LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TAN

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KEDELAI (Glycine max(L.) Merrill)

Disusun oleh:
Astidhia Nadia
( 135040200111062 )
Dedi Sutrisno
( 135040200111130 )
Christy Nur Cahyani ( 135040201111270 )
Kelas: Z
Asisten Kelas: Isa Apri Adi
Asisten Lapang: Moh. David A. U.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1


LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
BAB 1-BAB 3

Disetujui oleh :
Asisten Kelas,

Isa ApriAdi
NIM. 105040200111053

Asisten lapang,

Moh. David A.U.
NIM. 105040201111101

2


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa sebab oleh karena-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kami
yang berjudul “Teknologi Produksi Tanaman kedelai”.
Laporan ini memuat pembahasan mengenai Teknologi Produksi Tanaman
Kedelai yang didasarkan dari berbagai jurnal dan buku. Adapun tujuan
penyusunan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan untuk
memenuhi tugas Praktikum Teknologi Produksi Tanaman.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman yang telah banyak memberi masukan dan
bimbingan dalam penulisan laporan ini.
Pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak” sehingga penulisan
laporan ini pun tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan sebagai evaluasi bagi kami untuk ke depannya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memenuhi
persyaratan tugas yang diberikan.

Malang, 24 Nopember 2014


Penyusun

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1

Latar Belakang..........................................................................................2

1.2

Tujuan........................................................................................................3


1.3

Manfaat......................................................................................................3

2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
2.1 Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi tanaman Kedelai..............4
2.1.1 Teknologi Produksi Tanaman kedelai......................................................4
2.2Deskripsi Tanaman Kedelai.............................................................................5
2.3 Klasifikasi dan Morfologi..............................................................................6
2.4 Syarat Tumbuh...............................................................................................7
2.5 Fase Pertumbuhan Tanaman...........................................................................8
2.6 Teknik Budidaya...........................................................................................10
2.6.1 Persyaratan Benih..................................................................................10
2.6.2 Persiapan Lahan.....................................................................................11
2.6.3 Penanaman.............................................................................................11
2.6.4 Pengairan...............................................................................................11
2.6.5 Pemupukan............................................................................................12
2.6.6 Penyulaman Benih.................................................................................12
2.6.7 Penyiangan.............................................................................................12

2.6.8 Pengendalian Hama...............................................................................12

4

2.6.9 Pemanenan.............................................................................................13
2.7 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil................................14
3.

BAHAN DAN METODE...............................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................15
3.2.1 Alat.........................................................................................................15
3.2.2 Bahan.....................................................................................................15
3.3

Cara Kerja................................................................................................15

3.4 Parameter Pengamatan.................................................................................16
DaftarPustaka.........................................................................................................34


1

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Fase Tumbuh Vegetatif pada Tanaman Kedelai.......................8
Tabel 2 Deskripsi Fase Tumbuh Generatif pada Tanaman Kedelai......................9
Tabel 3 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z............................18
Tabel 4 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD.........................18
Tabel 5 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q..............................19
Tabel 6 Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus KelasZ .................................20
Tabel 7 Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus KelasAD ..............................20
Tabel 8 Jumlah Daun Kedelai Varietas GroboganKelas Q...................................21
Tabel 9 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 28 HST......................21
Tabel 10 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 32 HST....................22
Tabel 11 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 42 HST.....................22
Tabel 12 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD28 HST...................23
Tabel 13 Luas DaunKedelaiVarietas TanggamusKelas AD 32 HST.....................23

Tabel 14 Luas DaunKedelaiVarietas TanggamusKelas AD 42 HST.....................24
Tabel 15 Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 28 HST......................24
Tabel 16 Luas DaunKedelaiVarietas GroboganKelas W 32 HST.........................25
Tabel 17 Luas DaunKedelaiVarietas GroboganKelas W 42 HST.........................25
Tabel 18 Identitas Artropodha yang ditemukan.....................................................27

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan
penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya,

