Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

(1)

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam melakukan respon kemudian menjadikannya kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Mubarak, 2011). Perilaku mempunyai arti yang lebih kongkrit daripada jiwa, maka dari itu, perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa namun melalui perilaku dapat dikenal jiwa seseorang. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang selaras dengan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan baik maka itulah yang disebut dengan bahagia (Purwanto, 1999).

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green pada tahun 1980. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dan menyatakan bahwa perilaku seorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya, dari orang atau masyarakat yang bersangkutan (Mubarak, 2011). Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain / kawasan yaitu: a) kognitif (cognitive), b) afektif


(2)

(affective), dan c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.2 Domain Perilaku

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan kesan yang ada dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (supersition), dan penerangan-penerangan yang keliru (missinformation). Pengetahuan merupakan segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang di dapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang termasuk ke dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Mubarak, 2011).

A. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal-hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.


(3)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas.

C. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

D. Analisa (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

E. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

F. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi (Mubarak, 2011).


(4)

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespons atau bertindak secara positif dan negatif disertai emosi positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang. Dengan kata lain, sikap perlu penilaian.Ada penilaian positif, negatif dan netral tanpa reaksi afektif apapun (Maramis, 2006).

Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, objek, tidak ada sikap yang tanpa objek. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yaitu adopsi, diferensiasi, integrasi, dan trauma (Purwanto, 1999).

Menurut Alport dalam Mubarak (2010), sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide/konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersam-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

2.2.3 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).


(5)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung melalui wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu melalui observasi tindakan atau kegiatan responden (Mubarak, 2011).

2.3 Tahapan Menopause

Tiga tahap menopause yaitu perimenopause, menopause, dan postmenopause (Kusmiran, 2011).

2.3.1. Perimenopause

Perimenopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus menstruasi mulai tidak teratur. Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah sedangkan kadar FSH, LH dan estrogen bervariasi (Kusmiran, 2011). Perimenopause lebih tepatnya dikatakan sebagai masa transisi menopause yang merupakan sebuah periode dari faktor fungsi ovarium yang mengarah pada gejala-gejala unik selama kehidupan seorang wanita (Azziz, 2007). Menopause diawali dengan masa klimakterium atau perimenopause, yaitu beberapa tahun transisi dari kondisi menopause yang optimal ke kondisi menopause yang sebenarnya (Feig, 2002). Rata-rata terjadi pada usia 47-51 tahun (Kusmiran, 2011). Perimenopause biasanya berlangsung selama 2-8 tahun dengan awitan antara usia 39-51 tahun (Dutton, Densmore & Turner, 2011). Umumnya umur 45-55 tahun (Pernoll, 2001).


(6)

2.3.2. Menopause

Menopause merupakan masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata menopause natural terjadi pada usia 51,4 tahun untuk negara industri, secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium, dan kemoterapi (Kusmiran, 2011). Menopause ditujukkan pada periode menstruasi terakhir. Waktu yang tepat dikatakan menopause biasanya ditentukan dengan meninjau kembali, yaitu 1 tahun tanpa menstruasi. Kebanyakan wanita-wanita mengalami menopause pada usia diantara 50 dan 55 tahun, rata-rata pada usia 51,5 , tetapi beberapa dari mereka ada juga yang mengalami menopause sebelum umur 40 (premature menopause, sebaliknya beberapa dari mereka mengalami menopause di usia 60 tahun (Hacker, 2010).

Wanita dilahirkan dengan 1,5 juta sel telur dan pada menarche, sel telur yang berespon hanya sekitar 400.000. Kebanyakan wanita berovulasi sekitar 400 kali terhitung dari menarche sampai menopause dan selama proses ini banyak sel telur yang lainnya mengalami atresia. Seiring bertambahnya usia dan keadaan ovarium yang mulai sedikit sel telur, maka sensitivitas terhadap gonadotropin berkurang, produksi estrogen dan progesteron pun berkurang di ovarium. FSH dan LH tetap diproduksi dan meningkat kadarnya untuk merangsang pembentukan folikel telur dan merangsang ovulasi (Hacker, 2010). Estrogen dihasilkan oleh telur yang sedang berkembang, mencapai puncak tepat sebelum ovulasi. Namun karena sel telur jarang berovulasi pada masa menjelang menopause, hal ini juga menyebabkan kadar estrogen berkurang. Estrogen yang berkurang menyebabkan


