Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

(1)

SKRIPSI

Oleh Tri Putri Rizki

101101069

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai”.

Selama proses skripsi ini penulis menerima dukungan materil serta moril, kritik serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I, saya ucapkan terimakasih.

3. Ellyta Aizar, SKp, M.Biomed, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

4. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I yang banyak memberi masukan membangun.

5. Salbiah, S.Kep, M.Kep, selaku dosen penguji II yang juga banyak memberi saran dalam metode penulisan skrispsi ini.

6. Kedua orangtua saya, Bapak Marwan dan Ibu Sasma Rohani Sinaga yang terbaik serta kedua kakak saya tercinta, Kak Ika dan Kak Dede yang telah banyak memberikan saya doa, motivasi, semangat, dukungan materil maupun moril yang sangat berlimpah yang takkan pernah habis-habisnya


(4)

7. Kepada teman sedoping saya, Rahmania Waluyo, Cory Manik dan Benny Sutana untuk semangat menyelesaikan skripsi bersama-sama.

8. Kepada sahabat super saya, tempat berbagi ilmu pengetahuan, kebahagiaan dan kegilaan. Fischa Agustina, Lyilyi Alfianti, Mutiara Kristine, Mekar Hasianna, Anindyah Widyaningrum beserta Tari Listiorini.

9. Kepada Cut Nirwana Antariksa, selaku asisten peneliti yang selalu menemani saya selama penelitian.

10. Kepada teman-teman S1 Stambuk 2010 yang berbagai jenis tingkah laku dan keseruannya. Sangat menyenangkan berada diantara kalian, senasib sependeritaan, asam garam dan manisnya PHP dirasakan bersama dari waktu ke waktu. Semoga sukses buat kita semua.

11. Dan yang terakhir kepada Ahmad Afandy Harahap yang banyak membantu dalam segala suka dan duka.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2014


(5)

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka... 5

2.1. Perilaku ... 5

2.1.1. Definisi Perilaku ... 5

2.2. Domain Perilaku ... 6

2.2.1. Pengetahuan (Knowledge ... 6

2.2.2. Sikap (Attitude... 8

2.2.3. Tindakan (Practice) ... 8

2.3. Tahapan Menopause ... 9

2.4. Gejala Perimenopause ... 11

2.4.1. Upaya-upaya mengatasi gejala perimenopause ... 17

BAB 3. Kerangka Penelitian... 21

3.1. Kerangkap Konsep ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 23

BAB 4. Metodologi Penelitian ... 25

4.1. Desain Penelitian ... 25

4.2. Populasi, sampel penelitian dan tehnik sampling... 25

4.2.1. Populasi ... 25

4.2.2. Sampel ... 26

4.2.3. Tehnik Sampling ... 26

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4. Pertimbangan Etik Dalam Penelitian ... 27

4.5. Instrumen penelitian dan pengukuran valid-reliabilitas ... 27

4.6. Rencana Pengumpulan Data ... 31

4.7. Analisa Data... 32

BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Data Demografi Responden ... 33

5.1.2. Pengetahuan Ibu ... 34


(6)

5.2.3 Tindakan ... 46

5.2.4 Tabulasi silang ... 49

BAB 6. Kesimpulan dan Saran ... 52

6.1. Kesimpulan ... 52

6.2 Saran... 52

6.2.1 Bagi pendidikan keperawatan ... 52

6.2.2 Bagi pelayanan keperawatan ... 53

6.2.3 Bagi penelitian keperawatan ... 53

Daftar Pustaka... 54 Lampiran-lampiran :

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Jadwal Penelitian

3. Realisasi Anggaran 4. Instrumen Penelitian 5. Riwayat Hidup

6. Hasil Reliabilitas Kuisioner 7. Hasil olah data

8. Master Tabel 9. Surat-surat


(7)

demografi ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 34 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentasi gambaran pengetahuan

ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 35 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan

di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 35 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan

di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 35 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan

di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 36 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran sikap ibu

dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 36 Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan ibu

dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 37 Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan

di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III


(8)

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di

Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Kecamatan Medan Denai... 38 Tabel 12. Tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap di Lingkungan

XI (sosioekonomi rendah), Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) dan Lingkugan XV (sosioekonomi tinggi) di

Kelurah Tegal Sari Mandala III ... 40 Tabel 13. Tabulasi silang antara sikap dan tindakan di Lingkungan

XI (sosioekonomi rendah), Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) dan Lingkugan XV (sosioekonomi tinggi) di

Kelurah Tegal Sari Mandala III ... 41 Tabel 14. Tabulasi silang antara tindakan dan pengetahuan di Lingkungan

XI (sosioekonomi rendah), Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) dan Lingkugan XV (sosioekonomi tinggi) di


(9)

(10)

Jurusan : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

ABSTRAK

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause, yaitu masa menjelang dan setelah menopause. Pada fase ini, gejala- gejala muncul akibat dari penurunan kadar hormon estrogen di ovarium. Gejala- gejala tersebut meliputi perubahan pola menstruasi, hot flushes, night sweat, susah tidur, kerutan pada vagina, gejala gangguan sistem perkemihan, gejala gangguan somatik, perubahan mood dan emosi, penurunan libido, depresi, fatigue, penurunan daya ingat, mudah tersinggung, perubahan berat badan, perubahan kulit dan gangguan fisik lainnya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa 68,8% ibu memiliki pengetahuan yang cukup, 100% ibu memiliki sikap positif dan 93,8% ibu memiliki tindakan yang baik dalam mengatasi gejala perimenopause. Petugas kesehatan setempat sebaiknya melaksanakan pendidikan kesehatan terkait cara mengatasi gejala perimenopause agar pengetahuan ibu bertambah baik serta dapat mengaplikasinnya ke tindakan nyata untuk mendapatkan perilaku kesehatan yang baik dan kenyamanan ibu selama perimenopause.


(11)

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Perimenopause is a transitional phase between premenopausal and postmenopausal, i.e. before and after menopause. In this phase, symptoms appear as a result of decreased hormone levels of estrogen in the ovaries. These symptoms include changes in menstrual patterns, hot flushes, night sweat, insomnia, wrinkles on the vagina, urinal system disorders symptoms, symptoms of somatic disorders, change of mood and emotion, decreased libido, depression, fatigue, memory loss, irritability, weight changes, changes in the skin and other physical disorders. The method which is used in this research is descriptive. Sampling technique used was cluster sampling with the total sample as many as 96 people. The purpose of this research is to know the behavior of the mothers in addressing the symptoms of perimenopause in Kelurahan Tegal Sari Subdistrict Medan Denai Mandala III. From the result of this research were obtained results that 68,8 % of mothers have enough knowledge, 100% of mothers have a positive attitude and 93,8% of mothers have a good action in addressing the symptoms of perimenopause. Local health officials should carry out health education regarding how to resolve the symptoms of perimenopause in order for knowledge capital increases as well as can be applied into concrete action in order to get a good health behavior and comfort mom during perimenopause.


(12)

Jurusan : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

ABSTRAK

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause, yaitu masa menjelang dan setelah menopause. Pada fase ini, gejala- gejala muncul akibat dari penurunan kadar hormon estrogen di ovarium. Gejala- gejala tersebut meliputi perubahan pola menstruasi, hot flushes, night sweat, susah tidur, kerutan pada vagina, gejala gangguan sistem perkemihan, gejala gangguan somatik, perubahan mood dan emosi, penurunan libido, depresi, fatigue, penurunan daya ingat, mudah tersinggung, perubahan berat badan, perubahan kulit dan gangguan fisik lainnya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa 68,8% ibu memiliki pengetahuan yang cukup, 100% ibu memiliki sikap positif dan 93,8% ibu memiliki tindakan yang baik dalam mengatasi gejala perimenopause. Petugas kesehatan setempat sebaiknya melaksanakan pendidikan kesehatan terkait cara mengatasi gejala perimenopause agar pengetahuan ibu bertambah baik serta dapat mengaplikasinnya ke tindakan nyata untuk mendapatkan perilaku kesehatan yang baik dan kenyamanan ibu selama perimenopause.


(13)

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Perimenopause is a transitional phase between premenopausal and postmenopausal, i.e. before and after menopause. In this phase, symptoms appear as a result of decreased hormone levels of estrogen in the ovaries. These symptoms include changes in menstrual patterns, hot flushes, night sweat, insomnia, wrinkles on the vagina, urinal system disorders symptoms, symptoms of somatic disorders, change of mood and emotion, decreased libido, depression, fatigue, memory loss, irritability, weight changes, changes in the skin and other physical disorders. The method which is used in this research is descriptive. Sampling technique used was cluster sampling with the total sample as many as 96 people. The purpose of this research is to know the behavior of the mothers in addressing the symptoms of perimenopause in Kelurahan Tegal Sari Subdistrict Medan Denai Mandala III. From the result of this research were obtained results that 68,8 % of mothers have enough knowledge, 100% of mothers have a positive attitude and 93,8% of mothers have a good action in addressing the symptoms of perimenopause. Local health officials should carry out health education regarding how to resolve the symptoms of perimenopause in order for knowledge capital increases as well as can be applied into concrete action in order to get a good health behavior and comfort mom during perimenopause.


