PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Rahmawati | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Eti Rahmawati
Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta
ABSTRAK
Eti Rahmawati. K8411029. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI
2 SURAKARTA PADA TAHUN AJARAN 2014/2015. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Make a Match
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas
XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Sumber data
berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi

dan tes, sementara teknik pedukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Sosiologi kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan
aktivitas siswa dan prestasi pada pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra-siklus,
ada 6 siswa (18,75%) yang memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi, kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (62,50%), sedangkan pada siklus II, aktivitas
belajar meningkat menjadi 25 siswa (78,13%). Prestasi belajar siswa menunjukkan
peningkatan pesat dalam pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra siklus, nilai ratarata siswa adalah 67,81 pada dari skala 0-100. Hal ini meningkat menjadi 76,21 pada siklus I,
82,31 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum pada pra-siklus
adalah 7 siswa (21,87%), kemudian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat
menjadi 20 siswa (62,5%), dan akhirnya pada siklus II siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum menjadi 27 siswa (84,37%).
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Make a Match, Keaktifan Belajar Siswa,
Prestasi Belajar Siswa.

dalam kurikulum tersebut. Sekolah-

PENDAHULUAN

Pendidikan

merupakan

hal

yang terpenting bagi suatu bangsa,
karena maju atau tidaknya suatu
bangsa itu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang ada di Negara
tersebut. Kualitas pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas pula.
Sumber

daya

manusia

yang


berkualitas menjadi aset berharga
yang dimiliki bangsa untuk mencapai
kemajuan suatu bangsa.
Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia,
pemerintah

mulai

perbaikan

proses

Kurikulum

2013

mengadakan
pembelajaran.

yang

digembor-gemborkan

sedang

pemerintah

kini telah diberhentikan. Kurikulum
2013 berpusat untuk mendorong
siswa

agar

menanya,

aktif

mengamati,


mencoba

atau

mengumpulkan data, mengasosiasi
atau

menalar,

mengkomunikasikan.

dan
Kurikulum

tersebut saat ini hendak diperbaiki
dan dikaji ulang karena belum semua
guru

dianggap


melaksanakan

siap

hal-hal

yang

untuk
ada

sekolah yang baru melaksanakan
kurikulum

tersebut

selama

satu


semester, kini diperkenankan untuk
menerapkan

kembali

Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berlawanan dengan hal tersebut,
sekolah-sekolah
melaksanakan

yang

telah

kurikulum

tersebut


selama tiga semester masih diminta
untuk menerapkan kurikulum 2013
sebagai

sekolah

percontohan.

Perombakan kurikulum tidak akan
berjalan

mencapai

diinginkan

jika

tujuan

tidak


yang

diimbangi

dengan kualitas tenaga pengajar.
Tenaga pengajar disini adalah guru
yang

bertugas

mentransfer

ilmu

kepada peserta didik. Kualitas yang
mumpuni dari seorang guru adalah
salah

satu


faktor

yang

dapat

membuat peserta didik selalu merasa
haus akan ilmu. Dalam kurikulum
2013 ini, guru tidak bisa lagi
berperan sebagai

pusat

kegiatan

belajar di kelas (teacher center).
Siswa dituntut untuk belajar mandiri
dan aktif sedangkan


guru hanya

bertindak sebagai fasilitator.
Degeng

(2008)

dalam

Sugiyanto menyatakan bahwa, “daya

tarik suatu pembelajaran ditentukan

Dari hasil observasi yang telah

oleh dua hal, pertama oleh mata

dilakukan

pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh

Surakarta,

cara mengajar guru. Guru sebagai

masalah-masalah

komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran diantaranya adalah :

pembelajaran, dapat mempengaruhi

1. Pemahaman

keberhasilan siswa dalam proses
belajarnya”

(2008:

5).

di

SMA

Negeri

terdapat

2

beberapa

dalam

kegiatan

terhadap

materi

sosiologi masih rendah.

Metode

Hal

ini

terbukti

dari

pembelajaran yang digunakan oleh

banyaknya siswa yang belum

guru juga memiliki peranan yang

berhasil

sangat penting dalam menentukan

Berdasarkan hasil pre-test

berhasil atau tidaknya suatu proses

yang dilakukan, terdapat 78%

pembelajaran. Oleh karena itu, tugas

peserta

profesional guru adalah menjadikan

mencapai KKM atau sebanyak

pelajaran yang sebelumnya tidak

25 siswa dari jumlah keseluruhan

menarik menjadi

32 siswa.

menarik,

yang

didik

masih

belum

Dengan demikian,

dirasakan sulit menjadi mudah, yang

dapat

tadinya tidak bermakna menjadi

rendahnya

pemahaman

bermakna. Jika tugas-tugas tersebut

terhadap

materi

dapat dilaksanakan guru dengan

menyebabkan banyak siswa yang

baik, siswa akan secara sukarela

tidak dapat mencapai KKM.

