PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE MOOD UNDERSTAND RECALL DIGEST EXPAND REVIEW (MURDER) PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 14 PALU | Ariana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan M

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN
METODE MOOD UNDERSTAND RECALL DIGEST EXPAND REVIEW
(MURDER) PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII
SMP NEGERI 14 PALU
I Made Ariana
E-mail: arianayouth@gmail.com
Muh Hasbi
E-mail: muhhasbi62@yahoo.co.id
Sukayasa
E-mail: sukayasa08@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan metode mood understand recall digest expand review (MURDER) pada materi
hubungan garis dan sudut untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 14 Palu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi
serta melakukan relaksasi kepada siswa sehingga mood membaik, 2) menyajikan informasi, 3)
mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar sehingga muncul understand, 4)
membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5)
evaluasi sehingga muncul review dan 6) memberikan penghargaan.

Kata kunci: MURDER, hasil belajar, hubungan garis dan sudut.
Abstrack: The purpose of research is to get a description of the application of cooperative learning
with mood understand recall digest expand review (MURDER) method on a line and angel relation
to improve learning outcomes of students at class VII SMP N 14 Palu. Type of research is
classroom action research. The research is application of cooperative learning with MURDER
method can improved learning outcomes of students with stepsthere: 1) outlines the objectives and
motivate and relaxation to the students so that mood improves, 2) presenting information, 3)
organize students into study groups that emerged understand, 4) guiding the group to work and
study that appeared recall, digest and expand, 5) evaluation that emerged review and 6) award.
Keywords: MURDER, learning outcomes, line and angel relation.

Matematika merupakan satu diantara matapelajaran di sekolah yang memegang
peranan penting dalam kehidupan sehari–hari. Siswa akan mampu menghadapi perubahan
kehidupan dan mempertahankan budaya bangsa dengan belajar matematika dalam era
globalisasi dimasa yang akan datang. Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa
mampu menumbuhkan kemampuan berpikir logis, sistematis, rasional, cermat, tekun, jujur,
efisien dan efektif dalam memecahkan masalah (Depdiknas, 2006). Matematika merupakan
satu diantara komponen penting dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Oleh
sebab itu, matematika dijadikan sebagai satu diantara matapelajaran wajib pada jenjang
pendidikan formal.

Satu diantara materi yang dipelajari siswa ditingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) adalah garis dan sudut. Melalui dialog dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri
14 Palu diperoleh informasi bahwa satu diantara materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah
garis dan sudut. Hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi
garis dan sudut dikarenakan siswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan, kurangnya
motivasi, siswa kurang aktif dan malu bertanya. Model pembelajaran yang cocok untuk
permasalahan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER. Siswa
yang kurang aktif ditempatkan dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS sehingga siswa akan
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang malu bertanya pada guru karena tidak

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 167

memahami pelajaran ditempatkan dalam kelompok yang heterogen sehingga siswa yang
berkemampuan tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan rendah, siswa yang tadinya
malu bertanya kepada guru dapat bertanya kepada sesama anggota kelompoknya yang telah
memahami pelajaran.
Pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER terdiri atas mood, understand, recall,
digest, expand dan review. Pembelajaran kooperatif Tipe MURDER menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan lebih menarik, sehingga meningkatkan pencapaian hasil
belajar siswa pada proses pembelajaran (Hidayati, 2014). Model pembelajaran ini lebih

menekankan pada keterampilan kooperatif menggunakan pasangan dyad dan kegiatan
pembelajaran lebih terpusat kepada siswa. Dyad adalah pertemuan antara dua orang yang
berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Fase-fase pembelajaran kooperatif menurut Suprijono
(2009) yaitu 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, 2) menyajikan
informasi, 3) mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar, 4) membantu kerja tim dan
belajar, 5) mengevaluasi dan 6) memberikan pengakuan atau penghargaan. Penelitian dengan
model kooperatif Tipe MURDER telah digunakan sebelumnya oleh Kirana dan Susannah
(2013) pada materi persamaan garis lurus menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe MURDER dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan respon
siswa terhadap pelajaran positif. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER pada materi
hubungan garis dan sudut untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 14
Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian mengacu pada model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (2013) yang terdiri atas 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Proses pelaksanaannya, komponen
pelaksanaan tindakan dan observasi dijadikan sebagai satu kesatuan. Kedua komponen tersebut
digabungkan karena implementasi pelaksanaan tindakan dan observasi merupakan dua
kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu dilakukan pada satuan waktu yang sama. Subjek

penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 14 Palu dengan jumlah 23 orang siswa, yang
terdiri atas 13 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Berdasarkan subjek penelitian tersebut,
dipilih tiga orang informan yang diambil berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru
matapelajaran matematika yaitu siswi CM berkemampuan matematika tinggi, siswa BS
berkemampuan matematika sedang dan siswa AF berkemampuan matematika rendah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes tertulis, observasi, wawancara dan
catatan lapangan. Tes tertulis terbagi menjadi dua yaitu tes awal dan tes akhir tindakan. Tes
awal bertujuan mengetahui pengetahuan prasyarat siswa. Tes akhir tindakan bertujuan untuk
memperoleh data dan memberikan gambaran tentang sejauh mana pengetahuan siswa terhadap
materi hubungan garis dan sudut setelah dilakukan proses pembelajaran. Wawancara bertujuan
memperoleh informasi tentang proses berpikir siswa dan masalah siswa dalam menyelesaikan
soal–soal yang diberikan. Observasi bertujuan mengumpulkan data dari aktivitas guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan langkah-langkah yaitu 1) mereduksi data, 2) penyajian data dan 3) penarikan
kesimpulan.
Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian yaitu 1) siswa terampil dalam menggunakan
konsep garis dan sudut dalam mengerjakan soal dan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan materi hubungan garis dan sudut, 2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II
setelah mengikuti siklus I dan 3) keberhasilan tindakan yang dilakukan juga dilihat dari aktivitas


168 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian terbagi atas dua bagian yaitu 1) hasil pra tindakan dan 2) hasil
pelaksanaan tindakan. Kegiatan pada pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes awal kepada
23 orang siswa dengan jumlah soal 3 butir soal. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa pada materi prasyarat dan sebagai acuan dalam pembentukan
kelompok belajar. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar yang heterogen. Kelompok 1 sampai
kelompok 5 terdiri atas 4 orang siswa dan kelompok 6 terdiri atas 3 orang siswa. Setiap kelompok
dibagi menjadi dua pasang dyad yaitu dyad-1 dan dyad-2. Hasil tes awal menunjukkan bahwa 7
orang siswa sudah dapat menentukan kedudukan dua garis, menjelaskan pengertian sudut dan
hubungan antar sudut. Namun, 16 orang siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan
hubungan antar sudut.
Pelaksanaan tindakan terdiri atas dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan
sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh garis ketiga. Tujuan
pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis

untuk menyelesaikan soal. Pertemuan pertama peneliti menyajikan informasi dan masalah
melalui LKS. Pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan. Proses pembelajaran
pada pelaksanaan tindakan terdiri atas tiga kegiatan yaitu1) pendahuluan, 2) inti, dan 3)
penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyiapkan
siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan melakukan relaksasi
serta memberikan apersepsi kepada siswa. Kemudian, pada kegiatan inti terdiri atas 1)
menyajikan informasi, 2) mengorganisir siswa ke dalam kelompok belajar sehingga muncul
understand, 3) membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall,
digest dan expand, 4) evaluasi sehingga muncul review dan 5) memberikan penghargaan.
Kegiatan penutup dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyapa siswa,
mengajak siswa berdoa, mengecek kehadiran serta menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan sifat
sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh garis ketiga. Tujuan pembelajaran
pada siklus II yaitu siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk
menyelesaikan soal. Kondisi yang diharapkan setelah penyampaian tujuan pembelajaran
adalah agar siswa menjadi terarah dan terbimbing dalam aktifitas belajar.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap mood yaitu memotivasi siswa dan menciptakan
suasana yang rileks. Caranya memberikan fenomena-fenomena menarik dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan materi garis dan sudut. Contoh yang dijelaskan adalah rel kereta api
dan ujung sebuah kelas. Peneliti menekankan pada siklus II bahwa materi yang akan dipelajari

sangatlah penting bagi siswa untuk pelajaran yang lebih kompleks. Setelah memotivasi, peneliti
menciptakan suasana siswa menjadi rileks yaitu melakukan relaksasi dengan sikap duduk hening.
Setelah diberikan motivasi dan relaksasi terlihat siswa menjadi lebih bersemangat untuk
mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, peneliti melakukan apersepsi dengan mengecek
pengetahuan prasyarat siswa melalui tanya jawab dengan menanyakan pengertian sudut,
kedudukan dua garis dan hubungan antar sudut pada siklus I dan sudut-sudut yang terbentuk dari
dua garis sejajar dipotong oleh garis lain pada siklus II. Kondisi yang diperoleh setelah kegiatan

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 169

apersepsi yaitu siswa menjadi lebih siap untuk belajar karena telah paham dengan materi
prasyarat.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Fase-fase yang dilakukan pada kegiatan inti
yaitu 1) penyajian informasi, 2) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, 3) membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, 4) evaluasi dan 5) penghargaan
kelompok. Peneliti menjelaskan poin-poin penting dari materi yang akan dipelajari siswa.
Kondisi yang diperoleh yaitu terlihat siswa mendengarkan dengan seksama penyampaian
informasi dari peneliti. Materi pembelajaran pada siklus I yaitu sudut-sudut yang terbentuk jika
dua garis sejajar dipotong oleh garis lain sedangkan pada siklus II yaitu hubungan sudut-sudut
pada garis sejajar yang dipotong oleh garis lain. Kemudian, peneliti menginstruksikan kepada

