Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit
Berdasarkan bukti–bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal
dari Amerika, yakni Brazilia, Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit
berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak
diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan
menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit
ini tidak lagi dipermasalahkan orang.
Kelapa sawir (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususya Indonesia dan Malaysia dan justru bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang di anggap daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke
Indonesia pada tahun 1948 (Risza Suyatno, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit
Menurut Hunger (1942) pada tahun 1869 pemerintah kolonial belanda

mengembangkan tanaman kelapa sawit di muara enim pada tahun 1970 di musi
hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di indonesia adalah
seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan
kelapa sawit secara komersil dalam bentuk perkebunan di sungai liput (Aceh) dan
pulau raja (Asahan).
Pada masa penjajahan belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa
sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekeonomian
pemerintah Belanda. Pada masa pendudukan jepang 1942, pemerintah
pendudukan meneruskan perkebunan kelap sawit ini dan hasilnya dikirim ke
Jepang bahan mentah industri Jepang.
Pada tahun 1947 pemrintah Belanda merenut kembali dua pertiga dari
perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler, 1985). Kemudian menjelang
akhir tahun 1948 maskapai–maskapai perkebunan asing hampir memperoleh
perkebunan mereka masing–masing dan mennjadi milik mereka kembali.
Pada akhir tahun 1957 seluruh maskapai milik Belanda diambil alih oleh
pemerintah Indonesia dan pada masa orde lama relative perkebunan sawit sangat
terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik (Risza Suyatno,
1994).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Pengembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia
Minyak sawit merupakan perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa
mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit.
Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan.
Dalam perekonomian indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang
cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai
devisa. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Luas perkebunan kelapa sawit di indonesia hingga tahun 1993
diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak
indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 ton. Penggunanaan
minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng telah mencapai 55,3% atau
menignkat 27% per tahun. Saaat ini minya goreng merupakan penyerap utama
konsumsi minyak di dalam negri. Industri lain menggunakan kelapa sawit ini
adalah insudtri margarine, sabun, dan isdustri kimia lainnya.
Penghasil minyak terbesar di dunia adalah malaysia dan disana kelapa
sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970 sehingga kedudukan nya
cukup mantap. Indonesia yang menempati posisi kedua setelah malaysia relatif
masih jauh tertinggal terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan

pemasaran. (Risza Suyatno, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Varietas Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas – varietas itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah. Selain varietas –
varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul dan mempunyai
beberapa keistimewaan.

2.2.1. Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging
Buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa
sawit yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipisi dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 36%. Kernel daging biji biasanya dengan
kandungan minyak yang rendah.
2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
daging buah biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan jenis lain. Variestas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril
sebab bunga gugur pada fase dini

Universitas Sumatera Utara

3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
dura dan psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan saat ini.
Tempurung menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4mm dan terdapat
lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi,
antar 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada
dura.

2.2.2. Varietas Unggul
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan
untuk ditanam di perkebunan. Varietas – varietas unggul tersebut dihasilkan
melalui hibridasi atau persilangan buatan antara varietas dura sebagai induk betina

dengan varietas psifera sebagai induk jantan. Terbukti dai hasil pengujian yang
dilakukan selama bertahun – tahun, bahwa varietas – varietas tersebut mempunyai
kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Tim Penulis,
2000).

2.3. Minyak Sawit

Universitas Sumatera Utara

Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur – unsur C, H, O.
Minyak ini terdiri dari fraksi cair dan fraksi padat dengan perbandingan seimbang.
Penyusun fraksi padat sendiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat
(1%), asam palmitat (45%), asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari
asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asma linoleat
(11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan
minyak inti sawit dan minyak kelapa.
Perbedaan jenis asam lemak penyusunya dan julah rantai sam lemak yang
membantu trigliserida dalam minyak inti sawit dan minyak sawit menyebabkan
kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan.
Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat padat sedangkan pada suhu yang sama

minyak inti sawit berbentuk cair (Tim Penulis,2000).
Berikut beberapa gambar dari asam lemak jenuh

