Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut

BAB II
ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT
A.

Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut
Berbicara mengenai angkutan laut, erat kaitannya dengan kapal yang

menjadi salah satu alat transportasi yang digemari masyarakat Indonesia. Sudah
menjadi pihak penyedia kapal atau penyedia angkutan laut untuk merawat
kapal,menjaga kenyaman dan keamanan kapal. Baik sebelum berlayar, sedang
berlayar, ataupun sesudah berlayar.Itu dikarenakan angkutan lautlah yang
memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi.Baik penumpang maupun awak
kapal bisa terancam nyawanya apabila kapal tersebut tidak layak jalan.
Berbicara mengenai kecelakaan erat kaitannya dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, atau yang sering disebut dengan (K3). Prinsip K3 tersebut dibuat
dengan maksud untuk memberikan jaminan ataupun perlindungan pada setiap
pekerja yang melakukan pekerjaan. Prinsip K3 tersebut juga dibuat dengan
berbagai macam tujuan, antara lain : 25
• Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.
• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,

seefektif mungkin.
• Agar semua hasil produksi di pelihara keamananya.
• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
25

Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT
Remaja Rosdakarya:Bandung. 2013. Hal. 162

Universitas Sumatera Utara

• Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
• Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau konsisi kerja.
• Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Sesuai dengan tujuan yang dibuatnya prisnsip keselamatan dan kesehatan
kerja tersebut, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, agar terjadi peningkatan
pekerjaan ditinjau dari hasil kerjanya, serta agar membuat para pekerja merasa
terlindungi pada saat melakukan pekerjaan, dan agar setiap pekerjaan yang
dilakukan terhindar dari segala macam kecelakaan.

Untuk menghindari kecelakaan juga, perusahaan dalam mengawasi pekerjanya
harus memperhatikan beberapa hal, agar terhindar dari segala kecelakaan :


Harus memeriksa apakah calon pegawai ataupun pekerja dalam keadaan
sehat atau tidak. Artinya dari mulai alat indera, stamina, emosi, motivasi
harus diperhatikan.



Pemakaian peralatan kerja harus digunakan secara benar.



Keadaan lingkungan kerja harus memungkinkan, artinya lingkungan kerja
harus terhindar dari segala bahaya yang dapat mengancam keselamatan
kerja.
Masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari

terjadinya kecelakaan. Terkadang semua aturan mengenai keselamatan kerja tetap

dilakukan, tetapi masih saja kecelakaan dapat terjadi. Itulah sebabnya semua
aspek yang berkaitan dengan keselamatan kerja harus diperhatikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa
saja.Maka dari itu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga
kenyaman dan keselamatan pada saat berlayar. Awak kapal maupun pihak yang
menyediakan angkutan laut tersebut harus memperhatikan kelayakan kapal,
apakah kapal tersebut dalam keadaan layak atau tidak untuk berlayar, juga
memeriksa kelengkapan dan perlengkapan dalam menunjang keselamatan pada
saat berlayar apakah semua sudah memenuhi standard operasional apa
belum.Sedangkan para penumpang wajib menjaga perlengkapan dan kelengkapan
keselamatan didalam kapal agar tidak rusak ataupun dicuri, serta para penumpang
wajib mengikuti semua peraturan yang telah dibuat oleh penyedia jasa angkutan
laut, selama berlayar.
Kecelakaan dalam pelayaran harus menjadi tanggung jawab seluruh pihak
yang terkait dalam praktek pelayaran.Salah satu pihak yang turut bertanggung
jawab dalam kecelakaan yangvterjadi pada suatu kapal adalah Nahkoda
ataupunawak kapal dari kapal tersebut. Dalam KUHD disebutkan dalam pasal 341

bahwa Nahkoda adalah pemimpin kapal. Sehingga sebagai pemimpin kapal,
diharapkan Nahkoda dapat memenuhi pertanggung jawabannya seperti yang
diisyaratkan oleh Undang-Undang. 26
Kecelakaan yang terjadi pada saat berlayar ada berbagai macam jenis dan
faktor penyebabnya. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu Jenis-Jenis
Kecelakaan, yaitu :

26

Andrea Nathaly Sitompul, “Pertanggungjawaban Nahkoda dan Pengangkut Terhadap
Kecelakaan Kapal ( Tinjauan KEPUTUSAN Mahkamah Pelayaran No.973/051/XII/MP-8)”,
(Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: 2010), hlm. 6-8

Universitas Sumatera Utara

1. Tenggelam
Menurut beberapa literatur secara garis besar yang disebut dengan tenggelam
adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas) ketika cairan
menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara hingga
menyebabkan asfiksia. 27

