Rasa takut pasien anak usia 6-11 tahun terhadap perawatan gigi di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas
Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal
yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal yang tiba-tiba dan
berbahaya. Gejala rasa takut berupa jantung yang berdebar-debar, berkeringat dan
bergetarnya otot tubuh seperti bergetarnya bibir. Selain itu rasa takut juga
menunjukkan gejala berupa kulit yang menjadi pucat. Hal ini terjadi jika mengalami
ketakutan yang tinggi.14 Pengertian rasa takut dengan cemas secara literatur
digunakan secara bergantian dan masih sulit dibedakan. Hampir sama dengan rasa
takut, rasa cemas juga merupakan salah satu tipe gangguan emosi yang berhubungan
dengan situasi yang tidak terduga atau situasi yang dianggap berbahaya. Gejala
kecemasan juga tidak terlalu berbeda dengan rasa takut yaitu terlihat pada penampilan
fisik ataupun perubahan yang terjadi pada mental seseorang. Secara fisiologis gejala
kecemasan berupa telapak tangan berkeringat, gemetar, pusing ataupun jantung yang
berdebar-debar pada saat berhadapan dengan situasi yang menantang. Rasa takut dan
cemas terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pada umumnya.15,16 Walaupun sulit membedakan rasa takut dan cemas, keduanya
merupakan suatu hal yang berbeda. Kecemasan adalah suatu sinyal yang
menyadarkan


dan

memperingatkan

adanya

bahaya

yang

mengancam

dan

memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Sedangkan
rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas
atau bukan bersifat konflik. Rasa takut dianggap oleh beberapa peneliti sebagai salah
satu emosi dasar manusia.14,16


2.2 Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi
Rasa takut terhadap perawatan gigi adalah emosi yang normal terhadap satu
atau lebih stimulus yang mengancam dari situasi yang ada pada perawatan gigi dan

Universitas Sumatera Utara

rasa cemas terhadap perawatan gigi merupakan bagian dari rasa takut akibat
perawatan gigi. Hal ini biasanya berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap
suatu situasi atau objek, dan rasa takut akan berakibat buruk bagi anak karena dapat
menyebabkan anak menghindari perawatan gigi. Kata takut dan cemas terhadap
perawatan gigi sering digunakan secara bersamaan. Menurut Klinberg, kata takut dan
cemas sering digunakan anak dan dewasa untuk menggambarkan perasaan yang
negatif terhadap perawatan gigi.5,17 Spielberger menjelaskan kecemasan sebagai
keadaan emosi yang terdiri atas perasaan khawatir, ketakutan dan cemas dengan
diaktifkannya sistem saraf otonom. Kecemasan terhadap perawatan gigi adalah
gabungan antara keadaan cemas terhadap sesuatu yang akan terjadi dengan rasa takut
pada sesuatu yang mengerikan mengenai yang akan terjadi selama perawatan gigi.17
Rasa takut untuk mengunjungi dokter gigi menjadi masalah kesehatan umum
yang terjadi di beberapa negara, prevalensi rasa takut terhadap perawatan gigi sekitar
5-20% di beberapa negara yang berbeda dan beberapa persennya bahkan berakibat

menjadi phobia terhadap perawatan gigi.18 Anak-anak sering merasa bahwa
mengunjungi dokter gigi akan membuat mereka menjadi sangat stress. Rasa takut
terhadap perawatan gigi ini merupakan rasa takut akibat ketidakmampuan anak dalam
beradaptasi dengan situasi perawatan gigi. Rasa takut terhadap perawatan gigi sangat
berhubungan erat dengan masalah tingkah laku pada perawatan gigi. Anak yang takut
akan memiliki perilaku yang tidak kooperatif dalam perawatan gigi. Penting untuk
diketahui oleh dokter gigi agar dapat mengatasi masalah tingkah laku dan membuat
anak merasa nyaman.7,18

