Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan telaah dokumen
untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan
(zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Medan Jalan

Listrik No. 8 Medan yakni pada divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Lingkungan (K3L). PT. PLN (Persero) Area Medan meliputi 9 rayon, yaitu rayon
Medan Johor, rayon Medan Selatan, rayon Medan Baru, rayon Medan Kota, rayon
Sunggal, rayon Belawan, rayon Helvetia, rayon Labuhan, dan rayon Medan
Timur.
Divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) merupakan
salah satu bagian yang bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatankegiatan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, dimulai dengan
menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama dalam
bekerja, menjalankan setiap kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja, sampai dengan melakukan inspeksi bahkan evaluasi sehingga mencapai
nihil kecelakaan (zero accident).

42
Universitas Sumatera Utara

43

3.2.2

Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari Januari 2017 sampai


dengan Mei 2017.
3.3.

Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) dalam penelitian kualitatif, instrumen utama

adalah

peneliti sendiri.

Namun,

dalam pelaksanaannya untuk

memudahkan

pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang digunakan
dalam peneitian kualitatif ini yaitu :
1. Pedoman wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini besifat semiterstruktur
(semistructure interview) untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek
yang akan dibicarakan dan menjadi daftar pengecekan (check list) tentang
aspek yang telah dan belum dibicarakan. Pada pelaksanaannya, pedoman
wawancara ini digunakan lebih bebas. Tidak tertutup kemungkinan bagi
peneliti untuk menanyakan hal-hal di luar pedoman wawancara agar data
yang dihasikan lebih lengkap dan bervariasi.
2. Alat Perekam
Peneliti tidak

perlu

mencatat jalannya pembicaraan karena peneliti

menggunakan alat perekan berupa tablet untuk merekam suara dan camera
untuk merekam gambar.

Universitas Sumatera Utara

44


3.4 Pemilihan Informan
Dalam

penelitian

ini,

pemilihan

informan

menggunakan

teknik

nonprobability sampling secara purposive, ialah teknik pengambilan sampel atau
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni dikarenakan peneliti
membuat kriteria tertentu siapa yang akan dijadikan informan. Informan yang
diambil dalam penelitian ini adalah pihak yang berkaitan dengan dengan

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercapai nihil kecelakaan
(zero accident), yaitu : Divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(K3L) yang berjumlah dua orang, yang terdiri atas satu orang supervisor divisi
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dan satu orang junior
techician divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) karena lebih
mengetahui dan bertanggung jawab dalam hal melaksanakan kegiatan yang
berkaitan dengan keselamatan kesehatan kerja pada tenaga kerja supaya
lingkungan kerja tetap aman dan selamat.

3.5

Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari informan dengan menggunakan pedoman
wawancara kepada pihak terkait.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen
terkait pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga mampu
mencapai nihil kecelakaan (zero accident) dan data-data pendukung mengenai

gambaran umum PT. PLN (Persero) Area Medan. Selain itu data sekunder juga

Universitas Sumatera Utara

45

diperoleh dari studi literatur mengenai peraturan atau standar yang berhubungan
dengan pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).

3.6

Definisi Istilah
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan
makna atau definisi istilah, sebagai berikut :

1.

Komitmen adalah niat atau tekad untuk melaksanakan sesuatu untuk
mencapai


tujuan

yang

tercermin

dalam sikap

dan

tindakan

tentang

keselamatan dan kesehatan kerja.
2.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ialah memuat kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan operasional.


3.

Komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
kegiatan penyampaian informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja
kepada semua pekerja untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap pekerja.

4.

Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan penyelidikan kecelakaan
adalah kegiatan pemeriksaan secara umum terhadap unit operasi dan
menemukan faktor penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat
dicegah dan tidak terulang kembali di kemudian hari.

5.

Evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kegiatan yang bersifat
menyeluruh untuk merumuskan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.


Universitas Sumatera Utara

46

6.

Nihil kecelakaan yaitu tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
kehilangan hari kerja kurang dari 48 jam.

3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis tematik dan analisis isi. Analisis tematik digunakan untuk
mengidentifikasi tema-tema yang terpola dari hasil wawancara yang telah
diperoleh. Analisis ini dikodekan secara induktif yaitu dimulai dengan observasi
khusus yang akan memunculkan tema, kategori, dan pola hubungan diantara
kategori-kategori tersebut.
Sedangkan analisis isi digunakan untuk mengidentifikasi pesan nyata maupun
pesan laten dari sebuah dokumen yang diteliti yang dapat berupa teks, gambar,
dan


simbol.

Dengan

menggunakan

analisis

ini,

peneliti

mampu

melihat

kecenderungan isi media berdasarkan konteks, proses, dan kemunculan dari
dokumen-dokumen yang diteliti kemudian menghubungkannya dengan realitas
yang terjadi. Selanjutnya data yang sudah terkumpul akan diolah dan disajikan

dalam bentuk narasi berdasarkan variabel.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Area Medan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah keberadaan PT. PLN (Persero) Wilayah Indonesia yaitu pada tahun
1893 dan di Wilayah Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan
swasta belanda bernama NV NIGEM/OGEM (Overzeese Gase dan Electritiest
Maathappy) membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi
lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 8 Medan. Kemudian menyusul
pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924,
Tebing Tinggi tahun 1927, Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun
1929, Tanjung Balai tahun 1931, Labuhan Bilik tahun 1936, dan Tanjung Tiram pada
tahun 1937.

