No.1 Keuangan Jaitu Jang Mulia Menteri PertamaKeuangan Ir. H. Djuanda

No. 1

KEUANGAN
Jaitu

Uraian J.M. Menteri Pertama/
Keuangan
Ir. H. DJUANDA
Didepan Sidang pleno-tertutup
Depernas
Tanggal 18 September 1959

DEPERNAS

262/XII-Dep./’59.
- 500 MENTERI PERTAMA/KEUANGAN Ir. H. DJUANDA: Saudara pimpinan,
para Anggota Dewan Perantjang
Nasional jang
terhormat, waktu saja diminta oleh Saudara Prof. Mr H. Muhd. Yamin untuk menjampaikan
beberapa keterangan dan bahan-bahan jang bersangkutan dengan
Anggaran

Belandja Negara pada persidangan Dewan Perantjang Nasional sekarang
ini, saja amat menghargai undangan ini, oleh karena
saja
menganggap kesempatan ini ada baik sekali dan bermanfaat sekali
buat pekerdjaan jang dihadapi kita bersama oleh Pemerintah
maupun
oleh Dewan Perantjang Nasional.
Sebetulnja kalau dilihat dari sudut bahan-bahan dan waktu
pada hari ini, waktunja memang tidak begitu tepat buat Pemerintah sendiri, oleh karena pada waktu sekarang ini kita di Kementerian Keuangan terutama masih ditengah-tengah persiapan, ditengahtengah pengumpulan bahan-bahan untuk menjusun Anggaran Belandja
tahun 1960 jang akan datang.
Dalam hal ini Saudara Prof. Mr H. Muhd. Yamin jang terhormat terutama mengetahui bahwa belum berapa lama, jaitu pada tanggal 29 Agustus oleh Kementerian Keuangan telah disampaikan kepada para menteri, para Menteri Muda dan para Menteri ex-officio
suatu sikuler jang kemudian saja djelaskan setjara lisan disidang
Kabinet Inti, jaitu mengenai susunan Anggaran Belandja tahun 1960.
Dan pada sirkuler ini dimintakan kepada para kawan Menteri agar
supaja bahan-bahan jang dimintakan itu disampaikan pada tanggal
20 bulan ini, djadi baru akan masuk hari Minggu selambat-lambatnja untuk kemudian disusun dan diolah di Kementerian Keuangan.
Djadi sebetulnja
bahan-bahan
jang saja
harapkan,

sumbangan-sumbangan dari Departemen-departemen dan para Menteri es-officio belum sampai ketangan Menteri Keuangan.
Selandjutnja nanti pada tanggal 1 Oktober Dewan Perwakilan
Rakjat dalam suasana baru berdasar atas Undang-undang jang berlaku sekarang, ialah Undang-undang Dasar 1945, akan bersidang tanggal 1 Oktober dan kemudian sudah didjandjikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat bahwa Pemerintah akan menjampaikan Anggaran Belandja
itu buat tahun 1960 pada 1 Nopember tahun ini, sehingga Dewan Perwakilan Rakjat akan mempunjai waktu dua bulan, jaitu bulan Nopember dan Desember untuk menjelesaikan Undang-undang Anggaran Belandja tahun 1960 itu, dengan harapan agar supaja dalam waktu dua bulan itu djuga sebelumnja habis tahun, sebelumnja berlakunja tahun
Anggaran Belandja tahun 1960, Anggaran Belandja tahun 1960 sudah
mendapat pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakjat.
Kalau dalam keadaan biasa barangkali time-scedule itu tidak
begitu berat dan tidak begitu mendesak waktunja, akan tetapi pada
sekarang ini agak amat sempit waktu ini, oleh karena kesatu: para
Menteri dalam Kabinet Kerdja baru sadja dalam waktu dua bulan

memegang .........................

memegang pertanggungan djawab atas Departemen masing-masing djadi kebanjakan masih memerlukan waktu untuk mempeladjari seluk-beluk keadaan organisasi dan untuk mempunjai sesuatu pandangan, satu visie mengenai Anggaran Belandja dan kebidjaksanaan dalam Departemen masing-masing. Djadi ini waktunja agak sempit.
Selandjutnja soal jang kedua jang berlainan dengan penjusunan Anggaran Belandja tahun-tahun jang lalu, kita di Kementerian Keuangan akan berichtiar agar supaja untuk Anggaran Belandja
tahun
1960 itu ada penjusunan sistimatik jang baru jang berlainan
dengan
susunan dari Anggaran Belandja tahun-tahun sebelumnja.
Pekerdjaan itu

terutama pertama didasarkan atas pengalaman jang
saja rasa pula
sering diadjukan dan ditandaskan oleh beberapa
Anggota, beberapa
fraksi di Dewan Perwakilan Rakjat dahulu, bahwa
susunan Anggaran
Belandja sampai sekarang ini kurang djelas memberi gambaran tentang
pekerdjaan-pekerdjaan terutama dilapangan
pembangunan.
Djadi masih menurut sistim lama, terlalu banjak terpengaruh oleh sistim Anggaran Belandja pemerintah-pemerintah dahulu barangkali,
Pemerintah
Belandja
dan
dibandingkan
misalnja
dengan
Anggaran Belandja dilain-lain negara jang sudah memperbaiki sistimnja itu, sudah out of date, tidak sesuai lagi dan terutama kalau buat negera kita, dimana soal pembangunan itu amat pentingnja
dan setiap saat mestinja bisa diadakan momentopname, dimana kita
berdiri, berapa kemadjuan jang telah ditjapai, sistim Anggaran Belandja ini tidak memberi gambaran jang begitu djelas.
Dengan sirkuler jang sja maksudkan tadi itu akan ada gambaran jang lebih djelas dan saja jakin akan memudahkan pula kemudian pekerdjaan buat Dewan Perantjang Nasional. Oleh karena dengan

susunan seperti direntjanakan buat Anggaran Belandja tahun 1960,
Dewan Perantjang Nasional akan lebih mudah melihat berapa banjaknja Anggaran buat pembangunan, berapa jang sudah dikeluarkan dan
bisa
membandingkan menilai pengeluaran-pengeluaran itu dan prestasi
kerdja jang telah diselesaikan, sampai mana itu sesuai dengan
rentjana
jang sedang sekarang diselenggarakan oleh Dewan Perantjang
Nasional.
Saja amat merasa berbesar hati, bahwa dengan perantaraan Saudara Prof. Mr H. Muhd. Yamin diinsjafi, sebagai ternjata dalam undangan kepada saja, untuk memberikan uraian disini, bahwa hubungan
antara pekerdjaan jang dihadapi oleh Dewan Perantjang Nasional dan
dengan penjusunan angka-angka nanti dalam anggaran belandja itu,
satu sama lain amat penting diketahuinja oleh Dewan Perantjang Nasional maupun oleh Pemerintah.
Tidak bisa dilepaskan hasil pekerdjaan dewan Perantjang Nasional dari apa jang dikerdjakan setahun dari setahun oleh Kementerian Keuangan, sebagaimana direntjanakan dan kemudian ditetapkan

oleh Dewan .........................

oleh Dewan Perwakilan Rakjat dalam Anggaran Belandja tahun 1960.