(7)

komponen estrogen, yaitu estradiol, estron dan estriol juga ikut berkurang. Selain itu, estrogen berhubungan dengan neurotransmitter sebagai pembawa pesan. Neurotransmitter terdiri dari endorfin, dopamin dan serotonin. Endorfin mempengaruhi suhu tubuh, pernapasan, nafsu makan, ingatan, tekanan darah, tingkah laku seksual serta persepsi rasa nyeri. Dopamin berpengaruh pada emosi, sistem kekebalan tubuh, motivasi, serta perilaku seksual. Produksi dopamin dapat dirangsang oleh endorfin. Serotonin terdapat dalam otak, darah dan jaringan saraf. Suasana hati dan aktivitas tidur seseorang dipengaruhi oleh serotonin (Mulyani, 2013) .

2.3.3. Postmenopause

Postmenopause adalah suatu periode yang terjadi sesudah siklus menstruasi terakhir dan merupakan periode setelah menopause.

2.4 Gejala Perimenopause

Dengan semakin berkurangnya fungsi ovarium selama masa perimenopause, kehilangan estrogen ditandai dengan gejala yang dimulai dari vasomotor yang tidak stabil (hot flush), insomnia, mudah tersinggung, mudah lelah, sakit kepala, depresi, kehilangan libido, kehilangan konsentrasi, kurangnya kesehatan mental, tegang, dan perubahan mood. Selama tahun perimenopause, angka masalah-masalah klinis muncul. Peningkatan siklus anovulatori mengarahkan ketidakteraturan interval, durasi dan jumlah aliran darah saat mens (Dunnihoo, 1990). Namun pada wanita yang gemuk atau kelebihan berat badan, estrogen ada tersimpan di jaringan lemaknya, sehingga gejala yang dialami wanita gemuk


(8)

kemungkinan berbeda dengan wanita yang berat badannya ideal (Baziad, 2003). Jaringan lemak berperan pada produksi dan penyimpanan estrogen. Pada wanita yang kurus/ low body weight pengalamannya akan gejala-gejala perimenopause dirasa lebih cepat daripada wanita yang berat badan normal dan obesitas. Lebih lanjut, wanita yang kurus cenderung sulit untuk ,menormalkan estrogen yang akan digantikan dari luar ( exogenus estrogen replacement) selama periode menopause. Wanita yang berat badannya kurang dari ideal pada masa menopause sebaiknya diberikan konseling untuk memperhatikan berat badannya yang terlibat secara klinis ( Beckmann, 2002).

Dengan perubahan panjang siklus reproduksi dan frekuensi, ada hal yang bersamaan terjadi perubahan di plasma yaitu konsentrasi FSH dan LH. Kelebihan FSH diperlukan untuk menstimulasi kematangan folikel. Pada akhir 30an dan awal 40an, konsentrasi FSH mulai meningkat. Hal ini yang menyebabkan kegagalan ovarium. Waktu 5 sampai 10 tahun periode sebelum menopause diartikan sebagai perimenopause. Selama perimenopause, wanita mulai mengalami gejala dan tanda akan kekurangan estrogen (Beckmann et all , 2002) , yaitu sebagai berikut :

2.4.1. Gejolak panas & ketidakstabilan vasomotor

Sejalan dengan perubahan siklus reproduksi & frekuensi, gejolak panas merupakan gejala fisik yang menandakan kegagalan ovarium. Kadang gejolak panas mulai terjadi beberapa tahun sebelum menopause yang sebenarnya. Gejolak panas merupakan gejala umum yang menandakan kegagalan ovarium nantinya.


