Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014
Lampiran 1
DAFTAR SAMPEL No Kode Populasi Penelitian Kriteria
1
Kriteria
2 Keterangan
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk √ √ Sampel 1
2 ASRI Alam Sutera Reality Tbk √ √
3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √ √
4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk √ √
5 BEST Bekasi Fajar Industrial
Estate Tbk √ √ Sampel 2
6 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk - -
7 BIPP Bhuawanatala Indah Permai
Tbk √ √
8 BKDP Bukit Darmo Property Tbk √ √
9 BKSL Sentul City Tbk (Bukit
Sentul Tbk) √ √
10 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √ √
11 COWL Cowell Development Tbk √ √
12 CTRA Ciputra Development Tbk √ √ Sampel 3
13 CTRP Ciputra Property Tbk √ √
14 CTRS Ciputra Surya Tbk √ √
15 DART Duta Anggada Realty Tbk √ √
16 DILD Intiland Development Tbk √ √ Sampel 4
17 DMAS Puradelta Lestari Tbk - -
18 DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √
19 ELTY Bakrieland Development
Tbk √ -
20 EMDE Megapolitan Development
Tbk √ √
21 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk √ √
22 GAMA Gading Development Tbk √ √
23 GMTD Goa Makassar Tourism
Development Tbk √ √
24 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk √ √
25 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √ √
26 JRPT Jaya Real Property Tbk √ √
27 KIJA Kawasan Industri Jababeka
Tbk √ √
28 KPIG
MNC Land Tbk (Global Land and Development Tbk)
√ √ Sampel 5
29 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ -
(2)
(Laguna Cipta Griya Tbk)
31 LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √
32 LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √
33 MDLN Modernland Realty Tbk √ √
34 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk √ √ Sampel 6
35 MMLP Mega Manunggal Property
Tbk - -
36 MTLA Metropolitan Land Tbk √ √ Sampel 7
37 MTSM Metro Realty Tbk √ √
38 NIRO Nirvana Development Tbk √ √
39 OMRE Indonesia Prima Property
Tbk √ √
40 PPRO PP Properti Tbk - -
41 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk √ √
42 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk √ √ Sampel 8
43 PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ Sampel 9
44 RBMS Ristia Bintang Mahkota
Sejati Tbk √ √
45 RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ Sampel 10
46 RODA Pikko Land Development
Tbk √ √
47 SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ √
48 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk √ √
49 SMRA Summarecon Agung Tbk √ √ Sampel 11
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Afnan, Akhmad. 2014. “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi
Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan dengan Manajemen
Laba sebagai Variabel Intervening”, Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.
Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No.1, h. 27-42, Surabaya.
Anderson, Ronald C., Mansi, Sattar A., dan Reeb, David M. 2004. ”Board
Characteristics, Accounting Report Integrity, and The Cost Of Debt”. Journal of Accounting and Economics (JAE), Vol.37, N0.3.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2004. Studi Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 Dalam Peraturan BAPEPAM Mengenai Corporate Governance, www.google.com
Boediono. 2005. Ekonomi Mikro, BPFE UGM, Yogyakarta.
Chtourou, et al. (2001). ”Corporate Governance and Earning Management”, http://www.ssrn.com.
Cornett, M., M.J. Marcuss., Saunders., dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance and True Financial Performance,
http://papers.ssrn.com
Darmawati, D., Komsiyah. 2003. “Hubungan Corporate Governance Kinerja Perusahaan: Suatu Studi Empiris”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 5 No.1, 47-68.
Elqorni, Ahmad. 2009. Mengenal Teori Keagenan. Elqorni’s Webblog, www.wordpress.com
Fauziyah, Nuriyatun. 2014. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil” Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
(4)
Fitriasari, Debby. 2007. “Pengaruh Aktivitas dan Financial Literacy Komite Audit terhadap Jenis Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, Makassar.
Gideon SB Boediono. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.” Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, Solo.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gumanti, Tatang Ary. 2000. “Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2, h. 104–115.
___________________. 2009. “Teori Sinyal dalam Manajemen Keuangan”, Majalah Usahawan Indonesia.
Husnan, Suad. 2000. “Corporate Governance di Indonesia: Pengamatan terhadap Sektor Corporate dan Keuangan”. Skripsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. Metode Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1, BPFE, Yogjakarta.
Isnanta, Rudi. 2008. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, http://rac.uii.ac.id Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, h. 305-360.
Juliandi, Azuar dan Irfan. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Citapustaka Media Perintis, Bandung.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance, http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm
Kusuma, Destia. 2013. “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility
(5)
sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Mulyadi. 2003. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan”, Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar.
Putra, Surya Andhika. 2013. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja
Perusahaan serta Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan”, Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.
Putri, Destika Maharani. 2011. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap
Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Santoso, Rudi Tri. 2012. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja
Bank Merger di Indonesia (Tahun 1998-2010)”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Scott, William R. 2003. “Financial Accounting Theory”, Edisi Enam, Person Prentice Hall, Kanada.
Setiawati, L. dan Naim. 2000. “Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, h. 424-441
Siallagan, H. dan Mas’ud Mahfoedz. 2006. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi IX, IAI, Padang.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan, USU Digital Library, www.google.com
(6)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Sulistyani, Sri dan Haris Wibisono. 2003. “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan Di Indonesia?”, Jurnal Widya Warta, No.2, ISSN: 0854-1981.
Sulistyanto, Sri H. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, Grasindo, Jakarta.
Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jilid Pertama, Edisi Keenam, Erlangga , Jakarta.
Surya, I. dan Yustivandana, I. 2008. Penerapan Good Corporate Governance, Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha,
Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
Ujiantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wahyuni, Dinda Dwi. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. Analisis Regresi dengan Menggunakan Aplikasi Komputer Statistik SPSS, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yulianawati, Ika. 2014. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage
terhadap Kinerja Keuangan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
(7)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Asosiatif kausal adalah
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lain (Umar,2003). Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Jadi dalam penelitian ini terdapat variabel independen (yang mempengaruhi) dan
dependen (dipengaruhi) serta variabel intervening (mediator).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan
real estate yang periodenya dari tahun 2012-2014. Data yang digunakan
bersumber dari data yang ada di situs resmi Bursa Efek Indonesia. Data yang
diambil merupakan data kuantitatif atau data dalam bentuk angka.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan real estate di Indonesia yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 yang diperoleh dari
internet dengan mengunduh laporan tahunan tahunan perusahaan tersebut pada
situs resmi www.idx.co.id maupun dari situs resmi perusahaan tersebut. Hal ini
dilakukan karena Bursa Efek Indonesia terdapat laporan tahunan yang benar.