2.3.1. Sifat Fisika – Kimia

Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelaruta, titik
cair, titik didih, titik penolakan, slipping, shot melting, bobot jenis, indeks bias,
titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak ditentukan oleh
adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam
lemak trigiserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya
pigmen karoten yang larut dalam minyak.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Pengolahan Kelapa Sawit
2.4.1 Stasiun Timbangan (Weight Bridge)
Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik terlebih dahulu ditimbang
di jembatan timbang untuk memperoleh bruto dan tarra. Selisih antara bruto dan
tarra adalah jumlah buah sawit yang diterima di Pabrik (netto).Penimbangan
dilakukan pada saat truk berisi buah. Kapasitas timbangan di Pabrik kelapa sawit

PT. MNA adalah maksimal ±50 ton(Sunarko,2007).

2.4.2 Stasiun Sortasi
Mutu dan rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan buah Segar.
Sortasi buah kelapa sawit berfungsi sebagai alat penilai mutu suatu buah kelapa
sawit (kelayakan buah yang akan diolah menjadi CPO).Dengan cara memilih TBS
yang berkualitas baik maupus yang bekualitas buruk. Sesuai konfirmasi rentimasi
rendemen dari from A.
Pada kegiatan ini dilakukan pemulangan dan pemotongan pada buah–buah yang
tidak masuk dalam kriteria. Buah yang di terima di PKS ini adalah buah yang
berjenis dura dan terera, buah yang masak dan memenuhi standart. Kriteria buah
yang di pulangkan atau tidak di terima antara lain :
a. Buah Mentah yaitu buah yang tidak matang dimana buah dalam satu
tandan berwarna hitam dan daging buah warna kuning keputihan
b.

Buah Tandan Kosong yaitu buah sawit yang tidak memiliki brondolan,
hal ini bisa terjadi akibat proses pemanenan yang sudah lewat masa
panen.


Universitas Sumatera Utara

c.

Buah Sakit yaitu buah yang tidak bagus. Buah yang berwarna matang
tetapi tidak dapat membrondol dan daging buah tersebut membusuk dan
gugur.

d. Buah Jantan yaitu buah yang gak jadi yang berukuran kecil yang tidak
mempunyai biji.
Tabel 2.4.2. Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Fraksi Panen
Fraksi
00
0
I
II
III
IV
V


Dura
7-8%
12-13%
18-18,5%
19%
18-18,5%
18-18,5%
17-18%

Psifera
10-11%
15-16%
20,5-21%
21,75-22%
20,5-21%
20,5-21%
20-20,5%

2.4.3. Stasiun Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya tuang kedalam loading ramp.

Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 45º.
Pada loading ramp dilengkapi pintu – pintu sebanyak 52 pintu dimana samping
kanan / samping kiri yaitu 14 / 4 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara
hidrolik agar memudahkan masuknya TBS kedalam lori. Dilantai loading ramp
perlu diperhatikan agar buah jangan berserakan dilantai dengan tujuan agar
brondolan tidak tergilas sehingga mengakibatkan tinggi nya lossis karena buah
terluka.

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Stasiun Sterilizer
Pada stasiun sterilisasi buah-buah yang berada didalam lori direbus dengan
menginjeksi uap pada suhu dan tekanan tertentu, satu sterilizer memiliki kapasitas
6 lori dengan waktu perebusan ± 90 menit. Sistem sterilisasi menggunakan system
triple peaksterilization, dimana puncak pertama digunakan untuk membebaskan
udara, punca kedua digunakan untuk membebaskan air dari TBS serta inaktivasi
enzim, dan puncak ketiga untuk mematangkan tandan. Pada suhu steam pada
sterilizer ±140oC.