4.1.2 Visi, Misi, dan Motto PT. PLN (Persero) Area Medan
4.1.2.1 Visi PT. PLN (Persero) Area Medan
PT. PLN (Persero) Area Medan kelas dunia yang bertumbuh kembang
yang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani yang dilandasi
dengan tata nilai integritas, peduli, pembelajar, dan saling percaya.
4.1.2.2 Misi PT. PLN (Persero) Area Medan
1.

Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.

2.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.

47

Universitas Sumatera Utara

48

3.

Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

4.

Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan.

4.1.2.3 Motto PT. PLN (Persero) Area Medan
PT.

PLN (Persero) Area Medan memiliki motto “Listrik Untuk

Kehidupan yang Lebih Baik”. Dengan motto tersebut PT. PLN (Persero) Area
Medan berharap akan mencapai kesuksesan dalam pelayanan dan pembangunan
ketenagalistrikan.

4.1.3 Proses Produksi Perusahaan
Gardu Induk (GI) dengan tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit
tenaga listrik akan disalurkan melalui saluran transmisi. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
GI distribusi, selanjutnya dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Sistem distribusi primer digunakan
untuk menyalurkan tenaga listrik dari GI distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem
ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan.
Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga
listrik sampai ke pusat beban.
Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah,

yaitu 220/380

Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran

distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Sistem distribusi sekunder digunakan

Universitas Sumatera Utara

49

untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di
konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak
digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel, sistem ini
biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

4.2

Keterbatasan Penelitian
Penelitian

ini menggunakan penelitian kualitatif,

dimana data yang

dikumpulkan melalui wawancara dari informan dan telaah dokumen terkait
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga analisis yang
dihasilkan

memberikan

informasi mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi

pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan.
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah,
namun demikian masih memiliki keterbatasan meliputi : Berdasarkan teori-teori
yang sudah ada sebelumnya, yaitu teori Mathis dan Jackson, manajemen
keselamatan kerja yang efektif

yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi

pencapaian nihil kecelakaan (zero accident)

hanya terdiri atas komitmen

perusahaan, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, komunikasi dan pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan
penyelidikan
Sedangkan

kecelakaan,
masih

banyak

serta

evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja.

faktor

lain yang memengaruhi pencapaian nihil

kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

50

4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero
accident)
Pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) merupakan prestasi kerja di
bidang

keselamatan

dan

kesehatan

kerja.

Pemerintah

akan

memberikan

penghargaan nihil kecelakaan kerja dalam bentuk piagam dan bendera emas
kepada perusahaan yang berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat
kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja (STMB)
selama 2 x 24 jam dan atau menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya
peralatan tanpa korban jiwa dimana kehilangan waktu kerja tidak melebihi shift
berikutnya pada kurun tertentu dan jumlah jam kerja orang tertentu.

4.3.1 Komitmen Perusahaan
Inti manajemen keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan
usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif. Berdasarkan hasil wawancara
yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan telah memiliki komitmen
manajemen yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan, dalam
pelaksanaannya sudah mencakup kerja sama yang tidak bisa dipisahkan antara
manajemen, pekerja, dan orang lain yang berada di lingkungan kerja serta adanya
pendekatan.
Hal tersebut dapat terlihat dari komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan
yang diungkapkan oleh Supervisor K3L, yaitu :
“PT. PLN (Persero) Area Medan mempunyai komitmen meningkatkan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi melalui
proses perbaikan yang terus menerus dan secara sistematik melalui penerapan

Universitas Sumatera Utara

51

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pendekatannya
juga ada seperti pendekatan organisasi. Di pendekatan organisasi ini namanya
kebijakan K3 dan sudah tertera di komitmen perusahaan dan memiliki komite K3
untuk membahas dan mengkaji tentang masalah-masalah K3-nya. Lalu ada yang
namanya pendekatan teknis seperti APD, dan ini merupakan pengendalian yang
terakhir setelah substitusi dan engineering seperti fuce cut out pada pekerja
PDKB. Pendekatan untuk individunya juga ada lebih ke komunikasinya dan
pelatihannya.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan
bahwa untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat
yang paling tinggi dengan adanya proses perbaikan secara berkelanjutan dan
sistematik, yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan komitmen
perusahaan, ialah :
“Kalau untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya dalam bekerja itu
biasanya kita ada namanya harus melengkapi formulir JSA (Job Safety Analysis),
hal yang harus diisi seperti area, lokasi, tanggal, kondisi peralatan, nama
pekerjaan, tahapan pekerjaan, potensi bahaya, dan pengendaliannya juga ada;
terus ada work permit, work permit itu ada check list. Jadi sebelum pegawai
melakukan pekerjaan pegawai harus melakukan izin kerja (work permit) di situ
ada job describtion bahwa penggunaan APD dan lainnya. Di situ jika memang
work permit-nya jalan biasanya otomatis di lapangan seperti itu. Kalau untuk
Rayon banyak dari sisi tekniknya, seperti JSA PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan) sesuai dengan standar PDKB karena berbeda dengan pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

