Karakteristik Hutan Mangrove Dan Nilai M

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

Juni 2009

Karakteristik Hutan Mangrove Dan Nilai Manfaat Terhadap Produksi Perikanan Di
Wilayah Pesisir Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo

Nuddin Harahab, Harsuko Riniwati, Mohammad Mahmudi, Abubakar Sambah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Abstrak
Hutan mangrove merupakan suatu ekosisem pesisir yang kompek dan khas, memiliki
daya dukung tinggi bagi kehidupan. Oleh karena itu kawasan pesisir pantai menjadi bagian
yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian. Hutan mangrove
memberikan dukungan yang tinggi terhadap kegiatan perikanan rakyat maupun perikanan
indusry dan juga merupakan habitat pengasuhan berbagai biota. Tujuan penelitian ini
adalah : (1) Menganalisis karakterisik wilayah ekosistem hutan mangrove, (2) Menghitung
nilai manfaat ekosistem hutan mangrove terhadap produksi perikanan. Untuk mendapatkan
nilai manfaat terhadap produksi perikanan digunakan konsep economic valuation. Nilai

manfaat yang dihasilkan dari ekosistem mangrove terhadap produksi perikanan adalah Rp.
3.478.802.500 per tahun pada uas hutan mangrove 146 hektar.
Kata Kunci : hutan mangrove, nilai manfaat, produksi perikanan , penilaian ekonomi.

Caracterisic Mangrove Foresry And The Benefit Value For Fisheries Product In Coasal
Zone Gending Probolinggo Regency

Abstract
Caracterisic mangrve foresry and the benefit value For fisheries product in coasal zone
gending Probolinggo regency. Mangrove forest is coasal ecosysem which has own
characterisics and complexity, and support a lot of life. Moreover, coastal area has become
an important part on development and economic area. Mangroves support diverse local
fisheries, commercial fisheries, and also provide nursery habitat. The purposes of this
rsearch are : 1. Characteristic analysis of mangrove ecosystem, 2. Counting of the benefit
value for fisheries product of mangrove ecosystem. To get the number value of fisheries
product, the economic valuation concept was used. The result of the benefit value for
fisheries product of mangrove ecosystem on 146 hectare is 3.478.802.500 per year.
Keywords : mangrove forestry, benefit value, fisheries product, economic valuation.

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)


VOL 21- NO. 1

PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan sumber
daya pesisir yang memiliki daya dukung
tinggi bagi kehidupan truama dari fungsi
yang dikandungnya (biologi, kimia, fisik
dan ekonomi). Oleh karena itu kawasan
pesisir berhuan mangrove menjadi bagian
yang sanga penting dalam kegiatan
pemangunan dan perekonomian. Seperti
yang diperkirakan (Dahuri, 1993; 1996;
1997; Dahuri et al., 2001; Bengen, 2005)
bahwa dengan adanya kecenderungan
sumberdaya daratan yang semakin
langka, maka sumberdaya pesisir dan laut
akan menjadi sumber pertumbuhan baru
dan
tumpuhan

harapan
bagi
pembangunan di Indonesia.
Manfaat ekonomi ekosistem hutan
mangrove diartikan sebagai niai ekonomi
dari pemanfaatan sumberdaya, dalam
hubungan ini nilai ekonomi hutan
mangrove adaah manfaat penggunaan
langsung (direct use value: DUV).
Sedangkan niai ekologi berkaitan dengan
fungsi yang dikandungnya dan berkaitan
dengan jasa-jasa lingkungan. Oleh karena
itu
nilai
ekologi
merupakan
nilai
penggunaan tidak langsung (indirect use
value: IUV) terhadap ekosisem tersebut.
Pengelompokan berbagai macam manfaat

