Analisis Kinerja Ekonomi Daerah Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran
(2)
LAMPIRAN I
1. Indikator Penelitian
Kabupaten Sijunjung
Tahun Tingkat
Kemiskinan
Angka Melek Huruf
PDRB Perkapita Pertumbuhan
Ekonomi IPM
2000 7,15% 86,87% 4560,33 4,14% 61,9%
2001 21,42% 87,15% 4684,02 4,08% 62,35%
2002 16,99% 87,3% 4836,9 4,64% 61,5%
2003 14,88% 87,52% 4996,47 4,68% 63,27%
2004 13,54% 87,7% 5212,04 5,71% 65,9%
2005 13,94% 88,00% 5417,04 5,32% 67,1%
2006 15,96% 92,35% 5663,76 5,95% 68,7%
2007 15,35% 93,07% 5902,92 5,61% 69,26%
2008 11,51% 93,07% 6132,45 5,28% 69,77%
2009 9,80% 93,42% 6384,08 5,49% 70,37%
2010 10,45% 94,78% 6654,83 5,63% 70,92%
2011 9,94% 94,79% 6874,93 5,74% 71,4%
2012 8,79% 94,8% 7151,26 6,08% 71,8%
2013 8,53% 94,83% 7451,74 6,13% 72,15%
2014 7,74% 95,01% 7611,08 6,02% 72,85%
Kabupaten Dharmasraya
Tahun kemiskinan Angka
Melek Huruf PDRB Perkapita
Pertumbuhan
Ekonomi IPM
2000 0 0 3973,97 4,8% 0
2001 0 0 4108,12 4,76% 0
2002 0 0 4245,16 4,72% 0
2003 0 0 4376,54 4,47% 0
2004 12,89% 87,5% 4537,53 5,06%% 63,7%
2005 13,01% 87,7% 4722,39 5,46% 64,5%
2006 14,93% 92,56% 4952,41 6,27% 66,4%
2007 14,42% 95,54% 5203,37 6,47% 67,48%
2008 12,53% 95,54% 5470,36 6,54% 67,99%
2009 11,4% 95,83% 5756,49 6,64% 68,6%
2010 10,57% 96,38% 6050,26 6,51% 69,13%
2011 10,09% 97,27% 6224,79 6,54% 69,89%
2012 8,82% 97,29% 6435,87 6,62% 70,25%
2013 7,74% 97,33% 6655,93 6,55% 70,52%
(3)
Provinsi Sumatera Barat
Tahun Kemiskinan Angka Melek
Huruf
PDRB Perkapita
Pertumbuhan
Ekonomi IPM
2000 11.53% 94,01% 5402,52 3,45% 65,48%
2001 15.16% 99,81% 5536,07 3,66% 66,25%
2002 11.57% 95,10% 5695,61 4,69% 67,50%
2003 11,24% 95,54% 5908,29 5,26% 69,80%
2004 10,46% 95,73% 6080,56 5,47% 70,50%
2005 10,89% 96% 6386,04 5,73% 71,19%
2006 12,51% 96% 6715,77 6,14% 71,65%
2007 11,90% 96,10% 6629,01 6,34% 72,23%
2008 10,57% 96,66% 7414,25 6,88% 72,96%
2009 9,45% 96,81% 7645,45 4,28% 73,44%
2010 9,44% 97,09% 7986,61 5,94% 73,78%
2011 8,99% 97,16% 8730,67 6,26% 74,28%
2012 8,00% 97,23% 8784,81 6,38% 74,70%
2013 7,56% 97,38% 9205,61 6,18% 75,01%
(4)
LAMPIRAN II
2. Hasil Uji Paired Sample t-test
OUTPUT UNIVARIAT
KENORMALAN KEMISKINAN
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Miskin Sijunjung ,152 15 ,200* ,942 15 ,411
Miskin dharmasraya ,196 15 ,126 ,847 15 ,016
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
UJI WILCOXON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Miskin Sijunjung 15 12,40 4,038 7 21
Miskin dharmasraya 15 8,22 5,596 0 15
Test Statisticsb
Miskin dharmasraya -
Miskin Sijunjung
Z -1,931a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053 a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
KENORMALAN ANGKA MELEK HURUF
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Angka melek Hurup
Sijnjung
,237 15 ,023 ,790 15 ,003
Angka melek Hurup dharmasyara
,395 15 ,000 ,611 15 ,000
(5)
WILCOXON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Angka melek Huruf
Sijunjung
15 91,38 3,438 87 95
Angka melek Huruf dharmasraya
15 69,36 43,408 0 97
Test Statisticsb
Angka melek Huruf dharmasraya -
Angka melek Huruf Sijunjung
Z -,114a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,910 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
KENORMALAN PDRB
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PDRB Sijunjung ,105 15 ,200* ,945 15 ,450
PDRB dharmasraya ,124 15 ,200* ,938 15 ,355
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
UJI T DEPENDENT
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 PDRB Sijunjung 5968,92 15 1021,936 263,863 PDRB dharmasraya 5308,34 15 984,557 254,212
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair
1
PDRB Sijunjung - PDRB dharmasraya
660,58 5
(6)
PERTUMBUHAN EKONOMI KENORMALAN
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pertumbuhan Ekonomi
Sijunjung
,182 15 ,192 ,883 15 ,053
Pertumbuhan Ekonomi dharmasraya
,280 15 ,002 ,792 15 ,003
a. Lilliefors Significance Correction
WILCOXON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pertumbuhan Ekonomi
Sijunjung
15 5,37 ,678 4 6
Pertumbuhan Ekonomi dharmasraya
15 5,84 ,847 4 7
Test Statisticsb
Pertumbuhan Ekonomi dharmasraya - Pertumbuhan Ekonomi Sijunjung
Z -2,783a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,005 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KENORMALAN
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Indeks pembangunan
Manusia Sijunjung
,174 15 ,200* ,887 15 ,061
Indeks pembangunan Manusia dharmasraya
,377 15 ,000 ,650 15 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
WILCOXON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Indeks pembangunan
Manusia Sijunjung
(7)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Indeks pembangunan
Manusia Sijunjung
15 67,95 4,009 62 73
Indeks pembangunan Manusia dharmasraya
15 45,31 33,226 0 71
Test Statisticsb
Indeks pembangunan
Manusia dharmasraya -
Indeks pembangunan
Manusia Sijunjung
Z -3,408a
(8)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Amalia, Lia, 2007. Ekonomi Pembangunan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2015. Sumatera Barat dalam Angka 2005-2014, BPS, Padang.
_______, 2015. Sijunjung dalam Angka 2005-2014, BPS, Sijunjung.
Badan Perencanaan Kabupaten Sijunjung, 2008. Kabupaten Sijunjung dalam
Angka 2008, BPS, Sijunjung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Dharmasraya, 2006. Profil
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006-2010, BAPPEDA, Dharmasraya. _______, 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025,
BAPPEDA, Dharmasraya.
Humaidi SP M.Si, 2013. Inovasi Kelembagaan TKPK dan Anggaran, TKPK Kabupaten Dharmasraya, Dharmasraya.
Sirojuzilam, 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Bandung
Sukirno, Sadono, 1976. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Tarigan, Robinson, 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi), Bumi Aksara, Jakarta.
_______, 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.
Tarmizi, Hasan Basri, 2013, Pertumbuhan Ekonomi dan Implikasinya, USUpress, Medan.
ARTIKEL DAN JURNAL:
Rachim, Ratri Furry P, dan Hadi Sasana, 2013. “Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik di Kota Serang”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 2 Nomor 3, hal 1 – 13. Riani, Ida Ayu P, dan David Kaluge, 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Daerah Pemekaran di Provinsi Papua”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Cendrawasih.
(9)
Susanti, 2014. “Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 3 Nomor 2.
Syahputra, Ade A.F, 2011. “Dampak Pemekaran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Tiffani, Mutia Karina, 2013. “Analisis Komparasi, Konvergensi, Aglomerasi, dan Kinerja Ekonomi Daerah Pada Daerah Pemekaran ( Studi Kasus Pemekaran Kabupaten Bengkalis – Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau )”,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Trisnawati, Dian, 2014. “Pemekaran Daerah di Kabupaten Bintan ( Studi Kasus Pemekaran Kabupaten Bintan Timur )”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang
(10)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarticara atau jalan yang ditempuh. Metode berhubungan dengan cara kerja untukdapat memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian.
Fungsi penelitian pada dasarnya adalah untuk memberikan penjelasan danjawaban atas suatu permasalahan serta mencari alternatif lain dalam pemecahanmasalah. Untuk melakukan pemecahan masalah harus menggunakan cara ilmiahyang rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono: 2009).
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam penyajian hasil penelitian nantinya. Penulis juga menggunakan metode penelitian deskriptif yang mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul yang diberikan, maka lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Dimana waktu penelitian untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan judul dilakukan pada bulan November-Januari 2016.
3.3 Batasan Operasional
Dalam melakukan analisis yang pertama, penulis menggunakan variabel Kinerja Ekonomi dan Sosial Daerah sebagai variabel dependen (Y). Dan variabel
(11)
Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi (PE), serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung sebagai variabel independen (X). Selanjutnya analisis kedua untuk melihat adakah pengaruh Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi (PE), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Kinerja Ekonomi dan Sosial Daerah Kabupaten Dharmasraya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2000-2014.
3.4 Defenisi Operasional
1. Kinerja Ekonomi Daerah adalah sebuah keadaan dimana kondisi perekonomian yang dibangun oleh sebuah pemerintahan dapat ditunjukkan. Kinerja ekonomi daerah dapat digunakan apakah sebuah daerah mampu melaksanakan tujuan awal diberlakukannya otonomi daerah.