Kalau saja melihat dalam Dasar-dasar Asasi Pembangunan Semesta
Berentjana dengan berpokok kepada Amanat Presiden 1959, jaitu buku

merah nomor 2 jang saja terima beberapa hari jang lalu, ada pada katja 11 beberapa hal jang amat menarik perhatian (katja 11 dan katja
10),
misalnja sadja pada katja 10 saja membatja dibawah huruf c: “Pola
Pembangunan bagian pembiajaan”, ada beberapa dalil-dalil jang amat
penting terutama buat kita di Kementerian Keuangan merupakan bahan
jang mendjadi pertemuan pekerdjaan antara Dewan Perantjang Nasional
dengan Pemerintah, misalnja dalam hal ini Menteri Keuangan, jaitu dibawah angka 15:
“Tiap pola pembangunan bagian pembiajaan harus memberi pendjelasan tentang biaja modal, barang, pegawai, pekerdja dan biaja
lain-lain jang dibutuhkan dari tahun-ketahun dalam nilai rupiah dan diviezen .......”
Selandjutnja pada linea sesudah itu:
”Djuga diperhitungkan berapa upah tenaga Rakjat jang dikerahkan
untuk Pembangunan dengan djalan gotong-rojong”.
Saja sudah beberapa kali menjampaikan saran kepada Saudara Prof.
Mr H. Muhd. Yamin agar terutama persoalan pembiajaan itu saja minta
perhatian dari Dewan Perantjang Nasional (Depernas) dan bersama Pemerintah mentjari djalan bagaimana tjaranja kita bisa menjediakan pembiajaan jang sebesar-besarnja jang berupa rupiah, berupa deviezen, tetapi pula berupa tenaga rakjat jang tidak perlu diadakan penilaian dalam ukuran mata uang, akan tetapi ini merupakan suatu faktor jaitu
faktor pelengkap untuk biaja modal jang berupa rupiah dan diviezen,
jaitu tenaga rakjat jang dikerahkan untuk pembangunan dengan djalan
gotong-rojong.
Soal ini amat pentingnja, oleh karena kita mengetahui bagaimana
beratnja kesulitan-kesulitan, dus tidak mentjukupinja modal berupa rupiah dan deviezen jang dihadapi oleh negara kita sekarang ini. Djadi

kita seharusnja, djika mau menambah kapasitet investasi kita itu harus dengan sungguh-sungguh mentjari djalan jang sebanjak-banjaknja dan
seluas-luasnja, jaitu jang berupa tenaga rakjat setjara gotong-rojong
di-vercalculeer dalam investasi pembangunan.
Selandjutnja pada katja 11 saja membatja dua persoalan, jang
saja sependapat dengan penjusun kertas kerdja ini, jaitu dibawah angka 16:
“Untuk menambah modal pembangunan perlu ditindjau kembali:
a) sistim credit,
b) sistim ijuran,
c) sistim penjimpanan,
d) sistim lotre”.

Memang enam ....................

Memang enam persoalan jang disebut disini kebetulan sekali,
dengan
tidak
ada
pembitjaraan
pendahuluan
dengan

Saudara
Prof. Mr Muhd. Yamin, itu merupakan persoalan-persoalan jang sedang dalam pemikiran dan sebagian sudah dalam bentuk perundangundangan
atau
peraturan-peraturan
lain
untuk
lebih
concretiseren
tjara-tjara menambah modal pembangunan dengan melalui lima tjara jang tersebut tadi itu, Tentang soal ini nanti saja akan lebih djauh memberikan keterangan tentang apa jang sedang dalam
persiapan di Kementerian Keuangan bersangkutan dengan lima persoalan jang saja sebutkan tadi,
Dibawah angka 18 (katja 11 pula) itu diadjukan sebagai suatu pemikiran jaitu:
“Anggaran Belandja
untuk Pembangunan harus dipisah dari
Anggaran Belandja untuk routine”.
Ini visie jang sama atau kebidjaksanaan jang sama jang hendak diambil pula di Kementerian Keuangan. Anggaran Belandja untuk pembangunan routine hendaknjalah dibedakan dengan Anggaran
Belandja untuk Pembangunan Semesta Berentjana. Djadi kita melihat disini tiga pokok, jaitu Anggaran Belandja pengeluaran untuk
routine, pengeluaran untuk pembangunan semesta berentjana.
Kalau saja membandingkan pikiran ini dengan sirkuler dari
Kementerian Keuangan tanggal 29 Agustus, jang saja sebutkan tadi,
itu ternjata sekali bahwa ada persamaan penglihatan dalam hal ini.

Saja batjakan disini: “Mulai dengan penjusunan rantjangan Anggaran tahun 1960 pembagian Anggaran Belandja dirobah mendjadi empat
golongan
jang masing-masing disebut:
1. sub Anggaran bisa, ialan routine,
2. sub Anggaran Pembangunan,
3. sub
Anggaran
perusahaan-perusahaan
(ini
sebetulnja
lebih
merupakan hal jang adminisratief), dan
4. sub Anggaran perhitungan-perhitungan (financiele verekeningen)”.
Djadi pokoknja dapat kita kembalikan kepada sub anggaran
biasa dan sub anggaran pembangunan. Dan dibawah sub anggaran pembangunan itu ada sub bagian lagi, jaitu pembangunan jang disebut
disini pembangunan routine, saja sebutkan pembangunan luar rentjana dan pembangunan semesta-berentjana. Diharapkan seperti jang
dikatakan dalam sirkuler saja itu, bahwa pembangunan luar rentjana itu lambat laun akan itu hilang atau diredusir sampai seketjilketjilnya, dan semuanja pekerdjaan pembangunan itu dipusat maupun
didaerah sesuai dengan rentjana semesta jang sedang dihadapi oleh
Dewan Perantjang Nasional sekarang ini.
Untuk sementara saja sependapat dengan penjusun kertas kerdja ini, bahwa masih ada baiknja dan masih perlu diadakan ruangan

buat pembangunan routine itu, oleh karena dibelakang kita itu ada

beberapa projek2

beberapa
projek-projek
pembangunan
jang
diluar
rentjana,
lima tahun pertama misalnja, oleh karena sudah dimulai, mesti didjalankan
terus, djika
kita
tidak
mau menghadapi
situasi dimana
ada kehilangan invesment, jang sudah dimulai itu mesti afgerond
dan diselesaikan.
Dan selain daripada itu ada commitments-commitments, djadi
pekerdjaan-pekerdjaan

jang
sudah
mengikat
kita,
jang
harus
dikerdjakan
terus
dan
diselesaikan. Akan
tetapi
lambat
laun
itu
mesti diperketjil. Kemudian semuanja mesti masuk sadja kepada
pembangunan jang semesta berentjana itu. Mungkin nantinja sektor pembangunan jang luar pembangunan semesta berentjana itu hanja
mengenai
pekerdjaan-pekerdjaan
pembangunan
ketjil

