Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Chapter III VI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk
Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dengan
ketinggian + 20 meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2016
sampai dengan Maret 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas
(Mekongga, Situ Bagendit, Inpari 32, Inpari 30) sebagai bahan tanam, pupuk
NPK, SS, Urea sebagai bahan penambah unsur hara pada tanah, pestisida sebagai
bahan pengendali hama, aquades untuk perlakuan perendaman benih.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini traktor digunakan untuk
mengolah tanah dan membersihkan lahan penelitian, tali plastik digunakan
sebagai pembatas setiap plot percobaan, meteran untuk mengukur luas lahan yang
digunakan dalam penelitian, timbangan analitik untuk menimbang bahan
pendukung penelitian, spidol/pensil sebagai alat tulis, kamera sebagai alat
dokumentasi, dan sejumlah alat-alat yang digunakan dalam membantu proses
penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan
2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Sistem Tanam Jajar Legowo yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
L0 = Kontrol (10 x 25 cm)
L1 = 2:1

(10 x 25 cm)

Universitas Sumatera Utara

L2 = 4:1

(10 x 25 cm)

Faktor II : Varietas Padi yang terdiri atas 4 jenis, yaitu :
V 1 = Varietas Mekongga
V 2 = Varietas Situ Bagendit
V 3 = Varietas Inpari 32
V 4 = Varietas Inpari 30
Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan


Jumlah plot

: 36 plot

Jumlah tanaman/plot
L0

: 20 tanaman

L1

: 20 tanaman

L2

: 44 tanaman

Jumlah sampel/plot


: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 180 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 1.008 tanaman

Ukuran plot

: 40 cm x 75 cm
70 cm x 75 cm
110 cm x 75 cm

Jarak antar plot

: 50 cm


Jarak antar blok

: 50 cm

Model Linear Adatif dari Rancangan di atas adalah:
Y ij = μ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε ijk
i= 1,2,3 j= 1,2,3 k= 1,2,3,4

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
Y ijk

: Nilai pengamatan pengaruh blok ke-i, sistem tanam legowo ke-j dan
varietas padi sawah ke-k

μ

: Nilai tengah


ρi

: Pengaruh blok ke-i

αj

: Pengaruh

βk

: Pengaruh varietas padi sawah ke-k

sistem tanam legowo ke-j

(αβ) jk : Pengaruh interaksi sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas
padi sawah ke-k
ε ijk

: Pengaruh galat pada blok ke-i, sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan
varietas padi sawah pada taraf ke-k

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,

maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan menggunakan alat hand traktor dengan
kedalaman 20 cm, untuk mengubah tekstur tanah sampai berlumpur dengan alat
bajak dan garu. Saluran air masuk dan air keluar diatur sedemikian rupa sehingga
sistem pengairan berjalan baik dan lancar. Saat penggaruan tanah usahakan
kondisi lahan dalam keadaan tergenang agar memudahkan pembentukan tanah
yang berlumpur dan permukaan tanah yang merata.
Pembibitan
Benih direndam dengan air, tiriskan, benih padi yang mengambang
dibuang. Selanjutnya diperam di dalam goni selama 1 malam hingga benih
berkecambah serentak. Lahan untuk tempat pembibitan terlebih dahulu diolah
dengan cara mencangkul hingga tanah menjadi lumpur halus dan tidak terdapat
lagi bongkahan batu. Kemudian dibuat petak pembibitan dengan ukuran 1,6 m x

0,4 m (± 10% dari total luas lahan yang akan ditanam). Benih yang sudah diperam
kemudian disebar merata pada tempat pembibitan yang telah dipersiapkan dengan
keadaan merata dan tidak terlalu rapat.
Penanaman
Penanaman dilakukan ketika umur benih 2 minggu setelah semai untuk
cara tanam tegel dan legowo. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati-hati,
sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dengan persemaian langsung
ditanam ke lubang tanam dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1 tanaman
per lubang pertanaman. Tujuan pemindahan bibit dengan umur yang muda agar
bibit yang akan cepat kembali pulih dan beradaptasi, akar lebih kuat dan dalam,

