PENERAPAN TEKIK MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DETECT DAN REVIEW) DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI PADA SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI.

(1)

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 6

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Definisi Operasional ... 9

1.8 Anggapan Dasar ... 10

1.9 Hipotesis Penelitian ... 10

1.10 Populasi dan Sampel ... 11

BAB 2 KETERAMPILAN BERBICARA, TEKNIK MURDER DAN PEMBELAJARAN BERDISKUSI ... 12

2.1 Keterampilan Berbicara ... 12

2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ... 12

2.1.2 Tujuan Berbicara ... 13

2.1.3 Berbicara sebagai Suatu Proses Berkomunikasi ... 14

2.1.4 Hubungan Kemampuan Berbicara Dengan Kemampuan Menulis ... 15

2.2 Diskusi ... 16

2.2.1 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Proses Berdiskusi .... 18


(2)

viii

2.2.3 Masalah dalam Diskusi ... 19

2.2.4 Tempat Pelaksanaan Diskusi ... 20

2.2.5 Diskusi Berkelompok-Kelompok ... 21

2.3 Teknik MURDER dalam Pembelajaran Berdiskusi ... 23

2.3.1 Langkah-langkah pembelajaran Teknik MURDER ... 25

2.3.2 Keunggulan dan Kelemahan Teknik MURDER ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Metode Penelitian ... 27

3.2 Prosedur Penelitian ... 32

3.3 Teknik Penelitian... 33

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3.2 Teknik Pengolahan Data ... 35

3.4 Instrumen Penelitian ... 39

3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 39

3.5 Sumber Data ... 48

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Pelaksanaan Tindakan ... 50

4.2 Deskripsi Analisis Data ... 51

4.2.1 Deskripsi Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 53

4.2.2 Deskripsi Analisis Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 61

4.3 Analisis Data Nilai Pretes dan Postes Keterampilan Berbicara ... 69

4.3.1 Uji Reliabilitas Antarpenimbang Nilai pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 69

4.4 Analisis Data pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 82

4.4.1 Uji Normalitas Data ... 84

4.4.2 Uji Hipotesis ... 86

4.5 Analisis Data postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 88

4.5.1 Uji Normalitas Data ... 89

4.5.2 Uji Hipotesis ... 91

4.6 Analisis Nilai Indeks Gain Pada Kelas Eksperimen ... 92


(3)

ix

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 105

5.1 Simpulan ... 105

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... xiii RIWAYAT HIDUP


(4)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yakni membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Keempat aspek tersebut memiliki kaitan yang sangat erat sehingga dalam implementasi pembelajarannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Aspek-aspek tersebut merupakan kemampuan berbahasa yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu kemampuan memahami yang mencakup keterampilan membaca dan menyimak serta kemampuan mempergunakan bahasa yang tercermin dalam kegiatan menulis dan berbicara.

Salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki keterampilan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosionalnya. Namun, pada kenyataanya tujuan tersebut belum dapat tercapai secara maksimal. Hal ini terlihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa, khususnya pada kemampuan berbicara yang masih memprihatinkan.

Beberapa kasus umum menunjukan bahwa keterampilan berbicara pada siswa masih menjadi salah satu kendala yang menghambat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marwiyah (2007), mengenai kemampuan berbicara siswa SMK yang


(5)

dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dialami sebagian siswa ketika berbicara di depan kelas. Siswa sering dihinggapi perasaan takut, cemas, dan tegang. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa untuk berbicara di depan umum atau siswa sering sekali merasa kesulitan dalam mengemukakan pendapatnya baik itu dalam sebuah diskusi, dialog ataupun tanya jawab. Dari penelitian terkait yang dilakukan oleh Novianti (2007), menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif dan kurang berani dalam berbicara, khususnya dalam mengemukakan pendapat sehingga tidak jarang materi yang diajarkan tidak dapat tersampaikan secara maksimal.

Gunawan (2006), dalam tulisannya yang menyoroti sistem pembelajaran di SMK, menyebutkan bahwa untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional diperlukan minimalnya tiga keterampilan yang melekat. Ketiga keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan berpikir (thinking Skill), keterampilan berbicara (talking skill), dan keterampilan berkarya (vocational Skill).

Lebih lanjut Gunawan mengemukakan bahwa untuk membentuk sikap mental yang baik, penekanan konsep pembelajarannya berada pada kemampuan berpikir yang akan ditanamkan kepada siswa. Dalam pelatihan keterampilan berpikir, siswa dilatih untuk membiasakan berpikir yang baik sehingga diharapkan siswa tersebut mampu mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Selain itu, siswa juga dilatih untuk dapat berpikir logis yang didapat melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Setelah siswa dilatih untuk berpikir baik dan logis, siswa juga dilatih untuk dapat berbicara secara sistematis, konstruktif, dan


(6)

komunikatif. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan jalan memperbanyak metode diskusi dan mempresentasikan hasil percobaan.

Tidak sedikit lulusan SMK yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, akan tetapi jika diminta untuk menjelaskan secara rinci tentang pekerjaan yang ditangani mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Kondisi ini menjadi kendala bagi mereka untuk mempromosikan kompetensi yang dimiliki secara mandiri. Di sisi lain, banyak siswa yang berkompeten terpaksa harus menunggu lama untuk diterima di dunia kerja. Mereka membutuhkan orang lain yang mampu mempromosikan kompetensi yang dimiliki. Keadaan ini juga membuat banyak lulusan SMK yang berkerja tidak sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari di SMK [http://www.damandiri.or.id].

Selain itu, ketidaktepatan metode juga dapat menjadi penyebab siswa bingung dan merasa tidak percaya diri untuk tampil berbicara di depan kelas. Oleh karena itu, keterampilan berbicara adalah salah satu aspek berbahasa yang masih perlu ditingkatkan.

Dari data di atas, dapat terlihat bahwa salah satu kompetensi yang penting dimiliki oleh siswa SMK khususnya yaitu kemampuan berbicara yang sistematis konstruktif dan komunikatif sebagai faktor penunjang pembentuk keterampilan lulusan SMK. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran sesuai dengan ranah kompetensi yang akan dicapai sehingga siswa dapat merespon dengan baik materi yang disampaikan oleh guru dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang akan membuat siswa dapat terlatih untuk mengaplikasikannya dalam dunia kerja.


(7)

Beberapa ragam berbicara yang sering dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diantaranya adalah diskusi, wawancara, pidato, dialog dan tanya jawab. Dalam sebuah diskusi, seorang pembicara dituntut untuk dapat mengemukakan pendapatnya mengenai topik yang dibicarakan dalam diskusi tersebut. Begitu pula dalam sebuah wawancara, seorang pewawancara juga harus dapat menanggapi jawaban dari respondennya yaitu dengan mengemukakan pendapatnya serta bentuk pidato yang jelas menuntut pembicara untuk mengemukakan gagasannya melalui isi pidato tersebut. Dari beberapa ragam berbicara yang ada, hampir semuanya menuntut pembicara untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini terjadi karena mengemukakan pendapat merupakan suatu hal yang sangat terkait dalam berbicara sebagai tahapan yang paling dasar. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan, metode atau teknik yang ada harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan sehingga akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan penggunaan bahasa pada siswa terutama dalam hal keterampilan berbicara yaitu dengan teknik MURDER. Teknik MURDER merupakan sebuah strategi pembelajaran dalam bentuk diskusi yang dapat dijadikan alternatif untuk mengukur keterampilan berbicara siswa. Maka dari itu, peneliti akan mencoba melakukan penelitian terhadap kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan teknik MURDER sebagai upaya untuk memperkenalkan teknik pembelajaran dalam mengungkapkan pendapat.


(8)

Persfektif yang ditunjukan oleh teknik ini mengarah pada psikologi kognitif yang memiliki perspektif dominan dalam pendidikan masa kini dengan fokus pada bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan memproses apa yang dipelajarinya, dan bagaimana proses berpikir dan belajar itu terjadi. Ranah pembelajaran teknik MURDER ini, berkembang dari model pembelajaran kooperatif dimana aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi untuk mengerjakan tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa akan lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun interpersonal. Model pembelajaran kooperatif, memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Dengan menggunakan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi, peneliti mengarahkan siswa untuk dapat merespon suatu permasalahan melalui media artikel yang dipakai sebagai stimulus agar keterampilan berbicara siswa khususnya dalam mengemukakan pendapat dapat meningkat. Selain itu, gagasan yang dikemukakan juga terstruktur dan sistematis karena dalam teknik ini terlebih dahulu siswa harus melakukan elaborasi secara berpasangan terhadap isi permasalahan yang terdapat dalam sebuah artikel. Penggunaan teknik MURDER juga menuntut seluruh anggota untuk berani berbicara atau mengemukakan pendapatnya melalui pendeskripsian isi dalam artikel, mengungkapkan masalah dan faktor penyebab masalah dari isi artikel yang didiskusikan, serta


(9)

mengungkapkan solusi dari masalah tersebut, sehingga maksud pembicaraan dapat dideskripsikan secara terarah dan jelas.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah berdasarkan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat yang pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rasa tidak percaya diri atau kurangnya pengetahuan siswa mengenai bahasan materi yang diajarkan. 2) Ketidaktepatan strategi pembelajaran yang diberikan oleh guru dalam

kompetensi berbicara khususnya.

3) Kurangnya teknik yang digunakan dalam pembelajaran berdiskusi.

1.3 Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas serta agar penelitian ini dapat efektif, maka peneliti membatasi penelitian pada penggunaan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi pada siswa kelas Madia SMK PGRI 2 Cimahi.


(10)

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat sebelum menggunakan teknik MURDER dan metode diskusi kelompok?

2) Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa yang menggunakan teknik MURDER dengan kemampuan berbicara siswa yang menggunakan metode diskusi kelompok?

3) Bagaimanakah peningkatan berbicara siswa yang menggunakan teknik MURDER?

4) Bagaimana tanggapan siswa mengenai penggunaan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang hendak dicapai sehingga memperoleh hasil yang jelas dan terarah, di antaranya untuk mengetahui:

1) kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat sebelum menggunakan teknik MURDER dan metode diskusi kelompok;

2) perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa yang menggunakan teknik MURDER dengan kemampuan berbicara siswa yang menggunakan metode diskusi kelompok;


(11)

4) respon siswa terhadap pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan teknik MURDER.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut.

1) Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk siswa dalam menciptakan suasana belajar yang lebih menarik, kemampuan siswa dalam berbicara akan meningkat, siswa dapat melatih pikiran mereka dalam keahlian berbicara melalui pembelajaran berdiskusi, siswa akan merasa nyaman saat tampil untuk berbicara serta mampu mengungkapkan gagasan atau ide secara sistematis

2) Bagi Guru

Diharapkan dengan adanya teknik ini dapat memberikan variasi pengajaran berbicara bagi guru agar dapat mengoptimalkan kemampuan berbicara pada siswanya dalam kegiatan pembelajaran berdiskusi khususnya.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti khususnya mengenai pembelajaran berdiskusi menggunakan teknik MURDER.


(12)

4) Perkembangan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori yang telah ada yaitu metode pembelajaran kolaboratif dengan teknik MURDER.

1.7 Definisi Operasional

Berikut disajikan definisi operasional yang merupakan penjelasan dari istilah-istilah yang terdapat di dalam judul dan rumusan masalah penelitian, yaitu:

1) Berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi yang dilakukan antara individu sebagai makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk memenuhi menyatakan pikirannya.

2) Diskusi adalah sebuah kegiatan bertukar pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam jumlah kecil atau besar untuk bertukar pikiran memecahkan masalah.

3) Teknik MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review) adalah sebuah teknik pembelajaran kolaboratif yang menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok beranggotakan 4 orang dalam proses belajar mengajar agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.

4) Diskusi kelompok adalah kegiatan bertukar pikiran yang dilakukan dalam kelompok-kelompok untuk menjawab pemecahan masalah.


(13)

1.8 Anggapan Dasar

Winarno ( dalam Suharsimi 2006:65) mengatakan bahwa anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik atau peneliti.

Dalam hal ini, penelitian bertolak dari anggapan sebagai berikut.

1) Perencanaan pembelajaran, metode, dan teknik memegang peranan penting dalam keberhasilah pembelajaran.

2) Teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menentukan hasil belajar yang lebih baik.

3) Berbicara merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang perlu diasah. 4) Berdiskusi dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam

memecahkan masalah.

1.9 Hipotesis Penelitian

Suharsimi (2006:71) mengemukakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, peneliti mengambil suatu hipotesis bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapat sebelum dan setelah diberi pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan teknik MURDER.


(14)

1.10 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau keseluruhan gejala dan penomena yang ada di tempat penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK PGRI 2 Cimahi.

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian yang akan dilakukan dengan teknik ini, yaitu diambil dari dua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian difokuskan kepada siswa kelas Madia SMK PGRI 2 Cimahi tahun ajaran 2007/2008.


(15)

50 BAB 4

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dimana setiap pertemuan memiliki alokasi waktu selama 90 menit atau 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 2010. Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan pretes di kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan jumlah siswa kelas kontrol sebanyak 30 siswa dan kelas eksperimen sebanyak 30 siswa. Pertemuan kedua yaitu pada tanggal 5 Juni 2010, yang dilaksanakan peneliti untuk memberikan perlakuan berupa pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan teknik MURDER di kelas eksperimen dan pembelajaran berdiskusi dengan metode diskusi kelompok di kelas kontrol. Pada pertemuan ketiga penelitian dilakukan untuk memberikan postes di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan akhir siswa dalam berbicara setelah diberi perlakuan.

Untuk memperkecil unsur subjektifitas dalam pemberian nilai pada kedua kelas tersebut, peneliti melakukan penilaian dengan tiga orang penimbang yang menilai kegiatan belajar siswa pada pretes dan postes kedua kelas tersebut. Adapun data penilaian yang dilakukan oleh penimbang, yaitu berupa kriteria yang telah dijadikan instrumen dalam pembelajaran berdiskusi.


(16)

Adapun identitas ketiga penimbang tersebut adalah sebagai berikut.

1) Nurhidianti Fazrin selaku peneliti adalah mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sekaligus guru PLP di SMK PGRI 2 Cimahi. 2) Ulfiyatus sholihah adalah mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra

Indonesia sekaligus guru PLP di SMK PGRI 2 Cimahi.

3) Fillani Dei gratia adalah mahasiswa jurusan pendidikan Akuntansi sekaligus guru PLP di SMK PGRI 2 Cimahi.

Untuk pertemuan kedua dalam pemberian perlakuan (treatmen), peneliti meminta dua orang observer untuk mengamati kegiatan belajar mengajar pada siswa dan peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang telah disediakan. Berikut identitas observer yang melakukan penilaian di kelas eksperimen.

1) Dra Hj. Ehan Rohaniah selaku guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

2) Ulfiyatus sholihah, selaku guru PLP bidang studi bahasa dan sastra Indonesia.

4.2Deskripsi Analisis Data

Setelah melakukan studi literatur dan mengadakan penelitian, analisis data yang diperoleh lebih lanjut akan di deskripsikan pada bab ini. peneliti mengambil tiga sampel dari pretes dan postes keterampilan berbicara siswa di kelas eksperimen dan kontrol yang ditaranskrip ke dalam bentuk tulisan dengan sebagai berikut.


(17)

1) Setiap jeda ketika siswa berbicara ditandai dengan tiga buah titik (...) 2) Setiap kalimat yang diucapkan siswa ditandai oleh satu buah titik (.)

3) Setiap kesalahan kata atau kata tidak sempurna yang diucapkan oleh siswa kemudian diperbaiki oleh siswa itu sendiri, diberi tanda pisah (-)

4) Setiap kata, frasa, atau klausa yang diulang-ulang oleh siswa ditandai dengan dua buah tanda hubung (--)

5) Ungkapan atau istilah asing yang terdapat dalam kalimat, dicetak miring dan tebal, seperti penggunaan logat daerah yang masih sulit dihilangkan contoh: mah, teh, dan lain-lain.

Berikut merupakan contoh analisis berbicara siswa dalam pembelajaran berdiskusi.

“Artikel yang kelompok kami dapatkan yaitu tentang anyaman Tasikmalaya ... yang tembus pasar Eropa he Menurut saya, ... anyaman Tasikmalaya ini ... merupakan satu kerajinan dari Indonesia yang mampu masuk ke jajaran Internasional emm ... dan kerajinan ini mampu bersaing dengan kerajinan terbaik dari luar negri. Ker - kemudian kerajinan ini begitu diminati oleh orang-orang luar negri sana dan ini dibuktikan dengan pengiriman yang amat banyak berkisar 700 pack -- setiap kali mengirimkan.”

Dari transkrip berbicara diatas dapat dilhat bahwa:

1) Ada beberapa jeda yang diucapkan dalam tuturan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa anak masih terlihat gugup dalam mengungkapkan pendapatnya. Contohnya: Menurut saya, ... anyaman Tasikmalaya ini ... merupakan satu kerajinan dari Indonesia yang mampu masuk ke jajaran


(18)

Internasional emm ... dan kerajinan ini mampu bersaing dengan kerajinan terbaik dari luar negri.

2) Terdapat kata yang tidak diucapkan secara sempurna, namun diperbaiki kembali oleh siswa itu. contohnya: Ker - kemudian kerajinan ini begitu diminati oleh orang-orang luar negri sana dan ini dibuktikan dengan pengiriman yang amat banyak berkisar 700 pack.”

3) Terdapat kata-kata yang terus diulang, sehingga dirasa terdengar kurang efektif seperti kata “kerajinan” dalam kalimat: Anyaman Tasikmalaya ini ... merupakan satu kerajinan dari Indonesia yang mampu masuk ke jajaran Internasional emm.. dan kerajinan ini mampu bersaing dengan kerajinan terbaik dari luar negri.

Lebih lanjut peneliti akan melampirkan analisis transkrip berbicara kelas eskperimen dan kontrol dalam tiga kriteria yaitu diambil dari kualifikasi nilai terendah, sedang, dan teringgi.

4.2.1 Deskripsi Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berikut adalah hasil analisis pretes kemampuan berbicara kelas eksperimen.

1) Nilai terendah

Nama : Fitria ika Rahmawati Kelas : XI PJ 2

“Kalau menurut sayamah emm ... industri kecil harus mampu meningkatkan kualitasnya agar ... supaya usahanya berhasil.”


(19)

Siswa tersebut memperoleh nilai 40, berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicarnya.

Dilihat dari segi struktur bahasanya sudah cukup baik, namun masih terdapat pemakaian logat yang sedikit mengganggu pembicaraan. Seperti penggunaan logat mah pada kata sayamah.

Dari segi kelancaran berbicara masih terlihat gugup dan volume suara yang keluar menjadi sedikit bergetar walaupun sudah berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini terlihat dari singkatnya tanggapan yang dikemukakan dan adanya kata hubung yang diulang dengan jeda. Hal ini terlihat pada kata [agar ... supaya].

