Analisa Spasial Permukiman Informal di Pesisir Kampung Nelayan Belawan Medan Chapter III VII

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Metoda Penentuan Lokasi Penelitian
Dalam menentukan lokasi penelitian, lokasi harus mencakup seluruh

kriteria yang terkait mengenai permukiman informal. Menurut United Nations
Human Settlement Programmes (UN-Habitat, 2003), karakteristik permukiman
informal adalah sebagai berikut:


Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah;



Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar;



Perumahan melanggar peraturan pemerintah kota;




Perumahan dibangun di atas tanah yang tidak dimiliki pemilik rumah;



Akses terhadap fasilitas dasar publik yang tidak memadai;



Struktur bangunan yang illegal, tidak memadai, dan berada di bawah
standard perumahan;



Termasuk bagian yang ilegal pada sebuah permukiman;




Kemiskinan dan terasing secara sosial;



Kondisi hidup yang tidak sehat serta berbahaya.
Berdasarkan kriteria di atas, Kampung Nelayan termasuk salah satu

permukiman informal. Kampung Nelayan berada pada Kecamatan Medan
Belawan, Medan. Perumahan yang berdiri di atas Kampung Nelayan tidak berada
di atas lahan pribadi mereka. Oleh sebab itu, pembangunan permukiman tersebut
melanggar peraturan pemerintah kota. Fasilitas dasar seperti utilitas, transportasi,

Universitas Sumatera Utara

38

edukasi, dan pelayanan kesehatan tidak memadai. Fasilitas air bersih juga sangat
kurang. Struktur bangunan berada di bawah standard perumahan dan
perekonomian masyarakat termasuk pada golongan ekonomi bawah. Permukiman
yang terbentuk di Kampung Nelayan Medan Belawan juga terbentuk secara tidak

terencana. Permukiman ini terbentuk atas campur tangan masyarakat itu sendiri
tanpa ada campur tangan dari pemerintah.

3.2.

Metoda Penentuan Variabel Penelitian
Dalam

menentukan

variabel

penelitian,

peneliti

terlebih

dahulu


mengidentifikasi interpretasi dari landasan teori. Teori yang digunakan adalah
teori yang berhubungan dengan analisa spasial pada permukiman informal. Dalam
mengkaji teori, peneliti menghubungkan teori yang akan dikaji dengan
permasalahan penelitian. Variabel yang ditentukan akan menjadi dasar dalam
membuat metoda pengumpulan data. Proses penentuan variabel dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Tabel Penentuan Variabel

Landasan Teori

Interpretasi

Variabel

2.1. Pola Spasial



Bagian utama dari Dalam lingkungan binaan,
perencanaan


spasial

regional dan urban diidentifikasi
mencakup

layout elemen-elemen

dapat

 Elemen

spasial

permukiman

yaitu

dengan


sistem pola utilitas,

fisik

jaringan jalan, ruang

penggunaan ruang, pembentuk struktur ruang.

terbuka,

sistem jalan, ruang Elemen fisik pembentuk

massa.

dan

blok

Universitas Sumatera Utara


39

Landasan Teori

Interpretasi

terbuka, dan lain- ruang

adalah

jaringan

lain.

Variabel
utilitas,

jalan,

ruang


(Sumber: Hao, J., terbuka, dan blok massa.
Zhu, J., & Zhong,
R. (2015). The rise
of

big

data

on

urban studies and
planning practices
in China: Review
and open research
issues. Journal

of


Urban
Management, 4(2),
92-124.)
2.2. Pola Spasial
Permukiman Informal
2.2.1. Permukiman
Informal



Perencanaan ruang Salah

satu

tidak penyebab

yang
memadai,
perundangundangan


faktor

terbentuknya

sistem permukiman
adalah

yang

sistem

akhirnya

menciptakan

kompleks,

perencanaan ruang tidak

kebijakan


ada diakibatkan karena

mampu secara

tidak

tidak

timbulnya permukiman
informal

yang perencanaan ruang yang

yang permukiman

penyebab

informal

tidak update dan tidak memadai. Sistem

perumahan

 Faktor

pola

pada

spasial

permukiman informal

terbentuk
sengaja

memastikan

sehingga tidak terdapat

penyediaan

campur

tangan

perumahan dengan pemerintah di dalamnya.
harga

jual

yang Sehingga, sistem undang-

Universitas Sumatera Utara

40

Landasan Teori
mampu

Interpretasi
dibeli undang,

masyarakat,

kebijakan

dan pemerintah,

struktur

Variabel

sistem

administrasi publik tidak

administrasi publik diterapkan masyarakat di
yang sudah usang permukiman informal.
menyebabkan
terbentuknya
permukiman tidak
terencana.
(Sumber:
Tsenkova,
(2010).

S.
Informal

settlements in postcommunist

cities:

Diversity
and

factors
patterns.

Urbani izziv, (21
(2)), 73-84.)


pola Walaupun struktur ruang

Terdapat

spasial yang mirip dan

pola

antar permukiman permukiman



spasial

spasial

informal

permukiman

informal. (Sumber: sulit untuk diidentifikasi,
Sobreira,

F.,

Perbandingan pola

informal.

& terdapat persamaan antar

Gomes, M. (2001). pola ruang yang terbentuk
The Geometry of pada

tiap

permukiman

Slums: boundaries, informal.
packing

and

diversity.)
2.3. Struktur Ruang
Permukiman Informal



Setiap permukiman Bentuk dan fungsi saling
memiliki

dimensi terkait dan berhubungan



Bentuk-bentuk
ruang yang terdapat

Universitas Sumatera Utara

41

Landasan Teori

Interpretasi

morfologi

Variabel

dan satu sama lain. Bentuk

pada

fungsi yang saling ruang mempengaruhi pola

permukiman

Kampung Nelayan.



berhubungan.

spasial. Oleh karena itu,

Keberadaan

pola spasial dipengaruhi

ruang

yang

morfologi

oleh fungsi ruang dan

terbentuk

pada

diidentifikasi dalam fungsi
gambar

ruang

suatu dipengaruhi

oleh

Fungsi-fungsi

juga

permukiman

pola

Kampung Nelayan.

bentuk. (Yang, T., yang terbentuk.
dkk. (2015))
2.4. Pengaruh Struktur
Ruang tehadap Pola Spasial
Permukiman Informal



Mempelajari

pola

adalah

melihat

tatanan

yang

memperlihatkan

hubungan di antara
unsur-unsur
tersebut terjadi atau
berlangsung
bagaimana

dan
unsur-

tersebut

fisik

Penyebab
terbentuknya

binaan, bagaimana unsur-

unsur-unsur

unsur tersebut terjadi, dan

pada permukiman

unsur-unsur



Hubungan

pola
adalah

fisik

antara

tersebut terletak adalah

unsur

hal yang dipelajari pada

lingkungan binaan

pembentukan pola tatanan

di permukiman.

lingkungan binaan.



Penyebab
unsur

fisik

unsurfisik

lingkungan binaan
diletakkan

diletakkan.
Mempelajari



unsur pada lingkungan

bagaimana

bagaimana

unsur

Hubungan antara unsur-

pada

permukiman
tersebut.

mempelajari
rancangan fisiknya
(Sumber:

Alexander,

C.

