Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan adalah teori yang menggambarkan hubungan antara pihak
agen dan pihak prinsipal dengan membuat kontrak yang menyatakan bahwa
prinsipal akan menggunakan jasa agen untuk menjalankan perusahan dengan
memisahkan kepemilikan dan kontrol perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).
Masalah keagenan akan muncul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
dijalankan secara terpisah (Nasution dan Setiawan, 2007). Manajer diberikan
kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dengan nama pemilik. Dengan
kewenangan yang diberikan, manajer yang memiliki kepentingannya sendiri akan
cenderung mengabaikan kepentingan pemilik. Dan hal ini akan menjadi masalah
karena keinginan, motivasi, dan kepentingan yang tidak sama antara manajemen
dan pemilik.
Prinsipal yang menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan
secepat-cepatnya atas investasi yang telah dilakukan. Hal ini tercermin dari
kenaikan deviden dari tiap saham yang dimiliki. Sementara agen menginginkan
pemberian kompensasi yang sebesar-besarnya atas kinerja yang telah diberikan.
Prinsipal menilai kinerja agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba
yang kemudian dibagikan sesuai porsi sahamnya dalam bentuk deviden. Maka

semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka makin besar deviden yang diterima,

11
Universitas Sumatera Utara

maka agen dianggap berhasil dan layak mendapat insentif yang tinggi
(Elqorni,2009).
Sama halnya dengan agen harus memenuhi tuntutan dari prinsipal untuk
mendapatkan kompensasi yang tinggi. Dengan tingkat pengawasan yang rendah di
dalam perusahaan para agen dapat melakukan kecurangan-kecurangan prinsip
akuntansi.
Menurut Eisenhardt, manusia memiliki asumsi sifat dasar yaitu cenderung
menguntungkan dirinya sendiri, memiliki daya pikir yang tidak terbatas tentang
persepsi

masa

depan,

serta


selalu

menghindari

risiko

(Ujiantho

dan

Pramuka,2007). Bila ditarik kemungkinan dari asumsi sifat dasar manusia itu
maka manusia akan bertindak secara opportunistic.
Jensen dan Meckling (1976) mengelompokkan menjadi tiga masalah keagenan
(agency cost) yaitu :
1. The mornitoring expenditures by principal yaitu biaya pengawasan yang
dikeluarkan oleh prinsipal.
2. The bonding expenditures by agent yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
prinsipal kepada agen untuk pengawasan.
3. The residual loss yaitu kerugian akibat kurangnya kemakmuran prinsipal

karena perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.
Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya perbedaan informasi antara agen
dengan prinsipal. Perbedaan informasi atau asimetri informasi ini merupakan
suatu keadaan dimana manajer memiliki kemampuan mengetahui informasi

12
Universitas Sumatera Utara

tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang sementara pemegang
saham tidak mengetahui informasi internal tersebut.
Asimetri informasi yang terjadi antara agen dengan prinsipal ini akan memicu
agen untuk melakukan dysfunctional behavior. Asimetri informasi antara manajer
dan pemegang saham akan memberikan kesempatan bagi manajer untuk
mendahulukan kepentingannya sendiri.

2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah penentuan pengukuran yang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Ukuran penilaian kinerja
keuangan dalam sebuah perusahaan adalah laporan keuangannya. Informasi yang
dapat digunakan dapat diambil dari laporan keuangan seperti laporan laba rugi,

neraca, dan laporan arus kas.
Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data
yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sementara
Sucipto (2003) menjelaskan bahwa penilaian kinerja perusahaan dilakukan untuk
mencegah perilaku menyimpang dan merangsang dan menegakkan perilaku yang
seharusnya dilakukan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta
penghargaan.
Ada beberapa manfaat dari penilaian kinerja menurut Mulyadi (2003) yaitu :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan yang mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja
perusahaan di masa mendatang adalah laporan arus kas. Laporan arus kas
menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah
dikeluarkan oleh perusahaan. Cash Flow Return On Assets (CFROA) merupakan
salah satu pengukuran kinerja keuangan yang menunjukkan kemampuan aktiva
untuk menghasilkan laba operasi. CFROA adalah hasil dari kegiatan strategi
perusahaan dan pengaruh dari lingkungan. CFROA mengutamakan pengukuran
kinerja perusahaan saat ini tanpa terikat harga saham. CFROA dapat dihitung dari
laba sebelum pajak ditambah dengan depresiasi dibagi dengan total aktiva. Hasil
perhitungan dari CFROA ini merupakan fungsi yang dapat menjadi indikator
mekanisme corporate governance. CFROA akan menunjukkan keadaan kinerja
perusahaan

yang

sebenarnya.