Dilihat dari segi kualitas gagasan yang dikeluarkan, dirasa cukup banyak kekurangan. Hal ini disebabkan oleh pembicaraan yang hanya mengungkapkan tanggapan yang mengandung gagasan umum tanpa penjelasan lebih rinci.

Banyaknya gagasan yang dikemukakan pun terasa kurang lengkap karena ada hal yang perlu diungkapkan lebih dalam. Seperti terdapat pada kalimat “industri kecil harus mampu meningkatkan kualitasnya” pernyataan yang diuraikan belum menggambarkan secara jelas kualitas apa yang dimaksud.

Dari segi hubungan isi dengan topik dirasa cukup, walaupun masih berisi tanggapan umum yang memerlukan penjelasan lebih dalam.


(20)

2) Nilai sedang

Nama : Ratna Nurmala Kelas : XI PJ 2

“Menurut pendapat sayah ... banyak sekali hal-hal yang ... harus diperhatikan dal ... - untuk meningkatkan usaha seperti memperlihat - memperhatikan situasi dan kondisi sehingga akan memberikan perubahan baru dari produknya.”

(ditranskrip sesuai dengan aslinya) Siswa tersebut memperoleh nilai 49, berikut deskripsi analisis transkrip Hasil tes berbicara.

Terdapat beberapa kesalahan dari segi ketepatan struktur tetapi tidak terlalu merusak bahasa, sehingga secara umum masih tergolong cukup. Hal ini dapat terlihat pada penggunaan kalimat untuk meningkatkan usaha seperti memperlihat - memperhatikan situasi dan kondisi sehingga akan memberikan perubahan baru dari produknya.” penggunaan kata perubahan sedikit membiaskan makna tuturan.

Dari kelancaran berbicara, masih terlihat adanya perhentian atau jeda serta pengulangan kalimat, hal ini terlihat antar kata [yang ... harus] dan [dal – untuk] [memperlihat – memperhatikan] namun kejelasan suara yang keluar cukup baik. Jadi, tidak terlalu mengganggu jalannya pembicaraan.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan dapat dikatakan memadai, artinya tidak bagus juga tidak jelek. Hal ini dapat terlihat dari pengungkapan pendapat yang bisa diterima dan masuk akal.


(21)

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan, sudah dikatakan cukup dengan adanya pendapat yang dikemukakan, disertai alasan yang menunjang walaupun hanya terdapat satu gagasan.

Dalam hubungan isi dengan topik sudah dikatakan cukup. Hal ini dapat dilihat dari isi pembicaraan yang mengungkapkan gagasan dan alasannya walaupun kurang memadai dalam penjabarannya.

3) Nilai tertinggi

Nama : Sendy Susanti Kelas : XI PJ 2

“Jadi jika bahan bakunya berkualitasmah ... atau mudah didapat maka akan meningkatkan produktivitas usahanya karena faktor bahan baku juga sangat menunjung berkembangnya sebuah industri karena proses -- ehh dapat mempengaruhi proses kerjanya sehingga akan lebih berkembang selain hanya melihat situasi dan kondisi pasarnya.”

(ditranskrip sesuai dengan aslinya) Siswa tersebut memperoleh nilai 53 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur, masih terdapat hal-hal yang mengganggu kebakuan bahasa seperti pemakaian logat bahasa daerah pada kata “berkualitasmah” dan adanya pengulangan kata yang kemudian diperbaiki seperti terdapat dalam penggalan kalimat [karena proses -- ehh dapat mempengaruhi


(22)

proses kerjanya], selain itu terdapat pengulangan kata hubung [karena] yang kurang tepat pada kalimat.

Dilihat dari segi kelancaran berbicara sudah baik, hal ini terlihat pula dari volume suara yang sudah jelas. Hanya ada beberapa gangguan yang tidak begitu mempengaruhi kelancaran berpendapat seperti masih terdapat pengulangan kata.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan sudah bagus karena alasan yang dikemukakan disertai penjelasan yang lebih dalam.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan, secara umum dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat pada beberapa penjelasan yang masuk akal dan logis.

Dalam hubungan isi dengan topik sudah terlihat bahwa pembicara sudah dapat memahami isi bahasan dengan gagasan yang berkualitas.

Adapun hasil analisis transkrip nilai pretes kelas kontrol adalah sebagai berikut.

1) Nilai terendah

Nama : Jokongesti Wijaksono Kelas : XI PJ 1

“Majunya sebuah industri emm ... sampai masuk ... pasar luar negri dikarenakan salah satu faktornya emm ... produknya yang top dan unik ... dari industri itu sendiri seperti anyaman cermin mendong dan golok ciwidey.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 48 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.


(23)

Dari segi ketepatan struktur, terlihat dari kurangnya penggunaan kata hubung yang membiaskan makna kalimatnya sehingga posisi objek menjadi tidak jelas. Hal ini terlihat dalam kalimat [Majunya sebuah industri emm ... sampai masuk ... pasar luar negri dikarenakan salah satu faktornya emm ... produknya yang top dan unik ... dari industri itu sendiri].

Dilihat dari kelancaran masih terdapat kekurangan karena banyaknya jeda dalam pembicaraannya dalam hal ini ditandai oleh tanda titik tiga pada kalimat yang menunjukkan siswa masih gugup dalam berbicara dan volume suara yang keluarpun masih terdengar bergetar.

Untuk kualitas gagasan yang dikemukakan sudah dapat dikatakan memadai, tidak bagus dan tidak pula jelek. hal ini dapat dilihat dari pemaparan alasan yang kurang rinci.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan, sangat minim dan masih terasa ada yang yang kurang dalam pengungkapannya.

Dalam hubungan isi dengan topik sudah dikatakan cukup, contoh yang dikemukakan dapat memperjelas gagasan, namun masih terdapat sedikit kendala dalam mengungkapkannya sehingga berpengaruh pada isi pembicaraan

2) Nilai sedang

Nama : Yeni Nurhayati Kelas : XI PJ 1

“Selain itu menurut pendapat saya, untuk industri yang bahan bakunya dapat -- dapat diolah lagi seperti usaha lobster. Jadi si pengusahanya sendiri


(24)

harus mendh - memiliki pengembangannya, sehingga tidak perlu kewalahan apabila pesanan sedang meningkat.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 52 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur bahasa, secara umum tergolong cukup. Hanya ada sedikit kesalahan dalam pemilihan kata yang kurang tepat sehingga dapat menyebabkan makna menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan kata [diolah lagi] dalam kalimat yang kurang tepat dipakai untuk objek aktif seperti lobster, sehingga dapat sedikit mengganggu pengungkapan struktur bahasanya.

Dilihat dari kelancaran, sudah cukup baik walaupun masih terdapat kata-kata yang diulang dan diperbaiki pada gagasan yang diungkapkan.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan dapat dikatakan memadai. hal ini dapat terlihat pada gagasan yang disimpulkan untuk memperjelas maksud penyampaiannya.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah cukup jelas, walaupun hanya terdapat satu tanggapan namun isi dan alasannya cukup logis yang disertai dengan kesimpulan.

Dalam hubungan isi dengan topik yang dibicarakan sudah terlihat dapat memberikan gagasan sesuai dengan isi bahasan yang didiskusikan, walaupun maknanya masih terhambat dengan istilah yang digunakan.


(25)

3) Nilai tertinggi

Nama : Dede Rahmawati Kelas : XI PJ 1

“Menurut pendapat saya, pemerintah juga perlu memperhatikan perkembangan industri-industri kecil di daerahnya, karena akan menjadi pemasukan untuk anggaran daerahnya juga. Selain itu, dengan terkenalnya usaha di daerah tersebut misalnya bahkan sampai bisa keluar - ehh ... maksudnya mengekspor ke luar negri, akan mengangkat nama baik daerah itu sendir atau bisa dikenal sampai ke luar negri.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 56 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur bahasa, pada umumnya sudah cermat karena tidak ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat dianggap merusak bahasa.

Dilihat dari kelancaran dalam pembicaraannya sudah terlihat baik begitu pula dari segi penguasaan isi maupun bahasa walaupun masih terdapat jeda namun tidak mempengaruhi jalannya pembicaraan.

Untuk kualitas gagasan yang diungkapkan sangat bermakna, karena masukan yang digagaskan mengandung unsur penting untuk memecahkan topik yang dibicarakan.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sangat padat, hal ini terlihat dari pemaparan permasalahan yang sangat mendukung terhadap pokok pembicaraan.


(26)

Dalam hubungan isi dengan topik yang dibicarakan sudah sesuai dan mewakili topik bahasan.

4.2.2 Deskripsi Analisis Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berikut merupakan hasil analisis postes kemampuan berbicara kelas eksperimen.

1) Nilai terendah

Nama : Ria Mulya Cahyati Kelas : XI PJ 2

“Menurut saya, tindakan UKM sepatu melatih keterampilan anak jalanan ini sangat berguna sekali -- karena UKM sepatu yang melatih anak jalanan sangat bagus untuk diadakan agar kegiatan emm... anak jalanan tidak hanya mengamen supaya anak jalanan juga memiliki keterampilan yang bagus untuk mencari nafkah. Selain itu, dengan bertambahnya pekerja, UKM juga akan semakin baik. Jadi ... untuk UKM-UKM yang lainnya juga diharapkan dapat mengambil tenaga kerja yang untuk mengembangkan usaha dan mengurangi pengangguran.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 68 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur bahasanya sudah cukup baik namun masih terdapat penyimpangan yang tidak terlalu mengganggu isi pembicaraan seperti pada ungkapan [untuk UKM-UKM yang lainnya juga diharapkan dapat


(27)

mengambil tenaga kerja yang untuk mengembangkan usaha dan mengurangi pengangguran]”

Dilihat dari kelancaran berbicara masih terdapat beberapa jeda dan pengulangan kata yang tidak perlu namun tidak terlalu mempengaruhi jalannya pembicaraan.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan sudah dikatakan cukup baik karena alasan yang diungkapkan dapat diterima dan sesuai dengan isi pembicaraan.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan cukup memadai, walaupun masih terasa ada yang kurang dalam pengungkapannya, akan tetapi hal ini sudah cukup baik.

