Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan
ANALISA KEHILANGAN MINYAK ( OIL LOSSES ) PADA FIBER DARI HASIL PENGEPRESAN SCREW PRESS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
SUAYBA SITOMPUL 102401042
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ANALISA KEHILANGAN MINYAK ( OIL LOSSES ) PADA FIBER DARI HASIL PENGEPRESAN SCREW PRESS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN
KARYA ILMIAH
SUAYBA SITOMPUL 102401042
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Kriteria Matang Panen 4
2.2. Cara Panen 4
2.3. Fraksi TBS dan Mutu Panen 5
2.4. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit 6
2.5. Pemgolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO 11
2.5.1. Bagan Alir 11
2.5.2. Perlakuan Pendahuluan 12
2.5.3. Pemishan 15
2.6. Jenis Minyak dan Lemak 18
2.7. Ekstraksi 19
2.7.1. Rendering 21
2.7.2. Pengepresan Mekanis ( Mechanisal Expression) 22
2.7.3. Ekstraksi dengan Pelarut 23
2.8. Analisa Kadar Lemak Metode Ekstraksi Soxhlet 23
Bab 3. Metodologi Percobaan
3.1. Alat-Alat 26
3.2. Bahan-Bahan 26
3.3. Prosedur Penelitian
Bab 4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil 28
4.1.1. Data Percobaan 28
4.1.2..Perhitungan 29
(4)
Bab 5. Keimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 33
5.2.Saran 33
Daftar Pustaka 34
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lamp. Judul Halaman
1. Alat ScrewPress 34
(6)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
(7)
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA KEHILANGAN MINYAK
(OIL LOSSES) PENGEPRESAN SCREW
PRESS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : SUAYBA SITOMPUL
Nomor Induk Mahasiswa : 102401042
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui Oleh
Medan, Mei 2013
Diketahui Oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing
DR. Rumondang Bulan, MS Drs. Amir Hamzah Siregar,Msi
NIP. 195408301985132001 NIP.196106141991031002
Disetujui Oleh:
Ketua Prodi D3 Kimia Analis
Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si
(8)
PERNYATAAN
ANALISA KEHILANGAN MINYAK ( OIL LOSSES ) PADA FIBER DARI HASIL PENGEPRESAN SCREW PRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT.
MULTIMAS NABATI ASAHAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiyah ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
(9)
PENGHARGAAN
Asalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian mata kuliah Program Studi Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan selesainya Karya Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak membantu penulis baik secara moral maupun secara meteril serta doa dan dukungan nya kapada penulis sehingga Karya Ilmiah ini dapat selesai. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada abangnda Sawal Hanafi Sitompul beserta istri, Mhmd Habib sitompul S.Pd, Adha Yahya Sitompul dan kepada kakanda Latifah Hanum Sitompul S.Farm Apt dan Nur Azimah Sitompul Amd serta keponakan – keponakan penulis Nursaidah Hasti, Riji, Athaillah Rizky dan Baim, terima kasih atas doa dan dukungannya kepada penulis. Bapak Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departeman Kimia. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst., M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Kimia Analis. Bapak Harry Tampubolon selaku Mill Mranager PKS PT. Multimas Nabati Asahan. Bapak Dharma Syahputra selaku Kepala Lab PKS PT.MNA dan juga pembimbing lapangan I.
Bapak Lukmanuddin selaku Supervisor dan juga pembimbing lapangan II. Para mandor dan operator baik di bagian pengolahan maupun di laboratorium. Bang Hendrik, bang Izal, bang Mukhsin dan bang Tony selaku abangnda kami diPKS Seluruh Dosen dan staff pengajar dilingkungan FMIPA USU.
Partner PKL Irma, Saiful dan Martha terima kasih atas bantuan, kerjasamanya dan kebersamaannya selama PKL. Sahabat-sahabatku Pasukan Tentara Icha, Nova,Irma,Puput dan Febri terima kasih atas doa, bantuan, dukungan serta kebersamaannya selama ini semoga kita tetap solid. Teman-teman seperjuangan jurusan Kimia Analis 2010 terima kasih telah banyak membantu dan kebersamaanya selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai tambahan pengetahuan untuk kesempurnaannya dan penulis berharap semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
(10)
Waalaikumsalam Wr. Wb
Medan, Juli 2013 Penulis,
Suayba Sitompul 102401042
(11)
ANALISA KEHILANGAN MINYAK ( OIL LOSSES ) PADA FIBER DARI HASIL PENGEPRESAN SCREW PRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT.
MULTIMAS NABATI ASAHAN
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kehilangan minyak pada serat hasil pengepresan kelapa sawit dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi, dimana hasil yang diperoleh pada serat dalam Screw Press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, dan 3,36%. Dimana batas maksimun kehilangan minyak pada serat 4%, sehingga jika terjadi kehilangan yang terlalu tinggi maka akan disesuaikan dengan putaran screw press.
(12)
AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD AT PT. MULTIMAS NABATI
ASAHAN
ABSTRACT
It has been analysis of oil losses in fiber after pressing of palm with soxhletation extraction method, where result of fiber after pressing in Screw Press I-VI 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%,and 3,36%.so that in the event of loss is too high, it will be adjusted with a round screw press.