dan fungsi ekosistem hutan mangrove
disampaikan dengan berbagai versi
(Dixon, 1989; Khalil, 1999; Rawana, 2002;
De Groot et al., 2002; Arief, 2003;
Gunarto, 2004; Pagoray, 2004; Hudspeth
et al., 2007), yang pada intinya terdiri dari
manfaat secara ekonomi dan ekologi.
Sedangkan teknik penilaian sumberdaya
alam banyak dijelaskan dalam Hufscmidt,
et al., (1987), Dixon (1989), Pearce dan
Turner
(1990),
Pomeroy
(1992),
Munasinghe (1993), Pearce dan Moran
(1994), Fauzi (2004).
Nilai manfaat yang dikandung dari
ekosistem hutan tersebut akan sangat
ditentukan oleh keragaman dan keadaan
tumbuhan yang ada. Dengan begitu

karakterisik hutan mangrove yang ada
dalam suatu lokasi akan menentukan
seberapa tinggi nilai manfaat yang
dikandungnya.
Nilai total ekonomi sumberdaya
tersebut sangat penting diketahui dan
diintegrasikan dalam perncanaan wilayah.

Juni 2009

Dengan kata lain, perncanaan wilayah
pesisir dengan berbagai macam aktifitas
penggunaan
ahan
harus
memperhitungkan
nilai-nilai
yang
terkandung dalam ekosisem sumberdaya.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah

untuk
mendapatkan
rumusan
perencanaan
wilayah
pesisir
yang
memperhatikan nilai ekonomi dan ekologi
sumberdaya. Sedangkan secara umum
tujuan penelitian tahun pertama ini adalah
untuk mengetahui karakterisik ekosistem
hutan mangrove di wilayah Kecamatan
Gending, dan nilai manfaat terhadap
produksi perikanan.
METODE PENELITIAN
Peneitian ini dilakukan di wiayah
pesisir Kecamatan Gending Kabupaten
Probolinggo. Wilayah ini dipilih karna
kondisi mangrove yang cukup baik, dna
memiliki luas wilayah pesisir (559 hektar)

paling luas diantara beberapa wilayah
pesisir
yang
ada
di
Kabupaten
Probolinggo.
Penentuan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive kepada para pengguna jasa
ingkungan dan stakeholders. Jenis data
yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari beberapa
kegiatan observasi, wawancara terhadap
responden. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari data dokumen dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Kelautan dan Perikanan, dan BPS
Kabupaten Probolinggo.

Metode penelitian yang digunakan
adalah
metode
deskriptif.
Analisis
kuantitatif deskriptif maupun penjelasan
kualitatif akan menggambarkan tentang
karakteristik ekosistem hutan mangrove
dan daya dukungnya terhadap perikanan.
Sedangkan
analisis
kuantitatif
berdasarkan data angka menjelaskan
tentang nilai manfaat dari ekosistem
mangrove. Teknik perhitungan untuk
meniai manfaat ekosistem mangrove
terhadap produksi perikanan, mengacu
metode valuasi ekonomi khususnya pada
pendekatan niai pasar terhadap komoditi
yang dihasilkan. Misalnya : Nilai ikan,

udang, kepiting dan kerang/tiram. Nilai

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

komoditi tersebut dihitung berdasarkan
jumlah hasil tangkapan pertahun dikalikan
dengan harga jual.
Nilai komoditi = (T x H) – B (Rp/ha/th)
Dimana :
T = Tangkapan komoditi tersebut (ikan,
udang, kepiting atau kerang)
(kg/ha/th)
H = Harga jual (Rp/Kg)
B = Biaya operasional (Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik hutan Mangrove Analisis
karakteristik ekosisem hutan mangrove,
menjelaskan karakteristik hutan mangrove

dengan mengetahui keadaan vegetasi dan
keadaan ekologi dalam ekosistem hutan
mangrove. Fungsi dan manfaat ekosisem
hutan mangrove terkait erat dengan
keadaan vegetasi, melalui jenis dan
tegakan tanaman mangrove, jumah
serasah daun yang jatuh, maupun sisem
perakaran. Analisis vegetasi dilakukan
untuk mengetahui struktur dan komposisi
jenis mangrove. Sedangkan hubungan
ekologi dalam ekosisem mangrove
dijelaskan melalui mekanisme daya
dukung
hutan
mangrove
terhadap
organisme atau biota di sekitarnya.
Vegetasi
mangrove
menunjukkan