2

aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan
sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam
bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan
berbagai bentuk makananringan.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan
olahan berbahan baku kedelai, maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus
meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan

kedelai rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar 1,84-2,04 juta ton, sementara
produksi dalam negeri masih sangat rendah yaitu antara 0,67-0,81 juta ton.
Kekurangannya harus diimpor sebesar 1,12-1,36 juta ton. Gambaran di atas
mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar
dalam memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.
Saat ini ada beberapa varietas unggul kedelai yang telah dilepas ke
masyarakat seperti; Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Penderman, Ijen,
Tanggamus, Sibayak, Kaba, Nanti, Ratai, dan Seulawah. Varietas unggul baru
yang dilepas tersebut mempunyai potensi hasil rata-rata 2,5 ton ha -1. Namun,
di tingkat petani yang dicerminkan oleh rataan produktivitas nasional baru
mencapai 1,28 ton ha-1. Ini berarti bahwa masih terdapat potensi dan peluang
yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai melalui peningkatan
produktivitas.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui introduksi inovasi teknologi.
Salah satu komponen teknologi yang paling mudah dan cepat menyebar
adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi,
karena kontribusi varietas unggul dalam meningkatkan produktivitas paling
mudah dilihat dan dipahami oleh petani. Oleh karena itu, perakitan varietas
unggul baru yang mempunyai karakter produktivitas tinggi serta toleran
terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan dalam

rangka peningkatan produksi kedelai.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditas kedelai
adalah untuk memperoleh perbandingan hasil produksi dari varietas
tanggamus dan grobogan.

3

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditas
kedelai dapat mengetahui hasil terbaik antara varietas tanggamus dengan
varietas grobogan.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi tanaman Kedelai
Produksi kedelai tahun 2011 (ATAP) sebesar 851,29 ribu ton biji kering
atau menurun sebanyak 55,74 ribu ton (6,15 persen) dibandingkan tahun 2010.
Penurunan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar 59,09 ribu ton, sedangkan di
luar Jawa mengalami peningkatan sebesar 3,35 ribu ton (BPS,2012 ).


4

Produksi kedelai tahun 2012 (ARAM I) diperkirakan sebesar 779,74 ribu
ton biji kering atau menurun sebanyak 71,55 ribu ton (8,40 persen) dibandingkan
tahun 2011. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 41,77
ribu ton dan di luar Jawa sebesar 29,78 ribu ton. Penurunan produksi kedelai
terjadi karena adanya perkiraan penurunan luas panen seluas 55,56 ribu hektar
(8,93 persen). Sebaliknya produktivitas diperkirakan akan meningkat sebesar 0,08
kuintal ha-1 (0,58 persen) (BPS,2012).
Perkiraan penurunan produksi kedelai tahun 2012 yang relatif besar
terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera
Utara, dan Lampung. Sedangkan perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2012
terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan
Banten(BPS,2012 ).
Pola panen kedelai Januari-Desember, pada tahun 2010 dan tahun 2011
masing-masing pada Oktober dan September. Pola panen kedelai tahun 2012
mendekati pola panen tahun 2010 dibanding dengan tahun 2011. Pada subround
Januari–April tahun 2012 dan tahun 2010, puncak panen terjadi pada Februari,
sedangkan pada tahun 2011, panen kedelai mencapai puncaknya pada
Maret(BPS,2012 ).

2.1.1 Teknologi Produksi Tanaman kedelai
Kekeringan dan hama penyakit merupakan kendala yang sering dihadapi
dalam budidaya tanaman yang mampu menurunkan produksi kedelai. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan produksi kedelai, diantaranya

a. Galur Harapan Kedelai Toleran Kekeringan.
Beberapa genotipe toleran kekeringan yang dapat digunakan sebagai
sumber gen. Pembentukan populasi dasar menggunakan empat sumber gen yang
toleran MLG2805, MLG3474,MLG3072, dan MLG2984. Sejumlah galur harapan
toleran kekeringan dan berdaya hasil tinggi sudah diperoleh (karim.2012).
b. Galur Harapan Kedelai Toleran Hama.

5

Beberapa galur yang telah dimiliki Balitkabi seperti IAC-100, W/80,
G100H, dan IAC-80 adalah galur yang tahan terhadap serangan ulat grayak
(Karim,2012).
c.

Penggunaan Isolat SINPV.
Isolat SINPV JTM 97C yang dikembangkan oleh Balitkabi mampu

membunuh larva ulat jengkal Chrysodeixis chalsites, penggulung daun
Lamprosema indicata, dan penggerek polong kedelai Etiella zinckernella sebesar
94-96% (Bedjo 2006).
d. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Kedelai.
Produktivitas tanaman kedelai dengan PTT lebih tinggi 29,4%
dibandingkan tanpa PTT atau cara biasa (Adisarwanto et al. 2009).
2.2Deskripsi Tanaman Kedelai
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil
protein nabati. Tanaman ini berasal dari daratan Cina Pusat dan Cina Utara. Hal
ini didasarkan pada penyebaran Glycine ussuriensis, spesies yang diduga sebagai
tetua Glycine max. Penyebaran kedelai di kawasan Asia, seperti Jepang,
Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma, Nepal, dan India yang
dimulai sejak abad pertama setelah masehi sampai abad ke-15 hingga abad ke16.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan jenis
tanaman semusim(Adie dan Krisnawati,2007).
Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan
kedelai yang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di
Indonesia, saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak
mengandung air, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Sulawesi

Utara

Bali(Prihatman,2000).