(13)
ANALISA KEHILANGAN MINYAK ( OIL LOSSES ) PADA FIBER DARI HASIL PENGEPRESAN SCREW PRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT.
MULTIMAS NABATI ASAHAN
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kehilangan minyak pada serat hasil pengepresan kelapa sawit dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi, dimana hasil yang diperoleh pada serat dalam Screw Press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, dan 3,36%. Dimana batas maksimun kehilangan minyak pada serat 4%, sehingga jika terjadi kehilangan yang terlalu tinggi maka akan disesuaikan dengan putaran screw press.
(14)
AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD AT PT. MULTIMAS NABATI
ASAHAN
ABSTRACT
It has been analysis of oil losses in fiber after pressing of palm with soxhletation extraction method, where result of fiber after pressing in Screw Press I-VI 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%,and 3,36%.so that in the event of loss is too high, it will be adjusted with a round screw press.
(15)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura,
Tenera dan Pasifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong
buahnya secara memanjang/ melintah. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak
dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti
besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk
memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan
Pasifera, memiliki cangkang tipis dengann cincib serat di sekeling biji, serta
ekstraksi minyak sekitar 22-25%. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti
kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial.
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian
pengadukan atau pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan
atau pencacahan berupa sebuah tangki vertical yang dilengkapi dengan
lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya. Lengan-lengan-lengan pencacah ini diputar oleh
motor listrik yang dipasang dibagian atas dari alat pencacah (digester). Putaran-
putaran pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting yaitu
mempersiapkan daging buah untuk pengempan (preesing) sehingga minyak
dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang
(16)
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian
bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke
alat pengempa yang berada persis dibawah digester. Pada pabrik kelapa sawit,
umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memsahkan
minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw
mendesak bubur buah.
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam
screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah
yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan
dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses
pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air
berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 900C.
Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak,
42% air dan 8% zat padat (Pahan, 2008).
Lemak dan minyak dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan hewan atau
tanaman dengan tiga cara yaitu rendering, pengepresann (preesing) atau dengan
pelarut. Rendering merupakan suatu cara yang sering digunakan untuk
mengektraksi minyak hewan dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan
dengan air panas. Lemak atau minyak akan mengapung dipermukaan sehingga
dapat dipisahkan. Pengepresan yaitu bahan yang mengandung lemak atau minyak
mengalami perlakuan pendahuluan, misalnya dipotong – potong atau dihancurkan.
Kemudian dipress dengan tekanan tinggi menggunakan tekanan hidolik atau
screw press. Dengan cara ini minyak tidak dapat seluruhnya diekstraksi.
(17)
menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya
rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang
efektif, kaena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara diuapkan.
1.2. Permasalah
Apakah kehilangan minyak pada fiber (serat) dari hasil pengepresan pada screw
press sudah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui presentase kehilangan minyak
yang melekat pada fiber (serat) setelah melalui screw press dengan menggunakan
metode ekstraksi sokletasi.
1.4. Manfaat
Dengan diketahuinya presentase dari kehilangan minyak (oil losses) dengan
menggunakan ekstraksi sokletasi yang dianalisa di labolatorium akan lebih
mempermudah pihak pabrik untuk mengetahui baik atau tidaknya presentase
kehilangan minyak (oil losses) yang diperoleh, sehingga pihak pabrik dapat yang
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kriteria Matang Panen
Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanenan agar
memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang
dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh. Untuk
memudahkan pengamatan buah, maka dipakai criteria berikut:
1. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh
kurang lebih 10 butir.
2. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh
sekitar 15-20 butuir.
Namun, secara praktis digunakan suatu aturan umum yaitu pada setiap 1 kg Tandn
Buah Segar (TBS) terdapat dua brondolan yang jatuh.
2.2. Cara Panen
Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dn mutu minyak yang
duhasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan
minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan
menigkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal itu
tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian
(19)
minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan
penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan
kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.
2.3.Fraksi TBS dan Mutu Panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan dipabrik sangat dipengaruhi
perlakuan sejak awal panen dilapangan. Factor penting yang cukup berpengaruh
adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidknya penggangkutan buah ke
pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah
mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh
nantinya sangat ditentukan oleh factor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi asam lemak bebas (ALB)
minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan
lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase
tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah
belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang
diperolehnya juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada bebrapa tingkatan atau fraksi
dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu
panen, termaksuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima
fraksi TBS yang dapat kita lihat pada table berikut:
(20)
No. Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan
1. Mentah 00 Tidak ada, buah berwarna Sangat mentah
Hitam
2. Matang 0 1-12,5 buah luar membrondol Mentah
1 12,5-25% buah luar Kurang
membrondol Matang
2 25-50% buah luar Matang I
membrondol
3 50-75% buah luar Matang
3. Lewat 4 75-100% buah luar Lewat
Matang membrondol Matang I
5 Buah dalam juga Lewat
Membrondol, ada buah Matang II
yang busuk
(21)
3.2.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit
Sebelum memasuki pembicaraan mengenai pengenalan pengolahan TBS terlebih
dahulu dibicarakan hasil – hasil apa yang diperolah dari pengolahan tersebut, apa
karakteristik dan sifatnya dan bagaimana sifatnya dan syarat mutunya. Kemudian
akan dibicarkan mengenai bahan mentah yaitu hasil panen tanaman kelapa sawit,
bagaimana sifatnya, dan syarat mutu bagaimana yang harus dipenuhi untuk
memperoleh hasil akhir dengan mutu yang diinginkan. Berapa jumlah dan sifat
serta mutu hasil akhir yang diperoleh dan ditentukan dengan cara perlakuan
terhadap bahan mentah dan pengolahannya.