peranan suatu jenis tanaman mangrove
dalam ekosisem, keadaan tersebut
ditunjukkan oleh indeks nilai penting.
Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari
penjumahan nilai kerapatan relatif jenis,
frekuensi relatif jenis dan penutupan relatif
jenis. Dari tiga nilai unsur tersebut, kondisi
sempurna ditunjukkan dengan nilai 100
persen pada masing-masing unsur, hal ini
umumnya tercapai pada wilayah hutan
hasil reboisasi.
Hutan mangrove di lokasi peneitian
merupakan hutan mangrove yang cukup
baik dan vegetasi sedikit beragam. Jenis
mangrove yang dominan yaitu Rhizophora
mucronata (bakau), Sonneratia alba
(pedada) dan Avecennia alba (api-api).
Dari beberapa desa yang ada di wilayah
Kecamatan Gending, vegetasi mangrove
paling baik berada di Desa Curahsawo.

Juni 2009

Mangrove di Desa Curahsawo sebagian
merupakan hasil reboisasi pada tahun
1980-an dan sebagian juga dari tanaman
alami yang masih terplihara dengan baik.
wilayah
ini
pernah
memperoleh
penghargaan tingkat Nasional pada tahun
1998. Pada saat itu mangrove dikelola
oleh kelompok tani “Mina Bakau” yang
sudah berdiri sejak tahun 1982, dipelopori
oleh Bpk. Mustakim (almarhum), saat ini
nama kelompok menjadi ‘”Bentar Indah”.
Luas hutan mangrove di Kecamatan
Gending sekitar 146, hektar, membentang
di
sepanjang
hamparan
paantai
Kecamatan Gending, berada di 5 desa,
meliputi Desa Curahsawo, Pajurangan,
Gending, Pesisir dan Desa Klasemen,
sekitar 75% berada di Desa Curahsawo.
Pada saat ini uas wilayah yang sedang
dilakukan reboisasi sekitar 50 hektar.
Hasil reboisasi tahun 2004-2006 adalah
20 hektar, kondisi hidup dan baik jumah
daun rata-rata sudah mencapai 10 per
individu tanaman. Kegiatan rehabilitasi ini
dilakukan
atas
kerja
masyarakat
pengguna ekosisem mangrove khususnya
unsur kelompok rehabilitasi mangrove
“Bentar Indah dan kelompok petani
nelayah “Curah Mulya” yang sepenuhnya
didanai dari yayasan OISCA-International
(The Organization for Indusrial, Spiritual
and
Cultural
Advancement)
dalam
program TMMP (Tokyo Marine Mangrove
Project). Kerjasama dilakukan dselama 5
tahun dimulai tahun 2004 sampai dengan
2009. Target khusus di wilayah Kabupaten
Probolinggo (Kecamatan Gending) sampai
akhir tahun 2009 adaah 50 hektar.
Daerah mangrove yang berumur lebih
dari 20 tahun mempunyai kerapatan yang
cukup tinggi khususnyadi Curahsawo,
diameter pohin berkisar antara 13-25 cm.
Kebanyakan dari jenis
Rhizophora
mucronata yang dikenal dengan nama
bakau,
tumbuh
berkelompok
dan
kebanyakan berada pada daerah dekat
aliran sungai yang tergenang air, serta
pada tanah yang berlumpur dan
mengandung humus. Untuk Sonneratia
alba banyak ditemukan di daerah dengan
struktur anah berlumpur dan sedikit
mengandung pasir. Ketinggian pohon
sekitar 15 meter dengan kulit kayu
berwarna putih tua hingga coklat.
Avicennia alba
yang dikenal dengan

