Home Industry Dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga

BAB II
KERANGKA TEORI

Teori adalah separangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dan sebagainya dalam berbagai
usaha. Sebelum malakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti harus menyusun
suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir (Sugiyono,2006:55)
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan
mengemukakan teori, gagasan, pendapat yang akan dijadikan acuan landasan berfikir.
Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1 Home Industry
Defnisi usaha di rumah adalah rumah tinggal yang merangkap tempat usaha,
baik itu berupa usaha jasa, kantor hingga perdagangan, semula pelaku home industry
yang memilih desain ini adalah kalangan entrepreneur dan profesional, namun
sekarang mulai meluas pada kalangan umum, namun memiliki lokasi yang strategis
untuk tempat usaha berkembangnya jenis rumah ini tidak terlepas dari
berkembangnya virus enterepreneur/kewirausahaan sebagai membuka pola pikir ke
depan masyarakat sebagai tempat tinggal namun lebih luas lagi yaitu sebagai tempat
mencari penghasilan. (http:www:usaha rumahan)
Menurut Mudrajad Kuncoro, industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki
peranan yang cukup besar dalam sektor menufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha


8
Universitas Sumatera Utara

dan daya serapnya terhadap tenaga kerja, namun lemah dalam meyumbang nilai
tambah (Jamiko,2004:62)
2.1.1 Karakteristik Home Industry
Karakteristik atau ciri-ciri usaha kecil meliputi:
1. Dikelola oleh pemiliknya
2. Usaha dilakukan dirumah
3. Produksi dan pemasaran dilakukan di rumah pemilik usaha
4. Modal terbatas
5. Jumlah tenaga kerja terbatas
6. Baerbasis keluarga atau rumah tangga
7. Lemah dalam pembukuan
8. Sangat diperlukan manajemen pemilik
2.1.2 Jenis-Jenis Usaha
Secra umum usaha kecil bergerak dalam 2 (dua) bidang, yaitu bidang perindustrian
dan bidang perdagangan barang dan jasa. Menurut keppres No.127 tahun 2001,
adapun bidang/jenis usaha yang terbuka bagi usaha kecil di bidang industri dan

perdagangan adalah:

9
Universitas Sumatera Utara

1. Industri makanan dan minuman olehan yang melakukan pegawaten dengan proses
persaingan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan,
penggorengan dan fermentasi dengan cara-cara tradisonal.
2. Industry pemyempurnaan barang dari serat alam maupun serta buatan menjadi
benang bermotif/celup dan di ikat dengan menggunkan alat yang digunakan oleh
tangan.
3. Industri teksil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran, atau
alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah.
4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan
5. Industri perkakas tangan yang di proses secara manuala atau semi mekanik untuk
pertukangan dan pemotongan.
6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan,
proses produksi, pemanenan, pasca panen dan pengelolahan, kecuali cangkul dan
sekop.
7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir maupun yang tidak diglasir untuk

keperluan rumah tangga.
8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, elektronik dan
peraltan rumah tangga yang dikerjakan secra manual atau semi otomatis.

10
Universitas Sumatera Utara

9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni
yang menggunakan bahan baku alamiah mapun imitasi.
2.1.3 Landasan Hukum Usaha Kecil
Adapun yang menjadi landasan hukum usaha kecil adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan usaha industri ataupun perdagangan di Indonesia diatur oleh UU
No.1 tahun 1985.
2. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.
3. Bentuk badan Hukum Usaha Industri dan perdagangan diatur dalam UU No. 1
Tahun 1985 tentang Perseroan Terbatas.
4. Perijinan usaha kecil dan menengah dan besar khusus industri tertuang dalam
surat Keputusan mentri Perindustrian dan Perdagangan dan tanda daftar
industri.
5. Tata cara perajinan usaha perdagngan diatur dalam Surat Keputusan Mentri

Perindustrian dan Perdagngan No. 591/MPP/Kep/99 tentang tata cara
pemberian Surat Izin Usaha Perdagngan (SIUP).
2.1.4 Alasan Lain Pertumbuhan Bisnis Berbasis Rumahan
1. Teknologi

komputer

telah

meyeimbangkan

lapangan

persaingan,

memungkinkan bisnis berbasis rumahan untuk terlihat dan bertindak seperti
pesaing korporat yang besar. Koneksi internet broadband, personal dogital