seluruh siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya. Kondisi yang diharapkan yaitu agar
seluruh siswa bekerjasama dengan baik selama proses pembelajaran.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap understand yaitu peneliti terlebih dahulu
membagikan LKS yang di dalamnya termuat materi kepada setiap kelompok. Kemudian
peneliti mengarahkan masing-masing pasangan dyad untuk membaca dan memahami isi
materi. Peneliti juga mengarahkan siswa untuk mencermati poin-poin penting dari materi
tersebut. Melalui membaca materi yang terdapat di dalam LKS diharapkan dapat
membentuk pemahaman siswa. Siswa AG dan AF pada siklus I mengalami kesulitan pada
pasangan sudut-sudut dalam sepihak dan luar sepihak sehingga peneliti mengarahkan siswa.
Kondisi yang diperoleh yaitu siswa sudah memahami poin-poin penting dari materi yang
dipelajari. Sedangkan pada siklus II, siswa CM, AD, RL dan SH mengalami kesulitan pada
hubungan pasangan sudut sehadap, dalam berseberangan dan luar berseberangan sehingga
peneliti mengarahkan siswa. Kondisi yang diperoleh setelah peneliti mengarahkan siswa
yaitu siswa sudah memahami poin-poin penting dari materi yang dipelajari.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap recall yaitu peneliti meminta kepada setiap dyad
untuk memahami dan mendiskusikan soal-soal pada LKS. Terdapat dua kelompok pada
siklus I yang mendapatkan banyak bimbingan dari peneliti yaitu kelompok IV dan
kelompok VI. Kesulitan yang mereka alami yaitu menentukan pasangan sudut-sudut dalam
sepihak dan luar sepihak sehingga peneliti kemudian mengarahkan mereka. Sedangkan
pada siklus II, kelompok yang banyak mendapatkan bimbingan dalam mengerjakan LKS

yaitu kelompok II, IV, V dan VI. Kesulitan yang mereka alami yaitu mencari besar sudut
sehadap, dalam berseberangan dan luar berseberangan jika pasangan sudut yang lainnya
diketahui. Kemudiandengan segera peneliti mengarahkan mereka. Kelompok I dan III dapat
mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik. Hasil yang diperoleh dari pembimbingan
ini adalah siswa dapat mengerjakan latihan soal yang diberikan akan tetapi ada siswa yang
cepat mengerjakan danada juga siswa yang lambat dalam mengerjakan.
Setelah diskusi selesai, peneliti mengarahkan satu diantara pasangan dyad untuk
menyampaikan jawaban soal-soal yang telah dikerjakan pada LKS terhadap pasangannya.
Siswa yang dipilih pada siklus I adalah AF. Peneliti juga meminta setiap pasangan dyad
mengungkapkan pemahamannya tentang LKS. Kelompok yang mendapatkan kesempatan
pada siklus II adalah kelompok II dan IV diwakili oleh siswa RF dan AG. Hasil yang
diperoleh dari pemaparan pasangan dyad yaitu siswa yang lain memperoleh informasi
mengenai penyelesaian soal yang dilakukan oleh pasangan dyad lainnya.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap digest yaitu setiap pasangan dyad mencermati
penyampaian hasil pemecahan masalah yang disampaikan pada tahap recall. Jika terdapat
ketidakcocokan dan ketidaksesuaian terhadap penyampaian oleh penyaji maka diperlukan
koreksi terhadap kesalahan yang muncul dengan mengajukan pertanyaan atau pendapat.
Siswa yang mengajukan pertanyaan pada siklus I adalah CM, BS dan AG sedangkan siklus

170 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

II adalah EP dan YS. Kondisi yang diperoleh pada tahap ini yaitu siswa telah berani
mengajukan pendapat atas hasil pemecahan masalah yang disampaikan oleh penyaji.
Setelah itu, peneliti meminta masing-masing pasangan dyad saling memperlihatkan hasil
pekerjaan kemudian membandingkan dan mendiskusikannya sehingga terbentuklah satu
jawaban LKS untuk kelompok.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap expand yaitu setiap kelompok menuliskan
sebuah contoh yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kelompok VI pada siklus I
mengalami keterlambatan ketika menuliskan contoh soal karena masih mengalami
kebingungan. Sedangkan pada siklus II mereka sudah dapat menuliskan contoh soal dengan
baik, demikian juga kelompok lainnya telah membuat contoh soal dengan baik. Kondisi
yang diperoleh yaitu semua kelompok telah membuat contoh soal dengan baik akan tetapi
ada kelompok yang cepat mengerjakan dan ada juga kelompok yang lambat dalam
mengerjakan.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap review yaitu peneliti mengarahkan beberapa
kelompok untuk menuliskan dan mempresentasikan hasil LKS kelompoknya serta
menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siklus I diwakili oleh kelompok I dan II yaitu
siswa EP dan siswa MR sedangkan pada siklus II yaitu kelompok III yang diwakili oleh
siswi CM dan kelompok VI yang diwakili oleh siswa NL. Hasil yang diperoleh yaitu semua

kelompok telah membuat kesimpulan dengan baik. Satu diantara jawaban siswa yang
dituliskan di papan tulis saat presentasi dapat dilihat pada Gambar 1.
MRSILKS401