Tetapi dalam pembahasan ini bukanlah tenggelam yang di terangkan diatas,
melainkan tenggelam yang dialami oleh sebuah kapal ataupun angkutan laut yang
kadang kala terjadi dalam sebuah pelayaran. Yang dimaksudkan dengan
tenggelam disini ialah peristiwa masuknya badan kapal sebagian atau seluruhnya
yang

mengakibatkan

sebuah

kapal

tidak

dapat

lagi

berlayar


atau

beroperasi.Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan tenggelam ialah masuk terbenam didalam air. 28
Peristiwa tenggelamnya sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
a. Faktor Cuaca
Dalam sebuah pelayaran yang dilakukan oleh sebuah kapal, cuaca sangat
berpengaruh dalam kelancaran dan keamanan kegiatan pelayaran tersebut. Sering
kali cuaca yang tidak mendukung menyebabkan terhambatnya ataupun
mengganggu kegiatan pelayaran. Bahkan jika sebuah kapal melakukan pelayaran
ditengah cuaca yang sedang buruk, akan menyebabkan kecelakaan.

27

https://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelam
kbbi.web.id/tenggelam

28


Universitas Sumatera Utara

Seperti yang dialami oleh Pelayaran yang dilakukan pada tanggal 14-15 April
1912 dilautan Atlantis, sebuah kapal yangbernama Titanic tenggelam yang
disebabkan oleh cuaca yang sangat buruk. 29
Pada saat itu Titanic berlayar dalam kondisi cuaca yang sedang berkabut
sehingga mengganggu pandangan dari sang Nahkoda kapal, pada saat yang
bersamaan iklim pada saat itu sedang mempertemukan Labrador Current dan the
Gulf Stream atau pertemuan dua air dingin dan hangat yang menyebabkan arus
yang sangat deras, serta pada saat pelayaran tersebut sedang mengalami musim
dingin yang menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan es di Samudera Atlantis
tersebut.
Selain

peristiwa

yang

terjadi


di

Samudera

Atlantis,

peristiwa

tenggelamnya sebuah kapal yang disebabkan oelh faktor cuaca juga terjadi di
Indonesia. Yakni peristiwa yang terjadi di Denpasar pada perairan Jungut Batu,
Nusa Lembongan, Klungkung Bali. Sebuah kapal yang berkapasitas 40 orang itu
tenggelam yang disebabkan oleh cuaca yang buruk, dan memaksa gelombang
tinggi untuk menghantam kapal tersebut. 30
Masih banyak lagi kejadian-kejadian tenggelamnya sebuah kapal yang
disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Pada intinya sebelum melakukan pelayaran seorang Nahkoda wajib memeriksa
informasi kondisi cuaca maupun iklim yang terjadi pada jalur pelayaran.
Informasi mengenai cuaca dan iklim dapat diterima Nahkoda kapal dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dan memang Perusahaan Angkutan Laut
29


https://bunkimliong.blogspot.co.id/2012/08/penyebab-penyebab-tenggelamnya-

kapal.html
30

http://sp.beritasatu.com/nasional/faktor-cuaca-penyebab-perahu-tenggelam/11531

Universitas Sumatera Utara

harus mengadakan ikatan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) demi menunjang kelancaran dan kenyamanan pada saat kegiatan
pelayaran.
b. Human Error
Bagi sebuah kapal laut terutama sekali apabila sedang dalam pelayaran
menyebrangi lautan, peranan dan keberadaan seorang nahkoda sebagai pejabat
tertinggi yang memimpin dan bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan
segala sesuatu yang berada didalamnya, mempunyai arti yang sangat penting. 31
Juga, setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal, termasuk
perlengkapannya, serta pengoperasian kapal di Indonesia harus memenuhi

persyaratan keselamatan kapal. 32
Maka dari itu Nahkoda dan/atau anak buah kapal harus memberitahukan
kepada pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila mengetahui bahwa kondisi
kapal atau bagian dari kapalnya dinilai tidak memenuhi persyaratan keselamatan
kapal. 33
Terlebih anak buah kapal harus mematuhi juga menaati nahkoda secara
cepat dan cermat. Terkadang anak buah kapal mengabaikan perintah yang
diberikan oleh Nahkoda kapal untuk memeriksa perlengkapan serta kelengkapan
untuk menunjang kelancaran pelayaran. Serta para anak buah dari kapal tersebut
sering kali mengambil jalan keluar yang tidak di kordinasikan terlebih dahulu
dengan Nahkoda mengenai keadaan mesin yang rusak atau kapal yang tidak layak

