Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. C. L. Pankhurst, W. A. Coulter. Basic guide to infection prevention and control in dentistry. United kingdom: Willey-Blackwell, 2009: 1-2, 76-92. 2. Doni L. Bird, Debbie S. Robinson. Modern dental assisting. Edisi 10. Canada:

Elsevier Saunders, 2012: 283-316, 383-391.

3. Center for desease control and prevention. Guideline for infection control in dental health-care settings. MMWR, 2003: 52(17): 1-48.

4. Isnandar. Kontrol infeksi di kedokteran gigi. Makalah: Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011: 1-2.

5. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996: 1-14.

6. Shimoji S, Ishihama K, Yamada H, et al. Occupational savety among dental health-care workers. Advance in medical educational and practice 2010; 41-47.

7. Dickinson SK, Bebermayer RD. Guideline for infection control in dental health care settings. Oral-B at dentalcare.com, 2013: 1-29.

8. Australian Dental Association. Guideline for infection control. Edisi 2. Australia: Australian Dental Association Inc, 2012: 8-46.

9. Rinendy D. Hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa profesi dengan tindakan pencegahan penyakit menular di RSGM Universitas Jember. Skripsi: Jember: Universitas Jember, 2012: 32.

10.Yanti GN. Hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, keterdesian sarana, peraturan dan pengawasan di rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precautions di rumah sakit kota medan. Thesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013: 8,42.

11.Sorrentino SA, Gorek B. Essentials for nursing assistants. Edisi 3. United States of America: Mosby Elevier, 2006: 123-141.


(2)

12.Mulyanti S, Putri MH. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. Jakarta: EGC, 2012: 1-5, 29-30, 37-54, dan 111-120.

13.Septiari BB. Infeksi nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika, 2012: 21-73. 14.Harti AS. Dasar-dasar mikrobiologi kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika,

2012: 132-133.

15.Stassi ME. Basic nurse assisting. United states of america: elsavier saunder, 2005: 176-195.

16.Molinari JA, Harte JA. Practical infection control in dentistry. Edisi 3. China: lippincott william & wilkins, 2010: 63-236.

17.Royal college of dental surgeon of ontario. Guideline infection prevention and control in dental office. Ontario, 2010: 4-47.

18.Cottone JA, Terezhalamy GT, Molinari JA. Mengendalikan penyebaran infeksi pada praktik dokter gigi. Alih bahasa. Lilian Juwono. Jakarta: Widya MEdika, 1998: 104-117.

19.Bonehill JA, Robert CL, Wincott DR. Handbook for dental nurses. Singapore: blackwell Munksgaard, 2007: 11-23

20.World Health Organization. WHO guideline on hand hygiene in health care. Switzerland: WHO press, 2009: 25-98.

21.Hollins C. Levinson’s textbook for dental nurses. Edisi 10. Singapore: Fabulous, 2009: 78-79.

22.Johnson WT, Williamson AE. Isolation; endodontic access, and lenghth determination. In: Mahmoud Torabinajad, Richard E Walton eds. Endodontic principles and practices. Missouri: Elsavier, 2009: 230-256.

23.Doni L. Bird, Debbie S. Robinson. Modern dental assisting. Edisi 10. Canada: Elsevier Saunders, 2012: 968-969.

24.Doni L. Bird, Debbie S. Robinson. Modern dental assisting. Edisi 10. Canada: Elsevier Saunders, 2012: 213, 548, dan 805.

25.Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan, kebidanan, kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya, 2009:127-8.


(3)

26.Askarian M, Assadian O. Infection control practices among dental profesionals in Shiraz dentistry school, Iran. Arc Iranian Med. 2009; 12 (1): 48-51.

27.Nair SS, Hanumantappa R, Hiremath SG, Siraj MA, Raghunath P. Knowledge, attitude, and practice of hand hygiene among medical and nursing students at a tertiary health care center in Raichur, India. ISRN Preventiv Medicine. 2014:1-4.

28.Al-Rabeah A, Mohamed AG. Infection control in the private dental sector in riyadh. Ann saudi med. 2002;12 (1-2): 13-17.

29.Udoye CI, Jafarzadeh H. Rubber dam use among a subpopulation of Nigerian dentist. Jurnal of oral sience. 2010; 52 (2): 245-249.


(4)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan motode survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU mengenai Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Periodonsia dan Departemen Pedodonsia yang bertempat di Jl. Alumni No. 2 USU, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Februari 2015 sampai 16 Maret 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Periodonsia, dan Departemen Pedodonsia yaitu sebanyak 60 orang di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, sebanyak 54 orang di departemen Konservasi gigi, sebanyak 63 orang di Departemen Periodonsia, dan sebanyak 28 orang di Departemen Pedodonsia. Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling), sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 205 orang.


(5)

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1 Pengetahuan A. Pengetahuan

Standard Precautions

Standard Precautions

Sebelum Tindakan Perawatan Gigi Evaluasi pasien

Pengetahuan yaitu pengetahuan responden mengenai

Standard Precautions operator sebelum tindakan

perawatan gigi. Pengetahuan diukur dalam bentuk pertanyaan yang telah dipersiapkan dengan pilihan jawaban yang benar. Pertanyaan yang diajukan mengenai evaluasi pasien, perlindungan diri, disinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai, dan air dental unit.

Standard Precautions merupakan langkah-langkah yang perlu diikuti ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terkelupas, dan membran mukosa. Standard Precautions harus diterapkan pada semua pasien untuk mencegah dan mengurangi penularan penyakit

- Evaluasi pasien

- Penggunaan alat perlindungan diri - Penggunaan alat sekali pakai - Kualitas air dental unit

Informasi yang harus didapatkan saat mengidentifikasi pasien yaitu, nama, usia, jenis kelamin, suku, status, perkawinan, alamat, dan nomor telepon. Riwayat


(6)

Perlindungan diri

penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat, status ekonomi, pendidikan, pengguna narkoba atau peminum keras, semua hal tersebut harus diketahui saat evaluasi pasien. Dalam mengevaluasi pasien kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pasien. Hal ini sangat penting dilakukan dalam merawat pasien untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penyebaran penyakit menular di praktek dokter gigi.

Perlindungan diri bertujuan untuk mencegah terpaparnya mikroorganisme patogen pada diri tenaga kesehatan.

Perlindungan diri meliputi:

Mencuci tangan bertujuan untuk menjaga kebersihan tangan. Sebelum membersihkan tangan sebaiknya perhiasan dilepaskan dan tenaga kesehatan tidak berkuku panjang atau menggunakan kuku palsu. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas mencuci tangan dalam mengurangi mikroorganisme patogen pada kulit tergantung kepada pemilihan bahan antiseptik termasuk durasi dan teknik mencuci tangan. A) Mencuci tangan

Indikasi:

- Dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien (sebelum memakai sarung tangan dan segera setelah melepaskan sarung tangan)

- Setelah tangan menyentuh instrumen atau benda yang terkontaminasi oleh darah atau saliva sebelum


(7)

meninggalkan ruangan praktek dokter gigi atau laboratorium.

- Ketika tangan terlihat kotor.

- Indikasi penggunaan cuci tangan bedah yang asepsis ini sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan bedah yang steril.

Metode mencuci tangan terbagi menjadi empat yaitu: 1) Mencuci tangan rutin, dilakukan dengan menggunakan sabun non-antimikroba dan dibawah air mengalir dengan durasi 15 detik.

2) Mencuci tangan asepsis, dilakukan dengan menggunakan sabun antimikroba dan dibawah air mengalir dengan durasi 15 detik

3) Membersihkan tangan dengan menggosokkan alkohol, menggosokkan tangan dengan cairan alkohol sampai cairan alkohol kering.

4) Prosedur mencuci tangan bedah yang asepsis, dilakukan dengan menggunakan sabun antimikroba dan dibawah air mengalir dengan durasi 2-6 menit.

Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi mulut dan hidung yang berfungsi untuk melindungi dari terhirupnya mikroorganisme patogen dari semprotan aerosol handpiece atau air-water syringe yang mudah terpapar oleh tenaga kesehatan gigi. B) Menggunakan masker

Indikasi:

- Masker harus selalu digunakan ketika merawat pasien


(8)

- Gunakan satu masker untuk satu pasien

- Gunakan masker ketika menghirup udara yang berpotensi terjadinya penyebaran mikroorganisme patogen

- Segera ganti masker yang basah atau terkena oleh darah atau cairan tubuh lainnya saat melakukan tindakan perawatan gigi pasien.

Melepaskan masker harus dengan hati-hati agar tangan tidak terkontaminasi pada wajah, dengan cara hanya jari yang menyentuh pada bagian karet atau tali masker.

Dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien (sebelum memakai sarung tangan dan segera setelah melepaskan sarung tangan).

C) Menggunakan sarung tangan

Sarung tangan memiliki tiga tipe, yaitu:

a. Sarung tangan untuk memeriksa pasien, digunakan ketika memeriksa pasien, melakukan tindakan perawatan non bedah yang mungkin dapat berkontak dengan saliva, dan ketika melakukan prosedur laboratorium. Biasayan terbuat dari bahan lateks.

b. Sarung tangan bedah, digunakan ketika melakukan prosedur bedah dan ketika berkontak dengan darah yang banyak

c. Sarung tangan non-medis, digunakan ketika melakukan prosedur pembersihan ruangan kerja, membersihkan instrumen tajam yang terkontaminasi atau bahan kimia


(9)

- Kacamata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari mikroorganisme patogen yang mungkin mengenai mata, seperti percikan darah dan cairan tubuh lainnya, aerosol dari handpiece, dan saat pembersihan karang gigi.

D) Menggunakan kacamata pelindung

- Kacamata pelindung yang biasa dipakai untuk pasien tidak berupa pelindung wajah yang memanjang sampai dagu.

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi kulit yang tidak tertutupi oleh baju dari paparan agen infeksi seperti percikan darah, saliva, aerosol, dan bahan lainnya yang terkontaminasi.

E) Menggunakan pakaian pelindung

Syarat – syarat:

Pakaian pelindung sebaiknya dibuat longgar, bertangan panjang dan memiliki desain leher baju yang tinggi.

Cara penggunaan:

- Pakaian pelindung harus segera diganti ketika pakaian terlihat kotor dan ketika terkena darah dan cairan tubuh lainnya yang berpotensi untuk menularkan penyakit.

- Pakaian pelindung harus segera dilepaskan ketika meninggalkan tempat kerja.