(14)

1.1Latar Belakang

Wanita merupakan makhluk Tuhan yang istimewa, karena mengalami banyak masa-masa penting di kehidupannya. Mulai dari masa bayi, kanak-kanak, pubertas, reproduksi, klimakterium dan senium. Salah satu masa yang paling penting dalam kehidupan wanita adalah masa klimakterium atau perimenopause, yang merupakan proses penuaan dimana wanita melewati masa reproduksi ke nonreproduksi diikuti dengan gejala- gejala unik.

Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,45 juta orang, yang terdiri dari 101,64 juta laki-laki dan 101,81 juta perempuan dengan jumlah perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta orang (Baziad, 2003). Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2030 diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang berusia diatas 50 tahun yang sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang dan telah memasuki menopause (Mulyani, 2013).

Menopause terdiri dari 3 tahap, perimenopause, menopause dan postmenopause. Perimenopause dimulai dengan munculnya tanda -tanda dan gejala awal perubahan dari sistem tubuh yaitu ketika siklus menstruasi mulai tidak teratur. Pada umumnya terjadi diusia 45-55 tahun (Pernoll, 2001).


(15)

Menopause merupakan masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Postmenopause merupakan periode yang terjadi sesudah siklus menstruasi terakhir dan merupakan periode tahun setelah menopause (Kusmiran, 2011).

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Yaitu masa menjelang dan setelah menopause. Biasanya pada fase ini gejala memuncak sebelum dan sesudah menopause dan dengan meningkatnya usia, gejala-gejala tersebut makin jarang ditemukan. Gejala-gejala yang muncul yaitu perubahan pola menstruasi (perdarahan), rasa panas (hot flush), keluar keringat di malam hari, susah tidur (insomnia), kerutan pada vagina, gejala gangguan sistem perkemihan, gejala gangguan somatik, perubahan mood dan emosi, penurunan libido, depresi, fatigue (mudah lelah), penurunan daya ingat, mudah tersinggung, perubahan berat badan, perubahan kulit dan gangguan fisik lainnya (Mulyani, 2013). Gejala-gejala yang muncul diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen di ovarium, namun pada wanita yang gemuk atau kelebihan berat badan, estrogen ada tersimpan di jaringan lemaknya, sehingga gejala yang dialami wanita gemuk kemungkinan berbeda dengan wanita yang berat badannya ideal (Baziad, 2003). Selain hormon estrogen yang berkurang, neurotransmitter yang ada di otak menurun, kemudian disertai dengan peningkatan LH dan FSH (Dutton, Densmore & Turner, 2011).

Berdasarkan penelitian Lisnani (2010) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu pramenopause terhadap perubahan pada masa menopause di Kelurahan Tegal Sari, Kec. Medan Denai Tahun 2011, diperoleh kesimpulan bahwa


(16)

mayoritas ibu pramenopause berpengetahuan kurang sebanyak 183 orang (83,6 %) dan bersikap negatif sebanyak 190 orang (86,6%) dalam menghadapi perubahan pada masa menopause. Selain itu, dari penelitian Isabela (2010) diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan wanita pada masa klimakterium tentang menopause di Kelurahan Simpang Selayang Medan yang berpengetahuan cukup sebanyak 46 orang (50,0%), baik 30 orang (32,6%), dan kurang sebanyak 16 orang (17,4%).

Kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa pengetahuan ibu direntang yang cukup dan kurang, diikuti dengan sikap yang negatif. Untuk tindakan belum diteliti, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan yang merupakan domain perilaku. Penelitian tentang perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai diperlukan agar dapat memberi gambaran kepada peneliti tentang kebutuhan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu untuk dapat meningkatkan kesehatan ibu pada masa perimenopause.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah bagaimana perilaku ibu (pengetahuan, sikap dan tindakan) dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai .


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu (pengetahuan, sikap dan tindakan) dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khusunya ilmu keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas agar dapat memberi informasi dalam mengatasi gejala perimenopause dengan memberi pendkes kepada ibu -ibu.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberi asuhan keperawatan atau pendidikan kesehatan kepada ibu dalam mengatasi gejala perimenopause. 1.4.3 Penelitian Keperawatan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian tentang perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause.


(18)

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam melakukan respon kemudian menjadikannya kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Mubarak, 2011). Perilaku mempunyai arti yang lebih kongkrit daripada jiwa, maka dari itu, perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa namun melalui perilaku dapat dikenal jiwa seseorang. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang selaras dengan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan baik maka itulah yang disebut dengan bahagia (Purwanto, 1999).

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green pada tahun 1980. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dan menyatakan bahwa perilaku seorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya, dari orang atau masyarakat yang bersangkutan (Mubarak, 2011). Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain / kawasan yaitu: a) kognitif (cognitive), b) afektif


(19)

(affective), dan c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.2 Domain Perilaku

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan kesan yang ada dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (supersition), dan penerangan-penerangan yang keliru (missinformation). Pengetahuan merupakan segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang di dapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang termasuk ke dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Mubarak, 2011).

A. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal-hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.


(20)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas.

C. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

D. Analisa (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

E. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

F. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi (Mubarak, 2011).


(21)

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespons atau bertindak secara positif dan negatif disertai emosi positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang. Dengan kata lain, sikap perlu penilaian.Ada penilaian positif, negatif dan netral tanpa reaksi afektif apapun (Maramis, 2006).

Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, objek, tidak ada sikap yang tanpa objek. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yaitu adopsi, diferensiasi, integrasi, dan trauma (Purwanto, 1999).

Menurut Alport dalam Mubarak (2010), sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide/konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersam-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

2.2.3 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).


(22)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung melalui wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu melalui observasi tindakan atau kegiatan responden (Mubarak, 2011).

2.3 Tahapan Menopause

Tiga tahap menopause yaitu perimenopause, menopause, dan postmenopause (Kusmiran, 2011).

2.3.1. Perimenopause

Perimenopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus menstruasi mulai tidak teratur. Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah sedangkan kadar FSH, LH dan estrogen bervariasi (Kusmiran, 2011). Perimenopause lebih tepatnya dikatakan sebagai masa transisi menopause yang merupakan sebuah periode dari faktor fungsi ovarium yang mengarah pada gejala-gejala unik selama kehidupan seorang wanita (Azziz, 2007). Menopause diawali dengan masa klimakterium atau perimenopause, yaitu beberapa tahun transisi dari kondisi menopause yang optimal ke kondisi menopause yang sebenarnya (Feig, 2002). Rata-rata terjadi pada usia 47-51 tahun (Kusmiran, 2011). Perimenopause biasanya berlangsung selama 2-8 tahun dengan awitan antara usia 39-51 tahun (Dutton, Densmore & Turner, 2011). Umumnya umur 45-55 tahun (Pernoll, 2001).


(23)

2.3.2. Menopause

Menopause merupakan masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata menopause natural terjadi pada usia 51,4 tahun untuk negara industri, secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium, dan kemoterapi (Kusmiran, 2011). Menopause ditujukkan pada periode menstruasi terakhir. Waktu yang tepat dikatakan menopause biasanya ditentukan dengan meninjau kembali, yaitu 1 tahun tanpa menstruasi. Kebanyakan wanita-wanita mengalami menopause pada usia diantara 50 dan 55 tahun, rata-rata pada usia 51,5 , tetapi beberapa dari mereka ada juga yang mengalami menopause sebelum umur 40 (premature menopause, sebaliknya beberapa dari mereka mengalami menopause di usia 60 tahun (Hacker, 2010).

Wanita dilahirkan dengan 1,5 juta sel telur dan pada menarche, sel telur yang berespon hanya sekitar 400.000. Kebanyakan wanita berovulasi sekitar 400 kali terhitung dari menarche sampai menopause dan selama proses ini banyak sel telur yang lainnya mengalami atresia. Seiring bertambahnya usia dan keadaan ovarium yang mulai sedikit sel telur, maka sensitivitas terhadap gonadotropin berkurang, produksi estrogen dan progesteron pun berkurang di ovarium. FSH dan LH tetap diproduksi dan meningkat kadarnya untuk merangsang pembentukan folikel telur dan merangsang ovulasi (Hacker, 2010). Estrogen dihasilkan oleh telur yang sedang berkembang, mencapai puncak tepat sebelum ovulasi. Namun karena sel telur jarang berovulasi pada masa menjelang menopause, hal ini juga menyebabkan kadar estrogen berkurang. Estrogen yang berkurang menyebabkan


(24)

komponen estrogen, yaitu estradiol, estron dan estriol juga ikut berkurang. Selain itu, estrogen berhubungan dengan neurotransmitter sebagai pembawa pesan. Neurotransmitter terdiri dari endorfin, dopamin dan serotonin. Endorfin mempengaruhi suhu tubuh, pernapasan, nafsu makan, ingatan, tekanan darah, tingkah laku seksual serta persepsi rasa nyeri. Dopamin berpengaruh pada emosi, sistem kekebalan tubuh, motivasi, serta perilaku seksual. Produksi dopamin dapat dirangsang oleh endorfin. Serotonin terdapat dalam otak, darah dan jaringan saraf. Suasana hati dan aktivitas tidur seseorang dipengaruhi oleh serotonin (Mulyani, 2013) .