2.3 Etiologi Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi
Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar,
yaitu faktor personal, faktor eksternal dan faktor lingkungan perawatan gigi. Faktor
personal terdiri atas usia, temperamen, masalah psikiatri atau rasa cemas secara
umum. Faktor eksternal terdiri atas kecemasan dan ketakutan orang tua dan
lingkungan sosial. Dan yang terakhir adalah faktor lingkungan perawatan gigi yang
terdiri atas rasa sakit, dokter gigi, dan situasi dalam perawatan gigi.19

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Faktor Personal

Tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat bervariasi pada
hasil beberapa penelitian. Hal ini disebabkan karena perbedaan kriteria penilaian rasa
takut terhadap perawatan gigi, perbedaan ukuran sampel dan teknik seleksi sampel,
dan perbedaan usia. Namun faktor yang paling utama yang dapat menjelaskan rasa
takut anak terhadap perawatan gigi adalah usia anak. Rasa takut terhadap perawatan
gigi umumnya terjadi pada anak yang masih muda, hal ini berhubungan dengan
perkembangan psikologis anak dalam kemampuannya menghadapi perawatan gigi.18
Anak memulai perawatan giginya pada saat usia sekolah yaitu pada usia 6-12
tahun. Pada usia sekolah merupakan periode perkembangan sosial anak, dimana anak
belajar dari lingkungan sosialnya dan belajar menerima kebutuhan di lingkungan
sosialnya.20 Pada usia ini keingintahuan anak sangat tinggi, seperti dalam perawatan
gigi anak sangat ingin tahu tindakan yang akan diterimanya. Oleh karena itu
komunikasi yang baik diperlukan dalam menjelaskan prosedur perawatan yang akan
dilakukan dan jangan membuat anak merasa tidaknyaman karena akan membuat anak
tidak dapat berkomunikasi secara efektif.21 Usia anak dapat membedakan tingkat rasa
takut anak terhadap perawatan gigi, anak yang lebih muda memiliki rasa takut yang
tinggi terhadap perawatan gigi. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan psikologis,
sosial dan emosi anak.22
Selanjutnya yang dapat menyebabkan rasa takut anak terhadap perawatan gigi
adalah temperamen. Temperamen adalah kualitas emosi personal bawaan yang

cenderung stabil. Temperamen ini juga disebabkan pengaruh genetik. Kecenderungan
temperamen ini adalah sifat malu, yang ditemukan pada 10% populasi anak. Anak
merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya atau orang
yang dirasakan asing baginya. Sifat temperamen ini akan menimbulkan emosi negatif
seperti menangis, takut, dan marah. Rasa takut dapat mempengaruhi tingkah laku
anak terhadap perawatan gigi. Hal ini berhubungan dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan yang diterima anak pada perawatan gigi sebelumnya. Pengalaman
yang tidak menyenangkan pada perawatan gigi sebelumnya akan membuat anak
merasa takut untuk melakukan perawatan gigi pada kunjungan berikutnya.19

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat menimbulkan rasa takut anak terhadap perawatan
gigi adalah orang tua dan lingkungan sosial. Rasa takut orang tua terhadap perawatan
gigi akan mempengaruhi rasa takut anak. Orang tua yang takut akan sering
mencampuri perawatan gigi anaknya, sebagai contoh banyak bertanya tentang
prosedur yang akan dilakukan pada anaknya. Rasa takut orang tua di klinik akan
menjadi gangguan bagi anak.19,23 Penelitian yang dilakukan Berggren, Meynert dan
Moore pada pasien odontophobia menunjukkan bahwa perilaku negatif keluarga