Jadwal penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang tertera pada tabel
(8)
Tabel 3.1 Waktu Penelitian Tahapan Penelitian Sept 2015 Okt 2015 Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Feb 2016 Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Akhir Sidang
Sumber : Hasil olahan peneliti 2016
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan-batasan yaitu :
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari perusahaan
real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun
(9)
2. Penelitian ini menggunakan mekanisme corporate governance sebagai
variabel independennya. Variabel-variabel tersebut adalah : kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Indriantoro, populasi adalah sekelompok orang, atau kejadian atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua perusahaan real estate di Indonesia yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia tahun 2012 sampai 2014.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, dan bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan sehingga dapat mewakili
populasinya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan
sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Perusahaan dari sub sektor real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan tahunan pada tahun
2012-2014.
2. Laporan keuangan tahunan tersebut memiliki kelengkapan data yang
(10)
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 perusahaan real estate.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan seperti diatas maka diperoleh sampel
sebanyak 11 perusahaan real estate.
Penelitan yang dilakukan menggunakan data selama tiga tahun yaitu dari
2012 sampai 2014 maka jumlah data keseluruhan menjadi 33 data. Tabel daftar
populasi dan sampel dalam penelitian ini akan disajikan dalam lembar lampiran.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data diperoleh tidak
langsung dari objeknya, tetapi dari sumber lain melalui tulisan berupa
jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Kemudian mengunduh laporan keuangan tahunan
perusahaan real estate tersebut di situs Bursa Efek Indonesia maupun situs
perusahaan masing-masing.
Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data yang
diperlukan lebih mudah untuk dicari serta menghemat waktu serta biaya. Sumber
data yang digunakan berasal dari situs resmi Bursa Efek Indonesia dan juga dari
situs resmi perusahaan real estate tersebut.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder dengan metode dokumen.
Sugiyono (2008), menjelaskan bahwa dokumen adalah catatan dari peristiwa
yang sudah berlalu. Data ini diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya tetapi
(11)
resmi Bursa Efek Indonesia dan situs resmi perusahaan masing-masing. Data
tersebut kemudian dibaca, diteliti, serta dipelajari dan hasilnya dijadikan bahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel berisi tentang variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
3.7.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang
dipengaruhi oleh keberadaan variabel independen atau variabel bebas
(Sugiyono,2008). Besarnya perubahan variabel dependen ini bergantung
pada besaran variabel independen. Variabel independen akan mengubah
besaran variabel dependen sebesar besaran perubahan variabel independen
itu sendiri.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan.
Kinerja keuangan sebuah perusahaan merupakan cerminan keberhasilan
perusahaan dalam mendapatkan laba dalam sebuah periode tertentu.
3.7.1.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan mencerminkan kinerja fundamental
(12)
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan adalah ukuran prestasi yang
dicapai dan menunjukkan keberhasilan manajer dalam menjalankan
perusahaan.
Tujuan manajemen meningkatkan kinerja perusahaan adalah
untuk meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi pada
perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan akan diukur
dengan menggunakan CFROA (Cash Flow Return On Asset). Untuk
menilai kinerja perusahaan akan menggunakan laporan arus kas.
CFROA dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Dimana :
CFROA = Cash Flow Return On Assets
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak
Dep = Depresiasi
Assets = Total asset
3.7.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme
corporate governance. Mekanisme corporate governance terdiri dari
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
(13)
audit sebagai salah satu variabel yang pengawasan dari mekanisme
corporate governance.
3.7.2.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan
saham oleh pihak manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan
manajerial mencerminkan kekuasaan manajemen di dalam
perusahaan (Boediono, 2005).
Dimana :
KM = Kepemilikan manajerial
SM = Jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen
SB = Jumlah saham beredar
3.7.2.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan
hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya
(Boediono, 2005).
(14)
Dimana :
KI = Kepemilikan institusional
SI = Jumlah saham yang dimiliki institusional
SB = Jumlah saham beredar
3.7.2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan semua hubungan bisnis
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap
independen (Ujiantho dan Pramuka, 2007).
Dimana :
PDKI = Proporsi dewan komisaris independen
DK Luar = Jumlah dewan komisaris dari luar perusahaan
UDK = Ukuran dewan komisaris
3.7.2.4 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan
komisaris dalam sebuah perusahaan baik yang berasal dari internal
(15)
3.7.2.5 Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit adalah jumlah anggota komite audit
yang ada di perusahaan. Ukuran komite audit diatur dalam surat
edaran ketua Bapepam yang menyatakan bahwa ukuran komite audit
adalah sekurang-kurangnya 3 orang.
3.7.3 Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel antara, yang memediasi
hubungan kausal variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
analisis dari variabel intervening akan menggambarkan keberadaan suatu
variabel untuk melihat apakah variabel tersebut memediasi hubungan kausal
antar variabel dependen dan variabel independen (Yudiaatmaja, 2013).
Variabel intervening pada penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan analisis jalur.
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen memunculkan
sebuah konflik dalam teori keagenan. Konflik keagenan ini akan membuat
agen atau manajemen akan melaporkan laba secara oportunis demi
kepentingan pribadinya.
Perilaku manajemen ini akan membuat pengawasan didalam
perusahaan melemah. Dengan adanya mekanisme corporate governance,
perusahaan dibantu untuk mengatur dan mengendalikan pengawasan
(16)
3.7.3.1 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk mendapatkan keuntungan pribadi (Schipper dalam
Gumanti, 2000). Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer akan
menggunakan faktor fundamental perusahaan yaitu dengan intervensi
pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual.
Padahal sebenarnya fundamental perusahaan tersbut akan digunakan
oleh investor untuk menilai perusahaan di masa yang akan datang.
Manajemen laba yang dilakukan manajer akan mempengaruhi
kinerja keuangan saham.
