Analisis Kinerja Ekonomi Daerah Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pembangunan Daerah
Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang

dilakukan secara sadar menuju ke arah yang lebih baik. Para ahli memberikan
definisi pembangunan yang berbeda. Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan
pengertian pembangunan sebagai: Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building).
Selanjutnya Siagian (1993) juga mengemukakan pembangunan sebagai
suatu

perubahan

mewujudkan


suatu

kondisi

kehidupan

bernegara dan

bermasyarakat yang lebih baik dari keadaan sekarang, sedangkan pembangunan
sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus
berkembang baik secara kualitatif dan kuantitatif dan mutlak harus terjadi dalam
pembangunan.
Teori Harrod-Domar mengemukakan dua aspek yang penting sekali
artinya dalam usaha untuk menyusun strategi pembangunan di negara sedang
berkembang. Pertama, teori tersebut menekankan analisanya pada syarat untuk
mencapai penggunaan alat modal yang tersedia secara maksimal (full capacity).
Oleh karena itu teori ini penting artinya pada negara sedang berkembang karena
negara-negara tersebut boleh dikatakan selalu mencapai full capacity dalam
penggunaan alat-alat modal yang dimilikinya walaupun pengangguran tenaga


8
Universitas Sumatera Utara

kerja banyak terdapat. Salah satu sifat penting dari negara sedang berkembang,
bahwa mereka pada umumnya memiliki alat modal yang terbatas tetapi jumlah
tenaga kerjanya sangat berlebihan yang menimbulkan full capacity. Dengan
adanya kesesuaian diantara keadaan yang digambarkan diantara keadaan yang
digambarkan dalam teori Harrid-Domar dengan keadaan di negara sedang
berkembang ini maka ramalan Harrod-Domar mengenai akibat dari pertumbuhan
yang lebih laju dari tingkat pertumbuhan yang dikehendaki perlu diperhatikan
dalam menciptakan kebijaksanaan pembangunan.
Aspek kedua dari teori Harrod-Domar teori ini memberikan penjelasan
dan menunjukkan tentang peranan modal dalam pembangunan dan sampai dimana
pertumbuhan alat produksi meningkatkan pembangunan. Dengan demikian teori
ini membantu negara sedang berkembang menaksir jumlah modal yang
diperlukan untuk mencapai satu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Hal ini
bukan saja berguna bagi Pemerintah Pusat tetapi juga untuk Pemerintah Daerah
yang dapat melakukan hal yang sama dalam perencanaan pembangunan
daerahnya.
Teori Neo-klasik, ditinjau dari sudut jumlah faktor yang dianalisanya lebih

lengkap dari teori Harrod-Domar karena disamping membahas mengenai peranan
modal, teori ini menganalisa pula mengenai peranan kemajuan teknologi dan
pertambahan tenaga kerja. Analisa Neo-Klasik menekankan pada faktor-faktor
yang akan memungkinkan pertambahan produksi dalam masyarakat. Apabila
aiyaitu bagian pendapatan yang diciptakan oleh suatu unit modal yang besarnya

9
Universitas Sumatera Utara

adalah sama

dengan produksi marginal dari modal dan Tiyaitu tingkat

perkembangan teknologi maka dengan menggunakan analisa ini dapat ditentukan
besarnya pertambahan produksi dan pendapatan Nasional yang diakibatkan oleh
pertambahan tenaga kerja atau modal atau kemajuan teknologi. Namun teori ini
tidak membuat analisa bagaimana ketiga faktor tersebut akan menciptakan
sumbangannya dalam pembangunan ekonomi, suatu aspek analisa pembangunan
yang sebenarnya sangat diperlukan di negara sedang berkembang. Dengan kata
lain analisa Neo-Klasik masih belum cukup mendalam pembahasannya terhadap

peranan ketiga faktor di atas dalam pembangunan, sehingga belum cukup
sempurna sebagai landasan dalam menyusun strategi pembangunan di negara
sedang berkembang.
2.2

Teori Pemekaran Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemekaran Derah

menyebutkan bahwa daerah memiliki wewenang untuk mengelola dan
memelihara sumber daya Nasional yang dimilikinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selain itu Daerah berhak mengatur dan mengurus
kepentingan Masyarakat berdasarkan prakarsa sendiri dan aspirasi Masyarakat
dalam ikatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Artinya Otonomi
Daerah memberikan limpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan
maupun keputusan pembiayaan kepada Daerah dan berusaha melibatkan
Masyarakat dalam upaya Pembangunan daerah sehingga kohesi Sosial, Politik,
dan Masyarakat semakin kuat.