(Gorontalo),

Lampung,

Sumatera

Selatan,

dan

6

2.3 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi tanaman kedelai menurut Adie dan Krisnawati (2007) termasuk
kelas Spermatophyta,Ordo Rosales,Famili Papilionaceae, Genus Glycine, dan
Spesies Glycine max.
Morfologi tanaman kedelai terdiri dari akar, batang, cabang, daun, bunga,
dan polong. Kedelai mempunyai sistem perakaran akar tunggang bercabang yang
tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Selain itu terdapat
jenis yang lain yaitu semi determinate atau semi indeterminate. Tipe determinate,
pertumbuhan vegetatif berhenti setelah fase berbunga, batang normal dan tidak
melilit. Tipe indeterminate, pertumbuhan vegetatif berlanjut setelah berbunga dan
batang melilit. Tipe pertumbuhan kedelai lainnya yaitu semi determinate atau
semi indeterminate (Adie dan Krisnawati, 2007).
Kedelai memiliki daun berwarna hijau berbentuk bulat (oval), yang
mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm, serta
kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai
terkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama
tertentu (misalnya hama penggerek batang). Contoh varietas yang berbulu lebat
yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng,
Anjasmoro, dan Mahameru (Irwan, 2006).
Fase reproduktif kedelai ditandai saat tunas aksilar berkembang menjadi
kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum dalam setiap kelompok. Periode
berbunga dipercepat dengan kondisi suhu hangat. Bunga pertama kali muncul
pada buku ke lima atau ke enam dan atau buku di atasnya. Bunga muncul ke arah
ujung batang utama atau ujung cabang. Tingkat keguguran bunga mencapai 2080%. Adanya kecenderungan, varietas dengan jumlah bunga banyak pada per
buku memiliki presentasi keguguran bunga lebih tinggi daripada yang berbunga
lebih sedikit. Jumlah bunga kedelai dari 20 varietas yang ada di Indonesia ratarata 57 bunga. Kedelai varietas Wilis memiliki jumlah bunga 6% lebih banyak
dibandingkan Anjasmoro (Adie dan Krisnawati, 2007).
Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi. Pengelompokan ukuran
biji di Indonesia, yaitu biji berukuran kecil (14 g/100 biji). Biji juga dikategorikan berdasarkan bentuk
tampilannya, antara lain bulat hingga lonjong (Adie dan Krisnawati, 2007).
Kedelai dapat dipanen sekitar umur 75-90 hari, tergantung pada varietas
dan ketinggian tempat. Ciri-ciri kedelai siap panen, antara lain daun tua atau
berwarna kuning buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat (Deptan,
2014).
2.4 Syarat Tumbuh
Pada umumnya pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian
tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m di
atas permukaan laut. Namun demikian, di atas batas itu kedelai masih bisa
ditanam dengan hasil yang optimal (Suprapto, 1989).
Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20 – 30ºC, dan untuk
menjamin berlangsungnya pembungaan yang baik dibutuhkan suhu di atas 24ºC.
Untuk perkecambahan optimal terjadi pada suhu 30ºC, dan pada kondisi
lingkungan yang baik maka biji kedelai dapat berkecambah dalam 4 hari setelah
tanam. Polong kedelai terbentuk optimal pada suhu 26,6 – 32ºC, pada suhu yang
tinggi dapat mengganggu kelembaban tanah akibat meningkatnya laju
evapotranspirasi dan proses metabolisme yang terjadi akan lebih tinggi (Lamina,
1989).
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya,
tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu
15 jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah
subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan ratarata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan
produksi karena masa berbunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari
menjadi 35 – 40 hari setelah tanam (Adisarwanto, 2005).
Kelembaban udara berpengaruh langsung terhadap proses pemasakan biji
kedelai karena semakin tinggi kelembaban, proses pemasakan polong akan
semakin cepat sehingga proses pembentukan biji menjadi kurang optimal.