Universitas Sumatera Utara

tanaman akan menghasilkan., anakan yang lebih banyak, anakan yang lebih
banyak akan lebih tahan rebah dan tanaman akan lebih tahan kekeringan.
Pemeliharaan Tanaman
Pemberian air irigasi
Penggenangan air dilakukan setelah kodisi lahan sudah tampak mengering
saat tanaman berumur 3 HST dan hari berikutnya tidak diari kembali sampai lahan
kembali menjadi kering. Penggenangan


ini juga dilakukan pada fase anakan

maksimal, pada fase pembentukan dan pengisian malai dengan kedalaman air 10
cm dan dilakukan 10 hari sebelum panen.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan pada
tanaman padi yang tidak tumbuh normal atau mati.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap minggu secara manual yaitu mencabut gulma
dengan tangan, ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara
dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2 kali yakni pemupukan awal
diberikan pada umur padi 14 HST yaitu urea (40 cm x 75 cm = 9 g, 70 cm x 75
cm = 15,75 g, 110 cm x 75 cm = 24,75 g) ; NPK ( 40 cm x 75 cm = 6 g, 70 cm x
75 cm = 10,5 g, 110 cm x 75 cm = 16,5 g) ; SS ( 40 cm x 75 cm = 2,25 g ; 70 cm
x 75 cm = 3,93 g ; 110 cm x 75 cm = 6,18 g) ; Furadan = 1 kg. Pemupukan kedua
dilakukan pada umur 27 HST dengan pupuk dan dosis yang sama tanpa
menggunakan furadan.


Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan adalah Bestox 50 EC dan
Hamasid 25 EC sebanyak 250 ml untuk tanaman padi. Fungisida yang digunakan
yaitu Victory Mix 8/64 WP sebanyak 400 g dan Fitokarb 50 WP sebanyak 250 g.
Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari sekali atau melihat
gejala yang timbul akibat serangan hama dan penyakit dilapangan.
Panen
Pemanenan dilakukan pada saat 85% bulir telah menguning atau setelah
tanaman berumur 116 - 125 hari (33-36 hari setelah berbunga) bagian bawah
malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 2 MST dan
diambil sampai akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman
diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi
setelah diluruskan,


diukur

dengan

menggunakan

meteran.

Pada setiap

pengambilan tinggi tanaman diberi tanda pada pacak sampel.
Jumlah anakan per rumpun (anakan)
Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah seluruh batang
tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST
sampai akhir masa vegetatif dengan interval waktu 1 minggu.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah malai per rumpun (tangkai)

Jumlah malai per rumpun dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan
malai secara keseluruhan pada anakan. Penghitungan malai dilakukan pada saat
malai telah keluar penuh pada saat pemanenan.
Jumlah gabah bernas per plot (bulir)
Jumlah biji bernas per plot dihitung pada saat panen dengan cara
menghitung jumlah biji bernas tiap malai dalam satu rumpun setiap tanaman
sampel.
Persentase gabah hampa per rumpun (%)
Dihitung persentase gabah hampa per rumpun dengan rumus :
% gabah hampa per rumpun = Jumlah gabah hampa per rumpun

x 100%

Jumlah gabah total per rumpun
Bobot per 1000 gabah kering (g)
Bobot per 1000 gabah kering dihitung dengan cara menimbang 1000
gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman
sampel.
Bobot gabah bruto kering per sampel (g)
Bobot gabah bruto kering dihitung dengan cara menimbang hasil gabah
bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata
pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas
dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada
semua umur pengamatan (MST).
Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor
sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm)
umur 7 MST dan 8 MST. Pada 7 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L2 (4:1)
berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1)
sedangkan pada umur 8 MST, L2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi
tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1).
Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman (cm) padi tertinggi diperoleh pada
sistem tanam legowo 4:1 (L2 ) pada umur 7 MST (88,9 cm) & 8 MST (92,95 cm)
sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L0 ) pada umur 7 MST (75,37 cm)
& 8 MST (77,92 cm).
Tinggi tanaman padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa
varietas dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas
Umur
Sistem
Varietas
Rataan
(MST)
Tanam
V1
V2
V3
V4
--------------------------------cm-------------------------------2

3

4

5

6

7

8

L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

19,33
18,06
17,13
18,18
44,18
48,74
50,30
47,74
56,07
63,66
64,56
61,43
64,40
61,30
63,07
62,92
68,40
77,40
72,93
72,91
71,20
89,73
83,27
81,40
74,13
92,93
87,80
84,96

19,39
19,80
20,87
20,02
48,41
48,53
47,43
48,12
64,35
60,69
61,27
62,10
60,00
66,53
64,47
63,67
70,33
79,33
77,40
75,69
76,00
88,20
90,00
84,73
79,20
90,13
93,20
87,51