10
Universitas Sumatera Utara


Dan menurut Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Konsep Pemekaran Daerah sendiri diungkap oleh Tiebout (1956) melalui
pendekatan Public choice school, dalam sebuah artikel yang berjudul A Pure
Theory of Local Expenditure mengatakan Pemekaran Wilayah dianalogikan
sebagai model Ekonomi Persaingan Sempurna dimana Pemerintah Daerah
memiliki kekuatan untuk mempertahankan tingkat pajak yang rendah,
menyediakan pelayanan yang efisien, dan mengizinkan setiap individu
masyarakatnya untuk mengekspresikan preferensinya untuk setiap jenis pelayanan
dari berbagai tingkat Pemerintahan yang berbeda dengan Vote with Their Feet
(Tiebout : 1956)
Merujuk

pada


pandangan

Tiebout

(1956),

Swianiewicz

(2002)

mengeluarkan suatu pernyataan bahwa komunitas lokal yang kecil dan lebih
homogen akan lebih mudah mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan
preferensi sebagian besar Masyarakatnya. Kesempatan Masyarakat untuk
berpartisipasidalam komunitas yang kecil memiliki peluang lebih besar.
Kemudian Pemerintah Daerah yang kecil memiliki birokrasi yang rendah,
misalnya fungsi Administrasi.

11
Universitas Sumatera Utara


Mc Henry (1986) dalam Ferrazzi (2007) mencatat bahwa selama suatu
Negara bagian dibagi menjadi dua atau tiga dan kedua atau ketiga daerah baru
tersebut memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan pada saat
negara bagian itu bersatu, maka dorongan agar dibentuknya Daerah-Daerah baru
di Negara tersebut tidak akan pernah ada habisnya. Fenomena ini dapat dilihat
pada negara Polandia. Meskipun Kementerian Keuangan menyatakan keberatan
atas 71 daerah regional yang tidak memenuhi persyaratan, akan tetapi
Kementeriankalah bertarung karena menguatnya sebagian besar wilayah untuk
membentuk daerah baru yang mengharapkan transfer payment lebih banyak dari
pusat (O’ Dwyer, 2006). Fenomena yang sama juga terlihat di Indonesia. Euforia
untuk melakukan pemekaran wilayah pada sebagian besar wilayah di Indonesia
selama ini cenderung memperoleh tambahan pendapatan daerah yang lebih besar
dibandingkan pada saat bergabung dengan wilayah induk (Ferrazzi,2007).
Bappenas

(2007)

dalam


kajiannya

secara

khusus

mempelajari

permasalahan yang terkait Pembangunan Daerah Otonom baru, studinya
menunjukkan bahwa pada aspek Keuangan Daerah, telah terjadi peningkatan PAD
(Pendapatan Asli Daerah) meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap
DAU (Dana Alokasi Umum) masih tinggi. disamping itu juga terjadi peningkatan
pada proporsi belanja Pembangunan meskipun proporsi terhadap belanja rutin
masih kecil. Namun demikian Masyarakat belum merasakan manfaatnya, karena
masyarakat menilai belum adanya perubahan antara sebelum dan sesudah adanya
pemekaran.