(9)

Lebih dari 95 % wanita perimenopause & menopause mengalami gejolak panas. Gejolak panas memiliki serangan yang cepat dan beresolusi. Ketika gejolak panas timbul, biasanya seorang wanita merasa sensasi hangat yang tiba-tiba. Kulit& wajah bagian dada depan bergejolak yang terjadi lebih kurang 90 detik. Dan resolusi gejolak panas tersebut menyebabkan wanita merasa kedinginan dan berakhir dengan keringat dingin. Semua gejalanya berlangsung paling lama 3 menit. Gejolak panas dihasilkan dari kemunduran sekresi estradiol 17 β oleh folikel ovarium. Wanita yang menjelang menopause, frekuensi & intensitas gejolak panas meningkat. Gejolak panas memproduksi keringat terutama malam hari. Ketika perimenopause dan postmenopause mendapatkan terapi estrogen, gejolak panas biasanya terjadi pada 3 sampai 6 minggu. Jika wanita menopause tidak menerima terapi estrogen, gejolak panas biasanya muncul tiba-tiba dalam 2 sampai 3 tahun.

2.4.2. Gangguan tidur

Kegagalan ovarium yang mengakibatkan kemunduran produksi estradiol menyebabkan perubahan siklus tidur. Seorang wanita dari yang nyenyak menjadi sulit dan beberapa wanita bahkan tidak bisa. Fase laten tidur ( yaitu waktu yang dibutuhkan untuk tidur ) memanjang,periode tidur yang sesungguhnya jadi memendek. Oleh karena itu, wanita perimenopause & postmenopause mengeluh kesulitan untuk tidur & bangun terlalu cepat setelah tertidur. Ini merupakan hal yang paling sering diabaikan pengaruhnya pada saat menopause. Wanita yang tidurnya terganggu sering terlihat tegang dan lekas marah mempunyai masalah


(10)

yang sulit dalam berkonsentrasi & hubungan interpersonal. Siklus tidur diperbaiki pada premenopause dengan melaksanakan terapi estrogen.

2.4.3. Kekeringan vagina dan atropi saluran kemih

Mukosa vagina, serviks, endoserviks, endometrium, miometrium dan uroepitel adalah jaringan-jaringan yang tergantung pada estrogen. Dengan penurunan produksi estrogen, jaringan- jaringan ini menjadi atropi, yang menghasilkan gejala yang bermacam-macam. Epitel vagina menjadi tipis dan sekresi serviks berkurang. Wanita yang mengalami kekeringan vagina yang melakukan hubungan seksual karena berkurangnya sekresi serviks mengalami ketidakpuasan dalam berhubungan dan merasa nyeri. Inflamasi vagina juga bisa ditandai dengan gatal dan rasa panas. Penipisan epitel juga dapat beresiko terinfeksi flora lokal. Endometrium juga menjadi atropi, kadang membuat menopausal spotting. Terapi dengan perbaikan estrogen dapat meringankan gejala- gejala kekeringan vagina dan nyeri saat berhubungan. Di beberapa kasus, pemberian terapi oksigen dan kegel exercises cukup dapat membantu dan mengontrol inkontinensia sebelum operasi perbaikan.

2.4.4. Perubahan mood

Wanita perimenopause dan postmenopause sering mengeluh bosan sebagai pengaruhnya. Beberapa wanita merasa depresi, apatis dan menuntut. Ini bisa disebabkan langsung oleh kekurangan estrogen, kehilangan estrogen menyebabkan tidur terganggu. Bukan hanya gejala emosional ini saja yang mengganggu wanita tapi juga ketidakmampuannya mengontrol perasaaan yang


(11)

harus diperhatikan lebih. Psikolog menyediakan konseling dan dukungan emosional sebagia terapinya. Peran estrogen pada CNS tidak diketahui. Bagaimanapun penting untuk mengembalikan hormon sex steroid reseptor yang ada di CNS. Terapi estrogen pada wanita perimenopause dan postmenopause dapat mengurangi buaian mood tersebut.

2.4.5. Perubahan kulit, rambut dan kuku

Estrogen mempengaruhi ketebalan kulit. Dengan terbatasnya produksi estrogen, kelenturan kulit jadi menipis, kurang elastis, dan akhirnya beresiko lecet dan luka. Terapi estrogen dapat membantu memperbaiki ketebalan dan keelastisan kulit. Terapi estrogen membantu untuk memperlambat pengerutan. Beberapa wanita mengalami perubahan pada rambut dan kuku dengan perubahan hormon pada saat menopause. Estrogen menstimulasi produksi hormon sex dan pengikatan globulin. Dengan terbatasnya produksi estrogen, meyebabkan kurangnya hormon sex dan pengikatan globulin yang menghasilkan peningkatan testosteron. Ini menyebabkan tumbuhnya rambut wajah. Lebih lanjut lagi mempengaruhi kerontokan. Rambut dari kulit kepala mudah rontok. Ini menyebabkan kepercayaan diri berkurang, dan koping wanita harus dijaga. Kuku menjadi tipis dan rapuh. Dengan penurunannya estrogen, namun ddapat diperbaiki dengan terapi estrogen.