31

Santosa Djohari. Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta: UII Press,2004. Hal.51
Muhammad Abdulkadir. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2013. Hal. 104
33
Ibid., Hal.105
32


Universitas Sumatera Utara

untuk berlayar. Peristiwa seperti itulah yang banyak menyebabkan tenggelamnya
kapal yang disebabkan oleh keadaan kapal yang kurang layak untuk melakukan
pelayaran, akibat kelalaian dari anak buah kapal ataupun Nahkoda kapal.
Adapun yang menyebabkan sebuah kapal dapat tenggelam akibat sang
Nahkoda kapal menghiraukan kapasitas penumpang dan barang pada kapalnya
tersebut. Akibatnya kapal tidak dapat menahan kapasitas yang berada didalamnya.
Seperti yang dialami oleh Kapal Mitra Abadi yang pada saat itu berada di
Pelabuhan Jambrud Timur, Tanjung Perak Surabaya. Kapal yang akan berlayar
dengan tujuan Donggala Sulawesi Tengah harus tenggelam sebelum berlayar
akibat kelebihan muatan atau Over Capacity. Kapal tersebut memuat berbagai
barang campuran makanan dan minuman, dan bahan-bahan kebutuhan lainnya
yang melebihi kapasitas, yang mengakibatkan kapal tersebut tenggelam. 34
c. Terbakar
Kecelakaan yang selanjutnya yaitu kebakaran yang di alami oleh sebuah kapal.
Kecelakaan ini jarang terjadi pada saat pelayaran, lebih sering kecelakaan ini
terjadi pada saat sebuah kapal sedang bersandar di pelabuhan. Kebakaran pada
sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Korseleting listrik yang terjadi pada komponen-komponen mesin yang
berguna untuk menjalankan motor kapal tersebut.
2. Sabotase yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, dengan tujuan
tertentu,

34

http://photo.sindonews.com/view/4705/kapal-mitra-abadi-tenggelam-akibat-kelebihan-

muatan

Universitas Sumatera Utara

3. Kondisi kelistrikan kapal yang tidak layak lagi untuk digunakan, yang
mengakibatkan terjadinya arus pendek,
4. Tabrakan kapal yang dapat mengeluarkan bahan bakar kapal tersebut
keluar,dan mungkin saja dapat mengakibatkan kebakaran kapal,
5. Lubang buang (scuppers) tidak dimatikan pada waktu bongkar/muat
dan bahan nya yang mudah terbakar.
d. Tubrukan
Kejadian tubrukan kapal sering kali terjadi pada saat pelayaran, tubrukan
yang terjadi oleh sebuah kapal dapat terjadi antara kapal dengan kapal dan kapal
dengan benda keras yang dapat membahayakan kegiatan pelayaran.
Ada beberapa pengertian mengenai Tubrukan kapal, suatu tubrukan kapal dapat
diartikan sebagai suatu bencana laut yang menjadi sumber dari kerugian-kerugian
yang timbul pada salah satu pihak atau kedua belah pihak. Dan akibat-akibat
hukum yang timbul dari peristiwa tubrukan kapal itu harus diatur dalam UndangUndang. Untuk itulah bab VI, buku kedua KUHD dibuat. 35
Pengertian yang lain mengenai tubrukan kapal juga terdapat dalam pasal
544 dan 544-a, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Apabila sebuah kapal, sebagai akibat dari caranya berlayar atau karena
tidak

memenuhi

suatu

ketentuan

Undang-Undang,

sehingga

menimbulkan kerugian pada kapal lain, barang-barang atau orang yang
ada di kapal tersebut, maka peristiwa tersebut termasuk dalam
pengertian tubrukan kapal (pasal 544). Disini tidak terjadi tabrakan
35

Purwosutjipto, H.M.N,. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:Hukum Pelayaran
Laut dan Perairan Darat. Jakarta: Djambatan. 1985. Hal. 274