Corporate

governance

dapat

mengurangi

14
Universitas Sumatera Utara

kesempatan manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba (Cornett et
al.,2006).

2.3 Corporate Governance
Pemisahan tugas-tugas dan kewajiban yang dilakukan pihak prinsipal dan
agen dalam teori keagenan akan memicu timbulnya konflik yang akan merugikan
prinsipal. Dalam kondisi ini, diperlukan sebuah mekanisme yang berfungsi untuk
menyejajarkan perbedaan kepentingan antara para agen dan prinsipal. Perspektif

tentang hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
corporate governance. Konsep corporate governance sendiri adalah konsep yang

memperhatikan dan mengatur segala kepentingan antara pihak prinsipal dan agen
dalam sebuah perusahaan.
Konsep good corporate governance pertama kali dikemukakan oleh Cadbury
Committee pada tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report
bahwa :
“Corporate governance is the system by which companies are directed and
controlled. Boards of directors are responsible for the governance of their
companies. The shareholders role in governance is to appoint the directors and
the auditors and to satisfy themselves that an appropriate governance structure in
place.”
Menurut Forum For Corporate Governance, corporate governance juga
didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara
pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder
internal maupun eksternal, mengenai hak dan kewajiban mereka, atau sistem

15
Universitas Sumatera Utara


dimana perusahaan diatur dan dikendalikan, tujuan corporate governance adalah
menciptakan nilai tambah bagi stakeholder (dalam Ujiantho dan Pramuka,2007).
Dalam fungsinya sebagai penyeimbang dalam perusahaan, ada dua hal yang
harus diperhatikan dalam corporate governance. Pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat
waktu. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara
akurat, tepat waktu, dan transparan mengenai semua kinerja perusahaan
(Darmawati, 2003).
Penerapan corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan
seberapa pentingnya hak prinsipal untuk mengetahui informasi tentang kinerja
keuangan perusahaan secara benar, akurat, dan tepat waktu.
Corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku manajemen. Beberapa mekanisme
corporate governance adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite
audit.
Penerapan corporate governance memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan

nilai tambah bagi prinsipal atau pemegang saham. Bila corporate governance
dalam perusahaan berjalan dengan baik maka perusahaan tersebut dapat
meningkatkan nilai tambah baik dari segi material maupun non material. Prinsipal
dan agen akan mendapatkan keuntungan. Prinsipal akan mendapatkan deviden
yang besar sementara agen akan mendapat bonus yang lebih besar juga.
Corporate governance sendiri diharapkan mampu menjembatani kensenjangan

16
Universitas Sumatera Utara

yang terjadi sehingga biaya keagenan (agency cost) dapat berkurang dan kedua
belah pihak mendapat keuntungan masing-masing.
Hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan
sebagaimana disebutkan oleh FCGI (Forum for Corporate Governance in
Indonesia) adalah bahwa corporate governance memudahkan memperoleh modal,
cost of capital jadi lebih rendah, sehingga meningkatkan efisiensi, berpengaruh

baik terhadap kinerja keuangan.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 menyebutkan bahwa

organ perusahaan terdiri dari kepemilikan perusahaan yang dibiasanya disebut
rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi. Dalam
penelitian ini digunakan lima mekanisme corporate governance yang biasanya
persentase keberadaannya lebih banyak serta sering digunakan untuk meneliti.
Kelima mekanisme tersebut adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
serta ukuran komite audit.
Sejalan dengan itu juga menurut Jensen dan Meckling (1976) bahwa
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme
corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.