8

Kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kedelai berkisar
antara 75 – 90% (Adisarwanto, 2008).
Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi
iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian,
pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm
selama masa pertumbuhan kedelai. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran
terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi
cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang
optimal (Adisarwanto, 2005).
Tanaman kedelai tumbuh baik pada tanah yang subur dan memiliki
drainase yang baik, tetapi kedelai toleran pada hampir semua jenis tanah. Tanah
untuk pertumbuhan kacang kedelai sebaiknya mengandung Nitrogen dan
campuran bakteri. Kacang kedelai yang di tanam pada lahan yang sama selama 23 tahun berturut-turut akan memberikan hasil panen yang baik pada tahun-tahun
berikutnya. Kacang kedelai tumbuh lebih baik dari tanaman pangan lainnya pada
tanah yang kurang subur, pada musim kemarau dan pada tanah yang kering
(Duke, 1983).
Kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi pada pH
yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok
berkisar antara 5,8 – 7,0. Pada pH di bawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil dan
proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suprapto, 1989).
Selain kelembaban udara, faktor lingkungan tumbuh yang sangat
berpengaruh adalah kelembaban tanah. Penurunan kelembaban tanah dari 90% air
tersedia menjadi 50% air tersedia dapat menurunkan hasil biji kedelai antara 30 –
40%. Hal ini terutama bila penurunan kelembaban tanah tersebut terjadi pada
periode pembentukan polong (Adisarwanto, 2008).
2.5 Fase Pertumbuhan Tanaman
Tanaman kedelai mempunyai dua periode tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif (tabel 1 dan 2) fase vegetatif dilambangkan dengan kode V diawali
oleh fase VE yaitu fase kecambahan diikuti fase VC yaitu kotiledon yang

9

dicirikan oleh daun keping dan dua daun tunggal.Fase berikutnya adalah fase
V1,V2, dan seterusnya hingga fase Vn ( Litbang,2013).
Penandaan stadia pada fase V(1 hingga n) dihitung berdasarkan daun
berangkai tiga pada buku-buku pada batang utama. Fase V1 dicirikan oleh daun
tunggal dan daun berangkai tiga pada buku di atasnya yang telah berkembang
penuh, fase V2 ditunjukkan oleh adanya daun berangkai tiga pada buku kedua
yang telah berkembang penuh, dan daun pada buku di atasnya yang telah terbuka,
demikian seterusnya (tabel 1). Meskipun pertumbuhan vegetatif berlanjut, fasefase pertumbuhan tanaman setelah pembungaan lebih tepat jika dideskripsikan
menggunakan struktur reproduktif (Litbang,2013 ).
Tabel. 1 Deskripsi fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai.
Kode
VE
VC
V1

Fase tumbuh
Kecambah
Keteleon

Keterangan
Tanaman baru muncul diatas tanah
Daun keping ( kotiledon) terbuka dan dua daun

Buku ke-1

tunggal diatas juga mulai
Daun tunggal pada buku pertama telah berkembang
penuh, dan daun berangkai tiga. Pada buku di

V2

Buku ke-2

atasnya telah terbuka
Daun berangkai tiga pada buku ketiga telah
berkembang penuh, dan daun pada buku keempat

V3

Buku ke-3

telah terbuka
Daun berangkai tiga pada buku ketiga telah
berkembang penuh, dan daun pada buku keempat

V4

Buku ke-4

telah terbuka
Daun berangkai tiga pada buku keempat telah
berkembang penuh, dan daun pada buku kelima telah

Vn

Buku ke-n

terbuka
Daun berangkai tiga pada buku ke-n telah
berkembang penuh

Fase reproduktif diberi kode R diikuti angka1-8. Fase reproduktif pertama
adalah R, fase ini ditandai dengan munculnya bunga pada batang utama. Fase-fase
R berikutnya (R2-R8) ditandai oleh perkembangan polong dan biji seperti
diuraikan pada tabel 2 (Litbang,2013).

10

Tabel 2. Deskripsi fase tumbuh generatif pada tanaman kedelai.
Kode
R1

Fase tumbuh
Mulai berbunga

Keterangan
Terdapat satu bunga mekar pada batang

R2

Berbunga penuh

utama
Pada dua lebih buku pada batang utama

R3

Mulai pembentukan

terdapat bunga mekar
Terdapat satu atau lebih polong sepanjang 5

R4

polong
Polong berkembang penuh

mm pada batang utama
Polong pada batang utama mencapai

Polong mulai berisi

panjang 2 cm atau lebih
Polong pada batang utama berisi biji dengan

Biji penuh

ukuran 2 mm x1 mm
Polong pada batang utama berisi biji

R5
R6

berwarna hijau atau biru yang telah
berwarna hijau atau biru yang telah
R7

Polong mulai kuning,

memenuhi rongga polong
Satu polong pada batang utama menguning;

