Tugas dan Fungsi serta Peran Bank Indone

TUGAS DAN FUNGSI SERTA PERAN BANK
INDONESIA
BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
beasiswa Bank Indonesia

Disusun Oleh :
Defrian Ramadhio
NPM 120210130117

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas pertolonganNya,
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Tak lupa sholawat serta salam Penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun
Penulis pada ruang dan waktu yang lain.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan beasiswa Bank
Indonesia, dengan judul :
“TUGAS DAN FUNGI SERTA PERAN BANK INDONESIA BAGI PEREKONOMIAN
NASIONAL”
Ucapan banyak terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut
membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini sabagai persyaratan penerimaan beasiswa,
baik dari pihak jurusan Ilmu Ekonomi, bagian tata usaha, dekan dan para pembantu dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Bagian Kemahasiswaan Rektorat Universitas Padjadjaran,
dan semua pihak tanpa terkecuali.
Khusus, Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak Bank Indonesia sebagai
pemberi beasiswa kepada mahasiswa Universitas Padjadjaran. Semoga apa yang diberikan Bank
Indonesia kepada Mahasiswa Universitas Padjadjaran menjadi ibadah dan dibalas oleh Allah
Swt., amin.
Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan apabila
terdapat kekurangan, penulis mohon maaf, karena penulis menyadari karya tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan.

Bandung, 1 November 2015

Penulis

Defrian Ramadhio

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang
Bank Indonesia adalah sebagai bank sentral Republik Indonesia sejak berlakunya
Undang-Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia
pada tanggal 1 Juli 1953. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada masa awal orde
baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Bank
Indonesia dapat mencapai independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia
yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki
kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan
bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan
kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus
mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
Bank Indonesia merupakan pranata sosial yang bergerak di bidang keuangan,
sebagaimana definisi secara umum yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan adalah “setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau

kedua-duanya”. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan
bidang keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana
atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.
Lahirnya Bank Indonesia sangat memiliki hubungan erat dengan masyarakat satu bangsa.
Karena dalam penghimpunan serta panyaluran dana tentu tertuju pada suatu objek, dalam hal ini
salah satu objek yang tidak lepas dari dunia perbankan ialah masyarakat pada umumnya. Salah
satu tujuan mendasar yang hendak dicapai ialah terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat suatu
bangsa. Bila dikaitkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara begitupun turut ikut sertanya
bank dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat maka tentu setiap bank-bank yang ada
khususnya Bank Indonesia memiliki tugas serta fungsi tersendiri. Untuk mencapai tahap
kesejahteraan terhadap semua elemen masyarakat dalam suatu bangsa maka yang perlu
diperbaiki adalah tatanan perekonomian bangsa tersebut..
Bank Indoensia sudah lama berdiri untuk melayani kepentingan bangsa. Namun, masih
banyak masyarakat yang tidak mengenal Bank Indonesia serta tugas, fungsi, serta perannya bagi
perekonomian nasional. Apalagi setelah berdirinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adanya fungsi
yang hilang dari Bank Indoensia
Oleh karena itu, pelayanan Bank Indonesia untuk masyarakat ini harus memiliki timbal
dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat perlu kiranya mengetahui apa saja tugas, fungsi, dan
peran Bank Indonesia bagi perekonomian nasional.


I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa itu Bank Indonesia?
2. Apa tugas dan fungsi Bank Indonesia ?
3. Bagaiman peran Bank Indonesia terhadap perekonomian nasional ?

I.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah dihasilkannya referensi yang menjelaskan
apa itu Bank Indonesia serta tugas,fungsi,dan perannya bagi perekonomian nasional. .
Tujuan dari karya tulis ini adalah agar masyarakat mengetahui Bank Indonesia serta
tugas,fungsi,dan perannya bagi perekonomian nasional.

I.5 Manfaat
1. Karya tulis ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah mengenai pengertian Bank

Indonesia serta tugas, fungsi dan perannya bagi perekonomian nasional
2. Karya tulis ini dapat digunakan untuk bahan bacaan publik tentang Bank Indonesia dan

pengaruhnya terhadap perekonomian nasional.