mempelajari

materi

pembelajaran

dikatakan

2. Permasalahan

bahwa
siswa

sosiologi

lainnya

adalah

lebih lanjut karena merasa adanya

tidak adanya buku paket dan

kebutuhan belajar. Siswa menjadi

buku lembar kerja siswa.

lebih mudah dalam menerima materi

Ketika

mulai

memasuki

karena kondisi mental yang tidak

materi pembelajaran, guru hanya

tertekan, sehingga ilmu yang dia

menampilkan

peroleh pun akan meningkatkan

berbentuk Microsoft word dan

kualitas dari diri siswa tersebut,

kemudian menjelaskan sekilas

maka guru sebagai pengajar dapat

mengenai materi pembelajaran

dikatakan berhasil.

lalu menyuruh siswa-siswa untuk

materi

yang

mencatat

materi

yang

4. Rendahnya

keaktifan

dan

ditampilkan oleh guru. Beberapa

antusias siswa dalam mengikuti

siswa terlihat bermalas-malasan

kegiatan pembelajaran.

untuk mencatat, dan mengulur-

Keberhasilan

dalam

ulur waktu pembelajaran yang

kegiatan

seharusnya dapat diisi materi

dilihat dari tingginya keaktifan

selanjutnya. Hal ini sangat tidak

maupun semangat siswa dalam

efektif, karena waktu kegiatan

kegiatan pembelajaran. Namun

pembelajaran

banyak

berdasarkan pengamatan yang

kegiatan

telah dilakukan, keaktifan siswa

terbuang

lebih
untuk

mencatat.

dalam

3. Model pembelajaran konvensional
berupa

ceramah

mendominasi

masih

dalam

kegiatan

pembelajaran.

pembelajaran

bisa

pembelajaran

sangat

rendah. Ketika siswa diminta
oleh

guru

untuk

bertanya

mengenai materi yang sedang
dipelajari, tidak ada siswa yang

Model

kegiatan

mengangkat tangan dan bertanya.

konvensional

Hal tersebut membuat kegiatan

seperti ini terkesan monoton

pembelajaran dikelas terkesan

sehingga

seperti

pembelajaran

siswa

mengalami

tidak

hidup

karena

kebosanan dan kejenuhan di

interaksi yang tercipta hanya

dalam kelas. Terbukti pada saat

berjalan satu arah.

guru

materi

Dari beberapa masalah yang

pelajaran banyak siswa yang

telah ditemukan, masalah rendahnya

tidak memperhatikan. Mereka

pemahaman materi sosiologi dan

terlihat mengantuk dan tidak

rendahnya keaktifan siswa dalam

memperhatikan penjelasan guru,

kegiatan pembelajaran merupakan

sedangkan

siswa

masalah yang harus segera diatasi

bermain

agar dapat menciptakan manusia

terlihat

menerangkan

beberapa
sibuk

handphone/gadget.

yang

berkualitas.

identifikasi
diperlukan

Beranjak

masalah
tindakan

dari

tersebut,
yang

dapat

mengatasi masalah keaktifan dan

siswa

hasil belajar siswa yang sekaligus

belajar mengenai suatu konsep atau

mengembangkan program “student

topik,

centered”.

menyenangkan (Sugiyanto, 2009).

Model

pembelajaran

mencari

dalam

pasangan

suasana

sambil

yang

Untuk mengetahui sejauh

yang

dianggap sesuai dengan Kurikulum

mana

2013 adalah model pembelajaran

pembelajaran Make a Match dalam

kooperatif.

sesuai

meningkatkan keaktifan dan prestasi

dengan pernyataan Slavin (2007),

belajar siswa pada mata pelajaran

“pembelajaran

sosiologi, maka

Hal

tersebut

kooperatif

menggalakkan

siswa

berinteraksi

keberhasilan

model

perlu dilakukan

suatu Penelitian Tindakan Kelas

dalam

(PTK) yang diadakan di kelas XI IIS

kelompok” (Sugiyono, 2008: 140).