52

Pemeliharaan. JSA dan work permitt-nya langsung dari pusat (Jakarta). Kalau
JSA PDKB itu namanya komitte PDKB dan ini termasuk pendekatan organisasi
dan individu.”
1. Anggaran Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk anggaran K3 di PT. PLN
(Persero) Area Medan telah disediakan khusus oleh pihak manajemen dan
digunakan secara terinci sesuai dengan panduan Work Plan yang telah dibuat. Hal
tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L, yaitu :
“Kalau untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja itu sudah
ditentukan di Work Plan. Jadi, kita ada yang namanya Work Plan yang berisi
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan melalui rapat P2K3. Jadi
semua kegiatan dan dananya sudah termuat di dalam Work Plan.”
Hal ini juga terbukti dari ungkapan Junior Techician K3L PT. PLN (Persero)
Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja biasanya kita ada
work plan lalu diusulkan dananya ke Wilayah kemudian ke Pusat (Jakarta).Work
plan itu adalah pekerjaan yang akan dilakukan untuk semester selanjutnya. Jadi
kita sudah dapat gambaran dari tahun sebelumnya bahwasanya untuk tahun
berikutnya pekerjaan apa-apa saja yang akan dibuat, jadi kita sudah tahu.
Pembuatan work plan itu melalui rapat P2K3 yang membahas apa saja item yang
perlu ditambah. Rapat P2K3 diadakan secara terjadwal setiap triwulan atau satu
semester dua kali, yaitu pada akhir bulan. Hal yang tertera dalam work plan
yaitu uraian kegiatan dan juga kebutuhan anggarannya, seperti membuat RKAP

Universitas Sumatera Utara

53

(Rencana

Kerja

Anggaran

Perusahaan);

sosialisasi bahaya listrik dan

penggunaan energi listrik ke Sekolah Dasar; melaksanakan Diklat (pendidikan
dan latihan) K2K3 untuk pengawas dan pelaksana bagi pegawai di Unit;
melaksanakan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai, calon pegawai, dan
mitra

kerja; melaksanakan

safety briefing

setiap

memulai pekerjaan;

melaksanakan lock out tag out, serta memasang rambu-rambu peringatan bahaya
termasuk membuat papan monitoring progress pekerjaan; memasukan klausal
safety pada dokumen pengadaan barang dan jasa, dan memberikan penjelasan
kepada vendor (mitra kerja). Jadi semua itu sudah ditentukan dananya.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan
memiliki Work Plan dan Manual Kebijakan SMK3, dalam mengalokasikan
anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh.
PT. PLN (Persero) Area Medan menunjukkan komitmennya terhadap K3
yang tertuang dalam Manual Kebijakan SMK3 yang diwujudkan sebagai berikut :
1.

Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
di PT. PLN (Persero) Area Medan.

2.

Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang K3.

3.

Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.

4.

Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi.

5.

Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Universitas Sumatera Utara

54

6.

Setiap pimpinan dalam PT. PLN (Persero) Area Medan harus menunjukkan
komitmennya

terhadap

K3

sehingga

SMK3

berhasil diterapkan

dan

dikembangkan.
7.

Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
PT. PLN (Persero) Area Medan harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3 secara menyeluruh, antara lain :

1. Keberlangsungan organisasi K3.
2. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mewujudkan kompetensi
kerja.
3. Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan
pengendalian, dan peralatan pelindung diri.

2.

Fasilitas K3 dan pemeliharaannya
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk fasilitas kerja di PT.

PLN (Persero) Area Medan, pihak manajemen telah menyediakan fasilitas K3
untuk pegawai dan melakukan pemeliharaan untuk mengontrol fasilitas tersebut
dan sudah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut dapat
terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang
mengatakan :
“Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja itu memang itu tanggung jawab
perusahaan untuk ke pegawainya. Jadi, banyak fasilitas yang memang
mendukung untuk pegawai kita seperti kita menyediakan sistem proteksi
kebakaran di PT. PLN (Persero) Area Medan yaitu APAR (Alat Pemadam Api

Universitas Sumatera Utara

55

Ringan) dan di seluruh Unit Rayon; alat pelindung diri seperti helm safety, safety
belt, sepatu tahan tegangan, pakaian kerja lapangan, safety glasses, sarung
tangan; kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan); rambu-rambu K3
seperti papan informasi K3 yang menandakan adanya tegangan, material rusak,
jalur evakuasi, alat pemadam api, dan sebagainya yang tersebar di tempat kerja;
serta pemasangan kunci pengaman pada instalasi ketenagalistrikan yang
berpotensi bahaya dan sudah terpelihara melalui Formulir Laporan Inspeksi dan
Formulir Check List Inspeksi yang dilakukan secara terjadwal di awal bulan. Alat
yang sudah rusak di simpan di gudang dan alat yang masih bisa kita perbaiki,
kita akan perbaiki di bengkel Medan Baru.”
Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L juga mengatakan
bahwa:
“Untuk fasilitas K3 sudah

disediakan oleh perusahaan dan terpelihara

melalui Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi yaitu APD
seperti helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan tegangan, kotak P3K yang
disediakan dalam ruang penyimpanan, APAR yang terletak pada tempat yang
mudah terlihat atau tercapai dan APAR ini telah diperiksa dengan pengisian
setiap bulan. Jadi, kami punya namanya Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir
Check List Inspeksi untuk memonitor penerapan K3, dalam formulir tersebut ada
pertanyaan per item baik dari area kantor sampai dengan lapangan. Adapun
untuk pengkalibrasian alat yang ada di PT. PLN (Persero) Area Medan dilakukan
oleh Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) di Jakarta setiap enam
bulan.”

Universitas Sumatera Utara

56

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area
Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi,
dalam pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi
juga area kerja lapangan.