Gambar 1. Sistem Perebusan Triple Peak


3
2,5
2
1,5

Triple…

1
0,5
0
13 3 14 4

48 8

Gambar 1. Sistem Perebusan Triple Peak
Keterangan :
Tekanan dan temperature pada steam perebusan 3 puncak adalah :
Puncak pertama

: 1,5 bar, ± 128oC

Puncak kedua : 2,5 bar, ± 134oC
Puncak ketiga

: 2,8 bar, ± 140oC

Universitas Sumatera Utara

Dengan fungsi setiap peak nya adalah :
1. Peak 1 yaitu untuk membuang udara yang terdapat di dalam sterilizer.
2. Peak 2 yaitu untuk membuang kadar air dan zat asam. Untuk menekan kembali
sisa-sisa udara yang masih tersisa dalam bejana dan membuang udara bersama
uap air dan bersamaan dengan kondensat.
3. Peak 3 yaitu untuk memaksimalkan perebusan.Dan untuk pematangan buah
TBS ( tandan buah segar).

2.4.5. Stasiun Tippler
Buah-buah yang telah di sterilisasi dibawa keluar dan diangkut menggunakan
transfer carry buah masak. Buah pada transfer carry buah masak akan dibawa ke
Tipler dengan menggunakan capstan. Tipler merupakan alat yang berfungsi
menuangkan buah-buah dalam lori kedalam scrupper under tipler.

Rata-rata

penuangan satu lori memerlukan waktu 6-8 menit , untuk kapasitas 7 lori per/ jam
untuk satu tipler .Selanjutnya scrapper under tippler akan membawa buah ke
stasiun Theser.

2.4.6 Stasiun Press dan Thresser
Thresser berfungsi untuk melepaskan atau memisahkan buah dari janjangan yang
dibawa oleh bunch screapper. Ada 3 buah thresser, thresse 1 dan 2 berfungsi

Universitas Sumatera Utara

untuk memipil buah yang dibawa dari scrapper under tipler, sedangkan thresser 2
berfungsi untuk memipil janjangan yang belum membrondol seluruhnya.
Sebelum masuk ke thresser 3, janjangan masuk kedalam double crusher
agar proses pemipilan bisa saempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yag
berfungsi untuk melempar janjangan. Janjangan berada di thresser selama ± 3
menit. Putaran dari thresser ± 23 rpm.
Putaran dari thresser bergantung pada ukuran janjangan. Janjangan yang
sudah membrondol di thresser 3 masuk ke empty bunc horizontal scrapper lalu
jatuh ke empty bunch inclined scrapper lalu didistribusi ke empty bunch press
conveyor lalu masuk ke bunch press. Disini janjangan di press untuk di ambil
minyak yang tekandung di janjangan. Minyak hasil pressan dari janjangan
ditampung di sludge colecting lalu dipompakan ke empty bunch tank sedangkan
janjangan akan jatuh ke shredder untuk dicacah sebelum dijadikan bahan bakar
boiler (Iyung P,2006).
1. Digester
Digester merupakan tanki silinder tegak yang berfungsi untuk melumatkan
buah setelah proses perebusan .Yang dilengkapai dengan pisau pisau ,digester
nya terdapat 5 tingkat pisau yang 4 masing – masing terdiri 2 pisau yaitu long
arm dan short arm yang befungsi untuk mengaduk brondolan yang ada di digester
dan pisau expeller yang berfungsi untuk untuk mendorong buah yang sudah
terlumatkan keluar dari digester dan masuk kedalam press dengan kecepatan
putaran ±24 rpm.

Universitas Sumatera Utara

2. Screw Press
Buah-buah yang telah diaduk,secara bertahap dengan pisau-pisau pelempar
dimasukkan ke dalam screw press.berfungsi untuk mengepress fruit yang sudah
tercacah oleh degester yang digerakkan oleh electromotor. Kapasitas 15 ton/jam
dengan tekanan 38-42 Ampere. Tujuan dari pengepresan adalah Memperkecil
kehilangan minyak dalam fruit, sehingga kehilangan minyak akan lebih
rendah.alat ini terdiri dari press cage yang berlubang – lubang dan didalamnya
terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa
diatur oleh 2 buah konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat
digerakkan maju – mundur secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir
ketalang oil gutter. Sementara fiber dan nut dilewatkan kedalam CBC dan
selanjutnya diproses di depericarper. Oil losses pada screw press max 4%
(Naibaho,P,1996).
2.4.7. Stasiun Clarification
Pada proses ini minyak kasar mendapat diproses sedemikian rupa hingga
mencapai hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapaun
perlakuan distasiun ini sebagai berikut :
1. Crude Oil Gutter
Crude oil gutter adalah tempat atau jalur minyak hasil dari pressan menuju
sandtrap tank. Dimana dalam crude oil gutter terjadi penambahan air panas
(dillution water) antara 22%-24 %. Pemberian air delution/air panas dimaksudkan
untuk memperlancar minyak dan mempermudah pemisahan minyak dan kotoran