Universitas Sumatera Utara

atau singgungan antara kapal yang satu dengan lainnya, meskipun
begitu peristiwa ini dimasukkan dalam pengertian tubrukan kapal.
2. Jika sebuah kapal menabrak benda lain yang bukan kapal, baik yang
berupa benda tetap maupun bergerak, misalnya: pangkalan laut atau
dermaga, lentera laut, rambu-rambu laut (baken) dan lain-lain, maka
peristiwa tabrakan antara kapal dengan benda lain yang bukan kapal
tersebut dapat disebut tabrakan kapal (pasal 544-a). 36
Tubrukan yang terjadi antara kapal dengan kapal, biasanya disebabkan
oleh perubahan haluan yang dilakukan oleh sebuah kapal yang mengakibatkan
terambilnya jalur pelayaran kapal yang lainnya. Dan biasanya kejadian tubrukan
kapal terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi yang dilakukan antar nahkoda
kapal, sehingga terjadi tubrukan kapal.
Nahkoda kapal juga harus memperhatikan beberapa peraturan agar tidak
terjadi tubrukan kapal, yaitu Nahkoda kapal harus memperhatikan ruang gerak
dilaut yang cukup. Ruang gerak terhadap kapal yang luas sangat memungkinkan
sebuah kapal merubah haluannya dengan tujuan untuk menghindari bahaya
ataupun halangan yang berada didepannya. Jika ruang gerak dari kapal tersebut
terbatas, sebuah kapal tidaklah mungkin untuk merubah arah haluannya, karena
akan mengganggu jalur pelayaran kapal lain ataupun menabrak se.suatu benda
yang dapat menimbulkan kecelakaan. Nahkoda pada sebuah kapal juga harus
memperhatikan kecepatan kapalnya, nahkoda harus menjaga kecepatan kapal
selama pelayaran Jika Nahkoda tidak memerhatikan kecepatan kapal tersebut

36

Ibid. Hal. 275

Universitas Sumatera Utara

apalagi menambah kecepatan kapal tersebut, memungkinkan kapal tersebut akan
mengalami tubrukan dengan kapal yang berada didepannya ataupun dengan kapal
yang lainnya dengan jalur yang berbeda. 37
Ataupun kejadian tubrukan kapal terjadi karena penyalahgunaan
kekuasaan oleh Nahkoda. Sang Nahkoda dengan sengaja tidak memperhatikan
peraturan-peraturan dalam mengemudikan kapal. Padahal, Undang-Undang telah
memberikan kekuasaan begitu besar kepada seorang Nahkoda, namun demikian
Undang-Undang juga memberikan acaman pidana dan denda keperdataan serta
tindakan disipliner terhadap nahkoda, apabila Nahkoda tersebut menyalahgunakan
kekuasaannya. Bagi Nahkoda yang bertindak buruk terhadap kapal yang
dikemudikannya dengan putusan Mahkamah Pelayaran Indonesia, wewenang dari
Nahkoda tersebut untuk mengemudikan kapal dicabut selama jangka waktu
maksimal 2 (dua) tahun. 38
Sedangkan tubrukan kapal yang terjadi karena kapal menabrak bendabenda tertentu seperti pegunungan es, yang terjadi pada kapal Titanic, itu
disebabkan oleh faktor cuaca yang sangat buruk.
e. Kandas
Kapal yang mengalami kandas biasanya disebabkan oleh nahkoda kapal
yang terlalu memaksakan melewati perairan dengan keadaan air yang sedang
surut.
Seperti yang terjadi pada KM Titian Nusantara yang mengalami kandas di Muara
Jungkat. Sang Nahkoda dari KM Titian Nusantara memkasakan kapalnya untuk
37

http://arieflaksmono.com/peraturan%20pencegahan%20tubrukan%20di%20laut.php
Santosa Djohari, op.cit. Hal.57

38

Universitas Sumatera Utara

keluar dari Pelabuhan Dwikora Pontianak melewati Muara Jungkat yang keadaan
air pada saat itu sedang surut. Akibatnya KM Titian Nusantara mengalami
kandas. 39
Kandasnya sebuah kapal dapat juga disebabkan oleh menabrak sebuah
gundukan yang berada didasar laut. Maka dari itu peran penting seorang Nahkoda
sangat berpengaruh, Nahkoda harus memperhatikan keadaan permukaan air pada
saat pelayaran untuk menghindari kandas. Nahkoda harus menghindari permukaan
air yang sedang surut dan juga harus memperhatikan apakah didalam permukaan
air tersebut atau didasar air laut terdapat gundukan apa tidak yang dapat
menyebabkan sebuah kapal kandas.
B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan
Laut
Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk
pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat
untuk mengangkut orang dan barang. Dalam perjalanannya dalam melakukan
pengangkutan melalui udara, laut, dan darat sering mendapat halangan ataupun
hal-hal yang menghambat pengangkutan tersebut. Salah satu hambatan ataupun
halangan tersebut adalah kecelakaan. 40
Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa
kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum,
dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan

39

http://www.kalamanthana.com/2016/06/09/ini-penyebab-kenapa-sering-kapal-kandasdi-muara-jungkat/
40
Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,
Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan.USU Press. 2006. Hal.1

Universitas Sumatera Utara

manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian
material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang,
bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut. 41
Dalam pengangkutan apapun, keselamatan menjadi faktor penting demi
menunjang kenyamanan dalam perjalanan. Keselamatan juga menjadi modal
penting bagi berkembangnya usaha, terlebih dalam bidang jasa. Semua orang atau
pengguna jasa angkutan pastinya sangat mementingkan keselamatan dalam
memilih sebuah angkutan, karena keselamatan berhubungan erat dengan jiwa
manusia.
Seperti kutipan Leon C. Megginson (1981:364) mengemukakan bahwa :
The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards.
In the personel are, however, a distinction is usually made between them.
Occupational safety refers to the condition of being safe from suffering or
causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of
the work environment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruises, sprains,
broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often
associated with industrial equipment or the physical environment and involve job
taks that require care and training. The harm is usualy immediate and sometimes
violent. Occupational health refers to the condition of being free from physical,
mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a
period of time, can create emotional stress or physical disease. 42

41

Muhammad Abdulkadir., op.cit. Hal. 225
Chung, Kae H., and Leon C. Megginson.Organizational Behaviour: Developing
Managerial Skills. New York: Harper & Row Publishers. 1981. Hal. 364
42

Universitas Sumatera Utara

Memang dalam tulisan tersebut lebih ditegaskan pada keselamatan kerja,
tetapi ada sebuah tulisan tersebut yang menegskan bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Maka dalam
sebuah pengangkutan keselamatan menjadi unsur yang sangat penting. Tidak
menutup kemungkinan bahwa memang setiap orang ingin agar perjalanan mereka
ke suatu tempat aman dan selamat, tanpa ada halangan dan hambatan. 43
Pada pembahasan sekarang ini Kecelakaan yang akan di bahas adalah
mengenai kecelakaan yang terjadi pada angkutan laut. Kecelakaan yang dapat
terjadi pada kegiatan pelayaran. Pelayaran itu sendiri dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan, kepelabuhan, serta
keamanan dan keselamatannya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa, dalam menjalankan pengangkutan terlebih pengangkutan laut harus
memperhatikan nilai keamanan dan keselamatan. Terlebih dalam angkutan laut,
pihak penyedia moda angkutan laut harus memperhatikan aspek-aspek keamanan
dan keselamatan yang terdapat didalam sebuah objek angkutan laut yaitu kapal.
Ada berbagai fasilitas ataupun aspek yang menunjang keamanan dan
keselamatan pada angkutan laut. Dimulai dari pelampung,skoci,dan fasilitas
keamanan kapal lainnya. Tetapi sekarang sudah ada peraturan Internasional yang
mengatur tentang keamanan kapal.Peraturan tersebut dinamakan International
Shipand Port Facility Security Code atau yang disingkat dengan ISPS Code.
International Ship and Port Facility Security Code atau ISPS Code adalah
merupakan

aturan

yang

menyeluruh

mengenai

langkah-langkah

untuk

43

Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2013. Hal. 161

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, atau dapat
dikatakan sebagai peraturan Internasional tentang keamanan kapal dana fasilitas
pelabuhan, yang terdiri dari dua bagian, bagian A dan B. Bagian A terdiri berisi
persyaratan wajib untuk pemerintah, kapal/perusahaan, dan fasiitas pelabuhan.
Sedangkan bagian B berisi pedoman.
Adapun fasilitas ataupun kelengkapan keselamatan yang harus ada dalam
sebuah kapal, sesuai dengan isi dari International Ship and Port Facility Security
Code adalah :
a. Memastikan pelaksanaan terhadap seluruh tugas-tugas keamanan kapal.
b. Pengawasan keluar masuk ke kapal.
c. Pengawasan terhadap naiknya orang-orang/personil-personilnya dan
barang bawaannya.
d. Memantau areal terbatas untuk memastikan bahwa hanya orangorang/personil-personil yang berwenang yang memiliki akses keluar
masuk.
e. Memantau areal geladak dan areal sekeliling kapal.
f. Mengawasi penanganan muatan dan perbekalan kapal.
g. Memastikan bahwa komunikasi keamanan ada dan siap digunakan.
Masih banyak lagi aspek keamanan kapal yang diatur dalam International
Ship and Port Facility Security Code tersebut, untuk menunjang kelancaran serta
keamanan dan kenyamanan kapal dalam hal pelayaran. Namun seringkali pihakpihak tertentu tidak memperhatikan peraturan yang telah dibuat,terutama ISPS itu
sendiri. Akibatnya masih sering terjadi kecelakaan yang dialami oleh sebuah