MRSILKS409

MRSILKS402

MRSILKS4010

MRSILKS403

MRSILKS4011

MRSILKS404

MRSILKS4012

MRSILKS405
MRSILKS406

MRSILKS4013
MRSILKS4014
MRSILKS4015

MRSILKS407

MRSILKS4016

MRSILKS408
Gambar 1. Jawaban siswa MR saat presentasi
Jawaban siswa MR dapat ditunjukkan sebagaimana pada Gambar 1. Siswa MR telah
menuliskan pasangan sudut-sudut sehadap dengan benar yang ditunjukkan pada gambar 1 yaitu
1 dengan
5 (MRSILKS401),
3 dengan
7 (MRSILKS402),
2 dengan
6
(MRSILKS403) dan 4 dengan 8 (MRSILKS404). Kemudian pasangan sudut-sudut dalam
berseberangan dengan benar yaitu 5 dengan 4 (MRSILKS405) dan 3 dengan 6
(MRSILKS406). Selanjutnya pasangan sudut-sudut luar berseberangan yaitu 7 dengan 2
(MRSILKS407) dan 8 dengan 1 (MRSILKS408). Pasangan sudut-sudut dalam sepihak
yaitu 5 dengan 3 (MRSILKS409)dan 6 dengan 4 (MRSILKS410). Pasangan sudut-sudut
luar sepihak yaitu 8 dengan 2 (MRSILKS411) dan 1 dengan 7 (MRSILKS412). Namun

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 171

siswa MR masih salah dalam menuliskan pasangan sudut-sudut yang bertolak belakang yaitu
8 dengan
6 (MRSILKS413),
7 dengan
5 (MRSILKS414),
3 dengan
1
(MRSILKS415) dan 1 dengan 4 (MRSILKS416).
Aktivitas yang dilakukan pada pemberian penghargaan yaitu peneliti memberikan
penghargaan kepada semua kelompok sesuai dengan pencapaian masing-masing kelompok.
Penghargaan yang diberikan berupa predikat kelompok. Tujuan dari penghargaan ini adalah
untuk lebih meningkatkan lagi motivasi belajar siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup. Peneliti menegaskan hal-hal penting yang
berkaitan dengan materi pembelajaran dan memberikan pekerjaan rumah sebelum menutup
pembelajaran. Setelah itu, peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan
selanjutnya akan diadakan tes tentang materi yang baru saja dipelajari. Peneliti juga berpesan
kepada siswa agar kembali mempelajari materinya di rumah. Peneliti menutup kegiatan
pembelajaran dengan meminta satu diantara siswa lainnya memimpin temannya untuk berdoa
bersama, kemudian mengucapkan salam dan keluar dari ruangan.
Pertemuan kedua dari masing-masing siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan
kepada siswa. Pertemuan diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa. Peneliti memberikan 3
butir soal pada saat tes akhir tindakan siklus I dan 4 butir soal pada tes akhir tindakan siklus II.
Kemudian peneliti mengatur dan menyiapkan siswa untuk ujian. Sebelum siswa mengerjakan
soal, peneliti mengingatkan kepada siswa untuk tidak saling bekerjasama saat menyelesaikan
soal. Satu diantara soal yang diberikan pada siklus 1seperti pada Gambar 2.
Tulislah semua pasangan sudut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

sehadap,
dalam berseberangan,
luar berseberangan,
dalam sepihak,
luar sepihak dan
bertolak belakang.

Gambar 2. Soal Nomor I Tes Akhir Tindakan Siklus I
BSSI1a01

BSSI1d01

BSSI1a02

BSSI1d02

BSSI1a03
BSSI1a04
BSSI1b01

BSSI1e01
BSSI1e02
BSSI1f01

BSSI1b02

BSSI1f02

BSSI1c01

BSSI1f03

BSSI1c02

BSSI1f04

Gambar 3. Jawaban siswa BS
Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus I diikuti oleh 23 orang siswa. Dari 23 orang siswa
yang mengikuti tes diperoleh 16 orang siswa tuntas dan 7 orang siswa tidak tuntas. Berdasarkan

172 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

hasil ujian terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Satu diantara kesalahan
yang dilakukan siswa adalah kesalahan pada saat menuliskan pasangan sudut-sudut sehadap.
Satu diantara siswa tersebut adalah siswa BS. Siswa BS tidak benar dalam menuliskan
pasangan sudut-sudut sehadapnya. BS menuliskan pasangan sudut-sudut sehadapnya yaitu P3
dengan Q3 (BSSI1a01) , P2 dengan Q2 (BSSI1a02), P4 dengan Q4 (BSSI1a03) dan P1
dengan Q1 (BSSI1a01). Seharusnya yang ditulis adalah P3 dengan Q2, P2 dengan Q1,
P3 dengan Q2 dan P4 dengan Q3.
Untuk menelusuri jawaban siswa tersebut maka dilakukan wawancara. Berikut
kutipan hasil wawancara peneliti dengan siswa BS.
P S1 08