2.4.6. Osteoporosis

Tulang berdemineralisasi adalah hal yang wajar dalam proses penuaan. Kurangnya kepadatan tulang muncul pada lelaki dan wanita. Munculnya


(12)

denineralisasi 15 sampai 20 tahun lebih cepat pada wanita daripada lelaki yang sebenarnya dipengaruhi oleh berhentinya fungsi ovarium. Reseptor estrogen terdapat di osteoblas. Penemuan ini memungkinkan peran esensial dari estrogen pada pembentukan tulang. Kepadatan tulang mulai berkurang kurang lebih 1% sampai 2% per tahun pada wanita postmenopause dibanding dengan wanita perimenopause yang kurang lebih 0,5% per tahun. Semua terapi pencegahan osteoporosis, yang paling banyak digunakan adalah terapi estrogen yang kemudian dikombinasikan dengan suplemen kalsium. Ditambah dengan beraktivitas dengan berjalan paling sedikit 30 menit perhari meningkatkan daya mineral pada wanita usia lanjut.

2.4.7. Perubahan lemak kardiovaskular

Menjelang kegagalan ovarium, perubahan muncul juga di lemak kardiovaskular. Kolesterol total meningkat, HDL menurun dan LDL meningkat. Pengelolaan eksogen estrogen dari perimenopause dan postmenopause naik dari normalnya sehingga menyebabkan lemak kardiovaskular meningkat. Belum jelas penggunaan terapi hormon, akan mampu melindungi dari MCI dan stroke.

2.4.8. Keluhan Somatik

Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran banyak wanita yang mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri daerah kemaluan, tulang dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita peri/pascamenopause.


(13)

2.4.1 Upaya-upaya mengatasi gejala perimenopause

A. Hormonal Replacement Therapy

Hormonal replacement therapy (HRT) lebih dikenal dengan istilah pengganti estrogen, termasuk juga didalamnya pemberian progesteron. Wanita yang mencari upaya untuk mengatasi gejala klimakterik, merasa tertolong dengan penggunaan terapi ini. (Pernoll, 2001). HRT merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, HRT berguna untuk mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering , dan gangguan pada saluran kandung kemih (Kasdu, 2002).

HRT dapat mengkombinasi estrogen dan progesteron, komponen progesteron dibutuhkan untuk melindungi endometrium dari stimulasi konstan dan menyebabkan peningkatan kanker endometrium. Kombinasi estrogen dan progesteron diindikasikan kepada wanita yang masih memiliki uterus. Resiko penggunaan HRT adalah, peningkatan insiden kanker payudara, peningkatan insiden kanker endometrium, tromboembolisme, dan koleksitis. Resiko ini bisa dikurangi dengan memulai terapi pada tahun awal setelah menopause dan digunakan hanya beberapa tahun. Kontraindikasi dari HRT adalah, riwayat kanker metastasis endometrium, kanker payudara, penyakit liver (Feig, 2002).

HRT dapat diberikan secara oral, gel, transdermal, implan, vaginal (Hamilton Fairley, 2009). Pemberian oral 1 mg/hari untuk jangka 10 hari. Implan subkutan diberikan 50-100 mg. Vaginal diberikan krim 2 kali seminggu.


(14)

B. Olahraga

Olahraga yang digabung dengan penambahan kalsium dapat memperlambat timbulnya osteoporosis, yaitu keadaan tulang yang mengakibatkan keropos dan kerapuhan. Buku Women Coming Of Age menyatakan bahwa senam aerobik dalam ruangan, berjalan kaki, lari, bersepeda serta olahraga aerobik lainnya, maupun olahraga menggunakan beban yang dilakukan dengan wajar, dianggap sangat baik. Tentu saja gerakannya disesuaikan dengan usia. Apabila ada keluhan nyeri di sendi, konsultasikan hal ini sebelum berolahraga lagi. Olahraga dapat menguatkan tulang, meningkatkan kebugaran, mencegah penyakit, menstabilkan berat badan, mengurangi gejala klimakterik dan mengurangi stres (Kasdu, 2002). Olahraga dapat meningkatkan kadar endorfin (Mulyani, 2013).