2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun

Salah satu jenis model pembelajaran

pelajaran 2014/2015.

secara

aktif

dan

positif

kooperatif yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Make a Match. Metode

KAJIAN PUSTAKA
Kajian tentang Keaktifan Belajar
Dalam Rusman (2013: 324)

oleh

Lornna

“Pembelajaran aktif merupakan suatu

yang

mana

pendekatan pembelajaran yang lebih

merupakan salah satu alternative

banyak melibatkan aktivitas siswa

yang

pada

dalam mengakses berbagai informasi

meningkatkan

dan pengetahuan untuk dibahas dan

ini

dikembangkan

Curran

(1994),

dapat

pembelajaran
partisipasi

diterapkan
guna

dan

siswa.

dikaji dalam proses pembelajaran di

Penerapan metode ini dimulai dari

kelas, sehingga mereka mendapatkan

teknik yaitu siswa disuruh mencari

berbagai pengalaman yang dapat

pasangan kartu yang merupakan

meningkatkan

jawaban atau pertanyaan sebelum

kompetensinya”. Sedangkan menurut

batas waktunya, siswa yang dapat

Djaelani (2005: 15), “Belajar yang

mencocokkan kartunya diberi poin.

aktif ditandai dengan diantaranya

Dalam

banyak pekerjaan yang dilakukan

model

keaktifan

pembelajaran

ini,

pemahaman

dan

oleh siswa. Mereka berfikir serius,

pengukuran dari penilaian usaha

mencermati

gagasan-gagasan,

belajar

yang

banyak permasalahan dipecahkan,

bentuk

simbol,

dan menerapkan apa yang dipelajari.

kalimat yang menceritakan hasil

Keaktifan belajar mendorong siswa

yang sudah dicapai oleh setiap anak

bereaksi cepat atas setiap stimulus

pada periode tertentu (hlm. 138).

yang relevan, asyik, tertarik, dan

dinyatakan
huruf,

Berdasarkan

dalam
maupun

pengertian

di

menunjukkan keterlibatan pribadi.

atas, prestasi belajar menurut peneliti

Mereka bisa jadi sering bergeser dari

merupakan

tempat duduknya, bergerak gesit dan

diperoleh oleh peserta didik setelah

berfikir keras”.

proses pembelajaran yang dijadikan

Berdasarkan
pengertian

di

atas

suatu

hasil

yang

beberapa

tolak ukur dalam menentukan tingkat

mengenai

keberhasilan peserta didik dalam

keaktifan belajar, maka dapat peneliti

kegiatan

pembelajaran.

simpulkan keaktifan belajar adalah

belajar

terciptanya suatu interaksi dalam

ketercapaian peserta didik dalam

proses pembelajaran dimana peserta

memahami

didik diajak untuk turut serta dalam

dengan

semua proses pembelajaran, tidak

setiap akhir Bab yang dipelajari.

ini

Prestasi

ditentukan

materi

menggunakan

oleh

pembelajaran
test

pada

hanya mental, akan tetapi juga
melibatkan secara fisik sehingga
mendorong

siswa

untuk

mengembangkan dan menemukan
ide

pokok

dari

memecahkan

materi

belajar,

persoalan,

dan

berpendapat demi mendapatkan hasil

Kajian

tentang

Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980) dalam
Rusman (2012: 133), menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah
“suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan

belajar secara optimal.

Model

untuk

membentuk

kurikulum (rencana pelajaran jangka
Kajian tentang Prestasi Belajar
Dalam
prestasi

Hamdani

belajar

adalah

(2011),
hasil

panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran,

dan

membimbing

pembelajaran di kelas atau yang

lain”.

Sedangkan

(2009:

146)

mengemukakan

“…model

pembelajaran

diartikan

sebagai

konseptual
prosedur

yang
yang

untuk

Match

adalah

suatu

model

dapat

pembelajaran yang dikembangkan

kerangka

oleh Lorna Curran (1994) dimana

melukiskan

guru menyiapkan kartu-kartu yang

sistematis

mengorganisasikan
belajar

Model pembelajaran Make a

Aunurrahman

dalam

berisi pertanyaan dan kartu yang

pengalaman

berisi jawaban, setiap siswa mencari

tujuan

dan mendapatkan sebuah kartu soal

belajar tertentu dan berfungsi sebagai

dan berusaha menjawabnya, setiap

pedoman

perancang

siswa mencari kartu jawaban yang

pembelajaran dan para guru untuk

cocok dengan persoalannya. Bagi

merencanakan

siswa

bagi

mencapai

para

dan

melaksanakan

aktivitas pembelajaran”.
Berdasarkan
model

pembelajaran

yang

benar

mendapat

nilai/poin (Sugiyanto, 2009).
pengertian
telah

kelebihan dari penerapan strategi ini

dikemukakan oleh para ahli tersebut,

sebagai berikut : “kelebihan strategi

dapat disimpulkan bahwa model

ini

pembelajaran adalah suatu strategi

meningkatkan

untuk menarik minat, kreativitas, dan

siswa, baik secara kognitif maupun

keaktifan siswa dalam mempelajari

fisik;

materi

permainan,

metode

dalamnya terdapat pengaturan yang

menyenangkan;