18,67
20,33
22,83
20,61
48,61
43,53
43,17
45,10
60,91
55,17
57,13
57,74
63,13
62,87
63,13
63,04
70,00
75,87
77,07
74,31
74,33
83,33
86,87
81,51
77,47
87,47
88,73
84,56

19,89
19,74
20,29
19,97
47,21
49,41
52,33
49,65
60,51
63,51
65,79
63,27
63,67
62,93
68,13
64,91
71,47
72,80
83,13
75,80
79,93
80,33
95,47
85,24
80,87
84,00
102,07
88,98

19,32
19,48
20,28
47,10
47,55
48,31
60,46
60,76
62,19
62,80
63,41
64,70
70,05
76,35
77,63
75,37b
85,4ab
88,9a
77,92b
88,63a
92,95a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris dan kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak
Duncan.

Jumlah anakan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh
nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan varietas dan
interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua
umur pengamatan (MST).

Universitas Sumatera Utara

Jumlah anakan padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa
varietas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas
Umur
(MST)

Varietas
Sistem
Tanam

V1

V2

V3

V4

Rataan

----------------------------anakan----------------------------2

3

4

5

6

7

8

L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan
L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

4,40
4,20
5,27
4,62
12,60
16,93
13,47
14,33
15,00
19,80
16,67
17,16
16,13
20,53
17,00
17,89
18,80
22,67
19,67
20,38
17,47
27,20
20,07
21,58
17,47
27,20
20,07
21,58

4,20
5,13
5,87
5,07
13,13
14,93
14,20
14,09
16,00
21,47
17,87
18,44
16,47
21,80
18,33
18,87
17,73
28,33
21,93
22,67
18,40
24,87
23,53
22,27
18,40
24,87
23,53
22,27

8,07
6,07
7,20
7,11
15,87
13,67
15,07
14,87
19,53
16,80
20,67
19,00
20,07
17,13
21,07
19,42
21,53
21,67
24,87
22,69
21,53
23,13
24,07
22,91
21,53
23,13
24,07
22,91

5,87
4,27
6,33
5,49
14,40
14,20
15,80
14,80
18,27
19,27
18,40
18,64
18,73
19,73
19,07
19,18
22,33
23,67
22,00
22,67
20,07
22,53
25,47
22,69
20,07
22,53
25,47
22,69

5,63
4,92
6,17
14,00
14,93
14,63
17,20
19,33
18,40
17,85
19,80
18,87
20,10b
24,08a
22,12ab
19,37b
24,43a
23,28a
19,37b
24,43a
23,28a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan.

Pada tabel 2 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem
tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6
MST, 7 MST dan 8 MST. Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1

Universitas Sumatera Utara

(2:1) berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2
(4:1) sedangkan pada umur 7 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 1 (2:1)
berbeda nyata dengan L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1) dan
pada umur 8 MST dapat dilihat bahwa L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0
(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2 (4:1).
Tabel 2 menunjukkan anakan padi (anakan) terbanyak diperoleh pada
sistem tanam legowo 2:1 (L1 ) pada umur 6 MST (24 anakan), 7 MST (24 anakan)
& 8 MST (24 anakan) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) pada
umur 6 MST (20 anakan), 7 MST (19 anakan) dan 8 MST (19 anakan).
Jumlah malai per rumpun
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan
interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada
umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L0
(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1).
Tabel 3. Jumlah malai per rumpun padi umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas
Varietas
Sistem
Rataan
Tanam
V1
V2
V3
V4
-------------------------------------tangkai----------------------------------L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

5,33
8,00
6,33
6,56

5,00
7,00
6,67
6,22

5,00
6,67
6,67
6,11

5,00
6,33
7,67
6,33

5,08b
7,00a
6,83a

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3 menunjukkan jumlah malai per rumpun (tangkai) terbanyak
diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 2:1 (L1 ) sebanyak 7 tangkai malai
sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L0 ) sebanyak 5 tangkai malai.
Jumlah gabah bernas per plot
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan
interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 4
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST. Pada
umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L2 (4:1) berbeda nyata dengan
L0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L1 (2:1).
Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas
Varietas
Sistem
Rataan
Tanam
V3
V4
V1
V2
---------------------------------------bulir-----------------------------------L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

114,20
138,20
119,60

110,53
127,47
135,87

124,00

124,62

106,53
130,13
126,33
121,00

118,67
119,33
145,47

112,48b
128,78a
131,82a

127,82

Tabel 4 menunjukkan jumlah gabah bernas per plot (bulir) terbanyak
diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2 ) sebanyak 132 bulir sedangkan
terendah pada sistem tanam kontrol (L0 ) sebanyak 112 bulir.