2. Tingkat kemiskinan adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masing-masing kecamatan kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung tahun 2000-2014 (dalam satuan persen)
3. Angka melek huruf (AMH) didefenisikan sebagai persentase penduduk kabupaten Dharmasraya dan kabupaten Sijunjung tahun 2000-2014 berusia 15 tahun keatas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya (selain huruf latin) yang diajarkan saat jenjang pendidikan dasar.
(12)
4. PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. 5. Pertumbuhan Ekonomi didefenisikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk pendapatan nasional 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) didefenisikan oleh suatu kondisi
yang memperlihatkan keadaan standar kehidupan masyarakat sebagai rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, serta pengeluaran perkapita masyarakat.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat, BPS Kabupaten Dharmasraya dan BPS Kabupaten Sijunjung. Selain itu data-data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal, buku-buku bacaan, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah times series (tahunan), dengan kurun waktu 2000-2014 (sampel data 15 tahun).
3.6 Metode Pengumpulan Data
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu teknik penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan
(13)
kepustakaan, seperti tulisan ilmiah, jurnal dan laporan penelitian ilmiah terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian dalam skripsi ini.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan data Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf, dan Pertumbuhan PDRB Perkapita, Pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mulai tahun 2000-2014 di kabupaten Dharmasraya dan kabupaten Sijunjung.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah :
1. Uji beda dengan menggunakan metode Compare Means uji t-statistik (
peired sample t-test), untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam
satu grup. Analisis ini berguna untuk melakukan pengujian dua sampel yang berhubungan atau sampel berpasangan. Dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS.
Prosedur paired sample t-test digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya perbedaan antar variabel. Data boleh terdiri dari dua pengukuran dengan subjek yang sama atau satu pengukuran dengan beberapa subjek.
Prosedur uji ini akan menghasilkan :
- Statistik deskriptif untuk masing-masing menguji variabel
- Pearson korelasi antara masing-masing pasangan dan arti korelasinya - Suatu interval kepercayaan untuk rata-rata perbedaan 95% atau suatu nilai
tertentu yang ditetapkan.
Rizal dalam buku Pengolahan Data Penelitian menggunakan SPSS, rumus mencari t hitung (t*) adalah
(14)
t-hitung = ( ��¯−� )¯ ���
Keterangan :
bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol
Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria Pengambilan Keputusan :
Ho : ß = 0 Ho diterima t* < t tabel (α = 5%), artinya tidak terdapat perbedaan nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran.
Ha : ß ≠ 0 Ho ditolak t* > t tabel (α = 5%), artinya terdapat perbedaan nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran.
2. Analisis deskriptif dengan menggunakan grafik untuk menganalisis indikator-indikator kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB perkapita, pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Baik untuk daerahnya sendiri, daerahnya dengan daerah lain atau dengan provinsinya.
(15)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Kabupaten Dharmasraya adalah salah sat Dharmasraya dikenal juga dengan sebutan Ranah Cati Nan Tigo.
Kabupaten Dharmasraya dengan Ibukota Pulau Punjung adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 0º47’ 7” LS – 1 º 41’ 56” LS & 101 º 9’ 21” BT – 101 º 54’ 27” BT. Sebelah Utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Prop. Riau, sebelah Selatan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Menurut Perda No. 10 Tahun 2012 luas wilayah Kabupaten Dharmasraya mencapai 3 025,99 km2.
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang cukup berpotensi di Propinsi Sumatera Barat. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya adalah untuk sektor pertanian hingga mencapai 88,26% dimana lahan perkebunan adalah yang terbesar mencapai 50,30% sedangkan lahan untuk sawah sebesar 2,70 %.
Secara administrasi, Kabupaten Dharmasraya terdiri dari 11 kecamatan, 52 nagari, dan 260 jorong. Namun demikian luas wilayahnya juga beragam, dilihat
(16)
dari tabel di bawah, ada 2 (dua) kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Koto Besar dan Kecamatan Pulau Punjung. namun dilihat dari jumlah nagari dan jorong, Kecamatan Asam Jujuhan memiliki jumlah wilayah administrasi terbanyak, terdiri dari Nagari yaitu 7 (tujuh) nagari dengan 32 jorong.
Tabel 4.1
Nama, Luas Wilayah, Jumlah Nagari dan Jumlah Jorong Kabupaten Dharmasraya
No Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah Nagari
Jumlah Jorong
1 Sungai Rumbai 47,63 4 24
2 Koto Besar 488,19 5 22
3 Asam Jujuhan 257,72 7 32
4 Koto Baru 251,35 4 26
5 Koto Salak 464,39 5 27
6 Tiumang 129,18 4 17
7 Padang Laweh 59,76 4 17
8 Sitiung 87,68 4 22
9 Timpeh 237,93 5 21
10 Pulau Punjung 482,5 6 31
11 IX Koto 454,8 4 21
Jumlah 2.961,13 52 260
Sumber : Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
4.1.2 Keadaan Topografi
Topografi Kabupaten Dharmasraya bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan ketinggian dari 98,3 mdpl sampai 1.525 mdpl. Dataran paling tinggi berada di kecamatan Sungai Rumbai yaitu 1.525 mdpl., sedangkan dataran yang paling rendah berada di kecamatan Koto Baru dengan ketinggian 97 mdpl., dan terletak pada wilayah perbatasan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Riau yang dilewati jalur Jalan Lintas Tengah Sumatera.. Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis terhadap Peta Digitasi Citra Spot 5 Provinsi Sumbar (2007), diperoleh data kelerengan lahan
(17)
bervariasi dari datar-landai (54,29%), agak curam-curam (34,29%) sampai sangat curam (11,42%) seperti terlihat pada tabel.
Tabel 4.2
Kelerengan Lahan di Kabupaten Dharmasraya Lasifikasi Kelerengan
Lahan Lereng (%)
Luas
(Ha) (%)
Datar 0-3 23.155 7,65
Agak Landai 3-8 68.786 22,73
Landai 8-15 72.339 23,91
Agak Curam 15-25 74.730 24,70
Curam 25-40 29.023 9,59
Sangat Curam 40-60 34.567 11,42
Jumlah Luas 302.599 100,00
Sumber : Peta Digitasi Citra Spot 5 Provinsi Sumbar Tahun 200
4.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi/ perpindahan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 3.99% per tahun hingga pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya sebanyak 210.691 orang yang terdiri dari 108.935 laki-laki dan 101.756 perempuan.
Perubahan struktur dan komposisi penduduk dapat dilihat dari perbandingan piramida penduduk dimana penduduk Kabupaten Dharmasraya didominasi oleh penduduk usia muda.
(18)
Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013
Gambar 4.1
Piramida Penduduk Dharmasraya Hasil Sensus Penduduk Tahun 2013
Piramida ini sama halnya dengan piramida penduduk Indonesia yang memperlihatkan ciri-ciri: alas piramida lebih lebar, dan semakin ke atas makin kecil sebagai ciri dari penduduk muda. Dengan ciri yang demikian dapat diprediksi bahwa angka fertilitas cenderung tinggi, sebagaimana disebutkan di atas bahwa LPP Dharmasraya termasuk kategori tinggi.
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka/nilai sexratio dimana pada tahun 2013, sexratio sebesar 10.706 menunjukkan bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki.
Distribusi jumlah penduduk menurut kecamatan, terbanyak berdomisili di Kecamatan Pulau Punjung sebanyak 40.780 orang dan distribusinya sebesar 18,8 persen, dan Kecamatan Koto Baru sebesar 19.36 persen dari total penduduk
(19)
Kabupaten Dharmasraya. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Padang Laweh yang hanya menyumbang 3.01 persen dari total penduduk Dharmasraya.
Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Sungai Rumbai yaitu sebesar 435 orang per Km², dan paling jarang penduduknya di Kecamatan IX Koto yakni 17 orang per Km².
Tabel 4.3
Jumlah penduduk menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio (2013)
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sexratio
Sungai rumbai 10.842 9.892 20.734 109,6
Koto Besar 12.517 11.700 24.217 106,98
Asam Jujuhan 7.160 6.059 13.219 118,17
Koto Baru 15.917 15.196 31.113 104,74
Koto Salak 8.077 7.847 15.924 102,93
Tiumang 5.917 5.540 11.457 106,81
Padang Laweh 3.355 2.996 6.351 111,98
Sitiung 12.641 11.976 24.614 105,55
Timpeh 7.373 6.946 14.319 106,15
Pulau Punjung 21.122 19.658 40.780 107,45
IX Koto 4.018 3.940 7.958 101,98
Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013
4.1.4 Sosial Budaya Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bidang strategis yang perlu mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Mengingat pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan.
Berdasarkan data tahun 2013 jumlah SD/MI adalah 145 unit, SMP/MTS adalah 47 unit dan SMU/MA sebanyak 31 Unit. Kecamatan-kecamatan yang belum
(20)
mendapatkan pelayanan pendidikan SMA/MA adalah Asam Jujuhan, Koto Salak, Tiumang, Padang Laweh, dan IX Koto. Kecamatan-kecamatan ini perlu mendapatkan prioritas pelayanan. Sarana pendidikan dasar (SD) sampai sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) perlu direncanakan untuk dapat menjangkau seluruh penduduk Kabupaten Dharmasraya. Kendala yang dihadapi adalah tersebarnya penduduk pada area yang luas sehingga jarak menjadi kendala utama pelayanan. Untuk itu minimal pada setiap kota kecamatan telah tersedia sarana pendidikan dari SD sampai SLTA. Akses dari kawasan permukiman menuju pusat pelayanan kecamatantersebut perlu untuk ditingkatkan.