Dalam hubungan isi dengan topik masih dijumpai hal-hal yang kurang cocok tetapi masih tergolong cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari gaya bahasa yang kurang baku dalam mengungkapkan masalah inti.

2) Nilai sedang

Nama : Febrianti Ningrum Kelas : XI PJ 2

“Selain itu menurut pendapat saya, situasi juga sangat mempengaruhi berkembangnya sebuah industri. Ini terlihat dari kasus usaha oncom yang terus meningkat pada waktu liburan. Hal ini sangat disayangkan ... karena disaat ada kesempatan untuk mengenalkan makanan khas daerah sunda ... malah terkendala dengan mahalnya bahan baku kaya kedelainya. Selain itu


(28)

proses peragian yang lama juga dapat menjadi terhambatnya faktor pengiriman. Untuk itu pengusaha juga harus berani membatasi penjualan dan menaikan harga oncom khususnya dari harga normal yang penting kualitas tetap terjamin.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 73 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur, sudah dikatakan baik namun ada kesalahan yang sedikit menyimpang, tetapi tidak terlalu merusak bahasa. Hanya ada sedikit kesalahan yang menyebabkan makna dalam kalimat menjadi tidak pas dalam penempatannya seperti yang terdapat pada kalimat “Hal ini sangat disayangkan karena disaat ada kesempatan untuk mengenalkan makanan khas daerah sunda malah terkendala dengan mahalnya bahan baku kaya kedelainya.

Dilihat dari kelancaran dalam berbicara masih terdapat jeda, namun tidak mempengaruhi jalannya pembicaraan. Jadi sudah tergolong cukup baik.

Untuk kualitas gagasan yang dikemukakan sudah dapat dikatakan cukup, hal ini terlihat pada gagasan serta beberapa alasan yang mendukung pendapatnya sehingga dirasa lebih jelas.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah dapat dikatakan memadai walau masih ada yang kurang, karena pembicara hanya menyoroti satu topik permasalahan saja. Ini terlihat dari pokok bahasan yang dibicarakan hanya menyoroti industri oncom saja, namun penjelasannya sudah cukup baik.


(29)

Dalam hubungan isi dengan topik cukup bermakna, dan isi pembicaraan mencakup hal-hal yang penting. Hal ini juga dilihat dari pemaparan permasalahan disertai dengan alasan yang dapat mendukung terhadap pokok diskusi.

3) Nilai tertinggi

Nama : Ahmad Nur Ali Kelas : XI PJ 2

“Selain merekrut tenaga kerja juga, perkembangan industri kecil harus memperhatikan faktor bahan bakunya. seperti yang dialami oleh pengusaha ukiran jepara. Mungkin sulit juga kalau bahan baku terus naik, tapi harga jualnya tetap atau tidak naik karna pengusaha juga takut kehilangan konsumennya. Untuk itu, perhatian dari pemerintah harus lebih ditingkatkan lagi, mungkin dengan mensubsidi atau mengurangi biaya-biaya ekspor sehingga beban pengusaha semakin berkurang dan usaha seperti, kasus ukiran jepara ini tidak terjadi lagi. Tindakan UKM untuk melatih keterampilan anak jalanan memang sangat baik untuk mengurangi pengangguran tapi kita juga harus bisa melihat kondisi usaha kita.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 93 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur, pada umumnya pemakaian struktur bahasa yang digunakan sudah cukup cermat, tidak terjadi penyimpangan yang dapat merusak bahasa yang baik dan benar.


(30)

Dilihat dari kelancaran dalam berbicara sudah sangat baik dan lancar. hal ini dapat terlihat pada transkrip yang menunjukkan bahwa tidak ada jeda, pengulangan kalimat ataupun pengucapan kata yang tidak tuntas.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan sangat bermakna, sangat bermutu. Hal ini terlihat juga dari pemaparan yyang sangat rinci dan sangat mendukung pokok permasalahan sehingga pembicaraan menjadi bermakna dan menarik perhatian pendengar.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah baik, karena isi pembicaraan sangat lengkap, tidak ada hal penting yang tertinggal. Hal ini juga terlihat dari pemaparan permasalahan yang sangat rinci dan sangat mendukung terhadap pokok permasalahan yang dibicarakan.

Dalam hubungan isi dengan topik cukup bermakna, dan isi pembicaraan mencakup hal-hal yang penting. Hal ini juga dilihat dari pemaparan permasalahan disertai dengan alasan yang dapat mendukung terhadap pokok diskusi.

Untuk hasil analisis transkrip nilai postes kelas kontrol adalah sebagai berikut.

1) Nilai terendah

Nama : Riska Hasanah Kelas : XI PJ 1

“Jadi kalau kita akan mengembangkan industri -- industri apapun itu, kita juga harus melihat ha-hal yang dapat menjadi pendorong ba - berkembangnya


(31)

usaha kita. Seperti kebutuhan apa yang diperlukan di daerah sekitar kita bahan bakunya juga harus mencari yang gampang untuk di am -- diperoleh.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 68 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur umumnya sudah cukup baik, namun masih terdapat penyimpangan yang meniimbulkan kerancuan bahasa namun tidak terlalu merusak bahasa. seperti terlihat pada kalimat terakhir yaitu, Seperti kebutuhan apa yang diperlukan di daerah sekitar kita bahan bakunya juga harus mencari yang gampang untuk di am – diperoleh.”

Dilihat dari kelancaran sudah cukup baik, namun masih terdapat pengulangan–pengulangan kalimat serta kesalahan kata yang dibenarkan oleh siswa tersebut. Hal ini hanya sedikit mempengaruhi kelancaran pembicaraannya.

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan, isi pembicaraan sudah cukup memadai. tidak bagus dan tidak jelek pula. Hal ini dapat terlihat dari pengungkapan permasalahan yang cukup jelas.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah terlihat baik karena pembicara mengungkapkan gagasan lebih terstruktur.

Untuk hubungan isi dengan topik, sudah cukup mewakili gagasan sesuai dengan topik pembicaraan.


(32)

2) Nilai sedang

Nama : Anggia Wulan Fitriati Kelas : XI PJ 1

“Menurut pendapat saya, Keunikan dan kualitas produksi dari usaha kita juga akan mempengaruhi pasaran dari anyaman cermin mendong dan golok ciwidey yang bisa masuk pasar luar negri. dan ... mungkin produksi oncomnya juga akan masuk pasar luar negri apabila memiliki kualitas dan ciri khas yang berbeda.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 74 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur sudah baik, namun masih terdapat penyimpangan bahasa yang dapat mempengaruhi makna pembicaraannya. Hal ini dapat terlihat pada kalimat “Menurut pendapat saya, Keunikan dan kualitas produksi dari usaha kita juga akan mempengaruhi pasaran dari anyaman cermin mendong dan golok ciwidey yang bisa masuk pasar luar negri.”

Dilihat dari kelancaran sudah cukup baik, namun masih ada jeda di tengah pembicaraan yang tidak terlalu mengganggu pengungkapkan gagasannya.

Untuk kualitas gagasan yang dikemukakan dapat dikatakan bagus karena pengungkapan solusinya sudah baik.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah cukup memadai walau masih terdapat beberapa hal yang kurang dalam penjabaran alasannya.


(33)

Dari hubungan isi dengan topik sudah baik, hal ini dilihat dari pengungkapan pendapat yang dapat diterima sesuai dengan topik dan isi pembicaraan.

3) Nilai tertinggi

Nama : Wulan Ristianti Kelas : XI PJ 1

“Pengusaha juga harus memperhitungkan masa-masa liburan -- karena biasanya pada masa-masa liburan, orang-orang banyak yang sengaja ingin membeli oleh-oleh dari suatu daerah atau berkunjung untuk menikmati makanan khas suatu daerah. Seperti para petani pisang di daerah cianjur yang memperoleh peningkatan pesanan dari saat liburan menjelang dari rumah makan di bandung. Jadi untuk usaha-usaha makanan khususnya seperti pengusaha oncom ataupun pisang dapat mempersiapkan bahan baku yang lebih banyak pada saat menjelang liburan.”

Siswa tersebut memperoleh nilai 80 berikut deskripsi analisis transkrip hasil tes berbicara.

Dari segi ketepatan struktur bahasanya, pada umumnya sudah baik dan tidak ditemui penyimpangan-penyimpangan bahasa yang dapat merusak bahasa yang baik dn benar.

Dilihat dari segi kelancaran, masih terdapat pengulangan kata yang dilakukan namun tidak mempengaruhi kelancaran pembicaraan.


(34)

Untuk kualitas gagasan yang dikeluarkan sangat baik, isi pembicaraannya sangat bermakna hal ini terlihat dari gagasan-gagasan yang sangat mendukung topik diskusi.

Dari banyaknya gagasan yang dikemukakan sudah baik, hal ini terlihat pada pemaparan yang mendukung gagasan yang diungkapkan.

Dari hubungan isi dengan topik, sudah terlihat dapat mewakili topik bahasan. Hal ini ditunjukkan dalam pemaparan yang disertai dengan gagasan yang sangat mendukung topik diskusi.