2.3.1

Kepemilikan Manajerial
Gideon (2005) menyebutkan bahwa persentase kepemilikan saham

oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba.

17
Universitas Sumatera Utara


Kepemilikan manajerial diartikan sebagai persentase kekuasaan atau
kepemilikan dalam suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur dengan
jumlah persentase saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang beredar.
Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan
meningkatkan kepemilikan saham manajerial. Agency cost timbul karena
adanya perbedaan informasi antara agen dan prinsipal. Agency cost sendiri
bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan jumlah saham yang dimiliki
manajemen. Semakin besar jumlah saham kepemilikan manajemen maka
manajemen akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan dirinya sendiri yang sebagai pemegang saham juga.
Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.
Motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba akan menghasilkan
besaran yang berbeda. Kepemilikan seorang manajer akan menentukan
kebijakan dan pengambilan keputusan dalam penyusunan laporan keuangan,
sehingga kepemilikan saham oleh manajemen akan mempengaruhi tindakan
manajemen laba.

2.3.2

Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh

pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri,
dana perwalian dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Persentase

18
Universitas Sumatera Utara

saham tersebut akan mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan
yang memungkinkan terjadinya akrualisasi sesuai keinginan manajemen
(Gideon, 2005). Semakin besar kekuatan suara dari institusi tersebut untuk
mengawasi manajemen akan memberikan dorongan lebih besar untuk
mengoptimalkan

kinerja

perusahaan

dan

menyamakan

kepentingan

manajemen dengan pemegang saham.
Pemegang saham institusional cenderung memiliki informasi lebih
banyak dari pada pemegang saham individu. Bila tingkat kepemilikan
institusional tinggi maka akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar
oleh pemegang saham institusional. Karena pengawasan yang dilakukan oleh
sebuah institusi pasti lebih efektif dari pada pengawasan yang dilakukan oleh
pemegang saham individu.
Pengawasan yang dilakukan oleh institusi akan membatasi ruang gerak
manajemen. Dengan adanya pemegang saham institusional maka akan
membuat perhatian manajer lebih tertuju pada kinerja perusahaan. Maka dari
itu pemegang saham institusional akan terlibat dalam pengambilan keputusan
dan tidak akan mudah percaya terhadap tindakan manajemen laba.

2.3.3

Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

bekerja sama atau berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris
lainnya, dan pemegang saham pengendali, dan bebas dari semua hubungan
bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap independen

19
Universitas Sumatera Utara

dan melakukan sesuatu demi kepentingan perusahaan. Dewan komisaris
independen bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberi masukan
kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good
corporate governance dengan baik. Tetapi dewan komisaris tidak berhak

campur tangan dalam mengambil keputusan operasional perusahaan.
Menurut KNKG (2006), ada beberapa prinsip-prinsip yang harus
dilaksanakan agar pelaksanaan tugas dewan komisaris berjalan efektif.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan
secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
2. Anggota dewan komisaris harus professional, yaitu berintegritas dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik
termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan
semua pemangku kepentingan.
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

2.3.4

Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk

melakukan pengawasan dan memberikan masukan ataupun nasihat kepada
manajemen. Dewan komisaris mempunyai tugas untuk memonitor dan
mengendalikan manajemen. Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan

20
Universitas Sumatera Utara

diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan.
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris
dalam sebuah perusahaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal
perusahaan.
Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan
memiliki hasil yang beragam. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris
akan semakin mudah untuk mengendalikan manajemen dan semakin efektif
pengawasan yang dilakukan. Dan sebaliknya semakin sedikit jumlah dewan
komisaris maka akan semakin sulit untuk melakukan pengendalian dan
pengawasan manajemen.

2.3.5

Ukuran Komite Audit
Komite audit sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep.

29/PM/2004 menyebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap
pengelolaan perusahaan. Komite audit berperan dalam hal memelihara
kredibilitas laporan keuangan, menjaga sistem pengawasan serta pengawasan
terlaksananya good corporate governance.
Ukuran komite audit adalah jumlah anggota komite audit yang ada di
perusahaan. Ukuran komite audit diatur dalam surat edaran ketua Bapepam
yang menyatakan bahwa ukuran komite audit adalah sekurang-kurangnya 3
orang.