- Ketika melakukan prosedur yang berisiko tinggi pakaian pelindung sebaiknya menutupi sampai lutut. F) Menggunakan penutup kepala dan pelindung sepatu


(10)

Penutup kepala berfungsi sebagai:

- Melindungi kepala dari kontaminasi darah dan cairan tubuh lainnya ketika melakukan prosedur perawatan gigi, seperti ketika melakukan prosedur bedah mulut yang berisiko mengelurkan banyak darah. - Penggunaan penutup kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala tenaga kesehatan ke alat-alat atau steril dan dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme patogen kepada tenaga kesehatan di kepala dan rambut dari percikan-percikan darah atau cairan tubuh lainnya dari pasien.

Pelindung sepatu berfungsi sebagai:

- Melindungi sepatu atau kaki dari kontaminasi darah dan cairan tubuh lainnya ketika melakukan prosedur perawatan gigi, seperti ketika melakukan prosedur bedah mulut yang berisiko mengelurkan banyak darah.

Penggunaan rubber dam dapat mengurangi jumlah bakteri dirongga mulut ketika melakukan prosedur perawatan gigi yang berasal dari air yang disemprotkan ke rongga mulut, dan sebaliknya penggunaan rubber dam dapat mengurangi kontaminasi bakteri, darah, dan saliva kepada tenaga kesehatan.

G) Menggunakan rubber dam

Penggunaan antiseptik sebelum melakukan perawatan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme H) Penggunaan antiseptik sebelum tindakan perawatan


(11)

di permukaan sehingga dapat mencegah masuknya mikroorganisme tersebut pada jaringan dibawahnya yang dapat menyebabkan bakterimia, septikemia, atau infeksi lokal lainnya.

Pemberian antiseptik yang biasa dilakukan di Kedokteran Gigi, yaitu

1) Obat kumur, Penggunaan obat kumur sebelum prosedur perawatan gigi dapat mengurangi mikroorganisme yang keluar dari rongga mulut melalui aerosol, percikan, dan kontak langsung, sehingga mikroorganisme yang mengontaminasi tenaga kesehatan gigi maupun permukaan sekitarnya. Prosedur penggunaan obat kumur sebelum melakukan perawatan gigi paling dianjurkan pada prosedur skeling (pembersihan karang gigi) karena tidak dapat menggunakan rubber dam.

2) Pengolesan daerah kerja, Pengolesan menggunakan kain kasa yang telah dibasahi oleh larutan antiseptik, dimulai dari intraoral kemudian diteruskan ke daerah ekstraoral dengan gerakan sirkuler dari pusat atau sentral daerah kerja ke arah lateral dengan gerakan searah jarum jam, hal ini bertujuan agar tidak dilakukan pengolesan berulang pada daerah kerja. Pengolesan bahan antiseptik pada daerah kerja dilakukan sebagai persiapan sebelum melakukan prosedur bedah dan melakukan lokal anastesi.

Bahan yang digunakan yaitu, larutan betadine 10%, alkohol 70%, dan klorheksidin glukonat 0,1% dengan durasi pengolesan selama 15 detik – 2 menit.


(12)

Alat sekali pakai

- Mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan, operator sudah dalam keadaan asepsis dengan mencuci tangan dan telah menggunakan alat perlindungan diri operator seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan. Tempat untuk meletakkan instrumen seperti tersebut juga harus dalam keadaan steril.

I) Persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi

- Korentang berfungsi untuk mengambil instrumen yang steril agar terjaga ke sterilan instrumen yang diambil

- Imunisasi yang dianjurkan untuk tenaga kesehatan yaitu imunisasi Hepatitis B dan imunisasi influenza. J) Imunisasi

- Imunisasi Hepatitis B diindikasikan bagi semua tenaga kesehatan gigi.

- Imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga tahap, yaitu pada hari dilakukan imunisasi, satu bulan setelah pemberian pertama, dan pada empat bulan setelah pemberian kedua.

- Imunisasi influenza diindikasikan pada tenaga kesehatan yang berusia lebih dari 50 tahun atau yang memiliki risiko tinggi mengganggu kesehatan tubuh, dan tenaga kesehatan yang berkontak terhadap pasien yang berisiko tinggi atau tenaga kesehatan yang bekerja pada pelayanan kesehatan yang bersifat kronis. Imunisasi influenza dilakukan satu kali saja.

Alat yang sebaiknya digunakan sekali pakai yaitu: 1. Alat yang sulit untuk dibersihkan dengan lubang


(13)

Air dental unit

yang sempit, seperti saliva ejector dan suction tips. 2. Sikat, seperti sikat gigi demonstrasi,cangkir karet propilaksis dan bulu sikat.

3. Alat yang rumit dan kompleks, seperti bur staniless steel, files endodontik, reamears dan sendok cetak plastik.

4. Invasive instrumens dan tajam, seperti matriks band, scalpels, jarum, dan jarum jahit.

Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit.

1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan dimasukkan ke dalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus.

2. Menggunakan penyaringan bakteri (mikrofiltrasi). Alat sekali pakai berupa mikrofiltrasi dipakai pada selang yang dekat dengan handpiece atau air-water

syringe. Penggunaan mikrofiltrasi dapat

dikombinasikan dengan penampungan air yang telah terjamin kualitasnya.

3. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di flush dengan larutan disinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner, dimana kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dan diisi langsung oleh responden. Kuesioner yang diberikan meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan


(14)

pengetahuan tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah secara manual dan selanjutnya dianalisa dengan metode analisis univariat, yaitu analisis independent dalam bentuk frekuensi dan dihitung presentasenya.

3.7 Aspek pengukuran

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Periodonsia, dan Departemen Pedodonsia mengenai Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi di ukur melalui 26 pertanyaan. Pertanyaan yang dijawab benar, nilainya 1; jika jawabannya salah, maka nilainya 0. Sehingga nilai tertinggi dari 26 pertanyaan yang diberikan adalah 26. Apabila skor jawaban responden benar 76% - 100% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan baik. Apabila skor jawaban responden benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan cukup. Apabila skor jawaban responden benar <56% dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan kurang (tabel 2).25

Tabel 2. Kategori Penilaian

Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Penilaian Skor Kuesioner

(24

pertanyaan)

Benar = 1 Baik (Apabila skor jawaban responden benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan)

20 – 26

Salah = 0 Cukup (Apabila skor jawaban responden benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan)


(15)

Kurang (Apabila skor jawaban responden benar <56% dari seluruh pertanyaan)


(16)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Persentase responden Departemen Periodonsia 31%, Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial 29%, Departemen Konservasi Gigi 26%, dan Departemen Pedodonsia 14%. Responden yang berusia 21-25 tahun sebanyak 90,7%, berusia 26-30 tahun sebanyak 10,7%, dan berusia lebih dari 26-30 tahun sebanyak 0,5%. Persentase responden perempuan yaitu 71% lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 29% (tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden (n=205)

Karakteristik Responden n %

Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial Konservasi Gigi Periodonsia Pedodonsia 60 54 63 28 29 26 31 14 Umur

21 - 25 tahun 26 – 30 tahun > 30 tahun

182 22 1 90,7 10,7 0,5 Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan 60 145 29 71


(17)

4.2 Pengetahuan Responden terhadap Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi

Pengetahuan responden tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi termasuk dalam kategori baik (76% - 100%) dalam hal definisi Standard Precautions, indikasi penggunaan masker, tipe sarung tangan, dan fungsi penutup kepala. Pengetahuan responden termasuk kategori cukup (56%-75%) dalam hal macam-macam metode mencuci tangan, teknik mencuci tangan, fungsi masker, cara penggunaan pakaian pelindung, bahan antiseptik yang digunakan di kedokteran gigi, persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi, dan cara mengurangi kontaminasi mikroorganisme di dental unit. Sedangkan pengetahuan responden termasuk kategori kurang (<56%) dalam hal informasi yang diperlukan saat evaluasi pasien, fungsi evaluasi pasien, indikasi mencuci tangan, cara melepas masker yang benar, syarat penggunaan sarung tangan, fungsi kacamata pelindung, syarat pakaian pelindung, fungsi pelindung sepatu, fungsi penggunaan rubber dam, fungsi antiseptik sebelum tindakan perawatan gigi, alat untuk mengambil instrumen steril, imunisasi wajib untuk dokter gigi, tahap Imunisasi Hepatitis B, indikasi Imunisasi Influenza, dan macam-macam alat sekali pakai (tabel 4).

Tabel 4. Pengetahuan Responden terhadap Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi(n=205)

Pengetahuan Responden

Tahu Tidak Tahu

n % n %

Definisi Standard Precautions 179 87,32 26 12,68

Tipe sarung tangan 175 85,37 30 14,63

Indikasi penggunaan masker 163 79,51 42 20,49

Fungsi penutup kepala 160 78,05 45 21,95

Persiapan alat sebelum tindakan perawatan

gigi 155 75,61 50 24,39

Cara mengurangi kontaminasi

mikroorganisme di dental unit 141 68,78 64 31,22 Bahan antiseptik yang digunakan di


(18)

Pengetahuan Responden Tahu Tidak Tahu

n % n %

Cara penggunaan pakaian pelindung 136 66,34 69 33,66 Macam-macam metode mencuci tangan 135 65,85 70 34,15

Teknik mencuci tangan 129 62,93 76 37,07

Fungsi masker 117 57,07 88 42,93

Informasi yang diperlukan saat evaluasi

pasien 114 55,61 91 44,39

Macam-macam alat sekali pakai 106 51,71 99 48,29 Syarat pakaian pelindung 85 41,46 120 58,54

Indikasi mencuci tangan 80 39,02 125 60,98

Syarat penggunaan sarung tangan 79 38,54 126 61,46 Alat yang digunakan mengambil instrumen

steril 78 38,05 127 61,95

Tahap pemberian Imunisasi Hepatitis B 77 37,56 128 62,44 Fungsi Penggunaan antiseptik sebelum

tindakan perawatan gigi 75 36,59 130 63,41

Fungsi penggunaan rubber dam 64 31,22 141 68,78 Fungsi penggunaan pelindung sepatu 52 25,37 153 74,63

Fungsi evaluasi pasien 48 23,41 157 76,59

Imunisasi wajib bagi dokter gigi 18 8,78 187 91,22 Fungsi kacamata pelindung 12 5,85 193 94,15 Indikasi Imunisasi Influenza 11 5,37 194 94,63 Hasil penelitian menunjukkan 69,8% responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 29,3% responden berpengetahuan cukup, dan hanya 1% responden termasuk kategori berpengetahuan baik (tabel 5).

Tabel 5. Kategori Pengetahuan Responden Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi (n=205).