12
Universitas Sumatera Utara


Sementara itu pendapat Nugroho (2000) bahwa Desentralisasi harus
memenuhi dua persyaratan utama yaitu: (1) Persyaratan yang bersifat politis,
dimana persyaratan ini menuntut tiga kondisi, yaitu political will dari Pemerintah,
yang bentuknya bermula dari sebuah pengakuan akan perlunya otonomi daerah;
yang kemudian dibuktikan dengan adanya peraturan peraturan dasar dan peraturan
pelaksana dan pada akhirnya dukungan dari Pemerintah Pusat; adanya kekuatan
otonomi daerah, dimana dalam hal ini yang akan dipermasalahkan adalah sejauh
mana daerah memberi sumbangan yang memadai bagi anggaran pendapatan dan
belanja; penataan organisasi birokrasi dan sumber daya manusia. (2) persyaratan
yang bersifat tantangan manajemen, dimana persyaratan ini menuntut tiga
langkah, yaitu; Reorientasi Paradigma Pemerintah, Restrukturisasi, Pemerintah
dan Aliansi dengan organisasi-organisasi yang ada di dalam Masyarakat. Dari
pendapat terlihat bahwa otonomi daerah sangat baik untuk diterapkan, karena
otonomi daerah dapat mempercepat

proses pembangunan, proses pelayanan

kepada masyarakat serta mempercepat tujuan bernegara yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2.2.1 Kinerja Ekonomi Daerah

Kinerja ekonomi daerah sebuah keadaan dimana kondisi perekonomian
yang dibangun oleh sebuah pemerintahan dapat ditunjukkan. Melalui kinerja
ekonomi ini, daerah dapat menunjukkan sejauh apa mereka melakukan
pembangunan ekonomi. Kinerja ekonomi daerah dapat digunakan apakah sebuah
daerah mampu melakukan tujuan awal diberlakukannya otonomi daerah. Kinerja
ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa variabel yang menggambarkan

13
Universitas Sumatera Utara

pembangunan daerah. Keberhasilan Otonomi daerah dapat dilihat dengan kinerja
ekonomi yang menggambarkan pembangunan daerah, dimana ada delapanbelas
indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan
daerah. Delapanbelas indikator menurut Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional ( BAPPENAS ) tahun 2012 :
1. Persentase Kabupaten / kota yang Memiliki Pelaporan Wajar Tanpa
Pengecualian
2. Rata-rata Lama Sekolah
3. Angka Melek Huruf 15 Tahun ke Atas
4. Laju Pertumbuhan Penduduk

5. Angka Harapan Hidup
6. Angka Kematian Bayi
7. Angka Kematian Ibu
8. Persentasi Jumlah Penduduk Miskin
9. Indeks Gini
10. Nilai Tukar Petani
11. Nilai Tukar Nelayan
12. . Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik
13. Persentasi Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Yang Layak
14. Rasio Elektrifikasi
15. Indeks Pembangunan Manusia
16. Tingkat Pengangguran Terbuka
17. Indeks Demokrasi Indonesia ( Provinsi )

14
Universitas Sumatera Utara

18. Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan Daerah erat kaitannya dengan Kinerja Daerah. Ada 3 (tiga)
Indikator kinerja daerah meliputi 3 (tiga) aspek kinerja yaitu: aspek kesejahteraan
masyarakat; aspek pelayanan umum; serta aspek daya saing daerah.
1. Aspek kesejahteraan masyarakat
diukur melalui indikator makro yang merupakan indikator gabungan
(indikator komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi
maupun

sosial

seperti:Laju

Pertumbuhan

Penduduk

(LPP),

Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Inflasi, Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT), Angka Partisipasi Angkatan Kerja, Indeks Gini, Persentase
Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk, Indek Pembangunan Manusia
(IPM) dan lain-lain.
2. Aspek pelayanan umum
Merupakan segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangan atau urusan yang telah diserahkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pendidikan, kesehatan,
pekerjaan umum, perumahan, perhubungan dan urusan pilihan yang
menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
3. Aspek daya saing daerah
merupakan indikator yang mengukur kemampuan perekonomian daerah
dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan. Indikator yang diukur antara lain: laju pertumbuhan