R8

coklat, matang
Polong matang penuh

50% daun menguning masak fisiologi
95 % polong telah berwarna polong masak
umur masak
2.6 Teknik Budidaya

2.6.1 Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan
harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar
dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran,
dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus
merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan
tahan terhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai,
diantaranya Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung,
Guntur, Lakon,Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter,
Raung, Rinjani,Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis(Prihatman,2000).
2.6.2 Persiapan Lahan

11

Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan
bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat
saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan
lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.Tanah
bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT). Jika
digunakan lahan tegal lakukan pengolahan tanah secara intensif yakni dengan dua
kali dibajak dan sekali diratakan (Hanum,2008 ).
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun
dengan bajak, lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka
jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m ( Prihatman,2000).
Buat saluran dengan kedalaman 25–30 cm dan lebar 30 cm setiap 3–4 m,
yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi
pada saat tidak ada hujan. Perlakuan benih Untuk mencegah serangan hama lalat
bibit, sebelum ditanam benih dicampur dengan insektisida (Hanum, 2008 ).
2.6.3 Penanaman
Penanaman menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih
sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam ideal yang
digunakan 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang
tanam diisi 2 benih kemudianditutup dengan tanah (Hanum,2008 ).
2.6.4 Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadapkekurangan air
adalah awal pertumbuhan vegetatif (15–21 HST), saat berbunga (25–35 HST) dan
saat pengisian polong (55–70 HST). Dengan demikian pada fase-fase tersebut
tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun (Hanum,2008 ).
2.6.5 Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan
kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis
pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur,

12

pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat menurut Prihatman
(2000) adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75
kg/ha ,danKCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75
kg/ha ,danKCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000
kg/ha; Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha, dan KCl=50-75 kg/ha.
2.6.6 Penyulaman Benih
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan varietas yang
sama. Untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh dengan cara ditugal
sedalam 2-5 cm (Hanum,2008 ).
2.6.7 Penyiangan
Penyiangan dilakukan dangan melihat fase pertumbuhan tanaman yaitu
pada fase vegetatif awal dan generatif awal. Penyiangan I pada saat tanaman
berumur dua minggu, menggunakan cangkul.Penyiangan II bila tanaman sudah
berbunga (kurang lebih umur tujuh minggu), menggunakan arit atau gulma
dicabut dengantangan (Hanum,2008 ).
2.6.8 Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan jika populasi hama sudah mendekati
ambang ekonomi dengan menerapkan pengendalian hama terpadu ( PHT), dengan
pengendalian secara kultur teknis, biologis, dan pengendalian menggunakan
insektisida.
Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami,
pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan,
dan penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau (Hanum,2008 ).
Pengendalian

secara

biologis

antara

lain

penggunaan

parasitoid

Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, penggunaan Nuclear Polyhidrosis Virus

13

(NPV)untuk ulat grayak Spodoptera litura (SlNPV) dan untuk ulat buah
Helicoverpa armigera(HaNPV), dan Penggunaan feromonoid seks yang mampu
mengendalikan ulat grayak (Hanum,2008 ).
Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh
hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah
tercapainya ambang kendali. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan
pemantauan. Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan
pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan
pencemaran lingkungan (Hanum,2008 ).
2.6.9 Pemanenan
Panen dilakukan pada umur sekitar 75-90 hari dengan indikator sebagian
besar daun sudah menguning, polong mulai berubah warna dari hijau menjadi
kuning kecoklatan dan retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena
banyak polong yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau
pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, polong akan gugur akibat
tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya ( Prihatman,2000).
Namun, untuk kedelai yang jadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari,
agar

kemasaman

biji

benar-benar

sempurna

dan

merata

(Prihatman,2000).Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar
hasilnya segera dapat dijemur. Berikut ini adalah beberapa cara pemanenan
kedelai:
a) Pemanenan dengan Cara Dicabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu.
Padatanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah.
Carapencabutan yang benar ialah dengan memegang batang pokok, tangan dalam
posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus
dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila
tersentuh tangan ( Prihatman,2000).
b) Pemungutan dengan cara memotong