Kategori Pengetahuan N %

Baik 2 1

Cukup 60 29,3

Kurang 143 69,8


(19)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 87,3% responden mengetahui tentang definisi Standard Precautions. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gema pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan menyatakan sebanyak 50% dokter gigi mengetahui definisi Standard Precautions.9 Ini mungkin disebabkan mahasiswa kepaniteran klinik mengetahui dengan baik tentang definisi Standard Precautions, karena mahasiswa sudah mempelajari tentang Standard Precautions sejak masa perkuliahan, sedangkan pada penelitian yang dilakukan Gema responden adalah dokter gigi yang rata-rata berusia lebih dari 45 tahun sehingga tidak mendapatkan materi Standard Precautions di masa perkuliahan yang baru diperkenalkan sejak tahun 2003.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 79,3% responden mengetahui cara penggunaan masker yang benar. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mehrdad dan Ojan mengenai kontrol infeksi pada mahasiswa kedokteran gigi di Iran menyatakan sebanyak 94,7% responden mengetahui penggunaan masker yang benar.26 Perbedaan hasil yang didapat mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman oleh responden penelitian mengenai penggunaan masker yang benar saat melakukan perawatan gigi pasien.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 78% responden mengetahui fungsi penutup kepala. Pengetahuan responden termasuk baik dalam hal fungsi penutup kepala, hal ini mungkin dikarenakan kesadaran responden yang baik untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme dari kepala ke alat-alat steril yang akan digunakan saat tindakan perawatan gigi pasien dan dapat melindungi kepala dari percikan darah atau cairan tubuh pasien, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 75,6% responden mengetahui dengan benar tentang persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi. Masih adanya


(20)

mahasiswa klinik yaitu sebanyak 24,39% responden yang tidak mengetahui tentang persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi, hal ini mungkin disebabkan responden tidak mendapatkan materi tetang persiapan alat yang benar pada masa perkuliahan sehingga masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahuinya. Dalam mempersiapkan alat steril yang akan digunakan sebelum tindakan perawatan gigi dapat dilakukan dengan menjaga tangan dalam keadaan asepsis atau dengan menggunakan alat yang disebut korentang. Namun, hanya 38% responden mengetahui korentang sebagai alat untuk mengambil instrumen steril. Kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai korentang mungkin karena mahasiswa kurang mencari tahu jenis alat yang digunakan di klinik, padahal korentang pernah dipakai saat di klinik walaupun tidak diperkenalkan secara khusus pada masa perkuliahan.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 68,8% responden mengetahui cara mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada air dental unit. Masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui cara mengurangi kontaminasi mikroorganisme di dental unit untuk menjaga kualitas air dental unit yang akan masuk ke rongga mulut pasien, hal ini mungkin dikarenakan cara mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada air dental unit belum diajarkan pada masa perkuliahan. Selain itu, cara untuk mengurangi mikroorganisme pada air dental unit tidak pernah diaplikasikan saat responden di klinik. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada air dental unit berguna untuk menjaga kualitas air pada dental unit dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya penularan penyakit melalui air dari dental unit yang di suplai oleh pemerintah

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 67,3% responden mengetahui bahan antiseptik yang digunakan untuk pengolesan pada daerah kerja sebelum prosedur bedah dan sebelum melakukan lokal anastesi dan pengetahuan responden masih kurang 36,59% mengenai tujuan penggunaan antiseptik sebelum tindakan perawatan gigi. Masih banyak responden yang tidak mengetahui hal tersebut, mungkin dikarenakan materi tentang aplikasi bahan antiseptik sebelum tindakan perawatan gigi belum diajarkan kepada mahasiswa pada masa perkuliahan. Dengan mengetahui


(21)

tujuan aplikasi bahan antiseptik sebelum perawatan gigi pasien yang dapat mencegah terjadinya bakterimia, septikemia, dan infeksi lokal lainnya pada pasien.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 65,85% responden mengetahui macam-macam metode mencuci tangan dan sebanyak 62,9% responden mengetahui teknik mencuci tangan dengan benar, sedangkan pengetahuan responden mengenai indikasi mencuci tangan yang benar termasuk kurang yaitu 39%. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sreejith et al di India pada mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan tentang tingkat pengetahuan mencuci tangan yaitu 91,3% mahasiswa kedokteran mengetahui mencuci tangan yang benar.27 Perbedaan ini mungkin disebabkan responden terbiasa mencuci tangan yang tidak sesuai dengan cuci tangan rutin/cuci tangan bedah menurut WHO. Dengan mengetahui dan memahami tentang mencuci tangan sesuai prosedur yang ditetapkan WHO dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Selain itu, karena masih banyak responden yang kurang memahami tentang prosedur mencuci tangan yang benar menurut WHO yang sesuai dengan yang pernah diajarkan dan di praktikkan pada masa perkuliahan.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 66,34% responden mengetahui cara penggunaan pakaian pelindung dan sebanyak 41,46% responden mengetahui syarat penggunaan pakaian pelindung. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mehrdad dan Ojan mengenai kontrol infeksi pada mahasiswa kedokteran gigi di Iran menunjukkan sebanyak 77,6% dokter gigi mengetahui penggunaan pakaian pelindung saat melakukan prosedur perawatan gigi pasien.26 Perbedaan persentase yang didapat mungkin disebabkan belum disediakannya pakaian pelindung untuk digunakan pada setiap prosedur perawatan gigi di klinik RSGMP. Penggunaan pakaian pelindung dapat mencegah berpindahnya mikroorganisme patogen pada tubuh operator saat melakukan perawatan gigi pasien.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55,6% responden mengetahui informasi yang dibutuhkan saat evaluasi pasien, namun pengetahuan responden mengenai fungsi evaluasi pasien termasuk kurang yaitu 23,4%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gema pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan


(22)

menyatakan sebanyak 55,6% dokter gigi mengetahui deskripsi evaluasi pasien.9 Kondisi ini mungkin karena keilmuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang hal-hal yang harus ditanyakan saat anamnesa masih kurang sehingga mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan anamnesa yang tidak lengkap kepada pasien sebelum dilakukan tindakan perawatan gigi. Evaluasi pasien sangat penting dilakukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penyebaran penyakit menular di praktek dokter gigi.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51,7% responden mengetahui macam-macam alat sekali pakai. Hasil tersebut sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Rabeah dan Mohammed pada dokter gigi di Riyadh menunjukkan sebanyak 56% respondennya mengetahui macam-macam alat sekali pakai.28 Perbedaan ini mungkin disebabkan mahasiswa terbiasa menggunakaan ulang alat sekali pakai yang masih terlihat bisa digunakan kembali seperti endodontik file. Selain itu, hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kesadaran mahasiswa tentang penggunaan alat sekali pakai dapat mencegah terjadinya infeksi silang. Penggunaan alat sekali pakai akan mencegah perpindahan mikroorganisme patogen dari satu pasien ke pasien lain dan mencegah kerusakan alat akibat proses sterilisasi alat berulang saat perawatan gigi.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 38,5% mengetahui cara penggunaan sarung tangan. Kurangnya pengetahuan responden tetang cara penggunaan sarung tangan dapat menyebabkan terjadinya infeksi silang melalui cairan tubuh pasien yang mungkin terdapat pada tangan operator. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gema pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan menyatakan sebanyak 88,9% dokter gigi mengetahui pemakaian sarung tangan yang benar.9 Perbedaan ini mungkin karena tidak ada protokol Standard Precautions di RSGMP terutama tentang memcuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan karena sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan harus mencuci tangan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gema di rumah sakit kota Medan yang telah memiliki peraturan mengenai Standard Precautions.


(23)

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 31,2% responden mengetahui fungsi rubber dam dengan benar. Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Hamid mengenai penggunaan rubber dam pada dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis di Nigeria menyatakan sebanyak 98,7% dokter gigi mengetahui guna pemakaian rubber dam.29 Kondisi ini mungkin karena mahasiswa belum mengetahui aplikasi penggunaan rubber dam dan belum sediakannya rubber dam di klinik sehingga mahasiswa tidak pernah menggunakan rubber dam saat tindakan perawatan gigi pasien di klinik, sedangkan pada peneltian yang dilakukan oleh Christopher dan Hamid responden merupakan dokter gigi yang telah ahli dalam merawat pasien dengan menggunakan rubber dam dalam perawatan gigi pasien sehingga dapat mengetahui fungsi rubber dam dalam perawatan gigi pasien.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5,85% responden mengetahui fungsi kacamata pelindung. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mehrdad dan Ojan mengenai kontrol infeksi pada mahasiswa kedokteran gigi di Iran yang menunjukkan sebanyak 97,4% dokter gigi mengetahui penggunaan kacamata pelindung saat melakukan prosedur perawatan gigi pasien.26 Perbedaan ini mungkin dikarenakan belum disediakan kacamata pelindung di RSGMP. Kurangnya pengetahuan responden terhadap fungsi kacamata pelindung menunjukkan kurangnya kepedulian responden terhadap proteksi diri operator terutama tentang penggunaan kacamata pelindung saat melakukan perawatan gigi pasien yang dapat mencegah terjadinya infeksi silang melalui aerosol yang dapat masuk melalui mata dan hidung.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 8,8% responden mengetahui imunisasi wajib untuk dokter gigi. Persentase ini lebih rendah dari penelitian yang dilakukan oleh Gema pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan menyatakan sebanyak 38,9% dokter gigi mengetahui imunisasi yang penting bagi dokter gigi. Rendahnya hasil persentase penelitian tersebut kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya imunisasi bagi petugas kesehatan khususnya dokter gigi, mengingat bahwa risiko penularan penyakit infeksi pada petugas kesehatan tergolong tinggi. Imunisasi sebagai tindakan pencegahan awal pada pekerja kesehatan baik pada dokter gigi, perawat ataupun mahasiswa klinik untuk


(24)

menghindari terinfeksi penyakit menular yang dapat terjadi. Dengan mengetahui apa saja imunisasi yang penting untuk dokter gigi, dapat menjadi bekal mahasiswa kepaniteraan klinik nanti ketika sudah menjalani praktek untuk mencegah infeksi silang yang mungkin dapat terjadi di tempat praktek dokter gigi.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 69,8% responden memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 29,3% responden berpengetahuan cukup, dan hanya sebanyak 1% responden termasuk kategori berpengetahuan baik (Tabel 5). Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Gema tentang tingkat pengetahuan Standard Precautions pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan menunjukkan bahwa sebanyak 25% dokter gigi memiliki pengetahuan baik, sebanyak 38% dokter gigi memiliki pengetahuan cukup, dan sebanyak 36,1% dokter gigi memiliki pengetahuan kurang. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan perbedaan responden, dimana pada penelitian ini menggunakan mahasiswa kepaniteraan klinik sebagai responden, sedangkan penelitian Gema menggunakan dokter gigi sebagai responden yang mungkin sudah terbiasa dan tersedianya sarana dan prasarana dalam mempersiapkan diri sebelum melakukan tindakan perawatan gigi pada pasien.