Tabel 4.4
Jumlah Sarana Pendidikan Pelayanan Skala Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013
N
o Kecamatan
SD/MI SLTP SLTA
SD MI Jml
h
SM P
MTs Jml h
SM A
SMK MA jmlh
1 Sungai rumbai 9 - 9 2 1 3 2 1 - 3
2 Koto Besar 13 2 14 3 1 4 1 - - 1
3 Asam Jujuhan 5 - 5 1 - 1 - - - -
4 Koto Baru 16 - 16 4 5 9 3 1 5 9
5 Koto Salak 12 1 13 2 - 2 1 - - 1
6 Tiumang 12 1 13 1 1 2 - - - -
7 Padang
Laweh 4 - 4 1 - 1 - - - -
8 Sitiung 20 - 20 3 4 7 1 - 4 5
9 Timpeh 11 1 12 4 1 5 1 - 1 2
10 Pulau Punjung 24 - 24 7 3 10 4 2 3 9
11 IX Koto 14 - 14 3 - 3 1 - - 1
Jumlah 140 5 144 31 16 47 14 4 13 31
Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa kecamatan dimana sarana pendidikannya belum mencukupi terutama di tingkat SLTA, yaitu di kecamatan Tiumang dan kecamatan Padang Laweh.
Pendidikan bukan sekadar upaya atau sarana orang mencari pekerjaan, melainkan sebuah proses pendewasaan diri untuk bisa hidup bermartabat. Karena
(21)
merupakan proses pendewasaan diri, maka pendidikan tidak akan pernah berakhir, sekalipun yang bersangkutan telah mapan secara material dalam hidupnya (education is long life). Dengan demikian, pendidikan bukan alat (means) melainkan tujuan (ends). Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar.
Tabel 4.5
Distribusi Jumlah dan Proporsi Penduduk Dharmasraya Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Penduduk Penduduk
Jumlah (%)
1 Tidak/belum pernah sekolah 38.325 17,92%
2 Tidak/belum tamat SD 27.236 13,39%
3 Tamat SD 54.224 25,71%
4 Tamat SMP 36.036 16,70%
5 Tamat SMA 34.009 15,70%
6 Tamat SMK 786 0,39%
7 Tamat Perguruan Tinggi 8.673 4,28%
- Tamat Diploma I/II 1.704 0,84%
- Tamat Diploma
III/Sarjana Muda
2.069 1,02%
- Tamat Sarjana 4.900 2,42%
8 Tak Terjawab 3.312 1,63%
Jumlah 211.274 100%
Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Dharmasraya 2013
Data tabel diatas memperlihatkan bahwa 59,12% penduduk Kabupaten Dharmasraya tidak pernah sekolah, tidak tamat SD sampai hanya tamat SD. proporsi terbesar penduduk Dharmasraya tahun 2013 adalah tamat SD (25,71%), kemudian tidak/belum tamat SD (13,39%), tamat SMP (16,70%), tidak/belum pernah sekolah (17,92%). Berdasarkan sebaran data terdapat kecendungan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit penduduk yang berpartisipasi di dalamnya.
(22)
Dilihat dari APM di masing-masing kecamatan, untuk kelompok umur 7-12 hampir disemua daerah kecamatan sudah termasuk baik, dengan angka partisipasi lebih dari 100 persen. Berbeda halnya untuk kelompok umur 13-15, APM di masing-masing kecamatan cukup variatif. Masih terdapat daerah-daerah dengan APM rendah mencapai angka dibawah 50 persen. Daerah dengan partisipasi yang rendah adalah Asam Jujuhan yaitu 21,11 persen, Tiumang 28,22, dan Padang Laweh dengan tingkat partisipasi 30,66 persen. Sementara APM pada kelompok usia 16-18 memperlihatkan pola yang sangat berbeda, APM Tiumang, Padang Laweh dan Asam Jujuhan adalah nol persen. Hal ini terkait distribusi sekolah SMA/MA/SMK, untuk ketiga daerah ini belum lagi terdapat sekolah SMA dan sejenisnya. Kecamatan Tiumang dan Padang Laweh dengan kepadatan penduduknya di atas 80/100 m2 barangkali perlu dipertimbangkan untuk pembangunan sekolah baru untuk level SMA.
Tabel 4.6
Perbandingan APM antar kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013
No Kecamatan Angka Partisipasi Murni
SD SLTP SLTA
1 Sungai rumbai 125,35 66,24 80,56
2 Koto Besar 117,16 66,05 11,1
3 Asam Jujuhan 121,47 21,11 0
4 Koto Baru 118,05 100,74 96,69
5 Koto Salak 121,86 71,35 17,09
6 Tiumang 135,18 28,22 0
7 Padang Laweh 148,73 30,66 0
8 Sitiung 121,47 87,98 76,3
9 Timpeh 125,46 71,57 34,46
10 Pulau Punjung 118,05 85,64 67,92
11 IX Koto 144,52 53,48 31,41
Dharmasraya 123,20 73,74 52,66
(23)
Kesehatan
Harapan bangsa yaitu dapat mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang sehat jasmani dan rohani. Upaya peningkatan derajat kesehatan penduduk sangat penting dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, agar seluruh penduduk dapat menikmati hidup sehat. Peningkatan derajat kesehatan harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sehingga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Derajat kesehatan yang lebih baik merupakan investasi modal manusia dalam meningkatkan produktivitas.
Tabel 4.7
Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009
Jenis Sarana
Kesehatan 2005 2006 2007 2008 2009
Puskesmas Induk 8 8 8 10 13
Puskesmas Pembantu 45 45 47 47 47
Puskesman keliling 6 8 16 18 18
Polindes 66 59 54 54 47
Poskesri 0 0 20 23 35
RSUD 1 1 1 1 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010
Selain itu, pembangunan di bidang kesehatan juga menekankan pentingnya peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Upaya kesehatan sedapat mungkin dilakukan sejak dini bahkan sejak masih dalam kandungan, karena masalah kesehatan dapat berpengaruh terhadap keturunan berikutnya.
Secara umum pembangunan di bidang kesehatan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, baik dari pembangunan fisik serta adanya
(24)
peningkatan pelayanan kesehatan, namun hal ini belum diiringi dengan penyesuaian terhadap jumlah tenaga medis, berdasarkan data
dinas kesehatan, jumlah tenaga medis jumlahnya berkurang setiap tahun, jika pada tahun 2011 sebanyak 578 orang, maka di tahun 2014 menjadi 270 orang. Sehingga ke depan hal ini mesti mendapat perhatian khusus agar tidak terjadi ketimpangan antara pembangunan bidang kesehatan dengan jumlah tenaga medis yang tersedia.
4.2 Potensi Wilayah
Sebagian besar kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Dharmasraya bergerak di sektor pertanian, baik itu pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan terutama perkebunan karet dan sawit. Lingkup kegiatan ekonomi lainnya yaitu industri rumah tangga yang tersebar hampir di setiap nagari yang ada. Jenis industri ini merupakan industri kecil (makan) seperti industri tahu dan tempe.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dharmasraya. Sektor ini juga sebagai sektor yang terbesar menyerap tenaga kerja terutama bidang perkebunan, diikuti bidang lain seperti tanaman pangan dan hortikultura. Perkebunan yang berkembang cukup pesat adalah perkebunan kelapa sawit, karet dan coklat.
(25)
Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
a. Pertanian Tanaman Pangan
Sektor pertanian tanaman pangan yang dominan di Kabupaten Dharmasraya adalah tanaman padi. Luas sawah yang ada di KabupatenDharmasraya saat ini yaitu 9.265 ha, sedangkan luas sawah tahun 2006 yaitu7.869 ha. Dilihat berdasarkan produksi padi dari tahun 2006 – 2010 menunjukkan pertambahan yang sangat berarti yaitu sebesar 52,44%. Produktivitas padi diKabupaten Dharmasraya pada 5 tahun terakhir (2006 – 2010) mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produktifitas padi sebesar 5,46 ton/ha, sedangkan pada tahun 2006 hanya 3,83 ton/ha.
Secara umum jenis pengairan sawah di Kabupaten Dharmasraya adalah irigasi teknis. Sedangkan sumber pengairan lainnya yaitu irigasi PU, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana dan sawah tadah hujan. Meningkatnya produksi padi tidak terlepas dari adanya jaringan irigasi sebagai sumber pengairan sawah masyarakat. Untuk lebih jelasnya luas sawah, produksi dan jenis sawah dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan tabel 4.9.
Tabel 4.8
Produksi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010
No Tahun Luas Sawah (HA) Produksi Padi
(TON)
Produktivitas (TON/HA)
1 2006 7869 30120 3.83
2 2007 8559 34050.9 3.98
3 2008 9015 43401 4.81
4 2009 9165 48221 5.26
5 2010 9265 50614 5.46
% Peningkatan 20.78% 52.44% 42.72%
(26)
Tabel 4.9
Luas Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010
Jenis Pengairan Luas Sawah (Ha) % Pertambahan
2006 2007 2008 2009 2010
Irigasi Teknis 3753 4247 5626 5776 5876 56.57%
Irigasi 1/2 Teknis 610 814 814 814 814 33.44%
Irigasi Sederhana 253 308 469 469 469 85.38%
Irigasi Desa/Non PU 485 542 1300 1300 1300 168.04%
Tadah Hujan, Dll 2768 2648 806 806 806 -70.88%
TOTAL (Ha) 7869 8559 9015 9165 9265 17.74%
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura, Tahun 2010
Peningkatan produksi padi di Kabupaten Dharmasraya, baru pada tahun 2008 – 2010 Kabupaten Dharmasraya mencapai surplus padi. Untuk lebih jelasnya hasil analisis surplus padi di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Surplus Padi di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010
Variabel Satuan Indikator
2006 2007 2008 2009 2010*
Jumlah penduduk Jiwa 170,440 175,573 180,915 186,354 187,752 Konsumsi beras Kg/Kapita/Tahun 144 144 144 144 144
Produksi gabah Kg 30,120,000.00 34,050,900.00 43,401,000.00 48,221,000.00 50,614,000.00 Produksi beras
Rendemen
Kg 63%
18,975,600.00 21,452,067.00 27,342,630.00 30,379,230.00 31,886,820.00
Total konsumsi Kg/Tahun 24,543,360.00 25,282,512.00 26,051,760.00 26,834,976.00 27,036,238.32
Surplus Kg (5,567,760.00) (3,830,445.00) 1,290,870.00 3,544,254.00 4,850,581.68
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Tahun 2010 dan Hasil Analisa b. Tanaman Holtikultura
Tanaman hortikultura yang cukup dominan di Kabupaten Dharmasraya yaitu jagung, kedelai, dan buah-buahan seperti duku, durian, salak dan manggis. Dilihat dari perkembangan selama tahun 2005 – 2009 produksi maupun luas dari komoditi hortikultura yang dominan di Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan.