4.3.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area
Medan ditetapkan secara jelas yang

menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan

kesehatan kerja dan komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan dalam
meningkatkan kinerja pegawai. PT. PLN (Persero) Area Medan menetapkan
kebijakan K3 dalam Manual Kebijakan SMK3, sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
PT. PLN (Persero) Area Medan selalu bertindak untuk mencegah dan
mengendalikan atau menghilangkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan cara menghilangkan atau meminimalkan
faktor-faktor yang berbahaya dan berisiko tinggi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam lingkungan kerja.
2. Mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
PT. PLN (Persero) Area Medan akan mematuhi semua peraturan dan hukum
yang berlaku mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menyediakan sumber daya yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

57

1. Keterlibatan pegawai dalam pembuatan Kebijakan K3
Berdasarkan hasil wawancara, dalam hal keterlibatan pegawai untuk
menyusun kebijakan, Supervisor K3L menyatakan bahwa :
“Dalam menyusun kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja memang
itu wewenang top manajemen, tetapi dari top manajemen diturunkan ke pegawai,
kita hanya menjalankan saja. Semua itu ada di dalam dokumen Manual
Kebijakan SMK3 perusahaan.”
Berdasarkan data sekunder,

penyusunan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan, dilakukan melalui :
1. Tinjauan Awal Kondisi K3
a.

Melakukan identifikasi potensi bahaya,

penilaian,

dan pengendalian

risiko.
b.

Perbandingan penerapan K3 dengan PT. PLN (Persero) Area Medan dan
sektor lain yang lebih baik.

c.

Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

d.

Kompensasi dan

gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang

berkaitan dengan keselamatan.
e.

Penilaian efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang disediakan.

2.

Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus.

3.

Proses konsultasi antara manajemen dengan wakil pekerja (P2K3).
Kebijakan K3 PT. PLN (Persero) Area Medan sudah ditetapkan yang secara

jelas menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen

Universitas Sumatera Utara

58

PT. PLN (Persero) Area Medan dalam meningkatkan kinerja K3. PT. PLN
(Persero) Area Medan menetapkan Kebijakan K3 sebagai berikut :
1.

Pernyataan kebijakan K3 secara tertulis dan bertanggal yang ditanda
tangani/disahkan oleh Manajer PT. PLN (Persero) Medan.

2.

Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3.

3.

Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu, kontraktor,
pemasok, dan pelanggan.

4.

Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik.

5.

Bersifat dinamik.

6.

Ditinjau ulang minimal secara berkala melalui rapat P2K3 untuk menjamin
bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam PT. PLN (Persero) Area Medan dan peraturan perundang-undangan.
Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan
bahwa :
“Pegawai hanya menjalankan saja, perubahan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja harus dikaji ulang minimal setiap satu tahun dan ditandatangani
oleh Manajer Area sebagai persetujuan untuk penerbitan. Tinjauan itu biasanya
kalau mau ada perubahan di kebijakannya. Sejauh ini belum ada pergantian
kebijakan. Kebijakan K3 didokumentasikan di Manual SMK3.”
2. Implementasi Kebijakan K3 dan Sanksi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, PT. PLN (Persero)
Area Medan telah mengimplementasikan kebijakan beserta sanksi bagi pelanggar

Universitas Sumatera Utara

59

kebijakan K3. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan Supervisor K3L yang
mengatakan bahwa :
“Kalau di lapangan itu kita juga ada pihak vendor (pihak ketiga). Kalau
di lapangan itu untuk penerapan APD-nya kami harus bisa aktif, harus seringsering ingatkan karena terkadang petugas vendor (pihak ketiga) itu malas pakai
APD, karena terkadang petugasnya itu belum merasa APD itu adalah hal yang
penting. Jadi kita akan berikan sanksi berupa teguran yang ditujukan kepada
pengawasnya. Jadi sanksi itu ada tiga tahap, yang pertama teguran kepada
pengawasnya melalui pemberian surat, teguran kedua yaitu orangnya harus
sudah dipanggil dan jika masih melakukan pelanggaran, sanksi selanjutnya ialah
pemutusan kontrak. Tapi sejauh ini hanya sampai teguran pertama saja. Biasanya
vendor ini diberi peringatan pertama (teguran) karena tidak kompeten seperti
penggunaan APD tadi padahal di surat perjanjian kontrak sudah tertera
bahwasanya pekerja harus memiliki kompetensi. Kalau untuk pegawai PLN
(Persero) Area Medan seperti PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)
di lapangan sudah selalu safety, mereka sudah tidak lagi diingatkan untuk
pemakaian APD.”
Junior Techician K3L PT. PLN (Persero) Area Medan mengungkapkan
bahwa :
“Seluruh pegawai dan atau pekerja di PT. PLN (Persero) Area Medan
bertanggung

jawab mendukung dan menerapkan pernyataan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dan prosedur-prosedur yang menyangkut
aktifitas di PT. PLN (Persero) Area Medan. Seluruh pegawai dan atau pekerja

Universitas Sumatera Utara

60

mendapat pelatihan yang sesuai dengan kebijakan ini untuk memastikan aktifitas
yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan pernyataan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja.”
Pelaksanaan rencana K3 dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) Area Medan
atau penanggung jawab tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia
yang mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sarana yang
memadai, penyediaan sumber manusia ialah dalam prosedur pengadaan sumber
daya manusia, PT. PLN (Persero) Area Medan telah membuat posedur pengadaan
secara efektif meliputi :
1.

Pengadaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dan memiliki
kompetensi kerja serta kewewenangan di bidang K3, dibuktikan melalui :
a. Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwewenang.
b. Surat izin kerja/operasi

dan/atau surat penunjukan dari instansi

berwewenang.
2.

Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan
manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan dan menyelenggarakan setiap
pelatihan yang dibutuhkan.

3.

Pembuatan

ketentuan

untuk

mengkomunikasikan informasi K3

secara

efektif.
4.

Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli.

5.

Pembuatan

peraturan

untuk

pelaksanaan

konsultasi

dan

keterlibatan

pekerja/buruh secara efektif.