(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi termasuk dalam kategori baik (76% - 100%) dalam hal definisi Standard Precautions, indikasi penggunaan masker, tipe sarung tangan, dan fungsi penutup kepala. Pengetahuan responden termasuk kategori cukup (56%-75%) dalam hal macam-macam metode mencuci tangan, teknik mencuci tangan, fungsi masker, cara penggunaan pakaian pelindung, bahan antiseptik yang digunakan di kedokteran gigi, persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi, dan cara mengurangi kontaminasi mikroorganisme di dental unit. Sedangkan pengetahuan responden termasuk kategori kurang (<56%) dalam hal informasi yang diperlukan saat evaluasi pasien, fungsi evaluasi pasien, indikasi mencuci tangan, syarat penggunaan sarung tangan, fungsi kacamata pelindung, syarat pakaian pelindung, fungsi sepatu pelindung, fungsi penggunaan rubber dam, fungsi antiseptik sebelum tindakan perawatan gigi, alat untuk mengambil instrumen steril, imunisasi wajib untuk dokter gigi, tahap Imunisasi Hepatitis B, indikasi Imunisasi Influenza, dan macam-macam alat sekali pakai (Tabel 4).

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi di RSGMP FKG USU pada 205 orang mahasiswa kepaniteraan klinik diperoleh 69,8% responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 29,3% responden berpengetahuan cukup, dan hanya 1% responden termasuk kategori berpengetahuan baik (Tabel 5).

3. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang Standard Precaution operator sebelum tindakan perawatan gigi secara keseluruhan masih kurang.


(26)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Fakultas agar dapat menambah materi kuliah mengenai perkembangan keilmuan dalam hal Standard Precautions dari CDC khususnya mengenai Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi, melengkapi sarana dan prasarana dalam melakukan pencegahan infeksi silang di RSGMP FKG USU, dan menerapkan protokol pencegahan infeksi silang yang sesuai dengan Standard Precautions di setiap departemen RSGMP FKG USU.

2. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik dapat lebih memahami risiko infeksi silang dan lebih meningkatkan serta mengaktualisasikan pengetahuan tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Silang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya invasi dan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen di dalam tubuh, serta bersifat dinamis. Mikroorganisme patogen merupakan mikroba penyebab penyakit. Infeksi silang adalah penularan penyakit infeksi yang terjadi dari pasien ke operator atau sebaliknya, perpindahan mikroorganisme juga dapat berpindah dari alat ke pasien, dari alat ke operator ataupun sebaliknya.11.12,13,14

2.1.1 Patogenesis Infeksi Silang

Infeksi silang dapat terjadi jika mikroorganisme patogen memiliki jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit, reservoir yang memungkinkan mikroorganisme patogen untuk bertahan hidup, penyebaran dari reservoir ke reservoir lainnya, adanya jalan keluar dan masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lain dan reservoir yang rentan terinfeksi.3

Rantai infeksi adalah sebuah proses terjadinya infeksi yang diawali dengan adanya sebuah sumber dari mikroorganisme patogen. Mikroorganisme patogen harus memiliki reservoir ketika akan tumbuh dan memperbanyak diri. Manusia dan hewan umumnya adalah reservoir bagi penyebaran infeksi, namun ketika manusia telah terpapar dan tidak memiliki gejala serta tanda terjadinya infeksi maka disebut sebagai carrier (pembawa sifat). Carrier dapat menularkan infeksinya kepada yang lain dengan cara meninggalkan reservoir dan hal ini membutuhkan portal of exits (jalan keluar). Mikroorganisme patogen dapat keluar melalui pernafasan, saluran pencernaan, cairan kemih, saluran reproduksi, kulit yang terkelupas dan darah (Gambar 1). 2,11,15

Setelah mikroorganisme patogen meninggalkan reservoir maka mikroorganisme patogen harus menyebarkan infeksi ke reservoir lainnya (cara penyebaran infeksi). Cara masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lainnya


(28)

sama seperti keluarnya mikroorganisme patogen dari reservoir sebelumnya. Masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lain disebut dengan portal of entry. Seseorang yang berisiko terjadinya infeksi (susceptible host) sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme patogen untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Pada seseorang yang terinfeksi akan mendapatkan tanda dan gejala dari terinfeksinya sebuah penyakit (gambar 1).2,11,15

Gambar 1. Rantai terjadinya infeksi silang 11, 15 2.1.2 Jalur Penyebaran Infeksi Silang

Apabila tindakan kontrol infeksi tidak dilakukan maka akan terjadi penularan infeksi. Jalur penyebaran agen infeksi di praktek dokter gigi dapat melalui pasien ke tenaga kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien, tenaga kesehatan ke komunitas (termasuk keluarga tenaga kesehatan) dan komunitas ke praktek dokter gigi ke pasien.2,3,11,12

A.Pasien ke tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan gigi adalah orang yang sangat berpotensi terpapar mikroorgannisme patogen saat melakukan prosedur perawatan gigi pasien. Jalur penyebaran yang paling umum terjadi ketika tenaga kesehatan gigi berkontak langsung pada darah atau saliva. Selain itu juga bisa terjadi dengan kontak tidak

Sumber Infeksi

Reservoir

Portal Of Exit Cara

Penyebaran Infeksi Portal Of

Entry Seseorang

Yang Terinfeksi


(29)

langsung, ketika tenaga kesehatan gigi menyentuh permukaan alat/instrumen yang telah terkontaminasi. Infeksi droplet juga dapat menyebarkan mikroorganisme patogen dan mempengaruhi permukaan mukosa mata, hidung, dan mulut ketika tenaga kesehatan gigi menghirup aerosol yang dihasilkan oleh handpiece.

B.Tenaga kesehatan gigi ke pasien

Jalur penyebaran ini sangat jarang terjadi dari tenaga kesehatan gigi ke pasien, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur pencegahan tidak dilakukan dengan semestinya. Jika tangan operator terdapat luka, atau tangan operator terluka ketika berada dalam mulut pasien, hal ini memungkinkan terjadinya perpindahan mikroorganisme.

C.Pasien ke pasien

Penyebaran infeksi antara pasien ke pasien dapat terjadi saat perawatan gigi, tapi hanya ada satu tipe kasus saja yang dilaporkan dalam bidang kedokteran gigi. Satu tipe penyebaran ini terjadi ketika instrumen yang digunakan telah terkontaminasi oleh satu pasien kemudian dipakai lagi oleh pasien lainnya. Hal ini juga bisa terjadi ketika instrumen tidak disterilisasikan dengan benar.

D.Tenaga kesehatan gigi ke komunitas (termasuk keluarga tenaga kesehatan) Mikroorganisme dapat tetap tinggal di praktek dokter gigi dan masuk kekomunitas dengan berbagai cara. Sebagai contoh, cetakan yang akan dikirim ke laboratorium dental, atau peralatan yang terkontaminasi kemudian akan diperbaiki.

E.Komunitas ke praktek dokter gigi ke pasien

Tipe dari penyebaran infeksi ini, mikroorganisme masuk ke praktek dokter gigi melalui air yang disuplai oleh pemerintah masuk ke dental unit, kemudian mikroorganisme yang berkolonisasi dibalik saluran air di salurkan pada handpiece, air-water syringe dan skeler ultrasonik yang nantinya masuk kedalam mulut pasien.

2.1.3 Cara Penyebaran

Infeksi dapat tersebar melalui beberapa cara. Berikut merupakan cara penyebaran infeksi pada kedokteran gigi (Gambar 2):2,3,11,12

a. Kontak secara langsung, ketika menyentuh darah pasien atau cairan tubuh lainnya.


(30)

b. Kontak secara tidak langsung, ketika menyentuh permukaan yang terkontaminasi atau instrumen yang terkontaminasi.

c. Infeksi yang berupa percikan (droplet infection), infeksi dapat terjadi ketika percikan mengenai permukaan mata, hidung, atau mulut.

d. Penyebaran melalui parenteral, ketika kulit tertusuk jarum suntik, kulit terluka, kulit tergores dan gigitan manusia.

Gambar 2. Jalur penyebaran infeksi di klinik gigi.12

2.2 Standard Precautions

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari Universal Precautions. Standard Precautions menggabungkan dan mengembangkan elemen dari universal precautions menjadi standar perlindungan yang di desain untuk melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme patogen yang dapat terkena seperti darah atau cairan tubuh lainnya,


(31)

ekskresi (kecuali keringat), sekresi, kulit yang terkelupas, dan membran mukosa.2,3,7,8,10

Standard Precautions merupakan standar perlindungan diri yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dari mikroorganisme patogen ketika melakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh lainnya dan sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terkelupas dan membran mukosa. Standard Precautions bertujuan untuk mencegah dan mengontrol penyakit infeksi dan mengatur tenaga kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan kontrol infeksi di praktek dokter gigi.2,3,10

Standard Precautions yang direkomendasikan oleh CDC adalah:2,3,7,8 1.Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien.

2.Menggunakan sarung tangan ketika menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, dan benda yang terkontaminasi.

3.Menggunakan alat pelindung ketika menggunakan benda tajam, contohnya kertas ProTector digunakan sebagai pelindung saat menutup kembali jarum suntik (gambar 3).

4.Menggunakan masker dan kacamata pelindung atau pelindung wajah, ketika melakukan prosedur yang akan menghasilkan percikan atau semprotan.

5. Dengan hati-hati menggunakan alat yang terkontaminasi pada pasien untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme patogen kepada orang lain atau lingkungan. 6. Menggunakan mouthpiece atau alat ventilasi lainnya sebagai alat bantu pernafasan dari mulut ke mulut ketika pasien mengalami gangguan pernafasan praktek dokter gigi.