: Mari kita perhatikan soalnya (peneliti menyodorkan soal). Kamu tidak benar
menjawab pasangan sudut-sudut sehadapnya. Coba kamu ulangi sebutkan
pasangan sudut-sudut sehadap!
BSS1 08 : ∠P4 dengan ∠Q1, ∠P1 dengan ∠Q4, ∠P3 dengan∠Q2 dan ∠P4 dengan ∠Q3.Itu
semua pak, tetapi saya salah pak.
P S1 09
: Kenapa kamu bisa salah de? Itu kamu tahu.
BS S1 09 : Saya pikir ∠P4 dengan ∠Q4 begitu pak. Sama dengan yang lainnya tetapi
ternyata gambarnya tidak sama letak titik-titik yang diberikan dengan contoh
yang kemarin.
Melalui wawancara dengan siswa BS diperoleh informasi bahwa siswa BS keliru
menentukan pasangan sudut-sudut sehadap sehingga jawaban siswa BS salah. Siswa BS
memasangkan setiap sudut dari titik P ke titik Q dengan sudut yang memiliki kode yang
sama.
Satu diantara soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada
Gambar 4.
a. Tentukanlah dua pasang sudut yang sehadap!
b. Untuk m O = 35° dan m OBA = 75°,tentukanlah besar
OAB, besar OCD, dan besar ODC

Gambar 4. Soal Nomor 3 Tes Akhir Tindakan Siklus II
Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan hubungan sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar dipotong
oleh garis lain sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Namun, masih ada siswa yang tidak
menulis jawaban soal nomor 3 bagian a seperti jawaban siswi CM berikut.
CMS23a01

CMS23b01
CMS23b02

CMS23a02
CMS23b03
CMS23b04
CMS23b05
Gambar 5. Jawaban siswi CM

CMS23b06

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 173

Jawaban siswi CM dapat ditunjukkan sebagaimana pada Gambar 5. Siswi CM tidak
menjawab soal nomor 3 bagian a . Siswi CM hanya menuliskan yang diketahui dari soal
(CMS23a01) dan (CMS23a02). Kemudian siswi CM menuliskan m O = m COD = 35˚
(CMS23b04). Seharusnya siswi CM juga menuliskan hubungan sudut O
COD.
Selanjutnya siswi CM menjawab m OAB = 75˚ (CMS23b05) dan pada tahap akhir siswi
CM menuliskan hubungan sudut OAB dengan OCD (CMS23b06). Untuk menelusuri
jawaban siswi CM tersebut peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan hasil
wawancara peneliti dengan siswi CM.
P S2 06

: Kenapa pertanyaan nomor 3 bagian a kamu tidak jawab? (peneliti
menyodorkan soal kemudian membacanya) Terdapat dua garis yang sejajar
dipotong oleh garis AO dan BO, kemudian tentukanlah dua pasang sudut yang
sehadap!
CM S2 06: Saya tidak terlalu perhatikan kak. Sudut A dan C kak.
P S2 07:
Nah, sekarang anggaplah disini A1, A2, A3, dan A4. C1, C2, C3 dan C4 (peneliti
menunjukkan gambar pada soal), baiklah yang mana maksudmu?
CM S2 07: Sudut yang sehadap yaitu A1 dengan C3, A2 dengan C2kak.
P S2 08:
(menunjuk gambar soal nomor 3) bila kita sesuaikan dengan soal, manakah
sudut yang sehadap?
CM S2 08 : ∠OAB dengan ∠OCD kak.
P S2 09 : Baiklah, baru satu yang kamu jawab. Manakah pasangan sudut sehadap yang
lainnya?
CM S2 09: ∠ODC dengan ∠OBA kak.

Melalui wawancara dengan siswi CM diperoleh informasi bahwa siswi CM kurang
memperhatikan soal dengan seksama. Sehingga siswi CM mengalami kesulitan untuk menjawab
soal nomor 3 bagian a . Tampaknya siswi CM membutuhkan bimbingan yang lebih intensif untuk
memahami soal dengan jelas.
Sesuai hasil tes akhir tindakan siklus II diperoleh informasi bahwa siswa telah mampu
menyelesaikan soal tentang hubungan sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis lain. Hal ini berdasarkan pada hasil tes akhir tindakan siklus II yang
menunjukkan bahwa sebanyak 19 dari 21 orang siswa mendapatkan nilai tuntas.
Aspek-aspek yang dinilai dari observasi aktivitas peneliti pada siklus I dan siklus II
antara lain: 1) mengucapkan salam, berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa, 2)
menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut, 4) memberikan gambaran tentang proses
pembelajaran yang akan berlangsung, 5) memberikan motivasi kepada siswa dan melakukan
relaksasi sebelum memulai pembelajaran untuk membuat mood siswa menjadi tenang, 6)
melakukan apersepsi, 7) menyajikan materi ajar kepada siswa, 8) mengarahkan siswa
membentuk kelompok belajar yang heterogen dan menentukan masing–masing pasangan dyad,
9) memberi LKS kepada setiap kelompok kemudian meminta siswa untuk memahami secara
mandiri sehingga muncul understand, 10) meminta satu diantara anggota dyad untuk
mengungkapkan hasil pemahamannya terhadap LKS kepada pasangannya sehingga muncul
recall, 11) meminta anggota dyad lain untuk mendengarkan presentasi dari pasangan dyad
lainnya sehingga muncul digest, 12) memberikan waktu kepada pasangan dyad-1 dan dyad-2
untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil kerja LKS serta membuat contoh yang lain
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga muncul expand. 13) memberikan
kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyimpulkan hasil kerja LKS sehingga muncul

