Rangkuman HUKUM ADMINISTRASI NEGARA kary (1)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia

Rangkuman

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum

Administrasi Negara
Semester Pendek

Dosen Pengampu:
Dr. H. Cecep Darmawan, S. Pd., S. Ip., M. Si.
Drs. Rahmat, M. Si.

Disusun oleh:
Fauzi Faturohman

1304027

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.............................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................1
BAB II PENGERTIAN HUKUM DAN NEGARA HUKUM....2
BAB III INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM................3
BAB IV HUKUM TATA NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA ............................................................................................4
BAB V KEDUDUKAN HAN DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL,
HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN..................................................5
BAB VI PERBUATAN PEMERINTAH.......................................7
BAB VII PENGAWASAN ADMINISTRATIF DAN PENGAWASAN
YURIDIS TERHADAP PEMERINTAH..........................................9
BAB VIII PERADILAN TATA USAHA NEGARA........................10
BAB IX PENUTUP..........................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................12
B. Saran..............................................................................13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Hukum itu adalah himpunan atau seperangkat peraturan-peraturan yang
isinya berupa perintah-perintah dan larangan-larangan yang bertujuan untuk
menciptakan ketertiban atau keteraturan dalam suatu masyarakat, oleh karena itu
apabila dilanggar akan dikenakan sanksi.
Negara Indonesia sebagai Negara hukum, tentunya setiap perbuatan atau
tindakan pemerintah harus didasarkan kepada hukum. Hukum disini adalah
hukum yang baik dan adil, hukum yang baik dan adil adalah hukum yang dibuat
berdasar proses dan prosedur yang benar serta taat terhadap tata urutan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, selain itu hukum dibuat semata-mata
bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan masyarakat sebagaimana
diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

PNS sebagai aparatur pemerintahan yang mempunyai tugas sebagai
pelayan masyarakat di dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak boleh
terlepas dari hukum, karena Hukum Administrasi Negara telah memberikan
batasan kewenangan kepada Pegawai Negeri Sipil atau disebut juga sebagai
Pejabat Administrasi Negara di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, oleh
karena itu apabila PNS di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
sewenang-wenang maka akan muncul gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara
dari pihak-pihak atau masyarakat yang dirugikan sebagai akibat Keputusan Tata
Usaha Negara yang telah dikeluarkan atau diputuskan. Pengertian Keputusan Tata
Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.
Tugas PNS adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena
itu PNS selalu menjadi obyek pengawasan di dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, oleh karena itu agar PNS di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
tidak selalu menjadi obyek pengawasan, maka dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya harus selalu mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta asas asas umum penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dengan

demikian maka akan terwujud kepemerintahan yang baik atau good governance.

1

BAB II
PENGERTIAN HUKUM DAN NEGARA HUKUM

Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturanperaturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.
Dengan memperhatikan pengertian hukum sebagaimana telah diuraikan di atas
maka dapat dikatakan bahwa unsur-unsur hukum adalah:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa;
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas. Sedangkan
ciri-ciri hukum adalah:
1. Adanya perintah dan/atau larangan;
2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi dan ditaati setiap orang;
3. Dibuat oleh badan-badan resmi.

Sedangkan ide adanya negara hukum adalah dalam rangka memberikan batasan
kewenangan yang dilaksanakan oleh penguasa pada saat berkuasa. Adapun
pengertian dari negara hukum adalah suatu negara di mana segala tindakan atau
perbuatan penyelenggara negara atau pemerintah harus didasarkan kepada hukum.
Sebagai negara hukum, maka negara di dalam menjalankan kekuasaannya harus
memperhatikan unsur-unsur dari negara hukum, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (grondrechten);
2. Adanya pembagian kekuasaan (scheiding van machten);
3. Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum (wet
matigheid van het bestuur);

4. Adanya peradilan administrasi(administrasi rechspraak).

2

BAB III
INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercermin dalam PasalPasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain Pasal 1 ayat (3)
yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Sebagai negara yang

berdasarkan atas hukum tentunya segala perbuatan atau tindakan pemerintah atau
Negara harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan perundangundangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan tersebut dilaksanakan.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada haruslah didasarkan
pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang baik dan adil. Hukum yang
baik adalah hukum yang demokratis yang didasarkan atas kehendak rakyat sesuai
dengan kesadaran rakyat, sedangkan hukum yang adil adalah hukum yang
memenuhi maksud dan tujuan setiap hukum, yakni keadilan.
Untuk dapat menciptakan hukum yang baik dan adil tentunya tidak
terlepas dari proses dan prosedur pembuatannya, oleh karena itu di dalam
pembuatan harus didasarkan pada alasan dan tujuan yang jelas , atau harus
didasarkan kepada landasan filosofis, yuridis dan sosiologis, selain itu harus taat
terhadap tata urutan peraturan perundang-undangan yang ada serta peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3

