LPSE Kementerian Pertanian KAK final Upload

(1)

1

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN

BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU)

TAHUN ANGGARAN 2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai untuk memperkuat ketahanan pangan serta mengantisipasi kondisi iklim ekstrim yang dapat mengganggu produksi pangan, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas, khususnya dalam mencapai surplus 10 juta ton beras, swasembada jagung berkelanjutan dan swasembada kedelai pada tahun 2014 . Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan produksi padi pada tahun 2012 sebesar 66,69 juta ton, jagung sebesar 24,00 juta ton, dan kedelai sebesar 1,90 juta ton. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dilaksanakan melalui berbagai kegiatan terobosan dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi.

Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran produksi tanaman pangan antara lain belum optimalnya produktivitas tanaman pangan. Hal ini antara lain disebabkan belum optimalnya penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Upaya untuk meningkatkan produktivitas salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan SL-PTT yang salah satu komponen utamanya adalah penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang diikuti dengan penerapan budidaya tanaman secara tepat diyakini mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan produksi bahkan mutu hasil.

Untuk meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi, jagung dan kedelai pada musim tanam (MT). 2011/2012 (Januari-Maret) dan MT 2012, maka Pemerintah mengalokasikan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang bersumber dari APBN TA 2012. Bantuan benih tersebut dialokasikan untuk kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Non SL-PTT. Agar pelaksanaan BLBU TA 2012 dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran maka disusunlah Kerangka Acuan Kegiatan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU).


(2)

2 B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Menyediakan BLBU untuk kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai.

2. Sasaran

Tersedianya BLBU untuk kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai tepat waktu sesuai jadwal tanam.

C. Indikator Keberhasilan

Tersedia dan tersalurnya BLBU kepada kelompok tani di desa pelaksana kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Non SL-PTT berupa benih padi non hibrida sebanyak 67.500 ton; benih padi hibrida 4.500 ton; benih padi lahan kering 12.500 ton; benih jagung hibrida 3.000 ton dan benih kedelai 14.000 ton pada tahun 2012 tepat waktu sesuai jadwal tanam.

II. RUANG LINGKUP DAN SPESIFIKASI TEKNIS A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tahun 2012 adalah benih padi non hibrida, padi hibrida, padi lahan kering, jagung hibrida dan kedelai.

A.1. Jumlah Benih

Jumlah BLBU untuk kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT terdiri atas: 1) benih padi non hibrida : 67.500 ton

2) benih padi hibrida : 4.500 ton 3) benih padi lahan kering : 12.500 ton 4) benih jagung hibrida : 3.000 ton 5) benih kedelai : 14.000 ton

Rincian alokasi jenis dan volume benih untuk masing-masing provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana pada lampiran 1.

A.2. Volume satuan bantuan benih yang dibagikan kepada kelompok tani adalah sebagai berikut :


(3)

3 2) benih padi hibrida sebanyak 15 kg/ha.

3) benih padi lahan kering sebanyak 25 kg/ha

4) benih jagung hibrida sebanyak 15 kg/ha.

5) benih kedelai sebanyak 40 kg/ha

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis BLBU adalah sebagai berikut :

1. Benih Padi Non Hibrida, Padi Hibrida dan Padi Lahan Kering a. Benih Padi Non Hibrida

- Benih varietas unggul bersertifikat, minimal kelas Benih Sebar

(BR);

- Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi

SL-PTT dan Non SL-PTT dengan potensi hasil minimal 6 ton/ha, diutamakan tahan/toleran terhadap OPT utama (wereng coklat, hawar daun bakteri);

- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima

kelompok tani) dengan daya tumbuh minimal 80%, kadar air maksimal 13%, kotoran benih maksimal 2% dan Campuran Varietas Lain (CVL) maksimal 0,2 %.

b. Benih Padi Hibrida

- Benih varietas unggul bersertifikat, kelas Benih Sebar (BR)/F1; - Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi

SL-PTT dan Non SL-PTTdengan potensi hasil minimal 10 ton/ha, diutamakan tahan/toleran terhadap OPT utama (wereng coklat, hawar daun bakteri);

- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima

kelompok tani) dengan daya tumbuh minimal 80%, kadar air maksimal 13%, kotoran benih maksimal 2% dan CVL maksimal 0,5%.

c. Benih Padi Lahan Kering

- Benih varietas unggul bersertifikat, minimal kelas Benih Sebar

(BR);

- Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi

SL-PTT dan Non SL-PTT dengan potensi hasil minimal 5 ton/ha, diutamakan tahan/toleran terhadap OPT utama (wereng coklat, hawar daun bakteri);

- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima

kelompok tani) dengan daya tumbuh minimal 80%, kadar air maksimal 13%, kotoran benih maksimal 2% dan CVL maksimal 0,2 %


(4)

4

2. Benih Jagung Hibrida

a. Benih varietas unggul bersertifikat, kelas Benih Sebar (BR)/F1;

b. Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi SL-PTT dan Non SL-PTT dengan potensi hasil minimal 10 ton/ha, diutamakan tahan/toleran terhadap OPT utama (bulai, hawar daun); c. Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima kelompok tani) dengan daya tumbuh minimal 85%; kadar air

maksimal 12% dan kotoran benih maksimal 2%. 3. Kedelai

a. Benih varietas unggul bersertifikat, minimal kelas Benih Sebar (BR); b. Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi

SL-PTT dan Non SL-PTT dengan potensi hasil minimal 1,6 ton/ha tapi diutamakan potensi hasil 2 ton/ha atau lebih, diutamakan tahan/toleran terhadap OPT utama (karat daun, penggerek polong); c. Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima

kelompok tani) dengan daya tumbuh minimal 80%; kadar air maksimal 11%, CVL maksimal 0,5 % dan kotoran benih maksimal 3%.

Beberapa varietas padi, jagung dan kedelai yang memiliki potensi hasil tinggi seperti tercantum pada lampiran 2.

4. BLBU yang disalurkan merupakan benih varietas unggul yang telah disertifikasi oleh Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan atau dari Perusahaan BUMN/swasta yang telah mendapatkan sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk dengan spesifikasi mutu benih yang berlaku sesuai Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan nomor : 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tanggal 9 Januari 2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan.

5. Kemasan benih :

Benih dikemas menggunakan bahan yang kedap air dan udara serta tidak mudah rusak dengan volume 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 25 kg per kemasan, dan diberi tanda/tulisan “BLBU PEMERINTAH TA 2012

TIDAK DIPERJUALBELIKAN”.

6. Untuk benih BLBU yang berasal dari luar provinsi sebelum disalurkan terlebih dahulu dilakukan pengecekan fisik benih oleh Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan di provinsi penerima, dan apabila diragukan mutunya maka perlu dilakukan pengujian laboratorium. Apabila hasil pengujian tersebut memenuhi


(5)

5

standar mutu benih yang berlaku maka BLBU tersebut dapat disalurkan, tetapi apabila dari hasil pengecekan mutu benih tersebut tidak memenuhi standar mutu yang berlaku maka BLBU tidak dapat disalurkan.

III. KRITERIA LOKASI DAN PENERIMA BLBU A. Lokasi

1. Lokasi penerima BLBU TA. 2012 adalah lokasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Lahan Kering, Jagung Hibrida dan Kedelai yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Lampiran 3) dan disetujui oleh Dinas Pertanian Provinsi (Lampiran 4)

2. Apabila dalam keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dinyatakan belum sah dan benar maka keputusan tersebut dikembalikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk dilakukan perbaikan.

3. Apabila keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sudah sah dan benar maka Kepala Dinas Pertanian Provinsi membuat persetujuan penerima BLBU.

B. Kelompok Tani Penerima

Kelompok tani penerima BLBU adalah kelompok tani pelaksana kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai TA. 2012 yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

IV. PENGADAAN DAN PENYALURAN BLBU A. Pengadaan

BLBU diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan benih pada kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai Tahun 2012. Oleh karena itu pengadaan BLBU padi non hibrida dengan volume sebesar 67.500 ton; padi hibrida 4.500 ton; padi lahan kering 12.500 ton; jagung hibrida 3.000 ton dan kedelai 14.000 ton harus tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan SL-PTT dan Non SL-PTT Tahun 2012 di masing-masing lokasi.

B. Penyaluran

1. Lokasi penyaluran BLBU Tahun 2012 adalah di lokasi kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai.


(6)

6

2. Penyaluran BLBU baru dapat dilakukan setelah adanya permintaan penyaluran BLBU dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada pihak penyedia benih/pemenang lelang (Lampiran 4.A).

3. Dalam penyaluran BLBU ke lokasi SL-PTT dan Non SL-PTT, penyedia benih/pemenang lelangyang melaksanakan pengadaan dan penyaluran BLBU wajib berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Propinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

4. Sebelum benih disalurkan oleh penyedia benih/pemenang lelang, harus dilakukan pemeriksaan barang oleh Tim Pemeriksa Barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAP) seperti pada Lampiran 5.