2.3.3. Postmenopause

Postmenopause adalah suatu periode yang terjadi sesudah siklus menstruasi terakhir dan merupakan periode setelah menopause.

2.4 Gejala Perimenopause

Dengan semakin berkurangnya fungsi ovarium selama masa perimenopause, kehilangan estrogen ditandai dengan gejala yang dimulai dari vasomotor yang tidak stabil (hot flush), insomnia, mudah tersinggung, mudah lelah, sakit kepala, depresi, kehilangan libido, kehilangan konsentrasi, kurangnya kesehatan mental, tegang, dan perubahan mood. Selama tahun perimenopause, angka masalah-masalah klinis muncul. Peningkatan siklus anovulatori mengarahkan ketidakteraturan interval, durasi dan jumlah aliran darah saat mens (Dunnihoo, 1990). Namun pada wanita yang gemuk atau kelebihan berat badan, estrogen ada tersimpan di jaringan lemaknya, sehingga gejala yang dialami wanita gemuk


(25)

kemungkinan berbeda dengan wanita yang berat badannya ideal (Baziad, 2003). Jaringan lemak berperan pada produksi dan penyimpanan estrogen. Pada wanita yang kurus/ low body weight pengalamannya akan gejala-gejala perimenopause dirasa lebih cepat daripada wanita yang berat badan normal dan obesitas. Lebih lanjut, wanita yang kurus cenderung sulit untuk ,menormalkan estrogen yang akan digantikan dari luar ( exogenus estrogen replacement) selama periode menopause. Wanita yang berat badannya kurang dari ideal pada masa menopause sebaiknya diberikan konseling untuk memperhatikan berat badannya yang terlibat secara klinis ( Beckmann, 2002).

Dengan perubahan panjang siklus reproduksi dan frekuensi, ada hal yang bersamaan terjadi perubahan di plasma yaitu konsentrasi FSH dan LH. Kelebihan FSH diperlukan untuk menstimulasi kematangan folikel. Pada akhir 30an dan awal 40an, konsentrasi FSH mulai meningkat. Hal ini yang menyebabkan kegagalan ovarium. Waktu 5 sampai 10 tahun periode sebelum menopause diartikan sebagai perimenopause. Selama perimenopause, wanita mulai mengalami gejala dan tanda akan kekurangan estrogen (Beckmann et all , 2002) , yaitu sebagai berikut :

2.4.1. Gejolak panas & ketidakstabilan vasomotor

Sejalan dengan perubahan siklus reproduksi & frekuensi, gejolak panas merupakan gejala fisik yang menandakan kegagalan ovarium. Kadang gejolak panas mulai terjadi beberapa tahun sebelum menopause yang sebenarnya. Gejolak panas merupakan gejala umum yang menandakan kegagalan ovarium nantinya.


(26)

Lebih dari 95 % wanita perimenopause & menopause mengalami gejolak panas. Gejolak panas memiliki serangan yang cepat dan beresolusi. Ketika gejolak panas timbul, biasanya seorang wanita merasa sensasi hangat yang tiba-tiba. Kulit& wajah bagian dada depan bergejolak yang terjadi lebih kurang 90 detik. Dan resolusi gejolak panas tersebut menyebabkan wanita merasa kedinginan dan berakhir dengan keringat dingin. Semua gejalanya berlangsung paling lama 3 menit. Gejolak panas dihasilkan dari kemunduran sekresi estradiol 17 β oleh folikel ovarium. Wanita yang menjelang menopause, frekuensi & intensitas gejolak panas meningkat. Gejolak panas memproduksi keringat terutama malam hari. Ketika perimenopause dan postmenopause mendapatkan terapi estrogen, gejolak panas biasanya terjadi pada 3 sampai 6 minggu. Jika wanita menopause tidak menerima terapi estrogen, gejolak panas biasanya muncul tiba-tiba dalam 2 sampai 3 tahun.

2.4.2. Gangguan tidur

Kegagalan ovarium yang mengakibatkan kemunduran produksi estradiol menyebabkan perubahan siklus tidur. Seorang wanita dari yang nyenyak menjadi sulit dan beberapa wanita bahkan tidak bisa. Fase laten tidur ( yaitu waktu yang dibutuhkan untuk tidur ) memanjang,periode tidur yang sesungguhnya jadi memendek. Oleh karena itu, wanita perimenopause & postmenopause mengeluh kesulitan untuk tidur & bangun terlalu cepat setelah tertidur. Ini merupakan hal yang paling sering diabaikan pengaruhnya pada saat menopause. Wanita yang tidurnya terganggu sering terlihat tegang dan lekas marah mempunyai masalah


(27)

yang sulit dalam berkonsentrasi & hubungan interpersonal. Siklus tidur diperbaiki pada premenopause dengan melaksanakan terapi estrogen.

2.4.3. Kekeringan vagina dan atropi saluran kemih

Mukosa vagina, serviks, endoserviks, endometrium, miometrium dan uroepitel adalah jaringan-jaringan yang tergantung pada estrogen. Dengan penurunan produksi estrogen, jaringan- jaringan ini menjadi atropi, yang menghasilkan gejala yang bermacam-macam. Epitel vagina menjadi tipis dan sekresi serviks berkurang. Wanita yang mengalami kekeringan vagina yang melakukan hubungan seksual karena berkurangnya sekresi serviks mengalami ketidakpuasan dalam berhubungan dan merasa nyeri. Inflamasi vagina juga bisa ditandai dengan gatal dan rasa panas. Penipisan epitel juga dapat beresiko terinfeksi flora lokal. Endometrium juga menjadi atropi, kadang membuat menopausal spotting. Terapi dengan perbaikan estrogen dapat meringankan gejala- gejala kekeringan vagina dan nyeri saat berhubungan. Di beberapa kasus, pemberian terapi oksigen dan kegel exercises cukup dapat membantu dan mengontrol inkontinensia sebelum operasi perbaikan.

2.4.4. Perubahan mood

Wanita perimenopause dan postmenopause sering mengeluh bosan sebagai pengaruhnya. Beberapa wanita merasa depresi, apatis dan menuntut. Ini bisa disebabkan langsung oleh kekurangan estrogen, kehilangan estrogen menyebabkan tidur terganggu. Bukan hanya gejala emosional ini saja yang mengganggu wanita tapi juga ketidakmampuannya mengontrol perasaaan yang


(28)

harus diperhatikan lebih. Psikolog menyediakan konseling dan dukungan emosional sebagia terapinya. Peran estrogen pada CNS tidak diketahui. Bagaimanapun penting untuk mengembalikan hormon sex steroid reseptor yang ada di CNS. Terapi estrogen pada wanita perimenopause dan postmenopause dapat mengurangi buaian mood tersebut.

2.4.5. Perubahan kulit, rambut dan kuku

Estrogen mempengaruhi ketebalan kulit. Dengan terbatasnya produksi estrogen, kelenturan kulit jadi menipis, kurang elastis, dan akhirnya beresiko lecet dan luka. Terapi estrogen dapat membantu memperbaiki ketebalan dan keelastisan kulit. Terapi estrogen membantu untuk memperlambat pengerutan. Beberapa wanita mengalami perubahan pada rambut dan kuku dengan perubahan hormon pada saat menopause. Estrogen menstimulasi produksi hormon sex dan pengikatan globulin. Dengan terbatasnya produksi estrogen, meyebabkan kurangnya hormon sex dan pengikatan globulin yang menghasilkan peningkatan testosteron. Ini menyebabkan tumbuhnya rambut wajah. Lebih lanjut lagi mempengaruhi kerontokan. Rambut dari kulit kepala mudah rontok. Ini menyebabkan kepercayaan diri berkurang, dan koping wanita harus dijaga. Kuku menjadi tipis dan rapuh. Dengan penurunannya estrogen, namun ddapat diperbaiki dengan terapi estrogen.