174 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

review, 14) meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan
kelas, 15) memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi, 16)
memberikan PR kepada siswa, 17) mengajak siswa berdoa sebelum menutup pembelajaran. 18)
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam, 19) efektivitas pengelolaan waktu dan 20)
penampilan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian setiap aspek dilakukan dengan cara
memberikan skor yakni, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup,
skor 2 berarti kurang dan skor 1 berarti sangat kurang. Siklus I aspek 1, 2,3, 4, 7, 8, 13, 14, 15,
16, 17 dan 19 memperoleh skor 4. Aspek 5, 6, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh nilai 3 sedangkan
aspek 18 dan 20 memperoleh nilai 5. Setelah nilai-nilai dari setiap aspek pada siklus I
diakumulasikan, maka peneliti memperoleh nilai 73. Nilai 73 tersebut masuk dalam kategori
baik, sehingga aktivitas peneliti sebagai guru dikategorikan baik. Untuk siklus II, aspek 1, 3, 9,
16, 17, 18 dan 20 memperoleh skor 5. Aspek 2, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 15 dan 19 memperoleh skor
4. Aspek 6, 8, 10 dan 12 memperoleh skor 3. Setelah nilai-nilai dari setiap aspek
diakumulasikan, maka peneliti memperoleh nilai 80. Nilai 80 termasuk dalam kategori baik,
sehingga aktivitas peneliti sebagai guru pada siklus II dikategorikan baik.
Aspek yang diobservasi pada kegiatan siswa siklus I dan II meliputi: 1) menjawab salam
dan berdoa bersama, 2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) menyimak deskripsi materi yang akan dipelajari, 5)
mendengarkan motivasi dan melakukan relaksasi yang diberikan oleh guru, 6) mengingat
pembelajaran yang telah dipelajari, 7) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi
hubungan garis dan sudut, 8) membentuk kelompok belajar, 9) menerima LKS yang diserahkan
oleh guru dan mengerjakannya, 10) mempresentasikan hasil diskusi satu diantara pasangan dyad
ke pasangan dyad yang lain, 11) mendengarkan hasil kerja LKS pasangan dyad yang presentasi,
12) pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 saling membandingkan dan mendiskusikan hasil
pekerjaan, 13) menyimpulkan hasil diskusi dari hasil kerja LKS antar pasangan dyad, 14)
mengungkapkan dan menuliskan hasil diskusi kelompok di depan kelas, 15) mengapresiasi
pemberian penghargaan untuk kelompok terbaik, 16) merespon terhadap hal-hal yang menjadi
tugasnya di rumah, 17) berdoa dan 18) menjawab salam. Penilaian setiap aspek dilakukan dengan
cara memberikan skor yakni, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup,
skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti sangat kurang. Siklus I, untuk aspek 1, 2, 3, 4, 7, 8, 13,
14, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh skor 4. Aspek 5, 6, 9, 10, 11dan 12 memperoleh skor 3.
Sedangkan aspek 18 dan 20 memperoleh skor 5. Setelah nilai dari setiap aspek diakumulasikan
maka aktivitas siswa memperoleh nilai 76. Nilai 76 termasuk dalam kategori baik, sehingga
aktivitas siswa dikategorikan baik. Siklus II, aspek 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, 16 dan 18 memperoleh
skor 5. Aspek 1, 5, 6, 8, 10, 12, 14 dan 17 memperoleh skor 4. Sedangkan aspek 15 memperoleh
skor 3. Setelah nilai dari setiap aspek diakumulasikan maka aktivitas siswa memperoleh nilai 80.
Aktivitas siswa dikategorikan sangat baik.

PEMBAHASAN
Penelitian diawali dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa pada materi prasyarat. Tes awal juga digunakan sebagai pedoman
untuk membentuk kelompok-kelompok belajar. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart
(2013). Model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER yang diterapkan dalam