Universitas Sumatera Utara

di sandtrap tank dan memudahkan pemisahan minyak pada sandtrap tank dan
vibrating screen.
2. Sandtrap Tank
Sand trap tank, alat ini dipakai dengan tujuan memisahkan pasir dari minyak kasar
yang berasal dari screw press. Dengan cara mengendapkan, tujuanny auntuk
mempermudah pemisahan minyak dan pasir tangki dengan maksud agar ayakan
terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan kehausan pada
ayakan.

Dengan

suhu

minyak

kasar

90-95oC.

Yang

bertujuan

untuk

mempermudah pemisahan antara minyak dan sludge pada sandtrap tank.
3. Vibrating Screen
Minyak kasar yang telah melalui sand trap tank, dialirkan ke vibrating screen 1,2,
dan 3. Saringan bergetar dengan 2 tingkat (tingkat atas saringan 20 mesh dan
tingkat bawah saringan 30) dipakai untuk memisahkan ampas dari minyak kasar.
Saat penyaringan berlangsung, ampas saringan dijatuhkan ke fruit bootom
conveyor sedangkan minyak hasil penyaringan di alirkan ke COT.
4.

Crude Oil Tank (COT)

Crude oil tank 1 adalah tangki penampungan minyak kasar sekaligus pengendapan
pengotor untuk selanjutnya dikirim ke continous Settling tank(CST) .Pada COT
ini lah merupakan bak penampungan minyak kasar dan mengendapkan kembali
pasir, kotoran dan sludge yang lolos dari vibrating screen. COT ini dilengkapi
dengan pipa pemanas steam coil yang berfungsi sebagai sistem pemanasan tujuan

Universitas Sumatera Utara

agar mempermudah proses pemisahan minyak pada proses selanjutnya. Suhu yang
digunakan pada COT berkisar antara 85-95 oC .
5.

CST (Continous Settling Tank)

Di CST ini dilakukan pemisahan antara minyak dengan sludge dilakukan dengan
pengendapan secara gravitasi dalam tangki silindris. Pemisahan berlangsung
secara kontinu dengan umpan utama adalah crude oil yang berasal dari COT 1 dan
Sludge drain reclamed tank.
Minyak yang terkumpul pada lapisan atas dikutip melalui skimmer yang dapat
diatur naik turun sesuai dengan ketebalan lapisan minyak yang terapaung dan
selanjutnya dialirkan ke oil tank. Sludge dari bagian bawah melalui corong
pelimpah yang selanjutnya dialirkan ke COT2. Tangki pisah dilengkapi dengan
pemanas uap terbuka (injeksi uap) dan tertutup (steam coil).
6.

Decanter

Decantermerupakan alat untuk memisahkan minyak, air, dan padatan. Decanter
yang dipakai adalah decanter 3 phase, dengan prinsip sentrifugal .Decanter
mengutip minyak yang masih terikat pada sludge tersebut. Putaran decanter ±3000
rpm dengan suhu 90-95oC. Solid dialirkan ke solid bunker, heavy phase akan
dialirkan ke sludge fit, sedangkan light phase dialirkan ke reclamed tank.
7.

Oil Tank

Minyak dari CST dialirkan ke oil tank dengan tujuan mengendapkan kotoran dan
sebagai bak penampung sebelum minyak masuk ke Vacum dryer. Di dalam oil
tank, minyak dipanaskan dengan steam coil untuk mendapatkan suhu steam 80 -

Universitas Sumatera Utara

85 °C. Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari CST akan
turun ke lapisan bawah. Kotoran dan air ini di akan di drain dan ditampung
direclamed tank untuk diproses kembali. Minyak dari oil tank (masih
mengandung kadar air ± 0,6 % dan sejumlah kotoran).
8.