21
Universitas Sumatera Utara

Tugas komite audit yang diatur dalam Kep. 29/PM/2004 adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya,
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan,
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal,
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi,
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten,
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

2.4 Manajemen Laba
Informasi laba merupakan unsur yang paling utama dalam laporan keuangan.
Informasi tentang laba sangat penting bagi pihak penggunanya karena berfungsi
untuk memprediksi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Karena itu
pihak manajemen akan berusaha untuk melakukan praktik manajemen laba agar
kinerja perusahaan terlihat baik.

22
Universitas Sumatera Utara

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajemen dalam proses
pelaporan keuangan eksternal yang bertujuan untuk menguntungkan pihak
manajemen sendiri. Praktik manajemen laba ini merupakan salah satu faktor yang
mengurangi kredibilitas laporan keuangan (Setiawati, 2000).
Dalam melakukan manajemen laba para manajemen akan menentukan
kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan tertentu yang akan menguntungkan
dirinya sendiri. Manajemen laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan
manajemen dengan adanya konflik-konflik kepentingan antara prinsipal dengan
agen yang ada pada teori keagenan (agency theory).
Laporan keuangan akan menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan
perusahaan. Tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar
sesuai dengan keinginan manajer. Dengan demikian, semakin tinggi manajemen
laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan semakin terlihat baik, maka
keinginan manajer akan terpenuhi (Gideon, 2005).

2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang variabel mekanisme corporate governance, manajemen
laba, dan kinerja keuangan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Tetapi ada
beberapa hal yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya.
Perbedaannya adalah perbedaan periode penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah selama tiga tahun dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Kedua,
pengambilan data laporan keuangan tahunannya berasal dari situs resmi BEI

23
Universitas Sumatera Utara

dengan kelompok perusahaan real estate. Ketiga, menambahkan satu variabel
pada mekanisme corporate governance yang ada dan menjadikan variabelnya
menjadi lima yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.
Berikut ini adalah uraian hasil penelitian terdahulu mengenai faktor atau
mekanisme corporate governance :

1. Dian Agustia (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustia pada tahun 2013 ini berjudul
“Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan
Leverage terhadap Manajemen Laba”. Variabel yang terkait pada penelitian

tersebut adalah good corporate governance, free cash flow, leverage, dan
manajemen laba. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan bukti empiris
pengaruh good corporate governance, free cash flow, dan rasio leverage
terhadap manajemen laba. Teknis analisis datanya menggunakan regresi
berganda. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel-variabel dari
good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komite audit

independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial) tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Keberadaan komite audit dan proporsi
dewan komisaris di perusahaan publik masih hanya sekedar untuk memenuhi
ketentuan pihak regulator. Variabel free cash flow berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Dan leverage ratio berpengaruh terhadap
manajemen laba.

24
Universitas Sumatera Utara

2. Ika Yulianawati (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Yulianawati pada tahun 2014 ini berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Kinerja
Keuangan”. Variabel yang terkait pada penelitian tersebut adalah good
corporate governance yang terdiri atas kepemilikan institusional, proporsi

dewan komisaris independen, dan komite audit, leverage, dan kinerja
keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good
corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, proporsi

dewan komisaris independen, dan komite audit serta leverage terhadap kinerja
keuangan. Teknik analisis datanya menggunakan metode analisis regresi linier
berganda. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Proporsi
dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dari
komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Sementara itu, karakteristik komite audit yang lain tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap manajemen laba.
3. Destika Maharani Putri (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Destika Maharani Putri pada tahun 2011 ini
berjudul “Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba”.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
regresi berganda. Variabel yang terkait pada penelitian ini adalah
independensi, ukuran perusahaan, financial expertise, jumlah pertemuan, dan

