Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cair (setengah padat) , dapat pula disertai defekasi yang meningkat.12
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 garm/hari) dan konsistensi
feses cair. 2
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Diare kronik yaitu buang air

besar denganfrekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek
atau cair, berlangsung selama 2 minggu atau lebih. 12
Gastroenteritis adalah peradangan yang teradi pada lambung dan usus.
Maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi

pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
patogen. 12,13

8
Universitas Sumatera Utara

9

2.2. Etiologi dan Patogenesis Diare
2.2.1 Etiologi Diare
Agen penyebab diare dapatdikelompokkan menjadi infeksi dan non infeksi,
yaitu :
a.

Infeksi

a.1. Virus
1. Rotavirus
Rotavirus merupakan virus berukuran antara 60-80 nm, mengandung doublestranded RNA dengan struktur simetri kubikal, terdiri dari 10-12 segmen. Virus yang

ikosahedral ini mempunyai kapsid dengan banyak lapisan (inner dan outer capsid).
Rotavirus yang mempunyai bentuk seperti roda dapat menyebabkan penyakit
gastroenteritis pada manusia.14
2. Adenovirus
Virion Adenovirus terdiri dari sebuah inti dan satu lapis kapsid. Kapsid virus
tidak berselubung, bulat dan simetri ikosahedral. Kapsid isometrik mempunyai
diameter antara 70 nm dan 90 nm, mengandung double-stranded DNA yang
menunjukkan simetri kubikal dan mempunyai 252 kapsomer, 240 hexon, dan
sejumlah penton yang mempunyai tonjolan terminal. Terdapat 47 serotipe
Adenovirus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Adenovirus tipe 40 dan
41 dapat menyebabkan gastroenteritis. 14

Universitas Sumatera Utara

10

a.2. Bakteri
1. Escherichia coli
E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang
2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga

membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora.E. Coli,batang
gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek,
biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E.
Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.15
2. Shigella sp
Shigella merupakan batang gram negatif yang tipis, bentuk coccobacilli
terjadi pada perbenihan muda. Shigella merupakan fakultatif anaerob, tetapi tumbuh
baik secara aerob. Koloni Shigella cembung, bundar, transparan dengan diameter
sampai kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Shigella terdiri dari 40 serotipe dan 4
diantaranya bersifat patogenik.16
3. Vibrio cholera
Vibrio cholera berbentuk koma, batang kurva dengan panjang 2-4 µm.
Organisme ini merupakan motil aktif dikarenakan memiliki flagella polar. Vibrio
cholera mengahsilkan koloni yang cembung, halus dan bulat yang keruh dan
bergranul bila disinari. Tumbuh dengan baik pada suhu 37ºC pada berbagai jenis
media, temasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin
sebagai sumber karbon dan nitrogen. Ciri khas yang lainnya, Vibrio cholera tumbuh
pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam.16

Universitas Sumatera Utara


11

a.3. Parasit
1. Entamoeba histolytica
Ukurannya bervariasi antara 12-35 µm (biasanya 3 atau 4 x besar sel darah
merah). Bila tidak bergerak, bentuknya bulat sedangkan bila bergerak bentuknya
berubah memanjang. Pada bentuk yang bergerak (motil), inti sukar dilihat, tetapi bila
dicat dengan larutan iodin akan tampak jelas membrane dengan butir kromatin yang
teratur dan kromosom kecil, padat, terletak sentral (bintik hitam). Ada 2 bentuk yang
dapat ditemukan pada tinja cair atau tinja diare yaitu yang pertama bentuk magna,
berukuran 20-35 µm, vakuola mengandung sel darah yang tercerna, yang
menunjukkan aktivitas haemotophagus (makan darah) dan sifat patogen. Yang kedua,
bentuk minuta, ,berukuran 12-20 µm tidak patogen, berada di dalam rongga usus,
memakan bakteri atau bahan lain yang tampak di dalam vakuola.17
2. Giardia lamblia
Giardia lambliamerupakan flagelata yang paling panjang, memiliki stadium
tropozoid dengan ukuran panjang 12-15 µm dan kista yang berbentuk seperti
jambu mete dengan ukuran panjang 8-12 µm. Bentuknya sedikit memanjang,
pandangan depan tampak seperti buah pir, pandangan samping seperti sendok.

Dinding sel tipis tetapi sangat kuat dengan dua nukleus di bagian anterior. Di
bagian anterior juga terdapat flagella satu di kanan dan satu di kiri sedangkan di
bagian posterior terdapat flagella satu berkas dengan arah membujur mengikuti
arah tubuh. Giardia lamblia hidup di rongga usus kecil yaitu yeyenum bagian
proksimal, duodenum dan kadang-kadang di saluran empedu manusia. 17,18