Universitas Sumatera Utara

61

4.3.3 Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4.3.3.1 Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah dengan melibatkan
pegawai di setiap kesempatan dalam pertemuan-pertemuan komite dan pemberian
edukasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara terus menerus.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen PT. PLN (Persero)
Area Medan melakukan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
berikut :
1. Safety Meeting : pertemuan yang dilakukan rutin yaitu ada yang setiap
seminggu dan satu kali dalam setiap triwulan yang dilaksanakan pada akhir bulan,
yang melibatkan manajer, supervisor, dan P2K3 untuk membicarakan hal-hal
yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Briefing : pertemuan singkat yang dilakukan selama 15-20 menit sebelum
memulai pekerjaan setiap hari.
3. Safety Induction: pembinaan mengenai area dan kegiatan proses produksi yang
diberikan kepada semua tamu atau pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk
meningkatkan kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan
bahwa :
“Jadi setiap hari senin pagi di Lantai I (satu) itu ada namanya COC
(Code Of Conduct) seperti rapat, hal yang dibahas tentang yang ada di PLN ini,
seperti kebijakan itu disosialisasikan kepada pegawai melalui manajer. Lalu

Universitas Sumatera Utara

62

manajemen ini yang akan menurunkan ke pegawai di COC ini juga. Dalam COC
ini juga ada sesi arahan dari supervisor K3L yang membahas rancangan
kegiatan yang akan dilaksanakan seminggu ke depan. COC ini dihadiri semua
pegawai, baik itu manajer maupun supervisor. Kalau untuk yang triwulan itu
rapat P2K3 yang diadakan pada akhir bulan yang dihadiri oleh manaejer, K3L,
supervisor, dan P2K3. Hal yang diabahas dalam rapat ini ialah semua aspek di
Kuesioner Maturity Level K2K3 dan Keamanan akan dievaluasi, termasuk hasil
temuan di lapangan dan juga program-program keselamatan dan kesehatan
kerja. Yang mengevaluasi ialah Wilayah. Hal yang dievaluasi apa-apa saja yang
kurang, misalkan sosialisasi kurang kemudian diberi tahu ke kita dan kita bisa
melengkapi dan hanya sampai di bagian manajemen saja tidak diturunkan ke
seluruh pegawai. Kalau di Rayon untuk pekerjaannya supervisor teknik-nya
langsung yang memberikan briefing karena supervisornya sudah memiliki
sertifikasi K3 kelistrikan jadi kalau untuk di Rayon yang mewakilkan itu ya
supervisor teknik atau staf teknik-nya yang sudah memiliki sertifikasi K3. Kalau
list khusus yang memuat tentang topik apa yang akan di-briefing-kan itu tidak
ada, paling yang dibahas masalah kerjanya itu. Safety induction untuk rapat,
rapatnya diputarkan berupa rekaman video untuk keadaan darurat. Kalau safety
induction untuk tamu, biasanya di sini diberi kartu tanda pengenal dari
perusahaan, APD seperti helm dan rompi baik itu manajemen maupun tamu.
Yang mengarahkan safety induction ya security yang sudah diberi arahan dari
pengawasnya lalu kita juga beri masukan kepada vendor yang membawahi
security ini dan untuk pegawai safety inducyion ini tidak ada tim khusus.”

Universitas Sumatera Utara

63

Dari hasil wawancara, Supervisor K3L menyatakan bahwa :
“Untuk pemasangan rambu-rambu K3 adalah di Unit Induk maupun Unit
Pelaksana, dan itu harus, contohnya papan informasi K3 yang menandakan
adanya tegangan, material rusak, jalur evakuasi, alat pemadam api. Lalu untuk
di lapangan juga, papan informasi

yang ditempel bisa dibaca kapan saja,

termasuk evakuasi kalau terjadi emergency, tanda itu harus terlihat dan jelas,
yang dipasang di seluruh tempat kerja baik di PT. PLN (Persero) Area Medan
maupun di berbagai Rayon.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area
Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3 tentang prosedur informasi
yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu
dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan.
Prosedur pelaporan terdiri dari :
1. Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani :
a. Pelaporan terjadinya insiden
b. Pelaporan Ketidaksesuaian
c. Pelaporan Kinerja K3
d. Pelaporan identifikasi Sumber Bahaya
2. Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani :
a.

Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan

b.

Pelaporan Kecelakaan Kerja

c.

Pelaporan P2K3

d.

Pelaporan Pemeriksaan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

64

e.

Pelaporan Kinerja K3

f.

Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.

Dalam pendokumentasian kegiatan K3 PT. PLN (Persero) Area Medan harus
menjamin bahwa :
1.

Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab
di PT. PLN (Persero) Area Medan.

2.

Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.

3.

Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang
berwenang.

4.

Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu.

5.

Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.

6.

Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

1.

Sosialiasi Program K3
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area

Medan, pada program K3L yang memuat tentang kegiatan sosialisasi, yaitu
melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja; dan
melakukan sosialisasi K2K3 dan keamanan pada masyarakat umum, sekolah, dan
instansi pemerintah.
Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN
(Persero) Area Medan, yang mengatakan :
“Melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja.
Sosialisasi ini dilakukan di ruang rapat bersama dengan pihak terkait, biasanya
ada Asman Jaringan karena di bawahnya pekerjaan teknik, K3L, maupun pihak