15
Universitas Sumatera Utara

investasi, pendapatan per kapita, laju pertumbuhan ekspor, laju
pertumbuhan PMA, dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Kinerja Ekonomi Daerah dapat tercapai dengan adanya program
Pembangunan Daerah terutama pembangunan pada daerah baru seperti daerah
pemekaran, dengan kepastian bahwa daerah dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat terutama pada segi ekonomi melalui Pembangunan Daerah.
Keberhasilan Pembangunan Daerah merupakan ukuran dari keberhasilan Kinerja
Ekonomi Daerah itu sendiri.
Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti
Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) perkapita menurut harga konstan, Pertumbuhan Ekonomi (PE), dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat mempengaruhi pembangunan daerah
demi keberhasilan kinerja ekonomi daerah.
Dimana target indikator kinerja disusun setelah indikator kinerja
ditetapkan. Target indikator kinerja menunjukkan sasaran kinerja spesifik yang
akan dicapai oleh Kementerian/ Lembaga, Program, dan kegiatan dalam periode
waktu yang telah ditetapkan. Dalam menetapkan target indikator kinerja perlu
diperhatikan standar kinerja yang dapat diterima. Salah satu cara menentukan
standar kinerja adalah dengan mengacu kepada tingkat kinerja Institusi/Negara
lain yang sejenis sebagai perwujudan best practices. Standar kinerja dan target
indikator kinerja dinyatakan dengan jelas pada awal siklus perencanaan (dapat
dilakukan pada tahap perencanaan strategis atau awal tahun anggaran). Hal ini

16
Universitas Sumatera Utara

untuk menjamin aspek akuntabilitas pencapaian kinerja. Kriteria dalam
menentukan target indikator kinerja adalah dengan menggunakan pendekatan
“SMART” yaitu :
1. Specific

: sifat dan tingkat kinerja dapat di identifikasi dengan jelas

2. Measurable : target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi
indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas, dan biaya
3. Achievable : target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber
daya yang ada
4. Relevant

: mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam

rangka mencapai target outcome yang ditetapkan, serta antara target outcome
dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan
5. Time Bond : waktu atau periode kinerja dapat ditetapkan.
2.3

Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, halhal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup .Kemiskinan kadang juga berarti
tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga
negara.Kemiskinan merupakan masalah global.ketidakmampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.
Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan
uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas. Chambers
dalam Suryawati (2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated

17
Universitas Sumatera Utara

concept yang memiliki lima dimensi yaitu : 1) kemiskinan (proper), 2)
ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of
emergency), 4) ketergantungan (depedence), dan 5) keterasingan (isolation) baik
secara geografis maupun sosiologis.
World Bank (2010) mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan dalam
kesejahteraan, dan terdiri dari banyak dimensi. Ini termasuk berpenghasilan
rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dasar dan layanan yang
diperlukan untuk bertahan hidup dengan martabat. Kemiskinan juga meliputi
rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan,akses masyarakat miskin terhadap air
bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara, dan
kapasitas memadai dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik itu.
Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat
kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar
manusia dapat bertahan hidup. Adapun standard kebutuhan hidup minimum
dimaksud pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan.
Kemiskinan terkat dengan masalah kekurangan pangan dan gizi,
keterbelakangan pendidikan, kriminalisme,

pengangguran, prostitusi, dan

masalah-masalah lain yang bersumber dari rendahnya tingkat pendapatan
perkapita penduduk. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan
tidak sederhana penanganannya. Menurut Mulyono dalam Bappenas (2010)
kemiskinan berarti ketiadaan kemampuan dalam seluruh dimensinya. Dengan
demikian, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

18
Universitas Sumatera Utara

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
kesehatan.
Terdapat empat bentuk kemiskinan yang mana setiap bentuk memiliki arti
tersendiri :
Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif yang
melihat kemiskinan dari segi pendapatan, sementara kemiskinan struktural dan
kemiskinan kultural yang melihat kemiskinan dari segi penyebabnya(Jamasy,
2004:31).
1.

Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatannya dibawah garis
kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan minimun, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas
agar bisa hidup dan bekerja.

2.

Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada
posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding
pendapatan masyarakat sekitarnya.

3.

Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4.

Kemiskinan kultural mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau

19
Universitas Sumatera Utara

berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
2.4

Angka Melek Huruf
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang

merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek
huruf.

Tingkat

melek

huruf

dapat

dijadikan

ukuran

kemajuan

suatu

bangsa.Menurut UNESCO definisi dari melek huruf adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, mengkomunikasikan, membuat, dan
mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan
tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca tulis dianggap
penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga
orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Kemampuan baca tulis ini juga
berkaitan langsung dengan cara seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
menggali potensi, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang luas.
Angka Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100
sedangkan batas minimum 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi
100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol
mencerminkan sebaliknya.
Salah satu indikator terlaksananya dengan baik pendidikan untuk
masyarakat dapat diketahui dengan meningkatnya angka melek huruf atau
kemampuan baca tulis dalam masyarakat tersebut. Indikator ini juga dapat

20
Universitas Sumatera Utara

menggambarkan mutu dari SDM yang ada di suatu wilayah yang diukur dalam
aspek pendidikan, karena semakin tinggi angka kecakapan baca tulis maka
semakin tinggi pula mutu dan kualitas SDM (BPS, 2011).
Menurut Meier dan Baldwin dalam Jhingan (1992) negara terbelakang
umumnya terjerat ke dalam apa yang disebut “lingkaran setan kemiskinan”. Di
dalam Gambar 2.1 dijelaskan bahwa lingkaran setan ini disebabkan karena
keterbelakangan manusia dan sumber daya alam. Pengembangan sumber daya
alam pada suatu negara tergantung pada kemampuan produktif manusianya. Jika
penduduk negara tersebut terbelakang dan buta huruf, langka akan keterampilan
teknik, pengetahuan dan aktivitas kewiraswastaan, maka sumber daya alam yang
ada akan tetap terbengkalai, kurang atau bahkan salah guna. Di lain pihak,
keterbelakangan sumber daya alam ini menyebabkan keterbelakangan manusia.
Keterbelakangan sumber daya alam merupakan sebab sekaligus akibat
keterbelakangan manusia.

Ketidaksempurnaan Pasar

Keterbelakangan Sumber Daya Alam

Keterbelakangan Manusia
Sumber : Jhingan (1992)

Gambar 2.1
Lingkaran Setan Keterbelakangan Manusia

21
Universitas Sumatera Utara

Menurut Simmons dikutip dari Todaro dan Smith (2006), pendidikan
merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Selanjutnya Todaro
dan Smith (2006) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan
yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peranan kunci dalam
membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan
untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan
yang berkelanjutan. Dalam penelitian Hermanto dan Dwi (2007) diketahui bahwa
pendidikan mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan
variabel pembangunan lain seperti jumlah penduduk, PDRB, dan tingkat inflasi.
2.5

PDRB Perkapita
PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Data
statistik ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil
bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang
bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh
kedua variabel diatas. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

2.6

����
PDRB perkapita = ����� ℎ��������
�������� ℎ���� ℎ��

Pertumbuhan Ekonomi
Salah

satu

indikator

yang

digunakan

untuk

mengukur

kinerja

perekonomian wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu tujuan penting yang harus dicapai dalam setiap kebijakan

22
Universitas Sumatera Utara

ekonomi yang direncanakan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan
disertai dengan pemerataan pembangunan, sehingga akan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan,
wilayah sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik
yang dimiliki setiap wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
akan dapat meningkatkan perdapatan perkapita yang nantinya akan mendorong
peningkatan daya beli masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Peningkatan
pendapatan perkapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena permintaan yang
meningkat sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat, dan pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses tersebut, karena
proses mengandung unsur dinamis. Para teoritis ilmu ekonomi pembangunan
hingga sekarang, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep
pertumbuhan ekonomi. Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga
diberi bobot yang immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan
dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas.
Todaro (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah :
1.