Bab II
Tinjauan Pustaka

II.1 Lembaga keuangan
Lembaga keuangan (financial institution) dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha
yang aset utamanya berbentuk aset keuangan (financial assets) maupun tagihan tagihan (claims)
yang dapat berupa saham (stocks), obligasi (bonds) dan pinjaman (loans), daripada berupa aktiva
riil misalnya bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan baku (Rose & Frasser, 1988 : 4).
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang
dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui kegiatan-kegiatan di bidang
keuangan menarik uang dan masyarakat dan menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat.
Lembaga keuangan menyalurkan kredit kepada nasabab atau nienginvestasikan dananya dalam
surat berharga di pasar keuangan (financial market). Lembaga keuangan juga menawarkan
bermacam – macam jasa keuangan mulai dan perlindungan asuransi, menjual program pensiun
sampai dengan penyimpanan barang-barang berharga dan penyediaan suatu mekanisme untuk
pembayaran dana dan transfer dana.
Fungsi Lembaga keuangan adalah menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik
modal dan pasar uang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada
perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang
memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor

dikumpulkan dalam bentuk tabungan, sehingga resiko dari para investor ini beralih pada lembaga
keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang
membutuhkan . Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk
menghasilkan pendapatan.
Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan
mempunyai peranan sehagai berikut:

1) Pengalihan aset (Assets Transmutation)
Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji—janji untuk membayar” atau
dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur sesuai
dengan kehutuhan perninjam. Dana pembiayaan asset tersehut diperoleh dari tabungan
masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebenarnya hanyalah mengalihkan atau
memindahkan kewajiban peminjam menjadi suatu aset dengan suatu jangka waktu jatuih tempo
sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban menjadi suatu aset disebut transmutasi
kekayaan atau asset transimutation.

2) Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas berkaitan dengan kemampuan untuk rnemperoleh uang tunai pada saat
dibutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga terutama
dimnaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan, deposito, sertifikat

deposito yang diterbitkan bank umum memberikan tingkat keamanan dan likuiditas yang tinggi,
di samping tambahan pendapatan.

3) Relokasi Pendapatan (Revenue Relocation)
Dalam kenyataannya di niasyarakat banyak individu merniliki penghasilan yang
memadal dan nienyadari bahwa di masa datang mereka akan pensiun sehingga pendapatannya
jelas akan berkurang. Tintuk rnenghadapi masa yang akan dating tersehut mereka menyisihkan
atau inerealokasikan pendapatannya untuk persiapan di masa yang akan datang. Untuk
melakukan hal tersebut pada prinsipnya mereka dapat saja membeli atau menyimpan barang
rnisalnya : tanah, rumah dan sebagainya, namun pemilikan sekuritas sekunder yang dikeluarkan
lembaga keuangan, misalnya program taungan, deposito, program pcensiun, polis asuransi atau
saharn-saham adalah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan alternatif pertama.

4) Transaksi (Transaction)
Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan misalnya
rekening giro, tabungan, (deposito dan sehagainya, merupakan bagian dan sistem pembayaran).
Produk-produk tabungan tersebut dibeli oleh rumah tangga dan unit usaha untuk rnernperrnudah
mereka melakukan penukaran barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit ekonomi membeli
sekuritas sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian transaksi keuangannya
sehari-hari.


II.2 Bank
Bank adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan. Menurut Undangundang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan.

Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan
perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan berlanjut sampai sekarang di mana
bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah
institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan
dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan
memberikan pinjaman.
Kata bank berasal dari bahasa Italia banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan
untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.
Bank terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Bank Sentral

Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun
1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana,
mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan
pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu
sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk dan
jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima
penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR
Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah
operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kridit
pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam SBI / sertifikat bank indonesia,
deposito berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat
dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.


1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering juga disebut Bank
Komersial. Usaha-usaha bank umum yang utama antara lain:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan;
b.

memberikan kredit;

c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. memindahkan uang;
e.

menempatkan dana pada atau meminjamkan dana dari bank lain;

f.

menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga;


g. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:
a. Bank pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.
b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.
Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa:


Bank Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke luar
negeri.



Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di dalam negeri
saja.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat, diantaranya:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
dan tabungan;
b.

memberi kredit;

c. menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
yang ditetapkan pemerintah; dan
d. menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Pembagian bank selain didasarkan Undang-Undang Perbankan dapat juga dibagi menurut
kemampuan bank menciptakan alat pembayaran, yang meliputi:
1. Bank Primer, yaitu bank yang dapat menciptakan alat pembayaran baik berupa uang kartal
maupun uang giral. Bank yang termasuk kelompok ini adalah:
a. Bank Sentral atau Bank Indonesia, yaitu sebagai pencipta uang kartal. Selain itu tugas
Bank Sentral diantaranya:
b. Bank Umum, yaitu sebagai pencipta uang giral (uang yang hanya berlaku secara khusus
dan tidak berlaku secara umum).
2. Bank Sekunder, yaitu bank yang tidak dapat menciptakan alat pembayaran dan hanya berperan
sebagai perantara dalam perkreditan yang tergolong dalam bank ini adalah Bank Perkreditan
Rakyat.

