tidak memperhatikan. Mereka
pemahaman materi sosiologi dan
terlihat mengantuk dan tidak
rendahnya keaktifan siswa dalam
memperhatikan penjelasan guru,
kegiatan pembelajaran merupakan
sedangkan
siswa
masalah yang harus segera diatasi
bermain
agar dapat menciptakan manusia
terlihat
menerangkan
beberapa
sibuk
handphone/gadget.
yang
berkualitas.
identifikasi
diperlukan
Beranjak
masalah
tindakan
dari
tersebut,
yang
dapat
mengatasi masalah keaktifan dan
siswa
hasil belajar siswa yang sekaligus
belajar mengenai suatu konsep atau
mengembangkan program “student
topik,
centered”.
menyenangkan (Sugiyanto, 2009).
Model
pembelajaran
mencari
dalam
pasangan
suasana
sambil
yang
Untuk mengetahui sejauh
yang
dianggap sesuai dengan Kurikulum
mana
2013 adalah model pembelajaran
pembelajaran Make a Match dalam
kooperatif.
sesuai
meningkatkan keaktifan dan prestasi
dengan pernyataan Slavin (2007),
belajar siswa pada mata pelajaran
“pembelajaran
sosiologi, maka
Hal
tersebut
kooperatif
menggalakkan
siswa
berinteraksi
keberhasilan
model
perlu dilakukan
suatu Penelitian Tindakan Kelas
dalam
(PTK) yang diadakan di kelas XI IIS
kelompok” (Sugiyono, 2008: 140).
2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun
Salah satu jenis model pembelajaran
pelajaran 2014/2015.
secara
aktif
dan
positif
kooperatif yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Make a Match. Metode
KAJIAN PUSTAKA
Kajian tentang Keaktifan Belajar
Dalam Rusman (2013: 324)
oleh
Lornna
“Pembelajaran aktif merupakan suatu
yang
mana
pendekatan pembelajaran yang lebih
merupakan salah satu alternative
banyak melibatkan aktivitas siswa
yang
pada
dalam mengakses berbagai informasi
meningkatkan
dan pengetahuan untuk dibahas dan
ini
dikembangkan
Curran
(1994),
dapat
pembelajaran
partisipasi
diterapkan
guna
dan
siswa.
dikaji dalam proses pembelajaran di
Penerapan metode ini dimulai dari
kelas, sehingga mereka mendapatkan
teknik yaitu siswa disuruh mencari
berbagai pengalaman yang dapat
pasangan kartu yang merupakan
meningkatkan
jawaban atau pertanyaan sebelum
kompetensinya”. Sedangkan menurut
batas waktunya, siswa yang dapat
Djaelani (2005: 15), “Belajar yang
mencocokkan kartunya diberi poin.
aktif ditandai dengan diantaranya
Dalam
banyak pekerjaan yang dilakukan
model
keaktifan
pembelajaran
ini,
pemahaman
dan
oleh siswa. Mereka berfikir serius,
pengukuran dari penilaian usaha
mencermati
gagasan-gagasan,
belajar
yang
banyak permasalahan dipecahkan,
bentuk
simbol,
dan menerapkan apa yang dipelajari.
kalimat yang menceritakan hasil
Keaktifan belajar mendorong siswa
yang sudah dicapai oleh setiap anak
bereaksi cepat atas setiap stimulus
pada periode tertentu (hlm. 138).
yang relevan, asyik, tertarik, dan
dinyatakan
huruf,
Berdasarkan
dalam
maupun
pengertian
di
menunjukkan keterlibatan pribadi.
atas, prestasi belajar menurut peneliti
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
merupakan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
diperoleh oleh peserta didik setelah
berfikir keras”.
proses pembelajaran yang dijadikan
Berdasarkan
pengertian
di
atas
suatu
hasil
yang
beberapa
tolak ukur dalam menentukan tingkat
mengenai
keberhasilan peserta didik dalam
keaktifan belajar, maka dapat peneliti
kegiatan
pembelajaran.
simpulkan keaktifan belajar adalah
belajar
terciptanya suatu interaksi dalam
ketercapaian peserta didik dalam
proses pembelajaran dimana peserta
memahami
didik diajak untuk turut serta dalam
dengan
semua proses pembelajaran, tidak
setiap akhir Bab yang dipelajari.
ini
Prestasi
ditentukan
materi
menggunakan
oleh
pembelajaran
test
pada
hanya mental, akan tetapi juga
melibatkan secara fisik sehingga
mendorong
siswa
untuk
mengembangkan dan menemukan
ide
pokok
dari
memecahkan
materi
belajar,
persoalan,
dan
berpendapat demi mendapatkan hasil
Kajian
tentang
Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980) dalam
Rusman (2012: 133), menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah
“suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan
belajar secara optimal.
Model
untuk
membentuk
kurikulum (rencana pelajaran jangka
Kajian tentang Prestasi Belajar
Dalam
prestasi
Hamdani
belajar
adalah
(2011),
hasil
panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran,
dan
membimbing
pembelajaran di kelas atau yang
lain”.
Sedangkan
(2009:
146)
mengemukakan
“…model
pembelajaran
diartikan
sebagai
konseptual
prosedur
yang
yang
untuk
Match
adalah
suatu
model
dapat
pembelajaran yang dikembangkan
kerangka
oleh Lorna Curran (1994) dimana
melukiskan
guru menyiapkan kartu-kartu yang
sistematis
mengorganisasikan
belajar
Model pembelajaran Make a
Aunurrahman
dalam
berisi pertanyaan dan kartu yang
pengalaman
berisi jawaban, setiap siswa mencari
tujuan
dan mendapatkan sebuah kartu soal
belajar tertentu dan berfungsi sebagai
dan berusaha menjawabnya, setiap
pedoman
perancang
siswa mencari kartu jawaban yang
pembelajaran dan para guru untuk
cocok dengan persoalannya. Bagi
merencanakan
siswa
bagi
mencapai
para
dan
melaksanakan
aktivitas pembelajaran”.
Berdasarkan
model
pembelajaran
yang
benar
mendapat
nilai/poin (Sugiyanto, 2009).
pengertian
telah
kelebihan dari penerapan strategi ini
dikemukakan oleh para ahli tersebut,
sebagai berikut : “kelebihan strategi
dapat disimpulkan bahwa model
ini
pembelajaran adalah suatu strategi
meningkatkan
untuk menarik minat, kreativitas, dan
siswa, baik secara kognitif maupun
keaktifan siswa dalam mempelajari
fisik;
materi
permainan,
metode
dalamnya terdapat pengaturan yang
menyenangkan;
3)
sistematis yang digunakan oleh guru
pemahaman siswa terhadap materi
sebagai arahan dalam melaksanakan
yang
proses kegiatan pembelajaran agar
meningkatkan
aktivitas pembelajaran dapat sesuai
siswa; 4) efektif sebagai sarana
dengan tujuan pembelajaran.
melatih keberanian siswa untuk
pembelajaran,
yang
Huda (2014) mengemukakan
yang
di
antara
2)
lain:
1)
aktivitas
karena
dipelajari
ada
dapat
belajar
unsur
ini
meningkatan
dan
dapat
motivasi
belajar
tampil presentasi; 5) efektif melatih
Kajian
tentang
Pembelajaran Make a Match
Model
kedisiplinan
siswa
menghargai
waktu untuk belajar (hlm 253)”.
Adapun kelemahan strategi
Surakarta, yaitu dengan jumlah 32
Make a Match menurut Huda
peserta didik, terdiri dari 10 peserta
(2014) adalah: “1) jika strategi ini
didik laki-laki dan 22 peserta didik
tidak dipersiapkan dengan baik,
perempuan pada tahun pelajaran
akan banyak waktu yang terbuang;
2014/2015.
Pada
2)
ditemukan
adanya
pada
awal-awal
penerapan
kelas
tersebut
permasalahan-
metode, banyak siswa yang akan
permasalahan
dalam
malu berpasangan dengan lawan
pembelajaran
khususnya
jenis;
pelajaran Sosiologi.