Universitas Sumatera Utara

65

mitra kerja (vendor). Kita sosialisasikan, memberitahu lagi bahwa APD itu wajib,
jika terjadi kecelakaan bukan hanya mereka yang rugi tapi mereka dan PLN pun
akan mendapatkan pengurangan di kinerja. Jadi gini, padahal mereka kan pihak
ketiga (vendor), jika terjadi kecelakaan kerja (vendor) bahkan meninggal karena
memang kelalaian mereka bisa jadi tidak memakai APD atau tidak mematuhi
SOP (Standart Operational Procedure), itu PLN akan terkena pengurangan
kinerja 10 poin dan sudah tertera di perjanjian kontrak.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan
bahwa :
“Selain melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja,
kami juga melakukan sosialisasi K3L dan keamanan kepada sekolah, masyarakat
umum, dan instansi pemerintah. Biasanya dilakukan secara rutin per tahunnya.
Untuk sekolah, sekolah pilihan kita artinya tidak ditentukan. Kemarin kami
melakukan sosialisasi di SD Negeri 060873 di jalan Gunung Krakatau No. 105
Kecamatan Medan Timur pada hari Jum’at 24 Maret 2017. Hal yang
disosialisasikan ialah tentang bahaya listrik, seperti anak-anak yang bermain
layangan jangan di bawah jaringan listrik PLN, jangan bermain atau berada di
dekat jaringan PLN saat banjir dengan media power point dan juga pemutaran
film pendek. Kalau masyarakat kemarin di Kelurahan Merdeka, Kecamatan
Medan Baru. Sosialisasi ini ialah gabungan yang dihadiri oleh perangkat
kelurahan dan masyarakat dari Kelurahan Merdeka untuk sosialisasi kepada
instansi pemerintah dan masyarakat. Sosiaisasi yang dilakukan pada hari Jum’at,
31 Maret 2017, di jalan Sei Belutu No. 3, di Kantor Kelurahan Merdeka,

Universitas Sumatera Utara

66

Kecamatan Medan Baru yaitu tentang ketenagalistrikan seperti bagaimana cara
pembayaran rekening listrik untuk masyarakat, kenapa listrik mengalami
pemadaman, dan potensi bahaya listrik.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area
Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3, Prosedur Operasi/kerja,
informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian ialah sebagai berikut :
1.

Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan
dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job safety analysis) oleh
personel yang kompeten.

2.

Prosedur Informasi K3 harus menjamin pemenuhan untuk :
a.

Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam PT.
PLN (Persero) Area Medan yang bertanggung jawab dan memiliki andil
dalam kinerja PT. PLN (Persero) Area Medan

b.

Melakukan Identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar PT. PLN
(Persero) Area Medan

c. Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada
orang -orang di luar PT. PLN (Persero) Area Medan yang membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi :
i.

Persyaratan

eksternal/peraturan

perundangan

dan

internal/

indikator

kinerja K3.
ii.

Izin kerja.

Universitas Sumatera Utara

67

iii. Hasil identifikasi,

penilaian,

dan pengendalian resiko serta sumber

bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja,
serta peralatan lainnya bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan,
cara kerja dan proses produksi.
iv. Kegiatan pelatihan K3.
v.

Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan.

vi. Pemantauan data.
vii. Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan, dan tindak lanjut.
viii. Identifikasi produk termasuk komposisinya.
ix. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.
x.

Audit dan peninjauan ulang SMK3.

4.3.3.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah
melibatkan seluruh pegawai dalam pelatihan tentang keselamatan kerja dan
membangun
kesadaran

komunikasi yang terus
para

pegawai.

menerus sehingga dapat meningkatkan

Berdasarkan

hasil

wawancara

yang

diperoleh,

manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja yang tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah dan
Departemen Tenaga Kerja. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor
K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Pelatihan

dan

kompetensi kerja dilakukan dengan melakukan

pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi K3. Standar
kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

68

dengan : menggunakan standar kompetensi yang ada, memeriksa uraian tugas
dan tanggung jawab, menganalisis tugas, menganalisis hasil inspeksi dan audit,
meninjau ulang laporan insiden. Hasil identifikasi kompetensi kerja dijadikan
dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar
pertimbangan dalam penerimaan, seleksi, dan penilaian kinerja.”
Dalam hal pelaksanaan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, Junior
Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Pegawai yang mengikuti pelatihan K3 ialah supervisor dan staf teknik,
tetapi yang wajib itu supervisor karena supervisor memantau semua kerjaan di
Rayon. Belum wajib semua pegawai karena di Work Plan pada item sertifikasi
pegawai itu tidak semua, jadi gini dalam melaksanakan sertifikasi itu pegawai
yang dikirim jumlahnya dibatasi. Di Manajemen Unit Induk dan Unit Pelaksana
mengikuti pelatihan K3 usulan. Jadi kita memberi surat dan ditanda tangani oleh
Manejer Area kemudian di kirim ke Wilayah selanjutnya didaftarkan mana-mana
lalu dikirim untuk mengikuti pelatihan. pelatihan itu ada 2, dari diklat dan dari
vendor. Pelatihan K3 yang terakhir itu dari vendor. Kami ada juga sertifikasi dari
vendor dan yang mengeluarkan sertifikatnya ialah dari Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi. Kalau vendor itu sertifikat eksternal PLN. Jadi kalau
vendor mengadakan sertifikat dan kita yang mengusulkan siapa saja yang akan
mengikuti sertifikat tersebut, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan kita dan
paling banyak itu 20 orang. Kegiatan ini diadakan selama seminggu dengan
rangkaian kegitannya workshop dan ada juga pelatihannya. Kemarin itu
diadakan di Hotel Grand Serela. Untuk internal itu di diklat (pendidikan dan