Akumulasi modal (capital accumulation), meliputi semua jenis investasi
baru yang ditanamkan pada pabrik baru, tanah, peralatan fisik dan

23
Universitas Sumatera Utara

pembinaan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitasnya,
sehingga pada akhirnya akan membawa dampak dampak positif yang
sama terhadap angka produksi. Akumulasi modal apabila sebagian dari
pendapatan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output
atau pendapatan pada masa yang akan datang.
2.

Pertumbuhan penduduk (growth in population) maksudnya adalah dengan
pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan tenaga kerja sebagai
salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti
dengan pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas
pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan menyababkan pertumbuhan
pasar domestik akan lebih besar, namun positif atau negatifnya
pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya
tergantung pada kemampuan sistem perekenomian tersebut untuk
menyerap setiap tambahan angkatan kerja.

3.

Kemajuan

teknologi

(technological

progress)

merupakan

sumber

pertumbuhan ekonomi yang paling penting, karena dengan kemajuan
teknologi akan ditentukan cara baru ataupun teknologi baru untuk
menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan cepat
Robert Solow dikutip oleh Todaro dan Smith (2006), mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang disebut sebagai Model Pertumbuhan Solow.
Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut :

24
Universitas Sumatera Utara

dimana Y adalah pendapatan domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan
modal manusia (akumulasi pendidikan dan pelatihan), L adalah tenaga kerja, dan
A merupakan produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara
eksogen. Faktor penting yang mempengaruhi modal fisik adalah investasi.
Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau
persentase kenaikan GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik
dan modal manusia).
Arsyad (2005), menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang
dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak
muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di
beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas
yang berbeda. Inti teori dari Perroux adalah sebagai berikut :
1.

Dalam proses perubahan akan timbul industri unggulan yang merupakan
industri penggerak utama dalam pengembangan suatu wilayah. Karena
ketertarikan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri
unggulan

akan

mempengaruhi

perkembangan

industri

lain

yang

berhubungan erat dengan industri unggulan tersebut.
2.

Pemusatan industri pada suatu wilayah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antarwilayah sehingga perkembangan industri di
wilayah tersebut akan mempengaruhi perkembangan wilayah-wilayah
lainnya.

25
Universitas Sumatera Utara

3.

Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
(industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu
industri yang tergantung dengan industri unggulan/pusat pertumbuhan.
Wilayah yang relatif maju/aktif akan mempengaruhi wilayah-wilayah
yang relatif pasif.
Menurut Mankiw (2004) suatu negara memberikan perhatian lebih kepada

pendidikan terhadap

masyarakatnya

cateris paribus akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata
lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan
menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Apabila investasi tersebut dilaksankan secra relatif merata, termasuk terhadap
golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.
2.7

IPM ( Indeks Pembangunan Manusia )
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup (Badrudin, 2012:154).
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/ HDI) adalah
rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar
manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu Angka Harapan Hidup, Angka
Melek Huruf, serta Pengeluaran Perkapita.
Indeks Pembangunan Manusia pertama kali dipublikasikan oleh UNDP
(United Nations Development Program) sebagai penyempurnaan dari PQLI

26
Universitas Sumatera Utara

(Physcal Quality of Life Indeks) yang kini banyak digunakan oleh negara-negara
di dunia.
IPM digunakan untuk mengelompokkan sebuah negara/daerah sebagai
daerah maju, berkembang, atau terbelakang. IPM juga digunakan untuk melihat
pengaruh kebijakan dan peran pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat.
Komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia adalah usia hidup
(longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).
Usia hidup diukur dengan usia harapan hidup, pengetahuan diukur dari
kemampuan baca tulis dan tingkatan pendidikan (SD-SMP-SMA-Perguruan
Tinggi), dan standar hidup layak diukur melalui pengeluaran perkapita rill yang
disesuaikan. Dalam perhitungan IPM, indeks pendidikan dan kesehatan sangat
tepat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena kesehatan dan
pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk
meningkatkan potensinya.
Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik
sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah:
1.