3)
jika
guru
tidak
Data
mengarahkan siswa dengan baik,
yang
kegiatan
mata
dikumpulkan
akan banyak siswa yang kurang
dalam penelitian ini meliputi segala
memperhatikan pada saat presentasi
peristiwa
pasangan; 4) guru harus hati-hati
informasi yang berkaitan dengan
dan
kriteria keberhasilan yang diterapkan
bijaksana
saat
memberi
yang
peneliti.
mengandung
hukuman pada siswa yang tidak
oleh
mendapat pasangan, karena mereka
dikumpulkan dalam penelitian ini
bisa malu; dan 5) menggunakan
meliputi
metode ini secara terus menerus
belajar dan prestasi belajar peserta
akan menimbulkan kebosanan (hlm.
didik.
253-254)”.
pengumpulan data yang digunakan
data
Oleh
Data
tentang
karena
yang
keaktifan
itu,
teknik
adalah yang didapatkan melalui tes,
METODE PENELITIAN
Tempat yang digunakan untuk
penelitian adalah SMA Negeri 2
Surakarta kelas XI IIS 2 tahun
pelajaran 2014/2015 selama enam
bulan yaitu mulai bulan September
2014 sampai bulan Februari 2015.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini difokuskan pada peserta
didik kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
observasi, wawancara, dokumentasi
dan arsip. Tes merupakan data utama
dalam penelitian ini yang dilakukan
pada
setiap
akhir
siklus
untuk
mengukur pemahaman peserta didik
setelah
penerapan
metode
pembelajaran Make a Match pada
mata pelajaran Sosiologi. Observasi
atau pengamatan dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data
dalam
Indikator kinerja merupakan
kegiatan pembelajaran. Wawancara
ketercapaian dari tujuan penelitian
dalam penelitian ini dilakukan oleh
yang dirumuskan secara realistis dan
peneliti untuk menggali beberapa
dapat diukur. Selain itu, penetapan
informasi
indikator
keaktifan
peserta
didik
terkait
pembelajaran
ini
digunakan
untuk
sosiologi. Kemudian pengumpulan
membatasi kapan tindakan akan
data melalui arsip digunakan untuk
berakhir
memperoleh
penelitian
data
sekolah,
data
dilaksanakan.
Dalam
ini
indikator
identitas peserta didik, data hasil
keberhasilannya
belajar peserta didik yang berupa
peningkatan keaktifan belajar dan
nilai ulangan, dan dokumentasi untuk
prestasi
memperoleh
gambaran
Indikator
bagaimana
sebuah
tentang
penelitian
belajar
belajar
peserta
keberhasilan
peserta
menetapkan
tindakan kelas dilakukan.
merupakan
keaktifan
didik,
75%
didik.
peneliti
peserta
didik
sebagai
indikator
penelitian ini adalah data tentang
keaktifan
belajar
keaktifan belajar dan prestasi belajar
termasuk dalam kategorikan aktif.
peserta
Kemudian
Data yang dianalisa dalam
didik.
Analisis
data
ketercapaian
peserta
indikator
didik
keberhasilan
untuk
prestasi belajar dalam penelitian ini,
menganalisis hasil prestasi belajar
pembelajaran kooperatif tipe Make a
peserta didik yang diperoleh dari tes,
Match
serta menganalisis data keaktifan
mampu
belajar peserta didik melalui lembar
belajar, apabila nilai rata-rata peserta
observasi.
didik
kuantitatif
digunakan
digunakan
Data
kuantitatif
adalah
yang
kuantitatif
dikatakan
berhasil
meningkatkan
melampaui
(Kriteria
Ketuntasan
dan
prestasi
nilai
KKM
Minimum)
sederhana yang berupa perhitungan
yaitu, 75 dan sebanyak 75% peserta
nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai
didik mencapai nilai tuntas.
terendah, dan presentase jumlah
Prosedur dan langkah-langkah
peserta didik yang mencapai batas
yang digunakan dalam melaksanakan
tuntas.
penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart dalam Kasihani Kasboelah
siklus I dilaksanakan selama 3 kali
(2001: 63-65) yaitu berupa model
pertemuan
spiral.
direncanakan, yaitu hari Sabtu (24
Perencanaan
Kemmis
seperti
yang
telah
menggunakan sistem spiral refleksi
Januari 2015),
diri yang dimulai dengan rencana
2015), dan Sabtu (31 Januari 2015).
tindakan
Pada
(planning),
(acting),
pengamatan
tindakan
(observing)
dan refleksi (reflecting).
Senin (26 Januari
masing-masing
pertemuan,
penelitian ini berlangsung selama 2 x
45 menit. Pada pertemuan pertama
dan kedua dilaksanakan pemberian
Siklus I
materi
Perencanaan tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Senin-Selasa,
metode.
dilakukan tes evaluasi siklus I.
Observasi dan Interpretasi
pada tanggal 12 - 14 Januari 2015 di
ruang guru SMA Negeri 2 Surakarta.
Siklus I akan dilaksanakan selama
tiga pertemuan, sedangkan hasil
diskusi perencanaan yang dilakukan
peneliti bersama guru yang pertama
adalah membuat RPP, membuat
bahan ajar, menyiapkan instrumen
lembar
observasi,
media
pembelajaran dan soal tes evaluasi,
perencanaan yang terakhir adalah
membuat skenario pembelajaran
Pelaksanaan tindakan adalah
scenario
Berdasarkan
pelaksanaan
tindakan
dan
evaluasi
yang
dilakukan
pada
siklus
dapat
I,
diketahui data keaktifan dan prestasi
belajar peserta didik. Dari 32 peserta
didik, terdapat 20 peserta didik
(62,50%) memiliki keaktifan belajar
tinggi,
hal
ini
mengalami
peningkatan dari kondisi pada saat
pra tindakan dimana hanya terdapat 6
peserta
didik
(18,75%)
dengan
keaktifan belajar tinggi. Sedangkan
dalam hal prestasi belajar, nilai rata-
Pelaksanaan Tindakan
penerapan
penerapan
Kemudian pada pertemuan ketiga
Perencanaan
seperti
dan
pembelajaran
rata kelas yang diperoleh pada siklus
I mengalami peningkatan sebanyak
Dalam
8,4 poin dari pra tindakan, yaitu
penelitian ini, pelaksanaan tindakan
67,81 menjadi 76,21. Dan peserta
yang
telah
dirumuskan.
didik yang mencapai atau melampaui
selanjutnya. 3) Peneliti memberikan
nilai batas ketuntasan pada siklus I
masukan
sebanyak 20 peserta didik (62,5%),
diantaranya yaitu, guru harus mampu
yangmana
menjangkau
pada
kegiatan
pra
kepada
guru
seluruh
beberapa
kelas
dan
tindakan hanya terdapat 7 peserta
meningkatkan
kontrol
dan
didik (21,90%).
pengawasan terhadap peserta didik
dalam proses pembelajaran agar
Analisis dan Refleksi
tercipta suasana kelas yang lebih
Berdasarkan refleksi yang telah
dilakukan peneliti bersama guru,
maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru memberikan
variasi
pembelajaran
sebagai
pengantar pada pertemuan I siklus II
kondusif
sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi kebingungan
pada
peserta
memberikan
menarik,
didik.
4)
motivasi
sehingga
Guru
dengan
peserta
didik
dapat fokus belajar selama proses
pembelajaran berlangsung.
dengan menggunakan media mind
mapping agar peserta didik tidak
Siklus II
jenuh mengikuti proses pembelajaran
dan lebih mudah memahami materi
ajar. 2) Guru memberikan penguatan
konsep kepada peserta didik dan
membimbing peserta didik untuk
menemukan konsep yang benar.
Penguatan konsep dapat dilakukan
pada awal pembelajaran, dimana
guru memberikan gambaran umum
mengenai
materi
yang
akan
dipelajari. Penguatan konsep awal ini
diharapkan akan membawa peserta
didik untuk memahami apa dipelajari
pada
tahap-tahap
pembelajaran
Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II
dilakukan
pada
hari
Sabtu,
31
Januari 2015 bertempat di ruang guru
SMA Negeri 2 Surakarta pada pukul
12.00 WIB siang. Peneliti bersama
guru mendiskusikan hasil yang telah
dicapai pada siklus I, dan mencari
kekurangan serta kelebihan yang
telah dilaksanakan pada siklus I.