7. Standard Precautions harus diterapkan saat perawatan kepada semua pasien.


(32)

Gambar 3. Kertas ProTector.2

Tindakan Standard Precautions di bidang ilmu kedokteran gigi sebelum melakukan tindakan perawatan gigi pasien, yaitu: evaluasi pasien, perlindungan diri, penggunaan alat sekali pakai dan air dental unit.1,2,3,7,8,16,17

2.2.1 Evaluasi Pasien

Evaluasi pasien merupakan suatu kegiatan yang sama seperti ketika menganamnesis pasien. Tenaga kesehatan gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan jika memungkinkan sebaiknya diperbaharui setiap kunjungan pasien. Informasi yang harus didapatkan saat mengidentifikasi pasien yaitu, nama, usia, jenis kelamin, suku, status, perkawinan, alamat, dan nomor telepon. Riwayat penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat, status ekonomi, pendidikan, pengguna narkoba atau peminum keras, semua hal tersebut harus diketahui saat evaluasi pasien.9,18

Dalam mengevaluasi pasien kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pasien. Hal ini sangat penting dilakukan dalam merawat pasien dan mencegah atau mengurangi terjadinya penyebaran penyakit menular di praktek dokter gigi.9,18

2.2.2 Perlindungan Diri

Perlindungan diri bertujuan untuk mencegah terpaparnya mikroorganisme patogen pada diri tenaga kesehatan, yang termasuk dalam perlindungan diri adalah mencuci tangan, menggunakan masker, menggunakan sarung tangan, menggunakan


(33)

kacamata pelindung, menggunakan pakaian pelindung, menggunakan rubber dam, menggunakan penutup kepala dan pelindung sepatu, penggunaan antiseptik sebelum tindakan perawatan, persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi, dan imunisasi.1,2,3,7,8,17,19

A. Mencuci Tangan

Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan suatu tindakan yang sangat mudah dan paling penting dalam mencegah terjadinya infeksi. Tangan selalu digunakan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan dalam merawat pasien dan tangan paling mudah terkontaminasi oleh agen infeksi. Mencuci tangan bertujuan untuk menjaga kebersihan tangan. Sebelum membersihkan tangan sebaiknya perhiasan dilepaskan dan tenaga kesehatan tidak berkuku panjang atau menggunakan kuku palsu.2,3,6,7,20

Perhiasan yang sering digunakan ditangan adalah cincin. Perhiasan harus dilepaskan, karena bakteri ataupun mikroorganisme patogen lainnya dapat berkembang biak di daerah yang sulit dijangkau. Selain itu kulit dibawah cincin lebih memudahkan bakteri untuk berkembang dan berkolonisasi (seperti basil Gram-negatif, Staphilococus aureus, atau jamur dermatomitotik) dibandingkan dengan jari yang tidak memakai cincin.3,16,17,20

Tidak hanya perhiasan yang harus dilepaskan tetapi pastikan bahwa kuku selalu pendek dan tidak menggunakan kuku palsu. Pada kuku yang panjang, akan sulit dilakukan pembersihan tangan dikarenakan daerah yang sulit dijangkau untuk dibersihkan. Selain itu, ketika memakai sarung tangan akan sulit dan sarung tangan akan mudah robek.3,6,16

Asepsis adalah mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau membunuh. Asepsis biasanya digunakan terhadap zat kimia yang digunakan pada permukaan luar dari tubuh manusia (kulit dan mukosa) atau hewan dengan tidak menimbulkan efek samping pada permukaan tubuh manusia atau hewan.12

Mencuci tangan dapat mengurangi mikroorganisme patogen di tangan dan dianggap sebagai bagian yang paling penting dalam mengurangi risiko penularan dari


(34)

pasien ke tenaga kesehatan gigi. Faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas mencuci tangan dalam mengurangi mikroorganisme patogen pada kulit tergantung kepada pemilihan bahan antiseptik termasuk durasi dan teknik mencuci tangan. Antiseptik ialah zat kimia yang dipakai untuk mendapatkan keadaan asepsis.3,12

Waktu yang tepat untuk mencuci tangan sebaiknya sebelum memakai sarung tangan dan segera mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan. Tidak hanya ketika itu saja, jika tangan terlihat kotor atau tersentuh oleh permukan benda yang terkontaminasi maka sebaiknya segera mencuci tangan. Mencuci tangan harus dilakukan dibawah air mengalir.2,3,7,8,20

Metode membersihkan tangan terbagi menjadi empat yaitu, mencuci tangan rutin, mencuci tangan asepsis, membersihkan tangan dengan menggosokkan alkohol dan prosedur mencuci tangan bedah yang asepsis.2,3,6,7,16,20

1. Mencuci tangan rutin.

Mencuci tangan rutin dilakukan dengan menggunakan air dan sabun non-antimikroba, metode ini bertujuan untuk membersihkan tangan yang terlihat kotor (gambar 4).2,3,20

2. Mencuci tangan asepsis.

Mencuci tangan asepsis dilakukan dengan menggunakan air dan sabun antimikroba, metode ini bertujuan untuk menghilangkan dan merusak mikroorganisme transien dan mengurangi bakteri ditangan. Durasi mencuci mencuci tangan aseptis dilakukan selama 40 - 60 detik (gambar 4).2,3,20


(35)

Gambar 4. Prosedur mencuci tangan. 20

3. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol.

Membersihkan tangan menggunakan cairan alkohol yang digosokkan pada tangan efektif untuk cepat membunuh kuman bila diaplikasikan pada kulit, tetapi harus mengandung antiseptik seperti klorheksidin, senyawa sulfaktan, oktenidin atau triklosan untuk mendapatkan aktivitas persisten terhadap mikroorganisme patogen di kulit. Dalam mengaplikasikan pembersih tangan menggunakan cairan alkohol, tangan digosok sampai cairan alkohol kering atau durasinya 20 – 30 detik (gambar 5).2,3,6,17,20


(36)

Gambar 5. Prosedur menggosokkan tangan dengan cairan alkohol.20 4. Mencuci tangan bedah yang asepsis.

Prosedur mencuci tangan bedah yang asepsis dilakukan dengan menggunakan air dan sabun antimikroba atau air dan sabun non-anti mikroba yang kemudian dilanjutkan dengan menggosokkan tangan dengan alkohol, durasi mencuci tangan bedah dilakukan selama 2-6 menit. Saat mencuci tangan bedah asepsis tangan dicuci hingga siku. Tujuannya adalah untuk menghilangkan dan menghancurkan mikroorganisme yang transien dan mikroorganisme yang persisten (sulit untuk dihilangkan).2,3,7,8,20

Indikasi mencuci tangan rutin, mencuci tangan asepsis dan membersihkan tangan dengan menggosokkan cairan alkohol yaitu untuk dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien (sebelum memakai sarung tangan dan segera setelah melepaskan sarung tangan), setelah tangan menyentuh instrumen atau benda yang terkontaminasi oleh darah atau saliva, sebelum meninggalkan ruangan praktek dokter gigi atau laboratorium dan ketika tangan terlihat kotor, sedangkan indikasi penggunaan cuci tangan bedah yang asepsis ini sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan bedah yang steril.2,3,20


(37)

Gerakan yang penting dilakukan dalam mencuci tangan yang benar, yaitu:12 1. Telapak tangan.

2. Daerah di antara jari-jari.

3. Daerah diantara jari-jari dengan genggaman yang lain. 4. Telapak tangan pada bagian jari tangan yang berlawanan. 5. Ibu jari dibasuh oleh telapak tangan yang berlawanan.

6. Ujung kuku/ujung jari digosokkan melawan telapak tangan yang berlawanan (prosedur 4,5,6 diulangi untuk tiap tangan bergantian).

7. Lanjutkan mencuci tangan dan pergelangan tangan dan keringkan tangan dengan baik.

Macam-macam sabun yang biasa digunakan di bidang medis untuk membersihkan tangan, yaitu:16

1. Sabun Non-Antimikroba

Sabun non-antimikroba digunakan dengan tujuan untuk menghilangkan debris dan mikroba seperti, Streptococus, Treponema, Pneumococus, Gonococus dan virus influenza. Sabun non-antimikroba dapat membantu mengatasi iritasi kulit, kekeringan kulit, dan kerusakan kulit.

2. Sabun antimikroba

Macam-macam kelompok sabun antimikroba, yaitu: 1. Klorheksidin Glukonat

Aktivitas sabun antimikroba dari klorheksidin glukonat dengan melekat dan merusak dari membran sitoplasmik mikroba. Klorheksidin glukonat secara signifikan efektif terhadap material organik termasuk darah. Produk sabun dengan kandungan klorheksidin glukonat konsentrasi 2% kurang efektif dibandingkan dengan yang memiliki konsentrasi 4%. Klorheksidin glukonat sering ditambahkan pada alkohol sanitizer untuk mendapatkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan alkohol saja.16

Klorheksidin glukonat termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari klorheksidin glukonat dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan virus dengan sangat baik, sedangkan bakteri


(38)

Gram negatif dapat dihilangkan dengan baik. Kerugian dari klorheksidin glukonat dapat menyebabkan reaksi alergi dan klorheksidin tidak dapat menghilangkan secara keseluruhan dari mikroorganisme mikobakterium dan jamur.16

2. Iodine dan Iodophor

Iodine merupakan produk antiseptik yang sejak lama telah digunakan untuk membersihkan tangan, membersihkan tangan, dan kulit yang terluka. Iodine menghilangkan mikroba dengan merusak sintesis protein dan membran sel dari mikroorganisme. Iodopor dapat menggantikan iodine sebagai bahan antiseptik. Kandungan dari iodopor yaitu iodine, iodide, atau triiodide, dan polimer carrier.16

Iodine dan iodophor termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Iodine dan iodopor secara signifikan dapat mengurangi substansi organik pada darah dan sputum. Keuntungan dari iodin dapat menghilangkan bakteri Gram negatif, bakteri Gram positif, mikobakteria, dan virus dengan sangat baik, namun jamur dapat dihilangkan dengan baik. Keuntungan dari iodophor dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dengan sangat baik dan jamur dan virus dapat dihilangkan dengan baik, namun iodophor tidak dapat mengilangkan mikobakterium secara keseluruhan. Kerugian iodin dan iodophor dapat menyebabkan kulit terasa panas dan dapat menyebabkan iritasi kulit.16

3. Choroxylenol Paracholometaxylenol (PCMX)

Choroxylenol paracholometaxylenol (PCMX), merupakan bagian dari

golongan fenol. Aktivitas antimikroba dari PCMX dengan inaktivasi dari enzim bakteri dan merusak dinding sel. Konsentrasi PCMX dalam sabun anti mikroba antara 0,3%-3,75%.16

PCMX termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari PCMX dapat menghilangkan bakteri Gram positif dengan sangat baik. Kerugian dari PCMX aktivitas netral dengan non-ionik sulfaktan dan tidak dapat membunuh secara keseluruhan dari mikroorganisme bakteri Gram negatif, jamur, virus, dan mikobakteri.16


(39)

4. Quartenary Amonium

Quartenary amonium merupakan variasi dari kelompok bahan kimia yang terbuat dari atom nitrogen yang secara langsung berhubungan pada empat kelompok alkil. Alkil benzalkotik klorida secara luas digunakan sebagai antiseptik sejak tahun 1935 sebagai pembersih tangan sebelum melakukan operasi. Aktivitas antimikroba dengan menyerap masuk kedalam membran sitoplasma dan menghancurkan sitoplasma.16