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 175

penelitian ini dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan lebih menarik,
sehingga akan meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Hidayati, 2014).
Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyapa siswa,
mengajak siswa berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk
menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga
siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Siswa yang mengetahui tujuan pembelajaran yang
jelas dan tepat menjadi lebih terarah dan terbimbing dalam melaksanakan aktifitas belajar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat
dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap mood yaitu pemberian motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan manfaat belajar materi garis dan sudut. Hal ini membuat siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran. Ginting (2008) yang menyatakan bahwa dengan adanya
motivasi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran.
Selain itu dilakukan relaksasi melalui sikap duduk hening agar konsentrasi belajar siswa
meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Aini (2012) yang menyatakan bahwa dengan
memberikan perlakuan teknik relaksasi mampu meningkatkan konsentrasi belajar anak.
Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan penguatan materi prasyarat untuk
mempelajari materi hubungan garis dan sudut. Apersepsi dilakukan dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa secara lisan. Pertanyaan pada siklus I mengenai pengertian sudut,
kedudukan dua garis dan hubungan antar sudut. Sedangkan pada siklus II yaitu mengenai sudutsudut yang terbentuk dari dua garis sejajar. Kegiatan apersepsi ini bertujuan agar siswa
memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi hubungan garis dan sudut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B,
seseorang perlu memahami dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami
konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Kegiatan inti diawali dengan penyajian informasi mengenai poin-poin penting dari
materi yang akan dipelajari. Kemudian mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar yang setiap kelompoknya terdiri atas tiga
sampai empat orang siswa. Pembentukan kelompok ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sama,
dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2013) yang
menyatakan bahwa melalui pembentukan kelompok, siswa dapat bekerjasama dalam proses
pembelajaran.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap understand yaitu setiap dyad membaca materi
yang telah dibagikan dan mencermati poin-poin penting dari materi tersebut. Melalui
membaca materi tersebut dapat membentuk pemahaman siswa sehingga siswa mampu
memberikan penjelasan kepada orang lain. Menurut Herdianto (2014) siswa diharapkan
untuk memahami materi agar siswa dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan
kata-katanya sendiri.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap recall yaitu setiap anggota dyad mengerjakan
soal-soal yang ada di dalam LKS melalui diskusi bersama pasangan dyadnya. Selama siswa
mengerjakan LKS, peneliti mengawasi dan memberikan bimbingan secukupnya kepada siswa
yang mengalami kesulitan. Setelah siswa mulai memahami konsep hubungan garis dan sudut
maka peneliti akan mengurangi secara perlahan bimbingan tersebut agar siswa dapat memaknai
belajarnya secara mandiri. Menurut Apriyanti (2011) ketika siswa mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan, guru memberikan bantuan kepada siswa dan akan mengurangi bantuan
yang diberikan setelah siswa tersebut dapat mengerti.

176 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Aktivitas yang dilakukan pada tahap digest yaitu dyad-2 mendengarkan penyampaian
jawaban LKS sambil mendeteksi adanya kesalahan atau kekurangan pada penjelasan dyad1 atau sebaliknya. Jika terdapat ketidakcocokan dan ketidaksesuaian terhadap penyampaian
oleh penyaji, maka diperlukan koreksi terhadap kesalahan yang muncul dengan
mengajukan pertanyaan atau pendapat sehingga pembelajaran lebih bermakna yang
menurut Rahmawati (2013) perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap
jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap expand yaitu peneliti meminta seluruh kelompok
untuk bekerjasama mencari dan menulis satu contoh soal yang masih berkaitan dengan
materi yang mereka pelajari. Contoh yang dituliskan merupakan hasil diskusi yang
dilakukan setiap kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2009) yang menyatakan
bahwa pembelajaran harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan
yang sama.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap review yaitu peneliti memberikan kesempatan
kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas dan
siswa yang lain menanggapinya. Ini dilakukan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat
mengenai jawaban yang diperoleh dan yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya
lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya
pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain dalam
pembelajaran matematika, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Kemudian
setiap kelompok membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Penghargaan diberikan kepada seluruh kelompok sesuai dengan pencapaian masingmasing kelompok. Peneliti memberikan penghargaan berupa predikat kelompok. Penghargaan
bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan dapat menjadi suatu alat dalam motivasi
belajar bagi anak didik.
Hasil tes akhir tindakan dan wawancara siklus I menunjukkan bahwa siswa telah dapat
menyelesaikan soal sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar dipotong oleh garis
lain. Meskipun masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal, namun
secara umum siswa telah dapat menyelesaikan soal dengan benar. Indikator keberhasilan
tindakan untuk siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Hasil tes akhir
tindakan dan wawancara siklus II diperoleh informasi bahwamasih terdapat siswa yang
mengalami kebingungan dalam menyelesaikan soal, sehingga mengakibatkan kekeliruan pada
jawaban akhir. Walaupun demikian, sebagian besar siswa dapat menjawab soal dengan
benar. Ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan tindakan siklus II telah tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII SMP Negeri 14 Palu pada materi hubungan garis dan sudut mengikuti
fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi serta melakukan relaksasi
kepada siswa sehingga mood membaik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisir siswa ke
dalam kelompok-kelompok belajar sehingga muncul understand, 4) membimbing kelompok
untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5) evaluasi sehingga
muncul review dan 6) memberikan penghargaan.
KESIMPULAN
Sesuai hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpukan bahwa tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 14 Palu pada materi hubungan