14

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup
tajam,sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu
denganalat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan
jumlahbuah yang rontok akibat goncangan bisa diminimalkan. Pemungutan
dengan caramemotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan
bintil-bintil yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi
tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara
mencabut

sukar

dilakukan,

maka

dengan

memotong

akan

lebih

cepat(Prihatman,2000).
2.7 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Varietas Tanggamus berasal dari hibrida (persilangan tunggal) Kerinci x
No. 3911 varietas Tanggamus dilepas pada tahun 2001.Potensi hasil diantara 1,42,8 ton/ ha, Varietas ini berumur 88 hari. Toleran terhadap moderat karat daun.
Varietas Tanggamus mempunyai sifat polong tidak mudah pecah saat panen.
Wilayah adaptasi varietas ini adalah lahan kering masam ( Balitkabi,2011 ).
Varietas Grobogan berasal dari pemurnian populasi Lokal Malabar
Grobogan. Varietas Grobogan dilepas pada tahun 2008. Varietas ini berumur
sekitar 76 hari dengan potensi hasil 3,40 ton/ha. Varietas ini mempunyai sifat
polong masak tidak mudah pecah dan pada saat panen daun luruh 95–100%.
Varietas Grobogan beradaptasi baik di beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang
berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik (Balitkabi,
2011).
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada 16 september sampai 2 Desember 2014 di
Desa Kepuharjo, kecamatan Karangploso, kabupaten Malang dengan ketinggian
tempat 600 mdpl.

15

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Tugal

: Untuk membuat lubang

2. Gembor

: Untuk menyiram

3. Meteran

: untuk mengukur panjang dan tinggi bedengan

4. Cangkul

: untuk menggemburkan tanah

3.2.2 Bahan
1. Benih kedelai varietasTanggamus: sebagai bahan tanam
2. Benih kedelai varetas Grobogan

: sebagai bahan tanam

3. Pupuk kandang

: untuk menambah unsur hara

4. Pupuk urea

: untuk menyuplai unsur hara N

5. Pupuk KCl

: untuk menyuplai unsur hara K

6. Pupuk SP36

: untuk menyuplai unsur hara P

7. Inokulan

:untukmeningkatkanpenyerapanunsurhara

8. Agenshayati

: memacu pertumbuhan tanaman
3.3 Cara Kerja

3.3.1 Persiapan lahan
Pertama yang dilakukan pada persiapan lahan yaitu inventarisasi lahan
dengan luas 30 x 500 cm kemudian dilakukan pengolahan lahan sedalam 20 cm
yang dilakukan secara optimal dilanjutkan dengan pembentukan bedengan dengan
tinggi 25-30 cm, terakhir pemberian pukan dengan dosis 10 ton ha.-1.
3.3.2 Penanaman
Pada penanaman yang utama dilakukan penentuan jarak tanam dengan
jarak tanam 15-20 cm per tanaman selanjutnya ditugal untuk membuat lubang
tanam sedalam ± 3 cm kemudian di tanam perlubang sebanyak dua benih.
3.3.3Perawatan Tanaman

16

3.3.3.1 Pemupukan
Pada waktu pemupukan pertama yang dilakukan menimbang dosis pupuk
urea, SP36, dan KCl seberat 309,6, 460,8,dan 154,8 gram. selanjutnya membuat
lubang pupuk kiri dan kanan tanaman dengan jarak 5-10 cm kemudian setiap
tanaman diberi dosis seberat 8,6 gr, 12,8 gr, dan 4,3 gr. Pemberian pupuk urea di
sisi kanan SP36 dan KCl di sisi kiri.
3.3.3.2 Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada waktu setiap minggu setelah 21 hst. yang
fungsinya untuk memperkuat akar tanaman mengikat tanah.
3.3.3.3 Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu fase vegetatif awal dan fase generatif
awal yang kami lakukan setiap minggu dengan mencabut gulma yang ada di
sekitar tanaman utama selanjutnya buang ketempat jauh dari lahan.
3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1

Parameter Pertumbuhan

a. TinggiTanaman
Tinggi tanaman diamati dengan cara mengukur masing-masing tanaman,
dari permukaan tanah hingga kanopi tertinggi tanpa di tarik.
b. Jumlah Daun
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk trifolia dimana setiap
tiga helai daun dihitung sebagai satu daun dan untuk penghitungan jumlah
daun dilakukan pada saat daun sudah membuka sempurna.
c. Luas Daun
Pengukuranluasdaundilakukandenganmetode

rating,

menggunakanreplikayang
sebelumnyatelahdibuatberdasarkanukurandauntanamankedelaimulaidari
yang

berukuranbesar,

sedangdankecil.

Kemudiandihitungjumlahdaundarimasingmasingkategoridandihitungluasdaunmenggunakanfaktor koreksi.