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

nama api-api di temukan di sepanjang
pinggiran sungai dan tumbuh menyebar di
beberapa tempat dan belukar dengan
ketinggian pohon sekitar 25 meter.
Sedangkan keadaan mangrove di empat
desa yang lain menunjukkan kondisi yang
kurang baik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa kerapatan dan ketebalan
hutan mangrove masih rendah (140 meter
hanya di beberapa titik) sedangkan
diwiayah ini seisih pasang tertinggi dan
terndah bisa mencapai 3 s/d 5 meter.
Dengan demikian secara ideal ketebalan
hutan mangrove minimal (140 x 3,5) atau
490 m.
Daya
dukung
ekosistem
hutan
mengrove terhadap biota perairan secara
khusus diakukan dengan menggunakan
pendekatan melalui pelepasan nutrien dari
serasah daun mangrove yang dihasilkan.
Dari produksi serasah daun mangrove
yang dihasilkan, setelah mengalami
proses grazing, ekspor dan dekomposisi,
serasah daun menghasilkan nutrien (N
dan P), kemudian diperoleh nilai
produktivitas
primer
tersebut
pada
akhirnya akan menentukan stok ikan di
perairan. Hasil penelitian Weir et al.,
(2005) menjelaskan bahwa kotoran
burung Cormorant yang jatuh di perairan
sebagai pupuk berperan penting sebagai
suppy dalam perputaran nutrien (N dan P)
yang pada akhirnya menentukan stok
ikan. Dengan demikian betapa penting
fungsi nutrien N dan P dalam pendugaan
produktivitas perairan.
Selain
produkivitas
primer
dari
serasah, di perairan juga terdapat
produktivitas primer dari fitopankton yang
teah ada di perairan. Berdasarkan kedua
niai produktivitas primer tersebut, maka
produksi ikan herbivor di perairan
mangrove dapar dihitung.
Menurut
Mahmudi et al., (2007), ditemukan jumah
produksi ikan herbivor dan karnivor
merupakan produksi ikan total yang
dihasilkan
di
perairan
ekosistem
mangrove di wilayah Nguling Kabupaten
Pasuruan, yaitu 1315,93 kg/ha/tahun.
Artinya, bahwa ekosisem mangrove
diperairan tersebut mampu menymbang
sebesar 1315,93 kg ikan per hektar
mangrove per tahun. Apabila niai daya
dukung ini dipakai untuk menghitung pada
luasan mangrove di Kecamatan Gending

Juni 2009

yaitu sekitar 146 hektar, maka produksi
ikan yang disumbangkan oleh ekosisem
mangrove adalah 192,2 ton per tahun. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
betapa
pentingnya peranan ekosisem mangrove
terhadap perikanan pantai.
Pentingnya ekosistem hutan mangrove
terhadap perikanan pantai tersebut dapat
dilihat di lapangan, dimana kebradaan
ekosisem hutan mangrove mampu
menderivasi kegiatan perikanan tangkap
dan budidaya. Kegiatan nelayan baik
mencari ikan, udang maupun mencari
biota air lainnya semakin tinggi dengan
adanya hutan mangrove yang semakin
baik, demikian pula kegiatan budidaya air
payau (tambak udang) . keadaan seprti itu
dapat diihat pada lokasi dimana kondisi
hutan mangrove semakin luas dan baik (di
Desa Curahsawo Kabupaten Probolinggo,
Desa Panunggul Kabupaten Pasuruan,
Desa
Wringinputih
Kabupaten
Banyuwangi). Keadaan semacam ini
sama seperti yang dijelaskan oleh Barbier
dan
Ivar
Stand
(1997)
bahwa
berkurangnya
habitat
mangrove
menunjukkan secara pasti berkurangnya
produksi udang baik jumlah maupun
keuntungan, sehingga mangrove sama
pentingnya dengan input produksi udang.
Kemudian Khalil (1999) menjeaskan
bawha perikanan udang yang berhasi di
Pakisan seluruhnya bergantung pada
ekosistem mangrove.
Nilai Manfaat Produksi Perikanan.
Output ekosistem hutan mangrove tidak
terlepas dari manfaat dan fungsi yang
dikandungnya. Manfaat dan fungsi
tersebut bergantung pada faktor input
penting bagi hutan mangrove, yaitu
bebrapa
variabel
penting
yang
menentukan pertumbuhan dan kesuburan
vegetasi. Hasil penelitian didapatkan nilai
manfaat hutan mangrove di Kecamatan
Gending terhadap produksi perikanan
adalah : a) sebagai daerah asuhan
(nursery ground), mencari makan (feeding
ground) dan daerah pemijahan (spawning
ground) bagi berbagai macam biota
perairan khususnya ikan (produksi udang
29.472 kg/tahun, produksi kepiting 93.000
kg/tahun,
produksi
tiram
120.960
kg/tahun).
Berdasarkan
identifikasi
manfaat dan fungsi tersebut, maka
penilaian dapat dilakukan. Sedangkan