Pada siklus I, indikator keaktifan dan
prestasi belajar peserta didik belum
memenuhi target penelitian, maka
pada siklus II dilakukan perbaikan-
perbaikan.
Peneliti
dan
guru
menetapkan
75%
peserta
didik
menyepakati tindakan pada siklus II
memiliki tingkat keaktifan belajar
akan dilaksanakan selama 3 kali
tinggi. Sedangkan dalam hal prestasi
pertemuan.
belajar, nilai rata-rata kelas yang
diperoleh pada siklus II kembali
Pelaksanaan Tindakan
mengalami peningkatan dari siklus I,
Pelaksanaan tindakan adalah
penerapan
skenario
yang
telah
dirumuskan. Pelaksanaan tindakan
pada siklus II dilaksanakan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan
perencanaan, yaitu pada hari Senin
(2 Februari 2015), Sabtu (7 Februari
2015), dan Senin (9 Februari 2015).
Observasi dan Interpretasi
Berdasarkan
tindakan
dan
yang
dilakukan pada siklus II, dapat
diketahui data mengenai keaktifan
dan prestasi belajar peserta didik
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
Surakarta. Dari hasil pengamatan,
diketahui terdapat 25 peserta didik
yang memiliki tingkat keaktifan
belajar tinggi, jika dipersentasekan
mencapai
78,13%.
Perolehan
tersebut mengalami peningkatan dari
siklus I yang hanya mencapai 62,5%.
Capaian
keaktifan belajar pada
siklus II telah mencapai indikator
penelitian
dimana
didik yang telah mencapai nilai batas
ketuntasan pada siklus II sebanyak
27 peserta didik, jika dipersentasekan
mencapai 84,31%. Dalam aspek
prestasi belajar, penelitian ini telah
mencapai
kedua
indikator
keberhasilan penelitian.
Analisis dan Refleksi
pelaksanaan
evaluasi
76,21 menjadi 82,31. Dan peserta
peneliti
Berdasarkan
refleksi
yang
telah
dilakukan peneliti bersama guru,
maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru harus lebih
kreatif
dan
menyiapkan
inovatif
dalam
perlengkapan
dalam
pembelajaran agar peserta didik tidak
merasa
jenuh,
menarik
minat
belajar
peserta
sehingga
dan
didik.
dapat
antusiasme
2)
Guru
menekankan
adanya
reward/
penghargaan
kepada
pasangan
peserta
didik
yang
menemukan
pasangan kartu tercepat. 3) Guru
harus melakukan pendekatan kepada
2. Ketuntasan
peserta didik, baik di dalam kelas
maupun
di
luar
kelas,
untuk
Presentase
Kategori
Pra
Siklus
Tindakan
I
Tidak Tuntas
78,13%
37,5% 15,63%
Tuntas
21,87%
62,5% 84,37%
Jumlah
100%
100%
mengetahui apa permasalahan yang
dialami peserta didik.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel persentase hasil
penelitian
mengenai
tingkat
keaktifan belajar peserta didik tiap
siklus:
Djaelani dkk menyampaikkan
mengenai
ciri-ciri
“Belajar
aktif
belajar
ditandai
aktif,
dengan
diantaranya banyak pekerjaan yang
Presentase
Kategori
dilakukan oleh peserta didik. Mereka
Pra
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Rendah
81,25%
37,50% 21,87%
Tinggi
18,75
62,50% 78,13%
Jumlah
100%
100%
berfikir serius, mencermati gagasangagasan,
banyak
permasalahan
dipecahkan, dan menerapkan apa
100%
yang dipelajari. Keaktifan belajar
mendorong peserta didik bereaksi
cepat atas setiap stimulus yang
Berikut adalah tabel hasil penelitian
relevan,
mengenai prestasi belajar peserta
menunjukkan keterlibatan pribadi.
didik tiap siklus:
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
KKM
tertarik,
dan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
1. Nilai Rata-rata Kelas
Tahap
asyik,
berfikir keras (Djaelani, 2005: 15).
Pra tindakan
75
Nilai
rata-rata
67,81
Siklus I
75
76,21
tindakan yang diterapkan yaitu untuk
Siklus II
75
82,31
menciptakan pembelajaran yang aktif
Dari
pendapat
Djaelani
tersebut, cocok dengan situasi atau
guru
mencipatakan
kegiatan
pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan
sehingga
dapat
Siklus
II
100%
mendorong peserta didik untuk cepat
kegiatan
bereaksi dan merespon umpan balik
tinggi.
Tingkat keaktifan belajar
yang diberikan oleh guru pada saat
peserta
didik
kegiatan
pembelajaran
pembelajaran.
Model
pembelajaran
dalam
menjadi
kegiatan
mempengaruhi
pembelajaran kooperatif merupakan
pemahaman peserta didik dalam
model
yang
menerima materi pembelajaran yang
kerja sama
diberikan guru sehingga prestasi
pembelajaran
mengutamakan pada
antar
peserta
didik
sehingga
belajar peserta didik pun meningkat.
memungkinkan peserta didik untuk
aktif dalam pembelajaran. Salah satu
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tindakan kelas yang
model pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam aspek listening, oral,
writing dan motor ialah model
pembelajaran Make a Match. Model
pembelajaran Make a Match dapat
menciptakan suasana pembelajaran
yang memicu peserta didik untuk
berpikir/menemukan pasangan kartu
yang tepat , dengan begitu peserta
didik
akan
belajar
untuk
memecahkan soal/jawaban diberikan
oleh guru tanpa perasaan tegang.
Suasana
belajar
yang
aktif
ini
berdampak pada prestasi belajar
peserta didik, yang semula tingkat
keaktifan
peserta
pembelajaran
penerapan
didik
rendah,
metode
dalam
dengan
pembelajaran
Make a Match keterlibatan atau
partisipasi
peserta
didik
dalam
dilaksanakan di kelas XI IIS 2
dilakukan dalam 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, dimana 2 kali pertemuan
untuk penyampaian materi serta
penerapan
metode
pembelajaran
Make a Match dan pertemuan ketiga
pada
setiap
pemberian
siklusnya
evaluasi
untuk
meliputi
tes
kognitif.
Dari hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Sosiologi di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta. Walaupun
demikian,
penggunaan
metode
pembelajaran Make a Match bukan
merupakan
satu-satunya
metode
pembelajaran kooperatif yang dapat
didik kembali meningkat, sebanyak
meningkatkan keaktifan dan prestasi
25
belajar siswa, karena dari hasil
keaktifan belajar yang tinggi. 2)
penelitian yang diperoleh, terdapat
Persentase prestasi belajar peserta
siswa
didik
yang
tidak
mengalami
siswa
(78,13%)
mengalami
memiliki
peningkatan.
peningkatan dan bahkan terdapat
Sebelum
pula yang mengalami penurunan
pembelajaran Make a Match, nilai
prestasi belajar pada setiap siklusnya.
rata-rata kelas mencapai 67,81 yang
Oleh sebab itu, dalam penggunaan
mana
model pembelajaran Make a Match
(21,87%)
harus disesuaikan lagi dengan mata
KKM. Setelah dilakukan penerapan
pelajaran
karakter
model pembelajaran Make a Match
siswanya.Peningkatan keaktifan dan
pada siklus I, nilai rata-rata kelas
prestasi belajar siswa dapat diperinci
mengalami
sebagai berikut: 1) Keaktifan belajar
76,21, dimana siswa yang mencapai
siswa
batas
ataupun
mengalami
Sebelum
peningkatan.
diterapkannya
hanya
terdapat
yang
model
7
siswa
mencapai
batas
peningkatan
KKM
menjadi
meningkat
menjadi
diterapkannya
model
sebanyak 27 siswa (62,5%). Pada
Make
Match
siklus II, prestasi belajar peserta
pembelajaran
a
keaktifan belajar siswa kelas XI IIS 2
didik
SMA Negeri 2 Surakarta masih
peningkatan nilai
rendah, karena hanya terdapat 6
mencapai 82,31, pada siklus II siswa
peserta
yang
didik
(18,75%)
yang
yang
ditunjukkan
dengan
rata-rata kelas
melampaui
batas
memiliki tingkat keaktifan belajar
ketuntasan
tinggi.
sebanyak 27 siswa (84,37%).