4.3 Analisis Data Nilai Pretes dan Postes Keterampilan Berbicara

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan dengan menganalisis data sesuai dengan rumus yang telah ditentukan. Data yang dinilai oleh ketiga penimbang tersebut berupa data awal (pretes) dan data akhir (Postes). Data tersebut berupa data mentah (skor) yang memerlukan pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi nilai, kemudian dilakukan perhitungan nilai dari tiga penimbang dalam Uji reliabilitas.

4.3.1 Uji Realibilitas Antarpenimbang Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Hasil pretes yang telah dideskripsikan merupakan hasil pengamatan dan penilaian dari tiga penimbang. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas yang tinggi dalam pemberian nilai keterampilan berbicara. Oleh karena itu untuk mengetahui tingkat penilaian antar penimbang, dilakukan uji reliabilitas pada nilai


(35)

pretes dan postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya, perhitungan nilai hasil pretes dan postes dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.1

Uji Reliabilitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen No

Urut

Nilai Pretes

P1 P1 2 P2 P2 2 P3 P3 2 Σp (Σp)2

1 48 2283 57 3211 52 2727 157 24544

2 56 3086 56 3086 43 1878 154 23853

3 44 1975 40 1600 52 2727 137 18678

4 56 3086 48 2283 52 2727 156 24198

5 44 1975 48 2283 49 2390 141 19912

6 52 2727 52 2727 52 2727 157 24544

7 49 2390 40 1600 40 1600 129 16612

8 41 1690 52 2727 43 1878 137 18678

9 48 2283 61 3735 48 2283 157 24544

10 53 2844 48 2283 60 3600 161 25957

11 43 1878 36 1264 39 1512 118 13872

12 48 2283 49 2390 52 2727 149 22168

13 49 2390 52 2727 56 3086 157 24544

14 56 3086 51 2612 49 2390 156 24198

15 48 2283 52 2727 44 1975 144 20864

16 52 2727 52 2727 52 2727 157 24544

17 52 2727 56 3086 51 2612 159 25246


(36)

19 56 3086 43 1878 49 2390 148 21838

20 57 3211 51 2612 51 2612 159 25246

21 50 2500 43 1878 52 2727 146 21186

22 57 3211 59 3468 51 2612 167 27778

23 56 3086 48 2283 56 3086 159 25246

24 44 1975 48 2283 56 3086 148 21838

25 56 3086 48 2283 52 2727 156 24198

26 51 2612 52 2727 40 1600 143 20544

27 49 2390 47 2178 43 1878 139 19290

28 48 2283 52 2727 52 2727 152 23172

29 51 2612 43 1878 48 2283 142 20227

30 57 3211 43 1878 44 1975 144 20864

1517 1471 1470 4458 665867

77263 73116 72873 223252

2300278 2164168 2160900 6625346

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui

= 4458 2 = 6625346

(∑ ) = 665867 = 3

= 223252 = 30

Analisis perhitungan data: (Σ )2

=(4458)3.30 2=1987376490 = 220819.6 Jumlah kuadrat siswa (testi):

Σ = ∑(∑ 가)2− (Σ )2 = 665867


(37)

= 221955.67 − 220819.6 = 1136.07

Jumlah kuadrat penimbang: SSp Σ 2p =

∑ 2

− (Σ〱)2 = 6625346

30 − 220819.6 = 220844.87 − 220819.6 = 25.27

Jumlah kuadrat total:

SStotΣ 2 = Σ 2 − (Σ )2

= 223252 − 220819.6 = 2432.4

Jumlah kuadrat kekeliruan:

SSkkΣ 2 = SStotΣ 2 − Σ 2− SSp Σ 2p. = 2432.4 − 1136.07 − 25.27 = 1271.06

Data-data di atas kemudian dimasukkan ke dalam table ANAVA sebagai berikut. Table 4.2

Format ANAVA Pretes

Sumber Variasi SS Dk Varians

Siswa/testi 1136.07 29 39.17 (" )

Penimbang 25.27 2 -


(38)

Dengan demikian, nilai reliabilitas antarpenimbang dapat dinyatakan dengan rumus:

#11= " − "" = 39.17 − 21.9139.17 = 0.44

Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai reliabilitas antarpenimbang sebesar 0.44. berdasarkan table Guilford, koefisien reliabilitas antarpenimbang untuk nilai pretes ini termasuk dalam korelasi cukup.

Perhitungan nilai uji reliabilitas postes pada kelas eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.3

Uji Reliabilitas Nilai Postes Kelas Eksperimen

No Urut

Nilai Postes

P1 P1 2 P2 P2 2 P3 P3 2 Σp (Σp)2

1 89 7901 96 9131 96 9131 280 78400

2 88 7705 91 8301 80 6400 259 67023

3 84 7131 84 7131 92 8505 261 68179

4 84 7131 86 7320 89 7901 259 67023

5 84 7131 77 5878 83 6944 244 59753

6 84 7131 83 6944 92 8505 260 67600

7 84 7131 92 8505 97 9344 273 74711

8 93 8711 80 6400 86 7320 259 67023


(39)

10 77 5878 88 7705 92 8505 257 65878

11 97 9344 83 6944 92 8505 272 74105

12 91 8301 92 8505 97 9344 280 78400

13 88 7705 96 9131 83 6944 267 71111

14 89 7901 88 7705 84 7131 261 68179

15 96 9131 92 8505 89 7901 277 76544

16 82 6760 88 7705 88 7705 258 66449

17 93 8711 91 8301 92 8505 277 76544

18 89 7901 91 8301 88 7705 268 71705

19 82 6760 93 8711 87 7511 262 68760

20 84 7131 88 7705 92 8505 264 69931

21 91 8301 92 8505 92 8505 276 75931

22 89 7901 92 8505 96 9131 277 76544

23 92 8505 84 7131 91 8301 268 71705

24 83 6944 89 7901 100 10000 272 74105

25 92 8505 92 8505 83 6944 268 71705

26 100 10000 80 6400 97 9344 277 76544

27 83 6944 100 10000 100 10000 283 80278

28 100 10000 88 7705 97 9344 284 80909

29 96 9131 88 7705 92 8505 276 75931

30 89 7901 96 9131 88 7705 272 74105

2654 2669 2719 8042 2158694

235853 238217 247223.5 721294


(40)

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui

= 8042 2 = 21561400

(∑ ) = 2158694 = 3

= 721294 = 30

Analisis perhitungan data: (Σ )2

=(8042)3.30 2 =6467376490 = 718597.38 Jumlah kuadrat siswa (testi):

Σ = ∑(∑ 〱)

2

− (Σ )2 = 2158694

3 − 718597.38 = 719564.67 − 718597.38 = 967.28

Jumlah kuadrat penimbang: SSp Σ 2p = ∑

2

− (Σ )2 = 21561400

30 − 718597.38

= 718713.33 − 718597.38 = 115.95

Jumlah kuadrat total: SStotΣ 2 = Σ 2 − (Σ )2

= 721294 − 718597.38 = 2696.62

Jumlah kuadrat kekeliruan:

SSkkΣ 2 = SStotΣ 2 − Σ 2− SSp Σ 2p. = 2696.62 − 967.28 − 115.95 = 1613.39


(41)

Data-data di atas kemudian dimasukkan ke dalam table ANAVA sebagai berikut. Table 4.4

Format ANAVA Postes

Sumber Variasi SS Dk Varians

Siswa/testi 967.28 29 33.35 (" )

Penimbang 115.95 2 -

Kekeliruan 1613.39 58 27.92 (" )

Dengan demikian, nilai reliabilitas antarpenimbang dapat dinyatakan dengan rumus:

#11= " − "" = 33.35 − 27.9233.35 = 0.16

Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai reliabilitas antarpenimbang sebesar 0.16. berdasarkan table Guilford, koefisien reliabilitas antarpenimbang untuk nilai pretes ini termasuk dalam korelasi sangat rendah.

Berikut merupakan nilai uji reliabilitas pretes kelas kontrol. Tabel 4.5

Uji Reliabilitas Nilai Pretes Kelas Kontrol No

Urut

Nilai Pretes

P1 P12 P2 P22 P3 P32 Σp (Σp)2

1 44 1975 51 2612 56 3086 151 22835

2 60 3600 44 1975 56 3086 160 25600

3 49 2390 56 3086 46 2075 150 22500

4 52 2727 44 1975 56 3086 152 23172

5 48 2283 60 3600 52 2727 160 25600


(42)

7 48 2283 53 2844 56 3086 157 24544

8 56 3086 40 1600 56 3086 151 22835

9 44 1975 56 3086 44 1975 144 20864

10 56 3086 49 2390 48 2283 152 23172

11 40 1600 57 3211 56 3086 152 23172

12 51 2612 57 3211 43 1878 151 22835

13 49 2390 51 2612 52 2727 152 23172

14 56 3086 48 2283 52 2727 156 24198

15 53 2844 56 3086 48 2283 157 24544

16 47 2178 57 3211 56 3086 159 25246

17 49 2390 43 1878 48 2283 140 19600

18 56 3086 40 1600 60 3600 156 24198

19 48 2283 60 3600 49 2390 157 24544

20 52 2727 43 1878 53 2844 149 22168

21 51 2612 52 2727 44 1975 148 21838

22 44 1975 56 3086 52 2727 152 23172

23 56 3086 48 2283 52 2727 156 24198

24 53 2844 48 2283 51 2612 152 23172

25 48 2283 52 2727 48 2283 148 21838

26 52 2727 52 2727 43 1878 148 21838

27 56 3086 49 2390 44 1975 149 22168

28 48 2283 57 3211 51 2612 156 24198

29 51 2612 44 1975 51 2612 147 21511


(43)