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

metode penilaian mengacu pada metode
yang dikembangkan oleh Dixon et al.,
(1988) dan Pomeroy (1992), dengan
menerapkan beberapa metode yang
sesuai dengan kondisi di apang. Hasil
perhitungan nilai manfaat ekosistem hutan
mangrove terhadap produksi perikanan di
Kecamatan Gending sebagai berikut
(Tabel 1).
Tabel 1. Rekapitulasi nilai manfaat ekosistem mangrove
terhadap produksi Perikanan di Kecamatan Gending
No.

1
2.

3.
4.

Uraian

Penangkapan
Udang, produksi
29.472 kg/tahun
Penangkapan
Kepiting,
produksi 93.000
kg/tahun
Penangkapan
Tiram, produksi
120.960 kg/tahun
Daya
dukung
Produksi
tangkapan ikan
(ikan
Belanak,
kakap, bawal)
Jumlah

Luas Areal
146 Ha.
1 Ha.
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
818.800.000
5.608.219,1
1.131.000.000

7.746.575,3

850.200.000

5.823.287,6

678.802.500

4.649.332,1

3.478.802.500

23.827.344,1

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dalam
penelitian ini dapat diambil kesimpulan
bahwa: (1) Karakteristik hutan mangrove
di 5 desa pesisir di Kecamatan Gending
Kabupaten Probolinggo membutuhkan
upaya perlindungan dan reboisasi,
mengingat ketebalan dan kerapatan
vegetasi masih terlalu rendah; (2)
Perhitungan nilai manfaat ekosistem hutan
mangrove terhadap produksi perikanan di
Kecamatan
Gending
Kabupaten
Probolinggo dalam luas 146 hektar,
didapatkan nilai Rp 3.478.802.500 per
tahun.
Saran. Secara khusus bagi para
pengelola lingkungan, bahwa ekosistem
hutan
mangrove
tersebut
dapat
menciptakan
aktivitas
ekonomi
masyarakat
khususnya
kegiatan
perikanan dan nilai manfaat yang
diberikan cukup tinggi. Dengan demikian
disarankan dalam perncanaan wilayah
pesisir
mangrove,
harus

Juni 2009

mempertimbangkan nilai-nilai ekosistem
hutan mangrove tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih atas
dukungan dana penelitian kepada DP2M
Dikti, Depdiknas melalui proyek PHB
desentralisasi
dengan
nomer:
320/SP2H/PP/DP2M/III/2008.
DAFTAR PUSAKA
Arief,

Arifin. 2003. Hutan Mangrove;
Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.

Barbier, E.B and Ivar Strand. 1997.
Valuing mangrove-fisheries : a
Case Study of Campeche, Mexico.
Paper prpard for the 8th annual
confrnce of european association
of enviromental and resource
economics
(EAERE).
Tilburg
University. The Netherlands.
Bengen, Dietriech G. 2005. Menuju
Pengelolaan
Wiayah
Pesisir
Terpadu Berbasis Daerah Aliran
Sungai (DAS). Interaksi daraan
dan lauan pengaruhnya terhadap
sumberdaya
dan
lingkungan.
Lembaga Pengetahuan Indonesia,
LIPI Press Jakarta.
Dahuri, Rochmin, 1993. Pengembangan
Rencana
Pengelolaan
Pemanfaatan Berganda Hutan
Mangrove di Sumatra, Pusat
Peneitian
Lingkungan
Hidup.
Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri,

Rochmin, 1997. Pengelolaan
Kawasan Laut dan Pesisir Secara
Terpadu di Indonesia. Makalah
kursus
pengelolaan
kawasan
pesisir dan laut. Pusat Penelitian
Kepndudukan
dan lingkungan
Hidup, LP-ITS. Surabaya dengan
PPPSL. Surabaya 2-11 Januari
1997.