Universitas Sumatera Utara

69

latihan) di Medan Tuntungan tapi tergantung dimana yang akan diadakan,
pelaksanaan diklat ini banyak, ada di Medan Tuntungan, di Bogor, Pandaan
(Surabaya), Makasar juga ada itu tergantung dari Unit-nya. Jadi kita ada jadwal
untuk diklat untuk mengikuti pembelajaran K3 ya wajib ikut dan ini untuk semua
pegawai termasuk pegawai baru. Tapi kalau untuk sekarang ini tergantung dari
lihat job describtion-nya. Kalau pembelajarannya menyangkut K3 atau
lingkungan bisa saja ikut pembelajaran ke diklat. Diklat ini diadakan tidak tentu,
kalau biasanya satu semester sekali atau setahun dua kali kalau sekarang kembali
lagi tergantung job describtion-nya kalau memang butuh kali diklat-nya ya
dikeluarkan di rencana diklat-nya karena kita juga bisa memantau, bisa saja tiga
kali atau bahkan lima kali dan itu bisa diajukan. Kalau dari diklat yang terakhir
diadakan pada hari Jum’at, 10 Maret 2017. Kemarin nama diklatnya E-Learning,
diadakan selama seminggu. Jadi seminggu itu kita diberi materi untuk pelatihan
K3-nya ada juga post test-nya jika berhasil itu dipanggil ke Medan Tuntungan
atau lokasi yang mengadakan diklat dan keluar nama untuk simulasi. Simulasi ini
hanya sehari tapi secara keseluruhan diklat-nya selama seminggu. Kalau diklat
sertifikatnya dari Jendral Manajer diklat karena sertifikat internal PLN.
Emergency untuk kebakaran dan P3K ada dan sudah tertera di work plan dan
ada juga yang disertifikasikan. Simulasi kebakaran dan P3K ini diadakan satu
semester sekali dan wajib oleh semua pegawai. Sertifikatnya dari PMI (Palang
Merah Indonesia).”

Universitas Sumatera Utara

70

4.3.4

Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyelidikan

Kecelakaan
4.3.4.1 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Inspeksi ialah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan
yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan
tersebut menyebabkan suatu kecelakaan. Inspeksi sebaiknya dilakukan secara
berkala

dan

dilakukan

oleh

komite

keselamatan

kerja

atau

koordinator

keselamatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, pelaksanaan
inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan secara terjadwal dan
mendadak (sidak) yang melibatkan semua pegawai kemudian hasil temuan
inspeksi tersebut dituangkan ke dalam Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir
Check List Inpeksi. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN
(Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Untuk inspeksi di PT. PLN (Persero) Area Medan ini dibagi 2, yaitu
inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan yang dilakukan rutin setiap
awal bulan di seluruh Unit Kerja dan kami juga melakukan inspeksi mendadak
K2K3 (Ketenaga Kelistrikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan
pada Unit yang dipimpinnya. Hal-hal yang diinspeksi ialah pekerja dan cara
kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu pekerja menggunakan APD
yang dipersyaratkan, pekerjaan dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang
telah ditetapkan, menggunakan peralatan kerja dengan benar, mengoperasikan
mesin sesuai dengan persyaratan teknis, adanya rambu-rambu peringatan yang
jelas, adanya batasan izin masuk pada daerah-daerah berbahaya/risiko tinggi,

Universitas Sumatera Utara

71

pekerja telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya, pekerja bekerja
dengan serius/tidak bercanda, posisi tubuh benar saat mengangkat beban; kondisi
dan lingkungan kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu lanta bersih
dari ceceran oli atau tumpahan lainnya, jalur untuk jalan bebas dari
halangan/benda-benda

lainnya

(misalnya

produk

dan

lain

sebagainya),

penempatan barang sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan, tempat kerja
memiliki penerangan yang memadai, tempat kerja memiliki ventilasi udara yang
memadai, tempat kerja telah disediakan APAR, APAR terletak pada tempat yang
mudah dicapai dan tidak terhalang, APAR yang terpasang telah diperiksa,
terdapat tanda jalur evakuasi yang jelas terlihat; sarana K3 dengan uraian
kenyataan di lapangan yaitu APD (helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan
tegangan, dan lain sebagainya), tangga, ranta pengaman; material seperti wadah
penyimpanan bahan dalam kondisi baik (tidak bocor/rusak), wadah penyimpanan
bahan memiliki label yang jelas, tempat penyimpanan bahan bersih dari ceceran
bahan, tabung gas kosong diletakkan terpisah (diberi label), MSDS (Material
Safety Data Sheet) tersedia di ruang penyimpanan bahan, APD, dan kotak P3K
disediakan dalam ruang penyimpanan.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan
bahwa :
“Inspeksi mendadak itu item-itemnya sama seperti yang ada di inspeksi
terjadwal. Kalau yang mendadak ini bisa saja waktunya pagi ataupun sore. Yang
melaksanakan sidak (inspeksi mendadak) ialah tim yang terdiri atas Manajer,
Supervisor K3L atau staf K3L, Supervisor Pemeliharaan, Supervisor Operasi

Universitas Sumatera Utara

72

Distribusi ataupun pegawai yang sudah memiliki sertifikasi dan ini di Work Plan
sudah ada seperti apa saja yang akan digunakan saat sidak.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area
Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi,
dimana pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi
juga area kerja lapangan.

4.3.4.2 Penyelidikan Kecelakaan
Dalam menyelidikan kecelakaan, penting untuk menetapkan kondisi fisik
dan lingkungan yang turut memengaruhi terjadinya kecelakaan. Berdasarkan hasil
wawancara yang diperoleh, untuk melakukan penyelidikan kecelakaan kerja
manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan menggunakan Laporan Kecelakaan
Kerja

melalui observasi yang dilakukan oleh tim P2K3, K3L, dan pihak Rayon

(tergantung

Rayon

mana

yang

terjadi

kecelakaan)

untuk

menggali

permasalahannya serta melakukan wawancara terhadap pegawai yang mengalami
kecelakaan apabila masih memungkinkan, supervisor, dan para saksi kecelakaan.
Hasil dari penyelidikan kecelakaan kerja tersebut harus dilaporkan dalam waktu
tidak boleh lebih dari 24 jam. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor
K3L, yang mengatakan bahwa :
“Kalau untuk investigasi kecelakaan kerja, kami punya yang namanya
Formulir Laporan Kecelakaan Kerja yang di pantau langsung oleh pihak
Wilayah. Di formulir tersebut sudah ada prosedu-proser yang akan diinvestigasi
saat kecelakaan terjadi. Dan untuk pelaporan kecelakaan kerja dilaporkan setiap
bulan secara rutin.”