Pada
dilakukan
I,
setelah
penerapan
pembelajaran
keaktifan
siklus
Make
belajar
a
peserta
Berdasarkan kesimpulan yang
Match
telah dikemukakan di atas, maka
didik
implikasi
sebagai
siswa
Teoritis.
yang
menjadi
model
meningkat menjadi sebanyak 20
(62,50%)
meningkat
nilai
memiliki
penelitian
berikut
Hasil
:
ini
1)
adalah
Implikasi
penelitian
ini
tingkat keaktifan belajar tinggi. Pada
menggambarkan bahwa penerapan
siklus II keaktifan belajar peserta
model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan keaktifan dan
kreatif agar siswa memiliki antusias
prestasi belajar siswa pada mata
dan semangat belajar yang tinggi
pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 di
sehingga
SMA Negeri 2 Surakarta. Secara
kualitas proses dan prestasi belajar
teoritis, hasil penelitian ini dapat
siswa. Selan itu, guru hendaknya
digunakan
dalam
mampu membangkitkan percaya diri
pengembangan dan disain penelitian
siswa terlebih kepada siswa yang
selanjutnya. 2) Implikasi Praktis.
kurang memberikan respon pada saat
Hasil penelitian ini dapat menjadi
kegiatan
pertimbangan guru maupun calon
mereka berani bertanya, menjawab,
guru untuk menggunakan model
maupun
pembelajaran
materi yang diajarkan. 2) Bagi
sebagai
dasar
yang
inovatif
dan
dapat
meningkatkan
pembelajaran
berpendapat
peserta
dalam upaya meningkatkan kualitas
mampu berpartisipasi aktif selama
proses
proses
misalnya
Siswa
mengenai
variatif dalam proses pembelajaran
pembelajaran,
didik.
sehingga
pembelajaran
hendaknya
berlangsung
model
dengan memberikan respon yang
pembelajaran kooperatif tipe Make a
baik terhadap guru saat memberikan
Match dalam kegiatan pembelajaran
materi
sehingga
dapat
peneliti. Pertama, hendaknya peneliti
partisipasi
dan
dengan
menerapkan
meningkatkan
prestasi
belajar
pembelajaran.
3)
Bagi
lain yang ingin melakukan penelitian
sejenis sedapat mungkin terlebih
peserta didik.
Berdasarkan
simpulan
dan
dahulu
menganalisis
kembali
implikasi di atas, maka dapat peneliti
perangkat pembelajaran yang telah
sampaikan beberapa saran sebagai
dibuat
bahan pertimbangan, antara lain
penggunaanya, terutama dalam hal
sebagai berikut: 1) Bagi guru. Guru
alokasi waktu, fasilitas pendukung
hendaknya
mampu
dan karakteritik siswa yang ada pada
suasana
pembelajaran
menciptakan
untuk
disesuaikan
yang
sekolah tempat penelitian tersebut.
penyajian
Selain itu, membuat instrumen yang
materi maupun penerapan model
dapat membuktikan kaitan antara
pembelajaran yang bervariasi dan
siklus yang dilakukan dengan hasil
menyenangkan
dengan
yang dicapai. Kedua, hendaknya
dengan
penelitian
yang
ini
dapat
digunakan
sebagai acuan penelitian selanjutnya
mengaitkan
belum
aspek-aspek
diungkapkan
dan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2010). Belajar dan
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Pembelajaran. Bandung:
Mengajar.
Alfabeta.
Pustaka Setia.
Djaelani, dkk. (2005). “Perbedaan
Pengaruh
Pendekatan
Huda,
Bandung:
Miftahul.
Model
CV.
Model-
(2014).
Pengajaran
dan
Pembelajaran Kooperatif dan
Pembelajaran:
Langsung Terhadap Prestasi
Metodis dan Paradigmatis”.
Belajar
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan
Matematika
Kadar
Ditinjau
Keaktivan
dari
Belajar
Mahasiswa PGSD FKIP UNS
Surakarta
tahun
2005”.
Rusman.
(2012).
“Isu-isu
Model-Model
Pembelajaran.
Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
(2009).
Model-model
Laporan Penelitian. Tidak
Pembelajaran
Inovatif.
Dipublikasikan.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyanto.
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Eti Rahmawati
Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta
ABSTRAK
Eti Rahmawati. K8411029. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI
2 SURAKARTA PADA TAHUN AJARAN 2014/2015. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Make a Match
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas
XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Sumber data
berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi
dan tes, sementara teknik pedukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Sosiologi kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan
aktivitas siswa dan prestasi pada pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra-siklus,
ada 6 siswa (18,75%) yang memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi, kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (62,50%), sedangkan pada siklus II, aktivitas
belajar meningkat menjadi 25 siswa (78,13%). Prestasi belajar siswa menunjukkan
peningkatan pesat dalam pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra siklus, nilai ratarata siswa adalah 67,81 pada dari skala 0-100. Hal ini meningkat menjadi 76,21 pada siklus I,
82,31 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum pada pra-siklus
adalah 7 siswa (21,87%), kemudian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat
menjadi 20 siswa (62,5%), dan akhirnya pada siklus II siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum menjadi 27 siswa (84,37%).
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Make a Match, Keaktifan Belajar Siswa,
Prestasi Belajar Siswa.
dalam kurikulum tersebut. Sekolah-
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
hal
yang terpenting bagi suatu bangsa,
karena maju atau tidaknya suatu
bangsa itu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang ada di Negara
tersebut. Kualitas pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas pula.
Sumber
daya
manusia
yang
berkualitas menjadi aset berharga
yang dimiliki bangsa untuk mencapai
kemajuan suatu bangsa.
Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia,
pemerintah
mulai
perbaikan
proses
Kurikulum
2013
mengadakan
pembelajaran.
yang
digembor-gemborkan
sedang
pemerintah
kini telah diberhentikan. Kurikulum
2013 berpusat untuk mendorong
siswa
agar
menanya,
aktif
mengamati,
mencoba
atau
mengumpulkan data, mengasosiasi
atau
menalar,
mengkomunikasikan.
dan
Kurikulum
tersebut saat ini hendak diperbaiki
dan dikaji ulang karena belum semua
guru
dianggap
melaksanakan
siap
hal-hal
yang
untuk
ada
sekolah yang baru melaksanakan
kurikulum
tersebut
selama
satu
semester, kini diperkenankan untuk
menerapkan
kembali
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berlawanan dengan hal tersebut,
sekolah-sekolah
melaksanakan
yang
telah
kurikulum
tersebut
selama tiga semester masih diminta
untuk menerapkan kurikulum 2013
sebagai
sekolah
percontohan.
Perombakan kurikulum tidak akan
berjalan
mencapai
diinginkan
jika
tujuan
tidak
yang
diimbangi
dengan kualitas tenaga pengajar.
Tenaga pengajar disini adalah guru
yang
bertugas
mentransfer
ilmu
kepada peserta didik. Kualitas yang
mumpuni dari seorang guru adalah
salah
satu
faktor
yang
dapat
membuat peserta didik selalu merasa
haus akan ilmu. Dalam kurikulum
2013 ini, guru tidak bisa lagi
berperan sebagai
pusat
kegiatan
belajar di kelas (teacher center).
Siswa dituntut untuk belajar mandiri
dan aktif sedangkan
guru hanya
bertindak sebagai fasilitator.
Degeng
(2008)
dalam
Sugiyanto menyatakan bahwa, “daya
tarik suatu pembelajaran ditentukan
Dari hasil observasi yang telah
oleh dua hal, pertama oleh mata
dilakukan
pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh
Surakarta,
cara mengajar guru. Guru sebagai
masalah-masalah
komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah :
pembelajaran, dapat mempengaruhi
1. Pemahaman
keberhasilan siswa dalam proses
belajarnya”
(2008:
5).
di
SMA
Negeri
terdapat
2
beberapa
dalam
kegiatan
terhadap
materi
sosiologi masih rendah.