Dahuri, Rochmin; Jacob Rais; Sapta Putra
Ginting;
M.J
Sitepu,
2001.
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir
dan
Lautan
Secara

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

Terpadu/. Cetakan kedua, Penerbit
Pradnya Paramita, Jakarta.
De Groot, Rudolf S; Matthew A. Wison;
Roelof M.J boumans, 2002. A
typoogi for the clasification,
description and valuation of
ecosystem function, goods and
services. Ecological Economics 41
(2002) 393-408. Elsevier.
Dixon,

Fauzi,

John A. 1989. Valuaion of
Mangrove : Tropical coastal area
management. Vol 4, No. 3. Metro
Mania Philipines.
Ahmad.
2004.
Ekonomi
Sumberdaya
Alam
dan
Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove
Sebagai Pendukung Sumber
Hayari Perikanan Panai. Jurnal
Libang Pertanian, 23 (1)
Hudspeth, Thomas R; Joshua Fary;
Roelof boumans, 2007. Valuing
philipines Mangrove Forest via
Ecological Economics. University
of
Vermon
Environtmental
Program and Rubenstain Shool
of Environmental and Natural
Resources
,
Burlington.
Thomas.Hudspeth@uvm.edu
Hufschimdt, M. Maynard; David E. James;
Anthon D. Meister; Bair T.Bowe;
John
a.
Dixon.
1987.
Environmental Natural System
and Developtment, an Economic
Valuation
Guide.
(Edisi
Indonesia: Lingkungan Sisem
Alami
dan
Pembangunan,
Petunjuk Peniaian Ekonomis.
Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.

Juni 2009

dan
Ekonomi
Ekosistem
Mangrove Terhadap Produksi
Perikanan
Sebagai
Dasar
Pengelolaan
Sumberdaya
Mangrove di Wilayah Pesisir.
Risek, Kementrian Negara Riset
Dan
Teknologi
Republik
Indonesia, Jakarta
Munangsihe, M. 1993. Environmental
Economics
and
Sustainabel
Developtment.
World
Bank
Environment Paper Number 2.
Pagoray, Henny. 2004. Lingkungan
Pesisir dan Masalahnya Sebagai
Daerah Aliran Buangan Limbah.
Makalah Falsafah Sains (PPs
702) Program Pasca Sarjana
IPB. Bogor.
Pearce, D dan R. K. Turner. 1990.
Economics of Natura Resources
and The Environment. Harverser
Wheatsheaf.
Pearce, D dan D. Moran. 1994. The
Economics Value of Biodiversity.
IUNC. Earthscan Publication,
London.
Pomeroy, R.S. 1992. Economics Valuation
Available Methode. P. 149-162.
In T.E Chua and LF Scura (eds.)
Integrative
framwork
and
methodes for coastal area
management. ICLARM Conf.
Proc, 37,169p.
Rawana, 2002. Probematika Rehabilitasi
Mangrove Berkelanjutan. Materi
Pelatian
dan
Workshop
Rehabilitasi Mangrove Tingkat
Nasional. Jogjakarta.

Khalil, Samina. 1999. The Economic
Value of The Environment :
Cases from South Asia. IUNC.
www.iucnus.org/publication.html.

Ruitenbek, H.Jack. 1992. Mangrove
Management: An Economics
Analysis of Management Options
With a Focus on Bintuni Bay,
Irian
Jaya.
Environmental
Management Development in
Indonesia
Project
(EMDI).
Jakarta.

Mahmudi, Muhammad; Nuddin H; Diana,
A. 2007. Daya Dukung Ekologi

Weir, Karine Gd: Enrique Weir; Clark
Casler; Sara Aniyer. 2005

JURNAL ILMU-ILMU HAYATI (Life Sciences)

VOL 21- NO. 1

Ecological
Functions
and
Economics
Value
of
the
Neotropic
Cormorant
(Phalacrocorax brasilianus) in
Los Olivitos Esuary, Venezuela.
Texas A & M University. Dept.
Widldlife and Fisheries Sciences,
College Sation, TX

Juni 2009