Universitas Sumatera Utara

Persentase gabah hampa per sampel
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan
sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak
berpengaruh nyata. Pada tabel 5 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor
sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak
berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap persentase gabah bernas per plot (%).
Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam
dan beberapa varietas
Varietas
Sistem
Rataan
Tanam
V1
V2
V3
V4
---------------------------------%--------------------------------------------L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

0,08
0,10
0,10

0,10
0,11
0,12

0,11
0,13
0,16

0,11
0,07
0,12

0,09

0,11

0,13

0,10

0,10
0,10
0,13

Bobot per 1000 gabah kering
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan
sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas berpengaruh
nyata. Pada tabel 6 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem
tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh
nyata pada taraf 5% terhadap bobot per 1000 gabah kering (g).
Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan
beberapa varietas
Varietas
Sistem
Rataan
Tanam
V1
V2
V3
V4
----------------------------------------g--------------------------------------L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

16,72
18,07
16,08

15,42
17,53
18,63

15,24
18,24
18,45

16,22
15,39
19,38

16,96

17,19

17,31

17,00

15,90
17,31
18,14

Bobot gabah bruto kering per sampel
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan
interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 7
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST.
Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata
dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1).
Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam
dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam
dan beberapa varietas
Varietas
Sistem
Rataan
Tanam
V1
V2
V3
V4
---------------------------------------g---------------------------------------L0 (Kontrol)
L1 (2:1)
L2 (4:1)
Rataan

114,00
177,33
206,47
165,93

120,67
161,33
198,00
160,00

140,00
153,33
213,73
169,02

123,00
176,00
230,00
176,33

124,42b
167,00a
212,05a

Tabel 7 menunjukkan bobot gabah bruto kering per sampel (g) terbanyak
diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2 ) sebanyak 212,05 g sedangkan
terendah pada sistem tanam kontrol (L0 ) sebanyak 124,42 g.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Dari penelitian diperoleh bahwa sistem tanam nyata pada parameter tinggi
tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per sampel, jumlah gabah bernas per plot,
bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot Hal ini
dikarenakan sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas padi
dikarenakan seluruh barisan padi berada di pinggir maka penyinaran akan
optimal, mudah dalam pemeliharaan tanaman padi. Sedangkan pada sistem tanam
legowo berpengaruh untuk menghasilkan produktifitas gabah yang sejalan dengan
pertumbuhan tinggi tanaman padi menyebabkan tanaman mempunyai potensi
untuk berproduksi lebih tinggi dan sistem tanam legowo memudahkan dalam
pengaturan air, menghemat penggunaan pupuk. Meskipun penyerapan hara oleh
tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu
meminimalkan resiko kerebahan. Hal ini sesuai dengan literatur itu Departemen
Pertanian (2014) yang menyatakan sistem tanam legowo memanipulasi lokasi
tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman
pinggir) lebih banyak. Seperti yang diketahui tanaman padi yang berada dipinggir
akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal
ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih
banyak.
Dari penelitian diperoleh bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah
malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per
rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot
gabah netto kering per plot. Padi yang mudah terserang hama dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

tanaman (HPT) salah satunya hama wereng batang coklat dengan menimbulkan
gejala daun terpuntir, batang tanaman berwarna kuning, gabah hampa, anakan
bercabang banyak dan kerdil. Hal ini didukung dengan iklim dan tanah yang
mendukung untuk pertumbuhan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai
dengan literatur Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (2009) yang
menyatakan penggerek batang yang rentan kerusakan dari pembibitan sampai
pembentukan malai dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan
anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, beluk (malai
hampa) pada tanaman stadia generatif, penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala
penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya
garis lebam berair pada bagian tepi daun
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, perlakuan interaksi sistem tanam
legowo dan varietas padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah
gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah
kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2015) yang
menyatakan bahwa dengan kata lain, pengaruh sistem tanam konsisten pada
semua varietas yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh varietas juga
konsisten pada semua sistem tanam yang dicobakan.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, Pada tabel 1 dari uji hasil uji
ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada
taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST tetapi tidak