25
Universitas Sumatera Utara

manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh dari
karakteristik yang ada pada komite audit terhadap manajemen laba yang
diukur menggunakan discretionary accruals.
4. Nuriyatun Fauziyah (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatun Fauziyah pada tahun 2014 ini
berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap
Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil”. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah uji asumsi klasik, analisis
regresi linier sederhana dan linier berganda. Variabel yang terkait dalam
penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan
komisaris independen, leverage, dan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas riil. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh
mekanisme good corporate governance yang diukur dengan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen dan
pengaruh leverage secara parsial terhadap manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas riil.
5. Destia Kusuma (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Destia Kusuma pada tahun 2013 berjudul
“Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan

Perusahaan

dengan

Manajemen

Laba

sebagai

Variabel

Pemoderasi”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah analisis regresi linear sederhana dan analisis regresi berganda.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris

26
Universitas Sumatera Utara

tentang pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan
perusahaan dan pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan di masa yang akan
datang yang dimoderasi oleh manajemen laba. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan, manajemen laba dapat memoderasi hubungan
antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan dan menunjukkan pengaruh
yang negatif signifikan.
Adapun tabel penelitian-penelitian terdahulu disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti / Judul

Variabel

Metode

Hasil

Analisis
Dian Agustia
(2013)
“Pengaruh
Faktor Good
Corporate
Governance,
Free Cash
Flow, dan
Leverage
terhadap
Manajemen
Laba”
Ika Yulianawati
(2014)
“Pengaruh
Good
Corporate
Governance dan
Leverage
terhadap

Variabel
Dependen:
Manajemen
Laba.
Variabel
Independen:
Good
Corporate
Governance,
Free Cash
Flow,
Leverage.

Variabel
Dependen:
Kinerja
Keuangan.
Variabel
Independen:
Kepemilikan
Institusional,

Analisis Regresi 1. Variabel-variabel
Berganda
Good Corporate
Governance (GCG)
tidak berpengaruh
terhadap praktik
manajemen laba.
2. Variabel free cash
flow berpengaruh
negatif signifikan
terhadap manajemen
laba.
3. Leverage ratio
berpengaruh terhadap
earnings management.
Analisis Regresi 1. Kepemilikan
Linier Berganda
institusional,
proporsi dewan
komisaris
independen, komite
audit, dan leverage
secara simultan
berpengaruh

27
Universitas Sumatera Utara

Kinerja
Keuangan”

Proporsi
Dewan
Komisaris
Independen,
Komite
Audit,dan
Leverage.

Destika
Maharani Putri
(2011)

Variabel
Dependen :
Manajemen
Laba.
Variabel
Independen :
Independensi,
Ukuran
Perusahaan,
Financial
Expertise, dan
Jumlah
Pertemuan

“Pengaruh
Karakteristik
Komite Audit
terhadap
Manajemen
Laba”

Nuriyatun
Variabel
Fauziyah (2014) Dependen :
Manajemen
“Pengaruh
Laba Melalui
Good
Manipulasi
Corporate
Aktivitas Riil
Governance dan

terhadap kinerja
keuangan.
2. Mekanisme corporate
governance yang
terdiri dari
kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan.
3. Proporsi dewan
komisaris
independen dan
komite audit tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan.
4. Leverage
berpengaruh
negatif terhadap
kinerja keuangan.
Analisis Regresi 1. Ukuran dari komite
Berganda
audit mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap manajemen
laba.
2. Karakteristik
komite audit yang
lain tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap manajemen
laba.
Uji Asumsi
1. Kepemilikan
Klasik, Analisis
institusional
Regresi Linier
berpengaruh
Sederhana, dan
positif dan
Linier Berganda
signifikan
terhadap manajemen

28
Universitas Sumatera Utara

Leverage
terhadap
Manajemen
Laba melalui
Manipulasi
Aktivitas Riil”

Variabel
Independen :
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Dewan
Komisaris
Independen,
Leverage

Destia Kusuma
(2013)