11
Universitas Sumatera Utara


assistant (PDA), dan teknologi lainnya sedemikian terjangkau, sehingga
mendirikan sebuah bisnis menumbuhkan investasi awal yang jauh lebih kecil
dibandingkan sebelumnya.
2. Perampingan korporat telah membuat para pekerja menyadari tidak adannya
jaminan pekerjaan, dan meyebabkan banyak orang mendirikan ventura
mereka sendiri.
3. Sikap sosial telah berubah. Wirausaha sebelum memulai usahanya para pelaku
home industry membuat pertanyaan-pertayaan yang diajukan kepada pelaku
usaha yang lebih dahulu menekuni home industry dan dari jawaban mereka
pelaku home industry yang baru dapat menambah informasi dari merek yang
sudah menekuni dunia usaha terlebih dahulu.
4. Hukum pajak yang sekarang diberlakukan lebih mempermudah para pelaku
home industry dibandingkan hukum pajak dan peraturan pajak yang dahulu.
2.1.5 Tantangan-Tangan Dalam Home Industry
1. Mendapatkan pelnggan baru. Mendapatkan pelanggan baru tanpa melalui
media promosi home industry juga mendapat kendala bahkan ancaman,
dengan kata lain perlu dilakukan promosi seperti promosi melalui media
sosial maupun media cetak.


12
Universitas Sumatera Utara

2. Mengelola

waktu,

karna

home

industry

dilakukan

dirumah

maka

pengelolahan waktu yang baik didalam menjalankan pekerjaan dengan tugastugas rumah tangga agar bisa berjalan dengan baik.

3. Memisahkan tugas kerja dan keluarga. Home industry dituntut untuk berpikir
bijak dalam pembagian waktu baik keluarga maupun persoalan usaha
walaupun yang dilakukan dirumah dalam menjalankan usahanya.
4. Mematuhi peraturan kota. Pelaku home industry lebih cermat meyikapi
perizinan usaha yang biasannya diikuti dengan keadaan lokasi bisnis yang
inggin dibangun.
5. Mengelola resiko. Wirausahawan berbasis rumahan harus meninjau polis
asurasnsi pemilik rumah mereka karena tidak semua polis mencangkup klaim
yang berkaitan dengan bisnis. Beberapa bahkan akan menhanguskan
perlindungan jika terdapat bisnis di rumah. (McHugh,2009:198)
2.2 Teori Peningkatan
Peningkatan di artikan menurut para teori ekskalasi, kejayaan, kemajuan,
kepesatan, penambahan, pertumbuhan. Dari kalimat sebelumnya mengenai arti kata
peningkatan maka teori yang paling tepat untuk menggambarkan kata didalam
peningkatan pendapatan bagi home industry adalah penambahan dan pertumbuhan
dimana kemajuan home industry memberikan dampak posif bagi kemajuan

13
Universitas Sumatera Utara


perekonomian masyarakat didalam menjalankan usaha baru yang memiliki potensi
baik didalam memperoleh keuntungan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan dalam usaha home industry:
1. Teori Konsumsi dan Tabungan dari Milton Friedmen
2. Teori Konsumsi dan Tabungan dari Franco Modigliani
3. Teori Investasi
Teori konsumsi Milton Friedmen terkenal dengan teori konsumsi Hipotesis
Pendapatan permanen (Permanent Income Hypothesis – PIH). Dalam pengertian
yang lebih sederhana pendapatan permanen maksudnya adalah konsumsi yang relatif
tetap yang dapat dipertahankan sepanjang hidup. Sejatinya Friedmen memiliki
pandangan bahwa pendapatan transitoris adalah pendapatan tidak tetap dan tidak
dipastikan jumlah di masa yang akan datang.
Teori konsumsi dan Modigliani pada dasarnya dikembangkan oleh 3 orang yaitu
Alberto Ando, Ricahrd Brumberg dan Franco Modigliani, akan tetapi yang
mendapatkan penghargaan Nobel hanyalah Modigliani karena salah satu teori
konsumsinya yang terkenal atau dikenal dengan nama “Hipotesis Daur Hidup” (Life
Cycle Hypothesis) yang menyatakan bahwa konsumsi seseorang selain dari
pendapatannya, juga bergantung pada kekayaan, hal mana kekayaan ini didapat dari
penyisihan pendapatan yang tidak dikosumsi, yaitu tabungan dan atau dari kekayaan
warisan/turun-temurun. Tabungan ini bisa saja menjadi investasi sehingga