terhadap perawatan gigi akan menjadi alasan umum berkembangnya odontophobia.19
Dalam kehidupan seorang anak, keluarga merupakan lingkungan sosial tempat
perkembangan anak terjadi. Selain itu yang juga merupakan bagian dalam kehidupan
anak adalah lingkungan yang lebih luas seperti teman, pengaruh sekolah, keadaan
lingkungan tempat tinggal dan ruang lingkup sosial lainnya.21 Oleh karena itu
kepercayaan anak terhadap dokter gigi juga dapat dipengaruhi langsung oleh orang
tua, teman, atau dari pernyataan orang lain serta melihat perilaku seseorang yang
melakukan perawatan gigi.22 Hal ini juga disampaikan oleh Shaw yang menemukan
bahwa ibu anak yang merasa cemas atau takut terhadap perawatan gigi memiliki
pengalaman yang tidak menyenangkan dari perawatan gigi, artinya bahwa rasa takut
ibu karena pengalamannya juga meningkatkan rasa takut anaknya terhadap perawatan
gigi.11,22
Rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat disebabkan karena takut
terhadap sesuatu yang belum diketahui pastinya. Hal ini dapat disebabkan karena
pernyataan kebanyakan orang yang berpandangan bahwa mengunjungi dokter gigi
adalah hal yang menakutkan. Hal ini penting diketahui dokter gigi karena dapat
memberikan informasi yang akurat mengenai kemungkinan ketidaknyamanan
sebelum dilakukannya tindakan perawatan gigi.19

2.3.3 Faktor Lingkungan Perawatan Gigi

Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab rasa takut terhadap perawatan
gigi adalah rasa sakit. Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman tidak

Universitas Sumatera Utara

menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan jaringan atau oleh adanya
ancaman kerusakan jaringan. Adanya kesalahan dalam menafsirkan rasa sakit
terhadap perawatan gigi akan membuat anak merasa cemas dan takut untuk
melakukan perawatan gigi. Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit
menimbulkan reaksi fisiologis dan psikologis untuk melindungi tubuh dari kerusakan
jaringan, sehingga perilaku tidak kooperatif saat anak merasa sakit atau tidak nyaman
adalah suatu hal yang wajar.19
Saat ini anggapan bahwa perawatan gigi akan menimbulkan rasa sakit akan
membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Diberikannya anastesi atau bahan yang
dapat mengurangi rasa sakit, tidak dipastikan dapat mengurangi rasa takut anak
terhadap rasa sakit. Anak-anak memiliki sifat yang cenderung untuk menghindari rasa
sakit, namun dokter gigi sering mengabaikan hal tersebut. Hal ini menjadi masalah
utama bagi dokter gigi yang perlu diperhatikan agar tidak salah interpretasi tentang
rasa sakit yang menjadi penyebab rasa taku anak terhadap perawatan gigi.8,19
Pemahaman anak terhadap rasa sakit ini bervariasi berhubungan dengan

kemampuan kognitif, reaksi dan pemikiran anak terhadap stimuli yang bervariasi. Hal
ini juga dapat dipengaruhi oleh usia dan kematangan anak. Faktor tambahan lain
seperti perkembangan sosio-emosional, keluarga, situasi sosial, dukungan orang tua,
dan hubungan dengan dokter gigi mempengaruhi bagaimana anak menghadapi stres,
rasa sakit, dan ketidaknyamanan.16 Penelitian yang dilakukan Kent menjelaskan
bahwa ingatan mengenai rasa sakit yang ditimbulkan oleh perawatan gigi akan
terbentuk sampai waktu yang lama. Kent menemukan bahwa pasien dengan rasa
cemas atau takut tinggi cenderung untuk terlalu menaksir rasa sakit yang akan
dirasakannya dari prosedur perawatan gigi. Selain itu ketika ditanyakan kembali
tentang perawatan sebelumnya, mereka juga terlalu berlebihan dalam menceritakan
pengalaman rasa sakitnya. Rasa takut terhadap perawatan gigi juga dapat disebabkan
karena petugas kesehatan gigi atau dokter gigi sendiri. Rasa takut ini dapat muncul
akibat hubungan yang tidak dekat antara dokter gigi dan pasien anak. Anak akan
merasa terganggu dengan perasaan tersebut dan mengakibatkan anak merasa asing
dan takut. Interaksi dokter gigi dan pasien anak merupakan bagian yang penting