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada
perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak
berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini sesuai dengan
literatur Saeroji (2013) menyatakan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo
akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman
dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke
arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh
intensitas sinar matahari yang optimum.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, pada tabel 2 dari uji ganda
Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5%
terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST tetapi tidak
berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan
varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata
pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini diduga karena jarak tanam
menunjukkan perbedaan, jika jarak tanam yang dipakai semakin rapat, maka akan
menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur
Husna (2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan akan maksimal apabila
tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan
yang menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, jumlah anakan maksimum juga ditentukan oleh jarak tanam, sebab jarak
tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman itu
sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat
sedikit dibanding dengan jarak tanam yang rapat. Dengan kerapatan yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

akan terjadi persaingan terhadap penyerapan nutrisi dan cahaya matahari sehingga
daun-daun tidak mengembang tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih panjang.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam
pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan
interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada
umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L0
(Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L2 (4:1). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Aribawa (2012) yang menyatakan bahwa sistem
tanam legowo 2:1 akan menjadikan semua rumpun tanaman berada pada bagian
pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada di pinggir
galengan sehingga semua tanaman mendapat efek samping dimana tanaman yang
mendapat efek samping panjang malainya lebih panjang dari tanaman yang tidak
mendapat efek samping. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sistem tanam
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan produktif. Hal ini
terlihat dari masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata.
Anakan produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan
maksimum yang dihasilkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kuswara
dan Alik (2003) yang menyatakan bahwa jumlah anakan maksimum akan
berpengaruh terhadap

jumlah anakan produktif yang

selanjutnya akan

mempengaruhi hasil produksi. Anakan produktif merupakan anakan yang
berkembang lebih lanjut dan menghasilkan malai. Pada tanaman padi potensi

Universitas Sumatera Utara

pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah anakan, tetapi tidak selamanya
demikian karena pembentukan anakan dipengaruhi oleh lingkungannya.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 4
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST
sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas
tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai
fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman
baik dalam unsur hara maupun kondisi suhu lapangan yang sangat tinggi sehingga
menyebabkan proses fotosintesis meningkat. yang menyebabkan pembagian hasil
fotosintesis untuk pengisian bulirmalai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai
dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan sistem tanam
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase biji berisi, karena pada
proses fase generatif tanaman pengisian biji tidak mengalami hambatan. Hal ini
disebabkan karena hama penyakit yang mengganggu tanaman sedikit, pengaruh
pemeliharaan yang intensif. Selain itu penanaman dilakukan pada musim tanam
besar.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 7
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST
sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas
tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai
fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman
baik dalam unsur hara maupun cahaya tidak terlalu tinggi yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir malai menjadi lebih efisien.
Hal ini sesuai dengan literatur Diraatmaja (2002) yang menyatakan bahwa dengan
prinsip dasar menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian
pinggir dan diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas
dan memanjang sepanjang barisan menyebabkan sinar matahari lebih banyak
masuk ke petakan sawah dan membuka peluang terjadinya pengaruh samping
(border effect) yang sama besar untuk setiap tanaman, sehingga tanaman tumbuh
lebih baik, bulir yang dihasilkan lebih berisi (bernas) yang pada akhirnya hasilnya
pun lebih tinggi.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 8
dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata
pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per plot (g) umur 17 MST
sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas
tidak berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang
menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari
terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar
matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama
tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar
matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis.
Berdasarkan perlakuan sistem tanam legowo, varietas padi sawah dan
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada parameter persentase gabah
hampa per rumpun dan bobot per 1000 gabah kering. Hal ini dikarenakan pada
gabah hampa yang sudah terserang hama penggerek batang dengan memutihnya
gabah hampa dan batangnya sudah kering. Sedangkan pada parameter bobot per

Universitas Sumatera Utara

1000 gabah kering, gabah kering tersebut tidak mencapai 1000 gabah kering. Hal
ini dikarenakan kondisi iklim yang mendukung untuk berkembangbiaknya hama
penggerek batang, didukung dengan jarak tanam pada barisan pinggir yang
kurang lebar dan seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas
sinar matahari yang optimum. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang
menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari
terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar
matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama
tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar
matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan sistem tanam nyata meningkatkan produktivitas padi sawah dimana
pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2) lebih tinggi dibandingkan sistem
tanam jajar legowo 2:1 (L1 ) dan sistem tanam kontrol (L0 ).
2.

Pada perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata meningkatkan pertumbuhan
dan produksi padi sawah.

3. Interaksi sistem tanam dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi padi sawah.
Saran
Untuk mendapatkan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) yang optimal
dianjurkan mengenali varietas yang akan digunakan dan sistem tanam.

Universitas Sumatera Utara