jang
sifatnja lebih jang boleh dikatakan-regional atau lokaal.
Selandjutnya dengan sistim jang baru itu, sebagai saja katakan tadi, akan mudah sekali nanti Dewan Perantjang Nasional
melihat: bahwa menurut rentjana djangka pandjang, misalnja periode 5 tahun atau 7 tahun, itu tergantung pada keputusan Dewan Perantjang Nasional, jang tentu harus dibagi-bagi lagi pengeularannja
dari
setahun-kesetahun
dalam
periode
sesuatu
djangka
itu,
itu dengan mudah nanti bisa dilihat: misalnja disediakan sekian
buat tahun 1960, sekian buat tahun 1961, jang sesungguhnja dikeluarkan sekian dalam tahun 1960 dan sekian dalam tahun 1961.
Dan bisa dilihat nanti, dimana adanja kelambatan dan dimana adanja kedjadian bahwa sesuatu projek itu kurang madju. Dan barangkali lebih baik kalau uang jang disediakan semula buat projek itu
dipindahkan keprojek lain jang lebih pesat kemadjuannja, dan dengan demikian sambil berdjalan itu bisa diadakan adjutments, bisa distel lagi agar supaja hasil dari tiap tahun itu sungguhsungguh optimal.
Dalam Anggaran Belandja sistim sekarang ini, jang berlaku sampai
sekarang, itu amat sulitnja, oleh karena kita hanja mengenal pengeluaran “dinas biasa” dan “dinas modal”. Dan dalam “dinas modal”
itu segala rupa masuk, misalnja bikin gedung buat kantor, itu dinas modal, membeli mobil atau mesin tulis, itu djuga dinas modal,
invesment.
Tetapi
bagaimana
hubungannja
pengeluaran
ini
dengan
pembangunan, sebetulnja itu kabur sama sekali.
Itu
ternjata
sekali
waktu
saja
berichtiar
untuk
membikin
laporan tiga tahun, tahun 1956, tahun 1957 dan tahun 1958 mengenai rentjana pembangunan lima tahun. Itu susah sekali, tiap-tiap
pos pengeluaran itu mesti diselidiki, mana jang sebetulnja pembangunan, mana jang hanja merupakan belandja kantor sadja, hingga tidak bisa diadakan “momentopname” jang tepat, apalah kita sebetulnja menuruti rentjana djangka pandjang itu. Apakah ada kedjauhan atau kelambatan, itu susah untuk mengadakan penilaian.

Djadi dengan ......................

Djadi dengan sistim jang baru itu akan mempermudah penilaian setiap saat oleh Pemerintah maupun oleh Dewan Perantjang
Nasional.
Selandjutnya
saja
ingin
memberikan
atau
menjampaikan
beberapa keterangan jang berupa angka-angka kepada Sidang Dewan
Perantjang Nasional jang terhormat ini.
Saja akan mulai dengan bersama kita memperingatkan kembali
angka-angka Anggaran Belandja tahun 1959. Saja sendiri kadangkadang lupa atas angka-angka itu, djadi tidak keterlaluan kalau
saja menduga, bahwa bagi Saudara-saudara djuga barangkali angkaangka itu baik kita bersama memperingatkan kembali, sebagai bahan untuk penjusunan nanti angka-angka pada tahun-tahun jang akan datang.
Ada sedikit kesulitas bagi saja sebagai Menteri Keuangan,
jaitu bahwa sebagai saja katakan tadi, angka-angka mengenai Anggaran Belandja tahun 1960 itu baru akan disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakjat pada tanggal 1 Nopember 1959. Djadi sebetulnja ada sedikit prematuur untuk sekarang ini mengumumkan angkaangka dengan setjara jang pasti. Saja menganggap primeur itu
terutama harus kita berikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat entah
apa,
ini
terlalu
legalistis
atau
bagaimana
pemikiran
ini
tetapi
oleh
karena
sifatnja
rapat
ini
tertutup,
djadi
saja
rasa
bisa
saja memberikan beberapa angka-angka dengan pengertian bahwa ini
agak confidentieel dan tidak boleh terlalu mengikat kepada saja
djuga sebagai Menteri Keuangan.
Selandjutnya,
sekali
lagi
sebagai
saja
terangkan
tadi,
pengumpulan angka-angka ini masih belum saatnja terkumpul.
Baru tanggal 20 bulan ini saja akan menerima angka-angka
jang
lebih
kongkrit
dari
Kementerian-kementerian
masing-masing
dan baru barangkali achir bulan ini ada angka-angka jang lebih
tepat. Tetapi kita di Kementerian Keuangan sudah mulai dengan
bahan-bahan jang sudah ada pada kita mengadakan penjusunan angka-angka.
Kalau saja pemperingatkan kembali Anggaran Belandja tahun
1959 jang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakjat menurut
sistimatik
jang
lama,
jaitu:
“dinas
biasa”:
belandja
pegawai
8
miljard, belandja barang 6,5 miljard.
Belandja lain-lain sebesar 7,4 miljard. Hingga Dinas biasa jaitu
seluruhnja kalau kita djumlahkan ketiga component ini mendjadi
22,0 miljard.
Dinas-modal atau Belandja-modal ada 7,1 miljard.
Djadi kedua dinas-biasa dan dinas-modal itu mendjadi 29 miljard.
Penerimaan hanja 21,2 miljard. Djadi deficit ada 7,9 miljard atau
dengan bulat deficit dalam induk-anggaran-belandja itu ada 8 miljard.

Djadi deficit .......................

Djadi deficit ada 8 miljard, penerimaan 21 miljard.
Kenjataan bahwa anggaran-induk ini tidak mentjukupi kebutuhan jang sesungguhnja, hingga diperlukan anggaran-tambahan. Mengenai Anggaran tambahan ini, Kabinet Karya dulu hanja sempat untuk membitjarakan satu kali dalam sidang Kabinet, pada achir-achir
riwajatnya Kabinet Karya, dan sebetulnja belum begitu djelas apakah anggaran-tambahan ini diterima dengan bulat atau tidak oleh
Kabinet Karya ini, tetapi saja sendiri menganggap diterima sadja
dan diteruskan kepada Menteri-menteri jang bersangkutan dan dikasih plafond. Tidak boleh lebih dari plafond itu buat tiap-tiap
Kementerian pada waktu itu.
Kalau kita melihat susunan dari tambahan anggaran-belandja
tahun 1959 itu, setelah dengan mati-matian diperdjoangkan, ditekan oleh Kementerian Keuangan, terutama oleh para Inspektur-inspektur Keuangan jang setiap hari berhubungan dengan Kementerian
masing-masing, itu tambahannja setelah ditekan sekuat tenaga, itu
masih dibutuhkan tambahan 15,8 miljard.
Ada sedikit tambahan penerimaan buat tahun 1959 itu, jaitu
sebanjak 2,9 miljard. Djadi kalau kita menggabungkan angka-angka
anggaran-belandja-induk tahun 1959 dengan anggaran-tambahan tahun
1959 itu, pengeluaran akan mendjadi 29 miljard plus 15,8 miljard
mendjadi 44,8 miljard, pengeluarannja. Sedang penerimaan, penerimaan-induk
ada
21
miljard,
penerimaan-tambahan
(suppletoir)
2,9
miljard,
djadi
seluruh
penerimaan-induk-ditambah
tambahan
tahun
1959 itu mendjadi 23,9 miljard, marilah kita bulatkan mendjadi 24
miljard, itu adalah penerimaan.
Sedang sebagai saja terangkan tadi, pengeluaran itu ada 44,8
miljard. Djadi pengeluaran dibulatkan mendjadi 45 miljard, penerimaan 24 miljard.
Djadi kalau begini gambarannja deficit itu akan mendjadi 21
miljard. Penerimaan 24 miljard, pengeluaran 45 miljard dan deficit 21 miljard.
Jang amat menarik perhatian jaitu biaja buat pertahanan dan
keamanan. Saja sementara ini mengeluarkan sadja soal Kepolisian
Negara, tetapi sementara ini hanja pengeluaran buat Kementerian
Pertahanan Pusat jang hanja administratif belaka, lantas Angkatan
Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara.
Dalam anggaran induk tahun 1959 buat pertahanan ditetapkan
7,2 miljard. Kenjataan ini tidak tjukup, berhubung dengan operasioperasi dan lain-lain, itu harus ditambah dengan 7,6 miljard.
Djadi keeluruhannja buat tahun 1959 itu, dibutuhkan oleh
Kementerian Pertahanan: Anggaran Belandja induk jaitu 7,2 miljard
ditambah Anggaran Belandja tambahan 7,6 miljard, djadi 14,8 miljard dan dibulatkan mendjadi 15 miljard.
Djadi dari pengeluaran 45 miljard itu, buat pertahanan jang
termasuk
pengeluaran-pengeluaran
biasa:
15
miljard
atau
sepertiganja atau 33% lebih sedikit, jaitu kurang lebih 35%.