Universitas Sumatera Utara

dalam masalah kecemasan terhadap perawatan gigi. Penyebab rasa takut dapat juga
akibat ucapan yang disampaikan dokter gigi pada pasiennya. Komunikasi dengan

anak dan orang tua yang baik sebelum dilakukannya perawatan juga dapat
mengurangi rasa takut terhadap perawatan gigi. Dokter gigi dapat menjelaskan secara
sederhana prosedur perawatan yang akan dilakukan, hal ini agar anak tidak mengirangira apa yang akan terjadi padanya selama perawatan dan tentunya dapat
mengurangi rasa takut anak.24
Hal lain yang juga dapat menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi
adalah situasi dalam perawatan gigi. Anak sering merasa takut terhadap hal-hal yang
membuat mereka merasa tidak nyaman dalam perawatan. Sebagai contoh karena
adanya perasaan asing selama perawatan gigi, seperti karena penggunaan sarung
tangan, masker dan pelindung mata oleh dokter gigi. Hal ini sering terjadi pada
prosedur restoratif yang memiliki potensi menimbulkan rasa takut karena melihat
dokter gigi mengebur atau mendengar suara bur dokter gigi. Selain itu rasa takut juga
diakibatkan karena melihat jarum suntik dan adanya bau-bauan yang tidak enak dari
bahan-bahan kedokteran gigi.24

2.4 Akibat Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi
Rasa takut terhadap perawatan gigi sering dihubungkan dengan terjadinya
peningkatan karies dan masalah dalam menangani tingkah laku anak. Anak yang
memiliki rasa takut terhadap perawatan gigi, kebersihan rongga mulutnya cenderung
buruk. Oleh karena itu, rasa takut terhadap perawatan gigi merupakan masalah umum
yang perlu diperhatikan.4 Rasa takut dan sikap menghindari perawatan gigi akan

berakibat semakin buruknya keadaan rongga mulut dan kesehatan gigi anak. Dalam
hal ini rasa takut terhadap perawatan gigi dapat memprediksikan insiden terjadinya
karies. Anak-anak menjadikan rasa takut terhadap perawatan gigi sebagai alasan
untuk mengabaikan kesehatan giginya dan menunda untuk melakukan perawatan
gigi. Hal ini merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi. Rasa
takut ini juga menimbulkan masalah lain dalam kehidupan sehari-hari anak seperti
gangguan psikososial pada anak.18

Universitas Sumatera Utara

Rasa takut terhadap perawatan gigi juga akan mengakibatkan masalah tingkah
laku dalam perawatan. Sikap pasien yang tidak kooperatif dalam perawatan akan
menyulitkan dokter gigi dalam melakukan prosedur perawatan.18 Dalam hal ini perlu
hubungan komunikasi yang baik antara dokter dan anak. Apabila dalam komunikasi
menunjukkan sikap yang baik maka anak akan dapat mempercayai kita dan
sebaliknya jika sikap dalam berkomunikasi kurang baik akan menyebabkan
berkurangnya rasa percaya anak terhadap dokter. Kurangnya komunikasi antara
dokter dan pasien disebabkan oleh karena dokter gigi tidak secara aktif
mendengarkan pasien dan tidak menjelaskan prosedur perawatan dengan ungkapan
yang sederhana. Akibatnya pasien akan merasa takut dan bertingkah tidak kooperatif

dalam perawatan.25

2.5 Perkembangan Anak Usia 6-11 Tahun
Perkembangan komunikasi pada anak dapat dimulai dengan kemampuan anak
untuk mencetak, menggambar, membuat huruf dan apa yang dilaksanakan anak akan
mencerminkan pikiran anak, hal ini biasanya dimulai pada saat anak usia 6-7 tahun.
Pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan mulai berfikir tentang
kehidupan. Komunikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan
bahasa anak. Dalam berkomunikasi gunakan bahasa yang sederhana.25
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, usia 6-7 tahun masuk dalam
tahap praoperasional. Pada tahap ini anak belum mampu mengoperasionalisasikan
apa yang dipikirkan melalui tindakan. Perkembangan anak bersifat egosentrik dan
pikiran anak masih bersifat transduktif atau menganggap semuanya sama. Usia 7-11
tahun anak masuk dalam tahapan kongkret. Pada tahap ini perkembangan
kemampuan anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai
anggapan yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah mulai hilang. Pada
usia ini anak memiliki dua pandangan dalam berfikir atau disebut juga
reversibilitas.25
Pada usia sekolah dasar masa pertumbuhan dan perkembangan cukup cepat.
Biasanya pada usia 6-11 tahun keingintahuan anak terhadap aspek fungsional dan