(1977). A pattern
language: towns,

Universitas Sumatera Utara

42

Landasan Teori

Interpretasi

Variabel

buildings,
construction.
Oxford
University Press.)

Universitas Sumatera Utara

43

3.3.

Metoda Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data mengacu pada variabel yang telah ditentukan.

Variabel adalah dasar penentu data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam
mendapatkan data diperlukan metode untuk pengumpulan data. Proses
pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Metoda Pengumpulan Data

Variabel

Data yang Diperlukan


 Elemen

area



Membuat plot peta area

permukiman

permukiman Kampung

Kampung

Nelayan

sistem pola utilitas,

Nelayan Medan

Belawan dari Google

jaringan jalan, ruang

Belawan

Earth dengan SketchUp

permukiman

spasial

Peta

Metoda

yaitu

terbuka, dan blok

Medan

atau CAD.



massa.

Menyesuaikan

peta

permukiman

dari

Google Earth dengan
kondisi

eksisting

di

lapangan.



Melakukan
pengamatan
langsung
survey

secara
dengan

lapangan

Kampung

ke

Nelayan

Medan Belawan.



Peta

sistem utilitas



Membuat peta sistem
utilitas

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan

dengan

melakukan pengamatan

Universitas Sumatera Utara

44

Variabel

Data yang Diperlukan

Metoda
secara langsung dengan
survey

lapangan

Kampung

ke

Nelayan

Medan Belawan.



Peta

jaringan



jalan

Membuat peta jaringan
jalan

permukiman

permukiman

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan

dengan

melakukan

pengamatan

secara

langsung
survey

dengan
lapangan

Kampung

ke

Nelayan

Medan Belawan.


area

Peta



ruang

Membuat peta ruang
terbuka

terbuka

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan

dengan

melakukan pengamatan
secara langsung dengan
survey

lapangan

Kampung

ke

Nelayan

Medan Belawan.



Pola

blok massa



Membuat
massa

peta

blok

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan

dengan

melakukan pengamatan
secara langsung dengan
survey

lapangan

Kampung

ke

Nelayan

Medan Belawan.

Universitas Sumatera Utara

45

Variabel
 Faktor

Data yang Diperlukan

penyebab



Sistem

ruang

Metoda



Observasi blok massa

timbulnya

permukiman

bangunan dan ruang di

permukiman informal

yang

luar massa bangunan

yang pada akhirnya

terencana

menciptakan
spasial

tidak

dengan metoda figure

pola

permukiman

ground.



informal



Peran

Wawancara

dengan

pemerintah

masyarakat

dan

selama ini

pemerintah

setempat

seperti kepala desa atau
ketua RT.





Kebijakan
pemerintah

Wawancara

dengan

masyarakat

dan

pemerintah

setempat

seperti kepala desa atau
ketua RT.





Peran
masyarakat

Wawancara

kepada

masyarakat.

dalam
melaksanakan
peraturan
pemerintah


Perbandingan
pola



spasial

Grafik

pola



Grafik

perbandingan

spasial

pola spasial dihasilkan

permukiman

permukiman

melalui

informal.

Kampung

geometris

Nelayan

jumlah

Belawan Medan

massa bangunan yang

Grafik

terbentuk dan seberapa



pola

perhitungan
antara
kelompok

spasial

banyak

permukiman

bangunan

informal

berdekatan pada satu

dari

permukiman

massa
yang

pola permukiman.

Universitas Sumatera Utara

46

Variabel

Data yang Diperlukan

Metoda

lain.



Bentuk-bentuk



Peta

area



Membuat

peta

ruang

yang

permukiman

permukiman

dari

terdapat

pada

yang

Google

dan

permukiman

menjelaskan

menyesuaikannya

Kampung

letak

dengan

Nelayan.

secara detail

massa

Earth

kondisi

eksisting di lapangan
dengan cara melakukan
pengamatan

atau

survey secara langsung
ke Kampung Nelayan
Medan Belawan.



Peta

area



Mengidentifikasi

permukiman

bentuk

yang

yang terbentuk pada

menjelaskan

peta

letak massa dan

Kampung

fungsi-fungsi

Medan Belawan.



yang
dimilikinya

permukiman

permukiman
Nelayan

Mengidentifikasi
fungsi atau tata guna
lahan

pada

peta

permukiman Kampung
Nelayan

Medan

Belawan.



Fungsi-fungsi



Peta

area



Membuat

peta

ruang

yang

permukiman

permukiman

dari

terbentuk

pada

yang

Google

dan

permukiman

menjelaskan

menyesuaikannya

Kampung

letak massa dan

dengan

Nelayan.

fungsi-fungsi

eksisting di lapangan

yang

dengan cara melakukan

dimilikinya

pengamatan

Earth

kondisi

atau

Universitas Sumatera Utara

47

Variabel

Data yang Diperlukan
seperti

Metoda

fungsi

survey secara langsung

hunian,

ke Kampung Nelayan

ekonomi,

dan

Medan Belawan.



lain-lain

Mengidentifikasi
guna

lahan

tata
pada

masing-masing
massa/bangunan.



Peta

area



Membuat

peta

permukiman

permukiman

dari

yang

Google

dan

menjelaskan

menyesuaikannya

fungsi jaringan

dengan

jalan

eksisting di lapangan

Earth

kondisi

dengan cara melakukan
pengamatan

atau

survey secara langsung
ke Kampung Nelayan
Medan Belawan.



Mengidentifikasi
kondisi jaringan jalan
pada

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan.



Peta



Membuat

peta

permukiman

permukiman

dari

yang

Google

dan

menjelaskan

menyesuaikannya

fungsi

dengan

terbuka

area

ruang

Earth

kondisi

eksisting di lapangan
dengan cara melakukan
pengamatan

atau

survey secara langsung

Universitas Sumatera Utara

48

Variabel

Data yang Diperlukan

Metoda
ke Kampung Nelayan
Medan Belawan.



Mengidentifikasi
kondisi ruang terbuka
pada

Kampung

Nelayan

Medan

Belawan.



Peta

area



Membuat

peta

permukiman

permukiman

dari

yang

Google

dan

menjelaskan

menyesuaikannya

fungsi utilitas

dengan

Earth

kondisi

eksisting di lapangan
dengan cara melakukan
pengamatan

atau

survey secara langsung
ke Kampung Nelayan
Medan Belawan.



Mengidentifikasi
kondisi

utilitas

Kampung

pada

Nelayan

Medan Belawan.





Penyebab

Latar belakang



Mengidentifikasi latar

terbentuknya

terbentuknya

belakang

unsur-unsur fisik

unsur

terbentuknya

pada

permukiman.

fisik

pengaruh
fungsi

ruang dan elemen fisik

permukiman.

permukiman

pada

permukiman Kampung
Nelayan

Belawan

Medan.



Hubungan antara
unsur

fisik



Korelasi antara
setiap

elemen



Mengidentifikasi
hubungan atau korelasi

Universitas Sumatera Utara

49

Variabel

Data yang Diperlukan

lingkungan
binaan

di

Metoda

fisik lingkungan

atas terbentuknya tiap

binaan.

elemen

permukiman.


Hal-hal yang

fisik

lingkungan binaan.





Latar belakang

Mengidentifikasi latar

menyebabkan

diletakkannya

belakang diletakkannya

diletakkannya

elemen

fungsi

sebuah elemen

lingkungan

fisik lingkungan

binaan

binaan pada

permukiman

lokasi di permukiman

permukiman

tersebut

Kampung

fisik

ruang

elemen
pada

dan
fisik

permukiman pada suatu

tersebut.