Selama tahun 2009 produksi buah-buahan yang cukup terkenal di Kabupaten Dharmasraya yakni durian sebanyak 3.958 ton dan duku sebanyak
(27)
6663 ton, 872,10 ton. Untuk lebih jelasnya produksi pertanian di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009
NO KOMODITI LUAS/PRODUKSI 2005 2009 Pertambahan %
1 Jagung Luas (Ha) 667 869 202 30%
Produksi (Ton) 2514 4235 1721 68%
2 Kedelei Luas (Ha) 68 85 17 25%
Produksi (Ton) 74 115 41 55%
3 Duku Luas (Ha) 625 643 18 2.88%
Produksi (Ton) 5600 6663 1063 18.98%
4 Durian Luas (Ha) 210 290 80 38.10%
Produksi (Ton) 2281 3958 1677 73.52%
5 Jeruk Luas (Ha) 775 855 80 10.32%
Produksi (Ton) 3331 3755 424 12.73%
6 Manggis Luas (Ha) 102 143 41 40.20%
Produksi (Ton) 151 501 350 231.79%
7 Salak Luas (Ha) 2 30 28 1400.00%
Produksi (Ton) 2 113 111 5550.00%
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura, Tahun 2010
Potensi Peternakan
Jenis peternakan yang banyak terdapat di Kabupaten Dharmasraya adalah ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing), dan unggas (ayam dan itik). Diantara jenis ternak besar yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya tahun 2009, yang banyak populasinya adalah sapi potong yaitu 32.555 ekor, sedangkan kerbau hanya 6.257 ekor. Populasi kambing tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan, begitu juga dengan unggas terutama ayam pedaging. Untuk lebih jelasnya produksi ternak di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.12
(28)
Tabel 4.12
Produksi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009
Potensi Perikanan
Perikanan yang banyak diusahakan masyarakat Kabupaten Dharmasraya adalah perikanan budidaya melalui budidaya kolam, budidaya sawah dan budidaya keramba. Dilihat dari produksi, produksi ikan terbesar di Kabupaten Dharmasraya adalah ikan budidaya kolam. Dilihat dari produksi ikan budidaya kolam dari tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan, begitu juga produksi ikan bididaya sawah dan budidaya keramba/sungai. Saat ini telah ada beberapa kelompok petani ikan di Kabupaten Dharmasraya. Tahun 2005 jumlah kelompok tani ikan sebanyak 36 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 687 orang, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 108 kelompok dengan jumlah anggota 1.205 orang. Untuk lebih jelasnya produksi ikan dan kelompok tani nelayan di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.13.
2005 2006 2007 2008 2009
1 Ternak Sapi Potong
- Jumlah Populasi (Ekor) 25,792 26,577 27,646 27874 32555
- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 937 1199 1438 604 1577
- Produksi Daging Pertahun (Kg) 195196 232326 287600 120800 315400
2 Ternak Kerbau
- Jumlah Populasi (Ekor) 7874 8201 8449 8547 6257
- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 581 645 352 283 28
- Produksi Daging Pertahun (Kg) 35774 64444 88000 69750 8400
3 Ternak Kambing
- Jumlah Populasi (Ekor) 8,422 11,428 12,094 8730 11247
- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 284 490 950 547 172
- Produksi Daging Pertahun (Kg) 4502 5592 9500 5470 1720
4 Unggas
- Populasi Ayam Buras 195,441 147,294 119,567 93293 91719
- Populasi Ayam Pedaging/Ayam Ras 156429 140,819 94,211 96200 309500
- Populasi Itik 10,429 10,485 12,818 13293 14093
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Dharmasraya Tahun 2010
(29)
Tabel 4.13
Produksi Komoditi Perikanan
di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009
Potensi Perkebunan
Pada sektor perkebunan terdapat 3 komoditas utama yang menjadi unggulan di Kabupaten Dharmasraya, yaitu kelapa sawit, karet, dan kakao. Kelapa sawit dikelola oleh perusahaan besar (inti) dan perkebunan rakyat pola PIR, serta swadaya murni masyarakat. Perkebunan karet dikelola oleh masyarakat yang dibangun melalui P3RSB dan TCSDP, sedangkan kakao banyak diusahakan oleh masyarakat dengan pola pekarangan. Salah satu potensi yang belum tergali dari sektor perkebunan adalah pembentukan pertanian multi-kultur yang dapat menopang ekonomi masyarakat apabila komoditi utamanya mengalami penurunan harga. Pola pertanian multi-kultur yang dapat dikembangkan salah satunya adalah
2005 2006 2007 2008 2009
1 Budidaya 1. Kolam
- Luas (Ha) 193 194 218 233 375 - Jumlah Produksi (Ton) 786 788 765 786 1,142 - Produksi Benih (Ekor) 3,855,500 7,993,700 8,120,000 2,000,000 4,044,000 - Jumlah Petani 1,467 926 1,005 1,005 1,717 2. Sawah
- Luas (Ha) 144.90 144.90 144.90 230,2 24.20 - Jumlah Produksi (Ton) 155 155 156 240.8 215 - Jumlah Petani 1,129 1,093 1,093 1,049 300 3. Keramba/Sungai
- Luas (Ha) 51.62 51.62 51.62 52 288 - Jumlah Produksi (Ton) 16.75 16.70 16.70 18,2 198 2 Perairan Umum
1. Sungai
- Luas (Ha) 126 126 126 126 126 - Jumlah Produksi (Ton) 499.15 500.13 485.30 522 645,12 2. Telaga
- Luas (Ha) 13 13 13 15 274 - Jumlah Produksi (Ton) 11.49 11.50 9.26 13,2 12,26 3. Lain-lain
- Luas (Ha) 105.06 105.06 105.06 110,10 1,296 - Jumlah Produksi (Ton) 7.04 7.04 0.60 1 11,74 3 Kelompok Tani - Nelayan
- Kelompok 36 33 62 108 108 - Anggota 687 500 709 1,205 1,205 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Dharmasraya Tahun 2010
(30)
intergrasi perkebunan dengan ternak besar (sapi, kerbau, dan domba), dengan memanfaatkan pakan hijau di bawah tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet). Pola lainnya yang juga dapat dikembangkan adalah integrasi perkebunan dengan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan tahan naungan, yang telah dikembangkan oleh masyarakat saat ini adalah nilam.
Produksi komoditi perkebunan setiap tahunnya cenderung meningkat terutama kelapa sawit, karet, coklat dan pinang. Keadaan ini didorong oleh investasi swasta dan semakin tingginya minat masyarakat terhadap pengembangan komoditas ini. Untuk perkebunan sawit dan karet terdiri dari perkebunan swasta nasional dan perkebunan rakyat. Komoditi perkebunan umumnya merupakan komoditi ekspor, sehingga peningkatan produksi mengakibatkan peningkatan ekspor. Dari 7 jenis tanaman perkebunan rakyat yang tercatat, komoditi mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi kelapa sawit, dan karet. Untuk lebih jelasnya produksi komoditi perkebunan di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.14.