Universitas Sumatera Utara

prosedural dari suatu objek sangatlah tinggi. Anak juga memulai untuk berinteraksi
secara luas dengan lingkungan sosialnya. Kemampuan kemandirian anak akan
semakin dirasakan ketika anak berada di luar rumah seperti lingkungan sekolahnya.
Anak sudah mampu mengatasi beberapa masalahnya sendiri dan mampu
menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan
percaya diri dalam tugas mulai terwujud. Menuju 10-12 tahun anak semakin bersikap
mandiri. Dalam menghadapi kegagalan, maka anak sering kali menunjukan reaksi
kemarahan atau kegelisahan. Pada masa ini perkembangan kognitif, psikososial,
interpersonal, psikoseksual, moral dan spiritual sudah mulai menunjukkan
kematangan ketika menuju usia 12 tahun. Secara khusus anak banyak
mengembangkan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari
lingkungan keluarganya. Semakin bertambahnya usia, anak makin dapat bertanggung
jawab dan dapat menyesuaikan dirinya pada lingkungan. 25

2.6 Alat Ukur Rasa Takut dan Cemas Terhadap Perawatan Gigi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai alat pengukur kecemasan
dan rasa takut terhadap perawatan gigi. Metode pengukuran tersebut adalah Corah
Dental Anxiety Scale, Stouthard’s Dental Anxiety Inventory, Children Fear Survey
Schedule-Dental Subscale.9,26

2.6.1 Corah Dental Anxiety Scale ( CDAS)
Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) merupakan alat ukur kecemasan yang
telah terkenal dan banyak digunakan. Metode pengukuran ini menggunakan 4
pertanyaan dengan tiap pertanyaan memiliki 5 alternatif jawaban.9,26 Jumlah nilai
CDAS berkisar 4-20. Jika nilai CDAS 4-8 berarti tingkat rasa cemas dan takut anak
rendah dan jika nilai CDAS 9-12 berarti tingkat rasa cemas dan takut sedang. Anak
dikatakan memiliki tingkat rasa cemas dan takut jika nilai dari kuesioner CDAS 1320. Alat ukur ini dapat mengukur kecemasan atau rasa takut terhadap perawatan gigi
pada anak usia 5-15 tahun.26 CDAS dikembangkan untuk mengukur stres atau
keadaan psikologis. Metode ini dikembangkan oleh Corah dan Pantera pada tahun

Universitas Sumatera Utara

1968. Reabilitas dan validitas CDAS telah banyak dimuat pada berbagai artikel
semenjak penggunaannya sebagai alat ukur kecemasan. Walaupun demikian dasar
teori untuk CDAS tidak digambarkan terlalu jelas. Pada CDAS pertanyaan yang ada
menggambarkan kecemasan secara umum dan menceritakan antisipasi kecemasan
pada rangsangan spesifik dari alat pengeboran dan alat pembersihan gigi.9,26

2.6.2 Stouthard’s Dental Anxiety Inventory
Pada tahun 1980, Stouthard mengembangkan kuesioner untuk penelitian
kecemasan berdasarkan pertimbangan teoritis dan dibuat untuk mengukur situasi
yang dapat menimbulkan kecemasan. Alat ukur tersebut disebut dengan Dental
Anxiety Inventory. Dental Anxiety Inventory yang juga dikenal dengan DAIx adalah
pengukuran kecemasan dental yang menggunakan 36 pertanyaan yang berdasarkan
tiga hal yaitu waktu, situasi, dan reaksi yang dipresepsikan relevan terhadap
kecemasan dental. Yang dimaksud dengan waktu adalah sifat dasar dan tingkat
kecemasan dapat berubah berdasarkan waktu dan lamanya tindakan perawatan gigi.
Sedangkan situasi menggambarkan aspek pengalaman dental, interaksi dengan dokter
gigi dan tindakan dental. Kemudian reaksi yang merujuk kepada elemen pengalaman
kecemasan atau ketakutan terhadap perawatan gigi.9 Alat ukur ini dapat digunakan
untuk mengukur rasa cemas dan takut anak terhadap perawatan gigi. DAIx memiliki
rentang nilai 9-45 dengan sembilan pertanyaan yang ada.26