Djadi inilah ......................

Djadi inilah gambaran dari Anggaran Belandja tahun 1959.
Djadi djika kita melepaskan rem itu, deficit itu akan mendjadi 21 miljard.
Dengan sekuat tenaga, walaupun Anggaran Belandja tambahan
itu memang sudah ditekan, dalam prakteknja otorisasi, oleh Kementerian Keuangan direm lagi dan sampai tanggal 25 Agustus 1959, pada saat diadakannja tindakan moneter, deficit Anggaran Belandja
sesungguhnja
dalam prakteknja itu 7 miljard. Djadi mesti ditambah
lagi dengan
dificit jang harus keluar dalam bulan September, Oktober, Nopember
dan Desember. Dan menurut kebiasaan, djustru pada
achir-achir tahun itu
ada banjak pengeluaran jang harus dilakukan
jaitu commitmentscommitments.
Djadi dengan mengerem ini, mungkin kita bisa menekan dificit itu sampai achir tahun 1959 disekitar 10 & 12 miljard. Djadi
tidak seperti jang saja gambarkan tadi berdjumlah 21 miljard, tetapi hanja 10 & 12 miljard.
Pada tanggal 9 September 1959 bulan ini, Menteri Keuangan
sudah
mengeluarkan
sikulerlasi,
jaitu
“vierwiel-remmen”
mengenai
pengeluaran-pengeluaran
jang
masih
bisa
diirit-irit,
jang
menimbulkan kehebohan jang amat besar, terutama dikalangan Departemendepartemen dan Djawatan-djawatan jang pagi-pagi benar sudah mengatakan, bahwa kalau begini kita tidak bisa bekerdja dan segala rupa akan matjet. Tapi saja rasa masih bisa diatur sedikit-sedikit
supaja djangan matjet.
Saja mengharapkan deficit ini tidak akan lebih dari 10 miljard.
Maka dari itu angka-angka jang saja sebutkan tadi itu saja
harapkan digunakan sebagai pengetahuan latar-belakang buat Dewan
Perantjang Nasional dalam menilai dan mengkritik tindakan-tindakan jang telah dan mungkin akan diambil sebentar lagi oleh pihak
Kementerian Keuangan, jaitu agar supaja pada achir tahun ini kita
menekan deficit sebanjak-banjaknja dan hanja sungguh-sungguh mengeluarkan apa jang tidak dapat dielakkan untuk dikeluarkan.
Barangkali dalam bulan-bulan Oktober, November dan Desember
ini baiklah kula kita gunakan rem-rem ini sebagai latihan buat tahun 1960 dimana kita harus lebih-lebih lagi berhemat-hemat.
Inilah gambaran tahun 1959.
Saja tidak dapat menolak atau menekan kehendak untuk sedikit
berbitjara tentang tindakan moneter jang diambil tanggal 25 Agustus 1959 itu. Sampai sekarang ini sebetulnja baru pertama kali ini
dihadapkan Saudara-saudara Dewan Perantjang Nasional saja sedikit
memberikan
uraian
tentang
latar-belakang
pemikiran
daripada
tindakan moneter ini.
Djadi boleh saja katakan bahwa pada Saudara-saudara diberikan primeur dari beberapa pikiran dibelakangnja tindakan semula,
jaitu tindakan moneter tanggal 25 Agustus 1959 itu.

Banjak diluar .......................

Banjak diluar itu jang menjangka, bahwa tindakan ini merupakan tindakan jang terpenting, jang diambil oleh Kementerian Keuangan itu. Barangkali ini terpengaruh, oleh karena memang tindakan
ini amat drastis dan terasa oleh siapapun djuga, oleh semua kita
Bangsa Indonesia, dan tanda tanja apakah siketjil jang kehilangan
Rp.450,- lebih menderita dari orang jang kehilangan Rp.9.000.000,dari kekajaannja jang Rp.10.000.000,- itu.
Djadi oleh karena ini banjak mengenai kantongnja bisa perseorangan, itu dianggap sebagai tindakan jang amat menggontjangkan jang dianggap sebagai tindakan jang terpenting dari pihak Pemerintah itu.
Sedang sebetulnja dalam pemikiran Pemerintah, apa jang akan
dilakukan
selandjutnja
jang biasa
disebut follow-up, tetapi
sebetulnja itu bukan follow-up, tetapi melandjutkan sesuatu kebidjaksanaan dibidang keuangan dan perekonomian.
Itu menurut anggapan saja tidak kurang pentingnja, malahan
barangkali lebih penting daripada tindakan moneter an sich. Dan
ini jang barangkali kurang diinsjafi diluar itu, seakan-akan kita
mengambil tindakan ini lantas berhenti, tidak apa-apa, Padahal kelandjutannja itu jang lebih penting. Apa kelandjutannja itu, jaitu:
1.
Mengadakan penghematan agar-supaja kedjadian-kedjadian ditahun-tahun ini, 2 atau 3 tahun dibelakang kita, djangan terulang
lagi. Althans disektor Perekonomian Keuangan terlepas dari hal-hal
jang berada disektor politis, penghematan.
2. Menambah produksi dengan tjara-tjara lebih effectief, lebih selectief dan lebih teratur.
Menjesal sekali dalam hal ini bahwa kita kelambatan, bukan
kesalahan
Saudara-saudara
Dewan
Perantjang
Nasional,
tetapi
kita
kelambatan belum mempunjai rentjana djangka pandjang jang semestaberentjana pada saat sekarang ini djuga. Tetapi lebih baik kita djangan
menjelaskan apa jang belum ada, tetapi berichtiar, sebagai saja
mengerti hasrat dari Dewan Perantjang Nasional untuk dalam waktu jang sesingkat-singkatnja merentjana itu.
Sebab faktor dificit dari Anggaran Belandja itu merupakan
faktor jang terbesar jang menambah uang dalam peredaran dengan
demikian amat menekan, amat berat tekanannja kedjurusan inflatoris.
Djadi kalau kita tidak berhasil mengurangi deficit Anggaran
Belandja pada tahun-tahun jang akan datang, jaitu tahun 1960 atau
tahun 1961 barangkali jang penting, tidakan moneter itu nanti pada
achir tahun 1961 amblas. Dengan defisit misalnja sepuluh miljard
rupiah setiap tahun, maka keuntungan jang bisa kita dapatkan pada
waktu sekarang itu nanti akan geannuleerd, djadi sama sekali akan
hapus lagi keuntungan itu. Djadi sebenarnja persoalan deficit ini
barangkali lebih penting daripada tindakan moneter an sich. Tentu
sadja bagi Pemerintah pada waktu itu mandjadi pemikiran jang amat berat
setelah dipertimbangkan pro-contranja apakah baik sekarang mengadakan tindakan moneter itu apakah kita menunggu sampai ada

tendensi-tendensi...................