2.4.6. Osteoporosis

Tulang berdemineralisasi adalah hal yang wajar dalam proses penuaan. Kurangnya kepadatan tulang muncul pada lelaki dan wanita. Munculnya


(29)

denineralisasi 15 sampai 20 tahun lebih cepat pada wanita daripada lelaki yang sebenarnya dipengaruhi oleh berhentinya fungsi ovarium. Reseptor estrogen terdapat di osteoblas. Penemuan ini memungkinkan peran esensial dari estrogen pada pembentukan tulang. Kepadatan tulang mulai berkurang kurang lebih 1% sampai 2% per tahun pada wanita postmenopause dibanding dengan wanita perimenopause yang kurang lebih 0,5% per tahun. Semua terapi pencegahan osteoporosis, yang paling banyak digunakan adalah terapi estrogen yang kemudian dikombinasikan dengan suplemen kalsium. Ditambah dengan beraktivitas dengan berjalan paling sedikit 30 menit perhari meningkatkan daya mineral pada wanita usia lanjut.

2.4.7. Perubahan lemak kardiovaskular

Menjelang kegagalan ovarium, perubahan muncul juga di lemak kardiovaskular. Kolesterol total meningkat, HDL menurun dan LDL meningkat. Pengelolaan eksogen estrogen dari perimenopause dan postmenopause naik dari normalnya sehingga menyebabkan lemak kardiovaskular meningkat. Belum jelas penggunaan terapi hormon, akan mampu melindungi dari MCI dan stroke.

2.4.8. Keluhan Somatik

Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran banyak wanita yang mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri daerah kemaluan, tulang dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita peri/pascamenopause.


(30)

2.4.1 Upaya-upaya mengatasi gejala perimenopause

A. Hormonal Replacement Therapy

Hormonal replacement therapy (HRT) lebih dikenal dengan istilah pengganti estrogen, termasuk juga didalamnya pemberian progesteron. Wanita yang mencari upaya untuk mengatasi gejala klimakterik, merasa tertolong dengan penggunaan terapi ini. (Pernoll, 2001). HRT merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, HRT berguna untuk mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering , dan gangguan pada saluran kandung kemih (Kasdu, 2002).

HRT dapat mengkombinasi estrogen dan progesteron, komponen progesteron dibutuhkan untuk melindungi endometrium dari stimulasi konstan dan menyebabkan peningkatan kanker endometrium. Kombinasi estrogen dan progesteron diindikasikan kepada wanita yang masih memiliki uterus. Resiko penggunaan HRT adalah, peningkatan insiden kanker payudara, peningkatan insiden kanker endometrium, tromboembolisme, dan koleksitis. Resiko ini bisa dikurangi dengan memulai terapi pada tahun awal setelah menopause dan digunakan hanya beberapa tahun. Kontraindikasi dari HRT adalah, riwayat kanker metastasis endometrium, kanker payudara, penyakit liver (Feig, 2002).

HRT dapat diberikan secara oral, gel, transdermal, implan, vaginal (Hamilton Fairley, 2009). Pemberian oral 1 mg/hari untuk jangka 10 hari. Implan subkutan diberikan 50-100 mg. Vaginal diberikan krim 2 kali seminggu.


(31)

B. Olahraga

Olahraga yang digabung dengan penambahan kalsium dapat memperlambat timbulnya osteoporosis, yaitu keadaan tulang yang mengakibatkan keropos dan kerapuhan. Buku Women Coming Of Age menyatakan bahwa senam aerobik dalam ruangan, berjalan kaki, lari, bersepeda serta olahraga aerobik lainnya, maupun olahraga menggunakan beban yang dilakukan dengan wajar, dianggap sangat baik. Tentu saja gerakannya disesuaikan dengan usia. Apabila ada keluhan nyeri di sendi, konsultasikan hal ini sebelum berolahraga lagi. Olahraga dapat menguatkan tulang, meningkatkan kebugaran, mencegah penyakit, menstabilkan berat badan, mengurangi gejala klimakterik dan mengurangi stres (Kasdu, 2002). Olahraga dapat meningkatkan kadar endorfin (Mulyani, 2013).

C. Nutrisi

Fitoestrogen (produk dari tanaman yang berfungsi mirip dengan estrogen) dan substansi alami dari tumbuhan sebagai alternatif terapi hormon tradisional untuk mengatasi gejala perimenopause dan menopause (Hacker, 2010). Menurut Nirmala dalam Lisnani (2010), wanita perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen sebagai pengganti estrogen yang hilang, yang terkandung dalam serealia, biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayuran. Mengkonsumsi makanan tinggi protein dapat meningkatkan produksi dopamin (Mulyani, 2013).

Menurut Rosenthal dalam Isabela (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi wanita klimakterik, yaitu kebutuhan kalori


(32)

dan zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak, makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, makanan yang mengandung vitamin ACE untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, dan vitamin B kompleks.

D. Gaya hidup

Penekanan terhadap usaha untuk merubah gaya hidup sangat penting untuk menurunkan efek penuaan yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut dapat memperpanjang usia, mengurangi penyakit jantung, dan mengurangi kehilangan kalsium dari tulang yaitu dengan berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Mengontrol berat badan, rutin dalam berolahraga, makan makanan yang sehat, rendah lemak dan gizi seimbang, terutama bagi wanita yang menderita hipertensi, dan diabetes (Hacker, 2010).

E. Pemeriksaan Kesehatan

Semestinya memang secara rutin seseorang yang menginjak usia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap setahun sekali,dan hasilnya dikonsultasikan kepada dokter. Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan.Pemeriksaan genital, pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah ada atropi (perubahan kemunduran) atau perubahan di alat kelamin luar sampai dalam, yaitu rahim, termasuk posisinya, infeksi atau tumor. Ultrasonografi (USG), fungsi penting USG sebenarnya untuk menemukan ketidaknormalan pada organ tertentu, seperti tumor, kista, atau kanker.Tes pap, Papanicolaou tes atau yang dikenal dengan tes pap atau pap smear, umumnya dilakukan pada orang yang telah menikah dan melakukannya secara berkala. Tujuannya untuk mendeteksi


(33)

sel-sel abnormal yang mungkin berkembang menjadi ganas, yaitu kanker leher rahim. Tes kepadatan massa tulang, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan bagi wanita yang sudah memasuki atau menjelang usia menopause. Bagi wanita yang tulangnya sehat dianjurkan untuk menjalani tes ini setiap empat tahun sekali.Mamografi merupakan tes dengan menggunakan sinar X dosis rendah. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker payudara (Kasdu, 2010).

F. Meningkatkan kehidupan religi

Ketenangan jiwa atau batin akan menyeimbangkan seluruh kehidupan yang sudah dijalani. Apalagi dengan bertambahnya usia, hampir semua pengalaman sudah dijalani, baik berbentuk kepuasan maupun ketidakpuasan. Dengan meningkatkan kehidupan religi, termasuk kegiatan beribadah, apapun hasilnya pada akhirnya adalah ketenangan batin yang ingin didapat. Dengan cara ini, apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak karena hal itu adalah bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani. Oleh karena itu, harus diupayakan tubuh tetap sehat ,bugar hati riang gembira, dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan. Dengan demikian, menjalani masa-masa menopause akan lebih nikmat, apabila secara fisik sehat, psikis puas dan batin tenang (Kasdu, 2002).


(34)

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati melalui penelitian, yaitu perilaku ibu (pengetahuan, sikap dan tindakan) dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Pentingnya untuk meneliti gambaran perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause menjadi sumber acuan bagi praktek keperawatan dalam memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan untuk dapat meningkatkan kesehatan ibu perimenopause . Hasil penelitian akan mengambarkan perilaku ibu dalam 3 domain yakni pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007) dalam mengatasi gejala perimenopause. Upaya untuk mengatasi gejala perimenopause yaitu, HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan, dan meningkatkan kehidupan religi (Kasdu, 2002).