1. Minyak Sawit
Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida yaitu
gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan
berbagai rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14 –
20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak inti sawit ditentukan oleh
perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak
yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit termaksud
golongan minyak asam oleat-linoleat.
Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung dalam beberapa
minggu sebelum matang. Oleh karena itu penentuan saat panen adalah sangat
menentukan. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan
membrondol (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan tandan biasanya
dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Seminggu sebelum
(22)
Kebalikan dari pembentukan adalah penguraian atau hidrolisis lemak
menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses ini pada buah terjadi sejak mulai
terjadinya buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubungannya
dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim lipase yang juga terdapat
dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel
dipecahatau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik,
tergores atau memarkarena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak
dan reaksi hidrolisis akan segera berlangsung dengan cepat. Karena buah kelapa
sawit mengandung zat-zat antioksidan seperti sterol, miyak sawit kasar akan lebih
tahan terhadap oksidasi pada waktu penyimpanan dibandingkan minyak kelapa
sawit yang telah dimurnikan. Namun karena oksidasi dapat dikatalis oleh logam
terutama logam tembaga dan besi meka untuk menghasilkan minyak kelapa sawit
dengan tingkat oksidasi rendah supaya tahan disimpann lebih lama, pada
pengolahan dan penyimpanannya agar memakai logam baja tahan karat atau
dilapisi dengan tembaga. Minyak sawit berwarna merah jingga karena
mengandung karoten. Minyak sawit yang bermutu baik adalah yang mudah
dipucatkan, karena pada penggunaannya konsumen menghendaki warna yang
sepucat mungkin agar tidak mempengaruhi warna makanan yang terbuat dari atau
memakai minyak sawit.
2. Inti Sawit
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit
mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang
(23)
bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar
minyak dalam inti kering adalah 44-53%.
Minyak inti sawit juga mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti
sawit yang pecah dan inti sawit yang berjamur. Factor yang menentukan pada
peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses
pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar
inti pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat biakan
mikroorganisme (jamur).
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih
dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan
demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahan hanya 0,5%. Jadi
pembentukan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan, yaitu tempat
penimbunannya lembab. Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan
warna. Minyaknya akan lebih genap dan sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada
pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 1300C. Suhu kerja
maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang
berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis cangkangnya adalah yang
lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.
3. Tandan Buah Segar(TBS)
Tanaman yang dikembangkan sekarang adalah hidrida Tenera (Dura x Psifera).
Buahnya mengandung 80% daging buah dan 20% biji yang batok atau
cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 – 40% terhadap buah. Buah dura
lebih tipis daging buahnya, tetapi lebih besar intinya. Tanaman pasifera tidak
(24)
Tanaman kelapa sawit dipanen sepanjang tahun secara bergiliran. Tiap
pohon hanya menghasilkan sekitar 8 – 10 tandan setahun. Jumlah panen setiap
bulannya tidaklah sama. Dikenal bulan panen puncak dan bulan panen rendah.
Panen bulan puncak 1,5 dari panen rata – rata dan 3-4 kali panen bulan rendah.
Semester pertama menghasilkan 40-45% dan semester kedua menghasilkan
55-60%. Selama 6 bulan beradada dibawah rata- rata dan selama 6 bulan di atas rata
– rata. Bagaimana bentuk, susunan, atau komposisi tandan buah segar akan
menentukan bagaimana cara maupun hasil pengolahannya. Komposisinya pertama
ditentukan oleh jenis tanamanya. Kesempurnaan penyerbukan bunganya, dan saat
pelaksaan panennnya. Jenis Tenera adalah hasil persilangan jenis Deli Dura
dengan jenis Psifera. Buah Dura mempunyai daging buah yang tipis dan cangkang
yang tebal.Sedangkan buah Psifera mempunyai daging buah yang sangat tebal dan
tidak mempunyai cangkang.
Buah Tenera mempunyai daging buah yang agak tebal dan cangkang yang
tipis. Tandan buah terdiri atas Tandan Buah Kosong (TBK). Ini adalah bagian
yang tersisa setelah buah terpisah dari tandannya, yang dibuang sebagai limbah.
Adakalanya dipakai sebagai penambah bahan bakar. Karena lindak (bulky) pada
umumnya dibakar dalam insinerator untuk memudahkan pembuangannya dan
abunya dipakai sebagai pupuk.