(31)
Tabel 4.14
Potensi Komuditi Perkebunan di Kabupaten Dharmasraya
2005 2006 2007 2008 2009
1 PBSN a Kelapa Sawit
- Total Luas (Ha) - - 35,100.00 35,100.00 39800.54 4,700.54 11.81 - Luas TM (Ha) - - 35,100.00 351,000.00 38,800.54 3,700.54 9.54 - Produksi (Ton) - - 763,654.00 733,485.00 799,450.13 35,796.13 4.48 - Produktivitas (Ton/Ha) - - 21.76 20.90 20.09 (1.67) (8.31)
b Karet
- Total Luas (Ha) 56,752.36 56,752.36 2,639.00 2,639.00 2729.58 (54,022.78) (1,979.16) - Luas TM (Ha) - - 1,876.00 1,876.00 1,876.00 - - - Luas TR (Ha) - - 763.00 763.00 763 - - - Produksi (Ton) 989,372.09 997,079.26 654.70 2,316.80 2,729.58 (986,642.51) (36,146.31) - Produktivitas (Ton/Ha) 17.43 17.57 0.35 0.88 1.00 (16.43) (1,643.31)
2 Perkebunan Rakyat 1. Kelapa Sawit
- Total Luas (Ha) 25,840.00 27,116.62 28,347.00 28,445.00 28,539.50 2,699.50 9.46 - Luas TBM (Ha) 3,178.00 3,591.00 3,839.00 3,437.00 3,430.50 252.50 7.36 - Luas TM (Ha) 22,622.62 23,525.62 24,508.00 25,008.00 25,109.00 2,486.38 9.90 - Produksi (Ton) 347,359.95 361,223.06 420,634.00 404,252.00 434,951.93 87,591.98 20.14 - Produktivitas (Ton/Ha) 15.35 15.35 17.16 16.16 17.32 1.97 11.36 - Jumlah Petani (KK) 9,456.00 9,499.00 10,205.00 10,303.00 14,549.00 5,093.00 35.01 2. Karet
- Total Luas (Ha) 35,264.00 37,464.00 37,654 38079 38101.5 2,837.50 7.45 - Luas TBM (Ha) 9,016.00 8,633.00 7,986 7,411 7467.5 (1,548.50) (20.74) - Luas TM (Ha) 21,346.00 25,848.00 27,403 28,403 28453 7,107.00 24.98 - Luas TR (Ha) 4,902.00 2,983.00 2,265 2,265 2181 (2,721.00) (124.76) - Produksi (Ton) 29,372.25 28,170.07 29,383 30,530 33054.53 3,682.28 11.14 - Produktivitas (Ton/Ha) 1.38 1.09 1.07 1.07 1.16 (0.21) (18.45) - Jumlah Petani (KK) 14,198.00 14,301.00 25,475 25,900 25860 11,662.00 45.10 3. Kelapa
- Total Luas (Ha) 972 972 972 972 967 (5.00) (0.52) - Luas TBM (Ha) 140 145 95 95 91 (49.00) (53.85) - Luas TM (Ha) 788 790 840 840 844 56.00 6.64 - Luas TR (Ha) 44 37 37 37 32 (12.00) (37.50) - Produksi (Ton) 1289.08 1357.73 1110.71 963 814.91 (474.17) (58.19) - Produktivitas (Ton/Ha) 1.64 1.72 1.32 1.15 0.97 (0.67) (69.43) - Jumlah Petani (KK) 5030 5030 5,030.00 5,030.00 4,980.00 (50.00) (1.00) 4. Cengkeh
- Total Luas (Ha) 27.00 27.00 27 27 22 (5.00) (22.73)
- Luas TM (Ha) 10.00 10.00 10 10 7 (3.00) (42.86) - Luas TR (Ha) 17.00 17.00 17 17 13 (4.00) (30.77) - Produksi (Ton) 2.16 2.02 1.50 1.59 1646 1,643.84 99.87 - Produktivitas (Ton/Ha) 0.22 0.20 0.15 0.16 235.14 234.93 99.91 - Jumlah Petani (KK) 97.00 97.00 99 99 83 (14.00) (16.87) 5. Kopi
- Total Luas (Ha) 456.50 467.00 467 467 467 10.50 2.25 - Luas TBM (Ha) 109.50 109.50 19.5 19.5 18.5 (91.00) (491.89) - Luas TM (Ha) 342.00 342.00 432 432 433 91.00 21.02 - Luas TR (Ha) 5.00 15.50 15.5 15.5 15.5 10.50 67.74 - Produksi (Ton) 260.60 272.99 235 301.7 469.89 209.29 44.54 - Produktivitas (Ton/Ha) 0.76 0.80 0.54 0.70 1.09 0.32 29.78 - Jumlah Petani (KK) 826 826 826 826 826 - - 6. Kakao
- Total Luas (Ha) 49.00 303.00 826.75 1202 1,395.35 1,346.35 96.49 - Luas TBM (Ha) 15.50 254.00 460.75 836 776.08 760.58 98.00 - Luas TM (Ha) 33.50 49.00 366 366 619.27 585.77 94.59 - Produksi (Ton) 38.19 42.72 277 329 2,122.14 2,083.95 98.20 - Produktivitas (Ton/Ha) 1.14 0.87 0.76 0.90 3.43 2.29 66.73 - Jumlah Petani (KK) 116 1,212 3,115 3,865 4,995 4,879.00 97.68 7. Pinang
- Total Luas (Ha) 30.50 30.50 33 33 37 6.50 17.57 - Luas TBM (Ha) 20.00 20.00 22.5 20 22.5 2.50 11.11 - Luas TM (Ha) 10.50 10.50 10.5 13 14.5 4.00 27.59 - Produksi (Ton) 7.02 7.05 7.51 - 9.16 2.14 23.36 - Produktivitas (Ton/Ha) 0.67 0.67 0.72 - 0.63 (0.04) (5.83) - Jumlah Petani (KK) 51 51 61 61 69 18.00 26.09 Sumber : Dinas Perkebunan Kab. Dharmasraya Tahun 2010
Pertambahan %
(32)
Potensi Kehutanan
Dari jumlah luas Dharmasraya, 40,32% adalah lahan hutan yang terdiri dari lahan hutan suaka alam wisata seluas 8,27% dari total luas lahan hutan di KabupatenDharmasraya, hutan lindung seluas 6,08%, hutan produksi terbatas seluas 37,92%, hutan produksi tetap seluas 20,28%, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 10,81% dan areal hutan lainnya seluas 16,64%. Dilihat berdasarkan data tahun 2005 – 2009 banyak terjadi perubahan guna lahan hutanterutama hutan produksi tetap dan areal hutan lainnya. Melihat kondisi hutan di Kabupaten Dharmasraya hal ini perlu menjadi perhatian untuk pengelolaannya terutama untuk mempertahankan keanekaragaman sumberdaya hayati dan kelestarian lingkungan. Untuk lebih jelasnya luas kawasan hutan di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009
No Jenis Hutan 2005 2009 Perubahan
(ha)
% Perubahan
Ha % Ha %
1 Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW/TNKS)
5.696 4,29 9.875 8,27 4.179 42,32 2 Hutan Lindung 6.923 5,22 7.256 6,08 333 4,59 3 Hutan Produksi
Terbatas 45.226 34,07 45.266 37,92 40 0,09 4 Hutan Produksi
tetap 33.298 25,09 24.215 20,28 (9.083) (37,51) 5 Hutan Produksi
yang dapat dikonversi
12.907 9,72 12.907 10,81 - - 6 Areal Hutan
Lainnya 28.686 21,61 19.867,90 16,64 (8.818,10) (44,38) Jumlah 132.836 100 119.386,90 100 (13.349,10) (11,18) Sumber : Kabupaten Dharmasraya Dalam Angka Tahun, 2005-2009
(33)
Potensi Pariwisata
Informasi tentang objek wisata yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya masih sangat trbatas. Berdasarkan sejarahnya, bahwa Kabupaten Dharmasraya merupakan tempat peninggalan kerajaan melayu yang diprakasai oleh Adwayarman hingga diteruskan oleh Adytiawarman, sebagai salah penerus pemerintahan Kerajaan Melayu. Di bawah kepemimpinan Adytiawarman, kerajaan melayu berganti nama menjadi Kerajaan Swarnabhumi.
Dari beberapa peninggalan yang ada sebagai salah satu bukti pemerintahannya pada masa itu sehingga membuat situs atau candi dimasa perjalanannya. Saat ini situs atau candi tersebut masih ada di beberapa lokasi dan telah mengalami perbaikan dari Lembaga Cagar Budaya untuk dikembalikan ke bentuk aslinya, sehingga dapat dijadikan moment penting dan menarik sebagai salah satu potensi pengembangan pariwisata sejarah. Selain objek wisata sejarah di Kabupaten Dharmasraya juga terdapat objek wisata alam.
Secara umum objek wisata yang ada di Kabupaten Dharmasraya masih belum dikelola dengan baik. Saat ini terdapat 3 (tiga) objek wisata yang merupakan objek wisata unggulan di Kabupaten Dharmasraya yaitu Candi Pulau sawah, Candi Padang Roco dan Bendungan Batu Bakawik. Sampai saat ini belum ada data tentang jumlah kunjungan ke objek-objek wisata yang ada Karen apada umumnya objek wisata yang ada masih dikelola oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya penyebaran objek wisata dan rekreasi di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada tabel 4.16.
(34)
Tabel 4.16
Jenis Objek Wisata dan Rekreasi di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010
No Kecamatan Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata
Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Km)
Keterangan
1 Sungai Rumbai Rumbai Plaza Belanja dan Rekreasi 2 Koto Besar Bendungan Batang Hari Wisata Alam
Rumah Kerajaan Koto Besar
Wisata Sejarah 45 Km 3 Koto Baru Telaga Baranang Siang Wisata Alam 40 Km 4 Koto Salak Pulau Cinta Wisata Alam 50 Km 5 Padang Laweh Rumah Kerajaan Padang
Laweh
Wisata Sejarah 6 Sitiung Bumi Perkemahan Siguntur Wisata Alam
Rumah Kerajaan Siguntur Wisata Sejarah 14 Km
Candi Pulau Sawah Wisata Sejarah 12 Km Objek Wisata Unggulan Candi Padang Roco Wisata Sejarah 15 Km Objek
Wisata Unggulan Candi Awang Maombiek Wisata Sejarah
Batik Tanah Liat Belanja dan Rekreasi
Salah Pondo Belanja dan
Rekreasi Selaju Sampan di Pulai Wisata Bahari
7 Timpeh Gua Timpeh Wisata Alam
8 Pulau Punjung Timbulun Indah Wisata Alam 01 Km Bendungan Batang Mimpi Wisata Alam 05 Km
Bendungan Batu Bakawik Wisata Alam 08 Km Objek Wisata Unggulan Air Panas Sungai Belit Wisata Alam
Gua Cigak Kampung Surau Wisata Alam Rumah Kerajaan Sungai
Dareh
Wisata Sejarah 03 Km Candi Rambahan Wisata Sejarah
Prabu Plaza Belanja dan Rekreasi Sumber : Dinas Persenibudpora, Tahun 2010
Potensi Industri
Industri kecil dan rumah tangga yang formal di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2005 berjumlah 73 unit, yang bergerak dalam usaha industri pertanian,
(35)
industri logam, mesin dan kimia dan industri aneka. Investasi secara keseluruhan tahun 2008 mencapai Rp.1.502.000.000,-, sementara pada tahun 2005 hanya sebesar Rp.789.307.000,-, sehingga terjadi peningkatan sebesar Rp.753.050.000,-. Penyerapan tenaga kerja di bidang ini lebih banyak pada anggota keluarga dan masyarakat terdekatnya. Pembinaan industri kecil dan menengah serta peningkatan investasi terutama pada industri hasil pertanian dan kehutanan dan industri logam, mesin dan kimia yang menyerap tenaga kerja lebih banyak perlu menjadi perhatian yang lebih serius.