C. Nutrisi

Fitoestrogen (produk dari tanaman yang berfungsi mirip dengan estrogen) dan substansi alami dari tumbuhan sebagai alternatif terapi hormon tradisional untuk mengatasi gejala perimenopause dan menopause (Hacker, 2010). Menurut Nirmala dalam Lisnani (2010), wanita perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen sebagai pengganti estrogen yang hilang, yang terkandung dalam serealia, biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayuran. Mengkonsumsi makanan tinggi protein dapat meningkatkan produksi dopamin (Mulyani, 2013).

Menurut Rosenthal dalam Isabela (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi wanita klimakterik, yaitu kebutuhan kalori


(15)

dan zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak, makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, makanan yang mengandung vitamin ACE untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, dan vitamin B kompleks.

D. Gaya hidup

Penekanan terhadap usaha untuk merubah gaya hidup sangat penting untuk menurunkan efek penuaan yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut dapat memperpanjang usia, mengurangi penyakit jantung, dan mengurangi kehilangan kalsium dari tulang yaitu dengan berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Mengontrol berat badan, rutin dalam berolahraga, makan makanan yang sehat, rendah lemak dan gizi seimbang, terutama bagi wanita yang menderita hipertensi, dan diabetes (Hacker, 2010).

E. Pemeriksaan Kesehatan

Semestinya memang secara rutin seseorang yang menginjak usia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap setahun sekali,dan hasilnya dikonsultasikan kepada dokter. Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan.Pemeriksaan genital, pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah ada atropi (perubahan kemunduran) atau perubahan di alat kelamin luar sampai dalam, yaitu rahim, termasuk posisinya, infeksi atau tumor. Ultrasonografi (USG), fungsi penting USG sebenarnya untuk menemukan ketidaknormalan pada organ tertentu, seperti tumor, kista, atau kanker.Tes pap, Papanicolaou tes atau yang dikenal dengan tes pap atau pap smear, umumnya dilakukan pada orang yang telah menikah dan melakukannya secara berkala. Tujuannya untuk mendeteksi


(16)

sel-sel abnormal yang mungkin berkembang menjadi ganas, yaitu kanker leher rahim. Tes kepadatan massa tulang, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan bagi wanita yang sudah memasuki atau menjelang usia menopause. Bagi wanita yang tulangnya sehat dianjurkan untuk menjalani tes ini setiap empat tahun sekali.Mamografi merupakan tes dengan menggunakan sinar X dosis rendah. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker payudara (Kasdu, 2010).

F. Meningkatkan kehidupan religi

Ketenangan jiwa atau batin akan menyeimbangkan seluruh kehidupan yang sudah dijalani. Apalagi dengan bertambahnya usia, hampir semua pengalaman sudah dijalani, baik berbentuk kepuasan maupun ketidakpuasan. Dengan meningkatkan kehidupan religi, termasuk kegiatan beribadah, apapun hasilnya pada akhirnya adalah ketenangan batin yang ingin didapat. Dengan cara ini, apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak karena hal itu adalah bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani. Oleh karena itu, harus diupayakan tubuh tetap sehat ,bugar hati riang gembira, dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan. Dengan demikian, menjalani masa-masa menopause akan lebih nikmat, apabila secara fisik sehat, psikis puas dan batin tenang (Kasdu, 2002).


(1)

harus diperhatikan lebih. Psikolog menyediakan konseling dan dukungan emosional sebagia terapinya. Peran estrogen pada CNS tidak diketahui. Bagaimanapun penting untuk mengembalikan hormon sex steroid reseptor yang ada di CNS. Terapi estrogen pada wanita perimenopause dan postmenopause dapat mengurangi buaian mood tersebut.