14
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan aktiva misalnya tabungan mendapatkan bunga dan pengambilan
tabungan untuk investasi.
Menurut Masbah Klasik, investasi tetap bisnis oleh kecepatan perusahaan
menyesuaikan jumlah barang dan modal mereka terhadap tingkat yang diinginkan.
Jika semakin besar output yang diharapkan maka jumlah barang modal yang
diinginkan juga akan semakin besar, demikian juga sebaliknya.
Analisi teori konsumsi Keynes bila disimak dari fungsinya memiliki 2 macam
sumber konsumsi yaitu konsumsi subsidi (konsumsi otonomi, manakalah tingkat
pendapatan=0) dan konsumsi fungsional yaitu konsumsi yang berhubungan dengan
tingkat pendapatan nasional.
Bila kita memiliki data bulanan atau tahunan yang berisikan besarnya pendapatan
dan konsumsi, maka sebenarnya kita dapat mengetahui dan menyusun suatu fungsi
konsumsi, baik dengan cara ekonometrika, atau dengan menggunakan model
matematika sederhana.
2.2.1 Teori Investasi
pada dasarnya investasi didefinisikan sebagai semua pengeluaran pada barang-barang

kapital rill. Akan tetapi, dalama bahasa sehari-hari investasi juga mencakup
pembelian aktiva. Secara umum pengeluaran investasi berkaitan dengan pengelolahan
sumber daya yang ada saat ini untuk diperoleh penggunaan atau manfaat pada saat
yang akan datang. (Waluyo,2007:77)

15
Universitas Sumatera Utara

Keynes berpendapat bahwa pengeluaran untuk konsumsi dipengaruhi oleh
pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapat mengakibatkan semakin tinggi pola
tingkat konsumsi selain itu, pendapatan juga berpengaruh terhadap tabungan.
Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula tabungan karena tabungan
merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Walaupun pendapatan penting
perananya

dalam

menentukan

konsumsi,


peranan

faktor-faktor

lain

yang

mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan:
1) Kekayaan yang terkumpul
Sebagai akibat menapat harta warisan/tabungan yang banyak akibat usaha dimasa
lalu, maka seseorang berhasil memiliki kekayaan yang mencukupi. Dalam
keadaan seperti itu sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak.maka
lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa
sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan mereka lebih
bertekat untuk menabung yang lebih banyak di masa yang akan datang.
2) Tingkat bunga
Tingkat bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari
melakukan tabungan. Rumah tangga akan berbuat lebih banyak tabungan apabila
tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh.
3) Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan
berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan dan lebih

16
Universitas Sumatera Utara

mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan MPCnya adalah
lebih rendah tapi ada pula masyarakat yang mempunyai kecenderungan
mengkonsumsi yang tinggi yang berdiri APC dan MPCnya adalah tinggi.
4) Keadaan Perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran
masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif. Mereka
mempunyai kecenderungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang
menabung. Tetapi dalam keadaan perekonomian yang lambat berkembangnya,
tingkat pengangguran menunjukkan tendensi meningkat, dan sikap masyarakat
dalam

menggunakan

uang

dan

pendapatanya

makin

berhati-hati.

(makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/teori-konsumsi-html) diakses tanggal
23/05/2013 10:17
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran kosumsi rumah tangga
Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga:
a. Faktor-faktor ekonomi
b. Faktor-faktor Demografi (kependudukan)
c. Faktor-faktor Non-Ekonomi
A. Faktor-faktor Ekonomi
1. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kosumsi.
biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat kosumsi makin tinggi.
karena ketika tingkat pendaptan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk
17
Universitas Sumatera Utara

membeli aneka kebutuhan kosumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola
hidup makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kuliatas yang baik.
Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat
rendah, biasanya beras yang dipilih untuk kosumsi juga beras kelas
rendah/menegah.
2. Kekeyaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rill
(misalnya: rumah tannah dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham,
surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan kosumsi, karena
menambah pendaptan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap
bulan dan deviden yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah
tangga.
3. Jumlah Barang-barang Kosumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran kosumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang
konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi biasa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurani). Barangbarang tahan lama biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya
dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka
sebelumnya membeli harus banyak menabung.
4. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan

18
Universitas Sumatera Utara

Keinginan

pemerintah

untuk

mengurangi

ketimpangan

dalam

distribusi

pendapatan ternyata akan meyebabkan bertambahnya pengeluaran kosumsi
masyarakat secara keseluruhan
B. Faktor-faktor Demograf
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara
meyeluruh, walaupun rata-rata perorang atau keluarga relatif rendah. Misalnya,
walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah dari pada
penduduk Singapura, tetapi secara absoulet tingkat pengeluaran konsumsi
Indonesia lebih besar dari pada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk
Indonesia lima puluh kali lipat penduduk Singapura.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari berapa klasifikasi
diantarannya:
Usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menegah, tinggi) dan
wilayah tinggal (perkotaan atau pendesaan).
C. Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dalam tata nilai karena inggin meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan bila ada rumah
tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahkan miliar rupiah, hanya untuk
19
Universitas Sumatera Utara

membeli rumah idaman. Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa
mempengaruhi apa, sehingga meyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan
kosumsi. Karena itu bisa terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapatan
rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya
tidak sesuai dengan kemampuannya.
(anindyaditakhoirina.wordpress.com/2011/04/17/faktor-faktor-yangmempengaruhi-tingkat-kosumsi) diakses tanggal 11/07/2013 pukul 10:28
2.2.1.1 Tabungan
Pengertian tabungan menurut Undang-undang pokok perbankan No. 10 tahun
1998, pasal 1 tabungan di definisikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunkan Cek, Bilyet Giro dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
(www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1manjemen/201101005/bab2.pdf) diakses tanggal
23/05/2013 10:43
2.3 kebijakan Upah dan Pendapatan
Beberapa pikiran yang mendukung kenaikan upah (Pro-Indexation) menjelaskan
bahwa kenaikan upah akan mengurangi tingkat inflasi dan sebagai alat kontrol bagi
serikat pekerja untuk memastikan bahwa buruh akan tetap bekerja sesuai dengan
tugasnya. Sedangkan yang anti dengan kenaikan upah mengatakan justru kenaikan
upah akan memicu inflasi, terutama inflasi sebelum upah benar-benar naik, alasanya

20
Universitas Sumatera Utara

penolakan laninya adalah bahwa untuk kenaikan upah akan memicu kenaikan suku
bunga. (Iskandar Putong,2009:105)
Paling umum terpantau adalah bahwa setiap tidak terpenuhinya kenaikan upah
maka pastilah produksi terhambat karena berkurangnya semangat kerja, demo dan
kecurangan dalam bekerja, selain juga semakin rendahnya kemampuan dan daya beli
kaum buruh sehingga relatif tidak akan memperbaiki keadaan perekonomian mereka.
2.3.1 Teori Adam Smith
Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
dengan memandang kepada:
1. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu
sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah. Ia
beranggapan bahwa adanya kekuatan (invinsible hand) meyebabkan setiap
perekonomian akan memperlakukan individu sesuai dengan harpannya. Jadi bila
semua orang dibebaskan berusaha, maka akan memaksimalkan kesejahteraan mereka
secara urutannya.
2. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan:
a. Meningkatkan keterampilan pekerja
b. Penghematan waktu dalam memproduksi barang
c.Penemuan mesin yang sangat menhemat tenaga

21
Universitas Sumatera Utara

3. Proses penumpukan (akumulasi) modal. Menurutnya, proses akumulasi modal
meningkatkan seiring dengan meningkatnya tabungan dan dari tabunganlah asalnya
investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik sementara konsumsi relatif tetap
maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak pada peyediaan akan semakin
banyak untuk investasi
4.

Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakalah tingkat persaingan

semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang
memajukan perekonomian. Pada masa ini tingkat suku bunga akan semakin menurun
karena meningkatnya kemakmuran, kesejahteraan dan jumlah penduduk bertambah.
Akibat dari ini maka cadangan modal semakin besar sehingga investasi semakin
murah dan akan berdampak pada semakin murahnya produksi.
5. Petani, pengusaha dan produsen adalah merupakan agen pertumbuhan dalam
perekonomian bila pertanian meningkat maka usaha industri dan perniagaan semakin
meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi perekonomian
karena adanya rantai kebutuhan dan kepentingan.
6. Proses

pertumbuhan

bersifat

menggumpal

(mengakumulatif),

setiap

peningkatan di bidang pertanian maka akan ada peningkatan dibidang industri dan
perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumber daya sehingga
perekonomian mengalami kondisi stasioner. (Iskandar Putong,2009:130)