Quartenary amonium termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi lambat untuk menghilangkan mikroorganisme. Quartenary amonium dapat menghilangkan bakteri Gram negatif dengan baik. Kerugian quartenary amonium hanya dapat digunakan dengan mengkombinasikan dengan alkohol, bakteri Gram positif dan virus tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan, dan tidak dapat menghilangkan mikobakterium dan jamur.16

5. Triklosan

Triklosan ditambahkan pada sabun atau produk lain dengan konsentrasi 0,2%-2% untuk aktivitas antimikroba. Triklosan termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari triklosan dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan virus dengan sangat baik dan dapat mengghilangkan bakteri Gram negatif dengan baik. Kerugian dari triklosan tidak dapat menghilangkan mikobakterium secara keseluruhan dan tidak dapat menghilangkan jamur.16

6. Alkohol

Etanol dan isopropanol telah banyak digunakan sebagai antiseptik pada kulit dan bahan disinfektan pada permukaan. Penggunaan optimum etanol atau isopropanol dengan konsentrasi antara 60%-95%. Kedua bahan kimia tersebut efektif dalam denaturasi protein dan melarutkan lemak. Untuk mendapatkan aktivitas persisten, produk antiseptik alkohol sering ditambahkan sedikit dari klorheksidin glukonat, quartenary amonium, oktenidin, atau triklosan.16

Alkohol termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi cepat untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan Alkohol dapat menghilangkan bakteri


(40)

Gram negatif, bakteri Gram positif , mikobakteri, jamur dan virus dengan sangat baik. Kerugian dari alkohol dapat menyebabkan kulit kering dan terjadinya dermatitis.16

B. Menggunakan Masker

Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi mulut dan hidung yang berfungsi untuk melindungi dari terhirupnya mikroorganisme patogen dari semprotan aerosol handpiece atau air-water syringe yang mudah terpapar oleh tenaga kesehatan gigi.1,2,3,6,7

Pada umumnya masker memiliki 2 tipe, yaitu dome shape (molded) dan flat. Biasanya dome shape digunakan saat prosedur perawatan gigi yang membutuhkan waktu yang lama, hal ini dikarenakan bentuknya yang sesuai dengan anatomi mulut dan hidung serta lebih efektif digunakan dan dibuat adanya celah udara antara masker dengan hidung dan mulut. Ketika masker tidak digunakan sebaiknya jangan pernah memakai masker di hidung atau di dagu, karena permukaan luar dari masker bisa saja telah terkontaminasi (gambar 6).1,2

Gambar 6. A. Masker tipe flat, B. Masker tipe dome-shape (molded), C. Jangan memakai masker didagu. 2

Masker dome-shape (molded) bersifat tahan terhadap cairan sehingga dapat mengurangi terkontaminasi akibat mikroorganisme patogen yang mungkin dapat menempel pada masker. Masker ini didesain dengan bentuk yang tidak rapat ke permukaan wajah, ringan dan lembut sehingga pemakai merasa nyaman, serta memiliki satu tali karet yang memudahkan untuk dilepas. Masker dome shape (molded) tidak terbuat dari bahan lateks dan non-fiberglas.2,3,18,21


(41)

Masker harus selalu digunakan ketika merawat pasien, gunakan satu masker untuk satu pasien, gunakan masker ketika menghirup udara yang berpotensi terjadinya penyebaran mikroorganisme patogen, dan gantilah masker yang basah atau terkena oleh darah atau cairan tubuh lainnya saat melakukan tindakan perawatan gigi pasien. Melepaskan masker harus dengan hati-hati agar tangan tidak terkontaminasi pada wajah, dengan cara hanya jari yang menyentuh pada bagian karet atau tali masker (gambar 7).2,3,7,8,16,17

Gambar 7. Cara melepaskan masker.2 C. Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk mencegah terkontaminasinya tangan dari darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk saliva) yang memungkinkan bahwa mikroorganisme patogen dapat dijumpai ditangan tenaga kesehatan gigi saat mereka melakukan perawatan gigi pasien.2,3

Sepasang sarung tangan harus selalu digunakan ketika dalam merawat pasien yang memungkinkan akan tersentuh oleh darah, cairan tubuh lainnya (termasuk saliva) dan membran mukosa. Sarung tangan harus diganti setiap pergantian pasien dan ketika sarung tangan tertusuk oleh benda tajam atau sarung tangan yang robek ketika merawat pasien. Sarung tangan sebaiknya digunakan sekali saja (jangan dicuci untuk digunakan kembali). Sarung tangan yang dipakai sebaiknya sesuai dengan ukuran tangan agar saat bekerja tetap merasa nyaman dengan menggunakan sarung tangan. Melepaskan sarung tangan harus dengan cara yang benar agar tidak tersentuh


(42)

permukaan sarung tangan yang telah terkontaminasi untuk mengurangi dan mencegah terpaparnya oleh agen infeksi (gambar 8).1,2,3,7,12,16,17

Gambar 8. A. Menarik sarung tangan lebih rendah dari pangkal sarung tangan, B. Sisipkan jari yang tidak memakai sarung tangan pada tangan yang masih memakai sarung tangan.12

Sarung tangan memiliki tiga tipe, yaitu :2,3,12,16

a. Sarung tangan untuk memeriksa pasien, digunakan ketika memeriksa pasien, melakukan tindakan perawatan non bedah yang mungkin dapat berkontak dengan saliva, dan ketika melakukan prosedur laboratorium. Sarung tangan untuk memeriksa pasien biasanya terbuat dari karet lateks atau vinil. Sarung tangan ini dalam penggunaannya harus sekali pakai dan kemudian dibuang. Sarung tangan pemeriksaan pasien diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) (gambar 10).

b. Sarung tangan bedah, digunakan ketika melakukan prosedur bedah dan ketika berkontak dengan darah yang banyak, seperti bedah mulut dan perawatan periodontal. Sarung tangan bedah biasanya sarung tangan steril khusus yang dibuat untuk prosedur bedah. Cara menggunakan sarung tangan bedah harus digunakan dengan cara yang tepat untuk menjaga sarung tangan agar tetap steril. Sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks. Sarung tangan bedah diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) (gambar 9 dan 10).


(43)

Gambar 9. Cara memasang sarung tangan bedah steril.12

c. Sarung tangan non-medis, digunakan ketika melakukan prosedur pembersihan ruangan kerja, membersihkan instrumen tajam yang terkontaminasi atau bahan kimia. Sarung tangan non-medis tidak digunakan ketika merawat pasien. Sarung tangan non-medis tidak diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA). Sarung tangan ini terbuat dari bahan neopren atau polinitril, umumnya terlalu tebal dan terlalu besar untuk pemakaian intraoral, tetapi sifatnya tahan terhadap tusukan. Sarung tangan non medis dapat digunakan dalam kebutuhan industri, sarung tangan ini juga tahan terhadap bahan kimia (gambar 10).

Gambar 10. Kiri sarung tangan bedah steril, tengah sarung tangan pemeriksaan pasien, kanan sarung tangan non-medis.2,12


(44)

D. Kacamata Pelindung

Kacamata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari mikroorganisme patogen yang mungkin mengenai mata, seperti percikan darah dan cairan tubuh lainnya, aerosol dari handpiece, dan saat pembersihan karang gigi. Perlindungan mata sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan gigi. Kacamata pelindung dapat diganti dengan menggunakan pelindung wajah yang bentuknya memanjang dari daerah mata sampai dagu. Sebagai perlindungan diri, kacamata pelindung juga dapat digunakan oleh pasien sebagai pencegahan terhadap percikan bahan kimia. Kacamata pelindung yang biasa dipakai untuk pasien tidak berupa pelindung wajah yang memanjang sampai dagu (gambar 11).1,2,3,7,8,16,17

Gambar 11. A. Kacamata pelindung dan masker, B. Pelindung wajah dan masker. 2 E. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi kulit yang tidak tertutupi oleh baju dari paparan agen infeksi seperti percikan darah, saliva, aerosol, dan bahan lainnya yang terkontaminasi. Pakaian pelindung sebaiknya dibuat longgar, dan memiliki desain leher baju yang tinggi. Pakaian pelindung harus segera diganti ketika pakaian terlihat kotor dan ketika terkena darah dan cairan tubuh lainnya yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Pakaian pelindung harus segera dilepaskan ketika meninggalkan tempat kerja dan ketika melakukan prosedur yang berisiko tinggi pakaian pelindung sebaiknya menutupi sampai lutut (gambar 12).2,3,16


(45)

OSHA menganjurkan agar baju pelindung bertangan panjang dan ketika pakaian pelindung terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang berpotensi untuk menularkan penyakit harus dicuci dengan benar untuk menghilangkan mikroorganisme patogen yang menempel pada pakaian sesuai dengan Standard Precautions.2,3

Gambar 12. A. Pakaian pelindung cleaning service, B. Pakaian pelindung dilaboratorium. C. Pakaian pelindung prosedur bedah.2

F. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu

Penutup kepala dan pelindung sepatu berfungsi sebagai pelindung kaki dan kepala dari kontaminasi darah dan cairan tubuh lainnya ketika melakukan prosedur perawatan gigi, seperti ketika melakukan prosedur bedah mulut yang berisiko mengelurkan banyak darah (gambar 13).12,16

Penggunaan penutup kepala adalah optional tetapi penggunaan penutup kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala tenaga kesehatan ke alat-alat atau steril dan dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme patogen kepada tenaga kesehatan di kepala dan rambut dari percikan-percikan darah atau cairan tubuh lainnya dari pasien.12,16


(46)

Gambar 13. Kiri dan tengah penutup kepala, kanan pelindung kaki.12,16 G. Rubber dam

Rubber dam adalah lembaran karet yang dipakai pada waktu merawat gigi, dipasang sedemikian rupa di rongga mulut sehingga semua bagian rongga mulut akan tertutup, dan hanya gigi yang dirawat yang akan terlihat. Penggunaan rubber dam dapat mengurangi jumlah bakteri dirongga mulut ketika melakukan prosedur perawatan gigi yang berasal dari air yang disemprotkan ke rongga mulut, dan sebaliknya penggunaan rubber dam dapat mengurangi kontaminasi bakteri, darah, dan saliva kepada tenaga kesehatan.12,16,22

Pemakaian rubber dam, menyebabkan saliva akan tetap berada dibawah permukaan rubber dam. Penggunaan rubber dam biasanya dikombinasikan dengan HVE (High Volume Evacuation). HVE adalah suction berdiameter besar. HVE digunakan untuk mengurangi aerosol dari mulut pasien sehingga akan mengurangi kontaminasi ke lingkungan sekitar. HVE dibersihkan setelah pemakaian dengan menghisapkan bahan disinfektan yang mengandung detergen melalui HVE, dan bagian kepala dari HVE harus dibersihkan secara periodik atau dapat menggunakan alat sekali pakai.12,22

Meskipun penggunaan rubber dam dan HVE sudah dapat mengurangi percikan saliva, tenaga kesehatan tetap harus menggunakan masker, sarung tangan, kacamata pelindung, pakaian pelindung, dan penutup kaki.12,22


(47)

Komponen dari rubber dam terdiri dari (gambar 14):22 1. Rubber sheets

Berupa lembaran karet dengan ukuran 5x5 inchi atau 6x6 inchi, berwarna hijau, abu-abu, dan putih.