Dari penjelasan diatas, dapat diuraikan dalam kerangka konsep penelitian sebagai berikut:


(35)

Skema 1. Perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause

= diteliti = tidak diteliti

Perubahan hormon selama perimenopause

-di ovarium, kulit, jaringan lemak, tulang sistem jantung, organ seks = estrogen menurun yang terdiri dari estradiol, estron dan estriol -di otak = neurotransmitter menurun yang terdiri dari endorfin, dopamin, dan serotonin

-di ovarium = terjadi peningkatan FSH dan LH

Gejala perimenopause :

- gejolak panas & ketidakstabilan vasomotor

- gangguan tidur

-kekeringan vagina dan atropi saluran kemih

- perubahan mood

- perubahan kulit, rambut dan kuku

- osteoporosis - perubahan lemak kardiovaskuler -keluhan somatik

Perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause:

- HRT - olahraga - nutrisi - gaya hidup

- pemeriksaan kesehatan

- meningkatkan kehidupan religi Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku - - pengetahuan:

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, limgkungan sekitar dan informasi - - sikap:

adopsi, diferensiasi, integrasi dan trauma - - tindakan:

fasilitas dan dukungan (support) dari pihak lain

Domain perilaku: - pengetahuan - sikap - tindakan

Pengetahuan : Baik, Cukup,Kurang Sikap : Positif, Negatif Tindakan : Baik, Tidak Baik


(36)

3.2 Definisi Operasional Sub variabel Perilaku Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

-Pengetahu an dalam mengatasi gejala perimeno -pause Sesuatu yang diketahui ibu yang berasal dari pengalaman maupun pengamatan dalam mengatasi gejala perimenopause: HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan & meningkatkan kehidupan religi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kec Medan Denai

Kuisioner Terdiri dari 18 pertanyaan . Dengan kriteria penilaian : Benar = 1 Salah = 0

Skor jawaban 1.Baik = 13-18 2.Cukup = 7-12 3.Kurang = 0-6

Ordinal

- Sikap ibu dalam mengatasi gejala perimeno -pause Pandangan atau perasaan ibu yang merupakan hasil dari evaluasi dari yang diketahuinya dalam mengatasi gejala perimenopause: HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan & meningkatkan kehidupan religi di Kel. Tegal Sari Mandala III Kec. Medan Denai

Kuisioner Terdiri dari 12 pernyataan . Dengan kriteria penilaian pernyataan positif: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 Untuk pernyataan negatif SS= 1, S = 2, TS = 3, STS = 4

Skor jawaban 1.Positif = 25-48 2.Negatif = 1-24


(37)

-Tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimeno -pause Kegiatan yang dilakukan ibu berdasarkan pengetahuan nya dalam mengatasi gejala perimenopause : HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan & meningkatkan kehidupan religi di Kel Tegal Sari Mandala III Kec Medan Denai

Kuisioner Terdiri dari 12 pernyataan . Dengan pernyataan postif : Selalu =4 Sering=3 Kadang-kadang =2 Tidak pernah=1 Pernyataan Negatif: Tidak Pernah=4 Kadang-kadang =3 Sering=2 Selalu=1 Skor jawaban: 1.Baik = 25-48 2. Tidak baik = 1- 24


(38)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. 4.2 Populasi, sampel penelitian dan tehnik sampling

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu perimenopause (berusia 45 -55 tahun) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, terdiri dari 15 lingkungan dan berjumlah 1898 orang.

Tabel 1. Populasi Ibu Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

No Lingkungan Jumlah Ibu Perimenopause

1 Lingkungan I 101

2 Lingkungan II 68

3 Lingkungan III 99

4 Lingkungan IV 134

5 Lingkungan V 142

6 Lingkungan VI 168

7 Lingkungan VII 147

8 Lingkungan VIII 120

9 Lingkungan IX 108

10 Lingkungan X 111

11 Lingkungan XI 172

12 Lingkungan XII 132

13 Lingkungan XIII 177

14 Lingkungan XIV 118

15 Lingkungan XV 101


(39)

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane dalam Riduwan (2005), yaitu : n =

.�²+ = . + = , = 94,99 atau sampel minimalnya 95 ibu perimenopause. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang merupakan warga Kelurahan Tegal Sari Mandala III, sedang memasuki perimenopause normal (usia 45- 55 tahun ), berat badan di rentang ideal - normal, bisa membaca dan menulis serta bersedia menjadi responden dengan mengisi kuisioner penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah menopause (sudah berhenti haid 12 bulan), berat badan lebih dari normal, tidak mampu membaca dan menulis serta tidak bersedia menjadi responden.

4.2.3 Tehnik Sampling

Tehknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Peneliti mengambil 3 lingkungan yang mewakili tingkat sosio-ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Tingkat sosio-ekonomi tinggi yaitu lingkungan XI, tingkat sosio-ekonomi sedang yaitu lingkungan XIII dan tingkat sosio-ekonomi rendah yaitu lingkungan XV. Peneliti mengambil sampel 32 ibu di setiap lingkungan tersebut, sehingga jumlah sampel 96 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kelurahan Tegal Sari Mandala III dipilih sebagai lokasi penelitian karena besarnya jumlah populasi wanita, mudah dijangkau peneliti dan dari penelitian Lisnani (2010) yang dilakukan di kelurahan yang sama, ditemukan banyak data


(40)

usia ibu pramenopause, seperti yang diketahui perimenopause merupakan fase peralihan dari pra ke pascamenopause. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 - Mei 2014.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin penelitian ke Bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan dan Komisi Etik Fakultas Keperawatan USU, disertai dengan surat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, Camat Medan Denai, dan Lurah Tegal Sari mandala III. Peneliti juga memperhatikan prinsip-prinsip etik kepada responden. Untuk menjaga kerahasiaan data responden, peniliti menerapkan prinsip anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia), lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti, selanjutnya responden diminta untuk membaca, memahami isi lembar persetujuan dan menanda tanganinya bila bersedia (lampiran 1).

4.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas- Reliabilitas

Teknik pengumpulan data dari responden yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kuisioner yang sesuai variabel penelitian. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu data demografi mengenai karakteristik ibu perimenopause, pengetahuan ibu perimenopause, sikap ibu perimenopause, dan tindakan ibu perimenopause di Kelurahan Tegal sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Secara rinci instrumen dalam penelitian ini akan dijelaskan dibawah ini:


(41)

4.5.1 Data Demografi Responden

Data demografi responden meliputi kode responden, usia, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Selain data demografi, peneliti juga mengambil data berat badan dan tinggi badan ibu untuk mengetahui berat badan ibu normal atau tidak, dengan menggunakan Rumus Broca, berat badan normal(kg) = Tinggi badan(cm)- 100 lampiran 4).

4.5.2. Kuisioner Pengetahuan Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause

Kuisioner pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang berisi tentang HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan meningkatkan kehidupan religi (lampiran 4). Kuisioner ini menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 18 pertanyaan dengan interpretasi penilaian “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0 (Hidayat, 2009). Jumlah skor 0-24. Berdasarkan rumus statistik, P= en ng e

ny e (Sudjana, 2008), dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 18, dan banyak kelas 3 maka didapatkan panjang kelas 6, dengan menggunakan P= 6 dan nilai terendah 0, maka pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di klasifikasikan dengan tiga kategori penilaian yaitu, baik = 13-18, cukup = 7-12, dan kurang = 0-6.

4.5.3 Kuisioner Sikap Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause

Kuisioner sikap ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang berisi tentang HRT, olahraga, nutrisi,


(42)

gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan meningkatkan kehidupan religi. Kuisioner ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 12 pertanyaan (lampiran 4). Untuk pernyataan positif, sangat setuju = 4, setuju= 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Untuk pernyataan negatif sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3, sangat tidak setuju = 4. Berdasarkan rumus statistik P= en ng e

ny e , dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 48, dan banyak kelas 2 maka didapatkan panjang kelas 24, dengan menggunakan P= 24 dan nilai terendah 1. Maka sikap ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dengan 2 kategori penilaian, positif = 25- 48 dan negatif = 1- 24.

4.5.4 Kuisioner Tindakan Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause

Kuisioner tindakan ibu dalam mengatsai gejala perimenopause dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, berisi tentang HRT, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan meningkatkan kehidupan religi. Kuisioner ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 12 pernyataan (lampiran 4). pernyataan postif : selalu =4, sering=3, kadang-kadang =2, tidak pernah=1, pernyataan negatif: tidak pernah=4, kadang-kadang =3, sering=2, selalu=1.

Berdasarkan rumus statistik P= en ng e

ny e , dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 48, dan banyak kelas 2 maka didapatkan panjang kelas 16, dengan menggunakan P= 24 dan nilai terendah 1. Maka tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dengan2 kategori, baik = 25- 48 dan tidak baik = 1-24.


(43)

4.5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Kuisioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peniliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh sebab itu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas isi (content validity) dilakukan dengan memberikan kuisioner yang digunakan kepada ahli dibidangnya / expert judgment. Hasil uji validitas didapatkan content validity index (CVI) dengan nilai 0,93.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda ( Setiadi, 2007). Uji reliabitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan di Lingkungan I, II dan III, Lingkungan I untuk sosio- ekonomi tinggi, Lingkungan II untuk sosio- ekonomi sedang dan Lingkungan III untuk sosio- ekonomi rendah, dengan jumlah responden reliabilitas 30 orang. Untuk kuisioner pengetahuan, peneliti memakai Kuder Richardson (KR 21) yang terdiri dari 18 pertanyaan dan hasil reliabilitasnya adalah 0,703. Sikap dan tindakan peneliti memakai rumus Cronbach’s Alpha dengan masing-masing


(44)

jumlah pernyataannya 12. Untuk nilai reliabilitas sikap : 0,867 dan tindakan : 0,853.