IPM menerjemahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks kedalam
tiga dimensi dasar yang terukur.

2.

IPM

membantu

dalam

pergeseran

paradigma

pembangunan

dari

pembangunan yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada
manusia.

27
Universitas Sumatera Utara

3.

IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan
berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang
universal.

4.

IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia.

5.

IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat
dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM.
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dapat tercapai dengan

pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pembangunan dengan kepastian bahwa
seluruh masyarakat (penduduk) bisa menikmati semua hasil pembangunan.
Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti
fertilitas, mortalitas, dan transmigrasi dapat mempengaruhi indeks pembangunan
manusia.
2.8

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini,

Rachim (2013) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Dampak Pemekaran
Daerah Terhadap Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik di Kota
Serang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kinerja ekonomi
yang terdiri dari Pertumbuhan ekonomi, Pertumbuhan PDRB Perkapita, Rasio
PDRB Kabupaten Kota Terhadap PDRB Provinsi, dan angka kemiskinan, seta
untuk menganalisis kinerja pelayanan publik kota Serang setelah dilakukannya
pemekaran dilihat dari fasilitas kesehatan per 1000 penduduk, Tenaga kesehatan
per 1000 penduduk, Rasio siswa persekolah, dan rasio siswa perguru. Metode

28
Universitas Sumatera Utara

analisis yang digunakan adalah Metode Indeksasi. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa tidak adanya perubahan sebelum dan sesudah pemekaran, dimana tingkat
pertumbuhan ekonomi kota Serang tidak mengalami perubahan, rasio PDRB kota
Serang terhadap PDRB provinsi tidak mengalami perubahan, pertumbuhan
pendapatan perkapita kota Serang tidak lebih baik setelah dilakukannya
pemekaran dan meningkatnya jumlah kemiskinan kota Serang setelah
dilakukannya pemekaran.
Trisnawati (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pemekaran Daerah
di Kabupaten Bintan (Studi Kasus Pemekaran Kabupaten Bintan Timur)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pemerintahan kabupaten
Bintan sebelum dan sesudah pemekaran. Metode analisis yang digunakan adalah
Metode Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan variabel mandiri. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa tujuan dari pemekaran kabupaten Bintan Timur adalah
untuk menjalankan roda pemerintahan yang lebih baik kedepannya, dan untuk
memperpendek rentang kendali dan pemerataan pembangunan daerah.
Riani dan Kaluge (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Daerah Pemekaran di Provinsi Papua”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek keuangan daerah pemekaran di
Provinsi Papua yang terdiri dari Belanja Daerah, Belanja Modal, Penerimaan
Daerah, PAD, dan DAU. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa meningkatnya
keuangan daerah provinsi Papua dari segi penerimaan maupun pendapatan,

29
Universitas Sumatera Utara

kurangnya kemandirian fiskal provinsi Papua karena PAD ditopang oleh kota
Jayapura dan Kabupaten Merauke.
Tiffani (2013) dengan judul penelitian “Analisis Komparasi, Konvergensi,
Aglomerasi dan Kinerja Ekonomi Daerah Pada Daerah Pemekaran (Studi Kasus
Kabupaten Bengkalis-Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau)”. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan regional di kabupaten bengkalis
yang terdiri dari PDRB menurut harga konstan 2000 Kabupaten Bengkalis, PDRB
menurut harga konstan 2000 Kepulauan Meranti, PDRB menurut harga konstan
2000 Provinsi Riau, Tenaga Kerja, Tingkat Kemiskinan, dan jumlah penduduk,
serta kinerja Ekonomi Daerah yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan PDRB perkapita, rasio PDRB kabupaten terhadap PDRB provinsi.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis Shift Share, indeks
Williamson dan Indeks Balassa. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sektorsektor pembentuk PDRB kabupaten Bengkalis mengalami peningkatan terutama
sektor gas, listrik dan air bersih, lima sektor pembentuk PDRB kepulauan Meranti
semakin baik setiap tahunnya sepanjang metode analisis, ketimpangan
pembangunan provinsi Riau lebih rendah setelah adanya pemekaran, belum
terdapat perbedaan pertumbuhan PDRB perkapita kabupaten Bengkalis sebelum
dan sesudah pemekaran, belum adanya perbedaan kinerja ekonomi daerah
kepulauan Meranti dan Kabupaten Bengkalis sebelum dan sesudah pemekaran.
Syahputra (2011) dengan judul penelitian “Dampak Pemekaran Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kesejahteraan masyarakat Serdang Bedagai sebelum