II.3 Bank Indonesia
Pada 1828 De Javasche Bank(DJB) didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai
bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De
Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan
sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam

hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh
DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan
dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan
fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu
Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU
No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada
aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk
penguatan governance.
Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam
menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap fasilitas pembiayaan
jangka pendek dari Bank Indonesia.
Status dan kedudukan Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia tersebut adalah
sebagai berikut :
1.

Sebagai Lembaga Negara yang Independen Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu
UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara
independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai
suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh
dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk
menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan
kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Sebagai Lembaga negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak
sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga

tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar
Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia
dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif
dan efisien.

2. Sebagai Badan Hukum Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan
tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak
untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

II.4 Perekonomian Indonesia
Definisi perekonomian Indonesia ada bermacam-macam. Beberapa orang ahli ekonomi
menyumbangkan pemikiran mereka untuk menemukan arti dari perekonomian Indonesia. Dari
seluruh definisi yang pernah ada, semuanya memiliki benang merah yang sama: sama-sama
mengatakan bahwa berbicara tentang perekonomian sama halnya dengan membahas sistem
ekonomi suaru Negara.
Berikut ini arti perekonomian menurut para ahli:
Menurut Chester A. Bernard. Chester A. Bernard mengungkapkan bahwa perekonomian
Indonesia merupakan suatu sistem yang pada dasarnya adalah organisasi besar. Pada sistem,
tersebut terjadi ikatan antara subjek dengan subjek atau subjek dengan objek. Definisi dari
Chester ini juga bisa disimpulkan menjadi suatu sistem yang dikelola secara terpadu dan berbaur.
Namun masing-masing bagian di dalamnya tetap memiliki karakteristik dan ciri-ciri tersendiri,
sehingga bagian-bagian yang tergabung mudah untuk dibedakan.
Menurut Dumairy. Ahli ekonomi yang satu ini menyatakan pendapatnya bahwa
perekonomian merupakan suatu bentuk sistem yang berfungsi untuk mengatur serta menjalin
kerjasama dalam bidang ekonomi, dilakukan melalui hubungan antarmanusia dan kelembagaan.
Dumairy menambahkan pendapatnya lagi bahwa perekonomian yang terjadi pada suatu tatanan
kehidupan tidak harus berdiri tunggal, melainkan harus berdasarkan falsafah, ideologi, serta
tradisi masyarakat yang berkembang seara turun-temurun disuatu tempat.
Menurut L. James Havery. Havery mendefinisikan perekonimian sebagai suatu sistem
yang berguna untuk membuat rangkaian komponen antara satu dengan yang lainnya dalam
prosedur logis dan rasional, guna mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati bersama. Masih

berdasarkan pendapat Havery, ia menekankan bahwa kesatuan adalah hal yang mutlak terjadi
dalam sistem perekonomian.
Menurut Jhon Mc. Manama. Perekonomian dari sudut pandang Jhon Mc. Manama
berupa sebuah konsep yang menggabungkan keseluruhan fungsi-fungsi ke dalam suatu kesatuan
organik dengan tujuan mencapai hasil yang efektif dan efisien dari kegiatan yang dilakukan.

Edgar F. Huse dan James L. Bowdict. Kedua ahli ekonomi ini berkolaborasi dalam
menuangkan gagasan mereka tentang perekonomian. Mereka berpendapat bahwa perekonomian
merupakan suatu sistem atau rangkaian yang saling terikat dan bergantung satu sama lainnya,
sehingga timbul hubungan timbal balik dan pengaruh dari hubungan tersebut. Dalam arti kata,
satu bagian bisa mempengaruhi bagian-bagian yang lain secara keseluruhan.

Bab III
Metode Penulisan
Metode penyusunan dan penulisan karya tulis ini dengan menggunakan metode studi
pustaka. Studi pustaka ini dilakukan dengan bantuan internet, buku referensi penunjang dan studi
analisis data.

Bab IV
Pembahasan

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai bank sentral, Bank
Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan
demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur
dengan mudah.

Fungsi Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran
laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya,
baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter
dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate). Perkembangan indikator tersebut
dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi pasar terbuka,
penentuan tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan.
Pendekatan pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah dilakukan sejak 1983 dengan
mekanisme operasional yang disesuaikan dengan dinamika perkembangan pasar uang di dalam
negeri.
 Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka (OPT) dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di
pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan
melalui dua cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Intervensi
Rupiah.
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi benarbenar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sedangkan kegiatan intervensi rupiah
dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyesuaikan kondisi pasar uang, baik likuiditas
maupun tingkat suku bunga.