2.6.3 Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS)
Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS) adalah alat untuk
mengukur rasa takut pada anak yang sangat diakui secara luas. Alat ini dikembangkan
oleh Cuthbert dan Melamed pada tahun 1982.9,13,26 CFSS-DS memiliki sumber dan
dasar teori pengukuran, memiliki peranan dan keterangan yang lebih. Sebagai contoh,
dalam sebuah pemeriksaan pengukuran rasa takut dan nyeri terhadap perawatan gigi,
CFSS-DS menghasilkan pengukuran yang digambarkan secara sederhana.12,26
CFSS-DS merupakan alat ukur rasa takut yang dapat dipercaya dan
menunjukkan validitas yang baik meskipun dari tingkatan yang berbeda-beda. CFSS-

Universitas Sumatera Utara

DS terdiri atas 15 pertanyaan yang mencakup aspek yang berbeda dari situasi
perawatan gigi. Aspek tersebut meliputi dokter gigi, dokter, jarum suntik, mulut
diperiksa seseorang, membuka mulut, disentuh orang asing, diperhatikan orang lain,
dokter gigi mengebor, melihat dokter gigi mengebor, suara bor dokter gigi, orang
meletakkan instrumen dalam mulut, tersedak, pergi kerumah sakit, orang berseragam
putih, dan perawat membersihkan mulut.26,27
Tingkat rasa takut pada CFSS-DS terdiri atas 5 kategori yaitu tidak takut,
agak takut, cukup takut, takut dan sangat takut. Setiap kategori rasa takut memiliki
nilai tersendiri yaitu tidak takut sama sekali diberi nilai 1, agak takut diberi nilai 2,
cukup takut diberi nilai 3, takut diberi nilai 4 dan sangat takut diberi nilai 5. 28 Rasa
takut terhadap perawatan gigi pada CFSS-DS terdiri atas tingkat rasa takut terhadap
perawatan gigi rendah, tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi sedang dan tingkat
rasa takut terhadap perawatan gigi tinggi. Hal ini dapat disimpulkan dari jumlah nilai
yang didapat dari 15 pertanyaan yang ada pada CFSS-DS. Jika jumlah nilai dari
CFSS-DS adalah kecil dari 32 berarti tingkat rasa takut anak terhadap perawatan gigi
rendah. Dan Jika jumlah nilai dari CFSS-DS adalah 32-38 berarti tingkat rasa takut
anak terhadap perawatan gigi sedang. Sedangkan jika jumlah nilai dari CFSS-DS
adalah besar dari 39 berarti tingkat rasa takut anak terhadap perawatan gigi tinggi.26,28

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Pasien anak

Rasa takut terhadap
perawatan gigi

Kunjungan
pertama

Kunjungan
berulang

Rasa takut berdasarkan CFSS-DS :
















Takut dengan dokter
Takut dengan dokter gigi
Takut dengan jarum suntik
Takut mulut diperiksa seseorang
Takut membuka mulut
Takut disentuh orang yang tidak dikenal
Takut diperhatikan seseorang
Takut dokter gigi mengebur
Takut melihat dokter gigi mengebur
Takut mendengar suara bur dokter gigi
Takut dimasukkan alat ke dalam mulut
Takut tersedak
Takut pergi ke klinik Pedodonsia
Takut melihat orang berseragam putih
Takut dokter gigi membersihkan gigi

Universitas Sumatera Utara