Nelayan

Belawan Medan.

3.3.1. Pertanyaan Wawancara
Adapun dalam proses mengidentifikasi pola spasial permukiman,
dilakukan wawancara kepada beberapa orang yang berpengaruh di daerah
tersebut. Pertanyaan wawancara adalah sebagai berikut:
Fasilitas Pendidikan
1.

Di mana saja fasilitas pendidikan yang dibangun pada permukiman
Kampung Nelayan Medan Belawan?

2.

Mengapa fasilitas pendidikan tersebut dibangun pada lokasi tersebut?

Fasilitas Kesehatan
1.

Di mana saja fasilitas kesehatan yang dibangun pada permukiman
Kampung Nelayan Medan Belawan?

Universitas Sumatera Utara

50

2.

Mengapa fasilitas kesehatan tersebut dibangun pada lokasi tersebut?

Fasilitas Ibadah
1.

Di mana saja fasilitas ibadah yang dibangun pada permukiman Kampung
Nelayan Medan Belawan?

2.

Mengapa fasilitas ibadah tersebut dibangun pada lokasi tersebut?

Fasilitas Taman/Ruang Terbuka
1.

Di mana saja fasilitas taman yang dibangun pada permukiman Kampung
Nelayan Medan Belawan?

2.

Mengapa fasilitas taman tersebut dibangun pada lokasi tersebut?

Fasilitas Hunian
1.

Di mana saja fasilitas Hunian dibangun pada permukiman Kampung
Nelayan Belawan Medan?

2.

Mengapa fasilitas hunian banyak terbangun di tempat tersebut?

Universitas Sumatera Utara

51

3.4.

Metoda Analisa Data
Metoda analisa data didapatkan melalui sintesa antara teori dan data yang

dibutuhkan berdasarkan interpretasi kajian teori dengan permasalahan penelitian.
Metoda analisa data dijabarkan sesuai dengan sub bab pada Bab II Tinjauan
Pustaka.
3.4.1. Metoda Analisa Pola Spasial
Adapun metoda analisa pola spasial dijelaskan pada Gambar 3.1 berikut.
Teori
Bagian

utama

Data yang Diinterpretasi


dari

perencanaan regional dan
urban

mencakup

layout

penggunaan ruang, sistem
jalan, ruang terbuka, dan

Layout atau data
figure

Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan teori.

ground

mengenai
penggunaan ruang
yang terdiri dari

lain-lain.

blok massa, sistem

(Sumber: Hao, J., Zhu, J., &

jaringan

Zhong, R. (2015))

ruang terbuka, dan
Data yang diperoleh
berbasis landasan teori.
Data dianalisa
berdasarkan teori.



jalan,

sistem utilitas.

Analisa struktur ruang bangunan dan ruang luar yang terdiri dari blok
massa, sistem jaringan jalan, ruang terbuka, dan sistem utilitas.
Gambar 3.1 Metode Analisa Pola Spasial

Universitas Sumatera Utara

52

3.4.2. Metoda Analisa Pola Spasial Permukiman Informal
Adapun metoda analisa pola spasial permukiman informal dijelaskan pada
Gambar 3.2 berikut.
Teori

Data yang Diinterpretasi


Perencanaan ruang yang
tidak

memadai,

sistem

perundang-undangan yang
tidak update dan kompleks,
kebijakan perumahan yang

Data yang diinterpretasi
dikaji berbasis landasan
teori.

Perencanaan ruang
yang

terbentuk

tanpa

adanya

pengaruh
pemerintah

atau

tidak mampu memastikan

masyarakat di luar

penyediaan

pemukim

perumahan

dengan harga jual yang
mampu dibeli masyarakat,
dan struktur administrasi
publik yang sudah usang
menyebabkan terbentuknya
permukiman

tidak

Data yang diperoleh
berbasis landasan teori.
Data dianalisa
berdasarkan teori.

terencana.
(Sumber:

Tsenkova,

S.

(2010))



Analisa pengaruh pemerintah dan masyarakat terhadap pola spasial
permukiman
Gambar 3.2 Analisa Pola Spasial Permukiman Informal

Universitas Sumatera Utara

53

3.4.3. Metoda Analisa Sistem Struktur
Adapun metoda analisa sistem struktur ruang dijelaskan pada Gambar 3.3
berikut.
Teori
Setiap

Data yang Diinterpretasi


permukiman

memiliki

dimensi

morfologi dan fungsi yang
saling

berhubungan.

Keberadaan

morfologi

diidentifikasi

Data fungsi ruang
yang

Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan teori.

dalam

ada

digunakan

dan
pada

permukiman



Data

hubungan

antara fungsi ruang

gambar suatu bentuk.

dengan bentuk ruang

(Sumber: Yang, T., Li, M.,
& Shen, Z. (2015))



Data yang diperoleh
berbasis landasan
teori. Data dianalisa
berdasarkan teori.

Analisa hubungan fungsi ruang dengan bentuk ruang permukiman
Gambar 3.3 Analisa Sistem Struktur Ruang

Universitas Sumatera Utara

54

3.4.4. Metoda Analisa Pengaruh Struktur Ruang terhadap Pola Spasial
Permukiman Informal
Adapun metoda analisa pengaruh struktur ruang terhadap pola spasial
dijelaskan pada Gambar 3.4 berikut.
Teori

Data yang
Diinterpretasi

Mempelajari
melihat

pola

adalah

tatanan

yang

memperlihatkan



bagaimana

hubungan di antara unsur-

unsur-unsur

tersebut

diletakkan. Mempelajari pola
fisik

adalah

ruang

yang

terbentuk

pada

permukiman.


unsur tersebut terjadi atau
berlangsung dan bagaimana

Data unsur fisik

Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan
teori.

mempelajari

Data lokasi dan
fungsi dari unsur
fisik ruang yang
terbentuk

pada

permukiman.

rancangan fisiknya (Sumber:

Alexander,

C.

(1977). A

pattern language: towns,
buildings,

construction.

Oxford University Press.)



Data yang diperoleh
berbasis landasan
teori. Data dianalisa
berdasarkan teori.

Analisa hubungan perubahan fungsi struktur ruang terhadap pola spasial
permukiman

Gambar 3.4 Analisa Pengaruh Struktur Ruang terhadap Pola Spasial Permukiman Informal

Universitas Sumatera Utara

55

3.5.

Metoda Menghasilkan Penemuan

3.5.1. Metoda Menghasilkan Penemuan Pola Spasial
Metoda menghasilkan penemuan pola spasial dijabarkan pada Gambar 3.5.
Data yang Diinterpretasi

Teori
Perencanaan

ruang



atau

spasial adalah bagian utama
dari perencanaan regional
dan urban yang mencakup
layout penggunaan ruang,
sistem jalan, ruang terbuka,

Layout

atau

figure
Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan
teori.

data

ground

mengenai
penggunaan

ruang

yang terdiri dari blok
massa,

sistem

dan lain-lain.

jaringan jalan, ruang

(Sumber: Hao, J., Zhu, J., &

terbuka, dan sistem

Zhong, R. (2015))

utilitas.
Data yang diperoleh
berbasis landasan
teori. Data dianalisa
berdasarkan teori.