Metode
Hal
ini
terbukti
dari
pembelajaran yang digunakan oleh
banyaknya siswa yang belum
guru juga memiliki peranan yang
berhasil
sangat penting dalam menentukan
Berdasarkan hasil pre-test
berhasil atau tidaknya suatu proses
yang dilakukan, terdapat 78%
pembelajaran. Oleh karena itu, tugas
peserta
profesional guru adalah menjadikan
mencapai KKM atau sebanyak
pelajaran yang sebelumnya tidak
25 siswa dari jumlah keseluruhan
menarik menjadi
32 siswa.
menarik,
yang
didik
masih
belum
Dengan demikian,
dirasakan sulit menjadi mudah, yang
dapat
tadinya tidak bermakna menjadi
rendahnya
pemahaman
bermakna. Jika tugas-tugas tersebut
terhadap
materi
dapat dilaksanakan guru dengan
menyebabkan banyak siswa yang
baik, siswa akan secara sukarela
tidak dapat mencapai KKM.
mempelajari
materi
pembelajaran
dikatakan
2. Permasalahan
bahwa
siswa
sosiologi
lainnya
adalah
lebih lanjut karena merasa adanya
tidak adanya buku paket dan
kebutuhan belajar. Siswa menjadi
buku lembar kerja siswa.
lebih mudah dalam menerima materi
Ketika
mulai
memasuki
karena kondisi mental yang tidak
materi pembelajaran, guru hanya
tertekan, sehingga ilmu yang dia
menampilkan
peroleh pun akan meningkatkan
berbentuk Microsoft word dan
kualitas dari diri siswa tersebut,
kemudian menjelaskan sekilas
maka guru sebagai pengajar dapat
mengenai materi pembelajaran
dikatakan berhasil.
lalu menyuruh siswa-siswa untuk
materi
yang
mencatat
materi
yang
4. Rendahnya
keaktifan
dan
ditampilkan oleh guru. Beberapa
antusias siswa dalam mengikuti
siswa terlihat bermalas-malasan
kegiatan pembelajaran.
untuk mencatat, dan mengulur-
Keberhasilan
dalam
ulur waktu pembelajaran yang
kegiatan
seharusnya dapat diisi materi
dilihat dari tingginya keaktifan
selanjutnya. Hal ini sangat tidak
maupun semangat siswa dalam
efektif, karena waktu kegiatan
kegiatan pembelajaran. Namun
pembelajaran
banyak
berdasarkan pengamatan yang
kegiatan
telah dilakukan, keaktifan siswa
terbuang
lebih
untuk
mencatat.
dalam
3. Model pembelajaran konvensional
berupa
ceramah
mendominasi
masih
dalam
kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran
bisa
pembelajaran
sangat
rendah. Ketika siswa diminta
oleh
guru
untuk
bertanya
mengenai materi yang sedang
dipelajari, tidak ada siswa yang
Model
kegiatan
mengangkat tangan dan bertanya.
konvensional
Hal tersebut membuat kegiatan
seperti ini terkesan monoton
pembelajaran dikelas terkesan
sehingga
seperti
pembelajaran
siswa
mengalami
tidak
hidup
karena
kebosanan dan kejenuhan di
interaksi yang tercipta hanya
dalam kelas. Terbukti pada saat
berjalan satu arah.
guru
materi
Dari beberapa masalah yang
pelajaran banyak siswa yang
telah ditemukan, masalah rendahnya
tidak memperhatikan. Mereka
pemahaman materi sosiologi dan
terlihat mengantuk dan tidak
rendahnya keaktifan siswa dalam
memperhatikan penjelasan guru,
kegiatan pembelajaran merupakan
sedangkan
siswa
masalah yang harus segera diatasi
bermain
agar dapat menciptakan manusia
terlihat
menerangkan
beberapa
sibuk
handphone/gadget.
yang
berkualitas.
identifikasi
diperlukan
Beranjak
masalah
tindakan
dari
tersebut,
yang
dapat
mengatasi masalah keaktifan dan
siswa
hasil belajar siswa yang sekaligus
belajar mengenai suatu konsep atau
mengembangkan program “student
topik,
centered”.
menyenangkan (Sugiyanto, 2009).
Model
pembelajaran
mencari
dalam
pasangan
suasana
sambil
yang
Untuk mengetahui sejauh
yang
dianggap sesuai dengan Kurikulum
mana
2013 adalah model pembelajaran
pembelajaran Make a Match dalam
kooperatif.
sesuai
meningkatkan keaktifan dan prestasi
dengan pernyataan Slavin (2007),
belajar siswa pada mata pelajaran
“pembelajaran
sosiologi, maka
Hal
tersebut
kooperatif
menggalakkan
siswa
berinteraksi
keberhasilan
model
perlu dilakukan
suatu Penelitian Tindakan Kelas
dalam
(PTK) yang diadakan di kelas XI IIS
kelompok” (Sugiyono, 2008: 140).
2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun
Salah satu jenis model pembelajaran
pelajaran 2014/2015.
secara
aktif
dan
positif
kooperatif yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Make a Match. Metode
KAJIAN PUSTAKA
Kajian tentang Keaktifan Belajar
Dalam Rusman (2013: 324)
oleh
Lornna
“Pembelajaran aktif merupakan suatu
yang
mana
pendekatan pembelajaran yang lebih
merupakan salah satu alternative
banyak melibatkan aktivitas siswa
yang
pada
dalam mengakses berbagai informasi
meningkatkan
dan pengetahuan untuk dibahas dan
ini
dikembangkan
Curran
(1994),
dapat
pembelajaran
partisipasi
diterapkan
guna
dan
siswa.
dikaji dalam proses pembelajaran di
Penerapan metode ini dimulai dari
kelas, sehingga mereka mendapatkan
teknik yaitu siswa disuruh mencari
berbagai pengalaman yang dapat
pasangan kartu yang merupakan
meningkatkan
jawaban atau pertanyaan sebelum
kompetensinya”. Sedangkan menurut
batas waktunya, siswa yang dapat
Djaelani (2005: 15), “Belajar yang
mencocokkan kartunya diberi poin.
aktif ditandai dengan diantaranya
Dalam
banyak pekerjaan yang dilakukan
model
keaktifan
pembelajaran
ini,
pemahaman
dan
oleh siswa. Mereka berfikir serius,
pengukuran dari penilaian usaha
mencermati
gagasan-gagasan,
belajar
yang
banyak permasalahan dipecahkan,
bentuk
simbol,
dan menerapkan apa yang dipelajari.
kalimat yang menceritakan hasil
Keaktifan belajar mendorong siswa
yang sudah dicapai oleh setiap anak
bereaksi cepat atas setiap stimulus
pada periode tertentu (hlm. 138).
yang relevan, asyik, tertarik, dan
dinyatakan
huruf,
Berdasarkan
dalam
maupun
pengertian
di
menunjukkan keterlibatan pribadi.
atas, prestasi belajar menurut peneliti
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
merupakan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
diperoleh oleh peserta didik setelah
berfikir keras”.
proses pembelajaran yang dijadikan
Berdasarkan
pengertian
di
atas
suatu
hasil
yang
beberapa
tolak ukur dalam menentukan tingkat
mengenai
keberhasilan peserta didik dalam
keaktifan belajar, maka dapat peneliti
kegiatan
pembelajaran.
simpulkan keaktifan belajar adalah
belajar
terciptanya suatu interaksi dalam
ketercapaian peserta didik dalam
proses pembelajaran dimana peserta
memahami
didik diajak untuk turut serta dalam
dengan
semua proses pembelajaran, tidak
setiap akhir Bab yang dipelajari.
ini
Prestasi
ditentukan
materi
menggunakan
oleh
pembelajaran
test
pada
hanya mental, akan tetapi juga
melibatkan secara fisik sehingga
mendorong
siswa
untuk
mengembangkan dan menemukan
ide
pokok
dari
memecahkan
materi
belajar,
persoalan,
dan
berpendapat demi mendapatkan hasil
Kajian
tentang
Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980) dalam
Rusman (2012: 133), menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah
“suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan
belajar secara optimal.