22
Universitas Sumatera Utara

2.4 Rumah Tangga
Rumah Tangga
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Rumah tangga Biasa (Ordinary Household) adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh berguna fisik/sensus, dan biasanya
tinggal bersama dan makan dari satu dapur.
2. Rumah Tangga Khusus (Special Household) adalah orang yang tinggal di
asrama, panti asuhan, lembaga permasayarakatan, atau rumah tahanan yang
pengurusan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta
sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10
orang atau lebih.
2.4.1

Pola Rumah Tangga

“Rumah tangga tradisional” terdiri dari suami, istri, dan anak-anak (dan terkadang
kakek-nenek). Tetapi, pada tahun 2010, hanya satu dari lima rumah tangga AS akan
terdiri dari pasangan menikah dengan anak-anak di bawah usia 18 tahun. Proyeksi
komposisi rumah tangga yang lain adalah bujangan yang hidup sendiri (27%),
keluarga dengan orang tua tunggal (8%), pasangan menikah tanpa anak dan pasangan
dengan anak sudah keluar rumah (32%), tinggal bersama orang yang bukan
kelurganya (5%), dan struktur keluarga laninnya (8%).

23
Universitas Sumatera Utara

Semakin banyak orang yang bercerai atau berpisah selanjutnya memilih
tidakmenikah, menunda pernikahan, atau menikah tanpa inggin mempunyai anak.
Masing-masing kelompok mempunyai kumpulan kebutuhan dan kebiasaan pembelian
yang berbeda. Sebagai contoh, orang dalam kelompok SSWD (bujangan, berpisah,
janda, cerai) memerlukan apertemen yang lebih kecil; perlengkapan, perabot,
perangkat rumah yang murah dan lebih kecil; serta kemasan makanan yang lebih
kecil. Produk seperti pangggangan (grill) George Foremen yang membidik orangorang yang tinggal sendirian dan menghargai kenyamanan bisa laku keras.
Pemasaran harus semakin mempertimbangkan kebutuhan khusus rumah tangga
non-tradisional, yang sekarang tumbuh semakin cepat dibandingkan rumah tangga
tradisional. Kalangan akademis dan ahli pemasaran memperkirakan bahwa populasi
gay dan lebian berkisar antara 4% dan 8% dari total populasi AS, dengan persentase
yang jauh lebih tinggi di daerah urban. Dibandingkan rata-rata konsumen AS,
responden yang mengklasifikasikan diri mereka sebagai gay memiliki rumah
peristirahatan hampir 2 kali lebih besar, kemungkinan memiliki komputer netebook 8
kali lebih besar, dan kemungkinan memiliki saham perorangan2 kali lebih besar.
Perusahaan seperti Absolut, American Express, IKEA, Procter & Gamble, dan
Subaru menyadari potensi pasar ini dan pasar rumah tangga nontradisional secara
keseluruhan. (Kotler Philip, 2009:85)

24
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 12 Jenis Komponen Perkiraan Kebutuhan Rumah Tangga
sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:
1.

Kesehatan, termasuk kondisi demografi

2.

Makanan dan gizi

3.

Pendidikan, termasuk literacy dan skill

4.

Kondisi pekerjaan

5.

Situasi kesempatan kerja

6.

Konsumsi dan tata hubungan aggregatif

7.

Pengangkutan

8.

Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan

9.

Sandang

10. Rekreasi dan liburan
11. Jaminan Sosial
12. Kebebasan manusia
(Pohan, 2012:15)

25
Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Peran dan Fungsi Rumah Tangga
setiap rumah tangga mempunyai peran dan fungsi. Tetap secara garis besar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja untuk memenuhi pangan,
sandang, dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan
pemeliharaan pangan, sandang, papan serta kegiatan lain yang menyangkut
kebutuhan rumah tangga.
2. Administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut catat-mencatat, kegiatan ini
meliputi penyedian dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat
penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu
keluarga, surat nikah, ijazah, dan sebagainya).
3. Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga, yaitu kegiatan
bernegosiasi, kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegitan sosial
lainnya. (Pohan Farida Elvina ,2012:21)

26
Universitas Sumatera Utara