Analisa struktur ruang bangunan dan ruang luar yang terdiri dari blok
massa, sistem jaringan jalan, ruang terbuka, dan sistem utilitas.

Penemuan:


Sistem struktur ruang permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan
Gambar 3.5 Metoda Penemuan Struktur Ruang Permukiman

Universitas Sumatera Utara

56

3.5.2. Metoda Menghasilkan Penemuan Permukiman Informal
Metoda menghasilkan penemuan pola spasial dijabarkan pada Gambar 3.6.
Teori
Perencanaan
tidak

Data yang Diinterpretasi

ruang

memadai,

sistem

perundang-undangan

kebijakan perumahan yang
mampu

memastikan

penyediaan

perumahan

dengan

jual

harga

Perencanaan

ruang

yang terbentuk tanpa

yang

tidak update dan kompleks,

tidak



yang

adanya
Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan
teori.

pengaruh

pemerintah
masyarakat

atau
di

luar

pemukim

yang

mampu dibeli masyarakat,
dan

struktur

administrasi

publik yang sudah usang
menyebabkan

terbentuknya

permukiman tidak terencana.

(Sumber:

Tsenkova,

S.

Data yang
diperoleh berbasis
landasan teori.
Data dianalisa
berdasarkan teori.

(2010))



Analisa pengaruh pemerintah dan masyarakat terhadap pola spasial
permukiman

Penemuan:


Penyebab terbentuknya ruang pada permukiman informal

Gambar 3.6 Metoda Penemuan Penyebab Terbentuknya Struktur Ruang

Universitas Sumatera Utara

57

3.5.3. Metoda Menghasilkan Penemuan Struktur Ruang
Metoda menghasilkan penemuan pola spasial dijabarkan pada Gambar 3.7.
Teori

Data yang Diinterpretasi


Setiap permukiman memiliki

Data

fungsi

ruang

dimensi morfologi dan fungsi

yang

ada

dan

yang

digunakan

saling

berhubungan.

Keberadaan

morfologi

diidentifikasi dalam gambar
suatu bentuk. (Sumber: Yang,
T., Li, M., & Shen, Z. (2015))

pada

permukiman
Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan
teori.



Data hubungan antara
fungsi ruang dengan
bentuk ruang

Data yang
diperoleh berbasis
landasan teori.
Data dianalisa



Analisa hubungan fungsi ruang dengan bentuk ruang permukiman

Penemuan:


Jenis fungsi ruang yang terbentuk pada permukiman


Hubungan fungsi ruang dengan bentuk ruang

Gambar 3.7 Metoda Penemuan Hubungan Fungsi Ruang dengan Bentuk Ruang

Universitas Sumatera Utara

58

3.5.4. Metoda Menghasilkan Penemuan Hubungan Struktur Ruang dengan Pola
Spasial
Metoda menghasilkan penemuan pola spasial dijabarkan pada Gambar 3.8.
Teori

Data yang
Diinterpretasi

Mempelajari pola adalah melihat
tatanan

yang

memperlihatkan

bagaimana hubungan di antara
unsur-unsur tersebut terjadi atau
berlangsung

dan

Data yang
diinterpretasi dikaji
berbasis landasan
teori.



ruang

permukiman.

unsur-unsur tersebut diletakkan.
Mempelajari pola fisik adalah
mempelajari rancangan fisiknya
(Sumber:

Alexander,

C.

(1977). A pattern language:

yang

terbentuk pada



bagaimana

Data unsur fisik

Data yang diperoleh
berbasis landasan
teori. Data dianalisa
berdasarkan teori.

Data lokasi dan
fungsi

dari

unsur

fisik

ruang

yang

terbentuk pada
permukiman.

towns, buildings, construction.
Oxford University Press.)



Analisa hubungan perubahan fungsi struktur ruang terhadap pola spasial
permukiman

Penemuan:




Pola spasial permukiman informal

Penyebab perubahan fungsi pada struktur ruang

Hubungan perubahan fungsi ruang terhadap perubahan pola spasial permukiman
Gambar 3.8 Metoda Penemuan Hubungan Fungsi Ruang terhadap Pola Spasial

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERMUKIMAN TIDAK TERENCANA DI PESISIR BELAWAN MEDAN
4.1.

Kampung Nelayan Belawan di Medan
Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir Kecamatan Medan Belawan

Kota Medan. Kecamatan Medan Belawan berada pada bagian paling utara kota
Medan dan berbatasan langsung dengan laut (Gambar 4.1). Kecamatan Medan
Belawan memiliki 6 kelurahan. Lokasi penelitian ini berada pada Kelurahan
Belawan Bahagia.

Keterangan Gambar:

: Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Peta Lokasi Kecamatan Medan Belawan pada Kota Medan
(sumber: Google.com, 2017)

Universitas Sumatera Utara

60

Daerah penelitian berada pada kawasan pinggiran laut dari Jalan Gulama sampai
Jalan T. M. Pahlawan (Gambar 4.2). Batas sebelah utara area ini adalah Jalan T.
M. Pahlawan; sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tongkol, Jalan Tenggiri, dan
Jalan Temenung. Pada area ini juga terdapat sebuah pasar tradisional yang
bernama Pasar Baru. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Dondong, Jalan
Sepat, Jalan Selar, dan lain-lain; sedangkan sebelah barat berbatasan langsung
dengan laut. Menurut Wikipedia, pada 2001 jumlah penduduk kecamatan Medan
Belawan mencapai 91.881 jiwa. Luas kecamatan sebesar 26,25 km2.

Keterangan Gambar:
: Lokasi Penelitian
Gambar 4.2 Lokasi Penelitian
(sumber: Google Maps, 2017)

Universitas Sumatera Utara

61

Pada area jalan raya seperti Jalan Gulama, Jalan Hiu, dan Jalan T. M.
Pahlawan terdapat banyak fungsi hunian dan ekonomi; sedangkan pada area
pinggiran laut terdapat banyak bangunan yang berfungsi sebagai hunian dan
terbuat dari papan yang dipancang menggunakan pondasi kayu atau pipa PVC.
Untuk area jalan raya, rumah yang dibangun sudah menggunakan bata, permanen,
dan mempunyai hak kepemilikan yang sah secara hukum. Dulunya, area di sekitar
jalan raya tersebut hanyalah sebuah lahan kosong. Namun, lahan tersebut
kemudian dibangun untuk menampung masyarakat yang digusur pada tahun
1960-an. Sekarang, rumah-rumah yang dibangun tersebut sudah memiliki hak
kepemilikan yang sah. Akibat dari berkembangnya populasi dan kebutuhan
masyarakat akan hunian, area permukiman tersebut semakin berkembang dan
mulai bertumbuh di sekitar area pinggiran laut. Area pinggiran laut tersebut
dibangun tanpa campur tangan peraturan pemerintah sehingga tidak memiliki hak
kepemilikan yang sah.

4.2.

Keadaan Bentuk Permukiman di Kampung Nelayan Belawan di
Medan
Bentuk permukiman pada lokasi penelitian terdiri dari dua jenis

permukiman, yaitu permukiman formal dan tidak informal. Lokasi permukiman
terletak di sepanjang pesisir pantai dari Jalan Gulama hingga Jalan T. M.
Pahlawan (Gambar 4.3). Bentuk yang informal terdapat pada kawasan yang
berbatasan langsung dengan pinggiran laut sedangkan bentuk yang formal berada

Universitas Sumatera Utara

62

pada kawasan yang berbatasan atau menghadap langsung dengan jalan-jalan raya
Gambar 4.4-4.5).