17

3,4,2

Parameter Hasil

a. JumlahPolong
Penghitungan dilakukan ketika polong sudah terisi.
b. JumlahBunga
Jumlahbungadihitungberdasarkanbunga

yang

sudahmekar

sempurna

padasetiaptanaman.

3.4.3

Parameter Hama danPenyakit

a. IndeksPenyakit
Pengukuranindekspenyakit dilakukan dengan menghitung jumlah helai
daun yang terserang menggunakanmetodescoring dengan skala tertinggi
4dengan

ketentuan

untuk

skala

0

apabilaluaspermukaandauntidakmenunjukkanadanya gejala atau sehat
,untuk skala 1 apabilaluaspermukaandaunterserang 1-25 %, skala 2
apabilaluaspermukaandaunterserang

26-50

apabilaluaspermukaandaunterserang

51-75

apabilaluaspermukaandaunterserang

76-100

menggunkan rumus
I=

∑ (n x v)
X 100
Z XN

.

Keterangan :
I = Intensitas Serangan
n = jumlah daun dari tiap katagori serangan
v = nilai skala tiap katagori serangan
Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
b. PopulasiSerangga

%,

%
%.

dan

skala
untuk

Kemudian

skala

3
4

dihitung

18

Perhitunganpopulasiseranggadilakukandenganmenghitungserangga

yang

ditemukanpadapetakdanmenentukanseranggatersebutmasukkedalamhama,
musuhalami atau serangga lain.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

19

4.1 Hasil
4.1.1 Aspek Budidaya Pertanian
4.1.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai
Tabel 3. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z
Sampel
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata

Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
28 HST
35 HST
42 HST
7
12
21
8
13
22
5
10
15
17
21
27
4
11
16
2
9
17
2
5
13
15
21
30
27
32
42
22
35
48
14,5

23,5

34,5

Tabel 4. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD
Sampel
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata

Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
28 HST
35 HST
42 HST
16
16
21
18
14
24
21
21
13
11

20
20
28
20
20
29
25
27
15
0

29
30
35
26
0
42
0
30
21
0

17,5

20,4

21,3

Tabel 5.Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q
Sampel

Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

20

Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8

42 HST
9,5
23,5
13
20
27,5
16,5
27,7
21,5

49 HST
13
25
15,5
23
30
19
29
24

56 HST
15
28
18
27
33
25
35
27

Rata-Rata

19,9

22,3

26

Grafik 1. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus dan Grobogan.

Grafik 1. Tinggi Tanaman
40

Tinggi Tanaman

35
30
25

Tanggamus 1
Tanggamus 2
Grobogan

20
15
10
5
0
28 hst

35 hst

42 hst

Umur Tanaman

4.1.1.2 Jumlah Daun Kedelai
Tabel 6. Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengamatan Jumlah Daun (cm)
28 HST
35 HST
42 HST
1
2
4
2
4
7
0
1
3
1
2
5
0
3
6
0
2
5
0
1
4
6
9
14
10
15
24

21

10
Rata - Rata

5
3

17
9,5

25
14,5

Tabel 7.Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata - Rata

Pengamatan Jumlah Daun (cm)
28 HST
35 HST
42 HST
8
9
12
10
13
15
11
12
14
8
7
9
9
3
0
17
24
26
7
12
0
9
16
18
7
3
6
7
0
0
9,3

9,9

10

Tabel 8. Jumlah Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-Rata

Pengamatan Jumlah Daun (cm)
35 HST
42 HST
49 HST
5
6
7
23
27
30
4
5
6
22
24
25
12
15
18
6
9
11
17
21
25
10
13
15
12,4
15
17,1

Grafik 2. Jumlah DaunKedelai Varietas Tanggamus dan Grobogan.

22

Jumlah Daun

Grafik 2. Jumlah Daun
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
28 hst

Tanggamus 1
Tanggamus 2
Grobogan

35 hst

42 hst

Umur Tanaman

4.1.1.3 Luas Daun Kedelai
4.1.1.3.1 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z
Tabel 9. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 28 HST
Sampel
Tanaman
1
2
3

Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
1
2
1
2
2
1
3
4
2

4

2

3

1

5
6
7
8
9
10

1
2
1
1
2
3

0
2
1
0
0
1

1
1
0
0
0
1

Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

I
35,948
71,896
107,84
4
71,896
35,948
71,896
35,948
35,948
71,896
107,84
4
64,706

Luas Daun
II
114,024
114,024
228,04
8
171,03
6
0
114,024
57,012
0
0
57,012
85,518
61,930