30
Universitas Sumatera Utara

dan sesudah pemekaran yang terdiri dari pendidikan, kesehatan masyarakat, dan
pengeluaran perkapita masyarakat. Metode analisis yang digunakan adalah Uji
Compare means uji t statistik (Paired Sample t-test). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat di
kabupaten Serdang Bedagai sesudah adanya pemekaran wilayah atau dengan kata
lain mengalami peningkatan, pendidikan, kesehatan masyarakat dan pengeluaran
perkapita mengalami peningkatan dari tahun ke tahun menunjukkan dampak yang
signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Susanti (2014) dengan judul penelitian “Dampak Pemekaran Wilayah
Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kinerja ekonomi daerah Lampung Utara terdiri dari
pertumbuhan ekonomi, kontribusi ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan
kemiskinan, untuk menganalisis kinerja keuangan dan pembangunan daerah
terdiri dari kebutuhan fiskal, belanja investasi dan kontribusi APBD, menganalisis
Kinerja pelayanan publik terdiri dari pendidikan, kesehatan, dan kualitas
infrastruktur serta untuk menganalisis kinerja aparatur pemerintah yeng terdiri
dari kualitas aparatur, kuantitas aparatur, tempat tinggal aparatur dan aparatur
untuk peningkatan mutu SDM. Metode analisis yang digunakan adalah metode
Analisis Hierarki Proses (AHP). Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemekaran
Lampung Utara menunjukkan dampak positif dengan meningkatnya PDRB,
jumlah penduduk miskin Lampung Utara mengalami penurunan tiap tahunnya,
IPM kabupaten Lampung Utara mengalami peningkatan tiap tahunnya, Kinerja
infrastruktur (fasilitas pendidikan, kesehatan, jalan, pasar, dan fasilitas

31
Universitas Sumatera Utara

transportasi) Lampung Utara yang semakin membaik, kinerja aparatur
pemerintahan mengalami peningkatan pembangunan desa tertinggal dan tidak
tertinggal mulai terealisasi, dan perekonomian lampung utara mulai membaik dan
dapat dirasakan masyarakat desa maupun kota.
2.9

Kerangka Konseptual
Pemekaran daerah merupakan suatu kebijakan pemerintah tentang otonomi

daerah dimana daerah mempunyai wewenang sendiri untuk mengurus dan
mengatur wilayahnya sesuai dengan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 24 Tahun
2004, istilah pemekaran daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom
menjadi dua atau lebih daerah otonom.
Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan:
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah
atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan:
Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam PP No. 129 tahun 2000 diuraikan bahwa pembentukan, pemekaran,
penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat karena pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan
penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan
pelayanan

kepada

berdemokrasi, meningkatkan

masyarakat,
pengelolaan

meningkatkan
potensi

wilayah,

kehidupan
meningkatkan

32
Universitas Sumatera Utara

keamanan dan ketertiban, meningkatkan kinerja ekonomi wilayah yang dapat
diukur melalui pembangunan wilayah tersebut dengan menggunakan beberapa
indikator yaitu Kemiskinan, Angka Melek Huruf, PDRB perkapita, Pertumbuhan
Ekonomi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Maka dengan uraian diatas
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pemekaran Daerah

Sebelum
Pemekaran

Sesudah
Pemekaran

Kemiskinan

Angka Melek Huruf
Kinerja Ekonomi dan
Sosial Daerah

PDRB Perkapita

Pertumbuhan Ekonomi

IPM

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

33
Universitas Sumatera Utara