Buah terdiri atas daging buah dan biji di bagian dalamnya. Daging buah
mengandung minyak , air dan serabut dan bahan lain. Kadar minyak dan air
tergantung pada kematangan buahnya, sedangkan tebal daging buah tergantung
pada jenis tanamanya. Bagian luar dari biji adalah cangkang atau batok. Bagian
(25)
yang tepat matang akan lepas sendiri dari tandannya. Tidak semua buah dalam
satu tandan matang pada waktu yang sama. Derajat kematangan tandan sering
dinyatakan dengan jumlah buahnya yang telah melepas (memberondol). Demikian
pula tidak semua tandan yang terdapat pada satu pohon sama tuanya, dan tidak
pada semua pohon pada waktu yang sama terdapat tandan yang matang untuk
dipanen.
Kriteria matang panen ditentukan sedemikian rupa sehingga tandan yang
belum cukup matang pada suatu hari panen jangan sampai menjadi lewat matang
pada pusingan berikutnya. Pelukaan buah ( buah memar) sedapat mungkin harus
dihindarkan untuk mencegah kadar ALB dalam minyak tidak menjadi terlalu
tinggi. Tandan yang lebih matang akan lebih mudah luka, demikian halnya
dengan buah yang membrondol karena sudah matang dan menjadi lunak. Cara
pengangkutan yang dapat memperkecil jumlah perlakuan (bongkar atau muat)
terhadap tandan adalah cara yang paling baik.
Pembersihan tandan dari bagian yang tidak mengandung minyak seperti
serabut sisa kelopak dan pemotongan sisa gagang yang terlalu panjang juga
penting karena bahan tersebut dapat menyerap minyak. Waktu antara panen dan
pengolahan adalah factor yang penting diperhatikan. Hendaknya tandan selesai
diolah dalam waktu 24 jam setelah dipanen. Pembentukan ALB dalam minyak
lebih banyak terjadi sebelum buah direbus, jadi selama pengangkutan dan
(26)
4.3. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
4.3.1. Bagan Alir
Penerimaan panen terdiri atas penimbangan, penimbunan, atau penyimpanan dan
pemuatan kedalam keranjang rebusan. Dengan ini tandan telah siap untuk diolah.
Kegiatan pengolahan pertama adalah perebusan TBS dalam uap jenuh.
Selanjutnya dengan penebahan buah dipisah dari tandannya. TBK dibawa keluar
pabrik untuk dibuang, dibakar atau dirajang untuk bahan bakar. Sedangkan buah
rebusannya dibawa kestasiun pengempaan.
Disini buah rebus diremas dalam bejana peremas (digester) untuk
melepaskan daging buah dari biji dan dijuga untuk melumatkannya sehingga
sel-sel minyak pecah, supaya minyaknya dapar diperas ke luar. Umumnya sekarang
pemerasan dilakukan dengan memakai kempa ulir. Disini akan terpisah bagian
cair dari bagian padat. Bagian cair setelah melalui saringan getar kemudian
dipompa ke tangki pengendap bersinambung ( continuous settling tank) untuk
memisahkan minyak dari air dan kotoran.
Bagian air dan kotoran ini masih diolah lagi dalam alat sentrifus pemisah
untuk mengutip sebanyak mungkin sisa minyak yang masih ada, dan biasanya
yang masih tersisa dalam air buangan tersebut pun masih dicoba kembali
mengutipnya dalam bak pengendap (fat pit). Minyak kemudian dimurnikan
dengan alat sentrifus pemurni dan alat pengering vakum minyak.
4.3.2. Perlakuan Pendahuluan
Dalam mepersiapkan TBS untuk pengolahan pada penerimaan dipabrik terlebih
(27)
gilirannya diolah. Pengolahan pertama adalah perebusan. Ini bertujuan untuk
mepersiapkan tandan supaya dapat diolah dengan efisien pada tahap – tahap
perlakuan pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan baik.
Bagaimana akhir hasil pengolahan akan tergantung pada kesempurnaan tahap
perebusan ini.
a. Penerimaan Panen
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di pabrik.
Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbangan. Jika diangkkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum
pembongkaran dan pemuatannya kedalam keranjang perebusan. Sesudah itu
ditimbang lagi dalam keadaan kosong. Jika pengangkutan dilakukan langsung
dalam keranjang perebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang,
sedangkan berat kosong ditentukan secara berkala saja.
Pelantaran tersebut dilengkapi dengan sejumlah ruang timbun, masing –
masing bermuatan sekitar 10 – 12 ton TBS. dengan cara ini pekerjaan bongkar
muat bertambah sekali, berarti perlakuan kasar atau pelukaan buah bertambah.
Selain itu sebagai ruanga lantai timbun dapat dibuat bercelah-celah sehingga
sebagian besar pasir dan sampah yang terikut pada pengangkutan panen dari
lapangan dapat terbuang disini.
b. Perebusan
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk
mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu yang tinggi
(28)
terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas
dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh kerena itu tandan yang
dipanen harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya. Pada tangkai
buah terdapat polisakarida (pati,selulosa) yang bersifat perekat. Polisakarida
terhidrolisis menjadi monosakarida yang mudah larut sehingga buah mudah lepas
dari tandannya. Proses hidrolisis sudah berlangsung sejak buah menjadi matang
dan dipercepat sewaktu perlakuan dengan uap panas.