Selain dengan melihat nilai discretionary accruals,
manajemen laba juga dilihat dari akun-akun dalam laporan
keuangan. Pertama adalah dengan melihat total akrual perusahaan
dalam suatu periode. Total akrual adalah selisih antara laba bersih
dan arus kas operasi bersih. Jika nilai akrualnya negatif maka ada
kemungkinan terjadinya manajemen laba dengan menurunkan laba.
Kedua adalah dengan melihat metode akuntansi dan penerapan
metode akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan. Manajer
akan memilih metode akuntansi yang dapat mengubah nilai laporan
keuangan yang akan menguntungkannya. Misalnya manajer akan
menggunakan metode garis lurus dalam mendepresiasi aktiva tetap
(17)
metode pengakuan harga pokok persediaan dengan metode average
yang akan membuat harga pokok relatif sama dalam beberapa
periode.
Menurut Gumanti (2000), model modified jones ini
mempunyai potensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk
menaikkan atau menurunkan laba, karena cara-cara tersebut kurang
mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak luar.
Manajemen laba yang diproksikan dengan model Modified Jones
tersebut dituliskan sebagai berikut :
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi
OLS sebagai berikut :
Dengan koefisien diatas maka nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
(
) (
) ( )
2.
Maka discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
(18)
Dimana :
DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t
NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
∆Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t PPEt : Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
e : error
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Variabel Pengukuran Skala
1 Kinerja Keuangan
pengukuran yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio
2 Manajemen
Laba
tindakan yang dilakukan manajemen dalam proses pelaporan
keuangan eksternal yang bertujuan untuk
menguntungkan pihak manajemen sendiri.
(19)
3 Kepemilikan Manajerial
persentase kekuasaan atau kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan.
Rasio
4 Kepemilikan Institusional
kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti
asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking.
Rasio
5 Proporsi Dewan Komisaris Independen
anggota dewan komisaris yang tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan pihak lain yang dapat
mempengaruhi
kemampuannya untuk bersikap independen.
Rasio
6 Ukuran
Dewan Komisaris
jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan. jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan Nominal
7 Ukuran
Komite Audit
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan.
jumlah anggota komite audit yang ada di perusahaan
Nominal
Sumber : Hasil olahan peneliti 2016
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dan regresi sederhana
dengan menganalisis hasil penelitian menggunakan data sekunder yang bersumber
dari situs Bank Indonesia. Hasil dari penelusuran data tersebut akan mendapatkan
gambaran tentang hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
(20)
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat
kesimpulan secara umum (Sugiyono, 2008)
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang
dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai
maksimum. Pengujian dengan statistik deskriptif ini dilakukan untuk
mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model yang
digunakan dalam regresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan
representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas,
heterokedastisitas, dan multikolinearitas.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
(21)
penelitian ini menggunakan kolmogorov-smirnov, grafik histogram,
dan grafik normal probability plot.
3.8.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regrasi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedasitisitas.
Pengujian untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah
dengan melihat grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel
dependen ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila pada grafik
scatterplot titik menyebar di atas atau di bawah nilai nol pada sumbu
Y maka model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
Jika terdapat pola tertentu yang teratur, seperti bergelombang,
melebar kemudian menyempit maka menunjukkan terjadinya
heterokedastisitas (Ghozali, 2006).
3.8.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan korelasi antar variabel independennya. Model
(22)
independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel-variabel
independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen
sama dengan nol (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya
lebih dari 95%, Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2006).
3.8.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model
regresi mempunyai korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode
sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun
sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006).
Dalam penelitian ini digunakan uji autokorelasi dengan
menggunakan run test. Apabila nilai persamaan pada tabel < 0,05
maka persamaan regresi dikatakan terjadi autokorelasi. Tapi bila
nilai persamaan tabelnya > 0,05 persamaan tersebut terbebas dari
(23)
3.8.3 Analisis Jalur
Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi
berganda. Analisis jalur digunakan dalam penelitian yang tidak hanya
menggunakan variabel dependen dan variabel independen tapi juga variabel
intervening yang menjadi mediator atau penghubung.
Analisis jalur digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antar
variabel dengan tujuan mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung dari variabel dependen dan variabel independen.
Hal yang membedakan regresi biasa dengan regresi dalam analisis
jalur adalah adanya persamaan regresi yang lebih dari satu kali. Maka sesuai
dengan gambar kerangka konseptual yang telah dipaparkan sebelumnya
berikut adalah model persamaan regresi untuk persamaan analisis jalur
dalam penelitian ini :
3.8.4 Uji Hipotesis
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Bila R2 semakin tinggi maka garis regresi sampel semakin baik juga.
(24)
perubahan dari variabel independen. Jika R2 mendekati satu maka
variabel independen mampu menjelaskan perubahan dari variabel
dependen, tapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak
mampu menjelaskan variabel dependen.
3.8.4.2 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel-variabel independen secara individu (parsial) terhadap
variabel dependen. Apabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka Ho
diterima. Sedangkan apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka
Ho ditolak. Untuk menghitung t-hitung menggunakan rumus sebagai
berikut, (Supranto,2000) :
Dimana :
t = t-hitung yang diperoleh
b = bobot regresi
sb = standar deviasi dari variabel bebas
Bila :
a. Ho = b1 - b2 - b3 - b4 = 0
Artinya tidak ada pengaruh secara parsial dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
(25)
Artinya ada pengaruh secara parsial dari variabel independen
(26)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Berdasarkan metode purposive sampling dan kriteria-kriteria pengambilan
sampel yang diterapkan pada perusahaan real estate yang terdaftar di BEI pada
tahun 2012 sampai 2014 telah terpilih 11 perusahaan sampel yang mewakili 50
perusahaan populasi. Kesebelah perusahaan sampel tersebut mewakili 3 tahun
berturut-turut sehingga data amatannya menjadi 33 data.
Data tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis dan menguji
hipotesis. Identifikasi kinerja perusahaan pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan nilai CFROA yang merupakan perbandingan antara EBIT ditambah
depresiasi dengan total aset.
4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi relevan
yang terkandung dalam data hasil olahan dan kemudian hasil olahan tersebut
dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini digunakan
analisis regresi linier berganda dan analisis jalur. Sebelum dilakukannya
pengujian regresi untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap uji asumsi
klasik. Hasil uji yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar uji asumsi
(27)
apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan atau
tidak.