Universitas Sumatera Utara

kapal. Akan tetapi, tidak semua kecelakaan kapal yang terjadi disebabkan oleh
kesalahan teknis atau Human Error. Kecelakaan kapal dapat juga disebabkan oleh
faktor alam. Dan masih ada lagi faktor yang menyebabkan kecelakaan pada
angkutan laut terlebih pada kapal.
Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran, Mahkamah Pelayaran dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
menteri Perhubungan, yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan
atas kecelakaan kapal. 44
Berikut akan diuraikan faktor-faktor penyebab dari kecelakaan angkutan laut,
antara lain:
a. Faktor Manusia
Kecelakaan yang terjadi atau dialami oleh angkutan umum terlebih
angkutan laut, tidak lepas dari faktor manusia. Faktor manusia merupakan faktor
yang paling besar yang diantaranya adalah kecerobohan didalam menjalankan
kapal,

kurangnya

kemampuan

awak

kapal

dalam

menguasai

berbagai

permasalahan yang timbul dalam operasional kapal.
Masih banyak awak kapal ataupun Nahkoda kapal yang menghiraukan aspek
keselamatan pada saat pelayaran. Padahal sudah ada peraturan yang mengatur
Nahkoda dan awak kapal untuk menjaga kenyaman dan keselamatan kapal yang
dikemudikan. Sebelum berbicara mengenai faktor manusia yang menyebabkan
kecelakaan pada angkutan laut, perlu di jelaskan terlebih dahulu pihak-pihak
ataupun petugas-petugas yang mendukung kelancaran dan keselamatan pelayaran.

44

Muhammad Abdulkadir., Op.cit. Hal.242

Universitas Sumatera Utara

Adapun pihak-pihak tersebut antara lain: 45Sesuai dengan definisi dari Nahkoda itu
sendiri, Nahkoda ialah pejabat yang bertanggung jawab dan memegang kekuasaan
tertinggi dalam kapal. Artinya segala sesuatu baik mengenai pengoperasian,
mekanisme kapal, ataupun keselamatan pada saat pelayaran, itu dipegang penuh
oleh seorang nahkoda.
Selain daripada Nahkoda kapal, pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran
adalah awak kapal. Awak kapal teridiri dari: 46


Bagian Geladak (Deck Departement).
Awak kapal bagian geladak ini bertugas untuk navigasi
(pelayaran).



Bagian Kamar Mesin (Engineering Departement).
Kepala bagian mesin ini disebut “kepala kamar mesin” atau
masinis kepala, tugasnya ialah menjalankan dan memelihara segala
macam mesin, yang ada di kapal.



Bagian Perbekalan (Catering Departement)
Bagian ini mempunyai dua seksi, yaitu: seksi masak dan seksi
pelayanan. Bagian ini adalah besar, dan lebih luas lagi di kapal
penumpang, dimana organisasinya menyerupai hotel.



Urusan administrasi/keuangan.
Dalam kapal terkadang ditempatkan seorang petugas khusus yang
mengurus administrasi/keuangan/muatan. Petugas ini disebut
“Purser”.
45
46

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 115
Ibid. Hal. 117-118

Universitas Sumatera Utara



Urusan Kesehatan.
Pada kapal penumpang terdapat pula seorang dokter dan beberapa
juru rawat.



Markonis.
Hampir disetiap kapal ditempatkan satu atau beberapa orang
markonis, yang bertugas menerima dan mengirimkan telegrap atau
telepon radio.
Dari semua pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran, sudah jelas

bahwa masing-masing pihak sudah ada tugasnya sendiri. Dan sekali lagi para
awak kapal tersebut bekerja berdasarkan perintah dari seorang Nahkoda kapal.
Sering kali, kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh masing-masing pihak
ataupun pihak tertentu menghiraukan perintah dari seorang Nahkoda kapal, serta
kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan kordinasi antara Nahkoda kapal
dengan awak kapal, yang mengakibatkan tidak berjalannya satu atau beberapa
sistem kapal yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
a. Faktor Teknis
Kecelakaan yang dialami oleh sebuah kapal, dapat juga disebabkan oleh
faktor teknis. Yang dimaksudkan dengan faktor teknis disini adalah masalah
kurang cermatnya pembuat design kapal dalam membuat design kapal. Banyak
kapal-kapal, terlebih kapal penumpang yang salah dalam hal design kapal
tersebut. Ada juga faktor teknis dalam hal perawatan kapal telebih mesin kapal.
Perawatan yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah

Universitas Sumatera Utara

dibuat, sehingga menyebabkan mesin kapal menjadi cepat panas dan
mengakibatkan sebuah kapal dapat terbakar. 47
b. Faktor Cuaca
Kecelakaan seringkali disebabkan oleh kondisi alam yang tidak bersahabat
ataupun kondisi cuaca yang sedang buruk. Banyak Nahkoda yang menghiraukan
kondisi cuaca pada saat pelayaran, padahal sudah ada laporan mengenai kondisi
cuaca yang terjadi pada jalur pelayaran. Faktor cuaca disini dapat berupa angin
yang sangat kencang, gelombang yang sedang meninggi, hujan yang sangat lebat,
ataupun kabut yang dapat menghalangi jarak pandang dari Nahkoda tersebut.
Serta arus yang sangat deras yang dapat mengakibatkan terganggu nya sistem
navigasi dari sang Nahkoda.
Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan laut diatas, maka
jelaslah bahwa sebelum sebuah kapal melakukan sebuah pelayaran harus diperiksa
terlebih dahulu kelengkapan serta perlengkapan dalam menunjang keselamatan
dan kenyamanan dalam pelayaran, selanjutnya seorang Nahkoda harus bekerja
sama ataupun Nahkoda harus meminta laporan cuaca dari BMKG pada jalur
pelayarannya, agar terhindar dari cuaca buruk. Tetapi sebelum itu semua
perusahaan penyedia transportasi laut harus menyeleksi Nahkoda dan awak kapal.
Mereka harus mempunyai kompetensi dalam hal perkapalan agar sebuah kapal
terhindar dari sebuah kecelakaan.

47

http://kapal-pelaut-surveyor.blogspot.co.id/2012/11/3-faktor-penyebab-kecelakaan-dalam.html

Universitas Sumatera Utara

C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap Terjadinya
Kecelakaan Angkutan Laut
Pada setiap angkutan, terlebih angkutan laut sangat mementingkan aspek
keselamatan dalam setiap pelayanannya. Tidak ada orang yang mau perjalanan
mereka ataupun barang yang diangkut mengalami kendala tersuk kecelakaan.
Sudah menjadi tanggung jawab penyedia jasa angkutan untuk menjaga
kenyamanan serta keamanan dalam setiap angkutan. Sudah terdapat peraturan
mengenai pelayanan dalam setiap angkutan umum, lebih khususnya angkutan laut.
Mengenai Angkutan Laut sudah ada Undang-Undang yang mengatur
segala kegiatan yang berkaitan dengan angkutan laut, yaitu Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Jika berbicara mengenai kecelakaan, terdapat pihak yang dirugikan akibat
kecelakaan dan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
tersebut. Kerugian yang di timbulkan dapat kerugian materiil dan kerugian
immateriil.Kerugian materiil dan immateriil biasanya ditujukan pada benda yang
terangkut dalam sebuah kapal.
Yang dimaksudkan dengan kerugian materiil yaitu jika barang tampak
tidak menderita kerugian atau kerusakan, tidak kurang dan tidak cacat, tetapi
harga itu merosot, sehingga bagi tertanggung hal yang demikian juga merupakan
kerugian juga. Tetapi yang dimaksudkan kerugian immateriil adalah sebagai
kerugian dimana keadaaan barang kurang dan cacat, serta harga dari barang itu
pun merosot. 48

48

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 354

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk kerugian yang ditimbulkan bagi manusia, kerugian
materiil

ialah

kerugian

yang sebabkan

oleh

sebuah

kecelakaan

yang

mengakibatkan hilangnya barang atau rusaknya barang dari penumpang tersebut,
sehingga menimbulkan kerugian dari segi materi. Lain hal dengan kerugian
immateriil, kerugian immateriil dapat berupa trauma yang ditimbulkan dari
kecelakaan tersebut, timbulnya luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan, serta
hilangnya nyawa penumpang yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut. 49
Perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang
dan/atau barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam perjanjian
pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan karcis
penumpang dan dokumen muatan (pasal 38 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008). Perusahaan pengangkutan di perairan bertanggung jawab terhadap
keselamatandan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.
Perusahaan tersebut bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan
jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian
atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati. 50
Mengenai kerugian yang timbulkan oleh sebuah kecelakaan, harus ada
yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Mengenai tanggung jawab
tersebut sudah dituliskan dalam pasal 40 sampai pasal 43 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