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji
sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan
pendahuluan dari inti dan biji mulai lekang dari biji. Pelepsanan uap (penurunan
tekanan) dengan cepat dari rebusan akan menguapkan (flash evoaporation)
sebagian air buah, sehingga buah menjadi lemah dan minyak mudah diperas dari
dalamnya tekanan tersebut kondensat terkumpul dilantai rebusan dibuang terlebih
dahulu agar tidak mengurangi efek flashing.
Rebusan berupa bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau
salah satu ujungnya. TBS dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang
dindingnya berforasi untuk penyaluran uap (steam) diantara buah, dan
ditempatkan diatas lori yang rendah. Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap
keranjang memuat ± 2,5 ton TBS.
Siklus minimum pada perebusan ± 90 menit dapat diperpanjang tergantung
pada kapasitas perebusan yang dikehendaki. Tetapi yang diperpanjang adalah
waktu pengeluaran atau pemasukan lori saja. Interval antara masing-masing
perebusan tergantung pada jumlah rebusan yang dipakai. Interval adalah siklus
(29)
1300C agar jumlah inti yang berubah warnanya karena suhu tinggi tersebut masih
dapat diterima, yaitu tidak menghasilkan minyak inti sawit yang sukar dipucatkan.
Selain itu waktu minimum pada suhu yang dipilih ditentukan oleh ukuran dan
kematangan tandan. Makin besar dan makin mentah tandannya semakin panjang
waktu perebusannya agar kehilangan buah dalam TBK sekecil-kecilnya.
4.3.3. Pemisahan
Setelah perebusan yang sempurna buah sudah dalam keadaan mudah dilepaskan
dari tandannya. Daging buah juga sudah lunak dan lemah, dan zat-zat menganggu
pada pengolahan selanjutnya sudah dimusnahkan atau dibuat nonaktif. Inti juga
sudah mulai lekang dari tempurungnya (cangkangnya). Tandan buah telah siap
untuk pekerjaan pemisahan. Pemisahan yang dilakukan terdiri atas pemisahan
buah dari TBK dengan penebahan, pemisahan minyak dari daging buah dengan
pengempaan, pemisahan biji dari ampas kempa dengan penghembusan serabut,
pemisahan minyak dari air dengan pengendapan dan pemisahan inti dari biji
dengan pemecahan biji dan cangkang.
a. Penebahan
Penebahan adalah pelepasan buah dan kelopak ari tandan yang sudah direbus.
Penebahan adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring
dengan kisai-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran berondolan.
Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan mengalami
gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik tertinggi pada
(30)
kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali
sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung termol.
Pada penebahan yang sempurna tidak ada buah yang masih melekat pada
tandan buah kosong (kecuali kalau akibat tandan sakit atau tandan kurang rebus).
Penebah sekaligus bertindak sebagai pengumpan ke bejana peremas. Muatan
bejana peremas harus dijaga konstan dan tetap penuh. Oleh karena itu kapasitas
dan jam kerja penebahan diatur seimbang dengan kapasitas pengempaan.
Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan
minyak oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur
sehingga buah bersinggungan dengan TBK. Juga akbat penumpukan tandan
yang terlalu banyak diatas talang pengumpan, sehingga tandan yang tertindih
paling bawah akan terperas minyaknya dan diserap oleh tangkai tandan.
Kehilangan lain adalah minyak dalam buah dalam TBK, akibat penebahan yang
tidak sempurna karena pengempaan yang tidak teratur, selain tandan kurang
rebus dan tandan sakit atau abnormal. Perebusan yang sempurna ditandai dengan
buah yang mudah lepas jika tandan dijatuhkan kelantai. Dengan cara yang sama
dapat ditandai penebahan yang tidak sempurna.
b. Peremasan (Pemisahan minyak dari daging buah, I)
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak selama beberapa waktu
sementara dipanaskan pada suhu yang tertinggi. Bejana dilengkapi dengan
beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk
didalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara
sesame buah dan diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel.
(31)
menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas
sebanyaknya pada pengempaan berikutnya.
Dasar ketell peremas mempunyai lubang-lubang perforasi sehingga cairan
buah yang keluardapat segera tiris. Dengan demikian volume massa yang masuk
kedalam kempa berikutnya sudah berkurang. Kadar air dalam massa remasan
yang dikempa menjadi lebih sedikit sehingga kemungkinan terjadi emulsi pada
pengempaan menjadi berkurang.
Untuk memperoleh peremasan yang baik kondisi yang menghasilkan
gesekan sebesar-besarnya perlu dipertahankan. Massa dijaga tidak sampai
menjadi bubur, maka lubang perforasi dijaga tidak sampai tersumbat. Ketel
harus dijaga tetap penuh untuk menjaga tekanan yang konstan, dan waktu
pengadukan yang cukup. Oleh karena itu ketel telah dirancang dengan bentuk,
serta panjang dan jumlah lengan pengaduk yang sesuai, demikian pula bentuk,
jumlah dan letak lubang perforasinya. Oleh karena itu secara berkala perlu
dilakukan pemeriksaan keausan pengaduk dan penyumbatan perforasi.