2.4.5. Perubahan kulit, rambut dan kuku

Estrogen mempengaruhi ketebalan kulit. Dengan terbatasnya produksi estrogen, kelenturan kulit jadi menipis, kurang elastis, dan akhirnya beresiko lecet dan luka. Terapi estrogen dapat membantu memperbaiki ketebalan dan keelastisan kulit. Terapi estrogen membantu untuk memperlambat pengerutan. Beberapa wanita mengalami perubahan pada rambut dan kuku dengan perubahan hormon pada saat menopause. Estrogen menstimulasi produksi hormon sex dan pengikatan globulin. Dengan terbatasnya produksi estrogen, meyebabkan kurangnya hormon sex dan pengikatan globulin yang menghasilkan peningkatan testosteron. Ini menyebabkan tumbuhnya rambut wajah. Lebih lanjut lagi mempengaruhi kerontokan. Rambut dari kulit kepala mudah rontok. Ini menyebabkan kepercayaan diri berkurang, dan koping wanita harus dijaga. Kuku menjadi tipis dan rapuh. Dengan penurunannya estrogen, namun ddapat diperbaiki dengan terapi estrogen.

2.4.6. Osteoporosis

Tulang berdemineralisasi adalah hal yang wajar dalam proses penuaan. Kurangnya kepadatan tulang muncul pada lelaki dan wanita. Munculnya


(2)

denineralisasi 15 sampai 20 tahun lebih cepat pada wanita daripada lelaki yang sebenarnya dipengaruhi oleh berhentinya fungsi ovarium. Reseptor estrogen terdapat di osteoblas. Penemuan ini memungkinkan peran esensial dari estrogen pada pembentukan tulang. Kepadatan tulang mulai berkurang kurang lebih 1% sampai 2% per tahun pada wanita postmenopause dibanding dengan wanita perimenopause yang kurang lebih 0,5% per tahun. Semua terapi pencegahan osteoporosis, yang paling banyak digunakan adalah terapi estrogen yang kemudian dikombinasikan dengan suplemen kalsium. Ditambah dengan beraktivitas dengan berjalan paling sedikit 30 menit perhari meningkatkan daya mineral pada wanita usia lanjut.

2.4.7. Perubahan lemak kardiovaskular

Menjelang kegagalan ovarium, perubahan muncul juga di lemak kardiovaskular. Kolesterol total meningkat, HDL menurun dan LDL meningkat. Pengelolaan eksogen estrogen dari perimenopause dan postmenopause naik dari normalnya sehingga menyebabkan lemak kardiovaskular meningkat. Belum jelas penggunaan terapi hormon, akan mampu melindungi dari MCI dan stroke.

2.4.8. Keluhan Somatik

Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran banyak wanita yang mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri daerah kemaluan, tulang dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita peri/pascamenopause.


(3)

2.4.1 Upaya-upaya mengatasi gejala perimenopause

A. Hormonal Replacement Therapy

Hormonal replacement therapy (HRT) lebih dikenal dengan istilah pengganti

estrogen, termasuk juga didalamnya pemberian progesteron. Wanita yang mencari upaya untuk mengatasi gejala klimakterik, merasa tertolong dengan penggunaan terapi ini. (Pernoll, 2001). HRT merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, HRT berguna untuk mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering , dan gangguan pada saluran kandung kemih (Kasdu, 2002).

HRT dapat mengkombinasi estrogen dan progesteron, komponen progesteron dibutuhkan untuk melindungi endometrium dari stimulasi konstan dan menyebabkan peningkatan kanker endometrium. Kombinasi estrogen dan progesteron diindikasikan kepada wanita yang masih memiliki uterus. Resiko penggunaan HRT adalah, peningkatan insiden kanker payudara, peningkatan insiden kanker endometrium, tromboembolisme, dan koleksitis. Resiko ini bisa dikurangi dengan memulai terapi pada tahun awal setelah menopause dan digunakan hanya beberapa tahun. Kontraindikasi dari HRT adalah, riwayat kanker metastasis endometrium, kanker payudara, penyakit liver (Feig, 2002).

HRT dapat diberikan secara oral, gel, transdermal, implan, vaginal (Hamilton Fairley, 2009). Pemberian oral 1 mg/hari untuk jangka 10 hari. Implan subkutan diberikan 50-100 mg. Vaginal diberikan krim 2 kali seminggu.