BAB IV

HUKUM TATA NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Beberapa pengertian Hukum Tata Negara yang telah diuraikan di atas,
apabila disimpulkan maka pengertian Hukum Tata Negara adalah hukum yang
mengatur tentang berdirinya suatu lembaga negara, tugas dan fungsi suatu
lembaga negara serta hubungan antara lembaga negara yang satu dengan lembaga
negara yang lainnya. Sedangkan pengertian Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan aturan-aturan hukum yang harus diperhatikan oleh alat perlengkapan
negara dan pemerintahan jika menjalankan kekuasaannya.
Dari dua pengertian tersebut di atas, memang terdapat perbedaan, namun
demikian antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara
memiliki hubungan yang erat, karena sama-sama obyeknya adalah Negara, karena
Hukum Administrasi Negara mempunyai tugas untuk mengawasi jalannya tugas
dan fungsi yang dijalankan oleh lembaga-lembaga negara yang termasuk dalam
ruang lingkup Hukum Tata Negara.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas Hukum Tata Negara disebut juga
negara dalam keadaan tidak bergerak (negara dalam keadaan statis), hal ini karena
HTN hanya mengatur mengenai organ-organ negara, sedangkan Hukum
Administrasi Negara disebut juga negara dalam keadaan bergerak (negara dalam
keadaan dinamis) karena Hukum Administrasi Negara mengatur administrasinya
saja, seperti kewenangan untuk memberikan perijinan oleh suatu instansi

pemerintah termasuk juga administrasi di dalam proses dan prosedur pembuatan
ijin.

4

BAB V

KEDUDUKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM SISTEM
HUKUM NASIONAL, HAKEKAT DAN CAKUPAN HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA

Sistem Hukum Nasional terdiri dari berbagai sub-sub sistem hukum yang
ada di Indonesia, oleh karena itu Hukum Administrasi Negara merupakan salah
satu sub system hukum nasional Indonesia, karena masih banyak sub-sub system
hukum yang lain , seperti Hukum Tata Negara, Hukum Perdata, Hukum Pidana
dan sebagainya. Sebagai salah satu sub sistem hukum nasional tentunya Hukum
Administrasi Negara memegang peranan yang sangat penting dalam
mensukseskan pembangunan nasional guna mencapai suatu masyarakat yang adil
dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hukum Administrasi Negara sebagai salah satu sub sistem hukum
Nasional di dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari peraturan
perundang-undangan yang ada di Indonesia, oleh karena itu sumber hukum dari
Hukum Administrasi Negara di antaranya adalah Pancasila, UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang dan peraturan perundangundangan yang lain.
Hukum Administrasi Negara mempunyai fungsi untuk menguji hubungan
hukum istimewa antara pejabat administrasi Negara di dalam melaksanakan tugas
mereka yang khusus dengan warga masyarakat, maka Hukum Administrasi
Negara akan selalu mengawasi jalannya fungsi-fungsi lembaga Negara yang
dilaksana-kan oleh pejabat administrasi Negara, agar fungsi-fungsi tersebut tidak
dijalankan secara sewenang-wenang terutama terhadap keputusan atau kebijakan
yang diambil atau ditetapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka cakupan Hukum
Administrasi Negara adalah :
1. Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan
masyarakat;
2. Mengatur cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan dan
pengendalian tersebut;

5


3. Perlindungan hukum (rechtsbesherming);
4. Menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa untuk pemerintahan
yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur).

6

BAB VI

PERBUATAN PEMERINTAH

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan guna mencapai
kesejahteraan masyarakat, pejabat administrasi Negara tidak terlepas
melaksanakan berbagai aktivitas yang dituangkan dalam bentuk program dan
kegiatan, atau dalam Hukum Administrasi Negara sering disebut dengan istilah
Perbuatan Pemerintah. Perbuatan atau aktivitas yang dilaksanakan oleh
Pemerintah ada yang berimplikasi terhadap hukum (yuridis), dan ada yang tidak
berimplikasi hukum (non yuridis).
Dalam hubungannya dengan Perbuatan Pemerintah di sini yang dibahas
adalah Perbuatan Pemerintah yang berimplikasi hukum. Di kalangan