Peremasan yang baik ialah jika dalam massa remasan yang masuk ke dalam
kempa tidak terdapatsatupun buah yang masih utuh atau yang daging buahnya
belum terlepas sepenuhnya dari biji.
c. Pengempaan (Pemisahan minyak dari daging buah, II)
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa
remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah
dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir ganda adalah yang paling sesuai
untuk buah Tenera. Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi
(32)
silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan
keluar. Tekanannya dapat diatur dengan optimalnya. Pengaturan posisi konus
dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian
tenaga listrik.
Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas.
Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan
penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa semakin rendah kadar
minyak dalam ampas kempa, tetapi semakin banyak biji yang pecah dalam
kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal
tersebut.
2.5. Jenis Lemak dan Minyak
a. Minyak Goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, dan
penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi
titik asap, makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu minyak
goreng tergantung tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah
digunakan untuk mengoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi
hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis,
pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu
(33)
b. Mentega
Mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi
didalam 80% minyak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat
pengemulsi. Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam.
c. Margarin
Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan
nilai gizi yang hamper sama. Margarine juga merupakan emulsi air dalam minyak
dengan persyaratan mengandung tidak kurang 80% lemak. Lemak yang
digunakan dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nebati. Lemak hewani
yang digunakan biasanya lemak sapi (Oleo Oil) dan lemak babi (Lard), sedangkan
lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak
kedelai dan minyak biji kapas ( Winarno, 1997).
2.6. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam
simplisia akan terlepas. Dalam proses ekstraksi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
a.Jumlah simplisia yang akan diekstrak
b.Derajat kehalusan simplisia dimana semakin halus, luas permukaan akan
(34)
c. Jenis pelarut yang digunakan,dimana jenis pelarut berkaitan dengan polaritas
dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah
senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut
dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan
polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
1. Pelarut polar, dimana memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar
cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat
menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu
contah pelarut polar adalah air, methanol, etanol, asam asetat.
2. Pelarut semipolar, dimana pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang
lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk
mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini
adalah aseton, etil asetat, kloroform.
3. Pelarut nonpolar, dimana pelarut nonpolar hamper sama sekali tidak polar.
Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak
larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis
minyak. Contah heksana dan eter.
Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk mengekstaksi:
a. Tidak toksik dan ramah lingkungan
b. Mampu mengekstak semua senyawa dalam sampel
c. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
d. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
(35)
4. Lama waktu ekstraksi, dimana lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh.
Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak
yang didapatka
Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam yaitu rendering (dry rendering dan
wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction
2.6.3. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet
rendering dan dry rendering.
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses. Cara ini dikerjakan pada ketel terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound
tekanan uap (40-60 psi). penggunaan temperature rendah dalam proses wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
(36)
perlahan-lahan sampai suhu 500C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan.
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi
dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F sampai 2300F (
1050C-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang
telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
2.6.4. Pengepresan Mekanis ( Mechanical Expression )
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dulakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencengkup
pembuatan serpih, peranjangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan
(37)
a. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hidraulik pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm =136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dari bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari
lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.
b. Pengepresan Berulir
Cara pengepresan berulir memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlansung pada temperatur
2400F (115,50C) dengan tekanan sekitar 15-20 pond/inch2. Kadar air minyak atau
lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
2.6.5. Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang
rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah
petroleum eter, gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan
(38)
2.7. Analisa Kadar Lemak Metode Ekstraksi Soxhlet
Prinsipnya ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstraksi
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Penentuan kadar
lemak dengan pelarut menghasilkan lemak kasar (crude fat). Umumnya, analisa
lemak kasar ada dua macam , yaitu cara kering dan cara basah. Ekstraksi padat
cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke
dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena
komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang dapat larut dalam solven pengekstraksi. Esktraksi berkelanjutan
diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun, sering juga
digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
Pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble,
kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus
dilakukan secepatnya dan hindari suhu yang terlalu tinggi. Oleh karena itu
dianjurkan menggunakan vakum oven (suhu 700C). P enentuan kadar lemak
dengan cara ekstraski kering dapat menggunakan alat yang dikenal dengan namab
soxhlet. Ekstraksi dengan soxhlet ini dilakukan secra terputus-putus. Pada
eksrktor soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap.
Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam
fase cair. Kemudian, pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut
akan membasahi sampel dan tertahan didalam selongsong sampai btinggi pelarut
(39)
seluruhnya akan mengalir masuk kembali kedalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Metode yang digunakan dimana cara kerja ini adalah pertama-tama sejumlah
sampel ditimabng dengan teliti, lalu dimasukkan kedalam thimble yang dapat
terbuat dari kertas saring atau alundum (Al2O3) . Ukuran thimble dipilih sesuai
dengan ukuran soxhlet yang digunakan. Sampel yang belum kering harus
dikeringkan terlebih dahulu, bila perlu dicampur dengan pasir murni bebas lemak
untuk memperbesar luas permukaan kontak dengan pelarut. Sampel dalam thimble
ditutup dengan kapas bebas lemak supaya partikel sampel tidak ikut terbawa
aliran pelarut. Selanjutnya, labu godok dipasang beserta kondensornya. Pelarut
yang digunakan sebanyak 1,5-2 kali isi tabung ekstraksi. Unit soxhlet dipasang
yang dilengkapi dengan pendingin balik, dan pemanasan dilakukan pada suhu titik
didih pelarut, kemudian dibiarkan terjadi sirkulasi sampai pelarut menjadi jernih.