3)

sistematis yang digunakan oleh guru

pemahaman siswa terhadap materi

sebagai arahan dalam melaksanakan

yang

proses kegiatan pembelajaran agar

meningkatkan

aktivitas pembelajaran dapat sesuai

siswa; 4) efektif sebagai sarana

dengan tujuan pembelajaran.

melatih keberanian siswa untuk

pembelajaran,

yang

Huda (2014) mengemukakan

yang

di

antara

2)

lain:

1)

aktivitas

karena

dipelajari

ada

dapat
belajar

unsur
ini

meningkatan

dan

dapat

motivasi

belajar

tampil presentasi; 5) efektif melatih
Kajian

tentang

Pembelajaran Make a Match

Model

kedisiplinan

siswa

menghargai

waktu untuk belajar (hlm 253)”.

Adapun kelemahan strategi

Surakarta, yaitu dengan jumlah 32

Make a Match menurut Huda

peserta didik, terdiri dari 10 peserta

(2014) adalah: “1) jika strategi ini

didik laki-laki dan 22 peserta didik

tidak dipersiapkan dengan baik,

perempuan pada tahun pelajaran

akan banyak waktu yang terbuang;

2014/2015.

Pada

2)

ditemukan

adanya

pada

awal-awal

penerapan

kelas

tersebut

permasalahan-

metode, banyak siswa yang akan

permasalahan

dalam

malu berpasangan dengan lawan

pembelajaran

khususnya

jenis;

pelajaran Sosiologi.

3)

jika

guru

tidak

Data

mengarahkan siswa dengan baik,

yang

kegiatan
mata

dikumpulkan

akan banyak siswa yang kurang

dalam penelitian ini meliputi segala

memperhatikan pada saat presentasi

peristiwa

pasangan; 4) guru harus hati-hati

informasi yang berkaitan dengan

dan

kriteria keberhasilan yang diterapkan

bijaksana

saat

memberi

yang

peneliti.

mengandung

hukuman pada siswa yang tidak

oleh

mendapat pasangan, karena mereka

dikumpulkan dalam penelitian ini

bisa malu; dan 5) menggunakan

meliputi

metode ini secara terus menerus

belajar dan prestasi belajar peserta

akan menimbulkan kebosanan (hlm.

didik.

253-254)”.

pengumpulan data yang digunakan

data

Oleh

Data

tentang

karena

yang

keaktifan

itu,

teknik

adalah yang didapatkan melalui tes,
METODE PENELITIAN
Tempat yang digunakan untuk
penelitian adalah SMA Negeri 2
Surakarta kelas XI IIS 2 tahun
pelajaran 2014/2015 selama enam
bulan yaitu mulai bulan September
2014 sampai bulan Februari 2015.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini difokuskan pada peserta
didik kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2

observasi, wawancara, dokumentasi
dan arsip. Tes merupakan data utama
dalam penelitian ini yang dilakukan
pada

setiap

akhir

siklus

untuk

mengukur pemahaman peserta didik
setelah

penerapan

metode

pembelajaran Make a Match pada
mata pelajaran Sosiologi. Observasi
atau pengamatan dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data

dalam

Indikator kinerja merupakan

kegiatan pembelajaran. Wawancara

ketercapaian dari tujuan penelitian

dalam penelitian ini dilakukan oleh

yang dirumuskan secara realistis dan

peneliti untuk menggali beberapa

dapat diukur. Selain itu, penetapan

informasi

indikator

keaktifan

peserta

didik

terkait

pembelajaran

ini

digunakan

untuk

sosiologi. Kemudian pengumpulan

membatasi kapan tindakan akan

data melalui arsip digunakan untuk

berakhir

memperoleh

penelitian

data

sekolah,

data

dilaksanakan.

Dalam

ini

indikator

identitas peserta didik, data hasil

keberhasilannya

belajar peserta didik yang berupa

peningkatan keaktifan belajar dan

nilai ulangan, dan dokumentasi untuk

prestasi

memperoleh

gambaran

Indikator

bagaimana

sebuah

tentang
penelitian

belajar

belajar

peserta

keberhasilan
peserta

menetapkan

tindakan kelas dilakukan.

merupakan

keaktifan

didik,

75%

didik.

peneliti

peserta

didik

sebagai

indikator

penelitian ini adalah data tentang

keaktifan

belajar

keaktifan belajar dan prestasi belajar

termasuk dalam kategorikan aktif.

peserta

Kemudian

Data yang dianalisa dalam

didik.

