Preferensi Masyarakat Pinggiran Kota Medan Terhadap Bank Syariah

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Konsep Dasar Bank Syariah
2.1.1. Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional
Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kaitan perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah, Bank
Indonesia dalam (Fahmi 2014:32) mendefinisikan nya sebagai berikut :
1.

Bank konvensional yakni bank-bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
usaha memomibilisasi dana maupun dalam rangka penanaman dananya,
memberikan dan mengenakan bunga.

2.

Bank bagi hasil atau bank syariah yakni bank-bank yang dalam aktivitasnya
baik dalam memobilisasi dana maupun dalam penanaman dananya

mendasarkan atas prinsip jual beli dan bagi hasil.
Sedangkan Ikatan Bankir Indonesia (2014:47) Bank Konvensional yaitu

bank yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran, sedangkan
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah, dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.

8
Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Ascarya (2008:33) menjelaskan perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional berdasarkan penerapan nya menjadi beberapa aspek penilaian yang
saling dibandingkan diantara nya yakni :
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK SYARIAH
Fungsi


dan Intermediasi,

Kegiatan Bank

BANK KONVENSIONAL

manager Intermediasi, jasa keuangan

investasi, investor, sosial, jasa
keuangan

Mekanisme

dan Antiriba dan Antimaysir

Tidak antiriba dan antimaysir

Objek Usaha
Prinsip


Dasar •

Operasi


Tidak bebas nilai (prinsip •

Bebas

syariah islam)

Materealis)

Uang sebagai alat tukar •

Uang sebagai komoditi




dan bukan komoditi


nilai

(Prinsip

Bunga

Bagi hasil, jual beli dan
sewa

Prioritas Pelayanan Kepentingan ummat (publik)
Orientasi

Kepentingan pribadi

Tujuan sosial-ekonomi islam, Keuntungan
keuntungan


Bentuk

Bank

komersial,

bank Bank komersial

pembangunan, bank universal
atau multi-purpose

Universitas Sumatera Utara

10

BANK SYARIAH
Evaluasi Nasabah

Lebih


hati-hati

BANK KONVENSIONAL

karna Kepastian

partisipasi dalam resiko

pokok

pengembalian
dan

bunga

(creditworthiness

and

collateral)

Hubungan

Erat sebagai mitra usaha

Terbatas debitor-kreditor

Nasabah
Sumber Likuiditas Pasar uang syariah, Bank Pasar uang, bank sentral
Jangka Pendek
Pinjaman

sentral

yang Komersial dan nonkomersial, Komersial dan nonkomersial

diberikan

berorientasi laba dan nirlaba

berorientasi laba


Lembaga

Pengadilan, Badan Arbitrase Pengadilan, Arbitrase

Penyelesaian

Syariah Nasional

Sengketa
Risiko Usaha



Dihadapi bersama antara •

Risiko bank tidak terkait

bank dan nasabah dengan


langsung dengan debitur,

prinsip

resiko debitur tidak terkait

keadilan

dan

kejujuran


Tidak

mungkin

langsung dengan bank
terjadi •


negative spread
Struktur Organisasi Dewan

Komisaris,

Kemungkinan

terjadi

negative spread
Dewan Dewan Komisaris

Pengawas Investasi Pengawas Syariah, Dewan
Syariah Nasional

Universitas Sumatera Utara

11

BANK SYARIAH

Investasi

Halal

BANK KONVENSIONAL
Halal atau Haram

Sumber : Ascarya yang diolah dari berbagai sumber (2008:33)
2.1.3. Pelarangan Riba dan Permasalahan nya
Riba telah lama menjadi bahan pembicaraan oleh para ilmuwan baik
ilmuwan barat maupun timur, beberapa ilmuwan melarang adanya praktik riba
dan beberapa yang lainnya tidak mempermasalahkan riba. Ajaran Islam yang
dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW telah menjelaskan pelarangan riba
di dalam Al-Qur’an dan Hadits dan jelas hukumnya haram, oleh karena itu tidak
perlu dipertentangkan.
2.1.3.1. Pengertian Riba
Riba menurut Ascarya (2008:13) dayn berarti tambahan yaitu pembayaran
premi atas setiap jenis pinjaman dalam transaksi utang-piutang maupun
perdagangan yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman di
samping pengembalian pokok, yang ditetapkan sebelumnya.
Kesimpulan secara umum bahwa riba adalah kelebihan pembayaran yang
dibebankan terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan terkait jangka waktu
pengembalian atas pinjaman itu, maka peminjam akan membayar sejumlah lebih
tinggi dari pinjaman yang telah diterima, karena adanya perbedaan antara waktu
pada saat pinjaman diberikan dan waktu pada saat pinjaman dibayar, maka
perbedaan waktu akan berdampak pada perbedaan jumlah yang dipinjam dengan
jumlah yang dikembalikan.