1520 1530 1530 4580 699931

77590 79033 78614 235237

2310400 2340900 2340900 6992200

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui

= 4580 2 = 6992200

(∑ ) = 699931 = 3

= 235237 = 30

Analisis perhitungan data: (Σ )2

=(4580)3.30 2=2097640090 = 233071.11 Jumlah kuadrat siswa (testi):

Σ = ∑(∑ )2− (Σ )2 = 699931

3 − 233071.11 = 233310.33 − 233071.11 = 239.22

Jumlah kuadrat penimbang: SSp Σ 2p =

∑ 2

− (Σ )2 = 6992200

30 − 233071.11 = 233073.33 − 233071.11 = 2.22

Jumlah kuadrat total: SStotΣ 2 = Σ 2 − (Σ )2

= 235237 − 233071.11 = 2165.89

Jumlah kuadrat kekeliruan:


(44)

= 2165.89 − 239.22 − 2.22 = 1924.45

Data-data di atas kemudian dimasukkan ke dalam table ANAVA sebagai berikut. Table 4.6

Format ANAVA Pretes

Sumber Variasi SS Dk Varians

Siswa/testi 239.22 29 8.25 (" )

Penimbang 2.22 2 -

Kekeliruan 1924.45 58 33.18 (" )

Dengan demikian, nilai reliabilitas antarpenimbang dapat dinyatakan dengan rumus:

#11= " − "" =8.25 − 33.1833.18 = −0.75

Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai reliabilitas antarpenimbangsebesar -0.75. berdasarkan table Guilford, koefisien reliabilitas antarpenimbang untuk nilai pretes ini termasuk dalam korelasi sangat rendah.

Berikut merupakan nilai uji reliabilitas postes kelas kontrol. Tabel 4.7

Uji Reliabilitas Nilai Postes Kelas Kontrol No

Urut

Nilai Postes

P1 P12 P2 P22 P3 P32 Σp (Σp) 2

1 68 4594 68 4594 79 6223 214 45986

2 71 5057 80 6400 72 5216 223 49878


(45)

4 80 6400 82 6760 68 4594 230 52900

5 68 4594 76 5709 71 5057 214 45986

6 76 5709 79 6223 63 4011 218 47427

7 60 3600 80 6400 77 5878 217 46944

8 72 5216 72 5216 63 4011 208 43172

9 80 6400 71 5057 69 4746 220 48400

10 80 6400 72 5216 68 4594 220 48400

11 68 4594 72 5216 77 5878 217 46944

12 72 5216 68 4594 72 5216 212 45038

13 68 4594 77 5878 70 4900 214 45986

14 74 5542 72 5216 73 5378 220 48400

15 69 4746 76 5709 71 5057 216 46464

16 76 5709 68 4594 79 6223 222 49383

17 68 4594 76 5709 72 5216 216 46464

18 73 5378 67 4444 77 5878 217 46944

19 76 5709 80 6400 71 5057 227 51378

20 64 4153 72 5216 68 4594 204 41798

21 76 5709 72 5216 72 5216 220 48400

22 77 5878 71 5057 76 5709 223 49878

23 67 4444 77 5878 68 4594 211 44568

24 81 6579 80 6400 72 5216 233 54444

25 71 5057 80 6400 80 6400 231 53412

26 84 7131 72 5216 77 5878 233 54444


(46)

28 80 6400 76 5709 83 6944 239 57068

29 80 6400 78 6049 68 4594 226 50875

30 76 5709 76 5709 80 6400 231 53412

2193 2248 2178 6619 1462238

161319 168984 158812 489115

4810711 5052505 4742716 14605932

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui

= 6619 2 = 14605932

(∑ ) = 1462238 = 3

= 489115 = 30

Analisis perhitungan data: (Σ )2

=(6619)3.30 2=4381116190 = 486790.68 Jumlah kuadrat siswa (testi):

Σ = ∑(∑ $ )2− (Σ )2 = 1462238

3 − 486790.68 = 487412.67 − 486790.68 = 621.98

Jumlah kuadrat penimbang: SSp Σ 2p = ∑

2

− (Σ )2 = 14605932

30 − 486790.68

= 486864.4 − 486790.68 = 73.72

Jumlah kuadrat total:


(47)

= 489115 − 486790.68 = 2324.32

Jumlah kuadrat kekeliruan:

SSkkΣ 2 = SStotΣ 2 − %Σ 2− SSp Σ 2p. = 2324.32 − 621.98 − 73.72

= 1628.62

Data-data di atas kemudian dimasukkan ke dalam table ANAVA sebagai berikut. Table 4.8

Format ANAVA Postes

Sumber Variasi SS dk Varians

Siswa/testi 621.98 29 21.45 (" )

Penimbang 73.72 2 -

Kekeliruan 1628.62 58 28.08 (" )

Dengan demikian, nilai reliabilitas antarpenimbang dapat dinyatakan dengan rumus:

#11= " − "" =21.45 − 28.0821.45 = −0.31

Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai reliabilitas antarpenimbang sebesar -0.31. berdasarkan table Guilford, koefisien reliabilitas antarpenimbang untuk nilai pretes ini termasuk dalam korelasi sangat rendah.

4.4 Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berikut merupakan hasil perhitungan nilai maksimum, nilai minimum dan nilai rata-rata hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.


(48)

Tabel 4.9

Analisis Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Statistic Std. Error

eksperimen Mean 49.5333 .67250

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 48.1579 Upper Bound 50.9088

5% Trimmed Mean 49.7222

Median 50.5000

Variance 13.568

Std. Deviation 3.68345

Minimum 39.00

Maximum 56.00

Range 17.00

Interquartile Range 5.00

Skewness -.874 .427

Kurtosis .931 .833

kontrol Mean 50.9000 .30077

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 50.2849 Upper Bound 51.5151

5% Trimmed Mean 50.9444

Median 51.0000

Variance 2.714

Std. Deviation 1.64736

Minimum 47.00

Maximum 54.00

Range 7.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.325 .427

Kurtosis -.235 .833


(49)

Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai tertinggi pada pretes kelas eksperimen adalah 56 dan nilai terendah adalah 39 dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 49,53. Untuk nilai tertinggi pada pretes kelas kontrol adalah 54 dan nilai terendah adalah 47 dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 50,90.

4.4.1 Uji Normalitas Data

Setelah melakukan uji reliabilitas antar penimbang, kemudian digunakan uji normalitas data di kelas ekperimen dan kontrol yang dilakukan untuk melihat kenormalan data. Dengan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah:

- jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima.

- jika nilai signifikansi lebih kecil sama dengan 0,05 maka Ho ditolak.

Untuk lebih jelasnya, taraf signifikan nilai pretes pada kelas eksperimen dan kontrol, dapat dilihat dengan perhitungan statistik dari software SPSS 16.0 for windows yang menggunakan statistik uji kolmogorov karena data yang dijadikan sampel pada masing-masing kelas hanya terdiri dari 30 siswa.

Dengan mengggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.10

Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

eksperimen .182 30 .013


(50)

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa signifikansi (sig) uji kolmogorov pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 0,013 dan 0,093. Berdasarkan kriteria pengujian, bahwa 0,013 lebih kecil dari 0,05 dan 0.093 lebih besar dari 0,05. Maka H0 pada kelas eksperimen ditolak dan nilai signifikansi pada kelas kontrol diterima. Berdasarkan pengujian, maka sampel pada kelas eksperimen dan kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Ketidaknormalan data dapat pula dilihat dari grafik normal Q-Q plot seperti pada gambar 4.2 dan 4.3 berikut ini.

Gambar 4.1


(51)

Gambar 4.2

Grafik Q-Q Plot Pretes kelas Kontrol

Dari diagram Q-Q plot terlihat bahwa terdapat data yang tidak tersebar pada garis normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai rata-rata berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

4.4.2 Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas, semua sampel tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistika non parametrik Mann-Whitney test untuk menguji perbedaan dua rata-rata dengan asumsi kedua varian tidak homogen.

Dalam uji perbedaan dua rata-rata ini, hipotesis yang di uji adalah sebagai berikut.

Ho = tidak tedapat perbedaan rata-rata kemampuan awal (nilai pretes) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(52)

Hi = rata-rata kemampuan awal (nilai pretes) kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol.

jika dirumuskan ke dalam hipotesis statistik adalah sebagai berikut. Ho:µe = µk

Hi:µe ≠ µk

Keterangan: µe = rata-rata nilai pretes kelas eksperimen µk = rata-rata nilai pretes kelas kontrol

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka nilai kriteria pengujiannya yaitu:

Ho diterima jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Ho ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil sama dengan 0,05

Dengan menggunakan software 16.0 for windows didapat hasil pengujian pretes eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.11

Uji Perbedaan Dua Rata-Rata pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Skor

Mann-Whitney U 369.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .226

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel 4.11 diperoleh Sig (2-tailed) adalah 0,226. Berdasarkan hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka H0 diterima, karena 0,226 lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal siswa (nilai pretes) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(53)

4.5 Analisis Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Untuk deskripsi data perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12

Analisis Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Statistic Std. Error

eksperimen Mean 89.2667 .59872

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 88.0421 Upper Bound 90.4912

5% Trimmed Mean 89.3704

Median 89.0000

Variance 10.754

Std. Deviation 3.27933

Minimum 81.00

Maximum 95.00

Range 14.00

Interquartile Range 5.25

Skewness -.411 .427

Kurtosis -.235 .833

Kontrol Mean 73.4667 .52245

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 72.3981 Upper Bound 74.5352

5% Trimmed Mean 73.4259

Median 73.0000

Variance 8.189


(54)

Minimum 68.00

Maximum 80.00

Range 12.00

Interquartile Range 4.25

Skewness .411 .427

Kurtosis -.279 .833

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai tertinggi pada tes akhir (nilai postes) kelas eksperimen adalah 95 dan nilai terendah adalah 81, sedangkan nilai rata-ratanya yaitu 89,26. Untuk nilai tertinggi pada tes akhir (nilai postes) kelas kontrol adalah 80 dan nilai terendah adalah 68 dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 73,46.