Gambar 4.3 Peta Lokasi Penelitian
(sumber: Digambar ulang dari data Google Maps, 2017)

Universitas Sumatera Utara

63

Keterangan Gambar:
: Lokasi Penelitian

Gambar 4.4 Bangunan di Atas Tanah yang Mempunyai Kepemilikan yang Jelas
Keterangan Gambar:
: Lokasi Penelitian

Gambar 4.5 Contoh Bangunan yang Berdiri Tanpa Peraturan Pemerintah

Massa bangunan pada kawasan Kampung Nelayan dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu bagian yang terencana dan bagian tidak terencana. Gambar 4.6
menunjukkan peta kawasan hunian pada Kampung Nelayan Medan Belawan.
Bagian yang diwarnai merupakan tanda bahwa blok tersebut adalah hunian.
Warna menunjukkan keadaan sarana tersebut.

Universitas Sumatera Utara

64

Keterangan Gambar:
: Tidak dapat dipergunakan lagi
: Rusak sekali
: Rusak
: Keadaan dapat berfungsi untuk penghuni kampung
: Keadaan secara fisik sangat memadai

Gambar 4.6 Keadaan sarana hunian Kampung Nelayan Medan Belawan

Pada Gambar 4.7, area yang dilingkari garis biru adalah area informal atau
area yang terbentuk tanpa persetujuan pemerintah ataupun mempunyai
kepemilikan yang sah. Sehingga, rumah atau bangunan yang berdiri pada area
lingkaran garis biru dapat dikatakan terbentuk secara tidak direncanakan. Area ini
berbatasan langsung dengan pinggiran laut. Rumah-rumahnya sebagian besar
terbuat dari kayu. Kayu-kayu tersebut biasanya didapatkan langsung pada lokasi

Universitas Sumatera Utara

65

permukiman ataupun dibeli dari tetangga. Pada area ini, banjir akibat pasang air
laut sering terjadi sehingga rumah-rumah atau bangunan dapat tenggelam
mencapai kurang lebih 50 cm bahkan dapat mencapai kurang lebih 1,5 m pada
saat-saat tertentu.

Keterangan Gambar:
: Daerah pesisir

Gambar 4.7 Peta Lokasi Penelitian pada Area Pinggiran Laut Kampung Nelayan

Keadaan jaringan jalan (Gambar 4.8) pada kawasan Kampung Nelayan
Medan Belawan juga termasuk baik dan dapat digunakan. Beberapa jalan dapat
digunakan oleh kendaraan roda empat dan dua (Gambar 4.9) sedangkan beberapa

Universitas Sumatera Utara

66

jalan pada permukiman yang tidak terencana hanya dapat dilalui motor, becak,
atau pejalan kaki saja (Gambar 4.10).
Keterangan Gambar:
: Tidak dapat dipergunakan lagi
: Rusak sekali
: Rusak
: Keadaan dapat berfungsi untuk penghuni kampung
: Keadaan secara fisik sangat memadai

Gambar 4.8 Peta Keadaan Jaringan Jalan pada Kampung Nelayan Medan Belawan

Universitas Sumatera Utara

67

Keterangan Gambar:
: Lokasi Penelitian

Gambar 4.9 Kondisi Jalan pada Jalan Gulama

Keterangan Gambar:
: Lokasi Penelitian

Gambar 4.10 Kondisi Jalan yang Hanya dapat Dilalui Pelajan Kaki yang Berdiri Tidak Terencana

Tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan Kampung
Nelayan Medan Belawan. Beberapa tempat merupakan tanah kosong (Gambar
4.11), beberapa memiliki kondisi yang baik sedangkan beberapa lagi kondisi
tanah tidak baik dan dibuangi banyak sampah di atasnya.

Universitas Sumatera Utara

68

Keterangan Gambar:
: Tidak dapat dipergunakan lagi
: Rusak sekali
: Rusak
: Keadaan dapat berfungsi untuk penghuni kampung
: Keadaan secara fisik sangat memadai

Gambar 4.11 Peta Keadaan Lahan Kosong pada Kampung Nelayan Medan Belawan

Untuk prasarana seperti utilitas air bersih dan air kotor, bangunan formal
menggunakan saluran air pemerintah dari PDAM dan mengalirkan air kotor
langsung ke parit di depan rumah. Sedangkan pada area permukiman informal,
tidak terdapat saluran air bersih sehingga pemukim membeli sendiri air bersih
dalam jerigen dan saluran air kotor dibuang langsung ke laut. Sedangkan untuk
kondisi listrik, area permukiman formal mendapatkan pemasokan listrik yang baik
dari PLN sedangkan permukiman yang tidak memiliki izin pemerintah tidak
mendapatkan sambungan listrik dari tiang listrik PLN (Gambar 4.12).

Universitas Sumatera Utara

69

Keterangan Gambar:
: Tidak dapat dipergunakan lagi
: Rusak sekali
: Rusak
: Keadaan dapat berfungsi untuk penghuni kampung
: Keadaan secara fisik sangat memadai

Gambar 4.12 Peta Keadaan Prasarana Lampu Jalan

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KAJIAN SPASIAL PERMUKIMAN TIDAK TERENCANA

5.1.

Pola Spasial
Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan adalah salah satu

lingkungan binaan yang dibangun oleh manusia dan berada pada area pesisir
pantai. Lingkungan binaan ini ditandai oleh dominasi struktur buatan manusia
yang terbentuk atas kebutuhan masyarakat untuk bertahan hidup di atas
lingkungan yang dipilihnya sebagai tempat naungan. Lingkungan binaan tersebut
terdiri atas elemen fisik dan non fisik. Elemen fisik pada Permukiman Kampung
Nelayan adalah massa bangunan-massa bangunan, jaringan jalan, dan ruang-ruang
terbuka. Menurut Trujillo (2012), pola spasial pada lingkungan binaan ditandai
dengan bentuk massa, jaringan jalan, ruang terbuka, dan sistem utilitas.
Terjadinya spasial merujuk kepada elemen fisik suatu lingkungan binaan. Elemen
fisik tersebut dapat dibangun secara terencana maupun tidak terencana oleh
pemukim yang ingin tinggal di permukiman tersebut. Elemen fisik yang
terbangun secara terencana adalah bagian dari sistem ruang yang dibangun
berdasarkan peraturan dan mengikuti aturan tersebut, sedangkan elemen fisik
yang terbangun tanpa terencana dibangun tanpa campur tangan pemerintah dan
tidak memiliki batasan berlandaskan hukum karena tidak mengikuti peraturan
pemerintah. Salah satu elemen pembentuk permukiman adalah massa-massa
bangunan (Gambar 5.1). Bentuk-bentuk yang muncul pada pola permukiman

Universitas Sumatera Utara

71

merupakan wujud tampilan penggunaan ruang yang diintegrasikan dengan
jaringan jalan dan ruang di luar massa bangunan.