Analisis

data

ketercapaian
peserta

indikator

didik

keberhasilan

untuk

prestasi belajar dalam penelitian ini,

menganalisis hasil prestasi belajar

pembelajaran kooperatif tipe Make a

peserta didik yang diperoleh dari tes,

Match

serta menganalisis data keaktifan

mampu

belajar peserta didik melalui lembar

belajar, apabila nilai rata-rata peserta

observasi.

didik

kuantitatif

digunakan

digunakan

Data

kuantitatif

adalah

yang

kuantitatif

dikatakan

berhasil

meningkatkan

melampaui

(Kriteria

Ketuntasan

dan

prestasi

nilai

KKM

Minimum)

sederhana yang berupa perhitungan

yaitu, 75 dan sebanyak 75% peserta

nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai

didik mencapai nilai tuntas.

terendah, dan presentase jumlah

Prosedur dan langkah-langkah

peserta didik yang mencapai batas

yang digunakan dalam melaksanakan

tuntas.

penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc

Taggart dalam Kasihani Kasboelah

siklus I dilaksanakan selama 3 kali

(2001: 63-65) yaitu berupa model

pertemuan

spiral.

direncanakan, yaitu hari Sabtu (24

Perencanaan

Kemmis

seperti

yang

telah

menggunakan sistem spiral refleksi

Januari 2015),

diri yang dimulai dengan rencana

2015), dan Sabtu (31 Januari 2015).

tindakan

Pada

(planning),

(acting),

pengamatan

tindakan
(observing)

dan refleksi (reflecting).

Senin (26 Januari

masing-masing

pertemuan,

penelitian ini berlangsung selama 2 x
45 menit. Pada pertemuan pertama
dan kedua dilaksanakan pemberian

Siklus I

materi

Perencanaan tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Senin-Selasa,

metode.

dilakukan tes evaluasi siklus I.
Observasi dan Interpretasi

pada tanggal 12 - 14 Januari 2015 di
ruang guru SMA Negeri 2 Surakarta.
Siklus I akan dilaksanakan selama
tiga pertemuan, sedangkan hasil
diskusi perencanaan yang dilakukan
peneliti bersama guru yang pertama
adalah membuat RPP, membuat
bahan ajar, menyiapkan instrumen
lembar

observasi,

media

pembelajaran dan soal tes evaluasi,
perencanaan yang terakhir adalah
membuat skenario pembelajaran

Pelaksanaan tindakan adalah
scenario

Berdasarkan

pelaksanaan

tindakan

dan

evaluasi

yang

dilakukan

pada

siklus

dapat

I,

diketahui data keaktifan dan prestasi
belajar peserta didik. Dari 32 peserta
didik, terdapat 20 peserta didik
(62,50%) memiliki keaktifan belajar
tinggi,

hal

ini

mengalami

peningkatan dari kondisi pada saat
pra tindakan dimana hanya terdapat 6
peserta

didik

(18,75%)

dengan

keaktifan belajar tinggi. Sedangkan
dalam hal prestasi belajar, nilai rata-

Pelaksanaan Tindakan

penerapan

penerapan

Kemudian pada pertemuan ketiga

Perencanaan

seperti

dan

pembelajaran

rata kelas yang diperoleh pada siklus
I mengalami peningkatan sebanyak

Dalam

8,4 poin dari pra tindakan, yaitu

penelitian ini, pelaksanaan tindakan

67,81 menjadi 76,21. Dan peserta

yang

telah

dirumuskan.

didik yang mencapai atau melampaui

selanjutnya. 3) Peneliti memberikan

nilai batas ketuntasan pada siklus I

masukan

sebanyak 20 peserta didik (62,5%),

diantaranya yaitu, guru harus mampu

yangmana

menjangkau

pada

kegiatan

pra

kepada

guru

seluruh

beberapa

kelas

dan

tindakan hanya terdapat 7 peserta

meningkatkan

kontrol

dan

didik (21,90%).

pengawasan terhadap peserta didik
dalam proses pembelajaran agar

Analisis dan Refleksi

tercipta suasana kelas yang lebih

Berdasarkan refleksi yang telah
dilakukan peneliti bersama guru,
maka

perbaikan

yang

dapat

dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru memberikan
variasi

pembelajaran

sebagai

pengantar pada pertemuan I siklus II

kondusif

sehingga

memperkecil

kemungkinan terjadi kebingungan
pada

peserta

memberikan
menarik,

didik.