Model
untuk
membentuk
kurikulum (rencana pelajaran jangka
Kajian tentang Prestasi Belajar
Dalam
prestasi
Hamdani
belajar
adalah
(2011),
hasil
panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran,
dan
membimbing
pembelajaran di kelas atau yang
lain”.
Sedangkan
(2009:
146)
mengemukakan
“…model
pembelajaran
diartikan
sebagai
konseptual
prosedur
yang
yang
untuk
Match
adalah
suatu
model
dapat
pembelajaran yang dikembangkan
kerangka
oleh Lorna Curran (1994) dimana
melukiskan
guru menyiapkan kartu-kartu yang
sistematis
mengorganisasikan
belajar
Model pembelajaran Make a
Aunurrahman
dalam
berisi pertanyaan dan kartu yang
pengalaman
berisi jawaban, setiap siswa mencari
tujuan
dan mendapatkan sebuah kartu soal
belajar tertentu dan berfungsi sebagai
dan berusaha menjawabnya, setiap
pedoman
perancang
siswa mencari kartu jawaban yang
pembelajaran dan para guru untuk
cocok dengan persoalannya. Bagi
merencanakan
siswa
bagi
mencapai
para
dan
melaksanakan
aktivitas pembelajaran”.
Berdasarkan
model
pembelajaran
yang
benar
mendapat
nilai/poin (Sugiyanto, 2009).
pengertian
telah
kelebihan dari penerapan strategi ini
dikemukakan oleh para ahli tersebut,
sebagai berikut : “kelebihan strategi
dapat disimpulkan bahwa model
ini
pembelajaran adalah suatu strategi
meningkatkan
untuk menarik minat, kreativitas, dan
siswa, baik secara kognitif maupun
keaktifan siswa dalam mempelajari
fisik;
materi
permainan,
metode
dalamnya terdapat pengaturan yang
menyenangkan;
3)
sistematis yang digunakan oleh guru
pemahaman siswa terhadap materi
sebagai arahan dalam melaksanakan
yang
proses kegiatan pembelajaran agar
meningkatkan
aktivitas pembelajaran dapat sesuai
siswa; 4) efektif sebagai sarana
dengan tujuan pembelajaran.
melatih keberanian siswa untuk
pembelajaran,
yang
Huda (2014) mengemukakan
yang
di
antara
2)
lain:
1)
aktivitas
karena
dipelajari
ada
dapat
belajar
unsur
ini
meningkatan
dan
dapat
motivasi
belajar
tampil presentasi; 5) efektif melatih
Kajian
tentang
Pembelajaran Make a Match
Model
kedisiplinan
siswa
menghargai
waktu untuk belajar (hlm 253)”.
Adapun kelemahan strategi
Surakarta, yaitu dengan jumlah 32
Make a Match menurut Huda
peserta didik, terdiri dari 10 peserta
(2014) adalah: “1) jika strategi ini
didik laki-laki dan 22 peserta didik
tidak dipersiapkan dengan baik,
perempuan pada tahun pelajaran
akan banyak waktu yang terbuang;
2014/2015.
Pada
2)
ditemukan
adanya
pada
awal-awal
penerapan
kelas
tersebut
permasalahan-
metode, banyak siswa yang akan
permasalahan
dalam
malu berpasangan dengan lawan
pembelajaran
khususnya
jenis;
pelajaran Sosiologi.
3)
jika
guru
tidak
Data
mengarahkan siswa dengan baik,
yang
kegiatan
mata
dikumpulkan
akan banyak siswa yang kurang
dalam penelitian ini meliputi segala
memperhatikan pada saat presentasi
peristiwa
pasangan; 4) guru harus hati-hati
informasi yang berkaitan dengan
dan
kriteria keberhasilan yang diterapkan
bijaksana
saat
memberi
yang
peneliti.
mengandung
hukuman pada siswa yang tidak
oleh
mendapat pasangan, karena mereka
dikumpulkan dalam penelitian ini
bisa malu; dan 5) menggunakan
meliputi
metode ini secara terus menerus
belajar dan prestasi belajar peserta
akan menimbulkan kebosanan (hlm.
didik.
253-254)”.
pengumpulan data yang digunakan
data
Oleh
Data
tentang
karena
yang
keaktifan
itu,
teknik
adalah yang didapatkan melalui tes,
METODE PENELITIAN
Tempat yang digunakan untuk
penelitian adalah SMA Negeri 2
Surakarta kelas XI IIS 2 tahun
pelajaran 2014/2015 selama enam
bulan yaitu mulai bulan September
2014 sampai bulan Februari 2015.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini difokuskan pada peserta
didik kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
observasi, wawancara, dokumentasi
dan arsip. Tes merupakan data utama
dalam penelitian ini yang dilakukan
pada
setiap
akhir
siklus
untuk
mengukur pemahaman peserta didik
setelah
penerapan
metode
pembelajaran Make a Match pada
mata pelajaran Sosiologi. Observasi
atau pengamatan dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data
dalam
Indikator kinerja merupakan
kegiatan pembelajaran. Wawancara
ketercapaian dari tujuan penelitian
dalam penelitian ini dilakukan oleh
yang dirumuskan secara realistis dan
peneliti untuk menggali beberapa
dapat diukur. Selain itu, penetapan
informasi
indikator
keaktifan
peserta
didik
terkait
pembelajaran
ini
digunakan
untuk
sosiologi. Kemudian pengumpulan
membatasi kapan tindakan akan
data melalui arsip digunakan untuk
berakhir
memperoleh
penelitian
data
sekolah,
data
dilaksanakan.
Dalam
ini
indikator
identitas peserta didik, data hasil
keberhasilannya
belajar peserta didik yang berupa
peningkatan keaktifan belajar dan
nilai ulangan, dan dokumentasi untuk
prestasi
memperoleh
gambaran
Indikator
bagaimana
sebuah
tentang
penelitian
belajar
belajar
peserta
keberhasilan
peserta
menetapkan
tindakan kelas dilakukan.
merupakan
keaktifan
didik,
75%
didik.
peneliti
peserta
didik
sebagai
indikator
penelitian ini adalah data tentang
keaktifan
belajar
keaktifan belajar dan prestasi belajar
termasuk dalam kategorikan aktif.
peserta
Kemudian
Data yang dianalisa dalam
didik.
Analisis
data
ketercapaian
peserta
indikator
didik
keberhasilan
untuk
prestasi belajar dalam penelitian ini,
menganalisis hasil prestasi belajar
pembelajaran kooperatif tipe Make a
peserta didik yang diperoleh dari tes,
Match
serta menganalisis data keaktifan
mampu
belajar peserta didik melalui lembar
belajar, apabila nilai rata-rata peserta
observasi.
didik
kuantitatif
digunakan
digunakan
Data
kuantitatif
adalah
yang
kuantitatif
dikatakan
berhasil
meningkatkan
melampaui
(Kriteria
Ketuntasan
dan
prestasi
nilai
KKM
Minimum)
sederhana yang berupa perhitungan
yaitu, 75 dan sebanyak 75% peserta
nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai
didik mencapai nilai tuntas.
terendah, dan presentase jumlah
Prosedur dan langkah-langkah
peserta didik yang mencapai batas
yang digunakan dalam melaksanakan
tuntas.
penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart dalam Kasihani Kasboelah
siklus I dilaksanakan selama 3 kali
(2001: 63-65) yaitu berupa model
pertemuan
spiral.
direncanakan, yaitu hari Sabtu (24
Perencanaan
Kemmis
seperti
yang
telah
menggunakan sistem spiral refleksi
Januari 2015),
diri yang dimulai dengan rencana
2015), dan Sabtu (31 Januari 2015).
tindakan
Pada
(planning),
(acting),
pengamatan
tindakan
(observing)
dan refleksi (reflecting).