5. Apabila BLBU yang diterima tidak sesuai spesifikasi teknis, penyedia benih/pemenang lelang wajib menggantinya dalam waktu selambat-lambatnya seminggu sebelum jadwal tanam yang ditetapkan sesuai CPCL.

6. Sebagai bukti penerimaan BLBU, penyedia benih/pemenang lelang wajib membuat Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) yang ditandatangani oleh kelompok tani penerima bantuan dan diketahui oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian/Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian/Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pertanian/petugas pertanian setempat lainnya (Lampiran 6). Dalam pengumpulan BASTB, penyedia benih/pemenang lelang dapat dibantu oleh petugas tersebut di atas.

7. Penyedia benih/pemenang lelang, wajib membuat rekapitulasi BASTB di tingkat kabupaten/kota yang ditandatangani oleh penyedia benih/pemenang lelang dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota serta disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi (Lampiran 7). 8. Untuk keperluan administrasi, penyedia benih/pemenang lelang wajib

menyampaikan seluruh dokumen penyaluran BLBU kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengelola BLBU berupa Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAP), BASTB dan rekapitulasi BASTB.

C. Waktu Penyaluran

Waktu penyaluran BLBU disesuaikan dengan jadwal tanam kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Tahun 2012 dimasing-masing lokasi.


(7)

7 D. Persyaratan Teknis Penyedia Benih

1. Penyedia benih harus mempunyai kapasitas atau kemampuan dalam mengelola penyediaan maupun penyaluran benih varietas unggul bersertifikat yang dibuktikan dengan SIUP dibidang perbenihan.

2. Penyedia benih dapat bermitra dengan penangkar benih dan atau produsen benih dan atau pengedar/pedagang/penyalur benih. Kemitraan tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang diketahui oleh Kepala Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi selaku Pembina Teknis Pengawasan Mutu Benih (lihat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat/RKS).

3. Pada saat dilakukan verifikasi lapangan, memiliki atau menguasai benih (Lampiran 8a dan Lampiran 8b) dengan rincian sebagai berikut :

a) Padi non hibrida minimal 30% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.

b) Padi lahan kering minimal 10% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 40% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.


(8)

8

d) Jagung hibrida minimal 50% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri;

e) Kedelai minimal 10% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.

f) Apabila jumlah stok benih siap salur di gudang (lampiran 8a) melebihi persyaratan minimal, maka jumlah benih dalam proses (lampiran 8b) bisa dikurangi dengan kelebihan stok benih di gudang atau apabila jumlah stok benih siap salur di gudang sudah sama atau melebihi dari persyaratan minimal stok benih siap salur di gudang ditambah dengan jumlah benih minimal dalam proses produksi/penyediaan benih, maka persyaratan jumlah benih dalam proses tidak diperhitungkan lagi.

4. Memiliki rencana produksi/penyediaan benih padi non hibrida, padi lahan kering, jagung hibrida dan kedelai sebesar sisa yang harus dipenuhi sesuai paket, meliputi : lokasi, jadwal tanam, panen, luas areal, varietas, perkiraan produksi/penyediaan benih minimal sesuai rencana kontrak (Lampiran 9).

5. Memiliki kemampuan menyediakan sarana gudang (milik sendiri/sewa/kerjasama/pinjam) dengan kapasitas minimal sebesar 30% padi non hibrida ditambah 10% benih padi lahan kering, ditambah 40% padi hibrida, ditambah 50% jagung hibrida, ditambah


(9)

9

10% benih kedelai, ditambah 25% dari total volume benih tersebut (Lampiran 10).

6. Memiliki kemampuan menyediakan sarana pengolahan benih antara lain berupa pengering, pembersih dan pengepakan (milik sendiri/sewa/kerjasama/pinjam) dengan kapasitas minimal 50 ton per hari (lampiran 10b).

E. Pemaketan Pekerjaan

Berdasarkan pertimbangan volume dan sumber penyediaan benih, maka pengadaan dan penyaluran BLBU diusulkan menjadi 5 (lima) paket (Lampiran 11).

V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi

1. Agar pelaksanaan BLBU dapat berjalan secara optimal, maka perlu dilakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berkala.

2. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Pusat dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Pusat yang terdiri dari Tim Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan Bantuan Langsung Benih Unggul Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan anggota lain yang ditetapkan kemudian.

3. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Provinsi yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi. 4. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

5. Koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan BLBU dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan rapat-rapat koordinasi dan sinkronisasi tingkat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

B. Pelaporan

Jenis pelaporan meliputi : 1. Laporan Tim Teknis

a. Laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi b. Laporan bulanan, triwulan dan akhir


(10)

10

2. Laporan Penyedia Benih/Pemenang Lelang a. Penyampaian BAP dan BASTB

Penyedia benih/pemenang lelang menyampaikan laporan BAP dan BASTB kepada PPK setiap bulan.

b. Perkembangan penyaluran benih

Laporan penyaluran benih disampaikan kepada PPK setiap 1 (satu) minggu sesuai format lampiran 12

VI. PENUTUP

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) ini merupakan acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) TA 2012. Apabila terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam KAK ini akibat sesuatu dan lain hal, maka akan dilakukan perbaikan.


(1)

5 standar mutu benih yang berlaku maka BLBU tersebut dapat disalurkan, tetapi apabila dari hasil pengecekan mutu benih tersebut tidak memenuhi standar mutu yang berlaku maka BLBU tidak dapat disalurkan.

III. KRITERIA LOKASI DAN PENERIMA BLBU A. Lokasi

1. Lokasi penerima BLBU TA. 2012 adalah lokasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Lahan Kering, Jagung Hibrida dan Kedelai yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Lampiran 3) dan disetujui oleh Dinas Pertanian Provinsi (Lampiran 4)

2. Apabila dalam keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dinyatakan belum sah dan benar maka keputusan tersebut dikembalikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk dilakukan perbaikan.

3. Apabila keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sudah sah dan benar maka Kepala Dinas Pertanian Provinsi membuat persetujuan penerima BLBU.

B. Kelompok Tani Penerima

Kelompok tani penerima BLBU adalah kelompok tani pelaksana kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai TA. 2012 yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

IV. PENGADAAN DAN PENYALURAN BLBU A. Pengadaan

BLBU diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan benih pada kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT padi, jagung dan kedelai Tahun 2012. Oleh karena itu pengadaan BLBU padi non hibrida dengan volume sebesar 67.500 ton; padi hibrida 4.500 ton; padi lahan kering 12.500 ton; jagung hibrida 3.000 ton dan kedelai 14.000 ton harus tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan SL-PTT dan Non SL-PTT Tahun 2012 di masing-masing lokasi.

B. Penyaluran

1. Lokasi penyaluran BLBU Tahun 2012 adalah di lokasi kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai.


(2)

6 2. Penyaluran BLBU baru dapat dilakukan setelah adanya permintaan penyaluran BLBU dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada pihak penyedia benih/pemenang lelang (Lampiran 4.A).

3. Dalam penyaluran BLBU ke lokasi SL-PTT dan Non SL-PTT, penyedia benih/pemenang lelang yang melaksanakan pengadaan dan penyaluran BLBU wajib berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Propinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

4. Sebelum benih disalurkan oleh penyedia benih/pemenang lelang, harus dilakukan pemeriksaan barang oleh Tim Pemeriksa Barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAP) seperti pada Lampiran 5.

5. Apabila BLBU yang diterima tidak sesuai spesifikasi teknis, penyedia benih/pemenang lelang wajib menggantinya dalam waktu selambat-lambatnya seminggu sebelum jadwal tanam yang ditetapkan sesuai CPCL.

6. Sebagai bukti penerimaan BLBU, penyedia benih/pemenang lelang wajib membuat Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) yang ditandatangani oleh kelompok tani penerima bantuan dan diketahui oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian/Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian/Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pertanian/petugas pertanian setempat lainnya (Lampiran 6). Dalam pengumpulan BASTB, penyedia benih/pemenang lelang dapat dibantu oleh petugas tersebut di atas.

7. Penyedia benih/pemenang lelang, wajib membuat rekapitulasi BASTB di tingkat kabupaten/kota yang ditandatangani oleh penyedia benih/pemenang lelang dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota serta disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi (Lampiran 7). 8. Untuk keperluan administrasi, penyedia benih/pemenang lelang wajib

menyampaikan seluruh dokumen penyaluran BLBU kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengelola BLBU berupa Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAP), BASTB dan rekapitulasi BASTB.

C. Waktu Penyaluran

Waktu penyaluran BLBU disesuaikan dengan jadwal tanam kegiatan SL-PTT dan Non SL-PTT Tahun 2012 dimasing-masing lokasi.