Keterangan Gambar:
: Massa bangunan
Gambar 5.1 Pola massa bangunan permukiman Kampung Nelayan

Massa bangunan-massa bangunan tersebut ada yang tersusun secara teratur
dan ada yang tersusun secara tidak teratur. Akibat dari adanya perbedaan dalam
proses perwujudan kampung, terdapat perbedaan pada pola spasial permukiman
Kampung Nelayan ini. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan batasan
dalam membangun bangunan dan kondisi geografis yang terjadi pada
permukiman Kampung Nelayan tersebut. Menurut Zhang, dkk, (2014), keadaan

Universitas Sumatera Utara

72

suatu daerah dan faktor geografis permukiman mempengaruhi pola permukiman
manusia. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan pola permukiman yang terdapat
pada area terencana dibandingkan dengan area tidak terencana pada kawasan
Kampung Nelayan. Permukiman yang terencana cenderung dibangun pada badan
jalan pemerintah sedangkan permukiman tidak terencana cenderung membangun
bangunan yang berorientasi ke pinggiran laut (Gambar 5.2). Pemerintah tidak
berperan dalam mewujudkan pola kampung yang informal karena penghuni
kampung menggarap sendiri tempat ini tanpa izin. Pada permukiman formal,
batasan pemukim dalam membangun bangunannya adalah peraturan dari
pemerintah, sedangkan pada permukiman informal tidak terdapat batasan dalam
membangun permukiman karena pemukim tidak mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah. Batasan yang terdapat pada pemukim di permukiman
informal terdapat pada keadaan sosial dan ekonomi pemukim. Pada kawasan
formal dengan kondisi tanah yang lebih rata dan padat, bangunan yang terbentuk
cenderung mengikuti badan jalan dan terpola dengan grid yang lebih teratur.
Bentuk permukiman yang terencana berdiri lebih teratur karena pada umumnya
masyarakat yang menghuni area yang terencana lebih mampu secara ekonomi
dibandingkan masyarakat yang menghuni area tidak terencana. Pola massa
bangunan yang teratur berbentuk grid terbangun berorientasi pada jalan yang
dibangun oleh pemerintah di mana jalan tersebut relatif lebih lebar dan dapat
dilalui oleh kendaraan bermotor. Lebar jalan pemerintah pada kawasan ini 5-8
meter. Keadaan bangunan-bangunan yang dibangun pada kawasan terencana

Universitas Sumatera Utara

73

relatif tampak permanen dan memunculkan suasana yang tidak kumuh terhadap
ruang-ruang luarnya.
Berbeda dengan kawasan informal yang dibangun pada kawasan pinggiran
laut. Kondisi geografis pada pinggiran laut yang dikelilingi oleh air dan kondisi
tanah yang lebih berlumpur dan lembab menyebabkan perbedaan letak
permukiman yang cenderung tidak berbentuk grid dan terletak lebih acak. Kondisi
geografis ini juga menyebabkan perbedaan pada struktur dan bahan bangunan
yang digunakan. Daerah formal cenderung terletak mengikuti jalan arteri sekunder
atau jalan formal yang dibentuk pemerintah sedangkan daerah informal cenderung
terbentuk berorientasi ke laut dan berada pada jalan kecil atau gang dan loronglorong yang dibangun oleh pemukim itu sendiri (Gambar 5.2). Kenyataankenyataan inilah yang menyebabkan perbedaan pola spasial massa bangunan pada
permukiman formal dan informal di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan.

Universitas Sumatera Utara

74

Keterangan Gambar:
: Pola permukiman terencana
: Pola permukiman tidak terencana
: Laut
: Ruang terbuka/lahan kosong
: Coastal port
Gambar 5.2 Pola massa yang terintegrasi dengan jalan dan ruang terbuka pada permukiman
Kampung Nelayan

Hao, J., Zhu, J., & Zhong, R. (2015) menyatakan bahwa bentuk-bentuk
tersebut biasanya diikuti oleh layout penggunaan ruang, sistem jalan, dan ruang
terbuka. Massa bangunan-massa bangunan yang terbentuk, baik pada permukiman
formal maupun informal di Kampung Nelayan terintegrasi dengan sistem jalan,
ruang terbuka, dan fungsi-fungsi ruang yang terbentuk di dalamnya. Jaringan jalan
yang ada pada permukiman Kampung Nelayan ini terdiri dari jalan formal yang

Universitas Sumatera Utara

75

dibangun oleh pemerintah dan jalan informal yang dibangun oleh pemukim itu
sendiri sebagai akibat dari hubungan yang terjadi antar massa bangunan (Gambar
5.3). Jalan informal yang pada awalnya terbentuk secara tidak terencana, pada
akhirnya diberi perkerasan oleh pemerintah. Jalanan yang dibangun oleh
pemerintah dapat dilewati oleh kendaraan roda empat sedangkan jalanan yang
dibangun oleh pemukim biasanya hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda dua
atau pejalan kaki saja.
Keterangan Gambar:
: Jalan yang dibangun
oleh pemukim
: Jalan yang dibangun
oleh pemerintah

Gambar 5.3 Pola Jaringan Jalan Kawasan Kampung Nelayan Medan

Elemen pembentuk lingkungan binaan selanjutnya adalah ruang terbuka
(Gambar 5.4). Tidak terdapat ruang terbuka hijau (RTH) pada kawasan ini namun
terdapat beberapa lahan atau tanah kosong. Tidak terdapat banyak aktivitas pada

Universitas Sumatera Utara

76

area lahan kosong tersebut karena kondisi lahan yang berlumpur dan penuh
sampah. Beberapa area tanah kosong digunakan untuk tempat pembuangan
sampah dan tempat peletakan barang-barang rongsokan.

Keterangan Gambar:
: Massa bangunan
: Jaringan jalan
: Ruang terbuka
: Laut
: Coastal port

Gambar 5.4 Peta letak area ruang terbuka pada kawasan Kampung Nelayan

Universitas Sumatera Utara

77

5.2.

Pola Spasial Permukiman Informal
Dalam mengidentifikasi kawasan permukiman informal digunakan

standard yang ditetapkan oleh UN-Habitat (2003) mengenai kriteria permukiman
informal. Menurut UN-Habitat, permukiman informal didefinisikan dengan
kurangnya sistem perumahan yang aman, kurangnya area gerak yang cukup, tidak
terdapat akses terhadap air bersih atau sanitasi yang tidak memadai, serta tidak
adanya status kepemilikan yang aman.
Pada permukiman informal di kawasan Kampung Nelayan Medan
Belawan terdapat permasalahan mengenai surat-surat kepemilikan bangunan dan
lahan. Permukiman informal ditandai dengan tidak adanya status kepemilikan
tanah yang aman dan sesuai dengan peraturan pemerintah. Kemudian, kurangnya
fasilitas-fasilitas dasar pada kawasan pesisir. Pada kawasan ini, limbah air kotor
bangunan langsung dibuang ke laut dan menyebabkan laut tercemar. Selain itu,
permukiman juga dibangun di atas lahan PT. Pelindo sehingga bangunan tersebut
dibangun di atas tanah yang tidak dimiliki pemilik rumah. Lahan pada sekitar
pesisir pantai juga sebenarnya tidak baik untuk dijadikan kawasan hunian
permanen karena akan mengganggu ekosistem laut. Fasilitas dasar publik atau
fasilitas pelayanan masih terdapat pada beberapa titik di area kawasan ini, namun
fasilitas tersebut hanya terbatas pada fasilitas pendidikan dan peribadahan.
Struktur bangunan tidak memadai dan berada di bawah standard perumahan.
Kondisi ekonomi sebagian besar penduduk juga berada di bawah rata-rata dan
kondisi hidup mereka tidak sehat karena air yang pasang akan menenggelamkan
sekitar 1-2 meter dinding rumah sehingga barang pemukim ikut terendam. Air laut

Universitas Sumatera Utara

78

yang kotor karena sampah dapat menyebabkan penyakit yang cukup serius bagi
pemukim. Kondisi ini menjadi kriteria bagi permukiman tidak terencana yang
berada pada kawasan Kampung Nelayan sehingga dapat dibedakan dari
permukiman yang mengikuti peraturan pemerintah (Gambar 5.5).