4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) dari
masing-masing variabel yang diteliti (Ghozali, 2006). Variabel-variabel
yang digunakan meliputi kinerja keuangan, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, ukuran komite audit, dan manajemen laba. Dari hasil
pengujian statistik deskriptif dari variabel-variabel tersebut maka
diperolehlah hasil sesuai dengan tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manjemen.Laba 33 -,0581 ,5652 ,137042 ,1370094
Kepemilikan.Manejerial 33 ,00 7,35 1,1814 1,86828
Kepemilikan.Institusional 33 37,64 88,89 62,1882 17,64350
Komisaris.Independen 33 ,00 7,00 1,9394 1,80172
Dewan.Komisaris 33 2,00 22,00 5,6364 5,40728
Komite.Audit 33 ,00 4,00 2,8485 ,97215
Kinerja Keuangan 33 ,07 1,65 ,2573 ,29278
Valid N (listwise) 33
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai manajemen laba adalah antara
(28)
standar deviasi sebesar 0,1370094. Nilai negatif berarti diduga perusahaan
melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba dan nilai positif
berarti perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba.
Agar analisis tidak bias maka untuk mencari pengaruh terhadap manajemen
laba, maka nilai DA tersebut harus diabsolutkan. Nilai kepemilikan
manajerial antara 0,00 sampai dengan 7,35 dengan rata-rata sebesar 1.1814
dan standar deviasi sebesar 1,86828. Sedangkan kepemilikan institusional
berkisar antara 37,64 sampai dengan 88,89 dengan rata-rata sebesar 62,1882
dan standar deviasi sebesar 17,64350. Proporsi dewan komisaris independen
adalah antara 0,00 sampai dengan 7,00 dengan rata-rata sebesar 1,9394 dan
standar deviasi sebesar 1,80172. Ukuran dewan komisaris berkisar antara
2,00 sampai dengan 22,00 dengan rata-rata jumlah dewan komisaris
sebanyak 5,6364 orang dengan standar deviasi sebesar 5,40728. Nilai jumlah
komite audit adalah antara 0,00 sampai dengan 4,00 orang dengan rata-rata
sebanyak 2,8485 dan standar deviasi sebesar 0,97215. Kinerja keuangan
mempunyai nilai antara 0,07 sampai dengan 1,65 dengan rata-rata sebesar
0,2573 dan standar deviasi sebesar 0,29278. Rata-rata perusahaan
mempunyai kinerja keuangan sebesar 25,73%.
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap variabel dependen dan variabel independen. Analisis regresi harus
(29)
dahulu data harus memenuhi keempat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut :
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
telah terdistribusi secara normal atau tidak (Ghozali, 2006). Suatu
model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal.
Uji normalitas yang dipergunakan adalah dengan melihat
tabel kolmogorov-smirnov, histogram, dan normal probability plot.
Tabel kolmogorov-smirnov harus memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 agar dapat dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi
secara normal. Sedangkan pada histogram, bentuk grafik histogram
harus berbentuk lonceng agar dapat dikatakan terdistribusi normal.
Pada tabel p-p plot yang dibandingkan adalah distribusi kumulatif
dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2006). Hasil pengujian ini dapat dilihat pada
(30)
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 28
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,23552088
Most Extreme Differences Absolute ,230
Positive ,230
Negative -,139
Kolmogorov-Smirnov Z 1,218
Asymp. Sig. (2-tailed) ,103
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini tidak terkena problem normalitas.
Gambar 4.1 Histogram
(31)
Pada gambar histogram sebelumnya dapat kita lihat bahwa
histogram membentuk lonceng. Maka dari itu dipastikan bahwa data
pada penelitian ini terdistribusi secara normal.
Gambar 4.2 P-P Plot
Gambar menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 45 derajat dengan garis mendatar. Interpretasinya
adalah bahwa nilai residual pada kedua model telah terdistribusi
secara normal.
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
(32)
tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka terjadi heterokedastisitas. Adapun hasil
uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 4.3 Scatterplot
Tampak pada gambar bahwa model persamaan diatas tidak
mempunyai gangguan heteroskedastisitas karena tidak ada pola
tertentu pada grafik. Titik-titik pada grafik relatif menyebar baik di
(33)
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF di bawah 10 atau
tolerance di atas 0,1. Hail uji multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
kepemilikan.menejerial ,789 1,268
kepemilikan.institusional ,702 1,424
komisaris.independen ,125 7,993
dewan.komisaris ,118 8,456
komite.audit ,617 1,621
LN_DA ,556 1,799
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Tabel di atas memberikan semua nilai VIF di bawah 10 atau
nilai Tolerance di atas 0,1 maka tidak terdapat gejala
(34)
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah
model regresi linear memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika korelasi terjadi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi (Ghozali, 2006).
Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan
dengan menggunakan metode run test untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Apabila nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) < 0,05 maka persamaan regresi dikatakan terkena problem
autokorelasi.Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00704
Cases < Test Value 14 Cases >= Test Value 14
Total Cases 28
Number of Runs 19
Z 1,348
Asymp. Sig. (2-tailed) ,178
a. Median
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Pada tabel diatas ditunjukkkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >
0,05 maka persamaan regresi dikatakan tidak terkena problem
(35)
4.2.3 Analisis Jalur
Analisis jalur digunakan dalam penelitian yang tidak hanya
menggunakan variabel dependen dan variabel independen tapi juga variabel
intervening yang menjadi variabel mediator atau penghubung.