Senin (26 Januari
masing-masing
pertemuan,
penelitian ini berlangsung selama 2 x
45 menit. Pada pertemuan pertama
dan kedua dilaksanakan pemberian
Siklus I
materi
Perencanaan tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Senin-Selasa,
metode.
dilakukan tes evaluasi siklus I.
Observasi dan Interpretasi
pada tanggal 12 - 14 Januari 2015 di
ruang guru SMA Negeri 2 Surakarta.
Siklus I akan dilaksanakan selama
tiga pertemuan, sedangkan hasil
diskusi perencanaan yang dilakukan
peneliti bersama guru yang pertama
adalah membuat RPP, membuat
bahan ajar, menyiapkan instrumen
lembar
observasi,
media
pembelajaran dan soal tes evaluasi,
perencanaan yang terakhir adalah
membuat skenario pembelajaran
Pelaksanaan tindakan adalah
scenario
Berdasarkan
pelaksanaan
tindakan
dan
evaluasi
yang
dilakukan
pada
siklus
dapat
I,
diketahui data keaktifan dan prestasi
belajar peserta didik. Dari 32 peserta
didik, terdapat 20 peserta didik
(62,50%) memiliki keaktifan belajar
tinggi,
hal
ini
mengalami
peningkatan dari kondisi pada saat
pra tindakan dimana hanya terdapat 6
peserta
didik
(18,75%)
dengan
keaktifan belajar tinggi. Sedangkan
dalam hal prestasi belajar, nilai rata-
Pelaksanaan Tindakan
penerapan
penerapan
Kemudian pada pertemuan ketiga
Perencanaan
seperti
dan
pembelajaran
rata kelas yang diperoleh pada siklus
I mengalami peningkatan sebanyak
Dalam
8,4 poin dari pra tindakan, yaitu
penelitian ini, pelaksanaan tindakan
67,81 menjadi 76,21. Dan peserta
yang
telah
dirumuskan.
didik yang mencapai atau melampaui
selanjutnya. 3) Peneliti memberikan
nilai batas ketuntasan pada siklus I
masukan
sebanyak 20 peserta didik (62,5%),
diantaranya yaitu, guru harus mampu
yangmana
menjangkau
pada
kegiatan
pra
kepada
guru
seluruh
beberapa
kelas
dan
tindakan hanya terdapat 7 peserta
meningkatkan
kontrol
dan
didik (21,90%).
pengawasan terhadap peserta didik
dalam proses pembelajaran agar
Analisis dan Refleksi
tercipta suasana kelas yang lebih
Berdasarkan refleksi yang telah
dilakukan peneliti bersama guru,
maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru memberikan
variasi
pembelajaran
sebagai
pengantar pada pertemuan I siklus II
kondusif
sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi kebingungan
pada
peserta
memberikan
menarik,
didik.
4)
motivasi
sehingga
Guru
dengan
peserta
didik
dapat fokus belajar selama proses
pembelajaran berlangsung.
dengan menggunakan media mind
mapping agar peserta didik tidak
Siklus II
jenuh mengikuti proses pembelajaran
dan lebih mudah memahami materi
ajar. 2) Guru memberikan penguatan
konsep kepada peserta didik dan
membimbing peserta didik untuk
menemukan konsep yang benar.
Penguatan konsep dapat dilakukan
pada awal pembelajaran, dimana
guru memberikan gambaran umum
mengenai
materi
yang
akan
dipelajari. Penguatan konsep awal ini
diharapkan akan membawa peserta
didik untuk memahami apa dipelajari
pada
tahap-tahap
pembelajaran
Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II
dilakukan
pada
hari
Sabtu,
31
Januari 2015 bertempat di ruang guru
SMA Negeri 2 Surakarta pada pukul
12.00 WIB siang. Peneliti bersama
guru mendiskusikan hasil yang telah
dicapai pada siklus I, dan mencari
kekurangan serta kelebihan yang
telah dilaksanakan pada siklus I.
Pada siklus I, indikator keaktifan dan
prestasi belajar peserta didik belum
memenuhi target penelitian, maka
pada siklus II dilakukan perbaikan-
perbaikan.
Peneliti
dan
guru
menetapkan
75%
peserta
didik
menyepakati tindakan pada siklus II
memiliki tingkat keaktifan belajar
akan dilaksanakan selama 3 kali
tinggi. Sedangkan dalam hal prestasi
pertemuan.
belajar, nilai rata-rata kelas yang
diperoleh pada siklus II kembali
Pelaksanaan Tindakan
mengalami peningkatan dari siklus I,
Pelaksanaan tindakan adalah
penerapan
skenario
yang
telah
dirumuskan. Pelaksanaan tindakan
pada siklus II dilaksanakan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan
perencanaan, yaitu pada hari Senin
(2 Februari 2015), Sabtu (7 Februari
2015), dan Senin (9 Februari 2015).
Observasi dan Interpretasi
Berdasarkan
tindakan
dan
yang
dilakukan pada siklus II, dapat
diketahui data mengenai keaktifan
dan prestasi belajar peserta didik
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
Surakarta. Dari hasil pengamatan,
diketahui terdapat 25 peserta didik
yang memiliki tingkat keaktifan
belajar tinggi, jika dipersentasekan
mencapai
78,13%.
Perolehan
tersebut mengalami peningkatan dari
siklus I yang hanya mencapai 62,5%.
Capaian
keaktifan belajar pada
siklus II telah mencapai indikator
penelitian
dimana
didik yang telah mencapai nilai batas
ketuntasan pada siklus II sebanyak
27 peserta didik, jika dipersentasekan
mencapai 84,31%. Dalam aspek
prestasi belajar, penelitian ini telah
mencapai
kedua
indikator
keberhasilan penelitian.
Analisis dan Refleksi
pelaksanaan
evaluasi
76,21 menjadi 82,31. Dan peserta
peneliti
Berdasarkan
refleksi
yang
telah
dilakukan peneliti bersama guru,
maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru harus lebih
kreatif
dan
menyiapkan
inovatif
dalam
perlengkapan
dalam
pembelajaran agar peserta didik tidak
merasa
jenuh,
menarik
minat
belajar
peserta
sehingga
dan
didik.
dapat
antusiasme
2)
Guru
menekankan
adanya
reward/
penghargaan
kepada
pasangan
peserta
didik
yang
menemukan
pasangan kartu tercepat. 3) Guru
harus melakukan pendekatan kepada
2. Ketuntasan
peserta didik, baik di dalam kelas
maupun
di
luar
kelas,
untuk
Presentase
Kategori
Pra
Siklus
Tindakan
I
Tidak Tuntas
78,13%
37,5% 15,63%
Tuntas
21,87%
62,5% 84,37%
Jumlah
100%
100%
mengetahui apa permasalahan yang
dialami peserta didik.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel persentase hasil
penelitian
mengenai
tingkat
keaktifan belajar peserta didik tiap
siklus:
Djaelani dkk menyampaikkan
mengenai
ciri-ciri
“Belajar
aktif
belajar
ditandai
aktif,
dengan
diantaranya banyak pekerjaan yang
Presentase
Kategori
dilakukan oleh peserta didik. Mereka
Pra
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Rendah
81,25%
37,50% 21,87%
Tinggi
18,75
62,50% 78,13%
Jumlah
100%
100%
berfikir serius, mencermati gagasangagasan,
banyak
permasalahan
dipecahkan, dan menerapkan apa
100%
yang dipelajari. Keaktifan belajar
mendorong peserta didik bereaksi
cepat atas setiap stimulus yang
Berikut adalah tabel hasil penelitian
relevan,
mengenai prestasi belajar peserta
menunjukkan keterlibatan pribadi.
didik tiap siklus:
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
KKM
tertarik,
dan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
1. Nilai Rata-rata Kelas
Tahap
asyik,
berfikir keras (Djaelani, 2005: 15).
Pra tindakan
75
Nilai
rata-rata
67,81
Siklus I
75
76,21
tindakan yang diterapkan yaitu untuk
Siklus II
75
82,31
menciptakan pembelajaran yang aktif
Dari
pendapat
Djaelani
tersebut, cocok dengan situasi atau
guru
mencipatakan
kegiatan
pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan
sehingga
dapat
Siklus
II
100%
mendorong peserta didik untuk cepat
kegiatan
bereaksi dan merespon umpan balik
tinggi.