(3)

7 D. Persyaratan Teknis Penyedia Benih

1. Penyedia benih harus mempunyai kapasitas atau kemampuan dalam mengelola penyediaan maupun penyaluran benih varietas unggul bersertifikat yang dibuktikan dengan SIUP dibidang perbenihan.

2. Penyedia benih dapat bermitra dengan penangkar benih dan atau produsen benih dan atau pengedar/pedagang/penyalur benih. Kemitraan tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang diketahui oleh Kepala Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi selaku Pembina Teknis Pengawasan Mutu Benih (lihat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat/RKS).

3. Pada saat dilakukan verifikasi lapangan, memiliki atau menguasai benih (Lampiran 8a dan Lampiran 8b) dengan rincian sebagai berikut :

a) Padi non hibrida minimal 30% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.

b) Padi lahan kering minimal 10% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 40% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.


(4)

8 d) Jagung hibrida minimal 50% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri;

e) Kedelai minimal 10% dalam bentuk benih siap salur di gudang, yaitu benih yang sudah dipacking/bersertifikat atau benih yang sudah lulus uji laboratorium tapi belum dilabel/masih disimpan di bulk/silo, dan 30% dalam proses produksi/ penyediaan benih yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang sudah dilakukan pemeriksaan lapangan kedua yang tercatat dalam Buku Induk Sertifikasi Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Tingkat Provinsi setempat, kecuali untuk produksi benih yang sudah dilakukan oleh produsen yang diberi sertifikat sistem mutu untuk melakukan sertifikasi mandiri.

f) Apabila jumlah stok benih siap salur di gudang (lampiran 8a) melebihi persyaratan minimal, maka jumlah benih dalam proses (lampiran 8b) bisa dikurangi dengan kelebihan stok benih di gudang atau apabila jumlah stok benih siap salur di gudang sudah sama atau melebihi dari persyaratan minimal stok benih siap salur di gudang ditambah dengan jumlah benih minimal dalam proses produksi/penyediaan benih, maka persyaratan jumlah benih dalam proses tidak diperhitungkan lagi.

4. Memiliki rencana produksi/penyediaan benih padi non hibrida, padi lahan kering, jagung hibrida dan kedelai sebesar sisa yang harus dipenuhi sesuai paket, meliputi : lokasi, jadwal tanam, panen, luas areal, varietas, perkiraan produksi/penyediaan benih minimal sesuai rencana kontrak (Lampiran 9).

5. Memiliki kemampuan menyediakan sarana gudang (milik sendiri/sewa/kerjasama/pinjam) dengan kapasitas minimal sebesar 30% padi non hibrida ditambah 10% benih padi lahan kering, ditambah 40% padi hibrida, ditambah 50% jagung hibrida, ditambah


(5)

9 10% benih kedelai, ditambah 25% dari total volume benih tersebut (Lampiran 10).

6. Memiliki kemampuan menyediakan sarana pengolahan benih antara lain berupa pengering, pembersih dan pengepakan (milik sendiri/sewa/kerjasama/pinjam) dengan kapasitas minimal 50 ton per hari (lampiran 10b).

E. Pemaketan Pekerjaan

Berdasarkan pertimbangan volume dan sumber penyediaan benih, maka pengadaan dan penyaluran BLBU diusulkan menjadi 5 (lima) paket (Lampiran 11).

V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi

1. Agar pelaksanaan BLBU dapat berjalan secara optimal, maka perlu dilakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berkala.

2. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Pusat dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Pusat yang terdiri dari Tim Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan Bantuan Langsung Benih Unggul Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan anggota lain yang ditetapkan kemudian.

3. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Provinsi yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi. 4. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan BLBU untuk tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

5. Koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan BLBU dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan rapat-rapat koordinasi dan sinkronisasi tingkat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

B. Pelaporan

Jenis pelaporan meliputi : 1. Laporan Tim Teknis

a. Laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi b. Laporan bulanan, triwulan dan akhir


(6)

10 2. Laporan Penyedia Benih/Pemenang Lelang

a. Penyampaian BAP dan BASTB

Penyedia benih/pemenang lelang menyampaikan laporan BAP dan BASTB kepada PPK setiap bulan.

b. Perkembangan penyaluran benih

Laporan penyaluran benih disampaikan kepada PPK setiap 1 (satu) minggu sesuai format lampiran 12

VI. PENUTUP

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) ini merupakan acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) TA 2012. Apabila terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam KAK ini akibat sesuatu dan lain hal, maka akan dilakukan perbaikan.