Larutan yang diperoleh dirotaevaporatorasi dengan tekanan dan suhu sesuai
pelarut sampai diperoleh ekstrak kering.
Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air untuk menghindari bahaya
kebakaran, atau bila terpaksa menggunakan kompor listrik harus dilengkapi
dengan pembungkus labu dari asbes. Pada akhir ekstraksi, yaitu kira-kira 4-6 jam,
labu godok diambil dan ekstrak dituang ke dalam batol timbang atau cawan
porselen, lalu pelarut diuapkan di atas penangas air sampai pekat.
Ekstrak kemudian dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan
pada suhu 1000C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat
lipid. Agar diperoleh lipid bebas air dengan cepat, maka pengeringan dapat
(40)
pula diketahui dengan menimbang sampel padat yang ada dalam thimble setelah
ekstraksi dan sudah dikeringkan dalam oven, sehingga diperoleh berat konstan.
Selisih berat sebelum dengan sesudah ekstraksi merupakan berat lipid yang ada
(41)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat
a) Neraca Analitis Sartorius
b) Beaker Gelas Pyrex
c) Labu Alas Bulat Pyrex
d) Alat Soklet Pyrex
e) Oven Memmert
f) Hot Plate Thermostat Magneti Stirer
g) Thimbel _
h) Spatula _
i) Tissue _
j) Penjepit Tabung _
k) Desikator _
3.2 Bahan-bahan
a) Fiber Hasil Pengepresan
b) N-Heksan
3.3 Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Fiber
a) Ditimbang beaker gelas kosong
(42)
c) Ditimbang sampel
d) Dimasukkan kedalam desikator selama ± 30 menit
e) Dikeringkan dalam oven selama ± 10 jam pada suhu 1050C untuk
menghilanngkan kadar air pada fiber hasil pengepresan
f) Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit
g) Ditimbang sampel kering
h) Dimasukkan kedalam thimble
i) Ditutup dengan tissue
j) Ditimbang labu alas bulat kosong
k) Dimasukkan 250 ml N-Heksan kedalam labu alas bulat
l) Dimasukkan thimbel kedalam alat soklet
m) Diekstraksi selama ± 4 jam
n) Ditunggu sampai terjadi 2 siklus
o) Dilepas labu alas bulat dari alat soklet
p) Dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C selama ± 30 menit untuk
menghilangkan pelarut yang masih tertinggal didalam minyak
(43)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
4.1.1. Data Percobaan
N o
Tanggal Screw
Press Berat Gelas (Wadah) (gr) Sampel (gr) Spl kering (gr) Gelas+Eks Spl (gr) Gelas Labu (gr) Moisture (%) OLWB (%)
1. 12mar’13 I
II V VI 106.8919 106.2343 105.8713 128.9692 11.5347 13.1989 14.0634 11.7108 114.0715 115.3222 114.3388 136.3557 109.6781 112.2235 111.6977 109.8614 109.3401 111.8220 111.0799 109.4766 37.76 31.15 39.79 36.63 2,93 3.04 4.46 3.29
2. 13mar’13 I
II V VI 109.2644 104.7742 127.7209 105.6171 10.8372 12.5104 10.9281 11.3270 115.8301 112.3730 134.4596 111.8470 110.6653 111.2636 108.7466 109.4496 110.2340 110.7870 108.3510 109.4496 39.42 39.26 38.34 45.06 3.98 3.81 3.62 4.10
3. 14mar’13 I
II V VI 124.3879 128.9779 104.7790 128.3152 11.6822 14.4200 11.4807 11.3700 131.6405 136.9262 111.8230 134.4471 110.7278 110.0000 110.0201 110.7524 110.3370 109.3218 109.4795 110.2539 43.05 44.88 45.61 46.06 3.35 4.70 4.71 4.33
4. 15mar’13 I
II V VI 126.5613 105.6171 127.7250 105.0822 16.3944 13.3156 12.1820 12.8602 136.4170 113.2812 135.0811 113.3122 111.0171 110.8225 112.2744 97.0330 110.3810 110.2766 111.8164 96.5186 39.88 42.44 39.62 42.22 3.8 4.10 3.76 4.00
(44)
4.1.2. Perhitungan
b. Kehilangan Minyak ( OLWB)
OLWB : ����� + ������ ������� −����� ����
������
x 100%
Contoh Perhitungan Oil Losses dan Kehilangan Minyak (OLWB) Pada
Diketahui: Berat Gelas (Wadah) : 106.8919 gr
Berat Sampel : 11.5347 gr
Berat Sampel kering : 114.0715 gr
Berat Sampel + Sampel Ekstrak : 109.6781 gr
Berat Gelas Labu : 109.3401 gr
Ditanya : Kehilangan Minyak (OLWB)?