Universitas Sumatera Utara

12

a. Non Infeksi
Selain infeksi, diare juga disebabkan oleh beberapa faktor non infeksi.
Diantaranya terjadinya malabsorbsi dimana yang sering terjadi adalah malabsorbsi
karbohidrat,lemak, dan protein. Selain itu, diare juga dapat disebabkan karena
adanya alergi terhadap makanan tertentu misalnya alergi susu tertentu, jenis
protein tertentu ataupun alergi makanan lainnya. Keracunan makanan juga dapat
menyebabkan terjadinya diare, keracunan makanan dapat disebabkan karena
masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh bersama pangan, dapat juga
disebabkan karena memakan bahan beracun yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan
atau hewan.. Penurunan daya tahan tubuh (imunodefisiensi) pada penderita AIDS

juga dapat menyebabkan terjadinya diare.3
2.2.2. Patogenesis dan Masa Inkubasi Diare
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus
ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak . Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan
dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel
yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel
epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus.
Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

13

terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan
didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.19

Masa inkubasi diare berbeda-beda, sesuai dengan virus, bakteri, ataupun
parasit yang menjadi penyebabnya (infeksi) dan diare yang disebabkan kejadiankejadian non enfeksi lainnya juga akan memiliki masa inkubasi yang berbedabeda. Sebagai contoh, diare yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Bacillus cereus masa inkubasinya antara 1-6 jam. Clostridium perpringens 8-16
jam dan Vibrio cholera > 16 jam. 20
2.3. Gejala dan Tanda Diare 3
Adapun yang menjadi gejala dan tanda diare, meliputi :
2.3.1. Gejala Umum
1. Tinja cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangn kulit menurun, apatis, gelisah atau
cengeng, selaput lendir mulut dan bibir kering
5. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
2.3.2. Gejala Spesifik
1. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena becampur dengan empedu
dan berbau amis
2. Tinja berlendir dan berdarah
3. Anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam
Diare yang berkepanjangan dapat mengakibatkan :


Universitas Sumatera Utara

14

a. Dehidrasi (kekurangan cairan) tergantung dari persentase cairan tubuh yang
hilang, dehidrasi dapat tejadi ringan, sedang, atau berat.
b. Gangguan sirkulasi pada diare akut, kehilangan cairan dapat tejadi dalam waktu
yang singkat. Bila kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah
(hipovolemia).
c. Gangguan asam basa (asidosis), Hal ini diakibatkan oleh terjadinya kehilangan
cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh
akan bernapas cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri.
d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah), Hipoglikemia sering terjadi pada anak
yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat
mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena
cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.
e. Gangguan gizi, Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat jika sebelumnya penderita

sudah mengalami kekurangan gizi.
Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain
seperti biasa. Dikarenakan diarenya tidak terlalu berat, anak masih mau makan
dan minum seperti biasa. Turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.
Mulut atau lidah masih tampak basah seperti biasa. Penurunan berat badan 10%.
2.4. Cara Penularan Diare 3
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus
dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme
berikut ini :
1.

Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang mengkonsumsi air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan samapai ke rumah penduduk, atau
tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi apabila
tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar
menyentuha air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2.


Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya.

2.5. Epidemiologi Penyakit Diare

Universitas Sumatera Utara

16

2.5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang
Menurut Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Triwulan II 2011
yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, bila dilihat per kelompok umur diare tersebar
di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita
(1-5 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.4
Di luar negeri angka kejadian diare lebih tinggi


pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki sedangkan angka kematian akibat diare lebih tinggi
pada kalangan laki-laki yang terjadi pada semua golongan umur. Untuk Indonesia
masih perlu dipelajari lebih lanjut karena beberapa penelitian memberikan hasil
yang tidak sama tentang hal ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jurnalis
jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (75,9% : 24,1%).
Sedangkan berdasarkan penelitian Mahalini pada tahun 2004 di Bali juga
mendapatkan laki-laki lebih banyak daripada perempuan (60% : 40%).21
2.5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat
Prevalensi diare lebih banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan, yaitu
sebesar 10% di pedesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi
pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.
Sementara jika ditinjau dari provinsi-provinsi di Indonesia, yang tertinggi di NAD
dengan prevalensi 18,9% dan terendah di DIY dengan prevalensi 4,2%.
Namun dari beberapa penelitian jumlah kejadian diare juga masih
ditemukan tergolong tinggi di daerah perkotaan. Pada tahun 2007 prevalensi
kejadian diare di Jawa Barat >9% yaitu 10,2% dan mengalami KLB pada tahun

Universitas Sumatera Utara

17

2009 dan 2010. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Depok 2008 angka
kesakitan diare mencapai 22,44%. Data di Puskesmas Depok Jaya, jumlah kasus
diare sepanjang tahun 2008 mencapai 1.603 kasus. 22
2.5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1.000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1.000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan
CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan
jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang, CFR 2,94%. Tahun 2009 terjadi
KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100
orang, CFR 1,74%, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang, CFR 1,74 %. 4
2.6. Determinan Penyakit Diare 3
a. Host (Penjamu)
Beberapa faktor pada penjamu bisa mempengaruhi terjadinya kejadian
diare. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a.1. Umur

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa diare merupakan
penyebab utama kematian pada anak balita. Bila dilihat per kelompok umur diare
tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak
balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.23
Hasil penelitian Shintamurniwaty di Kabupaten Semarang (2005) dengan
jenis penelitian studi observasional dan rancangan kasus kontrol didapatkan
proporsi diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok umur

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

6 63 130

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

1 6 174

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 1 19

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 1 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 2 4

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 41

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018

1 5 10