Dalam penelitian ini analisis jalur digunakan untuk melihat apakah
terdapat pengaruh antara corporate governance terhadap manajemen laba
dan apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Dengan demikian terdapat dua model persamaan dalam penelitian ini yaitu:
Model 1
ML = P1 kepemilikan.manajerial + P2 kepemilikan.institusional + P3
komisaris.independen+ P4 dewan.komisaris+ P5 komite audit +
Tabel 4.5
Analisis Jalur Model 1 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -1,969 ,943 -2,087 ,049
kepemilikan.menejerial ,174 ,081 ,371 2,147 ,043
kepemilikan.institusional ,016 ,011 ,305 1,429 ,167
komisaris.independen ,763 ,532 1,598 1,435 ,165
dewan.komisaris -,208 ,168 -1,312 -1,239 ,228
komite.audit -,592 ,231 -,676 -2,557 ,018
a. Dependent Variable: LN_DA
(36)
Model 2
Kinerja = P6 kepemilikan.manajerial + P7 kepemilikan.institusional + P8
komisaris.independen + P9 dewan.komisaris+ P10 komite audit + P11
manajemen.laba +
Tabel 4.6
Analisis Jalur Model 2
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Dari tabel diatas maka dapat dapat kita ketahui jumlah koefisien jalur atau
koefisien path (p1,p2,p3,p4,p5,p6,p7,p8,p9,p10,p11) pada model persamaan
dalam penelitian ini. Koefisien jalur tersebut dapat dilihat pada diagram
analisis jalur berikut ini :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) ,744 ,339 2,197 ,037
kepemilikan.menejerial ,015 ,027 ,093 ,546 ,590
kepemilikan.institusional ,000 ,003 -,021 -,120 ,906
komisaris.independen ,058 ,211 ,118 ,277 ,784
dewan.komisaris ,089 ,215 ,182 ,416 ,681
komite.audit -,511 ,163 -,602 -3,138 ,004
LN_DA ,048 ,052 ,188 ,928 ,362
(37)
Gambar 4.4 Diagram Analisis Jalur
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis
4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Hasil uji determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kepemilikan Manajerial
(X1)
Kepemilikan Institusional
(X2)
Ukuran Dewan Komisaris
(X4)
Ukuran Komite Audit
(X5)
Proporsi Dewan Komisaris Independen
(X3)
Manajemen Laba
(Y1)
Kinerja Keuangan
(Y2) 0,188 -0,602 0,182 0,118 -0,021 0,093 0,371 0,305 1,598 -1,312 -0,676
(38)
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2 Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 ,658
a
,433 ,303 ,24449 1,808
a. Predictors: (Constant), LN_DA, komisaris.independen, kepemilikan.menejerial, kepemilikan.institusional, komite.audit, dewan.komisaris
b. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Hasil uji koefisien determinasi pada tabel diatas
menunjukkan nilai R sebesar 0,632 pada model 1 dan R Square
sebesar 0,399. Tampak bahwa kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan varians variabel dependen adalah relatif rendah
yaitu hanya sebesar 39,9% pada model 1. Masih terdapat 60,1%
varians variabel dependen yang belum mampu dijelaskan oleh
variabel independen dalam model 1. Sedangkan pada model 2 nilai R
adalah sebesar 0,658 dengan kemampuan variabel independen dan
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 ,632
a ,399 ,262 ,79450 1,693
a. Predictors: (Constant), komite.audit, kepemilikan.menejerial, kepemilikan.institusional, dewan.komisaris, komisaris.independen
(39)
variabel manajemen laba dalam menjelaskan kinerja keuangan
adalah sebesar 43,3%.
4.2.4.2 Uji t
Dari hasil pengujian asumsi klasik maka diperoleh hasil
bahwa model regresi yang digunakan telah memenuhi asumsi
normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaan
regresi secara parsial terhadap masing-masing variabel independen
dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila nilai probabilitas
<0,05 maka koefisien regresi signifikan dan hipotesis tersebut
diterima. Sedangkan apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka
koefisien regresi tidak signifikan dan hipotesis tersebut ditolak. Hasil
pengujian model regresi secara parsial diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.9 Uji t Model 1
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1(Constant) -1,969 ,943 -2,087 ,049
kepemilikan.menejerial ,174 ,081 ,371 2,147 ,043
kepemilikan.institusional ,016 ,011 ,305 1,429 ,167
komisaris.independen ,763 ,532 1,598 1,435 ,165
dewan.komisaris -,208 ,168 -1,312 -1,239 ,228
komite.audit -,592 ,231 -,676 -2,557 ,018
a. Dependent Variable: LN_DA
(40)
Dari tabel diatas kita dapat melihat uji t atau uji parsial yang
dilakukan pada variabel mekanisme corporate governance yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan
terhadap variabel manajemen laba dengan penjelasan analisis sebagai
berikut :
1. Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,043
< 0,05 dengan t hitung sebesar 2,147. Dengan demikian H1a dapat
diterima.
2. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi 0,167
> 0,05 dengan t hitung sebesar 1,429. Dengan demikian H1b
dapat ditolak.
3. Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki
nilai signifikansi 0,165 > 0,05 dengan t hitung sebesar 1,435.
(41)
4. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi
0,228 > 0,05 dengan t hitung sebesar -1,239. Dengan demikian
maka H1d dapat ditolak.
5. Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa ukuran komite audit memiliki nilai signifikansi
0,018 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,557. Dengan demikian
H1e dapat diterima.
Berikut adalah uji hipotesis pada model 2 dalam penelitian ini:
Tabel 4.10 Uji t Model 2
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,744 ,339 2,197 ,037
kepemilikan.menejerial ,015 ,027 ,093 ,546 ,590
kepemilikan.institusional ,000 ,003 -,021 -,120 ,906
komisaris.independen ,058 ,211 ,118 ,277 ,784
dewan.komisaris ,089 ,215 ,182 ,416 ,681
komite.audit -,511 ,163 -,602 -3,138 ,004
LN_DA ,048 ,052 ,188 ,928 ,362
a. Dependent Variable: kinerja
(42)
Dari tabel diatas kita dapat melihat uji t atau uji parsial yang
dilakukan pada variabel mekanisme corporate governance yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan dengan penjelasan
analisis sebagai berikut :
1. Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa manajemen laba memiliki nilai signifikansi 0,362 >
0,05 dengan t hitung sebesar 0,928. Dengan demikian H2 dapat
ditolak.
2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi
0,590 > 0,05. Dengan demikian H3a dapat ditolak.
3. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa kepemilikan institusional memiliki nilai
signifikansi 0,906 > 0,05. Dengan demikian H3b dapat ditolak.
4. Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
(43)
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki
nilai signifikansi 0,784 > 0,05. Dengan demikian H3c dapat
ditolak.
5. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi
0,681 > 0,05. Dengan demikian H3d dapat ditolak.
6. Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa ukuran komite audit memiliki nilai signifikansi
0,004 < 0,05. Dengan demikian H3e dapat diterima.
4.3 Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung
4.3.1 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total :
Pengaruh langsung Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Kepemilikan
(44)
Manajerial terhadap Kinerja Keuangan yakni p6 sebesar
0,093.
Pengaruh tidak langsung Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Kepemilikan Manajerial
terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur Manajemen
Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p1 × p11 = 0,371 ×
0,188 = 0,070
Pengaruh total Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh tidak
langsung = 0,093 + 0,070 = 0,163
2. Hipotesis : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p1 × p11 > p6) maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p1 × p11 < p6) maka variabel Manajemen Laba
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
(45)
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung <
pengaruh langsung (p1 × p11 < p6) yakni 0,070 < 0,093, maka
Kepemilikan Manajerial berpengaruh langsung terhadap Kinerja
Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening antara
Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan.
4.3.2 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total :
Pengaruh langsung Kepemilikan Institusional ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Kepemilikan
Institusional terhadap Kinerja Keuangan yakni p7 sebesar
-0,021.
Pengaruh tidak langsung Kepemilikan Institusional ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Kepemilikan
Institusional terhadap Manajemen Laba dengan koefisien
jalur Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p2 ×
p11 = 0,305 × 0,188 = 0,057
Pengaruh total Kepemilikan Institusional ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh
(46)
2. Hipotesis : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p2 × p11 > p7) maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p2 × p11 < p7) maka variabel Manajemen Laba
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung >
pengaruh langsung (p2 × p11 > p7) yakni 0,036 > -0,021. Maka
Kepemilikan Institusional berpengaruh tidak langsung terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. Manajemen Laba
merupakan variabel intervening antara Kepemilikan Institusional
dan Kinerja Keuangan.
4.3.3 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
(47)
Pengaruh langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur
Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja
Keuangan yakni p8 sebesar 0,118.
Pengaruh tidak langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
dapat dilihat dari perkalian antara nilai koefisien jalur
Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen
Laba dengan koefisien jalur Manajemen Laba terhadap
Kinerja Keuangan yakni p3 × p11 = 1,598 × 0,188 = 0.3
Pengaruh total Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung +
pengaruh tidak langsung = 0,118 + 0,3 = 0,418
2. Hipotesis : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p3 × p11 > p8) maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p3 × p11 < p8) maka variabel Manajemen Laba
(48)
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung >
pengaruh langsung (p3 × p11 > p8) yakni 0,3 > 0,118. Maka
Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh tidak
langsung terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
Manajemen Laba merupakan variabel intervening antara Proporsi
Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja Keuangan.
4.3.4 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total :
Pengaruh langsung Ukuran Dewan Komisaris ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Ukuran
Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan yakni p9
sebesar 0,182.
Pengaruh tidak langsung Ukuran Dewan Komisaris ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Ukuran Dewan
Komisaris terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur
Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p4 × p11
(49)
Pengaruh total Ukuran Dewan Komisaris ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh
tidak langsung = 0,182 + (-0,247) = -0,065
2. Hipotesis : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p4 × p11 > p9) maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p4 × p11 < p9) maka variabel Manajemen Laba
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung <
pengaruh langsung (p4 × p11 < p9) yakni -0,247 < 0,182. Maka
Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening
antara Ukuran Dewan Komisaris dengan Kinerja Keuangan.
4.3.5 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
(50)
Pengaruh langsung Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Ukuran
Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan yakni p10 sebesar
-0,602.
Pengaruh tidak langsung Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Ukuran Komite Audit
terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur Manajemen
Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p5 × p11 = -0,676 ×
0,188 = -0,127
Pengaruh total Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh tidak
langsung = -0,602 + (-0,127) = -0,729
2. Hipotesis : Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p5 × p11 > p10) maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p5 × p11 < p10) maka variabel Manajemen Laba
(51)
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung <
pengaruh langsung (p5 × p11 < p10) yakni -0,127 < -0,602.
Maka Ukuran Komite Audit berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening
antara Ukuran Komite Audit dengan Kinerja Keuangan.
4.4 Pembahasan
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari kelima
komponen corporate governance yang digunakan hanya dua variabel yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kedua variabel
tersebut adalah kepemilikan manajerial dan ukuran komite audit.
Indikator corporate governance yang lain yaitu proporsi dewan komisaris
independen, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan institusional tidak
signifikan dalam mempengaruhi manajemen laba. Lebih lanjut, manajemen laba
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.
Dari hasil uji analisis jalur juga telah menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Berarti manajemen laba
berhasil menjadi variabel intervening pada hubungan antara kedua variabel
tersebut terhadap kinerja keuangan.
Kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit
(52)
manajemen laba tidak berhasil menjadi variabel intervening pada hubungan
variabel tersebut.
4.4.1 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap variabel manajemen laba yang
dilihat dari tingkat signifikansi 0,043 < 0,05. Karena pengaruh tersebut
berpengaruh positif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel kepemilikan
manajerial akan meningkatkan manajemen laba sebesar 0,174.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fauziyah (2014) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Manajer yang memiliki saham mempunyai tujuan pribadi yaitu
menginginkan adanya return yang besar atas saham yang dimilikinya.
Dengan demikian manajer cenderung akan melakukan manajemen laba demi
kepentingannya tersebut (Gumanti, 2009).
4.4.2 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusional secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel
manajemen laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,167 > 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
(53)
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dan juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ujiantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pandangan atau konsep yang
menyatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih fokus pada
current earnings. Maka akibatnya manajer cenderung akan melakukan
manajemen laba untuk memenuhi keinginan pemilik institusional tersebut.
Cornett et al., (2006) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional akan
membuat para manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba yang
diinginkan para investor, sehingga mereka akan cenderung melakukan
manipulasi laba.
4.4.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan
komisaris independen secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel
manajemen laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,165 > 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Agustia (2013) yang menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penempatan atau penambahan dewan komisaris independen
(54)
saham mayoritas akan memegang kendali penuh dalam mengambil
keputusan sehingga peranan dewan komisaris independen tidak berjalan
dengan baik (Gideon, 2005).
Kondisi ini juga ditegaskan dalam hasil survey Asian Development
Bank yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan
pemilik saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen.
Fungsi pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh dewan komisaris
independen menjadi tidak efektif.