pemerintahan, perbuatan pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. perbuatan pemerintah yang bersifat hukum privat; dan
2. perbuatan pemerintah yang bersifat hukum publik.
Perbuatan Pemerintah yang bersifat hukum privat, karena ini merupakan
hubungan hukum antara subyek hukum (perorangan atau badan hukum perdata)
dengan pemerintah tentunya tunduk terhadap aturan-aturan yang diatur di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Sedangkan perbuatan pemerintah yang bersifat hukum publik terdiri dari
dua macam, yaitu :
1. perbuatan hukum publik yang bersegi dua, dan
2. perbuatan hukum publik yang bersegi satu.
Yang dimaksud perbuatan hukum publik yang bersegi dua yaitu perbuatan
yang dilakukan oleh penyelenggara negara atau pemerintah di dalam mengadakan
hubungan hukum dengan subyek hukum lainnya. Sedangkan Perbuatan hukum
publik yang bersegi satu yaitu perbuatan yang diadakan oleh alat-alat kelengkapan
negara atau pemerintah menurut suatu wewenang istimewa, diberi nama
beschikking atau disebut juga penetapan atau perbuatan penetapan (beschikking
handeling).

7

Pemerintah di dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus didasarkan
kepada peraturan perundang-undangan yang sudah ada, namun sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan keadaan tidak semua peraturan perundang-undangan
siap, hal disebabkan pembuatan peraturan perundang-undangan memerlukan
waktu yang cukup lama, dilain pihak pemerintah harus berbuat tapi peraturan
perundang-undangannya tidak ada, dengan demikian maka akan timbul
kekosongan hukum.
Dalam rangka menghindari adanya kekosongan hukum atau peraturan
perundang-undangan, maka Pejabat Administrasi Negara selaku penyelenggara
pemerintahan diberikan kewenangan untuk membuat suatu aturan, atau yang
disebut Diskresi atau Freies Ermessen. Walaupun Pejabat Administrasi Negara
diberikan kewenangan untuk membuat suatu aturan karena kebutuhan, namun
harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Adanya kebebasan atau keleluasaan Administrasi Negara untuk bertindak
atas inisiatif sendiri;
2. Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mendesak yang belum ada
aturannya untuk itu;
3. Harus dapat dipertanggungjawabkan.

8

BAB VII

PENGAWASAN ADMINISTRATIF DAN PENGAWASAN YURIDIS
TERHADAP PEMERINTAH

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana ditegaskan di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan
penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional
dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara Negara dan
penyelenggara pemerintahan bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan para pejabat administrasi
Negara tidak terlepas dari pengawasan oleh semua pihak, oleh karena itu sering
disebutkan pemerintah sebagai obyek pengawasan. Adapun tujuan pengawasan
sebagaimana disebutkan dalam Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 adalah
mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembangunan. Sedangkan
jenis pengawasan adalah :
1. Pengawasan fungsional;
2. Pengawasan legislatif;
3. Pengawasan melekat;
4. Pengawasan masyarakat.
Pejabat administrasi Negara di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
tidak sebagaimana yang diharapkan, dan sering menghadapi masalah, salah
satunya adalah masalah sengketa administrasi yang ditimbulkan sebagai akibat
suatu keputusan atau kebijakan yang dikelurkan oleh pejabat administrasi Negara.
Adapun yang dimaksud dengan sengketa Hukum Adminstrasi Negara atau sering
disebut sebagai Sengketa Tata Usaha Negara. Adapun pengertian Sengketa Tata

9

Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, baik yang di Pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Kehakiman, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
35 Tahun 1999, Pasal 10 disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
Peradilan di lingkungan :
1. Peradilan Umum;
2. Peradilan Agama;
3. Peradilan Militer;
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
Namun setelah lebih kurang 15 tahun Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1970 tersebut berjalan dari keempat jenis Peradilan tersebut di atas baru tiga jenis
Peradilan yang sudah ada, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan
Militer, sedangkan Peradilan Tata Usaha Negara belum ada, baru pada tahun 1986
Peradilan Tata Usaha Negara laihr dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986.
Adapun sebagai dasar pemikiran kelahiran Peradilan Tata Usaha Negara,
diantaranya adalah :
1. Bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan
bangsa yang sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang menjamin
persamaan kedudukan warga masyarakat dalam hukum, dan yang
menjamin terpeliharanya hubungan serasi, seimbang serta selaras antara
aparatur di bidang Tata Usaha Negara dengan para warga masyarakat;
2. Dalam rangka mewujudkan tata kehidupan tersebut, dengan jalan mengisi
kemerdekaan melalui pembangunan nasional secara bertahap, diusahakan
10