Universitas Sumatera Utara

73

Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L, yang mengatakan
bahwa :
“Kalau yang sekarang ini jika terjadi kecelakaan, kita dipantau oleh
Wilayah. Jadi Wilayah itu yang menurunkan formulir identifikasi kecelakaan dan
yang turun tangan memang kita. Yang melakukan investigasi itu P2K3, K3L, dan
pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan). Wilayah hanya
memantau dan menurunkan formulir identifikasi dan kita yang melakukan
investigasi-nya misalkan kecelakaan itu terjadi kenapa. Dalam formulir laporan
kecelakaan kerja tersebut banyak hal yang dimuat, seperti data kecelakaan, yaitu
lokasi kejadian kecelakaan, tanggal kejadian kecelakaan, waktu kejadian
kecelakaan, perkiraan penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi korban. Lalu
memuat tentang data korban, yaitu nama korban, tempat dan tanggal lahir
korban, umur, jenis kelamin korban, status ketenagakerjaan korban. Di formulir
tersebut juga memuat kronologi kejadian kecelakaan,

analisis penyebab

langsung, seperti kondisi berbahaya atau unsafe condition yang ditemukan
dimana penyebab kejadian kecelakaan, tindakan berbahaya atau unsafe action
yang dilakukan korban, kemudian ada upaya pencegahan yang sudah dilakukan
manajemen sebelum terjadinya kecelakaan. Di formulir tersebut juga memuat
masalah kerugian perseroan, seperti kerugian akibat kWh tidak tersalur, kerugian
akibat kerusakan asset, kerugian akibat biaya perawatan. Lalu di formulir
tersebut juga mencantumkan rekomendasi perbaikan, serta ada bukti atau
evidence berupa lampiran foto maupun dokumen lainnya dan mencantumkan
nama tim yang melakukan investigasi serta ada juga lampiran berita acara

Universitas Sumatera Utara

74

investigasi yang dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam dan kalau bisa secepatnya.
Untuk laporan kecelakaan kerja itu dilaporkan setiap bulan ke K3L. Selama ini
tidak ada terjadi kecelakaan dan semoga tetap tidak ada.”
4.3.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. PLN (Persero) Area Medan dalam sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja secara
berkala untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha-usaha keselamatan kerja.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan
melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap semua hal,
termasuk hasil temuan di lapangan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
Hasil evaluasi tersebut akan dibawa ke top manajemen melalui pertemuan untuk
mendapat masukan apakah perlu diperbaiki atau membutuhkan peningkatan
berkelanjutan. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN
(Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Kalau di kami evaluasi itu namanya Maturity Level. Evaluasi dilakukan
secara bervariasi. Pelaporan kecelakaan kerja dilakukan setiap bulan ke K3L dan
laporan maturity level dilakukan triwulan. Jadi yang sudah kami lakukan selama
tiga bulan lalu kami laporkan dan di-assesment sama pihak Wilayah artinya kami
laporkan untuk dievaluasi dan yang mengevaluasi ialah Wilayah. Sebelum kami
laporkan kami juga sudah mengevaluasi makanya setelah kami yakin itu telah
terlaksana dan benar baru dijadikan laporan ini. Implementasi evaluasi K3 ini
termuat dalam Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan.”

Universitas Sumatera Utara

75

Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L mengatakan bahwa :
“Semua akan dievaluasi, termasuk hasil temuan di lapangan dan juga
program-program keselamatan dan kesehatan kerja. Maturity level itu triwulan
diadakan. Yang mengevaluasi ialah Wilayah . Hal yang dievaluasi apa-apa saja
yang kurang kemudian diberi tahu ke kita, misalkan sosialisasi kurang jadi kita
bisa melengkapi. Jadi self assesment maturity ini sesuai dengan formulir
Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan lalu Wilayah yang memberi
nilai-nilainya per item. Untuk pemberian bobot itu dari Pusat dan diturunkan ke
Wilayah jadi pihak Area tidak tahu. Kalau terjadi kecelakaan di maturity level
akan terjadi pengurangan point. Setiap triwulan ada penilaian jadi kalau terjadi
kecelakaan akan terjadi pengurangan point sebesar 10 dari 100 point. Laporan
kecelakaan ini ke Wilayah melalui temusan Manajer Area. Jadi, kalau terjadi
kecelakaan dan sudah diinvestigasi kecelakaan dan rangkaiannya di wilayah
kerja mana dan sudah dibuat dalam laporan dan dikirim ke Wilayah. Kemudian
Wilayah

mempertimbangkan

untuk

point.

Jadi

disitulah

Wilayah

mempertimbangkan untuk point maturity level-nya. Jadi selesai di-maturity
dirundingkan Wilayah selanjutnya diturunkan lagi ke Area. Setelah itu akan
diadakan rapat di Wilayah yang dihadiri oleh Area, tapi tergantung juga k alau
mau buat di Area juga bisa. Di rapat ini sekalian membahas tentang program
selanjutnya.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area
Medan memiliki Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan.

Unive