4)

motivasi

sehingga

Guru
dengan

peserta

didik

dapat fokus belajar selama proses
pembelajaran berlangsung.

dengan menggunakan media mind
mapping agar peserta didik tidak

Siklus II

jenuh mengikuti proses pembelajaran
dan lebih mudah memahami materi
ajar. 2) Guru memberikan penguatan
konsep kepada peserta didik dan
membimbing peserta didik untuk
menemukan konsep yang benar.
Penguatan konsep dapat dilakukan
pada awal pembelajaran, dimana
guru memberikan gambaran umum
mengenai

materi

yang

akan

dipelajari. Penguatan konsep awal ini
diharapkan akan membawa peserta
didik untuk memahami apa dipelajari
pada

tahap-tahap

pembelajaran

Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II
dilakukan

pada

hari

Sabtu,

31

Januari 2015 bertempat di ruang guru
SMA Negeri 2 Surakarta pada pukul
12.00 WIB siang. Peneliti bersama
guru mendiskusikan hasil yang telah
dicapai pada siklus I, dan mencari
kekurangan serta kelebihan yang
telah dilaksanakan pada siklus I.
Pada siklus I, indikator keaktifan dan
prestasi belajar peserta didik belum
memenuhi target penelitian, maka
pada siklus II dilakukan perbaikan-

perbaikan.

Peneliti

dan

guru

menetapkan

75%

peserta

didik

menyepakati tindakan pada siklus II

memiliki tingkat keaktifan belajar

akan dilaksanakan selama 3 kali

tinggi. Sedangkan dalam hal prestasi

pertemuan.

belajar, nilai rata-rata kelas yang
diperoleh pada siklus II kembali

Pelaksanaan Tindakan

mengalami peningkatan dari siklus I,

Pelaksanaan tindakan adalah
penerapan

skenario

yang

telah

dirumuskan. Pelaksanaan tindakan
pada siklus II dilaksanakan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan
perencanaan, yaitu pada hari Senin
(2 Februari 2015), Sabtu (7 Februari
2015), dan Senin (9 Februari 2015).
Observasi dan Interpretasi
Berdasarkan
tindakan

dan

yang

dilakukan pada siklus II, dapat
diketahui data mengenai keaktifan
dan prestasi belajar peserta didik
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
Surakarta. Dari hasil pengamatan,
diketahui terdapat 25 peserta didik
yang memiliki tingkat keaktifan
belajar tinggi, jika dipersentasekan
mencapai

78,13%.

Perolehan

tersebut mengalami peningkatan dari
siklus I yang hanya mencapai 62,5%.
Capaian

keaktifan belajar pada

siklus II telah mencapai indikator
penelitian

dimana

didik yang telah mencapai nilai batas
ketuntasan pada siklus II sebanyak
27 peserta didik, jika dipersentasekan
mencapai 84,31%. Dalam aspek
prestasi belajar, penelitian ini telah
mencapai

kedua

indikator

keberhasilan penelitian.
Analisis dan Refleksi

pelaksanaan
evaluasi

76,21 menjadi 82,31. Dan peserta

peneliti

Berdasarkan

refleksi

yang

telah

dilakukan peneliti bersama guru,
maka

perbaikan

yang

dapat

dilakukan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut: 1) Guru harus lebih
kreatif

dan

menyiapkan

inovatif

dalam

perlengkapan

dalam

pembelajaran agar peserta didik tidak
merasa

jenuh,

menarik

minat

belajar

peserta

sehingga
dan
didik.

dapat

antusiasme
2)

Guru

menekankan

adanya

reward/

penghargaan

kepada

pasangan

peserta

didik

yang

menemukan

pasangan kartu tercepat. 3) Guru

harus melakukan pendekatan kepada

2. Ketuntasan

peserta didik, baik di dalam kelas
maupun

di

luar

kelas,

untuk

Presentase
Kategori

Pra
Siklus
Tindakan
I

Tidak Tuntas

78,13%

37,5% 15,63%

Tuntas

21,87%

62,5% 84,37%

Jumlah

100%

100%

mengetahui apa permasalahan yang
dialami peserta didik.
HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel persentase hasil
penelitian

mengenai

tingkat

keaktifan belajar peserta didik tiap
siklus:

Djaelani dkk menyampaikkan
mengenai

ciri-ciri

“Belajar

aktif

belajar

ditandai

aktif,
dengan

diantaranya banyak pekerjaan yang
Presentase

Kategori

dilakukan oleh peserta didik. Mereka

Pra
Tindakan

Siklus
I

Siklus
II

Rendah

81,25%

37,50% 21,87%

Tinggi

18,75

62,50% 78,13%

Jumlah

100%

100%

berfikir serius, mencermati gagasangagasan,

banyak

permasalahan

dipecahkan, dan menerapkan apa

100%

yang dipelajari. Keaktifan belajar
mendorong peserta didik bereaksi
cepat atas setiap stimulus yang

Berikut adalah tabel hasil penelitian

relevan,

mengenai prestasi belajar peserta

menunjukkan keterlibatan pribadi.

didik tiap siklus:

Mereka bisa jadi sering bergeser dari

KKM

tertarik,

dan

tempat duduknya, bergerak gesit dan

1. Nilai Rata-rata Kelas
Tahap

asyik,

berfikir keras (Djaelani, 2005: 15).