Tingkat keaktifan belajar
yang diberikan oleh guru pada saat
peserta
didik
kegiatan
pembelajaran
pembelajaran.
Model
pembelajaran
dalam
menjadi
kegiatan
mempengaruhi
pembelajaran kooperatif merupakan
pemahaman peserta didik dalam
model
yang
menerima materi pembelajaran yang
kerja sama
diberikan guru sehingga prestasi
pembelajaran
mengutamakan pada
antar
peserta
didik
sehingga
belajar peserta didik pun meningkat.
memungkinkan peserta didik untuk
aktif dalam pembelajaran. Salah satu
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tindakan kelas yang
model pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam aspek listening, oral,
writing dan motor ialah model
pembelajaran Make a Match. Model
pembelajaran Make a Match dapat
menciptakan suasana pembelajaran
yang memicu peserta didik untuk
berpikir/menemukan pasangan kartu
yang tepat , dengan begitu peserta
didik
akan
belajar
untuk
memecahkan soal/jawaban diberikan
oleh guru tanpa perasaan tegang.
Suasana
belajar
yang
aktif
ini
berdampak pada prestasi belajar
peserta didik, yang semula tingkat
keaktifan
peserta
pembelajaran
penerapan
didik
rendah,
metode
dalam
dengan
pembelajaran
Make a Match keterlibatan atau
partisipasi
peserta
didik
dalam
dilaksanakan di kelas XI IIS 2
dilakukan dalam 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, dimana 2 kali pertemuan
untuk penyampaian materi serta
penerapan
metode
pembelajaran
Make a Match dan pertemuan ketiga
pada
setiap
pemberian
siklusnya
evaluasi
untuk
meliputi
tes
kognitif.
Dari hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Sosiologi di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta. Walaupun
demikian,
penggunaan
metode
pembelajaran Make a Match bukan
merupakan
satu-satunya
metode
pembelajaran kooperatif yang dapat
didik kembali meningkat, sebanyak
meningkatkan keaktifan dan prestasi
25
belajar siswa, karena dari hasil
keaktifan belajar yang tinggi. 2)
penelitian yang diperoleh, terdapat
Persentase prestasi belajar peserta
siswa
didik
yang
tidak
mengalami
siswa
(78,13%)
mengalami
memiliki
peningkatan.
peningkatan dan bahkan terdapat
Sebelum
pula yang mengalami penurunan
pembelajaran Make a Match, nilai
prestasi belajar pada setiap siklusnya.
rata-rata kelas mencapai 67,81 yang
Oleh sebab itu, dalam penggunaan
mana
model pembelajaran Make a Match
(21,87%)
harus disesuaikan lagi dengan mata
KKM. Setelah dilakukan penerapan
pelajaran
karakter
model pembelajaran Make a Match
siswanya.Peningkatan keaktifan dan
pada siklus I, nilai rata-rata kelas
prestasi belajar siswa dapat diperinci
mengalami
sebagai berikut: 1) Keaktifan belajar
76,21, dimana siswa yang mencapai
siswa
batas
ataupun
mengalami
Sebelum
peningkatan.
diterapkannya
hanya
terdapat
yang
model
7
siswa
mencapai
batas
peningkatan
KKM
menjadi
meningkat
menjadi
diterapkannya
model
sebanyak 27 siswa (62,5%). Pada
Make
Match
siklus II, prestasi belajar peserta
pembelajaran
a
keaktifan belajar siswa kelas XI IIS 2
didik
SMA Negeri 2 Surakarta masih
peningkatan nilai
rendah, karena hanya terdapat 6
mencapai 82,31, pada siklus II siswa
peserta
yang
didik
(18,75%)
yang
yang
ditunjukkan
dengan
rata-rata kelas
melampaui
batas
memiliki tingkat keaktifan belajar
ketuntasan
tinggi.
sebanyak 27 siswa (84,37%).
Pada
dilakukan
I,
setelah
penerapan
pembelajaran
keaktifan
siklus
Make
belajar
a
peserta
Berdasarkan kesimpulan yang
Match
telah dikemukakan di atas, maka
didik
implikasi
sebagai
siswa
Teoritis.
yang
menjadi
model
meningkat menjadi sebanyak 20
(62,50%)
meningkat
nilai
memiliki
penelitian
berikut
Hasil
:
ini
1)
adalah
Implikasi
penelitian
ini
tingkat keaktifan belajar tinggi. Pada
menggambarkan bahwa penerapan
siklus II keaktifan belajar peserta
model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan keaktifan dan
kreatif agar siswa memiliki antusias
prestasi belajar siswa pada mata
dan semangat belajar yang tinggi
pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 di
sehingga
SMA Negeri 2 Surakarta. Secara
kualitas proses dan prestasi belajar
teoritis, hasil penelitian ini dapat
siswa. Selan itu, guru hendaknya
digunakan
dalam
mampu membangkitkan percaya diri
pengembangan dan disain penelitian
siswa terlebih kepada siswa yang
selanjutnya. 2) Implikasi Praktis.
kurang memberikan respon pada saat
Hasil penelitian ini dapat menjadi
kegiatan
pertimbangan guru maupun calon
mereka berani bertanya, menjawab,
guru untuk menggunakan model
maupun
pembelajaran
materi yang diajarkan. 2) Bagi
sebagai
dasar
yang
inovatif
dan
dapat
meningkatkan
pembelajaran
berpendapat
peserta
dalam upaya meningkatkan kualitas
mampu berpartisipasi aktif selama
proses
proses
misalnya
Siswa
mengenai
variatif dalam proses pembelajaran
pembelajaran,
didik.
sehingga
pembelajaran
hendaknya
berlangsung
model
dengan memberikan respon yang
pembelajaran kooperatif tipe Make a
baik terhadap guru saat memberikan
Match dalam kegiatan pembelajaran
materi
sehingga
dapat
peneliti. Pertama, hendaknya peneliti
partisipasi
dan
dengan
menerapkan
meningkatkan
prestasi
belajar
pembelajaran.
3)
Bagi
lain yang ingin melakukan penelitian
sejenis sedapat mungkin terlebih
peserta didik.
Berdasarkan
simpulan
dan
dahulu
menganalisis
kembali
implikasi di atas, maka dapat peneliti
perangkat pembelajaran yang telah
sampaikan beberapa saran sebagai
dibuat
bahan pertimbangan, antara lain
penggunaanya, terutama dalam hal
sebagai berikut: 1) Bagi guru. Guru
alokasi waktu, fasilitas pendukung
hendaknya
mampu
dan karakteritik siswa yang ada pada
suasana
pembelajaran
menciptakan
untuk
disesuaikan
yang
sekolah tempat penelitian tersebut.
penyajian
Selain itu, membuat instrumen yang
materi maupun penerapan model
dapat membuktikan kaitan antara
pembelajaran yang bervariasi dan
siklus yang dilakukan dengan hasil
menyenangkan
dengan
yang dicapai. Kedua, hendaknya
dengan
penelitian
yang
ini
dapat
digunakan
sebagai acuan penelitian selanjutnya
mengaitkan
belum
aspek-aspek
diungkapkan
dan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2010). Belajar dan
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Pembelajaran. Bandung:
Mengajar.
Alfabeta.
Pustaka Setia.
Djaelani, dkk. (2005). “Perbedaan
Pengaruh
Pendekatan
Huda,
Bandung:
Miftahul.
Model
CV.
Model-
(2014).
Pengajaran
dan
Pembelajaran Kooperatif dan
Pembelajaran:
Langsung Terhadap Prestasi
Metodis dan Paradigmatis”.
Belajar
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan
Matematika
Kadar
Ditinjau
Keaktivan
dari
Belajar
Mahasiswa PGSD FKIP UNS
Surakarta
tahun
2005”.
Rusman.
(2012).
“Isu-isu
Model-Model
Pembelajaran.
Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
(2009).
Model-model
Laporan Penelitian. Tidak
Pembelajaran
Inovatif.
Dipublikasikan.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyanto.