Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan bagi negara
dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas pada
dasarnya ditentukan oleh derajat kesehatannya. Derajat kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya angka harapan hidup, angka
kesakitan, angka kematian, dan status gizi. Indikator-indikator di atas juga
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan
faktor-faktor lain (Depkes RI, 2009). Karena itu masalah-masalah kesehatan yang
ada pada berbagai negara perlu dipahami dari berbagai aspek agar derajat
kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Selain itu, masalah kesehatan pada
penduduk mempengaruhi ketahanan ekonomi yang merupakan beban bagi negara.
Seiring berkembangnya peradaban manusia, faktor ekonomi, budaya, dan
kependudukan mempengaruhi pola penyakit pada masyarakat di seluruh dunia,
dimana telah terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular (penyakit infeksi)
menjadi penyakit tidak menular (penyakit degeneratif) sehingga negara-negara
berkembang termasuk Indonesia mengalami beban ganda dalam menghadapi
masalah kesehatan.
Penyakit tidak menular merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak

dibandingkan dengan kematian oleh penyebab lain. Kebanyakan orang mengira
bahwa penyakit tidak menular kebanyakan terjadi di negara-negara maju. Namun
data yang ada menunjukkan bahwa hampir 80% kematian akibat penyakit tidak

1

2

menular terjadi di negara yang penduduknya berpendapatan menengah ke bawah.
Pertumbuhan penyakit tidak menular di negara dengan pendapatan menengah ke
bawah dipercepat oleh dampak buruk globalisasi, seperti urbanisasi yang tidak
terkendali dan meningkatnya kehidupan sedentari. Orang-orang di negara
berkembang juga semakin banyak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori
yang tinggi, merokok, alkohol, dan junk food. Apalagi upaya pemerintah dalam
mengontrol kebijakan, pelayanan, dan infrastruktur untuk melindungi masyarakat
dari penyakit tidak menular masih belum maksimal.
Penduduk pada status sosial ekonomi rendah lebih mudah mengalami
kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular daripada penduduk yang
berstatus sosial ekonomi yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
antara lain pendidikan, pekerjaan, pendapatan, gender, dan etnik. Terdapat fakta

adanya korelasi antara determinan sosial, khususnya pendidikan, dengan angka
prevalensi penyakit tidak menular dan faktor risikonya. Masalah penyakit tidak
menular pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah kesehatan saja, karena bila
tidak

dikendalikan

dengan

tepat,

benar,

dan

berkesinambungan

dapat

mempengaruhi ketahanan ekonomi nasional maupun global, karena sifatnya

kronis dan umumnya terjadi pada usia produktif (WHO, 2011).
Dewasa ini, penyakit tidak menular telah mencapai angka yang cukup
tinggi sebagai penyebab kematian, membunuh orang setiap tahunnya dengan
penyebab yang kompleks. World Health Organization (2011) menunjukkan
bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36
juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Pada

3

tahun 2030 diprediksi angka kesakitan akibat penyakit tidak menular akan
meningkat dan akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak
menular di seluruh dunia. Data yang ada juga menunjukkan bahwa sekitar 80%
kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di negara-negara miskin dan
berkembang. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah,
kematian akibat penyakit tidak menular terjadi pada orang-orang pada usia di
bawah 60 tahun dengan proporsi 29%, sedangkan di negara-negara maju
menyebabkan 13% kematian. Penyakit tidak menular sebenarnya dapat dikurangi
dengan mengurangi faktor risikonya, melakukan deteksi dini, dan pengobatan
teratur.
Masyarakat sering menganggap penyakit tidak menular tidak berbahaya

dibandingkan dengan penyakit menular. Hal ini dikarenakan penyakit tidak
menular umumnya bersifat kronis dan patofisiologinya cenderung lebih lama
sehingga manifestasinya baru dirasakan setelah penyakit sudah parah atau sudah
mengalami komplikasi. Akibatnya, banyak orang datang berobat setelah penyakit
sudah memasuki stadium berat bahkan saat keadaan darurat. Padahal, penyakit
tidak menular dapat dicegah dengan mengetahui dan mengendalikan faktor-faktor
risikonya secara dini. Adapun penyakit tidak menular yang paling banyak dialami
masyarakat secara global di antaranya penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
dan pembuluh darah), kanker, diabetes, gagal ginjal, penyakit pernapasan kronis,
dan penyakit tidak menular lainnya. Di antara penyakit-penyakit tidak menular
ini, sering kali antara satu penyakit dengan penyakit lainnya saling
mempengaruhi, sehingga tidak jarang terjadi komplikasi.

4

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang menyangkut jantung
dan pembuluh-pembuluh darah. Keduanya sulit dipisahkan dalam manajemen
maupun pembahasannya. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian
terbesar (39%), diikuti penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan
penyakit tidak menular lainnya (30%), kanker (27%), serta diabetes (4%) yang

diprediksikan pula akan mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini
berhubungan dengan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup, pertumbuhan
populasi, dan peningkatan usia harapan hidup. Beberapa penyakit yang termasuk
penyakit kardiovaskular yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner (termasuk
angina pektoris dan infark miokard akut), penyakit pembuluh darah otak (stroke),
penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit
jantung katup, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan lain-lain.
Komitmen global dalam sidang The World Health Assembly (WHA) ke53 pada tahun 2004 telah menetapkan salah satu solusi untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, yaitu pencegahan dan penanggulangan penyakit
tidak menular, termasuk penyakit tidak menular. Untuk itu diperlukan upaya
global dalam pengendalian faktor risiko penyakit guna mengurangi angka
kesakitan (morbiditas), kecacatan (disabilitas), dan kematian (mortalitas) (WHO,
2011)
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang saat ini
disadari sebagai masalah penting dalam kesehatan masyarakat. Gagal jantung
merupakan stadium akhir dari semua gangguan kardiovaskular dan merupakan
penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas (Haldeman, et.al., 1999). Ironisnya,

5


pasien gagal jantung sering datang dengan kondisi yang sudah parah sehingga
menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian akibat gagal
jantung. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 23 juta orang menderita gagal
jantung (Lloyd-Jones, et.al., 2010).
Di Amerika Serikat, prevalensi gagal jantung pada usia ≥ 20 tahun sebesar
5,7 per 100.000 orang pada tahun 2009 sampai 2012 (AHA, 2014). Sekitar
setengah dari jumlah penderita gagal jantung meninggal dalam waktu 5 tahun
setelah didiagnosis (Go, et.al., 2013). Biaya untuk penderita gagal jantung
diperkirakan sebesar 32 milyar Dollar pertahun. Jumlah ini termasuk biaya
asuransi kesehatan, pengobatan dan perawatan, dan hari kerja yang hilang
(Heidenreich, et.al., 2011). Di Inggris, menurut data British Health Foundation
(BHF, 2014), jumlah penderita gagal jantung pada tahun 2012–2013 sebesar
486.680 orang atau sekitar 0,7% dari seluruh populasi.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) prevalensi gagal jantung di Indonesia
sebesar 300 per 100.000 orang, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi gagal
jantung sebesar 280 per 100.000 orang pada usia ≥ 15 tahun. Menurut data Sistem
Informasi Rumah Sakit (2010-2011), gagal jantung termasuk ke dalam peringkat
sepuluh besar penyakit rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan proporsi
2,74% pada tahun 2009 dan 2,71% pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan penelitian Gusrida (2001) di Rumah Sakit Haji Medan, pada

tahun 1997–2000, jumlah penderita gagal jantung yang dirawat inap sebanyak 122
orang dengan proporsi laki-laki 63,1% dan perempuan 36,9% dan penderita
terbanyak pada usia 55–64 tahun sebesar 29,5%. Sedangkan menurut penelitian

6

Pakpahan (2012) di Rumah Sakit Umum Herna Medan pada tahun 2009–2010,
jumlah penderita gagal jantung yang dirawat inap sebanyak 172 orang dengan
proporsi penderita laki-laki sebanyak 57,6% dan perempuan sebesar 42,4%.
Di Kabupaten Samosir, menurut data rekam medik Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir, jumlah penderita
gagal jantung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
terdapat 25 orang penderita gagal jantung, pada tahun 2012 sebanyak 46 orang,
pada tahun 2013 sebanyak 62 orang, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 103
penderita gagal jantung yang dirawat inap. Bahkan pada tahun 2013 dan 2014,
gagal jantung menjadi salah satu dari sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita gagal jantung yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir
tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita gagal jantung yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir
tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a)

Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan dan tempat tinggal).

7

b)

Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan keluhan
utama

c)


Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan
klasifikasi gagal jantung

d)

Mengetahui distribusi penderita gagal jantung berdasarkan jenis penyakit
penyerta

e)

Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan terapi
yang diberikan

f)

Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan
frekuensi rawat inap

g)


Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sumber
pembiayaan

h)

Mengetahui lama rawatan penderita gagal jantung

i)

Mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan keadaan
sewaktu pulang

j)

Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis kelamin

k)

Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan klasifikasi gagal jantung


l)

Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan kematian

m)

Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi gagal
jantung

n)

Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan keadaan sewaktu
pulang

o)

Mengetahui distribusi pekerjaan berdasarkan klasifikasi gagal jantung

8

p)

Mengetahui distribusi proporsi penyakit penyerta berdasarkan klasifikasi
gagal jantung

q)

Mengetahui distribusi proporsi penyakit penyerta berdasarkan rujukan

r)

Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan berdasarkan rujukan

s)

Mengetahui distribusi proporsi klasifikasi gagal jantung berdasarkan
keadaan sewaktu pulang

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu
1.4.1

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir dalam upaya
perencanaan untuk pelayanan pengobatan pasien gagal jantung.

1.4.2

Menambah wawasan penulis maupun pembaca tentang gagal jantung dan
sarana menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini di perkuliahan.

1.4.3

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan dapat digunakan
sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan
penelitian yang berkaitan dengan gagal jantung.

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

2 50 132

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 47 115

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 5 140

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 15

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 4

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 25

Cover Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 16

Abstract Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Reference Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 3