4.6 Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu meminta izin untuk melakukan penelitian ke Bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan dan Komisi Etik Fakultas Keperawatan USU, setelah itu peneliti mengurus surat izin penelitian ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, kemudian diteruskan ke Kantor Camat Medan Denai dan Kantor Lurah Tegal Sari Mandala III. Setelah surat izin diterima, peneliti mendatangi lingkungan XI, XIII dan XV masing-masing 1 bulan. Awalnya peneliti telah mengacak 96 responden yang akan diteliti, namun setelah bertemu dengan 5 orang responden, tidak ada yang masuk kriteria inklusi peneliti, jadi peneliti mencari responden dengan menyusuri setiap gang-gang di lingkungan tersebut dibantu oleh asisten peneliti. Setiap peneliti melihat ibu-ibu, peneliti bertanya berapa usia ibu, mengalami gejala perimenopause atau tidak dan sudah menopause atau belum. Setelah peneliti mendapat jawaban, peneliti menjelaskan identitas diri dan maksud dari pertanyaan tersebut. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu pengertian perimenopause dan gejala-gejala perimenopause. Setelah mengetahui ibu termasuk kriteria inklusi peneliti, peneliti meminta ibu menjadi responden, dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Ibu yang bersedia langsung di ukur tinggi badannya dan ditimbang, jika berat badannya normal, peneliti melanjutkan proses penelitian dengan memberikan kuisioner. Sebagian besar ibu memilih untuk mengisi kuisioner dengan dibacakan oleh peneliti. Keseluruhan proses diperkirakan 20-25 menit untuk setiap responden.


(45)

4.7 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka data diediting yakni memeriksa kembali kuisioner, coding yakni memberikan kode, entry data yakni memasukkan data dan mentabulasi data dengan membuat tabel- tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti melakukan analisis data melalui komputerisasi untuk menilai distribusi frekuensi dan persentase perilaku ibu berupa pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.


(46)

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 17 Mei 2014 dengan melibatkan 96 ibu sebagai responden. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai lingkungan XI untuk ekonomi tinggi, lingkungan XIII untuk sosio-ekonomi sedang dan lingkungan XV untuk sosio-sosio-ekonomi rendah. Hasil penelitian ini menguraikan data demografi responden, pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Data Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, data usia ibu berada pada kelompok usia 54-55 tahun yang menojol (n=29, 30,2%), sebagian besar responden beragama Islam (n=71, 74%), ibu banyak yang bersuku batak (n=30, 31,2%), sebgaian ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (n=50, 52,1%), hamper sebagian dari jumlah ibu berpendidikan SMA (n= 43, 44,8%), data penghasilan keluarga berada di rentang yang sama < 1.500.000,00 (n=32, 33,3%) dan > 2.500.00,00 (n= 32, 33,3%) yang menonjol, dan mayoritas ibu tidak pernah mendengar informasi mengatasi gejala perimenopause (n=80, 83,3%).


(47)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

Demografi responden F %

Usia

45-47 tahun 25 26%

48-50 tahun 20 20,8%

51-53 tahun 22 22,9%

54-55 tahun 29 30,2%

Agama

Islam 71 74%

Kristen 25 26%

Suku

Batak 30 31,2%

Padang Jawa Dll Pekerjaan IRT PNS Wiraswasta Dll Pendidikan SD SMP SMA D3/Sarjana Penghasilan <1.500.000 1.500.000- 2.000.000 2.000.000-2.500.000 >2.500.000 Informasi Pernah Tidak pernah 19 28 19 50 9 36 1 22 17 43 14 32 11 21 32 16 80 19,8% 29,2% 19,8% 52,1% 9,4% 37,5% 1% 22,9% 17,7% 44,8% 14,6% 33,3% 11,5% 21,9% 33,3% 16,7% 83,3%

5.1.2. Pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

Penilaian pengetahuan dilakukan dengan memberikan kuisioner yang terdiri dari 18 pertanyaan dengan jawaban benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0.


(48)

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan ibu cukup yaitu 66 orang (68,8%) dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban ibu pada pertanyaan tentang pengobatan dengan hormon, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan kehidupan religi yang masing-masing terdiri dari 3 pertanyaan.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Pengetahuan ibu F %

Baik Cukup Kurang

23 66 7

23,9% 68,8% 7,3%

Total 96 100%

Gambaran pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di lingkungan XI (sosioekonomi rendah) di kelurahan Tegal Sari Mandala III didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu berpengetahuan cukup yaitu 27 orang ( 84,4%).

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Pengetahuan ibu F %

Baik Cukup Kurang

4 27 1

12,5% 84,4% 3,1%

Total 32 100%

Gambaran pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) di kelurahan Tegal Sari Mandala III


(49)

didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah dari jumlah ibu berpengetahuan cukup yaitu 19 orang ( 59,4%).

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Pengetahuan ibu F %

Baik Cukup Kurang

8 19 5

25% 59,4% 15,6%

Total 32 100%

Gambaran pengetahuan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di kelurahan Tegal Sari Mandala III didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah dari jumlah ibu berpengetahuan cukup yaitu 20 orang (62,5%). Dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat sosioekonomi, maka ibu berpengetahuan baikpun makin meningkat jumlahnya.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Pengetahuan ibu F %

Baik Cukup Kurang

11 20 1

34,4% 62,5% 3,1%


(50)

5.1.3. Sikap ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

Penilaian sikap ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dalam bentuk pernyataan sebanyak 12 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hasilnya dibagi menjadi 2 tingkatan sikap yaitu positif dan negatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keseluruhan sikap ibu positif mengatasi gejala perimenopause (n= 96, 100%). Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban ibu pada pernyataan tentang pengobatan dengan hormon, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan kehidupan religi yang masing-masing terdiri dari 2 pertanyaan.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran sikap ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

Sikap ibu f %

Positif 96 100%

Total 96 100%

5.1.4. Tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

Penilaian tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dalam bentuk pernyataan sebanyak 12 pernyataan dengan pilihan jawaban selalu, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Hasilnya dibagi menjadi 2 tingkatan tindakan yaitu baik dan tidak baik.


(51)

Hasil yang diperoleh menunjukkan mayoritas ibu memiliki tindakan yang baik dalam mengatasi gejala perimenopause (n= 90, 93,8%). Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban ibu pada pernyataan tentang pengobatan dengan hormon, olahraga, nutrisi, gaya hidup, pemeriksaan kesehatan dan kehidupan religi yang masing-masing terdiri dari 2 pertanyaan.

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Tindakan Ibu F %

Tidak baik 6 6,2%

Baik 90 93,8%

Total 96 100%

Hasil yang diperoleh dari tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah ) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III menunjukkan bahwa mayoritas ibu di lingkungan ini bertindakan baik yaitu 28 orang (87,5%), walaupun pengetahuan ibu di rentang yang cukup.

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan ibu di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Tindakan Ibu F %

Tidak baik 4 12,5%

Baik 28 87,5%

Total 32 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan tindakan mayoritas ibu baik, yaitu 31 orang (96,9%) dalam mengatasi gejala perimenopause di Lingkungan XII (sosioekonomi sedang ) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III.


(52)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan ibu di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Tindakan Ibu F %

Tidak baik 1 3,1%

Baik 31 96,9%

Total 32 100%

Ibu mayoritas memiliki tindakan yang baik dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi), yaitu terdapat 31 orang (96,9%).

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran tindakan ibu di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

Tindakan Ibu F %

Tidak baik 1 3,1%

Baik 31 96,9%

Total 32 100%

Hasil dari tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah), didapatkan bahwa pengetahuan ibu yang direntang kurang, cukup, baik, memiliki keseluruhan sikap yang positif. Mayoritas ibu berpengetahuan cukup (84,4%) dengan sikap yang positif.

Tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) didapatkan hasil yang sama dari hasil tabulasi silang Lingkungan XI yaitu walaupun ibu berpengetahuan kurang, cukup dan baik memiliki keseluruhan sikap yang positif. Terdapat lebih dari setengah dari jumlah ibu(59,4%) ibu berpengetahuan cukup diikuti sikap yang positif.


(53)

Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) didapatkan hasil yang sama dengan tabulasi silang di lingkungan-lingkungan sebelumnya. Ibu berpengetahuan kurang, cukup dan baik diikuti dengan sikap yang positif. Lebih dari setengah dari jumlah ibu berpengetahuan cukup (62,5%) dengan sikap yang positif.

Tabel 12. Tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah), XIII (sosioekonomi sedang) dan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Hasil tabulasi silang antara sikap dengan tindakan menunjukkan bahwa keseluruhan responden memiliki sikap yang positif namun tindakannya masih ada yang tidak baik. Tabulasi silang antara sikap dengan pengetahuan di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) didapatkan hasil bahwa masih ada 4 orang (12,5%) bertindakan tidak baik, selebihnya bertindakan baik.