tendensi-tendensi jang lebih njata dalam kenaikan produksi, dalam
perbaikan
distribusi,
dalam
kestabilan
politis,
kestabilan
militer
kestabilan
administratip,
apakah
kita
sekarang
djuga
mengambil
tindakan itu. Memang beberapa ahli ekonomi itu berpendapat jaitu
kita mesti djangan memikirkan tindakan-tindakan moneter, penjehatan keuangan, sebelum ada tjukup bukti-bukti, bahwa kita menguasai
atau sudah mengadakan perbaikan dibidang jang saja katakan tadi:
Anggaran Belandja, Produksi dan Distribusi.
Akan tetapi ketiga persoalan ini: menaikkan produksi, memperbaiki
distribusi dan mengadakan penghematan, itu bukan suatu pekerdjaan
jang bisa kita tentukan dalam 6 bulan atau 3 bulan atau satu tahun
akan ada perbaikan.
Itu satu pekerdjaan jang memerlukan ketabahan dan effort terusmenerus dengan tidak ada habis-habisnja dan dengan tidak ada berhenhenti-hentinja dan sulit untuk menjatakan pada waktu sekarang, misalnja ini bahwa dalam 6 bulan itu sudah tjukup tertjapai perbaikan dalam 3 bidang ini. Jang terang itu bahwa kalau kita tidak berbuat apa-apa dibidang moneter, tidak mengambil tindakan jang drastis ketiga ichtiar ini akan amat dipengaruhi oleh kebanjakannja
keuangan dalam peredaran dan segala pro-kontra ini menjebabkan
Pemerintah mengambil keputusan, baik kita kerdjakan segala rupanja
bersama-sama jaitu tindakan moneter maupun ichtiar-ichtiar menekan
deficit menambah dan memperbaiki industri. Djadi pekerdjaan ini harus bersama-sama dilakukan. Memang jang satu itu amat spectaculair,
amat menarik perhatian, tetapi jang lain itu jaitu dikerdjakannja
dengan biasa, dengan segala kegiatan, tetapi tidak begitu spectaculair seperti tindakan moneter tanggal 25 Agustus itu. Soal ini
Pemerintah bersedia memberikan pendjelasan jang lebih dalam dengan
disertai angka-angka dan mempertanggung-djawabkannja kepada Dewan
Perwakilan Rakjat sebagaimana djuga ternjata dari bentuknja tindakan-tindakan
ini,
jaitu
bentuk
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-undang, dus harus diadjukan dan didiskusikan dihadapan Dewan perwakilan Rakjat dan tidak dikeluarkan sebagai dekrit ketjil
penetapan
Presiden
tetapi
sebagai
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-undang.

LANDJUTAN PIDATO............

LANDJUTAN PIDATO MENTERI INTI

KEUANGAN

IR. H. DJUANDA

--------00O00--------

Saja ingin minta perhatian untuk menambah pengertian Saudara
tentang situasi jang terdjadi itu, dan saja rasa karena bahan-bahannja
ada tersedia pula, serta kalau melihat perkembangan deficit tahun-tahun belakangan ini dan melihat angka-angka uang dalam peredaran jang
berupa uang giral dan kartaal, itu akan terlihat, bahwa mulai bertambahnja deficit, mulai bertambahnja uang dalam peredaran itu, terdjadidjadi pada tahun 1957. djadi mulai terdjadi pada tahun 1957 kemerosotan itu dan dilandjutkan pada tahun 1958 dengan top-nja jaitu pada
achir tahun 1958. Tapi pada kwartal pertama dalam tahun 1959 sudah
ada
sedikit kurang tendensi kemorosotan itu,
Saja tidak mengatakan bahwa ada perbaikan, tetapi toch ada tendensi, menguranginja intensiteit kemorosotan itu.
Ini sebetulnja disebabkan, bahwa pada permulaan tahun 1957, malahan achir tahun 1956, itu sudah mulai ada kekatjauan didalam penerimaan Netara, Djaun sebelumnja proklamasi P.R.R.I./Parmesta dan kedjadian operasi-operasi militer, sudah mulai djauh sebelumnja, ada
terdjadi beberapa hal jang luar daripada peraturan-peraturan, terutama dibidang perdagangan-perdagangan gelap. Barter sudah lama dikerdjakan sebelum memuntjaknja permberontakan, atau meletusnja setjara formil pemberontakan itu.
Djadi pemberontakan dibidang keuangan dan dibidang perekonomian
sudah mulai pada achir tahun 1956, dengan kita kehilangan penerimaan
devizen dan kehilangan penerimaan-penerimaan jang berasal daripada
perdagangan luar negeri mengenai import maupun export, ditambah lagi
dengan meletusnja setjara formil pemberontakan polisi, militer, jang
menjebabkan pengeluaran-pengeluaran jang luar biasa dibidang keamanan dan
bidang pertahanan buat Anggaran Belandja Negara.
Barangkali Saudara-saudara masih ingat, bahwa pada sesuatu saat
Sjafruddin Prawiranegara itu sudah menjatakan, bahwa Caltex, Stanvac
dan B.P.M. di Sumatera itu tidak akan tunduk lagi kepada Pemerintah
Republik Indonesia Pusat dan segala penerimaan itu, (barangkali tidak setjara langsung atau setjara terang-terangan akan diberikan kepada P.R.R.I./Parmesta) tetapi jang terang tidak akan diberikan kepada Pemerintah Republik Indonesia Pusat di Djakarta. Djadi mereka
itu barangkali akan deponeren hutang-hutang mereka, atau kewadjiban
membajar kepada Pemerintah Republik Indonesia, tapi tidak akan langsung dan terang-terangan akan biberikan kepada P.R.R.I./Parmesta, barangkali pemberian itu akan terdjadi dibawah medja, tetapi terang akan
diblokkir indikasi itu tegas sekali.
Dan terang pernjataan pada waktu itu dari Almarhum Dulles jang
sudah mengatakan, bahwa: “siapa jang berkuasa pada suatu tempat, itu
kita akan menjesuaikan diri”. Djadi kira-kiranja begitulah.

Dan kalau .....................