I Made Ariana, Muh.Hasbi, dan Sukayasa, Penerapan Model … 177

garis dan sudut melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER
telah berhasil dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan
menyiapkan peserta didik serta melakukan relaksasikepada siswa sehingga mood membaik, 2)
menyajikan informasi, 3) mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar sehingga muncul
understand, 4) membantu kerja tim dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5)
mengevaluasi sehingga muncul review dan 6) memberikan pengakuan atau penghargaan.
Pada tahap mood peneliti memotivasi siswa dengan cara menyampaikan fenomenafenomena menarik dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan suasana belajar yang rileks
dengan sikap duduk hening. Selanjutnya pada tahap understand peneliti mengarahkan masingmasing dyad untuk membaca dan mencermati poin-poin penting yang ada pada materi.
Kemudian pada tahap recall peneliti meminta kepada setiap dyad untuk membaca dan
mendiskusikan soal-soal yang terdapat di dalam LKS. Pada tahap digest peneliti meminta
pasangan dyad mendengarkan penyampaian hasil kerja LKS dyad lainnya sambil mendeteksi
kesalahan atau kekurangan pada jawabanLKS yang dikerjakan. Setelah itu, pada tahap expand
peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk bekerjasama mencari dan menulis satu contoh
soal yang berkaitan dengan materi yang mereka pelajari. Pada tahap review peneliti mengarahkan
beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan maka peneliti menyarankan penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan metode MURDER layak untuk dilaksanakan karena dapat mengaktifkan siswa
lebih baik namun perlu melakukan beberapa pertimbangan yaitu khususnya pada pengelolaan
waktu pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif dengan metode MURDER perlu melakukan persiapan yang lebih baik sehingga hasil
yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S.Q. (2012). Penggunaan Teknik Relaksasi untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Terate Pandian Sumenep Tahun Pelajaran 20112012. (online) Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan. Vol 1 No 1 (2012).
Tersedia:https://www.scribd.com/doc/118557706/Penggunaan–teknik-relaksasiuntuk-meningkatkan–konsentrasi-belajar–anak–kelas–b–taman –kanak–kanak-terate–
pandian–sumenep–tahun–pelajaran-2011-2012. [1 Agustus 2016].
Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik
Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [Online]. Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri. Jakarta:diterbitkan. Tersedia:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/1234 56789/2636[28 Juli 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Elnanda, R. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative MURDER Terhadap
Pemahaman Konsep Matematik Siswa.Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. [Online]. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/
123456789/25561/3/RICI%20ELNANDA-FITK.pdf [27 November 2015].

178 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Fadillah,H.N. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem
Based Learning. Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan [Online] Vol 01. Halaman
33-39. Tersedia: http://ejournal.umm.ac.id/index.Php/jps/article/view/1950. [5 Nopember
2015].
Herdianto, K., Sudhita, I. W. R., Sedanayasa, G. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
MURDER Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD Di Gugus
IKecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Univeristas Pendidikan Ganesha .
[Online]. Vol 02 (1), 10 halaman. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/
index.php/jjpgsd/article/download/945/879. [13 Oktober 2016].
Hidayati, Masril, dan Apersa, R.A. (2014). Penerapan Bahan Ajar Berbasis Advance
Organizer Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER pada Siswa Kelas
XI Semester 1 di SMA Negeri 3 Solok. Pillar Of Physics Education. [Online] Vol 1,
161-168. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/ download/
1112 /804. [20 November 2015].
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:IKIP Malang.
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif:Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Humaniora.
Kirana,K. dan Susannah. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MURDER Pada Materi Persamaan Garis Lurus. Jurnal Mathedunesa [Online], vol 2
no 1, 6 halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/
article/view/1394/0. [30 Oktober 2015].
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). Action Research Model. [Online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/doc/232329702/Action–Research–Model–by–Kemis- andMc. Taggart. [7 Oktober 2016].
Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Dalam Pendidikan dan Pengajaran
[Online]. Vol 3 no 6, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/
jpdpb/ article/view/5823 [25Juli 2016].
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Journal
FMIPA Unila . 1, (1), 14 halaman. Tersedia: http;//journal.fmipa.unila.ac.id.index.
php/semirata/ article/view/882/701. [25 Juli 2016].
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
PusatPelajar

Dokumen yang terkait

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER ( MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT BEKERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN KELAS X AP SMK NEGERI 1 TEBING TEBING TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MOOD-UNDERSTAND-RECALL-DIGEST-EXPAND-REVIEW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

8 23 49

PENERAPAN TEKIK MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DETECT DAN REVIEW) DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI PADA SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI.

0 1 74

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW (MURDER) DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN MURDER PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN ANTAR GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 12 PALU | Wisnawati | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7176 23865 1 PB

0 0 13

Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review (Murder) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Barru - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 112

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMPN 21 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

2 5 17

BAB III - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMPN 21 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMPN 21 BANDAR LAMPUNG

0 3 20

1 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER ( MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW ) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS - 3 DI SMA NEGERI 1 KAMPAR AIR TIRIS, KEC. KAMPAR Disusun oleh Hasan Basri Sofya

0 1 11