Keterangan Gambar:
: Permukiman informal
: Permukiman formal
Gambar 5.5 Posisi Permukiman Informal

Secara makro, letak area permukiman tidak terencana banyak yang
berorientasi menghadap laut dan berada di pinggiran pantai (Gambar 5.6). Dalam
sejarah perkembangan wilayah ini, lahan yang berada pada sekitar pinggiran laut

Universitas Sumatera Utara

79

adalah lahan milik perusahaan PT. Pelindo I. Lahan ini tidak dapat digunakan
sebagai permukiman atau lokasi hunian bagi pemukim di tempat ini. Namun,
akibat dari beberapa alasan ekonomi maupun sosial, pemukim pun satu per satu
menempati lokasi ini.
Kualitas ruang yang terbentuk pada permukiman informal cenderung tidak
maksimal untuk memenuhi kebutuhan penghuninya. Hal tersebut menjadi wajar
karena sistem perundang-undangan tidak mampu menyediakan kebutuhan rumah
tinggal untuk penduduk di Kampung Nelayan ini. Hal ini membuktikan teori
Tsenkova

(2010),

bahwa

penyebab

terbentuknya

permukiman

informal

disebabkan oleh perencanaan ruang yang tidak memadai, sistem perundangundangan yang tidak update dan kompleks, kebijakan perumahan yang tidak
mampu memastikan penyediaan perumahan dengan harga jual yang mampu dibeli
masyarakat, dan struktur administrasi publik yang sudah usang. Pemicu lain
terbentuknya susunan massa bangunan, sistem jalan, dan ruang terbuka pada
kawasan informal ini juga adalah perencanaan ruang yang tidak memadai dan
kebijakan perumahan yang tidak dapat menyediakan perumahan yang terjangkau.

Universitas Sumatera Utara

80

Keterangan Gambar:
: Permukiman informal
Gambar 5.6 Contoh bagan peta lokasi permukiman informal di Kampung Nelayan

Universitas Sumatera Utara

81

Pada peta di Gambar 5.6 dapat dilihat posisi permukiman informal pada
Kampung Nelayan yang berada pada area pinggiran laut. Posisi permukiman tidak
terencana tersebut menyebar di sepanjang jalan di pinggiran pantai dengan
bangunan berorientasi langsung ke arah laut. Di sebelah luar dari permukiman
informal tersebut terdapat area permukiman formal. Pada mulanya pada sekitar
tahun 1960-an, area permukiman ini adalah tanah kosong berlumpur dan tidak
ditempati oleh satu orang pemukim pun. Namun, akibat dari proses pemindahan
warga yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960-an, tanah pada area ini
ditinggikan dan dipadatkan agar dapat didirikan bangunan. Hal ini terus berlanjut
sampai area permukiman menyebar mendekati area pantai atau pinggiran laut
walaupun area pantai secara peraturan pemerintah tidak boleh didirikan bangunan.
Sekarang, pada area permukiman Kampung Nelayan terdapat dua jenis area
permukiman, yaitu permukiman formal dan permukiman tidak terencana
(informal).
Area permukiman yang terbangun tanpa peraturan pemerintah mempunyai
pola massa bangunan yang cenderung terlihat lebih acak. Permukiman yang
terbangun tanpa rencana ini banyak yang berada langsung di atas laut. Banyak
dari pemukim yang memilih untuk tinggal di tempat dengan lahan yang lebih
rendah karena lebih menguntungkan mereka (Zhang, dkk., 2014). Area pinggiran
pantai termasuk salah satu daerah yang dengan tanah yang lebih rendah
dibandingkan area di sekitarnya. Teori ini menegaskan letak tanah pada daerah
pesisir pantai cenderung memudahkan pemukim mendirikan bangunan karena
tidak ada peraturan yang jelas sehubungan dengan izin mendirikan bangunan.

Universitas Sumatera Utara

82

Pada prinsipnya, daerah pantai dalam jarak 20-50 meter harus bebas dari
pembangunan fisik dalam bentuk apapun. Kenyataannya, bagian area tersebutlah
yang selalu menjadi pilihan bagi para pendatang yang belum mepunyai tempat
tinggal dan hendak mencari nafkah lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Menurut Tsenkova (2010), permukiman informal adalah sebuah respon
terhadap gagalnya pasar untuk memproduksi tempat tinggal yang cukup secara
kuantitas dengan

harga yang terjangkau bagi masyarakat miskin. Faktor

pembentuk permukiman informal adalah perencanaan ruang yang tidak memadai,
sistem perundang-undangan yang tidak update dan kompleks, kebijakan
pemerintah yang tidak mampu memastikan penyediaan perumahan dengan harga
jual yang mampu dibeli masyarakat dan struktur administrasi publik yang sudah
usang. Keempat faktor yang dikemukaan oleh Tsenkova dapat ditemukan pada
kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan. Faktor pertama adalah perencanaan
ruang yang tidak memadai. Pada kawasan permukiman tidak terencana ini tidak
terdapat sistem atau peraturan mengenai letak bangunan maupun ruang terbuka.
Hal ini berhubungan dengan faktor kedua yaitu sistem peraturan yang tidak
update dan kompleks. Tidak terdapat peraturan yang jelas mengenai sistem
pembangunan hunian pada kawasan pinggiran pantai. Apabila peraturan tersebut
ada pun tidak diterapkan dengan tegas pada kawasan Kampung Nelayan.
Walaupun begitu, kesalahan mengenai pembangunan hunian pada pinggiran
pantai tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pemukim itu sendiri namun juga oleh
kebijakan pemerintah yang tidak mampu menyediakan perumahan bagi
masyarakat dengan pendapatan per kapita yang rendah. Hal ini menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