Pra tindakan

75

Nilai
rata-rata
67,81

Siklus I

75

76,21

tindakan yang diterapkan yaitu untuk

Siklus II

75

82,31

menciptakan pembelajaran yang aktif

Dari

pendapat

Djaelani

tersebut, cocok dengan situasi atau

guru

mencipatakan

kegiatan

pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan

sehingga

dapat

Siklus
II

100%

mendorong peserta didik untuk cepat

kegiatan

bereaksi dan merespon umpan balik

tinggi.

Tingkat keaktifan belajar

yang diberikan oleh guru pada saat

peserta

didik

kegiatan

pembelajaran

pembelajaran.

Model

pembelajaran

dalam

menjadi

kegiatan

mempengaruhi

pembelajaran kooperatif merupakan

pemahaman peserta didik dalam

model

yang

menerima materi pembelajaran yang

kerja sama

diberikan guru sehingga prestasi

pembelajaran

mengutamakan pada
antar

peserta

didik

sehingga

belajar peserta didik pun meningkat.

memungkinkan peserta didik untuk
aktif dalam pembelajaran. Salah satu

KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tindakan kelas yang

model pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam aspek listening, oral,
writing dan motor ialah model
pembelajaran Make a Match. Model
pembelajaran Make a Match dapat
menciptakan suasana pembelajaran
yang memicu peserta didik untuk
berpikir/menemukan pasangan kartu
yang tepat , dengan begitu peserta
didik

akan

belajar

untuk

memecahkan soal/jawaban diberikan
oleh guru tanpa perasaan tegang.
Suasana

belajar

yang

aktif

ini

berdampak pada prestasi belajar
peserta didik, yang semula tingkat
keaktifan

peserta

pembelajaran
penerapan

didik

rendah,
metode

dalam
dengan

pembelajaran

Make a Match keterlibatan atau
partisipasi

peserta

didik

dalam

dilaksanakan di kelas XI IIS 2
dilakukan dalam 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, dimana 2 kali pertemuan
untuk penyampaian materi serta
penerapan

metode

pembelajaran

Make a Match dan pertemuan ketiga
pada

setiap

pemberian

siklusnya

evaluasi

untuk

meliputi

tes

kognitif.
Dari hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Sosiologi di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 2 Surakarta. Walaupun
demikian,

penggunaan

metode

pembelajaran Make a Match bukan
merupakan

satu-satunya

metode

pembelajaran kooperatif yang dapat

didik kembali meningkat, sebanyak

meningkatkan keaktifan dan prestasi

25

belajar siswa, karena dari hasil

keaktifan belajar yang tinggi. 2)

penelitian yang diperoleh, terdapat

Persentase prestasi belajar peserta

siswa

didik

yang

tidak

mengalami

siswa

(78,13%)

mengalami

memiliki

peningkatan.

peningkatan dan bahkan terdapat

Sebelum

pula yang mengalami penurunan

pembelajaran Make a Match, nilai

prestasi belajar pada setiap siklusnya.

rata-rata kelas mencapai 67,81 yang

Oleh sebab itu, dalam penggunaan

mana

model pembelajaran Make a Match

(21,87%)

harus disesuaikan lagi dengan mata

KKM. Setelah dilakukan penerapan

pelajaran

karakter

model pembelajaran Make a Match

siswanya.Peningkatan keaktifan dan

pada siklus I, nilai rata-rata kelas

prestasi belajar siswa dapat diperinci

mengalami

sebagai berikut: 1) Keaktifan belajar

76,21, dimana siswa yang mencapai

siswa

batas

ataupun

mengalami

Sebelum

peningkatan.

diterapkannya

hanya

terdapat

yang

model

7

siswa

mencapai

batas

peningkatan

KKM

menjadi

meningkat

menjadi

diterapkannya

model

sebanyak 27 siswa (62,5%). Pada

Make

Match

siklus II, prestasi belajar peserta

pembelajaran

a

keaktifan belajar siswa kelas XI IIS 2

didik

SMA Negeri 2 Surakarta masih

peningkatan nilai

rendah, karena hanya terdapat 6

mencapai 82,31, pada siklus II siswa

peserta

yang

didik

(18,75%)

yang

yang

ditunjukkan

dengan

rata-rata kelas

melampaui

batas

memiliki tingkat keaktifan belajar

ketuntasan

tinggi.

sebanyak 27 siswa (84,37%).