Jenis usaha industri yang ada di Kabupaten Dharmasraya yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, dengan volume usaha dan asset yang selalu meningkat tipa tahunnya. Sementara terdapat 5 (lima) industri rumah tangga yang sedang di kembangkan di Kabupaten Dharmasraya. Berikut ini dapart dilihat jumlah usaha dan industri kecil yang sedang dikembangkan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009.
Tabel 4.17
Jumlah Usaha di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2007 – 2009
No Keterangan 2007 2008 2009 Peningkatan (%)
1 USAHA MIKRO 249 261 285 14%
2 USAHA KECIL 122 145 160 31%
3 USAHA MENENGAH 430 453 481 12%
4 JUMLAH KARYAWAN 916 930 945 3%
5 VOLUME USAHA 142,569,435,000 153,300,468 161,168,914,000 13% 6 VOLUME USAHA 10,242,131,000 11,675,928,000 16,237,819,000 59% 7 ASSET 35,642,358,750 38,325,117,000 39,992,228,500 12%
(36)
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Dengan menggunakan teknik Compare Means uji statistik (paired sample
t-test) untuik membandingkan apakah terdapat perbedaan kinerja ekonomi daerah
di Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran, maka hasil uji statistik (Paired Sample t-test) dalam penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Kemiskinan
Tabel 4.18
Hasil Uji Peired Sample t-test
Dengan nilai sig. 0,053 > 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap tingkat kemiskinan.
Angka Melek Huruf
Tabel 4.19
Hasil Uji Peired Sample t-test
Test Statisticsb
Miskin dharmasraya - Miskin Sijunjung
Z -1,931a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053
Test Statisticsb
Angka melek Huruf dharmasraya -
Angka melek Huruf Sijunjung
Z -,114a
(37)
Dengan nilai sig. 0,910 > 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Angka Melek Huruf.
PDRB Perkapita
Tabel 4.20
Hasil Uji Peired Sample t-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper 660,58
5
60,734 15,682 626,952 694,219 42,125 14 ,000
Dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap PDRB Perkapita.
Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 4.21
Hasil Uji Paired Sample t-test
Test Statisticsb
Pertumbuhan Ekonomi dharmasraya -
Pertumbuhan Ekonomi Sijunjung
Z -2,783a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,005
Dengan nilai sig. 0,005 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
(38)
Indeks Pembangunan Manusia
Tabel 4.22
Hasil Uji Paired Sample t-test
Test Statisticsb
Indeks pembangunan Manusia dharmasraya -
Indeks pembangunan Manusia Sijunjung
Z -3,408a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
Dengan nilai sig. 0,001 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
4.3.2 Grafik
Grafik digunakan untuk menganalisis indikator-indikator kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB perkapita, pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Baik untuk daerahnya sendiri, daerahnya dengan daerah lain atau dengan provinsinya.
(39)
Perkembangan Indikator-indikator Tingkat Kemiskinan, Angka Melek
Huruf (AMH), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Dharmasraya
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Indikator Kemiskinan, AMH, PE, dan IPM Kabupaten Dharmasraya Tahun 2000-2014
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perkembangan indikator kemiskinan mengalami penurunan dari tahun ketahun sejak pemekaran daerah dilakukan, meskipun sempat mengalami kenaikan jumlah angka kemiskinan pada tahun 2006. Sedangkan indikator angka melek huruf(AMH), pertumbuhan ekonomi (PE), dan indeks pembangunan manusia (IPM) mengalami peningkatan yang cukup baik sesudah pemekaran daerah.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Indikator Kemiskinan, AMH, PE, dan IPM Kab. Dharmasraya
kemiskinan AMH PE IPM
(40)
Indikator PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya
Gambar 4.3
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya Tahun 2000-2014
Grafik diatas menggambarkan perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan dimana PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya tertinggi adalah tahun 2014 sebesar 6.911,88 (ribu rupiah).
Meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya tidak terlepas dari pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Dharmasraya perorangan untuk tiap tahunnya mencapai 12.591.541,90, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96 persen. Peningkatan nilai PDRB perkapita dibandingkan tahun sebelumnya mencerminkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat kabupaten Dharmasraya. Selain itu dampak kebijakan pembangunan suatu daerah juga dapat meningkatkan PDRB perkapita daerah tersebut (Yuliandri, 2009)
PDRB Perkapita; 6911,88 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 ( ri bu r upi ah )
(41)
Gambar 4.4
Perbedaan Kemiskinan Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2014
Grafik diatas menggambarkan, bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Dharmasraya sesudah pemekaran mengalami penurunan yang cukup baik, bila dibandingkan dengan kemiskinan Provinsi Sumatera Barat, meskipun terdapat peningkatan angka kemiskinan di tahun 2006.
Jika dibandingkan dengan kabupaten induknya yaitu Kabupaten Sijunjung, tingkat kemiskinan kabupaten Dharmasraya tidak jauh berbeda dengan tingkat kemiskinan di kabupaten Sijunjung, namun masih berada diatas tingkat kemiskinan provinsi sumatera barat.
Tingkat kemiskinan dikabupaten Dharmasraya sejak tahun 2006 hingga 2009 berkurang sebanyak 2000 jiwa ditiap tahunnya, berkurangnya angka kemiskinan dikarenakan ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan yaitu dengan cara sebagai berikut (Dharmasraya dalam angka, 2009).
0,00% 10,00% 20,00% 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 P e rs e n ta se Tahun
Perbedaan Kemiskinan Kab. Sijunjung, Kab.
Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat
Kemiskinan di Kab. Sijunjung
Kemiskinan di Kab.Dharmasraya Kemiskinan Di Prov. Sumatera Barat
(42)
a. Upaya perlindungan sosial (Social Protection), maka pola kebijakan strategis yang dipilih adalah perlindungan dengan rasa aman bagi semua penduduk sebagai pemenuhan hak asasi setiap warga negara., khususnya bagi masyarakat miskin, dengan prioritas utama kelompok masyarakat yang paling miskin (fakir miskin, orang jompo, anak terlantar dan cacat) dan kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negatif, krisis ekonomi dan konflik sosial yang diarahkan melalui peningkatan kemampuan kelompok masyarakat dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka melalui mekanisme tabungan kelompok (pooled funds). Program tersebut meliputi antara lain:
- Program bantuan sosial (bantuan sementara, permanen, dan lainnya) - Program rehabilitasi sosial
- Program pemberdayaan potensi
- Program pelestarian dan pemanfaatan kearifan lokal - Program peningkatan tabungan sosial masyarakat - Program jaminan sosial
b. Kebijakan Perluasan Kesempatan, kebijakan pengembangan koperasi dan usaha kecil menengah (UMK), menjadi 3.
Kebijakan utama :
1. dukungan dan fasilitas pedoman, permodalan, kredit, peminjaman. Pengembangam lembaga keuangan dan jasa keuangan bagi koperasi dan usaha kecil menengah.
(43)
2. Peningkatan dukungan kebijaksanaan dan layanan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi koperasi dan UKM.
3. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM koperasi dan UKM.
Gambar 4.5
Perbedaan AMH Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2014
Melihat perkembangan meningkatnya angka melek huruf kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya sesudah pemekaran yang hampir sama dengan angka melek huruf provinsi Sumatera Barat namun tidak terlalu jauh berbeda dengan kabupaten induknya yaitu kabupaten Sijunjung.
Menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Dharmasraya tahun 2014, Angka Melek Huruf Kabupaten Dharmasraya sudah termasuk tinggi, hal ini tak lepas dari usaha pemerintah, dimana pemerintah melakukan pembangunan di bidang pendidikan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang berhasil
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 P e rs e n ta se Tahun
Perbedaan AMH Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat
AMH di Kab.Sijunjung AMH di Kab. Dharmasraya AMH di Prov.Sumatera Barat
(44)
meningkatkan taraf pendidikan di Kabupaten Dharmasraya. Hal ini tercermin dari meningkatnya capaian angka melek huruf (AMH).
Adanya peningkatan capaian AMH ini dapat diindikasikan bahwa makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan, hal ini juga dampak dari pembangunan bidang pendidikan yang telah terlaksana baik fisik maupun non fisik seperti pembangunan unit sekolah baru maupun penambahan ruang kelas baru. Untuk tingkatan sekolah SD/MI ataupun SMP/MTs sudah terdapat disemua kecamatan, namun untuk sekolah tingkatan SMA/MA/SMK masih terdapat 1 (satu) kecamatan yang belum memilikinya yaitu kecamatan asam junjuhan.
Angka melek huruf (AMH) menunjukkan persentase jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dari total penduduk usia 15 ke atas di Dharmasraya. Untuk kondisi 2012 saja angka ini sudah menunjukkan angka 97,29 persen dan capaian ini termasuk yang tertinggi di Sumatera Barat. Dengan kondisi tersebut hanya sedikit saja masyarakat kita yang buta huruf atau kurang dari 3 persen.