4.5.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data postes dilakukan untuk melihat kemampuan akhir siswa pada tes berbicara di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis dalam pengujian normalitas data nilai postes adalah sebagai berikut.

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah:

- Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima

- Jika nilai signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0,05 maka H0 ditolak. Dengan menggunakan Uji Kolmogorov diperoleh hasil seperti pada tabel 4... di bawah ini.


(55)

Tabel 4.13

Uji Normalitas Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

eksperimen .168 30 .030

kontrol .165 30 .037

Dari data tersebut terlihat bahwa signifikansi (sig) uji kolmogorov pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 0,030 dan 0,037. Karena nilai signifikansi kedua kelas kurang dari 0,05 maka hal ini menunjukan bahwa sampel pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi tidak normal.

Ketidaknormalan data dapat pula dilihat dari grafik normal Q-Q plot seperti pada gambar dan berikut ini.

Gambar 4.3


(56)

Gambar 4.4

Grafik Q-Q Plot postes kelas Kontrol 4.5.2 Uji Hipotesis

Berdasarkan uji normalitas, semua sampel berdistribusi tidak normal, maka uji yang digunakkan selanjutnya adalah uji nonparametrik Mann-Whitney test untuk menguji perbedaan dua rata-rata dengan asumsi kedua varians tidak homogen.

Dalam uji perbedaan dua rata-rata ini, hipotesis yang diuji adalah:

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai postes kemampuan berbicara siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.

jika dirumuskan ke dalam hipotesis statistik adalah sebagai berikut. Ho:µe = µk


(57)

Keterangan: µe = rata-rata nilai pretes kelas eksperimen µk = rata-rata nilai pretes kelas kontrol

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka nilai kriteria pengujiannya yaitu:

Ho diterima jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Ho ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil sama dengan 0,05

Dengan menggunakan software 16.0 for windows didapat hasil pengujian pretes eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.14

Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Skor

Mann-Whitney U .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel 4.14 diperoleh Sig (2-tailed) adalah 0,000. Karena 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai postes kemampuan berbicara siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.

4.6Analisis Nilai Indeks Gain Pada Kelas Eksperimen

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan teknik MURDER, sehingga langkah selanjutnya yaitu mengolah perbedaan hasil pretes dan postes (gain) kelas eksperimen. Berikut tabel nilai rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen.


(58)

Tabel 4.15 Indeks Gain Nilai rata-rata Pretes Nilai rata-rata Postes Indeks Gain

52 93 1,09

51 86 0,90

46 87 0,93

52 86 0,90

47 81 0,80

52 87 0,91

43 91 1,02

46 86 0,92

52 84 0,84

54 86 0,88

39 91 1,01

50 93 1,08

52 89 0,97

52 87 0,92

48 92 1,05

52 86 0,89

53 92 1,06

44 89 0,98

49 87 0,94

53 88 0,95

49 92 1,04

56 92 1,06

53 89 0,98

49 91 1,02

52 89 0,98

48 92 1,05

46 94 1,10

51 95 1,12

47 92 1,04

48 91 1,02


(59)

Dengan meng Gain kelas eksperimen

G Dari ga sedangkan untuk data rata-rata sebesar 0,98 nilai 0,98 termasuk p peningkatan yang sig teknik MURDER.

4.7 Analisis Data Pe 1. Analisis Hasil Salah satu dat angket. Angket terseb setelah peneliti melak dijelaskan dalam tabel

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1 2

nggunakan softwere Microssof excel 2007 da en dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5

Grafik Indeks Gain Kelas eksperimen gambar 4.5 bahwa indeks gain tertinggi lebih ata indeks gain terendah kurang dari 0,8 deng 98. Berdasarkan pada kriteria Hake bahwa inde pada kriteria tinggi. Jadi, dapat disimpulkan signifikan kemampuan berbicara siswa setelah

Penunjang sil Angket

data penunjang yang digunakan dalam peneliti sebut diberikan kepada sampel penelitian seb lakukan perlakuan (treatmen). Gambaran tentan

bel di bawah ini.

5 7 9 11 12 15 17 19 21 22 25 27 29

Indeks Gain

In

data hasil indeks

ih besar dari 1,00 ngan jumlah nilai ndeks gain dengan an bahwa terdapat elah menggunakan

litian yaitu lembar sebagai responden tang respon siswa


(60)

Tabel 4. 16 Respon Siswa

No Pertanyaan Alternatif

Jawaban

f %

1 Apakah kalian menyukai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

22 0 8

73

27 2 Aspek keterampilan manakah yang

kalian sukai dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia? a. Membaca b. Menulis c. Berbicara d.Mendengarkan 9 7 6 8 30 23 20 27 3 Menarikah pembelajaran berbicara

untuk mengemukakan pendapat melalui teknik MURDER?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

26 0 4

87

13 4 Pernahkah guru atau guru PLP kalian

menggunakan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi?

a. Tidak pernah b. Pernah c. Tidak ingat

27 0 3

90

10 5 Apakah pembelajaran dengan teknik

MURDER dapat memotivasi kalian untuk lebih berani tampil bicara?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

23 0 7

77

23 6 Apakah pembelajaran seperti ini dapat

mengasah kemampuan kalian dalam berpikir?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

26 0 4

86

13

7 Apakah pembelajaran dengan teknik MURDER ini dapat meningkatkan wawasan kalian?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

26 0 4

86


(61)

8 Menurut kalian apakah pembelajaran ini dapat membantu kalian untuk berbicara lebih sistematis?

a. Merasa terbantu b. Biasa saja

c. Tidak terbantu 25 5 0 83 17

9 Menurut kalian pembelajaran berdiskusi untuk mengemukakan pendapat dengan teknik MURDER ini sudah efektif?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja

28 0 2

93

6 10 Apakah kalian dapat memahami materi

dengan pembelajaran ini?

a. Ya b. Tidak c. Biasa saja d. Tidak Terlalu

25 1 2 2 83 3 7 7

Berikut deskripsi data berdasarkan tabel persentase respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik MURDER.

a) Dari pertanyaan nomor 1, yaitu Apakah mereka menyukai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sebanyak 22 orang siswa (73%) menyukai pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dan 8 orang siswa (27%) menjawab biasa saja. Tidak ada siswa yang tidak menyukai pelajaran bahasa indonesia (0%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa memiliki respon positif terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

b) Untuk pertanyaan nomor 2, yaitu aspek keterampilan manakah yang kalian sukai dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, sebanyak 9 orang siswa (30%) memilih keterampilan membaca, 7 orang siswa (23%) menyukai keterampilan menulis, 6 orang siswa (20%) memilih keterampilan berbicara, dan 8 orang siswa (27%) memilih keterampilan mendengarkan


(62)

(menyimak). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa respon siswa dalam keterampilan berbahasa hampir seimbang dan persentase minat keterampilan berbicara terlihat paling kecil. Dari data tersebut, hanya sebagian kecil siswa yang memilih keterampilan berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa terhadap keterampilan berbicara masih rendah.

c) Dari pertanyaan nomor 3, yaitu menarikkah pembelajaran berbicara untuk mengemukakan pendapat melalui teknik MURDER. Sebanyak 26 orang siswa (87%) memberikan respon positif, 4 orang siswa menjawab biasa saja dan (0%) yang menjawab tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa hampir seluruh siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran berbicara dengan teknik MURDER.

d) Untuk pertanyaan nomor 4, yaitu pernahkah guru atau guru PLP kalian menggunakan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi. Sebanyak 27 orang siswa (90%) menjawab tidak pernah dan 3 orang siswa (10%) menjawab tidak ingat. Hal ini menunjukkan bahwa sebelumnya, pembelajaran berdiskusi dengan teknik MURDER belum pernah digunakan.

e) Untuk pertanyaan nomor 5, yaitu apakah pembelajaran dengan teknik MURDER dapat memotivasi kalian untuk lebih berani tampil bicara. terdapat 23 orang siswa (77%) yang menjawab ya, 7 orang siswa (23%) menjawab biasa saja dan (0%) yang menjawab tidak. Hal ini dapat


(63)

memperlihatkan bahwa penggunaan teknik MURDER efektif untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara.

f) Untuk pertanyaan nomor 6, yaitu apakah pembelajaran seperti ini dapat mengasah kemampuan kalian dalam berpikir. Sebanyak 26 orang siswa (86%) menjawab bahwa teknik MURDER dapat menggali kemampuannya dalam berpikir, 4 orang siswa (13%) menjawab biasa saja dan tidak ada yang menjawab tidak (0%). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik MURDER, selain dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara, juga dapat memberikan stimulus pada siswa untuk menuangkan ide atau gagasannya dalam mengemukakan pendapat.

g) Untuk pertanyaan nomor 7, yaitu apakah pembelajaran dengan teknik MURDER ini dapat meningkatkan wawasan kalian. sebanyak 26 orang siswa (86%) menjawab ya, tidak ada (0%) yang menjawab tidak, dan 4 orang siswa (13%) menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik MURDER berpengaruh juga untuk meningkatkan wawasan siswa sehingga diskusi dapat menjadi lebih bermakna.

h) Untuk pertanyaan nomor 8, yaitu menurut kalian apakah pembelajaran ini dapat membantu kalian untuk berbicara lebih sistematis. Sebanyak 25 orang siswa (83%) merasa terbantu, 5 orang siswa (17%) menjawab biasa saja, dan tidak ada (0%) yang menjawab tidak terbantu. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa merasa terbantu untuk dapat berbicara lebih sistematis.