Variabel
Dependen :
Corporate
Social
Responsibility

“Analisis
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
dengan
Manajemen

Variabel
Independen :
Kinerja
Keuangan

laba melalui
manipulasi
aktivitas riil.
2. Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap manajemen
laba.
3. Dewan komisaris
independen
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap manajemen
laba melalui
manipulasi
aktivitas riil.
4. Leverage
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap manajemen
laba melalui
manipulasi
aktivitas riil.
Analisis Regresi 1. CSR tidak
Linear
mempunyai pengaruh
Sederhana dan
signifikan
Analisis Regresi
terhadap kinerja
Berganda
keuangan
perusahaan.
2. Manajemen laba
dapat memoderasi
hubungan antara
CSR dengan kinerja
keuangan
perusahaan dan
menunjukkan

29
Universitas Sumatera Utara

Laba sebagai
Variabel
Pemoderasi”

pengaruh pengaruh
yang negatif
signifikan.

2.6 Kerangka Konseptual
Teori keagenan adalah teori yang yang mengatur hubungan antara pihak agen
dan pihak prinsipal di dalam sebuah perusahaan. Kedua belah pihak selalu ingin
mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Tak jarang para prinsipal selalu
mendorong pihak manajemen untuk bekerja lebih keras agar mendapat deviden
yang lebih besar. Dan para manajer akan menyalahgunaan jabatannya untuk
melakukan manajemen laba.
Untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi peluang
manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba adalah dengan menerapkan
mekanisme corporate governance.
Beberapa faktor yang termasuk dalam mekanisme corporate governance
adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit. Setiap
variabel berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan baik
pengaruh secara positif maupun negatif.
Kepemilikan manajerial adalah presentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pihak manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak
cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.

30
Universitas Sumatera Utara

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan
oleh investor besar seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
investment banking yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar.

Proporsi dewan komisaris independen adalah proporsi anggota dewan
komisaris yang tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan manajemen, anggota
dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, dan bebas dari semua
hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap
independen.
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam
sebuah perusahaan.
Ukuran komite audit diartikan sebagai keberadaan komite audit yang dimiliki
oleh suatu perusahaan.
Dari pernyataan di atas dapat dilihat kerangka konseptual pada penelitian ini
yaitu sebagai berikut :

Independen

Intervening

Dependen

p8
Kepemilikan
Manajerial
(X1)
Kepemilikan
Institusional
(X2)

p1
p6
p2

Proporsi Dewan
Komisaris
Independen
(X3)

p3

p7
Manajemen
Laba
(Y1)

p11
p9

Kinerja
Keuangan
(Y2)

31
Universitas Sumatera Utara

p4
Ukuran Dewan
Komisaris
(X4)

p10
p5

Ukuran Komite
Audit
(X5)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Keterangan :
Y1 = Manajemen Laba
Y2 = Kinerja Keuangan
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Proporsi Dewan Komisaris Independen
X4 = Ukuran Dewan Komisaris
X5 = Ukuran Dewan Audit

2.7 Hipotesis Penelitian
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) hipotesis menyatakan hubungan
yang diduga secara logis anatara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi
yang dapat diuji secara empiris.
Sebenarnya sudah banyak penelitian terdahulu yang mengangkat tentang
komponen mekanisme corporate governance, kinerja keuangan, ataupun
manajemen laba. Tetapi dalam penelitian-penelitian tersebut memiliki hasil yang
sangat beragam. Maka dari itu berikut adalah hipotesis dari penelitian ini yaitu :

32
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dipegang
oleh pihak manajemen perusahaan. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan
bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan
meningkatkan jumlah kepemilikan saham manajemen. Kepemilikan manajerial
yang lebih banyak akan berdampak pada keputusan yang diambil manajemen.
Semakin banyak saham yang dimiliki manajemen akan berdampak baik pada
keputusan yang diambil karena keputusan tersebut akan sejalan dengan
kepentingan para pemegang saham yang bukan manajemen.
Menurut Agustia (2013), variabel-variabel good corporate governance seperti
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurut
Wahyuni (2010), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Sementara menurut Fauziyah (2014), mengungkapkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba.
H1a :

Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh investor
yang merupakan sebuah institusi. Kepemilikan institusional biasanya memiliki
hubungan positif dengan manajemen laba seperti yang dikemukan oleh
Yulianawati (2014) dalam penelitian terdahulu. Dan menurut Fauziyah (2014)
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen

33
Universitas Sumatera Utara

laba. Tetapi menurut Agustia (2013), kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap praktik manajemen laba.
H1b :

Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen
Laba
Komisaris independen adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
memastikan efektif atau tidaknya strategi bisnis dalam suatu perusahaan.
Komisaris independen juga bertugas untuk memantau jadwal, anggaran, dan
efektivitas strategi, mematuhi hukum yang berlaku, serta menjamin praktik
corporate governance telah dipatuhi dengan baik (Sulistyanto, 2008). Fauziyah

(2014) mengemukakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Sementara menurut Agustia
(2013), komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba.
H1c :

Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen
Laba

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah
perusahaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Dewan komisaris
bertugas untuk memonitor dan mengendalikan manajemen.

34
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba memiliki hasil
yang beragam. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris dalam sebuah
perusahaan akan mempermudah pengawasan atas manajemen laba. Tetapi hal itu
bertolak belakang dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007), ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
H1d :

Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Komite audit adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian dan
pengawasan untuk menciptakan keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan
responsibilitas. Faktor tersebut yang akan membuat laporan keuangan akan
menjadi lebih berkualitas (Sulistyanto, 2008). Menurut Putri (2011), ukuran
komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Tetapi menurut Agustia (2013), komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sementara menurut Nasution dan Setiawan (2007), ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
H1e :

Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam
penyusunan laporan keuangan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya
sendiri. Pihak manajemen akan menggunakan kebijakan akuntansi tertentu untuk
melakukan manajemen laba. Cornett et al. (2006) mengemukakan bahwa ada

35
Universitas Sumatera Utara

pengaruh antara corporate governance dengan penurunan discretionary accruals
yang digunakan sebagai pengukuran manajemen laba. Dan pengaruh discretionary
accruals tersebut berpengaruh positif dengan CFROA yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan.
H2 :

Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan
Isnanta (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap kinerja keuangan. Manajemen yang memiliki kepemilikan saham yang
besar cenderung melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan jangka
panjangnya. Saham yang diberikan pada manajemen sebagai intensif akan
memacu manajemen untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
H3a :

Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui
Manajemen Laba

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
Kepemilikan institusional biasanya memiliki hubungan positif dengan kinerja
keuangan seperti yang dikemukan oleh Yulianawati (2014). Dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sementara proporsi dewan
komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.

36
Universitas Sumatera Utara

H3b :

Kepemilikan Instirusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja
Keuangan
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak memiliki
hubungan dengan pihak lain yang akan membuatnya tidak bisa bersikap
independen. Menurut Fitriasari (2007), proporsi dewan komisaris independen
tidak dapat mengurangi tindak manajemen laba. Sejalan dengan itu Santoso
(2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif antara proporsi
komisaris independen dengan kinerja perusahaan khususnya dalam profitabilitas.
Semakin besar jumlah komisaris independen maka keputusan yang dibuat akan
lebih mengutamakan kepentingan perusahaan sehingga berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
H3c :

Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan
Dewan komisaris merupakan sebuah fungsi monitoring dari implikasi
kebijakan manajemen. Dewan komisaris memegang peranan dalam mengarahkan
strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa manajer
benar-benar meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Chtourou et al (2001)
mengungkapkan bahwa jumlah dewan yang semakin besar maka mekanisme

37
Universitas Sumatera Utara

monitoring manajemen perusahaan akan semakin membaik. Maka semakin besar
ukuran

dewan

komisaris

maka

akan

semakin

baik

kinerja

keuangan

perusahaannya.
H3d :

Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba

Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi
laporan

keuangan,

mengawasi

audit

eksternal,

dan

mengamati

sistem

pengendalian internal. Menurut Sam’ani (2008), ukuran komite audit memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Komite audit meningkatkan
integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui pengawasan atas pelaporan
keuangan, pengendalian internal, penggunaan prinsip akuntansi, proses audit.
H3e :

Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui
Manajemen Laba

38
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 39 98

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

1 8 113

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 6 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 1 13

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI).

0 0 15

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 12

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 4

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 2