Pada

dilakukan

I,

setelah

penerapan

pembelajaran
keaktifan

siklus

Make

belajar

a

peserta

Berdasarkan kesimpulan yang

Match

telah dikemukakan di atas, maka

didik

implikasi
sebagai

siswa

Teoritis.

yang

menjadi

model

meningkat menjadi sebanyak 20
(62,50%)

meningkat

nilai

memiliki

penelitian
berikut
Hasil

:

ini
1)

adalah
Implikasi

penelitian

ini

tingkat keaktifan belajar tinggi. Pada

menggambarkan bahwa penerapan

siklus II keaktifan belajar peserta

model pembelajaran Make a Match

dapat meningkatkan keaktifan dan

kreatif agar siswa memiliki antusias

prestasi belajar siswa pada mata

dan semangat belajar yang tinggi

pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 di

sehingga

SMA Negeri 2 Surakarta. Secara

kualitas proses dan prestasi belajar

teoritis, hasil penelitian ini dapat

siswa. Selan itu, guru hendaknya

digunakan

dalam

mampu membangkitkan percaya diri

pengembangan dan disain penelitian

siswa terlebih kepada siswa yang

selanjutnya. 2) Implikasi Praktis.

kurang memberikan respon pada saat

Hasil penelitian ini dapat menjadi

kegiatan

pertimbangan guru maupun calon

mereka berani bertanya, menjawab,

guru untuk menggunakan model

maupun

pembelajaran

materi yang diajarkan. 2) Bagi

sebagai

dasar

yang

inovatif

dan

dapat

meningkatkan

pembelajaran

berpendapat

peserta

dalam upaya meningkatkan kualitas

mampu berpartisipasi aktif selama

proses

proses

misalnya

Siswa

mengenai

variatif dalam proses pembelajaran

pembelajaran,

didik.

sehingga

pembelajaran

hendaknya

berlangsung

model

dengan memberikan respon yang

pembelajaran kooperatif tipe Make a

baik terhadap guru saat memberikan

Match dalam kegiatan pembelajaran

materi

sehingga

dapat

peneliti. Pertama, hendaknya peneliti

partisipasi

dan

dengan

menerapkan

meningkatkan
prestasi

belajar

pembelajaran.

3)

Bagi

lain yang ingin melakukan penelitian
sejenis sedapat mungkin terlebih

peserta didik.
Berdasarkan

simpulan

dan

dahulu

menganalisis

kembali

implikasi di atas, maka dapat peneliti

perangkat pembelajaran yang telah

sampaikan beberapa saran sebagai

dibuat

bahan pertimbangan, antara lain

penggunaanya, terutama dalam hal

sebagai berikut: 1) Bagi guru. Guru

alokasi waktu, fasilitas pendukung

hendaknya

mampu

dan karakteritik siswa yang ada pada

suasana

pembelajaran

menciptakan

untuk

disesuaikan

yang

sekolah tempat penelitian tersebut.

penyajian

Selain itu, membuat instrumen yang

materi maupun penerapan model

dapat membuktikan kaitan antara

pembelajaran yang bervariasi dan

siklus yang dilakukan dengan hasil

menyenangkan

dengan

yang dicapai. Kedua, hendaknya

dengan

penelitian

yang

ini

dapat

digunakan

sebagai acuan penelitian selanjutnya

mengaitkan
belum

aspek-aspek

diungkapkan

dan

dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2010). Belajar dan

Hamdani. (2011). Strategi Belajar

Pembelajaran. Bandung:

Mengajar.

Alfabeta.

Pustaka Setia.

Djaelani, dkk. (2005). “Perbedaan
Pengaruh

Pendekatan

Huda,

Bandung:

Miftahul.
Model

CV.

Model-

(2014).
Pengajaran

dan

Pembelajaran Kooperatif dan

Pembelajaran:

Langsung Terhadap Prestasi

Metodis dan Paradigmatis”.

Belajar

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pendidikan

Matematika
Kadar

Ditinjau

Keaktivan

dari

Belajar

Mahasiswa PGSD FKIP UNS
Surakarta

tahun

2005”.

Rusman.

(2012).

“Isu-isu

Model-Model

Pembelajaran.

Jakarta:

Rajagrafindo Persada.
(2009).

Model-model

Laporan Penelitian. Tidak

Pembelajaran

Inovatif.

Dipublikasikan.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyanto.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Pertiwi | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8506

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKANHASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Pradiva | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 6168 13130 1 SM

0 0 9

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 1 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 2016. | UTAMA | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014 2015. | FITRI APRIANTI | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 6691 1

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | KURNIAWAN PUTRA | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5176

0 1 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN KEAKTIFAN BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 6 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Alviyanto | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 40

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 2 SMA N 8 SURAKARTA TAHUN 2014 2015 | Devi | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5653 12099 1

0 0 13

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA XI IIS 4 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Natalia | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5983 12770 1 SM

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | RahsyaPutra | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 6967 14692 1 SM

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Pertiwi | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8401

0 0 15