(64)

i) Dari pertanyaan nomor 9, yaitu menurut kalian pembelajaran berdiskusi untuk mengemukakan pendapat dengan teknik MURDER ini sudah efektif. Sebanyak 28 orang siswa (93%) menjawab ya, tidak ada (0%) menjawab tidak, dan 2 orang siswa menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran ini cukup efektif.

j) Untuk pertanyaan nomor 10, yaitu apakah kalian dapat memahami materi dengan pembelajaran ini. Terdapat 25 orang siswa (83%) dapat lebih memahami materi, 2 orang siswa (7%) menjawab biasa saja, 2 orang siswa (7%) menjawab tidak terlalu dan 1 orang siswa menjawab tidak. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat lebih memahami permasalahan yang didiskusikan dengan menggunakan teknik MURDER.

2. Data Hasil Observasi aktivitas guru

Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat seberapa baik peneliti melakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan teknik MURDER. Untuk menghindari kesubjektifan, penilaian dilakukan oleh dua orang observer. Berikut hasil observasi yang dideskripsikan melalui nilai dengan kualifikasi yang telah ditentukan.

Hasil Penilaian Observer 1 dan 2

Tabel 4.17

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Hal Yang Diamati Penilaian Jumlah

nilai

Kriteria hasil Observer 1 Observer 2


(65)

A B C D A B C D rata-rata penilaian 1. Kemampuan

Membuka pelajaran a. Menarik

perhatian siswa

80 Baik

b. Menimbulkan motivasi

72,5 Baik

c. Memberikan acuan bahan yang disajikan

80 Baik

d. Membuat kaitan bahan ajar yang lama

70 Baik

2. Sikap guru dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara 60 Cukup

b. Antusiasme penampilan

77,5 Baik

3 Proses pembelajaran a. Kesesuaian

metode dengan pokok bahasan

77,5 Baik

b. Kejelasan dalam menerangkan dan memberikan contoh

72,5 Baik

c. Antusiasme dalam

menanggapi dan menggunakan respon


(66)

4 Kemampuan

menggunakan teknik MURDER

a. Memperhatikan sistematika penggunaan teknik MURDER

80 Baik

b. Guru

mengelompokkan siswa sesuai dengan ketentuan teknik MURDER

80 Baik

c. Guru melakukan tanya-jawab mengenai materi diskusi untuk meningkatkan mood siswa

80 Baik

d. Guru

memberikan kesempatan pada perwakilan

anggota

kelompok untuk mengemikakan isi artikel

80 Baik

e. Guru

memberikan memberikan kesempatan kepada siswa

90 Baik


(1)

104

2

i. Salah satu anggota kelompok mengungkapkan solusi dari masalah yang terdapat dalam artikel

7 7

j. Siswa menyimpulkan hasil dari diskusi yang telah dilakukan.

5 5

Aktivitas siswa yang tidak sesuai PBM

a. Melamun - -

b. Mengobrol 4 2

c. Melakukan pekerjaan lain 2 -

Dari pengamatan observer dalam kegiatan pembelajaran, terlihat bahwa pada umumnya siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, walaupun masih terdapat beberapa orang siswa yang tidak memperhatikan atau mengikuti dengan seksama. Dari 29 orang yang mengikuti pembelajaran, 4 orang terlihat mengobrol dan 2 orang siswa tidak maksimal dalam melaksanakan tugas.


(2)

105 BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan perolehan dan analisis data yang telah dilakukan peneliti melalui proses pengolahan data serta menjawab hipotesis, maka diperoleh simpulan akhir mengenai keefektifan penggunaan teknik MURDER dalam pembelajaran berdiskusi adalah sebagai berikut.

5.1 Simpulan

1) Berdasarkan perolehan nilai pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa sebelum menggunakan perlakuan terlihat dari perolehan nilai rata-rata pada kelas eksperimen yaitu 49,53 sedangkan untuk perolehan nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu 50,90. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kedua kelas pada tes awal adalah seimbang.

2) Pembelajaran berdiskusi untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan teknik MURDER di kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan berbicara siswa dalam hal kesesuaian antara hubungan isi dengan topik, banyaknya gagasan atau kuantitas isi, kualitas isi, kelancaran dalam berbicara serta ketepatan struktur. Selain itu, tampak pula pada peningkatan hasil deskripsi nilai rata-rata pretes sebesar 49,53 menjadi 89,26 pada nilai rata-rata postes.


(3)

106

Untuk Perolehan nilai pretes dan postes di kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi kelompok ternyata juga mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam hal kesesuaian antara hubungan isi dengan topik, banyaknya gagasan atau kuantitas isi, kualitas isi, kelancaran dalam berbicara serta ketepatan struktur. Peningkatan ini terlihat dari hasil nilai rata-rata pretes yaitu sebesar 50,90 menjadi 73,46 pada postes. Namun, peningkatan pada kelas kontrol tidak seperti pada kelas eksperimen.

3) Dari perhitungan indeks gain untuk mengetahui peningkatan pada kelas eksperimen, diperoleh nilai 0,98 yang berdasarkan kriteria Hake termasuk pada kriteria tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara siswa setelah menggunakan teknik MURDER.

4) Sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan teknik MURDER. Hal ini terlihat dari hasil angket yang diberikan menunjukkan bahwa 93% siswa berpendapat bahwa pembelajaran berdiskusi dengan teknik ini efektif untuk mengasah kemampuan berpikir dan sebanyak 83% siswa merasa terbantu untuk dapat berbicara lebih sistematis.


(4)

107

5.2 Saran

Dari simpulan yang telah diuraikan, penulis akan mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia umumnya, atau penyempurnaan dalam penelitian selanjutnya. Melalui penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut.

1) Teknik MURDER dapat digunakan dalam pembelajaran berdiskusi di SMK untuk mengasah keterampilan berbicara siswa secara lebih sistematis.

2) Keterampilan berbicara merupakan salah satu potensi yang harus dimiliki siswa. Untuk itu, kemampuan dalam memahami perbedaan karakteristik siswa akan memudahkan guru untuk mengolah potensi tersebut sehingga siswa dapat diarahkan dan dibimbing pada tujuan pembelajaran.

3) Guru sebagai pendidik diharapkan dapat memberikan teknik yang lebih bervariatif sehingga siswa menjadi antusias terhadap proses belajar mengajar dan mudah memahami materi.

4) Dari data angket menunjukkan bahwa minat keterampilan berbahasa pada siswa, khususnya dalam keterampilan berbicara masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang masih ragu untuk mengeluarkan pendapatnya karena takut salah atau malu. Untuk itu, penggunaan teknik MURDER dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran pada siswa untuk mengasah keterampilan berbicara karena dengan teknik ini siswa dituntut untuk dapat berbicara secara lebih sistematis dan bermakna berdasarkan tahapan-tahapan yang harus dilakukukan.


(5)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Elysa Novianti. 2007. Pembelajaran Mengemukakan Pendapat Dengan Menggunakan Media Artikel (penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas XI SMA Negeri I Nagreg Tahun ajaran 2006/2007). skripsi sarjana FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gunawan, I Wayan Pande. 2007. Pendekatan Tri Dharma Widya Pada

Pembelajaran SMK. http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab1.pdf

diakses tanggal 17 Mei 2010. [Online]

Hendrikus, Dori Wuwur. 2009. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius

http://www.pikiran-rakyat.com/node. diakses tanggal 17 Mei 2010 [Online] Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Rosdakarya.

Kosasih, E. 2008. Terampil Berbicara di Depan Umum. Jakarta: Nobel Edumedia Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning Di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Marwiyah, Rinna. 2007. “Peningkatan Pembelajaran Berbicara dengan Penggunaan

Media Audio Visual di SMK”. skripsi sarjana FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

xiv

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE.

Rakhmat, Jalaludun. 2006. Retorika Moden, Pendekatan Praktis. Bandung: Rosdakarya.

Sari, Hadam siti fatihiya. 2009. Pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode TASC. skripsi sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia: Tidak diterbitkan

Sudjana. 2005. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syamsuddin A.R & Vismaia. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Cetakan kedua. Bandung: Rosdakarya.

Santyasa, I Wayan.

(

27 Desember 2006). Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, Dan Orientasi Nos. [Online]

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardhani, I. 2006. efektifitas penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika interaktif model tutorial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar matematik siswa SMA. skripsi sarjana FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DETECT, EXPAND, DAN REVIEW) DALAM KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIANTAR NARUMONDA TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 25

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER ( MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT BEKERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN KELAS X AP SMK NEGERI 1 TEBING TEBING TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MOOD-UNDERSTAND-RECALL-DIGEST-EXPAND-REVIEW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

8 23 49

IMPLEMENTASI MURDER (MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW) BERBANTU MUTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

1 4 54

PENGARUH PEMBELAJARAN COLLABORATIVE MURDER (MOOD, UNDERSTANDING, RECALL, DETECT, ELABORATE, REVIEW) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan.

0 3 44

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW (MURDER) DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN MURDER PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE MOOD UNDERSTAND RECALL DIGEST EXPAND REVIEW (MURDER) PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 14 PALU | Ariana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan M

2 8 13

Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review (Murder) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Barru - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 112

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMPN 21 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

2 5 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMPN 21 BANDAR LAMPUNG

0 3 20