(45)
Gambar 4.6
Perbedaan PE Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2014
Dari grafik diatas terdapat perbedaan yang cukup jelas terhadap pertumbuhan ekonomi (PE) Kabupaten Dharmasraya dari sebelum dan sesudah pemekaran, dimana pertumbuhan ekonomi kabupaten Dharmasraya hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat, dimana pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi kabupaten Dharmasraya sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten Sijunjung dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.
Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Dharmasraya, Sijunjung dan Provinsi Sumatera barat sejak tahun 2011 hingga 2014 sedikit mengalami perlambatan, jika pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi berkisar diangka 6% namun hingga tahun 2014 cenderung menurun hingga 5,84% untuk Provinsi Sumatera Barat, namun untuk kabupaten Dharmasraya sendiri angka pertumbuhan yang terjadi
0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 P e rs e n ta se Tahun
Perbedaan PE Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat
PE di Kab.Sijunjung PE di Kab.Dharmasray a PE di Prov.Sumatera Barat
(46)
hingga 2013 berada pada angka 6,55%bahkan di tahun 2014 masih diproyeksikan berada diangka 6,57% atau masih berada diatas rata-rata Provinsi.
Meningkat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi juga tergantung kepada pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Dharmasraya mengalami peningkatan di tiap tahunnya.
Sedangkan menurunnya pertumbuhan ekonomi daerah selain tergantung kepada pendapatan perkapita masyarakat juga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya daya serap tenaga kerja di sektor produktif, memperlambat penciptaan lapangan pekerjaan yang disebabkan oleh iklim investasi yang belum kondusif, semakin sulitnya mempercepat penurunan tingkat kemiskinan karena tingkat kemiskinan yang relatif rendah (Dharmasraya dalam angka, 2009)
Berdasarkan gambar 4.7 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya sesudah pemekaran mengalami peningkatan yang cukup baik, meski masih berada dibawah PDRB Perkapita Kabupaten Sijunjung dan masih cukup jauh dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi Sumatera Barat.
(47)
Gambar 4.7
Perbedaan PDRB Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2014
Meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya tidak terlepas dari pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Dharmasraya perorangan untuk tiap tahunnya mencapai 12.591.541,90, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96 persen. Peningkatan nilai PDRB perkapita dibandingkan tahun sebelumnya mencerminkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat kabupaten Dharmasraya. Selain itu dampak kebijakan pembangunan suatu daerah juga dapat meningkatkan PDRB perkapita daerah tersebut (Yuliandri, 2009)
0 2000 4000 6000 8000 10000 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 (r ib u r u p ia h ) tahun
Perbedaan PDRB Perkapita Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat
PDRB Perkapita di Kab. Sijunjung PDRB Perkap Kab. Di Dharmasraya PDRB Perkapita di Prov Sumatera Barat
(48)
Gambar 4.8
Perbedaan IPM Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2014
IPM Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesudah dilakukan pemekaran. IPM kabupaten Dharmasraya tidak jauh berbeda dengan IPM Kabupaten Sijunjung yang merupakan Kabupaten Induk sebelum dilakukan pemekaran dan juga tidak jauh berbeda dengan IPM Provinsi Sumatera Barat.
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun membuat kabupaten Dharmasraya sebagai daerah baru mampu berada pada posisi ke 17 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun nilai IPM dihitung dari empat indikator utama yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita. Diantara 4 indikator tersebut, maka Angka melek huruf berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Barat, sedangkan 3 indikator lainnya masih berada dibawah rata-rata Provinsi.
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
p
e
rs
e
n
ta
se
tahun
Perbedaan IPM Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat
IPM di kab Sijunjung IPM di Kab. Dharmasraya IPM di Prov.Sumatera Barat
(49)
Oleh sebab itu perlu usaha yang lebih baik lagi untuk percepatan menuju rata-rata Provinsi Sumatera Barat, agar IPM Kabupaten Dharmasraya dapat meningkat lebih baik lagi. Hal ini tentunya dapat dicapai melalui perencanaan yang baik dan tindak lanjut yang jelas kedepannya.
(50)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil yang didapatkan, yaitu:
1. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Tingkat Kemiskinan. Dimana tingkat kemiskinan kabupaten Dharmasraya setelah pemekaran tidak jauh berbeda dengan tingkat kemiskinan di Kabupaten Sijunjung. Namun tingkat kemiskinan kedua Kabupaten ini masih berada diatas tingkat kemiskinan Provinsi Sumatera Barat.
2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Angka Melek Huruf (AMH). Angka melek huruf Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesudah pemekaran, namun tidak jauh berbeda dengan kabpaten Sijunjung. Namun angka melek huruf Kabupaten Sijunjung dan Dharmasraya hampir sama dengan angka melek huruf Provinsi Sumatera Barat.
3. Terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE). Pertumbuhan ekonomi Dharmasraya meningkat sejak dilakukannya pemekaran daerah, yaitu hampir sama dengan pertumbuhan
(51)
ekonomi Provinsi Sumatera Barat, dan lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten induknya yaitu kabupaten Sijunjung.
4. Terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap PDRB Perkapita. PDRB Perkapita Dharmasraya mengalami peningkatan tiap tahunnya, meskipun masih berada dibawah PDRB Perkapita kabupaten Sijunjung dan Provinsi Sumatera Barat.
5. Terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan di tiap tahunnya, ,eskipun masih berada dibawah IPM Kabupaten Sijunjung dan IPM Provinsi Sumatera Barat.
5.2 Saran
Melihat hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap kinerja ekonomi daerah sebelum dan sesudah pemekaran.
1. Tidak terdapat perbedaan nyata pada Kinerja Ekonomi Daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap tingkat kemiskinan. Kebijakan pengentasan kemiskinan lebih ditingkatkan dengan melakukan program-program pengentasan kemiskinan agar jumlah masyarakat miskin bisa diminimalisir pada daerah yang sudah atau akan melakukan pemekaran daerah.
(52)
2. Pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan mampu memberikan perhatian lebih terhadap daerah hasil pemekaran, terutama dibidang pendidikan agar angka melek huruf mengalami peningkatan yang lebih baik lagi guna meningkatkan kualitas masyarakat untuk membangun daerah mereka yang baru.
3. Hendaknya pemerintah daerah mampu meningkatkan produktivitas potensi daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, guna mensejahterakan masyarakat di daerah hasil pemekaran.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca dan untuk penelitian selanjutnya terkait kinerja ekonomi daerah pemekaran, dan indikator-indikatornya, yang mana peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah observasi ataupun variabel lebih banyak guna mendapatkan hasil yang lebih valid.
(53)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Daerah
Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan secara sadar menuju ke arah yang lebih baik. Para ahli memberikan definisi pembangunan yang berbeda. Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan pengertian pembangunan sebagai: Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).
Selanjutnya Siagian (1993) juga mengemukakan pembangunan sebagai suatu perubahan mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari keadaan sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang baik secara kualitatif dan kuantitatif dan mutlak harus terjadi dalam pembangunan.
Teori Harrod-Domar mengemukakan dua aspek yang penting sekali artinya dalam usaha untuk menyusun strategi pembangunan di negara sedang berkembang. Pertama, teori tersebut menekankan analisanya pada syarat untuk mencapai penggunaan alat modal yang tersedia secara maksimal (full capacity). Oleh karena itu teori ini penting artinya pada negara sedang berkembang karena negara-negara tersebut boleh dikatakan selalu mencapai full capacity dalam penggunaan alat-alat modal yang dimilikinya walaupun pengangguran tenaga
(54)
kerja banyak terdapat. Salah satu sifat penting dari negara sedang berkembang, bahwa mereka pada umumnya memiliki alat modal yang terbatas tetapi jumlah tenaga kerjanya sangat berlebihan yang menimbulkan full capacity. Dengan adanya kesesuaian diantara keadaan yang digambarkan diantara keadaan yang digambarkan dalam teori Harrid-Domar dengan keadaan di negara sedang berkembang ini maka ramalan Harrod-Domar mengenai akibat dari pertumbuhan yang lebih laju dari tingkat pertumbuhan yang dikehendaki perlu diperhatikan dalam menciptakan kebijaksanaan pembangunan.
Aspek kedua dari teori Harrod-Domar teori ini memberikan penjelasan dan menunjukkan tentang peranan modal dalam pembangunan dan sampai dimana pertumbuhan alat produksi meningkatkan pembangunan. Dengan demikian teori ini membantu negara sedang berkembang menaksir jumlah modal yang diperlukan untuk mencapai satu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Hal ini bukan saja berguna bagi Pemerintah Pusat tetapi juga untuk Pemerintah Daerah yang dapat melakukan hal yang sama dalam perencanaan pembangunan daerahnya.
Teori Neo-klasik, ditinjau dari sudut jumlah faktor yang dianalisanya lebih lengkap dari teori Harrod-Domar karena disamping membahas mengenai peranan modal, teori ini menganalisa pula mengenai peranan kemajuan teknologi dan pertambahan tenaga kerja. Analisa Neo-Klasik menekankan pada faktor-faktor yang akan memungkinkan pertambahan produksi dalam masyarakat. Apabila
(55)
adalah sama dengan produksi marginal dari modal dan Tiyaitu tingkat
perkembangan teknologi maka dengan menggunakan analisa ini dapat ditentukan besarnya pertambahan produksi dan pendapatan Nasional yang diakibatkan oleh pertambahan tenaga kerja atau modal atau kemajuan teknologi. Namun teori ini tidak membuat analisa bagaimana ketiga faktor tersebut akan menciptakan sumbangannya dalam pembangunan ekonomi, suatu aspek analisa pembangunan yang sebenarnya sangat diperlukan di negara sedang berkembang. Dengan kata lain analisa Neo-Klasik masih belum cukup mendalam pembahasannya terhadap peranan ketiga faktor di atas dalam pembangunan, sehingga belum cukup sempurna sebagai landasan dalam menyusun strategi pembangunan di negara sedang berkembang.