 Penetapan Cadangan Wajib Minimum
Kebijakan ini mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang
besarnya adalah persentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Saat ini, kebijakan ini
tertuang dalam ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 5% dari dana pihak
ketiga yang diterima bank, yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan
di Bank Indonesia.
Apabila Bank Indonesia memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter maka
cadangan wajib tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian pula sebaliknya.
 Peran sebagai Lender of The Last Resort
Bank Indonesia juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam melaksanakan
fungsi ini, Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan
oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu
maksimal 90 hari, dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang
berkualitas tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan
jumlah pinjaman.
 Kebijakan Nilai Tukar
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya
stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil
diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar,
yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar
mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997.
Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah sepenuhnya
ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan
keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu
melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang
berlebihan.
 Pengelolaan Cadangan Devisa

Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri Pemerintah dan bank-bank
devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional.
Dalam mengelola cadangan devisa ini, Bank Indonesia lebih mengutamakan tercapainya
tujuan likuiditas dan keamanan daripada keuntungan yang tinggi. Walaupun demikian,
Bank Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar
internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portfolio
komposisi jenis penempatan cadangan devisa.
Dalam mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem
diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi
surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata
uang dapat dikompensasi oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang
mempunai nilai yang lebih baik.
 Kredit Program
Dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen, pemberian
kredit program yang selama ini dilakukan selanjutnya berada di luar lingkup tugas Bank
Indonesia.
Tugas pemberian kredit program akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang ditunjuk Pemerintah. Pengalihan tugas ini dimaksudkan agar Bank
Indonesia dapat lebih memfokuskan perhatian pada pencapaian sasaran-sasaran moneter
serta agar dapat tercipta pembagian tugas yang baik antara Pemerintah dan Bank
Indonesia.

Sesuai amanat UU No 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), OJK secara
resmi mengawasi kinerja seluruh bank yang ada di Indonesia, mengambil alih tugas perbankan
yang selama ini dilakukan BI. Jadi Pasca terbentuknya OJK, tugas BI sebagai bank sentral tidak
lagi mencakup tugas pengaturan dan pengawasan perbankan. BI akan bertugas mengawal
stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia
tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan
sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa
diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan
pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur

transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka
transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan
moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem
keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk
mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas
moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu
dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain,
sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu,
kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan
kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law
enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu,
upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun
Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam
sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan
mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang
bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank
Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem

pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.
Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas
sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan
tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkahlangkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan
peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral
hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus
diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

Bab V
Kesimpulan dan Saran

V.1 Kesimpulan
Bank Indonesia merupakan Bank Sentral Republik Indonesia yang memiliki tugas,fungsi
dan peran yang tingg bagi perekonomian nasional. Fungsi Bank Indonesia dalam penetapan
kebijakan moneter bertujuan untuk untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
dikondisikan dengan keadaan makroekonomi. Pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan(OJK)
tugas bank sebagai pengatur dan pengawasan bank. Sehingga tugas Bank Indonesia menjadi
sebagai stabilitas moneter dan keuangan. Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Bank Indonesia cukup dibutuhkan ketika hendak dilahirkan satu kebijakan yang berkaitan
dengan permasalahan ekonomi. Bahkan diwajibkan meminta saran dari Bank Indonesia ketika
pemerintah hendak melakukan satu tindakan. Selain itu, Bank Indonesia dalam menjalankan
kebijakannya independen yang artinya tidak terpengaruh oleh pihak manapun.. Oleh karena itu,
Bank Indonesia merupakan bank yang cukup berperan penting terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional dengan setiap kebijakan yang dikeluarkannya.

V.2 Saran-Saran
Karya tulis ini adalah karya tulis yang tersusun secarasistematis. Oleh karena itu,
diharapkan bagi pembaca hendaknya membaca karya tulis ini. Semoga apa yang ada dalam
makalah ini dapat bermanfaat terhadap pihak manapun yang membutuhkan serta mampu
diaplikasikan dalam rana kehidupan yang nyata.

Daftar Pustaka

1. Rahardjo, Dawam. 1995. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Cet. I.

Jakarta: LP3ES Indonesia
2. Triandaru, Sigit. Budisantoso, Totok. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:

Salemba Empat
3. Kasmir. 2006. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
4. Veithzal, Rivai. 2007. Bank and Financial Unditetion Management. Jakarta: PT Grapindo

Persada
5. http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/info/berita-khusus/Pages/Berita_ToT.aspx
6. http://www.ojk.go.id/peran-bi
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia
8. http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx
9. http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/Contents/Pilar1.aspx
10. http://syifamaulidinay.blogspot.co.id/2015/03/bab-1-perekonomian-indonesia-

pengertian.html

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2