(4)

B. Olahraga

Olahraga yang digabung dengan penambahan kalsium dapat memperlambat timbulnya osteoporosis, yaitu keadaan tulang yang mengakibatkan keropos dan kerapuhan. Buku Women Coming Of Age menyatakan bahwa senam aerobik dalam ruangan, berjalan kaki, lari, bersepeda serta olahraga aerobik lainnya, maupun olahraga menggunakan beban yang dilakukan dengan wajar, dianggap sangat baik. Tentu saja gerakannya disesuaikan dengan usia. Apabila ada keluhan nyeri di sendi, konsultasikan hal ini sebelum berolahraga lagi. Olahraga dapat menguatkan tulang, meningkatkan kebugaran, mencegah penyakit, menstabilkan berat badan, mengurangi gejala klimakterik dan mengurangi stres (Kasdu, 2002). Olahraga dapat meningkatkan kadar endorfin (Mulyani, 2013).

C. Nutrisi

Fitoestrogen (produk dari tanaman yang berfungsi mirip dengan estrogen) dan substansi alami dari tumbuhan sebagai alternatif terapi hormon tradisional untuk mengatasi gejala perimenopause dan menopause (Hacker, 2010). Menurut Nirmala dalam Lisnani (2010), wanita perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen sebagai pengganti estrogen yang hilang, yang terkandung dalam serealia, biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayuran. Mengkonsumsi makanan tinggi protein dapat meningkatkan produksi dopamin (Mulyani, 2013).

Menurut Rosenthal dalam Isabela (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi wanita klimakterik, yaitu kebutuhan kalori


(5)

dan zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak, makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, makanan yang mengandung vitamin ACE untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, dan vitamin B kompleks.

D. Gaya hidup

Penekanan terhadap usaha untuk merubah gaya hidup sangat penting untuk menurunkan efek penuaan yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut dapat memperpanjang usia, mengurangi penyakit jantung, dan mengurangi kehilangan kalsium dari tulang yaitu dengan berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Mengontrol berat badan, rutin dalam berolahraga, makan makanan yang sehat, rendah lemak dan gizi seimbang, terutama bagi wanita yang menderita hipertensi, dan diabetes (Hacker, 2010).

E. Pemeriksaan Kesehatan

Semestinya memang secara rutin seseorang yang menginjak usia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap setahun sekali,dan hasilnya dikonsultasikan kepada dokter. Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan.Pemeriksaan genital, pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah ada atropi (perubahan kemunduran) atau perubahan di alat kelamin luar sampai dalam, yaitu rahim, termasuk posisinya, infeksi atau tumor. Ultrasonografi (USG), fungsi penting USG sebenarnya untuk menemukan ketidaknormalan pada organ tertentu, seperti tumor, kista, atau kanker.Tes pap, Papanicolaou tes atau yang dikenal dengan tes pap atau pap smear, umumnya dilakukan pada orang yang telah menikah dan melakukannya secara berkala. Tujuannya untuk mendeteksi


(6)

sel-sel abnormal yang mungkin berkembang menjadi ganas, yaitu kanker leher rahim. Tes kepadatan massa tulang, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan bagi wanita yang sudah memasuki atau menjelang usia menopause. Bagi wanita yang tulangnya sehat dianjurkan untuk menjalani tes ini setiap empat tahun sekali.Mamografi merupakan tes dengan menggunakan sinar X dosis rendah. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker payudara (Kasdu, 2010).

F. Meningkatkan kehidupan religi

Ketenangan jiwa atau batin akan menyeimbangkan seluruh kehidupan yang sudah dijalani. Apalagi dengan bertambahnya usia, hampir semua pengalaman sudah dijalani, baik berbentuk kepuasan maupun ketidakpuasan. Dengan meningkatkan kehidupan religi, termasuk kegiatan beribadah, apapun hasilnya pada akhirnya adalah ketenangan batin yang ingin didapat. Dengan cara ini, apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak karena hal itu adalah bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani. Oleh karena itu, harus diupayakan tubuh tetap sehat ,bugar hati riang gembira, dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan. Dengan demikian, menjalani masa-masa menopause akan lebih nikmat, apabila secara fisik sehat, psikis puas dan batin tenang (Kasdu, 2002).