PS4AB Tafsir Ayat Alquran Tentang Akunt

MAKALAH
TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI
AKUTANSI SYARIAH

Kelompok 5:
Weni Purnama Sari (15631093)
Putri Anggraini (158631064)
Novi Dwijayanti (15631060)

Dosen Pembimbing: Hardivizon, M.Ag

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)CURUP
2017

A. PENDAHULUAN
Bismillahirohmannirohim
Dengan mengucapkan syukur alhamdullilah atas segala karunia dan
nikmatnya.Shalawatdansalam senantiasa dipanjatkan untuk rasulnya Muhammad
SAW, pembawa danpemimpin petunjuk kebenaran bagi umat manusia

Pada pembahasan makalah ini penulis menggunakan metode penafsiran
maudhui dalam kajian tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan perekonomian.
Bidang ekonomi yang didukung

basis agama yang telah terbukti memberikan

sumbangsih peran yang signifikat dalam perjalanan kehidupan manusia.
Benarkah ilmu akuntasi ada dalam islam? Pertanyaan ini begitu menggelitik,
karena agama sebagaimana dipahami banyak kalangan hanyalan kumpulan norma
yang lebih menekankan pada persoalan moralitas.Dan karenanya prinsip-prinsip
kehidupan praktis yang mengatur tata kehidupan yang modern dalam bertransaksi
yang diatur dalam akuntasi, tidak masuk dalam cangkupan agama.
Agama diturunkan untuk menjawab persoalan manusia, baik dalam tataran
makro maupun mikro.Ajaran agama memang harus dilaksanakan dalam segala
aspek kehidupan. Dalam pelaksanaannya, ajaran agama sebagai pesan-pesan langit
perlu penerjemahan dan penafsirannya .ini masalah pokonya: “ membumikan”
hajaran langit. Didunia, agama harus dicari relevansinya sehingga dapat mewarnai
tata kehidupan budaya, politik, dan sosial ekonomi umat. Dengan demikian agama
tidak meluluhberada dalam tataran nonaktif saja karena islam adalah agama amal
sehingga penafsirannya pun harus beranjak dari normative menuju teoritis keilmuan


1

yang factual. Eksistensi akuntasi dalam islam dapat kita lihat dari berbagai bukti
sejarah maupun dari al-quran dalam surat Al-Baqarah ayat 282, dibahas masalah
muammalah. Termasuk didalamnya kegiatan jual beli, hutang piutang,dan sewa
menyewa.
Dari situ dapat kita simpulkan bahwa dalam islam telah ada perintah untuk
melakukan system pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan
kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadialan antara kedua pihak yang memiliki
hubungan

muamalah.

Dalam

bahasa

akuntasi


lebih

dikenal

dengan

accountability.Wacana akuntasi syariah akuntasi konvensional yang sekarang
berkembang adalah sebuah disiplin dan praktik yang dibentuk dan membentuk
lingkungannya. Oleh karena itu jika akuntasi dilahirkan dalam lingkungan kapitalis
maka informasi yang disampaikannyapun mengandung nilai-nilai kapitalis
kemudian keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil pengguna informasi
tersebut

juga mengandung nilai-nilai kapitalis.Tujuan akuntasi syariah adalah

terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendetal,
dan teologis.Dengan akuntasi syariah realitas sosial yang dibangun mengandung
nilai tauhid dan ketundukan kepada ketentuan Allah SWT.

2


B. PEMBAHASAN
1. TEKS AYAT

AL-BAQARAH :282

               

                 

                   

               

                 

                  

               


3

                   

 

2.TERJEMAHAN

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak
ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang

mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan

4

tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

C. KATA KUNCI
Kosa kata:Dain  (Al-Baqarah : 282)

Lafal dain (utang) berasal dari kata dana- yadinu yang berarti
(meminjamkan)


kepada

seseorang

uang

yang

harus

dikembalikan

yang

meminjamkan dan yang meminjam. Asal kata ad-dain dalam bahasa arab adalah
ganti yang diahrirkan atau ditunda. Dalam ayat ini Allah SWT mensyariatkan
adanya at-tadayun (utang piutang ) diantara sesama muslim agar tidak ada yang
mengatakan bahwa utang piutang itu haram, sebagaimana riba diharamkan, karena
utang piutang atau meminjam itu menjadi sebab beredarnya uang, dimana orang
yang hanya bias meminjamkan uangnya kepaa pedagang yang membutuhkan

suntikan dana, tanpa pinjaman dia tidak bisa mengembangkan usahanya. Untuk
menjamin hak si pemberi pinjaman dari si peminjam, agar keduanya merasa aman

5

maka Allah mensyariatkan supaya utang itu ditulis dan disaksikan oleh dua orang
saksi.1
Kalian memberikan utang kepada sesama kalian ::

Waktu yang telah ditentukan, baik dengan hari, bulan atau tahun yang
memberikan batas waktu tertentu pembayarannya. Tetapi tidak digantungkan
dengan waktu (musim) panen atu ketika datang dari haji atau sejenisnya. Karena hal
ini masih belum bisa ditentukan :

Dengan sportif, tidak cenderung memihak kepada pihak tertentu: 

Tidak berhalangan (mampu mengerjakannya): 

Menurut cara yang telah dikerjakan oleh Allah. Dalam menuliskan suratsurat dokumen: 


Hendaknya sang penulis menuliskan apa yang dimaksudkan olehnya:


1

Alquran dan tafsirnya jilid 1 ,(Jakarta:Lentera Abadi:2010),hal.432

6

Jangan mengurangi: 

Cara berpikirannya lemah, dan tidak bisa mentasaruf harta karena akalnya
kurang sempurna:

Mintalah kalian agar disaksikan oleh dua saksi lelaki :

Dapat dipercaya agama dan keadilannya: 

Dikhawirkan salah lantaran tidak teliti dan kurang perhatian: 


Janganlah kalian merasa bosan dan menggerutu: 
 

Keadilannya lebih terjamin: 

Lebih membantu dalam menegakkan kesaksian secara sebenarnya: 

Lebih dekat: 

7

Menjadikan keraguan dalam menentukan jenis utang jumlah dan waktu
pembayarannya:



Dosa: 

Keluaran dari dari garis ketaatan: 2


Munasabah :
Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat-ayat yang menerangkan keutamaan
sedekah, menafkakan harta dijalan Allah yng timbul dari hati sanubari, semata-mata
karena Allah dan dilandasi dengan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.
Selanjutnya Allah melarang melakukan riba dan menerangkan keburukannya,
karena riba itu semata-mata dilakukan untuk mencari keuntungan, tanpa
mengindahkan kesulitan dan kesukaran orang lain pada ayat ini Allah menerangkan
ketentuan-ketentuan dalam muamalah, yang didasarkan pada keadilan dan kerelaan
masing-masinng.3

2
3

Ahmad Mustofa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi (Semarang:PT.Karya Toha Putra,1987),hal. 121.
Al-Quran dan tafsirannya jilid 1,Op,Cit,hal. 433

8

D. PENAFSIRAN
Jadi, menurut penafsiran kelompok kami, dalam ayat ini dimaksudkan bahwa
jika bermuamalah tidak dilakukan secara tunai(hutang),maka diantara kedua belah pihak
harus melakukan pencatatan dan disaksikan oleh orang yang jujur dan baik.
Saksi saksi ini hendaknya dua orang laki laki ataupun satu orang laki laki dan
dua orang perempuan. Dan dalam berhutang hendaknya ditulis dengan jelas apa yang
menjadi ketentuan ketentuannya serta penulisannya ditulis oleh orang yang jujur,kuat
ingatannya,dan objektif.
Mengimlakkan disini adalah penulisan penulisan ketentuan dalam bermuamalah
itu,baik jumlahnya,jangka waktunya,dan ketentuan ketentuan lainnya. Seseorang yang
berhutang harus menuaikan atau mengungkapkan apa yang ingin ditulis oleh seorang
penulis. Hal ini ditujukan untuk kejelasan dalam bermuamalah dan mencegah terjadinya
keraguan,ataupun dampak buruk kedepannya diantara kedua belah pihak.
Dampak buruknya seperti keraguan keraguan,peselisihan,dan kerugian diantara
satu sama lainnya, dan mengimlakkan dalam bermuamalah merupakan slah satu
ketentuan Allah swt.
Jika bermuamalah itu perdagangan secara tunai, maka seseorang tidak perlu
menggunakan saksi maupun penulis, hal demikian tidak ada dosa bagi seseorang yang
melakukan pedagangan tunai.

9

Proses pencatatan dalam teori akuntansi syariah harus dilakukan dengan benar
sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh pihak umum. Nampaklah
bahwa sistem akuntansi syariah harus menjaga output yang dihasilkan tetap dalam
kebenaran, keadilan dan kejujuran sebagaimana halnya hakekat dan keinginan dalam
ajaran Islam.4

E. KESIMPULAN
Berdasarkan Al-quran surat Al-baqarah 282 berisikan tuntunan Allah
kepada hambanya yangmukmin mengenai bermuamalah hutang piutang, dan
hendaknya ditulis supaya jelas jumlahnya, waktunya dan mudah untuk
persaksiannya.
Penulisan hutang, membuat saksi dan hal-hal lainnya yang berhubungan
dengan muamalah, disamping iu mengambil jaminan apabila tidak ada saksi atau
orang yang menuliskan hutang.
Allah juga memerintahka untuk mengeluarkan infaq, bersedekah dan
keharaman menjalankan riba, serta Allah juga memerintahkan untuk dapat
memelihara uangnya salah satunya melalui usaha yang dihalalkan agar tetap bisa
berkembang dan tidak hilang sia-sia.

4

Taufik Hidayat, Kaidah Pendidikan Akutansi, http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/
article/download/61/12 ,di akses Rabu, 10 Mei 2017, pukul 15.30.

10

Allah juga memerintahkan kepada orang yang beriman agar mereka
melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah. Disinilah dimaksudkan dengan
akuntansi dalam islam yaitu setiap melakukan transaksi hutang piutang,
melengkapinya dengan alat-alat bukti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
menyesuaikan perselisihan yang mungkin timbul dikemudian. Pembuktian itu
bisa berupa bukti tertulis atau adanya saksi.

DAFTAR PUSAKA
Al-Maragi,Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi,Semarang:PT.Karya Toha Putra,1987
Al-Quran dan Tafsirnya Jilid 1,Jakarta:Lentera Abadi :2010

Bahreisy,Salim, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier , Surabaya:PT.Bina ilmu,2004
Hardivizon,,Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi,Curup:LP2 STAIN Curup,2013
Hidayat, Taufik, Kaidah Pendidikan Akutansi, http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/
article/download/61/12 .

11