Dan kalau hal ini terdjadi, ini akan terdjadi sepenuhnja, dan
seterusnja apa jang kita alami pada tahun 1958 dengan akibat tadi
dengan angka-angka pada tahun 1959.
Dan berhubung dengan itu sebetulnja untung pada waktu itu Pemerintah Republik Indonesia sudah sampai kepada sesuatu konklusi: jah,
kalau kita kehilangan pasaran dari minjak dan kehilangan penghasilan
export di Sumatera dan di Sulawesi, dan ijin wij uitgepraat di Pusat
itu.
Djadi kalau setjara perhitungan, kita mesti perhitungkan apakah
kalau kita tidak lebih baik mengalah sadja kepada P.R.R.I./Parmesta
itu. Tetapi oplosing begitu saja pikir tidak bisa, Sebab tidak bisa
P.R.R.I./Parmesta
menundjukkan bagian-bagian lain dari Indonesia,
chususnja Djawa misalnja,
kepada kekuasaan mereka. Djadi djuga akan
timbul kekatjauan jang
barangkali lebih besar lagi. Daripada begitu
barangkali lebih baik diambil
tindakan-tindakan jang tegas sadja, djadi sebelum ini terlambat kita
mesti menguasai daerah-daerah minjak
dan daerah-daerah kopra. Dan
itulah salah satu hal jang barangkali
oleh karena sebelumnja sudah ada
pemikiran sedikit kedjurusan itu,
jang menjebabkan tindakan-tindakan
militer pada waktu itu tidak terlambat. Dengan demikian walaupun
kekatjauan terdjadi, sumber-sumber
penghasilan berupa devizen dan indirect
dari penghasilan devizen, jaitu penghasilan penerimaan rupiah, itu
masih bisa kita selamatkan
walaupun dengan beberapa kerugian dan
pengeluaran jang luar biasa dibidang keamanan.
Djadi disini sudah bertumpuk-tumpuk, pertama kehilangan penghasilan ditambah pengeluaran jang luar biasa untuk mendjamin djangan
samapi kehilangan penghasilan itu terus-menerus. Maka dari itu dengan
mendahulukan segala rupanja, segala ichtiar pada waktu itu oleh Kabinet Karya dilakukan untuk menjelesaikan dan mengachiri atau sedikitnja mengembalikan kepada proporties jang tidak terlalu menjolok, jait
perdagangan-perdagangan illegaal, barter dan lain-lainnja.
Pada waktu sekarang boleh dikatakan perdagangan illegaal, perdagangan barter itu sudah tjukup dikuasainja. Kalau smokkel itu tetap
ada dalam keadaan manapun djuga, sebelumnja perang waktu djaman Belanda, ada sadja dalam keadaan normaal tetap akan ada, tetapi propertiesnja tidak begitu membahajakan. Dan boleh dikatakan pengeluaran-pengeluaran jang luar biasa besarnja jang menurut anggapan Pemerintah pada waktu itu harus kita paksakan pada diri kita sendiri,
jaitu dalam bidang perlengkapan Angkatan Perang, itu sudah ada dibelakang kita. Djadi pengeluaran-pengeluaran jang terbesar itu sudah
dikeluarkan, sudah mendjadi commitment kita harus membajar terus beberapa credieten itu.

Tetapi ............................

Tetapi saja rasa pengeluaran ini tidak dapat kita tunda-tunda
lagi dan kita mesti berani pada waktu itu mengambil resiko, sebab
kalau misalnja kita pada waktu itu terlalu lama menunggu membeli
fighters jet dan jet fighters bomber itu rasa pada bulan-bulan
jang amat kritis itu, pesawat-pesawat bomber 29 sudah dekat sekali pada
Djakarta dan Surabaja. Dan kalau tidak diketahui bahwa perlengkapanperlengkapan kita sudah lebih kuat dan modern, saja rasa kita pada
waktu itu bisa mengalami pemboman di Djakarta, Surabaja dan Bandung.
Jang sekarang ini saja rasa setjara normaal memang tidak bisa dilakukan dengan tidak ada perlawanan jang amat efektif dari fihak kita.
Djadi pada waktu itu tidak ada keuze lain daripada kita mengambil
keputusan mengachiri dominasi dari activiteiten subversief jang sudah
direntjanakan dari luar itu.
Sekarang kebanjakan kita itu sudah sedikit lupa atas situasi
pada waktu itu dan timbullah pertanjaan-pertanjaan mengapa pada waktu itu Menteri Pertahanan dan Menteri Keuangan tidak tjukup hati-hati
dalam pengeluarannja. Memang sebagaimana biasa kalau bahaja jang
besar itu sudah tidak ada lagi, maka kita mulai kritis dan mulai bitjara-bitjara mengapa kita tidak lebih hati-hati, kalau begini kalau
begitu, pada waktu kita mengambil sikap itu. Djuga pengeluaran operasi-operasi jang amat berat pada waktu itu boleh dikatakan top-nja.
Sudah terlewat.
Saja akan menandjutkan dengan menjampaikan beberapa keterangan
mengenai anggaran belandja tahun 1960. Sebagai saja katakan tadi
Kabinet Karya masih sempat satu kali mengadakan sidang mengenai anggaran belandja tahun 1960, dimana diadjukan anggaran belandja induk
buat tahun 1960 jang angka-angka pokoknja demikian:
Djadi buat dinas biasa (ini masih opstelling lama) :
Belandja pegawai
9,5 miljard
Belandja barang
8,6 miljard
Belandja lain
8,- miljard, djadi dinas biasa djumlahnja:
26,1 miljard
dinas modal
7,8 miljard, djadi djumlah seluruhnja, dinas biasa
dan dinas modal
33,9 miljard
penerimaan
28,7 miljard, sehingga defisit akan menjadi
.....................
5,2 miljard.
Ini menurut tradisi, anggaran induk amat terlalau optimistis, kalau
disebutkan defisit 5,2 miljard itu sebetulnja, jah, dengan pengertian,
bahwa kalau dudah hampir achir tahun Pemerintah memadjukan lagi anggaran belandja tambahan dengam menambah defisit itu, barangkali
dengan 10 miljard lagi sehingga defisit mendjadi 15 miljard.

Sudah ............................

Sudah terang bahwa kalau misalnja pengeluaran tahun 1959 jang
sebagai saja katakan, ada sedikit mulai tidak terlalu terus-menerus
meningkatnja tapi belum ada perbaikan, defisit tahun 1960 itu, kalau
kita tidak berbuat apa-apa, ja, antara 12 sampai 15 miljard.
Djadi jang akan diselenggarakan sekarang ini oleh Kementerian
Keuangan, jaitu mengadakan penghematan dan selandjutnja menambah
penerimaan Penghematan sulit sekali sebagaimana biasa utnuk diselenggarakannja, tapi harus diselenggarakan. Penambahan penerimaan, itu
djuga suatu pikiran jang biasanja amat impopulair. Dan Dewan Perwakilan Rakjat (D.P.R.) maupun Pemerintah biasanja tidak begitu suka
untuk membitjarakan kedjurusan itu, laat staan mengambil keputusankeputusan, tapi saja rasa hal ini harus kita selenggarakan.
Pemerintah sekarang bermaksud untuk mengadakan penghematan.
Sebagai saja katakan tadi sirkuler 9 September jang baru lalu itu,
baru merupakan sesuatu latihan dan dalam tahun 1960 itu belandja
barang terutama itu akan dikurangi, segala rupa akan ditjoret, sehingga barangkali sedikitnja kita dalam belandja barang itu mesti
bisa menghemat kira-kira 25% sampai 30%.
Selandjutnja ada 11 objecten jang akan mendjadi sasaran untuk menambah penerimaan negara itu jaitu;
1. Padjak perseroan. Itu barangkali tidak begitu menjusahkan,
malah disana sini akan ada perbaikan buat perusahaan-perusahaan
jang sedang atau perusahaan-perusahaan ketjil.
2. Jang mendjadi sasaran lebih keras adalah padjak rumah tangga.
3. Beaja materai.
4. Padjak pendjualan.
Sebagaimana Saudara mengetahui, padjak pendjualan itu sekarang
dilakukan pada sumbernja, tetapi masih ada kemungkinan itu djuga
dalam berbagai etappen bisa diadakan.
5. Bea tjukai tembakau.
6. Padjak pembangunan agraria, jang sjukur Alhamdulillah sudah dalam prinsipnja djuga sudah ada persesuaian paham dengan Panitia Padjak jang terdiri dari wakil-wakil Pemerintah dan wakil-wakil
Dewan Perwakilan Rakjat.
7. Perubahan sistim Bukti Eksport (B.E.) dengan adanja Punguan Export (PUET) dan Pungutan Import (PUIM), digandengkan dengan
nilai pokok rupiah sama dengan satu perempat puluh lima dollar Amerika misalnja, itu djuga akan memberikan sedikit tambahan atas dasar volume import/dan export tahun 1959, djuga penambahan penerimaan Pungutan
Export dan Pungutan Import.
8. selandjutnja ada pungutan-pungutan nanti, barangkali dalam
bentuk meerwinst atas bensin dan minjak tanah dengan disertai perbaikan-perbaikan dalam distribusi.