Vacum Dryer

Vakum dryer adalah alat yang digunakan untuk mesin yang berfungsi untuk
mengeringkan atau menurunkan kandungan air pada suatu minyak dengan suhu
yang sudah di tetapkan suhu 80 - 85 °C, di sini minyak disemprotkan dengan
menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal
ini akan mempermudah pemisahan air di dalam minyak. yang bertekanan antara –
(680-760) mmHg.
9.

Storage Tank

Storage Tank adalah Tangki timbun , tempat yang di gunakan untuk menyimpan
produk minyak sebelum di distribusikan ke konsumen. Didalam Stronge tank ini
memiliki suhu berkisar Suhu 45°-75°C dengan kapasitas 500mt setiap storage tank.

2.5. Tujuan Pengempaan
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa
remasa, sehingga kehilangan minyak sekecil – kecilnya. Untuk ini umumnya telah

Universitas Sumatera Utara

dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang palijg sesuai buah
tenera. Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua
ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat
suatu konus yang menenkan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya
dapat diatur secara optimal. Pengaturan posisi konus dapat silakukan berdasarkan
tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian listrik. Dinding silinder scara
terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa
disemprotkan uap. Kapasitas dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya.
Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa,
tetapi banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan
kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Untuk tenera kompromi
tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering. Untuk
buah dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka perbandingan biji
dengan bagian serabut jauh lebih tinggi. Sehubungan dengan ini terdapat
hubungan yang jelas antara komposisi ampas kempa, gaya, kehilangan minyak
dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.
Ada beberapa tipe kempa ulir, namun pada prinsip nya adalah sama,
dengan kapasitas normal 10 – 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu
bekerja dengan kapasitas berubah – ubah antara 6 – 20 ton TBS/jam tergantung
pada keadaan, dengan mengatur putaran sumbu utama (Mangoensoekarjo, 2003).
2.6 Faktor yang mempengaruhi efesiensi pengepressan
a. Tipe screw press

Universitas Sumatera Utara

Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim,
Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang
berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichi, memiliki
feed screw, sehingga kontiniunitas dan jumlah bahan yang masuk konstan
dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan gravitasi. Kontiniunitas adonan
yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worn yang paralel
dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses
dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw
press menggunaka feed screw, karena disampinh pengisian yang efektif juga
melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak
keluar.
Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan
biaya perawatan yang besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasianya perlu
diperhatikan yang lebih sensitif. Type stork memproduksikan alat press yang
terdiri dari alat menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine
de wecker tidak dilengkapi dengan feed screw. Screew press terdiri dari single
shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda – beda,
dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari
single shaft.

b. Tekanan kerja screw press
Penggerak as screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan
dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw

Universitas Sumatera Utara

adalah 19 – 21 KWH dengan putaran shaft 12 – 14 rpm. Efektifitas tekanan ini
tergantung pada hydraulic cone yang sesuai untuk single pressing diberikan
tekanan pada tahap awal 40 – 50 bar dan pada single pressing menggunakan 40 –
50 bar dan pada double pressing menggunakan tekanan 30 – 35 bar.
c. Air pengencer
air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat.
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan
dari bagian atas bagian tengah atau chute screw press. Jumlah air pengencer yang
diberikan tergantung pada suhu air pengencer semakin tinggi air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. (Ponten Naibaho, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

73 305 50

Pengaruh Tekanan Hidrolik Terhadap Oil Losses Pada Fiber Di Unit Screw Press PKS PT.Multimas Nabati Asahan Kuala-Tanjung

29 98 48

Pengaruh Tekanan Pada Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press

34 105 53

Rancanglah Sebuah Mesin Screw Press Untuk Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Kapasitas 15 Ton TBS/Jam

74 326 95

Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

15 72 43

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 1

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

6 11 3

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 2

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 1 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

2 0 23