2.2 Teori Pemekaran Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemekaran Derah menyebutkan bahwa daerah memiliki wewenang untuk mengelola dan memelihara sumber daya Nasional yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu Daerah berhak mengatur dan mengurus kepentingan Masyarakat berdasarkan prakarsa sendiri dan aspirasi Masyarakat dalam ikatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Artinya Otonomi Daerah memberikan limpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan pembiayaan kepada Daerah dan berusaha melibatkan Masyarakat dalam upaya Pembangunan daerah sehingga kohesi Sosial, Politik, dan Masyarakat semakin kuat.
(56)
Dan menurut Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Konsep Pemekaran Daerah sendiri diungkap oleh Tiebout (1956) melalui pendekatan Public choice school, dalam sebuah artikel yang berjudul A Pure
Theory of Local Expenditure mengatakan Pemekaran Wilayah dianalogikan
sebagai model Ekonomi Persaingan Sempurna dimana Pemerintah Daerah memiliki kekuatan untuk mempertahankan tingkat pajak yang rendah, menyediakan pelayanan yang efisien, dan mengizinkan setiap individu masyarakatnya untuk mengekspresikan preferensinya untuk setiap jenis pelayanan dari berbagai tingkat Pemerintahan yang berbeda dengan Vote with Their Feet (Tiebout : 1956)
Merujuk pada pandangan Tiebout (1956), Swianiewicz (2002) mengeluarkan suatu pernyataan bahwa komunitas lokal yang kecil dan lebih homogen akan lebih mudah mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan preferensi sebagian besar Masyarakatnya. Kesempatan Masyarakat untuk berpartisipasidalam komunitas yang kecil memiliki peluang lebih besar. Kemudian Pemerintah Daerah yang kecil memiliki birokrasi yang rendah, misalnya fungsi Administrasi.
(57)
Mc Henry (1986) dalam Ferrazzi (2007) mencatat bahwa selama suatu Negara bagian dibagi menjadi dua atau tiga dan kedua atau ketiga daerah baru tersebut memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan pada saat
negara bagian itu bersatu, maka dorongan agar dibentuknya Daerah-Daerah baru di Negara tersebut tidak akan pernah ada habisnya. Fenomena ini dapat dilihat pada negara Polandia. Meskipun Kementerian Keuangan menyatakan keberatan atas 71 daerah regional yang tidak memenuhi persyaratan, akan tetapi Kementeriankalah bertarung karena menguatnya sebagian besar wilayah untuk membentuk daerah baru yang mengharapkan transfer payment lebih banyak dari pusat (O’ Dwyer, 2006). Fenomena yang sama juga terlihat di Indonesia. Euforia untuk melakukan pemekaran wilayah pada sebagian besar wilayah di Indonesia selama ini cenderung memperoleh tambahan pendapatan daerah yang lebih besar dibandingkan pada saat bergabung dengan wilayah induk (Ferrazzi,2007).
Bappenas (2007) dalam kajiannya secara khusus mempelajari permasalahan yang terkait Pembangunan Daerah Otonom baru, studinya menunjukkan bahwa pada aspek Keuangan Daerah, telah terjadi peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap DAU (Dana Alokasi Umum) masih tinggi. disamping itu juga terjadi peningkatan pada proporsi belanja Pembangunan meskipun proporsi terhadap belanja rutin masih kecil. Namun demikian Masyarakat belum merasakan manfaatnya, karena masyarakat menilai belum adanya perubahan antara sebelum dan sesudah adanya pemekaran.
(58)
Sementara itu pendapat Nugroho (2000) bahwa Desentralisasi harus memenuhi dua persyaratan utama yaitu: (1) Persyaratan yang bersifat politis, dimana persyaratan ini menuntut tiga kondisi, yaitu political will dari Pemerintah, yang bentuknya bermula dari sebuah pengakuan akan perlunya otonomi daerah; yang kemudian dibuktikan dengan adanya peraturan peraturan dasar dan peraturan pelaksana dan pada akhirnya dukungan dari Pemerintah Pusat; adanya kekuatan otonomi daerah, dimana dalam hal ini yang akan dipermasalahkan adalah sejauh mana daerah memberi sumbangan yang memadai bagi anggaran pendapatan dan belanja; penataan organisasi birokrasi dan sumber daya manusia. (2) persyaratan yang bersifat tantangan manajemen, dimana persyaratan ini menuntut tiga langkah, yaitu; Reorientasi Paradigma Pemerintah, Restrukturisasi, Pemerintah dan Aliansi dengan organisasi-organisasi yang ada di dalam Masyarakat. Dari pendapat terlihat bahwa otonomi daerah sangat baik untuk diterapkan, karena otonomi daerah dapat mempercepat proses pembangunan, proses pelayanan kepada masyarakat serta mempercepat tujuan bernegara yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2.1 Kinerja Ekonomi Daerah
Kinerja ekonomi daerah sebuah keadaan dimana kondisi perekonomian yang dibangun oleh sebuah pemerintahan dapat ditunjukkan. Melalui kinerja ekonomi ini, daerah dapat menunjukkan sejauh apa mereka melakukan pembangunan ekonomi. Kinerja ekonomi daerah dapat digunakan apakah sebuah daerah mampu melakukan tujuan awal diberlakukannya otonomi daerah. Kinerja ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa variabel yang menggambarkan
(1)
Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, dan masukan dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai dengan sangat baik.
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
7. Kepada teman-teman angkatan 2012 Progam Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Sahabat-sahabat tercinta, kakak-kakak dan adik-adik yang telah mendukung dan memberikan sarannya selama pengerjaan skripsi ini.
Medan, Juni 2016
120501075
(2)
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Daerah ... 8
2.2 Teori Pemekaran Daerah ... 10
2.2.1 Kinerja Ekonomi Daerah... 13
2.3 Kemiskinan ... 17
2.4 Angka Melek Huruf ... 20
2.5 PDRB Perkapita ... 22
2.6 Pertumbuhan Ekonomi ... 22
2.7 Indeks Pembangunan Manusia ... 26
2.8 Penelitian Terdahulu ... 28
2.9 Kerangka konseptual ... 32
BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Batasan Operasional ... 34
3.4 Defenisi Operasional ... 35
3.5 Jenis dan Sumber Data... 36
3.6 Metode Pengumpulan Data... 36
3.7 Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 39
4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 39
4.1.2 Keadaan Topografi ... 40
4.1.3 Kependudukan ... 41
4.1.4 Sosial Budaya ... 43
4.2 Potensi Wilayah ... 48
(3)
4.3 Hasil Penelitian ... 60
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 60
4.3.2 Grafik ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(4)
vii DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
1.1 Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten DharmasrayaTahun
2010 - 2013 ... 6
4.1 Nama, Luas Wilayah, Jumlah Nagari, Dan Jumlah Jorong Kabupaten Dharmasraya ... 40
4.2 Kelerengan Lahan di Kabupaten Dharmasraya ... 41
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin Dan Sexratio (2013) ... 43
4.4 Jumlah Sarana Pendidikan, Pelayanan Skala Wilayah Menurut Kecamatan, di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013 ... 44
4.5 Distribusi Jumlah dan Proporsi Penduduk Dharmasraya Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013 ... 45
4.6 Perbandingan APM Antar Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013 ... 46
4.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2009 ... 47
4.8 Produksi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006-2010 ... 49
4.9 Luas Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006-2010 ... 50
4.10 Surplus Padi Dikabupaten Dharmasraya Tahun 2006-2010 50 4.11 Produksi Tanaman Holtikultura di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2009 ... 51
4.12 Produksi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2009 ... 52
4.13 Produksi Komoditi Perikanan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2009 ... 53
4.14 Potensi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Dharmasraya 55 4.15 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2009 ... 56
4.16 Jenis Objek Wisata dan Rekreasi di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010 ... 58
4.17 Jumlah Usaha di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2007-2009 59 4.18 Hasil Uji Paired Sample t-test ... 60
4.19 Hasil Uji Paired Sample t-test ... 60
4.20 Hasil Uji Paired Sample t-test ... 61
4.21 Hasil Uji Paired Sample t-test ... 61
4.22 Hasil Uji Paired Sample t-test ... 62
(5)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
1.1 Wilayah dan Batas Wilayah Kabupaten Dharmasraya . 4 2.1 Lingkaran Setan Keterbelakangan Manusia... 21 2.2 Kerangka Konseptual ... 33 4.1 Piramida Penduduk Kabupaten Dharmasraya Hasil
Sensus Penduduk Tahun 2013 ... 42 4.2 Grafik Perkembangan Indikator Kemiskinan, AMH
Pertumbuhan Ekonomi dan IPM Kabupaten Dharmasraya Tahun 2000-2014... 63 4.3 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2000-2014... 64 4.4 Perbedaan Kemiskinan Kabupaten Sijunjung, Kabupaten
Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat ... 65 4.5 Perbedaan AMH Kabupaten Sijunjung, Kabupaten
Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat ... 67 4.6 Perbedaan Pertumbuhan EkonomiKabupaten Sijunjung,
Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat 69 4.7 Perbedaan PDRB Perkapita Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat 71 4.8 Perbedaan IPM Kabupaten Sijunjung, Kabupaten
(6)
ix DAFTAR LAMPIRAN
No Gambar Judul Halaman
1 Data Indikator Penelitian ... 80 2 Hasil Uji peired sample t-test... ... 82