9. Pungutan ..................

9. Pungutan
pungutan
dari
barang-barang
perdagangan,
jaitu
barang-barang import jang masih ada winstmarge dibandingkan dengan
harga luar jang tjukup menarik untuk diambil meerwinstnja oleh Pemerintah. Dan sedapat mungkin kita akan mengetjualikan barang-barang
sandang pangan dari perpadjakan ini.
10. Jang mendjadi antjer-antjer itu, kita akan memeras penerimaan dari perkebunan-perkebunan dan perusahaan-perusahaan jang diambil alih, padjak itu mesti dibajar dan selain dari itu keuntungan
mesti diserahkan kepada Kas Negara.
11. Perusahaan lain jang misalnja diawasi oleh BAPPIT dan Perusahaan-perusahaan negara jang lain, lembaga-lembaga dan jajasanjajasan jang hanja namanja sadja jajasan, tetapi sebetulnja comerciele instellingen, itu djuga harus memberikan sumbangannja kepada Kas Negara. Djangan perusahaan-perusahaan jajasan itu sadja jang
makmur, tetapi kita dalam budget negara kurat-karit sama sekali.
Djadi itu semuanja akan diperas dan terang-terangan akan mendjadi
sasaran untuk menambah penghasilan negara.
Ini semuanja ditudjukan kepada satu antjer-antjer jaitu agar
supaja pengeluarn routine itu bisa dibiajai dari penerimaan pengeluaran routine itu bisa dibiajai dari penerimaan.
Djadi sedikitnja routine itu mesti dibawah penerimaan jang
biasa dan kelebihan penerimaan bisa itu kita pergunakan dan sediakan buat pembangunan semesta.
Dan dalam hal ini oleh karena terang jang apa kita keluarkan
itu buat pembangunan, Pemerintah bersedia untuk mengadakan deficit
spending. Djadi routine dibajarkan dari penerimaan biasa dan sedapat mungkin ada sisanja buat pembangunan. Selandjutnja kita mengadakan
dificit
spending
untuk
pembangunan
plus
inchtiar-ichtiar
............lain, jang kita bersama saja harapkan antara Dewan Perantjang
Nasional (Depernas) dan Pemerintah memikirkan bagaimana tjaranja
kita mempertinggi investment capcity kita itu.
Selandjutnja tindakan menetair jang telah diambil itu, kesatu:
mengenai uang kartal itu akan mematikan kira-kira 8,5 miljard rupiah.
Djadi itu terang akan mengurangi tekanan inflatoris.
Disamping itu simpanan jang geblokkeerd, jaitu X minus 25
ribu minus sepuluh prosen ada jang diatas 25 ribu itu, akan dikonsolidir oleh Pemerintah mendjadi pindjaman obligasi djangka pandjang.
Tentang berapa besarnja angka jang diblokir itu sabagai Saudarasaudara mengetahui dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang itu diperkirakan hanja 5,5 miljard, sebab susahnja, kalau totalen deposir ada, tetapi kita tidak mengetahui compositie, djadi
berapa banjak misalnja penjimpan jang dibawah 25 ribu dan kita tidak mengetahui bagaimana effectnja jang sepuluh prosen itu, tetapi

menurut....................

menurut perkiraan jang conservatief itu tidak akan kurang dari 3,5
miljard, jang akan frozen dan angka-angka jang sekarang sudah mulai masuk itu menjatakan, bahwa barangkali lebih dekat pada 4 a’ 5
miljard. Sebab kalau kita mesti menunggu sampai adanja gegevens
angka-angka jang lengkap tentang hal ini, akan membutuhkan penjelidikan barangkali satu bulan atau dua bulan dan tentu orang-orang
jang memikirkan soal ini lebih mendalam akan mentjium kedjurusan
mana Pemerintah memikirkannja. Tetapi ini memberikan kepada Pemerintah sesuatu modal pula untuk mendjalankan crediet sisteem jang
seklectief. Djadi uang itu bisa kita kembalikan dalam peredaran
tetapi
buat
investaties-investaties
jang
sesuai
dengan
program
Pemerintah, sesuai dengan pola pembangunan semesta dan berentjana. Djadi jang didahulukan misalnja industri sandang pangan atau
perbaikan sistim distribusi dan tidak dipergunakan buat perdagangan-perdagangan jang sebetulnja dilihat dari sistim jang akan datang itu hanja akan memberikan tambahan kesempatan untuk menarik
komisi-komisi dari schakels-schakels itu. Djadi kita bisa mengadakan prioriteiten jang lebih sesuai dengan ekonomi terpimpin jang
bisa lebih kita sesuaikan dengan program Pemerintah dan dengan
pola pembangunan semesta itu. Djadi dengan demikian sebetulnja
Pemerintah ditempatkan dalam kedudukan jang lebih kuat untuk memberikan credit, buat hal-hal jang dianggap penting oleh Pemerintah.
Memang si penjimpan-penjimpan itu menghadapi kesulitan dan kita menerima
ratusan surat-surat, djuga dari orang-orang penting,
jang menggambarkan penderitaan-penderitan dan memberkan nasehatnasehat: jang ini meseti diperhatikan, jang itu mesti diperhatikan
ini djuga, djadi kalau dalam bahasa Belanda itu diharapkan dari Pemerintah jaitu “we noeten en de kool, en de geit, en de tijger
sparen” itu dalam prakteknja sjarat-sjarat jang demikian itu susah
sekali untuk dipenuhinja. Kesalahan itu kadang-kadang kita melihat,
bahwa pengusaha itu memang kerugian, ada jang terpukul berat, ada
jang tidak begitu berat, tetapi tidak benar saja rasa, kalau disebutkan, bahwa kita mematikan segala inisiatif dan segala ruang
bergerak, sebab uang masih tjukup ada dimasjarakat itu, tidak begitu enak sebagai dulu barangkali dan kita masih melihat adanja
gedjala-gedjala
dalam
investaties
itu
disektor
pertikelir
misalnja
jang tidak begitu sehat. Masih banjak pengusaha-pengusaha jang sedengan, perusahaannja belum begitu beres, masih banjak tergantung
kepada keadaan jang berobah-obah. Itu masih tjukup banjak uang
jang
dipergunakan
buat
jah,
kebutuhan-kebutuhan
jang
barangkali
belum begitu mendesak: membeli bungalow-bungalow, tempat istirahat
buat para pegawainja,

membeli .......................