Penyelesaian:
Kehilangan Minyak : ����� + ������ ������� −����� ����
������
x 100%
5. 16mar’13 I
II IV VI 105.5710 128.2966 124.3991 104.7808 10.8088 12.1124 14.9541 14.1047 112.1030 135.0932 133.5793 113.3222 109.7200 110.8385 111.4361 99.8719 109.3288 110.3577 110.8081 99.2908 38.73 43.88 39.04 39.44 3.62 3.97 4.20 4.12
(45)
:
(109,6781 ��)− (109.3401��)(11.5347��)
x 100%
: 2,9302 gr
4.2 Pembahasan
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO
secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan
proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap
proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada
satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena
itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
norma-norma yang ada.
Terjadinya kehilangan minyak pada fiber ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Waktu perebusan
Dengan waktu perebusan yang lebih tinggi membuat kematangan minyak
lebih sempurna tetapi dilain pihak menyebabkan losis yang besar.
b. Putaran Screw Press
Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas pada screw press akan lebih
(46)
c. Tekanan pada screw press
Dimana tekanan yang tinggi menyebabkan losis pada kernel sedangkan
tekanan yang rendah akan menyebabkan losis minyak yang tingg
d. Operator Digester
Dimana pisau yang terdapat didalam digester yang apabila pisau tersebut
telah haus akan menyebabkan losis minyak yang tinggi.
Kehilangan minyak yang terjadi pada fiber dengan banyaknya
tergantung pada waktu perebusan, putaran screw press, tekanan pada
screw press dan oerator digester. Berdasarkan data yang diperoleh,
persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan yang terjadi
pada Screw Press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, 4,36%,
(47)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil
pengepressan pada screw press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, 3,36%.
Dengan batas maksimum kehilangan minyak 4.00%, sehingga jika terjadi losis
yang terlalu tinggi maka akan disesuaikan dengan putaran screw press
5.1Saran
Terjadinya kehilangan minyak tidak dapat dihindarkan oleh karena itu sebaiknya
pihak pabrik memperhatikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kehilangan minyak seperti waktu perebusan, putaran screw press, tekanan pada
screw press dan oerator digester sehingga presentasi kehilangan minyak menjadi
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, M.2010. Teknik Penelitian. Erlangga: 125-126
Ketaren, S. 2008. Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia: 200-202.
Mangoensoekarjo, S. dan Haryono, S. 2003. Management Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press: 335-349.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Management Agribisnis dari Hulu hingga hilir. Penebar Swadaya: 222-225.
Penulis, T. 1997. Kelapa Sawit Usaha Bududaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya: 133-134.
(49)
(50)
Alat sokletasi
(1)
:
(109,6781 ��)− (109.3401��)(11.5347��)
x 100%
: 2,9302 gr
4.2 Pembahasan
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
Terjadinya kehilangan minyak pada fiber ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Waktu perebusan
Dengan waktu perebusan yang lebih tinggi membuat kematangan minyak lebih sempurna tetapi dilain pihak menyebabkan losis yang besar.
b. Putaran Screw Press
Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas pada screw press akan lebih tinggi, tetapi akan menyebabkan losis minyak menjadi tinggi.
(2)
c. Tekanan pada screw press
Dimana tekanan yang tinggi menyebabkan losis pada kernel sedangkan tekanan yang rendah akan menyebabkan losis minyak yang tingg
d. Operator Digester
Dimana pisau yang terdapat didalam digester yang apabila pisau tersebut telah haus akan menyebabkan losis minyak yang tinggi.
Kehilangan minyak yang terjadi pada fiber dengan banyaknya tergantung pada waktu perebusan, putaran screw press, tekanan pada screw press dan oerator digester. Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan yang terjadi pada Screw Press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, 4,36%, 3,36%.
(3)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan pada screw press I-VI adalah 1,77%, 5,05%, 6,09%, 3,24%, 3,36%. Dengan batas maksimum kehilangan minyak 4.00%, sehingga jika terjadi losis yang terlalu tinggi maka akan disesuaikan dengan putaran screw press
5.1Saran
Terjadinya kehilangan minyak tidak dapat dihindarkan oleh karena itu sebaiknya pihak pabrik memperhatikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan minyak seperti waktu perebusan, putaran screw press, tekanan pada screw press dan oerator digester sehingga presentasi kehilangan minyak menjadi sekecil mungkin.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, M.2010. Teknik Penelitian. Erlangga: 125-126
Ketaren, S. 2008. Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia: 200-202. Mangoensoekarjo, S. dan Haryono, S. 2003. Management Agrobisnis Kelapa
Sawit. Gadjah Mada University Press: 335-349.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Management Agribisnis dari Hulu hingga hilir. Penebar Swadaya: 222-225.
Penulis, T. 1997. Kelapa Sawit Usaha Bududaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya: 133-134.
Winarno, F.G. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: 95-97.
(5)
(6)
Alat sokletasi