4.4.4 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan
komisaris secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel manajemen
laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,228 > 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Agustia (2013) yang menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ujiantho dan Pramuka (2007)
juga menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris tidak
berpengaruh dalam keefektifan pengawasan dalam perusahaan. Keefektifan
pengawasan sebenarnya tergantung pada komunikasi, koordinasi, dan
(55)
4.4.5 Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit
berpengaruh negatif terhadap variabel manajemen laba yang dilihat dari
tingkat signifikansi 0,018 < 0,05. Karena pengaruh tersebut berpengaruh
negatif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel komite audit akan
menurunkan manajemen laba sebesar 0,592. Hasil dari penelitian ini sama
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) yang
menyimpulkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
Keberadaan komite audit akan meningkatkan pengawasan terhadap
pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit dapat
memperkecil kemungkinan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer
(Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi ukuran komite audit maka akan semakin
rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba.
4.4.6 Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel manajemen laba
berpengaruh positif terhadap variabel kinerja keuangan yang dilihat dari
tingkat signifikansi 0,031 < 0,05. Karena pengaruh tersebut berpengaruh
positif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel kepemilikan manajerial akan
(56)
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Gideon (2005). Laporan keuangan akan menunjukkan seberapa besar
kinerja keuangan perusahaan. Tujuan manajemen laba adalah mengatur
laporan keuangan agar sesuai dengan keinginan manajer. Dengan demikian,
semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan
semakin terlihat baik, maka keinginan manajer akan terpenuhi.
4.4.7 Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial berpengaruh langsung terhadap kinerja
keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p1
× p11 < p6) yakni 0,070 < 0,093. Manajemen laba bukan variabel
intervening antara kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan dengan kinerja keuangan (0,590 > 0,05). Hasil ini tidak
mendukung hasil penelitian dari Putra (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan.
4.4.8 Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Kepemilikan institusional berpengaruh tidak langsung terhadap
(57)
langsung (p2 × p11 > p7) yakni 0,036 > -0,021. Maka manajemen laba
merupakan variabel intervening antara kepemilikan institusional dan kinerja
keuangan.
Kepemilikan institusional cendurung mementingkan current
earnings. Para manajer selalu dituntut untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Maka dari itu manajer cenderung akan melakukan manajemen laba untuk
memenuhi keinginan para pemilik institusional tersebut Cornett et al.,
(2006).
4.4.9 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh tidak langsung
terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung >
pengaruh langsung (p3 × p11 > p8) yakni 0,3 > 0,118. Maka manajemen
laba merupakan variabel intervening antara proporsi dewan komisaris
independen dengan kinerja keuangan.
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Afnan
(2014), yang menyebutkan bahwa manajemen laba tidak memediasi proporsi
dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan.
4.4.10 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Ukuran dewan komisaris berpengaruh langsung terhadap kinerja
(58)
× p11 < p9) yakni -0,247 < 0,182. Maka manajemen laba bukan variabel
intervening antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan (0,681 > 0,05).
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Afnan
(2014), yang menyebutkan bahwa pada uji mediasi manajemen laba, dapat
disimpulkan bahwa manajemen laba memediasi hubungan ukuran dewan
komisaris terhadap kinerja keuangan.
4.4.11 Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Ukuran komite audit berpengaruh langsung terhadap kinerja
keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p5
× p11 < p10) yakni -0,127 < -0,602. Maka manajemen laba bukan variabel
intervening antara ukuran komite audit dengan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran komite audit signifikan terhadap kinerja
keuangan (0,004 < 0,05).
Ukuran komite audit terkait dengan fungsi pengawasan terhadap
manajemen. Penetapan jumlah komite audit menyiratkan bahwa ukuran
komite audit merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pengawasan
perusahaan. Anderson et al. (2004) menyimpulkan bahwa ukuran komite
(59)
pengendalian internal. Dengan demikian semakin besar ukuran komite audit
maka transparansi akuntansi diharapkan semakin besar.
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa komponen
corporate governance secara keseluruhan dari uji regresi belum dapat
menjadi alat untuk mencapai atau memaksimalkan kesejahteraan para
(60)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial signifikan dan berpengaruh positif terhadap
Manajemen Laba
2. Ukuran Komite Audit signifikan dan berpengaruh negatif terhadap
Manajemen Laba.
3. Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan
Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
4. Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan.
5. Kepemilikan Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
6. Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, dan Ukuran Komite
Audit berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan
5.2 Keterbatasan Penelitian
Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang nantinya dapat dijadikan
(61)
1. Objek penelitian ini hanya menggunaka perusahaan real estate sehingga hasil
penelitian belum dapat digeneralisasi. Dan periode penelitian hanya selama 3
tahun yaitu tahun 2012-2014.
2. Kurangnya data tentang corporate governance seperti kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, dan ukuran komite audit.
3. Indikator penelitian ini hanya menggunakan kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, ukuran komite audit, manajemen laba, dan kinerja
keuangan.
5.3 Saran
Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar kedepannya menambah objek
perusahaan yang akan diteliti agar hasil penelitiannya dapat digeneralisasi.
Disarankan juga untuk memperluas interval periode penelitian agar sampel yang
diperoleh lebih akurat dan indikator penelitian dapat diganti dengan yang lain atau
(62)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan adalah teori yang menggambarkan hubungan antara pihak
agen dan pihak prinsipal dengan membuat kontrak yang menyatakan bahwa
prinsipal akan menggunakan jasa agen untuk menjalankan perusahan dengan
memisahkan kepemilikan dan kontrol perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).
Masalah keagenan akan muncul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
dijalankan secara terpisah (Nasution dan Setiawan, 2007). Manajer diberikan
kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dengan nama pemilik. Dengan
kewenangan yang diberikan, manajer yang memiliki kepentingannya sendiri akan
cenderung mengabaikan kepentingan pemilik. Dan hal ini akan menjadi masalah
karena keinginan, motivasi, dan kepentingan yang tidak sama antara manajemen
dan pemilik.
Prinsipal yang menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan
secepat-cepatnya atas investasi yang telah dilakukan. Hal ini tercermin dari
kenaikan deviden dari tiap saham yang dimiliki. Sementara agen menginginkan
pemberian kompensasi yang sebesar-besarnya atas kinerja yang telah diberikan.