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.3.2. Jenis-Jenis Riba
Menurut Ismail (2013:12) jenis-jenis riba jika dilihat dari asal transaksi
nya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu riba yang berasal dari transaksi
utang piutang dan jual beli.
1.

Riba Dari Utang Piutang
Riba ini terjadi disebabkan adanya transaksi utang piutang antara dua

pihak. Riba yang berasal dari utang piutang dibagi menjadi dua jenis yaitu riba
qardh dan riba jahiliyah.
a.

Riba Qaradh
Riba qaradh merupakan suatu tambahan atau kelebihan yang telah
diisyaratkan dalam perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dan
peminjam, dalam perjanjian disebutkan bahwa pihak pemberi pinjaman
meminta adanya tambahan sejumlah tertentu kepada pihak peminjam pada
saat peminjam mengembalikan pinjamannya.

b. Riba Jahiliyah
Riba jahiliyah merupakan riba yang timbul karena adanya keterlambatan
pembayaran dari si peminjam sesuai dengan waktu pengembalian yang
telah diperjanjikan. Peminjam akan membayar dengan jumlah tertentu
yang jumlahnya melebihi jumlah uang yang telah dipinjamnya apabila
peminjam tidak mampu membayar pinjamannya sesuai dengan jangka
waktu yang telah diperjanjikan. Kelebihan atas pokok pinjaman ini ditulis
dalam perjanjian, sehingga mengikat pada pihak peminjam.
2.

Riba Dari Transaksi Jual Beli

Universitas Sumatera Utara

13

Riba bisa juga disebabkan dari transaksi pertukaran barang atau jual beli.
Riba yang berasal dari transaksi jual beli dibagi menjadi dua jenis yaitu riba fadhl
dan nasiah.
a. Riba Fadhl
Riba fadhl merupakan tambahan yang diberikan atas pertukaran barang
yang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Barang yang
menjadi objek pertukaran ialah termasuk dalam jenis barang ribawi. Dua
pihak melakukan transaksi pertukaran barang yang sejenis, namun satu
pihak akan memberikan barang ini dengan jumlah, kadar, atau takaran
yang lebih tinggi. Kelebihan atas kadar atau takaran barang ribawi yang
dipertukarkan merupakan riba.
b. Riba Nasiah
Riba nasiah merupakan pertukaran antara jenis barang ribawi yang satu
dan yang lainnya. Pihak satu akan mendapatkan barang yang jumlahnya
lebih besar disebabkan adanya perbedaan waktu dalam penyerahan barang
tersebut. Penerima barang akan mengembalikan dengan kuantitas yang
lebih tinggi karena penerima barang akan mengembalikan barang tersebut
dalam waktu yang akan datang.

2.1.4. Perbedaan Bunga Bank dan Bagi Hasil
Fahmi (2014:31) mengemukakan bahwa masyarakat perlahan-lahan telah
mengenal dengan jelas perbedaan antara bank syariah dan konvensional, yaitu
terutama pada sistem bunga (intrest). Artinya bank konvensional menerapkan
sistem bunga sebagai imbal hasilnya, sedangkan bank syariah menerapkan prinsip

Universitas Sumatera Utara

14

bagi hasil. Berikut pemaparan tentang perbedaan antara bunga bank dan bagi hasil
dalam penerapan operasional nya masing-masing :
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Bunga Bank dan Bagi Hasil
Bunga

Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi
akad dengan asumsi harus selalu untung hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
rugi
Besarnya

persentase

berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan

besarnya jumlah uang (modal) yang pada jumlah keuntungan yang diperoleh
dipinjamkan
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Bila usaha
proyek yang dijalankan oleh pihak merugi,
nasabah untung atau rugi
Jumlah

pembayaran

kerugian

akan

ditanggung

bersama oleh kedua belah pihak
bunga

tidak Jumlah

pembagian

laba

meningkat

mengikat sekalipun jumlah keuntungan sesuai peningkatan jumlah pendapatan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang
“booming”
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak Tidak ada yang meragukan keabsahan
dikecam) oleh semua agama, termasuk bagi hasil
islam

Sumber : Fahmi (2014:31)

Universitas Sumatera Utara

15

2.1.5. Konsep Akad
2.1.5.1. Pengertian Akad
Menurut segi etimologi, akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan
secara nyata, maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.
Ascarya (2008:35) mengatakan dalam istilah fiqh pengertian akad secara
umum berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik
yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang
muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah dan gadai.
2.1.5.2. Akad Yang Digunakan Bank Syariah
Menurut Ascarya (2008:41) berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank
syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola yaitu :
1.

Pola titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah

2.

Pola pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan

3.

Pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musharakah

4.

Pola jual beli, seperti murabahah, salam dan istishna

5.

Pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina dan

6.

Pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf dan rahn

2.1.6. Fungsi Utama Bank Syariah
Menurut Ismail (2013:39) bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi,
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan
juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.

Universitas Sumatera Utara

16

Gambar 2.1 Fungsi Utama Bank Syariah
BANK SYARIAH

Penghimpun Dana

Penyaluran Dana

Pelayanan Jasa

Sumber : Ismail (2013)
2.1.6.1. Penghimpun Dana Masyarakat
Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk
investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad
antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak
pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima
titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang
diperbolehkan dalam Islam. Al-Mudharabah merupakan akad antara pihak yang
memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan
shahibul maal dengan pihak kedua atau bank yang menerima dana yang disebut
juga dengan mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memanfaatkan dana
yang diinvetasikan oleh shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan
dalam syariat Islam.
Nasabah yang menitipkan atau menyimpan uang nya di bank, juga akan
mendapat keuntungan berupa return atas uang yang diinvestasikan yang besarnya
tergantung kebijakan masing-masing bank syariah serta tergantung pada hasil
yang diperoleh bank syariah.

Universitas Sumatera Utara

17

2.1.6.2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh
pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Meyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang
disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya.
Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan
bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja
sama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas
penyaluran danaya adalah dalam bentuk margin keuntungan, margin keuntungan
merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang
menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.
Pembiayaan bank syariah kepada masyarakat dibagi menjadi beberapa
jenis antara lain :
1.

Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana satu
pihak sebagai shahibul maal dan pihak lain sebagai mudharib. Sedangkan
musyarakah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana
semua pihak merupakan mitra dan mengikutsertakan modal dalam usaha yang
dijalankan.

Universitas Sumatera Utara

18

2.

Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.

3.

Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna.

4.

Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5.

Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa.

2.1.6.3. Pelayanan Jasa Bank
Bank syariah merupakan institusi kepercayaan yang melakukan kegiatan
penghimpun dan penyaluran dana serta aktivitas layanan lain untuk memenuhi
kebutuhan finansial dan perbankan setiap nasabah dan masyarakat dengan
memberikan yang terbaik sesuai kaidah esensi layanan yang harus disajikan oleh
bank syariah kepada nasabah yang memerlukan solusi dalam aktivitas keuangan
dan ekonomi yang tidak identik dengan sistem bunga, bisnis yang spekulatif, serta
kemitraan sejajar yang memberikan kenyamanan dalam berinteraksi.
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank
syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan
surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa
bank lainnya merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat
meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank.
Ikatan Bankir Indonesia (2014:296) menyatakan bahwa dalam memenuhi
ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap peran dan keberadaan bank syariah
maka layanan yang dilakukan harus berlandaskan etika dan bertujuan ibadah
(worship) dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT (by heart –
Mardhatillah) siapa pun yang datang akan dilayani secara baik (welcome), bisa