Tabulasi silang antara sikap dengan tindakan di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) didapatkan hasil bahwa jumlah ibu yang bertindakan

Cluster Pengetahuan Sikap Total

+ - f %

f % f %

Sosek rendah (Ling. XI)

Kurang 1 3,1% 0 0 1 3,1%

Cukup 27 84,4% 0 0 27 84,4%

Baik 4 12,5% 0 0 4 12,5%

Total 32 100% 0 0 32 100%

Sosek sedang (Ling XIII)

Kurang 5 15,6% 0 0 5 15,6%

Cukup 19 59,4% 0 0 19 59,4%

Baik 8 25% 0 0 8 25%

Total 32 100% 0 0 32 100%

Sosek tinggi (Ling. XV)

Kurang 1 3,1% 0 0 1 3,1%

Cukup 20 62,5% 0 0 20 62,5%

Baik 11 34,4% 0 0 11 34,4%


(54)

sebagian besar responden bersikap positif diikuti dengan tindakan yang baik (96,9%), hanya 1 orang yang bertindakan tidak baik.

Hasil yang sama ditunjukkan pada Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi). Dari 32 responden di lingkungan tersebut, 31 responden (96,9%) memiliki sikap yang positif diikuti dengan tindakan yang baik, dan hanya 1 responden bertindakan tidak baik.

Tabel 13. Tabulasi silang antara sikap dengan tindakan di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah), XIII (sosioekonomi sedang) dan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Cluster Sikap Tindakan Total

Baik Tidak baik f %

F % f %

Sosek rendah (Ling XI)

+ 28 87,5% 4 12,5% 32 100%

- 0 0 0 0 0 0

Total 28 87,5% 4 12,5% 32 100%

Sosek sedang (Ling XIII)

+ 31 96,9% 1 3,1% 32 100%

- 0 0 0 0 0 0

Total 31 96,9% 1 3,1% 32 100%

Sosek tinggi (Ling XV)

+ 31 96,9% 1 3,1% 32 100%

- 0 0 0 0 0 0

Total 31 96,9% 1 3,1% 32 100%

Hasil tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah) menunjukkan bahwa kebanyakan ibu bertindakan baik diikuti dengan pengetahuan yang cukup (71,9%). Pengetahuan yang kurang tidak menjamin akan memunculkan tindakan yang tidak baik, dapat dilihat dari hasil penelitian, ibu yang berpengetahuan kurang, tindakan yang dihasilkannya baik.

Tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di Lingkungan XIII (sosioekonomi sedang) didapat hasil tidak ada ibu berpengetahuan kurang yang


(55)

bertindakan tidak baik, begitu juga yang berpengetahuan baik, diikuti dengan tindakan yang baik pula, namun tindakan tidak baik muncul pada ibu yang berpengetahuan cukup.

Hasil tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) sama dengan di Lingkungan XIII, lebih dari setengah dari jumlah ibu bertindakan baik degan pengetahuan yang cukup (59,4 %), namun ada 1 responden bertindajan tidak baik memiliki pengetahuan yang cukup.

Tabel 14. Tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di Lingkungan XI (sosioekonomi rendah), XIII (sosioekonomi sedang), Lingkungan XV (sosioekonomi tinggi) di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Cluster Tindakan Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

f % f % f % f %

Sosek rendah (Ling XI)

Baik 1 3,1% 23 71,9% 4 12,5% 28 87,5% Tidak

baik

0 0 4 12,5% 0 0 4 12,5%

Total 1 3,1% 27 84,4% 4 12,5% 32 100%

Sosek sedang (Ling XIII)

Baik 5 15,6% 18 56,3% 8 25% 31 96,9% Tidak

baik

0 0 1 3,1% 0 0 1 3,1%

Total 5 15,6% 19 59,4% 12 25% 32 100%

Sosek tinggi (Ling XV)

Baik 1 3,1% 19 59,4% 11 34,4% 31 96,9% Tidak

baik

0 0 1 3,1% 0 0 1 3,1%


(56)

5.2. PEMBAHASAN 5.2.1. Pengetahuan

Hanya 23,9% ibu berpengetahuan baik dalam mengatasi gejala perimenopause, selebihnya berada di rentang yang cukup dan kurang. Berdasarkan hasil dari data demografi, jumlah ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga adalah 52,1%, selain itu mayoritas ibu tidak pernah mendapatkan informasi tentang cara mengatasi gejala perimenopause dan ibu berpendidikan tinggi (D3/ Sarjana) hanya 14,6%, selebihnya berpendidikan SD, SMP ataupun SMA. Hal-hal tersebut mempengaruhi pengetahuan ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi (Mubarak, 2011). Dari hasil penelitian, jumlah ibu berpengetahuan baik semakin meningkat sesuai dengan tingkat sosioekonominya. Dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan usia, didapatkan hasil semakin berumur, maka pengetahuan semakin baik, terlihat bahwa di usia 54-55 tahun tidak ada ibu yang berpengetahuan kurang, hal ini sesuai pendapat Mubarak (20110, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terjadi pematangan fungsi organ sedangkan aspek mental seseorang akan menjadi dewasa dan matang dan lebih berpengalaman. Dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan pendidikan, tidak terdapat ibu yang berpengetahuan kurang di tingkat D3/sarjana. Menurut Mubarak (2011), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula dapat menerima informasi. Begitu pula aspek informasi, kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh


(57)

pengetahuan baru, tergambar dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan informasi, ibu yang pernah mendengar informasi tentang mengatasi gejala perimenopause, tidak ada yang berpengetahuan kurang.

Gejala yang paling utama pada masa perimenopause adalah gejolak panas dan keringat pada malam hari (Deecher & Doriies, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,5% ibu berpengetahuan baik tentang gejala perimenopause yang dapat diobati yaitu rasa panas yang muncul tiba-tiba disertai keluarnya keringat dan cara- cara penggunaan obat yang tepat. Hal ini mungkin karena ibu merasakan gejala tersebut dan berusaha mengobatinya. Namun, untuk pertanyaan tentang masa minum obat yang tepat, terdapat 76% ibu berpengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang fase- fase menopause. Dalam menjawab pertanyaan tentang manfaat berolahraga, 52% ibu menjawab dengan benar tentang manfaat berolahraga dalam mengatasi kerapuhan tulang yang akan dialami pada saat perimenopause dan mayoritas ibu menjawab benar dalam memilih berjalan kaki sebagai olahraga sederhana yang dapat dilakukan di lingkungan sekitar rumah. Olahraga dapat menguatkan tulang, menstabilkan berat badan, mengurangi gejala klimakterik dan mengurangi stres (Kasdu, 2002). Terkait dengan keluhan nyeri sendi, 49% ibu menjawab lebih sering membiarkan ataupun menggunakan cara tersendiri untuk mengobati keluhan nyeri sendi ketimbang mengkonsultasikannya kepada dokter. Pengetahuan ibu cukup baik tentang gizi yang tepat dikonsumsi selama perimenopause, 79,2% ibu menjawab dengan benar kalsium adalah zat yang baik untuk tulang dan makanan yang mengandung tinggi protein baik untuk


(58)

dikonsumsi, namun hanya 25% ibu yang mengetahui biji-bijian dan kacang-kacangan adalah tumbuhan yang baik dikonsumsi. Nirmala dalam Lisnani (2010) mengatakan bahwa wanita perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen sebagai pengganti estrogen yang hilang yang terkandung dalam serealia, biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayuran. Pengetahuan tentang gaya hidup dijawab 78,1% ibu dengan benar, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu untuk hidup sehat baik, namun 50% dari jumlah ibu menjawab salah untuk minuman yang mempengaruhi gejala perimenopause. Untuk pertanyaan tentang pemeriksaan kesehatan menunjukkan pengetahuan ibu kurang. Hal ini dapat dilihat dari persentase kebenaran jawaban yang kurang dari setengah bahkan ada yang sebagian besar salah. Menurut pendapat Dasgupta dan Ray (2009) dalam Menopausal Problems among Rural and Urban Women in Eastern Indian mengatakan bahwa gejala psikologis yang paling menonjol adalah emosi, depresi dan kurangnya konsentrasi. Dari hasil penelitian, pengetahuan ibu baik dalam mengatasi rasa emosi dengan benar dengan menjawab benar pertanyaan tentang meningkatkan kehidupan religi dalam mengatasi gejala perimenopause khusunya ranah psikologis.

5.2.2. Sikap

Keseluruhan ibu memiliki sikap yang positif dalam mengatasi gejala perimenopause. Kemungkinan hasil ini masih merupakan suatu respon ibu yang tertutup apabila dikaitkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang masih ada 7,3% (7 orang). Menurut Maulana (2009), sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Selain itu, sikap merupakan pandangan atau


(59)

perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999). Kedua pernyataan tersebut menggambarkan bahwa ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III siap memasuki perimenopause menopause dengan sikap yang positif dalam mengatasi gejala- gejala yang muncul. Penelitian Nurdono (2013) bertentangan dengan hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa ketidakpahaman dan kurangnya pengetahuan memunculkan sikap-sikap yang negatif.