2. Rubber stamp

Rubber stamp berupa karet dan tinta yang berfungsi sebagai pemberi tanda letak gigi.

3. Rubber dam punc

Berfungsi sebagai pembuat lubang pada rubber dam sheet 0,5-2,5 mm. Bentuk alat seperti tang, dengan satu sisi berbentuk roda dan sisi lain berbentuk seperti karet runcing. Jika punc ditekan maka rubber sheet yang diberi tanda akan berlubang.

4. Clamps

Clamps berfungsi untuk menahan rubber sheet pada gigi dan menyingkap sedikit gingiva dari gigi. Clamps memiliki berbagai macam ukuran.

5. Forceps

Forceps berfungsi untuk memasang dan melepaskan clamps. 6. Dental floss

Dental floss berfungsi untuk mencarikan jalan bila daerah proksimal terlalu berdekatan. Selain itu juga berfungsi untuk menahan rubber sheet supaya tidak terjadi kebocoran disekitar gigi yang dirawat.

7. Rubber dam holder

Rubber dam holder berbentuk kerangka atau frame dari logam/plastik berbentuk huruf U.


(48)

Gambar 14. Peralatan rubber dam.22 Cara memasang rubber dam (gambar 15):22

1. Pilih clamps yang sesuai untuk gigi pasien dan dicobakan. 2. Memasang rubber sheet ke frame.

3. Beri tanda pada rubber sheet sesuai letak gigi yang akan dirawat. 4. Lubangi rubber sheet yang telah diberi tanda letak gigi.

5. Pasang rubber sheet dengan bantuan dental floss. 6. Pasang clamps pada gigi yang akan dirawat.

Gambar 15. Kiri atas, pemasangan rubber sheet pada frame. Tengah atas, melubangi rubber sheet sesuai letak gigi. Kanan atas, pemasangan rubber sheet pada gigi. Kiri bawah, pemasangan clamps. Kanan bawah, gigi yang telah terpasang rubber dam.12, 22


(49)

H. Pemberian antiseptik sebelum tindakan perawatan

Penggunaan antiseptik sebelum melakukan perawatan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme di permukaan sehingga dapat mencegah masuknya mikroorganisme tersebut pada jaringan dibawahnya yang dapat menyebabkan bakterimia, septikemia, atau infeksi lokal lainnya. Pemberian antiseptik yang biasa dilakukan di kedokteran gigi, yaitu penggunaan obat kumur dan pengolesan antiseptik pada daerah kerja.12,16

1. Obat kumur

Penggunaan obat kumur sebelum prosedur perawatan gigi dapat mengurangi mikroorganisme yang keluar dari rongga mulut melalui aerosol, percikan, dan kontak langsung, sehingga mikroorganisme yang mengkontaminasi tenaga kesehatan gigi maupun permukaan sekitarnya. Prosedur penggunaan obat kumur sebelum melakukan perawatan gigi paling dianjurkan pada prosedur skeling (pembersihan karang gigi) karena tidak dapat menggunakan rubber dam.3,12

Obat kumur yang ideal, yaitu:12,16

a. Memiliki aktivitas yang luas (antibakterial, antiviral dan anti-jamur). b. Tidak meninggalkan sisa setelah penggunaan.

c. Tidak inaktif terhadap bakteri atau host.

d. Potensi alergi yang rendah jika digunakan berulang ulang.

e. Mudah digunakan (rasa yang enak dan durasi berkumur yang sebentar) f. Mengurangi perkembangan dari mikroba yang resisten.

g. Non-toksik/ non-karsinogenik untuk jaringan lunak rongga mulut. h. Non-toksik/ non-karsinogenik jika tertelan.

i. Tidak mengandung alkohol.

j. Menyebabkan kerusakan minimal pada flora normal rongga mulut. k. Harga yang rasional untuk penggunaan secara rutin.

Sebuah penelitian tentang penggunaan obat kumur anti mikroba sebelum melakukan tindakan perawatan gigi menunjukkan secara signifikan dapat mengurangi bakteri aerobik dan anaerob pada saliva selama 40-60 menit. Selain itu penelitian tentang penggunaan klorheksidin glukonat dengan konsentrasi 0,12% pada pasien


(50)

dengan periodontitis sedang dan periodontitis parah, didapatkan hasil penurunan jumlah bakteri secara signifikan sebanyak 97%, dan pengukuran setelah berkumur selama 30 dan 60 menit sebanyak 77%.16

Namun, tidak ada rekomendasi mengenai pengunaan obat kumur antimikroba sebelum tindakan perawatan gigi. Meskipun telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur sebelum tindakan perawatan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme selama melakukan prosedur perawatan gigi rutin dan prosedur perawatan gigi invasif.16

2. Pengolesan antiseptik pada daerah kerja.

Persiapan jaringan lunak rongga mulut dengan penggunaan antiseptik sebelum dilakukan injeksi lokal anastesi dianjurkan sejak tahun 1950. Jika tidak dilakukan topikal antiseptik ketika akan melakukan injeksi lokal anastesi, bakteri yang ada dirongga mulut dapat masuk kedalam jaringan lunak rongga mulut bersamaan dengan masuknya jarum suntik, sehingga berpotensi terjadinya infeksi. Pengolesan menggunakan kain kasa yang telah dibasahi oleh larutan antiseptik, dimulai dari intraoral kemudian diteruskan ke daerah ekstraoral dengan gerakan sirkuler dari pusat atau sentral daerah kerja ke arah lateral dengan gerakan searah jarum jam, hal ini bertujuan agar tidak dilakukan pengolesan berulang pada daerah kerja.12,23

Pengolesan bahan antiseptik pada daerah kerja dilakukan sebagai persiapan sebelum melakukan prosedur bedah dan melakukan lokal anastesi. Pengolesan bahan antiseptik pada daerah kerja dapat dilakukan dengan menggunakan larutan betadine 10%, alkohol 70%, dan klorheksidin glukonat 0,1% dengan durasi pengolesan selama 15 detik – 2 menit. 12,16

I. Persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi

Saat melakukan tindakan perawatan gigi semua alat atau instrumen harus dalam keadaan steril. Setelah melakukan sterilisasi instrumen, instrumen disimpan pada tempat yang tertutup. Tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan intrumen yang telah di sterilkan yaitu lemari, lemari tempat penyimpanan masih berada dalan zona steril pada praktek dokter gigi.23


(51)

Sebelum tindakan perawatan gigi pada pasien, instrumen terlebih dahulu dipersiapkan. Dalam mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan, operator sudah dalam keadaan asepsis dengan mencuci tangan dan telah menggunakan alat perlindungan diri operator seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan. Tempat untuk meletakkan instrumen seperti tersebut juga harus dalam keadaan steril. Pada operator yang belum dalam keadaan asepsis (belum mencuci tangan), instrumen yang telah dilakukan sterilisasi dapat diambil dengan instrumen yang disebut korentang. Korentang berfungsi untuk mengambil instrumen yang steril agar terjaga kesterilan instrumen yang diambil (gambar 16).23

Gambar 16. Korentang J. Imunisasi

Tenaga kesehatan gigi sangat berisiko terpapar oleh mikroorganisme patogen yang dapat menularkan penyakit. Imunisasi merupakan pelindung yang paling mudah dilakukan namun para tenaga kesehatan jarang melakukan imunisasi sebagai pencegahan penularan penyakit. CDC menganjurkan tenaga kesehatan gigi untuk melakukan Imunisasi Hepatitis B dan Influenza. Imunisasi yang dianjurkan untuk tenaga kesehatan yaitu Imunisasi Hepatitis B dan Imunisasi Influenza.16

Imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga tahap, yaitu pada hari dilakukan imunisasi, satu bulan setelah pemberian pertama, dan pada empat bulan setelah pemberian kedua. Imunisasi Hepatitis B diindikasikan bagi semua tenaga kesehatan gigi.


(52)

Imunisasi Influenza diindikasikan pada tenaga kesehatan yang berusia lebih dari 50 tahun atau yang memiliki risiko tinggi mengganggu kesehatan tubuh, dan tenaga kesehatan yang berkontak terhadap pasien yang berisiko tinggi atau tenaga kesehatan yang bekerja pada pelayanan kesehatan yang bersifat kronis. Imunisasi influenza dilakukan satu kali saja.16

Vaksin yang ideal, yaitu:16 a. Aman digunakan.

b. Imunogenik (menstimulasi semua tipe dari respon imun di tubuh). c. Memberi efek imunitas jangka panjang.

d. Hanya perlu dilakukan sekali saja. e. Tidak memberikan efek samping f. Tidak bersifat alergi

g. Tidak menyebabkan imunosupresif (tidak membuat resipien mudah terkena penyakit lain).

h. Tidak mahal.

2.2.3 Penggunaan Alat Sekali Pakai

Alat sekali pakai adalah alat kesehatan yang dibuat untuk digunakan hanya pada satu pasien selama satu prosedur perawatan gigi yang kemudian dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien yang lain. Pada alat yang digunakan sekali pakai terdapat lambang angka 2 dalam lingkaran yang dicoret (gambar 17).1

Gambar 17. Lambang pada alat atau instumen yang sekali pakai.21

Penggunaan alat sekali pakai dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi antara pasien ke pasien lainnya. Alat sekali pakai tidak perlu untuk dibersihkan dan


(53)

disterilisasi, dan tidak disterilisasikan untuk digunakan oleh pasien yang lain. Penggunaan kembali pada alat sekali pakai dapat bermasalah terhadap keselamatan saat pemakaian alat, kinerja, dan keefektifannya. Dengan kata lain, alat sekali pakai tidak mengalami tes dan validitas yang luas untuk memastikan alat tersebut aman untuk dipakai kembali. 1,2,3,7

Memproses kembali alat sekali pakai dapat mengubah karakteristik alat tersebut, seperti alat yang terbuat dari plastik dapat menjadi rapuh atau menjadi logam dengan kualitas rendah dan merusak selama proses sterilisasi. Kerusakan alat secara otomatis dengan menggunakan kembali karena stress fatigue. Alat sekali pakai tidak didesain untuk memungkinkan dilakukan dekontaminasi sacara efektif, seperti benda bersudut tajam, lingkaran dan berlubang sempit. Sebuah studi menjelaskan dikarenakan permukaan yang tidak rata (cacat) dan berparit dari permukaan logam dari matriks bands, file dan reamers, alat tersebut tidak dapat di dekontaminasi secara sukses dengan membersihkan dan sterilisasi.1,2,3,7

Kategori dari perlengkapan kedokteran gigi lebih baik dijadikan alat sekali pakai, adalah:1

1. Alat yang sulit untuk dibersihkan dengan lubang yang sempit, seperti saliva ejector dan suction tips (gambar 18).

2. Sikat, seperti sikat gigi demonstrasi, cangkir karet profilaksis dan bulu sikat gigi (gambar 18).

Gambar 18. Saliva ejector dan bulu sikat gigi.24

3. Alat yang rumit dan kompleks, seperi bur staniless steel, files endodontik, reamears dan sendok cetak plastik (gambar 19).