membeli auto jang bagus-bagus. Itu kalau sedikit disalurkan kedalam
perusahaan barangkali akan sedikit menambah produksi kita itu.
Dan seperti apa jang saja terangkan tadi, Pemerintah bersedia
buat usaha-usaha jang penting dilihat dari sudut program Pemerintah
dari program sandang pangan, dilihat dari pola-pola pembangunan semesta itu, Pemerintah bersedia untuk memberikan bantuan seperlunja
tetapi tidak sedemikan rojal sebagai dulu dan tentu akan lebih selektip dari dulu-dulu.
Selandjutnja masih ada sesuatu pikiran jang masih mendjadi sasaran
bagi Pemerintah itu, jaitu adanja wadjib simpan pindjam.
Saja minta perhatian dari Dewan Perantjang Nasional, untuk mendjadikan hal ini pemikiran jang lebih mendalam.
Pemerintah akan memulai dengan kewadjiban menjimpan, misalnja dengan pegawai negeri, perusahaan-perusahaan negara, perusahaan-perusahaan jang diambil alih, itu kita wadjibkan misalnja harus menjimpan
5% dari gadji pokoknja. Dan itu dikonsolidir oleh Pemerintah dengan
peraturan-peraturan jang tertentu, misalnja dalam soal sakit atau meninggal kepada jang sakit itu bisa diadakan pindjaman-pindjaman, malahan diberikan promies atau hadiah-hadiah, tetapi itu kita donsolidir djuga buat pembangunan.
Misalnja pegawai negeri sadja (sipil, militer,) akan menghasilkan kalau 5% dari gadji pokok, bukan dari gadji kotornja kira-kira
500 djuta rupiah setahun. Djadi setengan miljard setahun, itu lumajan
buat financieren projecten-projecten nanti itu. Dan ini belum misalnja dilapangan perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan
jang diambil alih. Dan saja minta perhatian dan pemikiran dari Dewan
Perantjang Nasional, jaitu apakah tidak baik kita memikirkan ini djuga kepada bidang jang lebih luas. Jaitu buruh diperusahaan-perusahaan
diluar jang saja sebutkan tadi itu, petani, apakah tidak kelihatan kemungkinan untuk didjalankan sistim ini djuga dibidang saja sebutkan tadi.
Selandjutnja tentu kita mau: memberikan harga-harga jang rendah
flow of foods, jang tidak ada habis-habisnja jang continue, itu jang
mendjadi tjita-tjita kita semua.
Sebaliknja setjara riil, kita djuga mesti berpikir dari mana kita bisa menjediakan uang buat pembangunan itu.
Djadi disamping pengawasan harga jang harus kita harapkan mesti stabil
itu, ada djuga elemen jang harus kita pikirkan, jaitu kita djuga harus mentjari penghasilan tambahan dari peredaran barang itu. Dalam hal
ini satu pedoman misalnja supaja sedapat mungkin kita mengawasi dan
menahan pada tingkatan jang ressonable, jaitu barang-barang dan djasa-djasa jang bersangkutan dengan sandang pangan.
Dalam hal ini Pemerintah bersedia untuk djuga mengadakan Stabilisasi via sistim subsidi. Misalnja penghasilan tambahan dari Pengutan

Export dan ....................

Export dan Pungutan Import, itu kira-kira 1,8 miljard, Pemerintah
bermaksud untuk mempergunakan fonds ini buat stabilisasi harga dari
barang-barang jang vitaal, jang dekat dengan begrip sandang pangan.
Dalam hal ini saja lupa menjatakan, bahwa kadang-kadang diluar
itu ada anggapan, bahwa dengan tindakan moneter itu kita premair menundjukan pikiran itu kepada menekan harga barang, itu tidak demikian, sebab itu bukan oplossingnja. Djadi tidak dapat kita harapkan,
bahwa dengan tindakan moneter itu, harga-harga barang akan menurun.
Itu hanja salah satu faktor sadja dan bukan faktor jang terpenting.
Perkara penurunan harga itu tergantung pada tambahnja produksi, entah
produksi dalam negeri, entah kapasitet kita untuk mengimport barang
dari luar negeri, perbaikan, efficiency dan menekan harga distribusi
buka
sadja tapi kereta api atau P.T.T. atau Garuda Indonesia Airways,
tetapi djuga terlalu banjak tangan-tangan jang menarik keuntungan dari
distribusi systeem itu. Djadi ini harapkan Pemerintah mengenai
prifsnivean itu setelah tindakan moneter, sebetulnja tidak lebih
daripada
menahan terusnja inflasi itu dan membumbungnja harga. Penurunan itu
harus kita harapkan dari perbaikan produksi, distribusi dan
penghasilan kita
berupa diviezen untuk mengimport barang-barang jang
amat dibutuhkan
disini.
Kalau dengan sedikit optimisme, djadi dengan tudjuan penghemat
penambahan pengeluaran itu, saja akan memberikan angka jang bulat sadja, penegluaran buat tahun 1960 itu kira-kira sekarang barangkali
adalah 44 miljard dimana kita memberikan biaja jang redelijk tinggi
untuk kebutuhan keamanan dan pertahanan.
Dari pengeluaran itu, anggaran biasa (routine) 28,7 miljard, sedangkan penerimaan kalau sasaran-sasaran ini tadi kena, dan tidak gagal ditengah djalan, oleh karena tidak diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakjat atau ada kedjadian apapun djuga, penerimaan itu kita harapkan
42,2 miljard, sehingga defisit, (barangkali ini masih satu impian)
mendjadi 2 miljard.
Saja rasa kalau kita berhasil ini dengan bantuan dan pengertian
dari seluruh lapisan masjarakat, setelah kita mengalami defisit 10,
12 miljard itu, kalau kita bisa menekan sampai 2 miljard, itu satu
hasil jang dapat dikatakan, situatie sudah agak normal, walaupun tingkat harga itu masih terlalu tinggi.

Tapi kita .............................

Tapi kita lambat laun bisa turunkan dengan memperkeras nilai uang
rupiah itu. Tapi element jang amat merusak keadaan itu, jaitu element defisit jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan, itu sudah
kita uitschakelen.
Saja minta sekali lagi Saudara Ketua, bahwa angka-angka jang
saja sadjikan itu, terutama jang mengenai Anggaran Belandja tahun
1960, itu dianggap sebagai amat confidentieel dan pula sasaransasaran jang saja sebutkan tadi itu, 11 sasaran, plus wadjib simpan, itu dibehandel dengan tjara jang hati-hati dan dengan pengertian sepenuhnja dari Pimpinan dan Anggota Dewan Perantjang Nasional.
Sekian jang pada saat ini saja sampaikan kepada Sidang Dewan
Perantjang Nasional jang terhormat, semoga bahan ini akan membantu
untuk pemikiran selandjutnja tentang pekerdjaan jang amat berat
akan tetapi amat penting dari Dewan Perantjang Nasional ini dan saja utjapkan selamat bekerdja.

--------------------- // ---------------------