Ibu menjawab setuju untuk mencari pengobatan yang sesuai dalam mengatasi gejala perimenopause yang dialaminya sebanyak 89,6%. Untuk pernyataan negatif, tergambarkan bahwa jumlah ibu yang setuju dan tidak setuju seimbang dalam khasiat berolahraga. Hal ini tidak sesuai dengan pengetahuan ibu yang lebih dari setengah menjawab benar tentang manfaat berolahraga dan memilih berjalan kaki sebagai olahraga sederhana dalam mengatasi gejala perimenopause. Untuk pernyataan tentang nutrisi, 56,1% dari jumlah ibu setuju dengan pernyataan negatif yaitu mengkonsumsi makanan sesuka hati dan sebagian besar setuju untuk mengkonsumsi buah- buahan. Sebagian besar ibu setuju dengan gaya hidup yang sehat. Pernyataan tentang pemeriksaan kesehatan, ibu memiliki sikap yang positif untuk memelihara kesehatannya di fase perimenopause. Pernyataan tentang meningkatkan kehidupan religi di di jawab positif oleh hampir keseluruhan ibu. 5.2.3 Tindakan

Dari hasil penelitian terdapat 6,2% yang masih bertindakan tidak baik. Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,


(60)

antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. Berarti ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III belum mengaplikasikan sikap ke tindakan yang nyata, dan hal ini perlu difasilitasi dengan mengadakan pendidikan kesehatan. Dari hasil tabulasi silang antara tindssksn dengan usia, banyak ibu direntang 54-55 tahun memiliki tindakan yang baik. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga banyak yang memiliki waktu senggang untuk melakukan aktifitas kesehatan dan berbaur bertukar informaasi kesesama ibu-ibu di lingkungannya. Ibu yang bekerja sebagai wiraswasta maupun PNS banyak mengetakan tidak mempumyi waktu untuk mengaplikasikan sikap yang dia miliki ke tindakan yang bermanfaat seperti berolahraga dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Kebanyakan ibu dengan pendidikan SMA dan berpenghasilan > Rp. 2.500.000,00 memiliki tindakan yang baik dalam mengatasi gejala perimenopause. Dari hasil penelitian didapatkan semakin tinggi sosioekonominya, maka tindakan yang muncul semakin baik.

Dari hasil jawaban terkait tindakan ibu untuk mengatasi gejala perimenopause dengan mengkonsumsi obat dan berkonsultasi, hanya 27,1% yang melakukannya dengan intensitas sering maupun selalu, selebihnya hanya ketika sakit saja. Untuk pernyataan tentang olahraga terdapat 70,8% ibu tidak melaksanakan olahraga dan bepergian ke lingkungan sekitar rumah dengan menggunakan kendaraan, padahal pengetahuannya tentang manfaat olahraga cukup baik. Ibu bertindakan baik dalam masalah nutrisi masih 50%, hal ini terlihat dari ibu yang mengkonsumsi makanan sesuai selera tanpa peduli zat gizi terdapat 51%. Mayoritas ibu menghindari alkohol dan rokok. Untuk pernyataan tentang tindakan ibu dalam melakukan


(61)

pemeriksaan kesehatan, didapatkan hasil yang tidak baik. Padahal pada pernyataan sikap, ibu memiliki sikap yang positif untuk pemeriksaan kesehatan. Tindakan ibu baik dalam meningkatkan kehidupan religi di masa perimenopause, hal ini tergambar di jawaban ibu yang 93,7% menjawab selalu dan sering dalam melaksanakan ibadah dan mengikuti acara keagamaan untuk mengatasi perubahan psikologisnya. Faktor religius dan spiritualitas memiliki efek yang positif pada status kesehatan. Hal ini akan berdampak pada perilaku kesehatan yang positif (Steffen, 2009).

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang selaras dengan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan, apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka itulah yang disebut bahagia (Purwanto 1999). Terkait dengan pernyataan diatas, perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause merupakan cara ibu perimenopause menyesuaikan dirinya dengan mengatasi gejala-gejala yang muncul. Ibu akan merasa nyaman dan bahagia di fase perimenopause apabila mampu mengatasi gejala- gejala perimenopause. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Cara langsung bisa dilakukan melalui observasi tindakan atau kegiatan responden dan cara tidak langsung dengan mewawancarai atau memberi angket pertanyaan tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari ataupun bulan yang telah lalu (recall). Dari pernyataan diatas didapatkan gambaran perilaku ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai direntang yang baik, berdasarkan hasil penelitian yang


(62)

menyatakan bahwa pengetahuan ibu cukup (68,8%) diikuti sikap ibu positif (100%) dengan tindakan yang baik (93,8%).

5.2.4. Tabulasi silang antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi gejala perimenopause di Kelurahan Tegal Sari M andala III Kecamatan Medan Denai

Dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap di sosioekonomi rendah, didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tidak berdampak pada sikap yang muncul. Ibu berpengetahuan kurang hanya ada 3,1% dan kebanyakan berpengetahuan cukup. Begitu juga hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap di sosioekonomi sedang, terdapat 15,6% ibu berpengetahuan kurang dan jumlah ibu berpengetahuan baik meningkat menjadi 25%. Sedangkan tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap di sosioekonomi tinggi, ibu berpengetahuan kurang, cukup dan baik juga memiliki keseluruhan sikap yang positif. Dari hasil penelitian didapat bahwa semakin tinggi tingkat sosioekonomi, maka pengetahuan akan semakin membaik.

Pengetahuan memang mempengaruhi sikap, namun kadang-kadang tidak begitu jelas pengaruhnya. Hal ini juga tergantung pada besarnya masukan yang bervariasi dari lingkungan sekitra (Maramis, 2006). Hasil jawaban kuisioner tergambar bahwa ibu memiliki sikap positif tapi tidak dilandasi dengan pengetahuan ibu berdasarkan teori yang jelas dan sebenar-benarnya, contohnya tergambar pada pertanyaan tentang pengobatan gejala perimenopause. Dalam pernyataan sikap, ibu setuju untuk mencari pengobatan yang sesuai dengan gejala perimenopause yang dialaminya, namun ketika muncul pertanyaan kapan minum


(63)

obat yang tepat untuk mengatasi gejala perimenopause di kuisioner pengetahuan, sebagian besar ibu menjawab salah.

Untuk tabulasi silang antara sikap dengan tindakan di sosioekonomi rendah, didapatkan sikap yang positif keseluruhan yang diikuti dengan tindakan yang mayoritas baik. Sedangkan di sosioekonomi sedang dan tinggi, didapatkan hasil yang sama, yaitu masih terdapat ibu bertindakan tidak baik walaupun sikapnya sudah positif.

Setelah mengetahui stimulus/objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2007). Namun sikap belum otomatis terwujud dalam sebuah tindakan, begitu juga sebaliknya, pengetahuan juga belum tentu terwujud dalam sebuah tindakan. Dari hasil jawaban kuisioner ada beberapa item pertanyaan yang dijawab ibu dengan pengetahuan baik dan sikap positif namun tidak diikuti dengan tindakan yang baik, contohnya pada pertanyaan tentang olahraga. Ibu berpengetahuan baik tentang dan bersikap positif dengan menyetujui bahwa olahraga penting, namun untuk tindakan nyata, mayoritas ibu menjawab pernyataan olahraga dengan pilihan kadang-kadang. Begitu juga dengan pertanyaan tentang melakukan pemeriksaan kesehatan, ibu setuju untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, namun pada tindakan tentang melekukan pemeriksaan kesehatan, mayoritas ibu memilih kadang-kadang dengan alas an hanya ketika sakit saja.


(64)

Tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di sosioekonomi rendah didapat hasil bahwa walaupun ibu berpengetahuan kurang akan tetapi tindakan yang muncul baik. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa ibu yang berpengetahuan cukup, tidak semuanya diikuti dengan tindakan yang baik. Terdapat 12,5% ibu berpengetahuan cukup dengan tindakan yang tidak baik. Untuk tabulasi silang antara tindakan dengan pengetahuan di sosioekonomi sedang dan tinggi, terdapat ibu yang memiliki pengetahuan cukup namun diikuti dengan tindakan yang tidak baik. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan belum tentu berpengaruh pada tindakan seseorang, begitupula dengan tindakan terhadap pengetahuan. Contohnya pada pertanyaan tentang mengontrol gaya hidup yang baik untuk penderita hipertensi dan obesitas, yaitu menjauhi makanan yang berlemak dan mengontrol berat badan, namun ditindakan nyata, mayoritas ibu masih makan makanan sesuka hati dan masih sedikit yang sadar untuk menghindari makanan yang berlemak.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)