(54)

Gambar 19. Kiri file endodontik, tengah bur stailess steel, kanan sendok cetak plastik.1,24

4. Instrumen kecil dan tajam, seperti matriks band, scalpels, jarum suntik, dan jarum jahit.

G

Gambar 20. Kiri jarum suntik, tengah jarum jahit, kanan scalpel.24

2.2.4 Air Dental Unit

Air yang disuplai dari pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit menular. Air yang mengandung mikroorganisme dapat tertahan di saluran-saluran dental unit, akan menyebabkan bakteri melekat dan berakumulasi di permukaan dalam saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Biofilm ada di setiap lingkungan yang berair dan dapat melekat pada permukaan yang sesuai.2,12,16

Biofilm berasal dari spesies yang berbeda dan bentuk yang berbeda, seperti bakteri, jamur, alga dan protozoa. Mikroorganisme yang berbeda ini melekat pada permukaan dan tumbuh sebagai koloni. Kemudian koloni dari bekteri dapat lepas dari tempat perlekatannya dan mengikuti aliran air. Ketika dental unit dipakai dan air mengalir melalui saluran-saluran, bakteri biofilm dapat terlepas dan mengikuti aliran


(55)

air. Mikroorganisme yang keluar melalui saluran air tidak hanya dapat mengkontaminasi pasien tetapi juga dapat mengkontaminasi tenaga kesehatan melalui percikan air yang keluar melalui saluran air yang terhubung pada handpiece.2,12,16

Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit, yaitu:12,16

1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan dimasukkan ke dalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus (gambar 21).

2. Menggunakan penyaringan bakteri (mikrofiltrasi). Alat sekali pakai berupa mikrofiltrasi dipakai pada selang yang dekat dengan handpiece atau air-water syringe. Penggunaan mikrofiltrasi dapat dikombinasikan dengan penampungan air yang telah terjamin kualitasnya.

3. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di flush dengan larutan disinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien.

Gambar 21. Tangki air yang diisi dengan air yang telah direbus.2

Selain dari mengurangi kontaminasi bakteri di dental unit, perlu juga menerapkan pencegahan terjadinya penularan penyakit melalui air. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melaui air dental unit, yaitu:2

1. Penggunaan air yang telah terjamin kualitasnya, seperti air yang telah direbus atau air destilasi yang dimasukkan dalam tempat penampungan air khusus.


(56)

2. Melakukan flushing selama 20-30 detik setelah merawat pasien.

3. Meminimalisasikan aerosol dari handpiece dengan menggunakan HVE. 4. Menggunakan pelindung. Pelindung yang dipakai dapat berupa rubber dam, makser, kacamata pelindung, dan pakaian pelindung. Rubber dam digunakan untuk mencegah tertelannya air dari dental unit ke mulut pasien, sedangkan masker, kacamata pelindung, dan pakaian pelindung digunakan untuk melindungi tenaga kesehatan dari percikan aerosol handpiece.


(57)

2.3 Kerangka Teori

Infeksi Silang

Dokter Ke Pasien Pasien Ke Dokter Pasien Ke Pasien

Kontrol Infeksi Standard Precautions

Perlindungan Diri

Penggunaan Alat Sekali

Kualitaas Air Dental Unit

Evaluasi Pasien

Sebelum Tindakan Setelah Tindakan

Disinfeksi Permukaan Dental Unit

Sterilisasi Alat

Pembuangan Limbah Medis


(58)

2.4 Kerangka Konsep

Mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU:

- Departemen Ilmu Bedah Mulut Dan Maksilofasial - Departemen Konservasi Gigi

- Departemen Periodonsia - Departemen Pedodonsia

Tingkat Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan

klinik tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan

gigi di RSGMP FKG USU Kategori:

a. Baik b. Sedang c. Buruk


(59)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme tersebut bisa terdapat dalam darah dan cairan tubuh lainnya yang dapat menyebar ketenaga kesehatan gigi. Tenaga kesehatan gigi meliputi dokter gigi, ahli kesehatan gigi, asisten gigi, teknisi laboratorium dental, mahasiswa dan peserta pelatihan, tenaga kontrak, dan orang lain yang tidak terlibat langsung dalam perawatan pasien tetapi berpotensi terkena agen infeksi (misalnya bagian administrasi praktek dokter gigi atau cleanning service di praktek dokter gigi). Penyebaran agen infeksi di praktek dokter gigi dapat melalui pasien ke tenaga kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien. Hal itu disebut dengan infeksi silang.1,2,3,4,5

Tenaga kesehatan gigi saat melakukan prosedur perawatan gigi berkontak sangat dekat pada mulut pasien yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi silang dikarenakan penggunaan high-speed rotary instrumen yang menghasilkan aerosol atau percikan langsung dari rongga mulut pasien saat dilakukan perawatan gigi, akibatnya pada bagian wajah tenaga kesehatan gigi rentan terpapar aerosol, percikan darah, atau saliva dari rongga mulut pasien yang mungkin dapat menyebarkan penyakit infeksi yang melalui mukosa atau membran konjungtiva, sehingga perlengkapan perlindungan diri sebelum melakukan tindakan perawatan gigi pasien perlu diterapkan.6 Selain itu menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tindakan perawatan gigi yang berisiko terjadinya infeksi silang yaitu pencabutan gigi, pengeburan gigi, dan tindakan pembersihan karang gigi.2

Penelitian yang dilakukan oleh Shigehiro pada bulan April 2005 sampai bulan Maret 2010 di Matsumoto Dental University Hospital, mengenai perlindungan diri pada tenaga kesehatan gigi menunjukan prevalensi kejadian terpapar aerosol selama


(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN TIM PENGUJI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Silang 6

2.1.1 Patogenesis Infeksi Silang 6

2.1.2 Jalur Penyebaran Infeksi 7

2.1.3 Cara Penyebaran 8

2.2 Standard Precautions 9

2.2.1 Evaluasi Pasien 11

2.2.2 Perlindungan Diri 11

2.2.3 Penggunaan Alat Sekali Pakai 31

2.2.4 Kualitas air Dental Unit 33

2.3 Kerangka Teori 36

2.4 Kerangka Konsep 37

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 38


(2)

3.2.1 Lokasi 38

3.2.2 Waktu Penelitian 38

3.3 Populasi dan Sampel 38

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 39

3.5 Metode Pengumpulan Data 47

3.6 Pengolahan dan Analisa Data 48

3.7 Aspek Pengukuran 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden 49

4.2 Pengetahuan Responden terhadap Standard Precautions

Pada Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi 50

BAB 5 PEMBAHASAN 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 58

6.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional 39

Tabel 2. Kategori Penilaian 48

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden 49 Tabel 4. Pengetahuan Responden terhadap Standard Precautions

Pada Pasien Sebelum Tindakan Perawatan Gigi 50 Tabel 5. Kategori Tingkat Pengetahuan Responden 51


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar 1. Rantai terjadinya infeksi silang 7 2. Gambar 2. Jalur penyebaran infeksi di klinik gigi 9

3. Gambar 3. Kertas ProTector 11

4. Gambar 4. Prosedur mencuci tangan 14

5. Gambar 5. Prosedur menggosokkan tangan dengan cairan alkohol 15 6. Gambar 6. A. Masker tipe flat, B. Masker tipe dome-shape

(molded), C. Jangan memakai masker didagu 19

7. Gambar 7. Cara melepas Masker 20

8. Gambar 8. A. Menarik sarung tangan lebih rendah dari pangkal sarung tangan, B. Sisipkan jari yang tidak memakai sarung tangan

pada tangan yang masih memakai sarung tangan 21 9. Gambar 9. Cara memasang sarung tangan bedah steril 22 10. Gambar 10. A. sarung tangan bedah steril, B. sarung tangan

pemeriksaan pasien, C. sarung tangan non-medis 22 11. Gambar 11.A. Kacamata pelindung dan masker, B. Pelindung

wajah dan masker 23

12. Gambar 12. A. Pakaian pelindung cleaning service, B. Pakaian

pelindung dilaboratorium. C. Pakaian pelindung prosedur bedah 24 13. Gambar 13. A dan B penutup kepala, C pelindung kaki 25

14. Gambar 14. Peralatan rubber dam 27

15. Gambar 15. A. Pemasangan rubber sheet pada frame. B. melubangi rubber sheet sesuai letak gigi. C. Pemasangan rubber sheet pada gigi. D. Pemasangan clamp. E. Gigi yang telah


(5)

16. Gambar 16. Korentang 30 17. Gambar 17. Lambang pada alat atau instrumen yang sekali pakai 31 18. Gambar 18. A. Saliva ejector, B. Bulu sikat gigi 32 19. Gambar 19. A. File endodontik, B. Bur stailess steel, C. Sendok

cetak plastik 33

20. Gambar 20. A. Jarum suntik, B. Jarum jahit, C. Scalpel 33 21. Gambar 21. Tangki air yang diisi dengan air yang telah direbus 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian 2. Gan’s Chart

3. Daftar Riwayat Hidup 4. Rincian Dana Penelitian


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU tentang Standard Precautions pada Pasien HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan TBC pada Tahun 2015

5 58 73

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Tingkat Pengetahuan penggunaan Antibiotik Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode september 2013 – maret 2014

4 77 84

Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Usu Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula

1 18 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

2 8 13

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

0 0 5

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

0 0 32

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

0 0 3

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Bahaya Radiasi Kedokteran Gigi terhadap Wanita Hamil Trimester Satu di RSGM FKG USU

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU tentang Standard Precautions pada Pasien HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan TBC pada Tahun 2015

0 0 5