Universitas Sumatera Utara

19

memberikan solusi (solution), harus menimbulkan rasa aman dan nyaman
(secure), menguntungkan nasabah dan bank (profitable), serta senantiasa
memberikan layanan yang terbaik secara konsisten dengan mengacu pada service
level dan standard operating procedure (consistency). Aspek layanan ini
memerlukan operational excellence yang menghendaki adanya standard proses
(standard of process) guna membentuk service level yang berpengaruh terhadap
standar hasil (standard of result) yang akan dicapai.
2.2. Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2008:214) Perilaku konsumen adalah studi
bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan
dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan
dan kebutuhan mereka.
Schiffman dan Kanuk (2006:6) mendefinisikan perilaku konsumen
menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber
daya mereka yang tersedia (waktu. Uang, usaha) guna membeli barang-barang
yang berhubungan dengan konsumsi.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan, karna terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling
interaksi satu sama lainnya oleh karenanya pemasar harus mampu memahami
konsumen dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak
dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan namun
mereka juga memiliki banyak kesamaan. Para pemasar wajib memahami
keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar mereka mampu

Universitas Sumatera Utara

20

memasarkan produk nya dengan baik. Kotler (2008:226) menggambarkan model
dasar perilaku konsumen sebagai berikut :
Gambar 2.2 Model Dasar Perilaku Konsumen
Rangsangan
Pemasaran
-

Produk
Harga
Distribusi
Promosi

Rangsangan
Lain
-

Ekonomi
Teknologi
Kebudayaan
Politik

Proses Kept.
Membeli

Ciri-Ciri
Pembeli
-

Budaya
Sosial
Individu
Psikologi

-

Memahami
Masalah
Mencari
Informasi
Evaluasi
Keputusan
Perilaku Setelah
Membeli

Keputusan
Pembeli
-

Pilihan Produk
Pilihan Merk
Pilihan Penjual
Waktu
Pembelian
- Jumlah
Pembelian

Sumber : Kotler (2008)
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan
masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal
dari lapisan masyarakat atau lingkungan

yang berbeda akan mempunyai

penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda-beda sehingga
pengambilan keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2008:25)
terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

21

Gambar 2.3 Model Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
KEBUDAYAAN
- Kultur

SOSIAL
- Kelompok
Acuan

- Sub Kultur
- Kelas

- Keluarga
- Status
Sosial

PRIBADI

PSIKOLOGIS

- Usia dan Siklus
Hidup
- Pekerjaan
- Keadaan Ekonomi
- Gaya Hidup
dan
- Kepribadian
Konsep Diri

- Motivasi
- Persepsi
- Pembelajaran
- Keyakinan
dan Pendirian

Sumber : Kotler (2008)
2.3. Konsepsi Teoritik Mengenai Preferensi
2.3.1. Pengertian Preferensi
Preferensi berasal dari bahasa Inggris preference yang berarti “a greater
liking for one alternative over another or others” (kesukaan akan sebuah hal
dibandingkan dengan hal yang lain). Sementara dalam KBBI kata preferensi jika
diejakan menjadi pre.fe.ren.si [n] (1) (hak untuk) didahulukan dan diutamakan
daripada yang lain; prioritas; (2) pilihan; kecenderungan; kesukaan.
Menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna (2004:6), preferensi dapat
berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi
ini terbentuk dari persepsi konsumen terhadap produk. Assael membatasi kata
persepsi sebagai perhatian kepada pesan, yang mengarah kepemahaman dan
ingatan. Persepsi yang sudah mengendap dan melekat dalam pikiran akan menjadi
preferensi. Preferensi konsumen terhadap suatu barang dapat diketahui dengan
menentukan atribut-atribut atau faktor-faktor yang melekat pada produk. Atributatribut itulah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi seseorang sebagai
pertimbangan untuk memilih suatu barang.