untuk membina, menyempurnakan, dan menertibkan aparatur di bidang
Tata Usaha Negara, agar mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih,
serta berwibawa, dan dalam melaksanakan tugasnya selalu berdasarkan
hukum dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian untuk
masyarakat.
Dengan memperhatikan landasan pemikiran sebagaimana telah diuraikan
di atas, maka tujuan PTUN diciptakan adalah untuk menyelesaikan sengketa
antara Pemerintah dengan warga negaranya. Dalam hal ini sengketa yang timbul
sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan Pemerintah yang melanggar hak
warga negaranya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTUN diadakan
dalam rangka memberi perlindungan kepada rakyat. Dengan kata lain tujuan
PTUN sebenarnya tidak semata-mata untuk memberikan perlindungan terhadap
hak-hak perseorangan, melainkan juga untuk melindungi hak-hak masyarakat.
Dengan lahirnya Peradilan Tata Usaha Negara, maka kepada seluruh
warga Negara Indonesia diberikan kesempatan untuk mengajukan gugatan setiap
Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Pejabat Administrasi Negara
apabila keputusan tersebut merugikan, selain itu keberadaan PTUN juga
memberikan perhatian kepada seluruh Pejabat Administrasi Negara dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, terutama apabila mengeluaran suatu Keputusan
agar dikemudian tidak ada pihak yang dirugikan, sehingga tidak muncul adanya
gugatan di PTUN.
Dalam usaha menciptakan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,
efektif dan wibawa serta mampu memberikan perlindungan hukum terhadap
masayarakat, pemerintah tidak hanya didasarkan pada keberadaan Peradilan Tata
Usaha Negara, namun demikian pemerintah juga menerapakan asas-asas umum
penyelenggaraan Negara yang baik, sebagaimana yang diatur di dalam UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Asas-asas umum penyelenggaraan
negara yang baik meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;

4. Asas Keterbukaan;
5. Asas Proporsionalitas;
6. Asas Profesionalitas; dan
11

7. Asas Akuntabilitas.

BAB IX

PE N UTU P

A. Simpulan
Hukum Administrasi Negara merupakan sub sistem dari Sistem Hukum
Nasional yang berlaku di Indonesia, oleh karena itu HAN harus didasarkan
kepada Pancasila dan UUD 1945 serta peraturan perundang-undangan lainnya
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia.
Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah merupakan keseluruhan
aturan-aturan hukum yang harus diperhatikan oleh alat-alat perlengkapan negara
dan aparatur pemerintah apabila menjalankan kekuasaannya. Adapun tujuan HAN
adalah memberikan batasan wewenang kepada aparatur negara dan aparatur
pemerintah agar dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pembangunan dan
pemerintah tidak berbuat sewenang-wenang serta dapat melindungi warga
masyarakat, dengan demikian tidak terjadi benturan kepentingan antara penguasa
dengan warga masyarakat.
Dalam era reformasi dan transparansi serta persaingan global dewasa ini,
sebagai aparatur negara dan aparatur pemerintah di dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
aparatur negara dan aparatur pemerintah juga dituntut untuk berpedoman pada
asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta dapat
menegakkan supremasi hukum, hal ini sebagaimana diamanatkan di dalam
Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Undang-Undang No. 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah serta peraturan perundang-undangan lainnya, semua
peraturan perundang-undangan tersebut dibuat agar aparatur negara dan aparatur
pemerintah di dalam melaksanakan tugas sehari-hari tidak terjadi adanya tuntutan
atau gugatan dari masyarakat yang merasa dirugikan kepentingannya, dengan

12

demikian akan terwujud adanya suatu pemerintahan yang baik atau good
governance.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, di dalam kurikulum Pendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III (Diklatpim Tingkat III) materi Hukum
Administrasi Negara (HAN) diberikan kepada peserta Diklatpim Tingkat III
karena peserta Diklatpim Tingkat III pesertanya adalah para pejabat struktural
eseleon III atau calon pejabat yang akan menduduki struktural eselon III.
B. Saran
Pertimbangan materi HAN diberikan kepada peserta Diklatpim Tingkat III
adalah karena pejabat struktural eselon III adalah pejabat operasional yang seharihari menangani bidang tugasnya masing-masing.
Sehingga setelah diberikan materi HAN, sebagai tindak lanjutnya
diharapkan kepada alumni peserta dapat memahami dan mampu menerapkan di
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari, dengan demikian maka tidak
akan muncul gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara dari masayarakat, karena
masyarakat merasa terayomi dan hak-haknya terlindungi

13