83

masyarakat lebih memilih untuk membangun rumah pada kawasan pinggiran
pantai daripada tidak memiliki tempat tinggal sama sekali.
Selain itu, menurut Oelofse dan Dodson (1997), terbentuknya permukiman
informal juga terjadi akibat dari proses urbanisasi masyarakat dari daerah ke kota,
masyarakat yang pindah dari area kota yang sudah padat, dan pertambahan
populasi secara natural. Hal ini terjadi pada kawasan informal Kampung Nelayan
Belawan Medan di mana masyarakat banyak yang pindah dari daerah lebih kecil
menuju perkotaan namun tidak mendapatkan hunian yang sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi mereka. Hal ini juga terjadi akibat dari bertambahnya populasi
awal pada permukiman informal tersebut yang disebabkan oleh pemukim yang
tinggal secara berketurunan di daerah tersebut. Contohnya adalah sebuah rumah
yang ditempati oleh orangtua pemukim yang beberapa tahun kemudian meluas
menjadi sebuah rumah lagi akibat dari bertambahnya anggota keluarga yang
sudah menikah dan berkeluarga.
Permukiman informal pada kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan
terbentuk tanpa perencanaan dan peraturan pemerintah, namun sebagai wadah
interaksi antar pemukim, permukiman ini terbentuk berdasarkan batasan-batasan
yang dimiliki oleh para pemukim. Batasan-batasan tersebut dapat terwujud dalam
bentuk batasan ekonomi seperti kemampuan beli si pemukim atau batasan sosial
seperti kekerabatan dan mata pencaharian si pemukim.
Area permukiman informal pada kawasan Kampung Nelayan Belawan
Medan ini tersebar ke dalam beberapa tempat. Bagian-bagian tersebut terletak

Universitas Sumatera Utara

84

pada kawasan Jalan Gulama, Jalan Hiu, kawasan lorong-lorong yang terhubung
dengan Jalan T. M. Pahlawan yaitu Lorong Bakti, Lorong Amal, Lorong Sukur,
dan Lorong Supir, dan kawasan terakhir adalah daerah di ujung jalan T. M.
Pahlawan. Pada setiap area permukiman terdapat pola spasial yang khusus antara
jaringan jalan, blok massa, dan ruang terbuka. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan lokasi permukiman, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat
pemukim. Kajian spasial setiap lokasi permukiman tidak terencana di Kampung
Nelayan terdapat pada tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara

85

Tabel 5.1 Kajian spasial permukiman tidak terencana di Kampung Nelayan

Lokasi
(a) Jalan Gulama


Kajian Spasial Ruang
Kawasan informal pertama ada pada Jalan Gulama. Kawasan ini
terletak pada area barat permukiman. Pada kawasan ini terdapat permukiman

Area pertama permukiman tidak terencana di Jalan
Gulama

formal dan permukiman informal. Permukiman formal pada Jalan Gulama
terbangun secara teratur mengikuti garis jalan dan berorientasi pada jalan
besar. Permukiman tidak terencana pada kawasan ini terletak pada area yang
berorientasi ke laut dan berdiri di atas jalan-jalan atau gang-gang kecil.
Dapat dilihat pada area permukiman informal di Jalan Gulama, massa
bangunan sebagian berdiri pada area jalan yang dibangun oleh pemerintah
atau Jalan Gulama itu sendiri. Sebagian besar bangunan berdiri langsung
pada area jalan kecil atau gang-gang yang dibangun sendiri oleh pemukim
tersebut. Massa bangunan-massa bangunan berdiri rapat satu sama lain.
Jalanan informal yang dibangun oleh pemukim tersebut langsung menuju ke
arah laut. Pada ujung jalan biasanya terdapat kapal-kapal nelayan. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat pemukim dengan mata pencaharian nelayan
pada permukiman tersebut. Pada beberapa bangunan juga terdapat jalan kecil
pada area belakang sebagai tempat mereka untuk menambatkan kapal. Tidak
terdapat halaman atau teras berumput pada bangunan di area ini. Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

86



Area pertama permukiman informal pada Jalan Gulama

yang tinggal pada area ini juga tidak memiliki ruang untuk parkir kendaraan
pada halaman rumahnya akibat dari keterbatasan lahan, sehingga kendaraan
biasanya diparkirkan pada badan jalan atau lahan kosong yang tersisa. Selain
itu, tidak terdapat akses terhadap air bersih dan air kotor pada perumahan
tidak terencana ini. Warga harus membeli air bersih dalam bentuk jerigen dan
warga langsung mengalirkan saluran pembuangan air kotor ke laut. Pada
Jalan Gulama terlihat susunan massa bangunan dengan pola segi empat yang
posisinya sangat berdekatan dengan massa bangunan lainnya. Ada massa
bangunan yang posisi dindingnya menyatu dengan dinding bangunan
tetangganya dan ada massa bangunan yang mempunyai jarak dengan massa
bangunan lainnya. Jarak tersebut merupakan ruang yang dapat dilalui oleh
pejalan kaki. Penghuni menggunakan ruang sirkulasi ini juga sebagai tempat
untuk berinteraksi.

Jalan Gulama

Keterangan Gambar:
: Massa bangunan
informal
: Massa bangunan
formal
: Jalan
: Laut

Universitas Sumatera Utara

87



Gang kecil pada permukiman informal yang terhubung
langsung dengan Jalan Gulama

Jalan Gulama

Keterangan Gambar:
: Massa bangunan
informal
: Massa bangunan
formal
: Jalan
: Laut

Universitas Sumatera Utara

88



Area kedua permukiman informal pada Jalan Gulama dengan

Pada area kedua permukiman informal di Jalan Gulama, massa
bangunan yang terbentuk langsung berada pada pinggiran jalan arteri

bangunan permanen

sekunder namun juga berbatasan langsung dengan laut. Bangunan berdiri
sejajar dan lurus serta dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Bangunan
pada area ini dibangun dengan menggunakan bahan bangunan permanen
seperti batu bata dan sudah berpagar dan memiliki teras rumah sendiri.
Berbeda dengan area pertama yang lebih bersifat non permanen pada bahan
bangunan. Hal yang menyebabkan area permukiman ini juga termasuk area
permukiman informal adalah sifat kepemilikan lahan pada permukiman ini
bukan milik pribadi melainkan milik perusahaan PT. Pelindo.
Pada kawasan ini, bangunan yang terbangun mencerminkan kelas
Jalan Gulama

sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan area sebelumnya yang
dibangun secara non permanen. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan
bangunan pada sekitar Jalan Gulama yang bersertifikat resmi untuk kemudian
Keterangan Gambar:
: Massa bangunan
informal
: Massa bangunan
formal
: Jalan
: Laut

mempengaruhi masyarakat yang berada pada permukiman informal untuk
membangun bangunannya serupa atau semirip mungkin dengan bangunan di
sekitarnya yang cenderung formal. Walaupun bangunan tersebut permanen,
bangunan didirikan di atas tanah milik perusahaan PT. Pelindo sehingga
bangunan tersebut tidak memiliki surat kepemilikan yang sah. Hal ini
menyebabkan bangunan tersebut termasuk dalam area permukiman informal.

Universitas Sumatera Utara

89

Perbedaan fasad bangunan yang terdapat pada pola spasial lingkungan ini
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat yang bermukim di sekitar
lingkungan tersebut.



Area ketiga permukiman informal pada Jalan Gulama

Pada area ketiga permukiman informal pada Jalan Gulama hampir mirip
dengan pola massa bangunan pada area kedua sebelumnya. Bangunan berdiri
langsung di pinggiran jalan arteri sekunder dan berbentuk lurus atau sejajar
dengan jalan. Pada area ini bangunan juga berdiri secara permanen dan
terhubung langsung dengan jalan yang dibangun pemerintah sehingga dapat
dilewati oleh kendaraan roda empat. Hal ini dapat disebabkan oleh keinginan
pemukim untuk membangun bangunan yang cenderung sama dengan
pemukim sebelumnya sehingga bangunan pada area sepanjang Jalan Gulama
memiliki karakteristik bangunan permanen walaupun dibangun di atas tanah
yang bukan milik pr