Prinsipal menilai kinerja agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba
yang kemudian dibagikan sesuai porsi sahamnya dalam bentuk deviden. Maka
(63)
maka agen dianggap berhasil dan layak mendapat insentif yang tinggi
(Elqorni,2009).
Sama halnya dengan agen harus memenuhi tuntutan dari prinsipal untuk
mendapatkan kompensasi yang tinggi. Dengan tingkat pengawasan yang rendah di
dalam perusahaan para agen dapat melakukan kecurangan-kecurangan prinsip
akuntansi.
Menurut Eisenhardt, manusia memiliki asumsi sifat dasar yaitu cenderung
menguntungkan dirinya sendiri, memiliki daya pikir yang tidak terbatas tentang
persepsi masa depan, serta selalu menghindari risiko (Ujiantho dan
Pramuka,2007). Bila ditarik kemungkinan dari asumsi sifat dasar manusia itu
maka manusia akan bertindak secara opportunistic.
Jensen dan Meckling (1976) mengelompokkan menjadi tiga masalah keagenan
(agency cost) yaitu :
1. The mornitoring expenditures by principal yaitu biaya pengawasan yang
dikeluarkan oleh prinsipal.
2. The bonding expenditures by agent yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
prinsipal kepada agen untuk pengawasan.
3. The residual loss yaitu kerugian akibat kurangnya kemakmuran prinsipal
karena perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.
Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya perbedaan informasi antara agen
dengan prinsipal. Perbedaan informasi atau asimetri informasi ini merupakan
(64)
tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang sementara pemegang
saham tidak mengetahui informasi internal tersebut.
Asimetri informasi yang terjadi antara agen dengan prinsipal ini akan memicu
agen untuk melakukan dysfunctional behavior. Asimetri informasi antara manajer
dan pemegang saham akan memberikan kesempatan bagi manajer untuk
mendahulukan kepentingannya sendiri.
2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah penentuan pengukuran yang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Ukuran penilaian kinerja
keuangan dalam sebuah perusahaan adalah laporan keuangannya. Informasi yang
dapat digunakan dapat diambil dari laporan keuangan seperti laporan laba rugi,
neraca, dan laporan arus kas.
Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data
yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sementara
Sucipto (2003) menjelaskan bahwa penilaian kinerja perusahaan dilakukan untuk
mencegah perilaku menyimpang dan merangsang dan menegakkan perilaku yang
seharusnya dilakukan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta
penghargaan.
Ada beberapa manfaat dari penilaian kinerja menurut Mulyadi (2003) yaitu :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
(65)
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan yang mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja
perusahaan di masa mendatang adalah laporan arus kas. Laporan arus kas
menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah
dikeluarkan oleh perusahaan. Cash Flow Return On Assets (CFROA) merupakan
salah satu pengukuran kinerja keuangan yang menunjukkan kemampuan aktiva
untuk menghasilkan laba operasi. CFROA adalah hasil dari kegiatan strategi
perusahaan dan pengaruh dari lingkungan. CFROA mengutamakan pengukuran
kinerja perusahaan saat ini tanpa terikat harga saham. CFROA dapat dihitung dari
laba sebelum pajak ditambah dengan depresiasi dibagi dengan total aktiva. Hasil
perhitungan dari CFROA ini merupakan fungsi yang dapat menjadi indikator
mekanisme corporate governance. CFROA akan menunjukkan keadaan kinerja
(1)
vi
3.7.1.1Kinerja Keuangan ... 43
3.7.2 Variabel Independen ... 44
3.7.2.1 Kepemilikan Manajerial ... 45
3.7.2.2 Kepemilikan Institusional ... 45
3.7.2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen 46 3.7.2.4 Ukuran Dewan Komisaris ... 46
3.7.2.5 Ukuran Komite Audit ... 47
3.7.3 Variabel Intervening ... 47
3.7.3.1 Manajemen Laba ... 48
3.8 Teknik Analisis Data ... 51
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 52
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
3.8.1.1Uji Normalitas ... 52
3.8.1.2Uji Heterokedastisitas ... 53
3.8.1.3Uji Multikolinearitas ... 53
3.8.1.4Uji Autokorelasi ... 54
3.8.3 Analisis Jalur ... 55
3.8.4 Uji Hipotesis ... 55
3.8.4.1Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55
3.8.4.2Uji t ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 58
4.2 Analisis Data ... 58
4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 59
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 60
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 61
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas ... 63
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas ... 65
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 66
4.2.3 Analisis Jalur ... 67
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 69
4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 69
4.2.4.2 Uji t ... 71
4.3 Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung ... 75
4.3.1 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba ... 75 4.3.2 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak
(2)
vii Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba ... 77 4.3.3 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Proporsi Dewan Komisaris
Independen terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba ... 78 4.3.4 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Ukuran Dewan Komisaris terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba ... 80 4.3.5 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen
Laba ... 81 4.4 Pembahasan ... 83
4.4.1 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen
Laba ... 84 4.4.2 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba ... 84 4.4.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap
Manajemen Laba ... 85 4.4.4 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen
Laba ... 86 4.4.5 Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen
Laba ... 87 4.4.6 Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan ... 87 4.4.7 Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba ... 88 4.4.8 Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba ... 88 4.4.9 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba ... 89 4.4.10 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba ... 89 4.4.11 Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 92 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 92 5.3 Saran ... 93
(3)
viii DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN ... 98
(4)
ix DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate 2012-2014 2
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 27
3.1 Waktu Penelitian ... 40
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 50
4.1 Statistik Desktiptif ... 59
4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 62
4.3 Uji Multikolinearitas ... 65
4.4 Uji Autokorelasi ... 66
4.5 Analisis Jalur Model 1 ... 67
4.6 Analisis Jalur Model 2 ... 68
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1 ... 70
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2 ... 70
4.9 Uji t Model 1 ... 71
(5)
x DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 31
4.1 Histogram ... 62
4.2 P-P Plot ... 63
4.3 Scatterplot ... 64
(6)
xi DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. Judul Halaman
1 Daftar Sampel ... 98 2 Perhitungan Discretionary Accrual ... 100 3 Tabulasi Variabel Mekanisme Corporate Governance 101 4 Perhitungan Variabel Kinerja Keuangan ... 102 5 Output SPSS ... 103