Universitas Sumatera Utara

22

2.3.2. Tahap-Tahap Preferensi
Untuk menerangkan suatu preferensi, menurut Nicholson (1995:76)
terdapat beberapa aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran
tanpa pembuktian) yang diasumsikan kedalam tiga sifat dasar, yaitu :
1.

kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan (completeness) mengandung pengertian jika A dan B
merupakan dua kondisi atau situasi, maka setiap orang selalu harus bisa
menspesifikasikan apakah :
A lebih disukai daripada B
B lebih disukai daripada A, atau
A dan B sama-sama disukai
Jika mengacu pada dasar ini, maka setiap orang diasumsikan tidak bingung
dalam menentukan pilihan. Setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang
buruk, dengan demikian setiap orang selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara
dua alternatif yang ada.

2.

Transitivitas (Transitivity)
Transitivitas (transitivity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A
daripada B, dan lebih menyukai A daripada C, maka orang tersebut harus
lebih menyukai A daripada C, dengan demikian seseorang tidak bida
mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan.

3.

Kontinuitas (Continuity)
Kontinuitas (continuity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A
daripada B ini berarti segala kondisi dibawah pilihan A tersebut disukai
daripada kondisi dibawah pilihan B

Universitas Sumatera Utara

23

Diasumsikan preferensi tiap orang akan mengikuti dasar di atas. Dengan
demikian, setiap orang akan selalu dapat membuat atau menyusun rangking pada
semua situasi ataupun kondisi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling
tidak disukai dari berbagai macam barang dan jasa yang tersedia.
Preferensi konsumen muncul dalam tahap evaluasi alternatif dalam proses
keputusan pembelian, di mana dalam tahap tersebut konsumen dihadapkan dengan
berbagai macam pilihan produk maupun jasa dengan berbagai macam atribut yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu
pilihan yang diambil dan dipilih konsumen dari berbagai macam pilihan yang
tersedia. Di dalam tahap ini dapat dilihat pada saat kapan tahap preferensi tersebut
hadir pada konsumen.
Dengan memahami preferensi konsumen, perusahaan dapat merancang
strategi yang tepat untuk merespon ekspektasi konsumen dan menjadikan strategi
diferensiasi sebuah perusahaan tersebut dengan pesaingnya.
2.4. Penelitian Terdahulu
1.

Mursyid dalam Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan juga
pernah melakukan penelitian serupa di Kota Samarinda dengan judul
“Prefrensi Masyarakat Kota Samarinda Terhadap Bank Syariah” dalam
penelitian prefrensi masyarakat kota Samarinda terhadap bank syariah
didefinisikan kedalam beberapa variabel. Variabel tersebut terdiri dari
variabel pengaruh (independen) dan variabel dipengaruhi (dependen).
Variabel yang dipengaruhi dalam hal ini meliputi 3 (tiga) variabel oprasional,
yaitu : variabel comparances (perbandingan), equivalent (sepadan), dan
similarity (kesamaan). Sedangkan variabel pengaruh (independen) terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

24

faktor tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan komitmen keislaman.
Hasil analisis grand mean diperoleh angka 7,69 dari 300 responden
penelitian, angka ini menunjukan bahwa mayoritas sampel penelitian
beranggapan bahwa keberadaan perbankan syariah di Kota Samarinda dapat
menjadi alternatif setelah perbankan konvensional, dan dari hasil analisis
regresi menunjukan bahwa kehadiran perbankan syariah di Kota Samarinda
adalah sangat prospektif. Ini terutama pada akan adanya dukungan
masyarakat muslim Kota Samarinda yang akan merasa terpanggil dengan
ikatan emosional nya.
2.

Dewi Andriani dan

Azuar Juliandi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara dengan judul “Preferensi Masyarakat Kota
Medan Terhadap Bank Syariah” dalam penelitian ini peneliti menggunakan
variabel pengetahuan dan sikap sebagai variabel independen dan keputusan
sebagai variabel dependen, dalam hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
Pengetahuan masyarakat Medan terhadap perbankan syariah cukup baik,
dengan nilai rata-rata 62,60% untuk jawaban ya, dan 37,40% untuk jawaban
tidak begitu juga dengan Sikap masyarakat Medan terhadap perbankan
syariah cukup baik, dengan nilai rata-rata 70,14% untuk jawaban ya, dan
29,86% untuk jawaban tidak terdapat juga hubungan positif dan signifikan
pengetahuan dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah,
dengan nilai korelasi (r) 0,314; koefisien determinasi (r2) 0,099; dan
probabilitas (sig) 0,01