49
50

Ibid. Hal. 274
Muhammad Abdulkadir. Opcit. Hal. 45

Universitas Sumatera Utara

Dalam pasal 40 tertulis bahwa: “Perusahaan angkutan di perairan bertanggung
jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang
diangkatnya. 51
Ini berarti bahwa setiap kejadian yang bersangkutan dengan kapal, itu
adalah tanggung jawab perusahaan kapal. Terlebih Nahkoda dan awak kapal. Dan
juga dijelaskan pada pasal 41 tanggung jawab yang dimaksudkan jika di
timbulkan akibat dari kematian dan luka-luka penumpang yang diangkut, musnah
atau hilangnya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, dan
kerugian pihak ketiga. 52
Selain perusahaan kapal, dijelaskan pada pasal 341 KUHD ditegaskan
bahwa nahkoda itu memimpin kapal. Penegasan ini membawa konsekuensi bahwa
nahkoda itu harus bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan segala sesuatu
yang terdapat didalamnya. 53
Jika berujuk pada Hukum pengangkutan, bahwa terlah dijelaskan pada pasal 468
KUHD menyebutkan: 54
Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut menjaga keselamatan
barang yang di angkut sejak saat penerima sampai saat penyerahannya.
Pengangkut diwajibkan mengganti kerugian

yang disebabkan karena tidak

diserahkannya barang seluruhnya atau sebagian atau karena kerusakan barang,
kecuali bilamana ia membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang atau
kerusakan itu adalah suatu peristiwa yang sepantasnya tidak dapat dicegah atau
51

Pasal 40. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Pasal 41. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008.
53
Djohari Santosa. Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta:UII Press.2004. Hal. 51
54
Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,
Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan.USU Press. 2006. Hal. 27
52

Universitas Sumatera Utara

dihindarinya akibat dari sifat keadaan atau cacat benda sendiri atau dari kesalahan
pengirim. Ia bertanggung jawab perbuatan-perbuatan darimereka yang ia
pekerjakan dan terhadap benda-benda yang ia pergunakan pada pengangkutan.
Pada pasal 321 ayat (1) KUHD menetapkan bahwa pengusaha kapal terikatoleh
segala perbuatan hukum, yang dilakukan oleh mereka yang bekerja tetap atau
sementara pada kapalnya, dalam kedudukan dan lingkungan kekuasaan mereka.
Sedangkan pengusaha kapal bertanggungjawab untuk segala kerugian yang
diterbitkan pada pihak ketiga, oleh suatu perbuatan melanggar hukum dari mereka
yang bekerja tetap atau sementara pada kapalnya atau yang melakukan sesuatu
pekerjaan dikapal guna kepentingan kapal dan muatannya, asal perbuatan
melanggar hukum itu dilakukan dalam rangka dan pada waktu mereka
menjalankan tugas mereka. Jadi, kalau perbuatan yang dilakukan oleh buruh kapal
itu suatu perbuatan hukum, maka pengusaha kapal itu terikat, artinya pengusaha
kapal harus melaksanakan pekerjaan sebagai akibat adanya perbuatan hukum
tersebut. 55
Sebagai contoh seorang Nahkoda, karena Nahkoda adalah buruh utama
pengusaha kapal (pasal 399 KUHD), maka segala perbuatannya menjadi tanggung
jawab pengusaha kapal, asal segala perbuatannya itu dilakukan dalam
jabatannyaatau dalam waktu mereka menjalankan pekerjaan itu. Kalau seorang
nahkoda berbuat diluar wewenangnya, maka menurut pasal 373 KUHD nahkoda
sendirilah yang bertanggung jawab. 56

55

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 87
Ibid. Hal. 91

56

Universitas Sumatera Utara

Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu
tanggung jawab karena kesalahan (fault liability), tanggung jawab karena praduga
(presumption liability), dan tanggung jawab mutlak (absolute liability). Hukum
pengangkutan di Indonesia umumnya menganut prinsip tanggung jawab karena
kesalahan dan karena praduga. 57
Tanggung jawab karena kesalahan ialah jika setiap pengangkut yang
melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung
jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahan itu. Pihak yang
menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Tanggung jawab
karena praduga dijelaskan bahwa pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab
atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya.
Sedangkan tanggung jawab mutlak dijelaskan juga bahwa pengangkut harus
bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang
diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan
pengangkut. 58

57

Muhammad Abdulkadir. Opcit. Hal. 43
Ibid. Hal. 49

58

Universitas Sumatera Utara