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456
Tabel 10. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 32 HST
Sampel

Jumlah Daun

Luas Daun

III
44,456
44,456
88,912
44,456
44,456
44,456
0
0
0
44,456
35,565

23

tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Rep 1
Rep 2
5
3
4
5
5
7
7
6
1
1
4
4
4
6
1
0
1
2
6
6
Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

Rep 3
3
3
6
4
2
3
5
0
1
5

I
179,74
143,792
179,74
251,636
35,948
143,792
143,792
35,948
35,948
215,688
136,602

II
171,036
285,06
399,084
342,072
57,012
228,048
342,072
0
114,024
342,072
228,048
168,970

III
133,368
133,368
266,736
177,824
88,912
133,368
222,28
0
44,456
222,28
142,259

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456
Tabel 11. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 42 HST
Sampel
Tanaman
1

Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
3
4
5

2

2

5

3

3

3

7

5

4

7

8

6

5
6

1
2

1
3

2
4

7
8

2
3

5
3

5
4

9

3

2

0

10

1

3

3

Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

Luas Daun
I
II
III
107,84 228,04 222,28
4
8
71,896 285,06 133,36
8
107,84 399,08 222,28
4
4
251,63 456,09 266,73
6
6
6
35,948 57,012 88,912
71,896 171,03 177,82
6
4
71,896 285,06 222,28
107,84 171,03 177,82
4
6
4
107,84 114,024
0
4
35,948 171,03 133,36
6
8
97,060 233,74 164,48
9
7
165,099

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

24

4.1.1.3.2 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD
Tabel 12. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 28 HST
Sampel
Tanaman

Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3

1

8

0

0

2

8

2

0

3
4

7
5

4
3

0
0

5
6
7

6
5
2

3
4
2

0
8
3

8

6

2

1

9
10

4
1
5
0
Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

2
2

I
287,58
4
287,58
4
251,63
6
179,74
215,68
8
179,74
71,896
215,68
8
143,79
2
179,74
201,309

Luas Daun
II

III

0

0

114,024

0

228,048
171,036

0
0

171,036
0
228,048 355,648
114,024 133,368
114,024

44,456

57,012
0
119,725
130,721

88,912
88,912
71,130

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456
Tabel 13. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 32 HST
Sampel
Tanaman
1

Rep 1
6

Jumlah Daun
Rep 2
Rep 3
2
1

2

6

3

4

3

3

4

5

4

4

2

1

5

0

3

0

6
7

17
4

5
4

2
4

I
215,68
8
215,68
8
107,84
4
143,79
2
0
611,116
143,79
2

Luas Daun
II
III
114,024 44,456
171,03
6
228,04
8
114,024

177,82
4
222,28

171,03
6
285,06
228,04
8

0

44,456

88,912
177,82
4

25

8

9

5

2

9

0

3

0

10

0

3

0

Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

323,53
2
0

285,06

171,03
6
0
171,03
6
176,14 193,84
5
1
151,484

88,912
0
0
84,466

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456
Tabel 14. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 42 HST
Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
4
3
3
6
4
5
2
7
5
4
3
2
0
0
0
11
7
8
0
0
0
7
6
5
2
3
1
0
0
0
Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

Sampel
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Luas Daun
II
171,036
228,048
399,084
171,036
0
399,084
0
342,072
171,036
0
188,140
153,038

I
143,792
342,072
71,896
143,792
0
395,428
0
251,636
71,896
0
142,051

III
133,368
222,28
222,28
88,912
0
355,648
0
222,28
44,456
0
128,922

Keterangan:
Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456
4.1.1.3.3 Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W
Tabel 15. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 28 HST
Sample
Tanaman
1
2
3
4

Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
1
1
5
1
3
4
2
5
9
2
3
1

I
7,838
6,788
21,954
29,606

Luas Daun
II
18,48
49,293
126,47
72,852

III
133,355
144,32
446,922
75,216

26

5
6
7
8

1
1
2
1
Rata-Rata

1
2
5
4

2
1
8
4

19,44
6,55
7,92
14,16
14,282

Keseluruhan Rata-Rata

21,525
80,392
34,314
6,55
42,6
246,488
94,088
131,344
57,4527 158,073
5
4
76,60271

Keterangan:
Replika 1=7,838 ; Replika 2=6,788 ; Replika 3=10,997 ; Replika 4=14,803 ;
Replika 5= 19,44 ; Replika 6=6,55 ; Replika 7=3,546 ; Replika 8=14,16
Tabel 16. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 32 HST
Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
2
2
4
2
3
5
2
4
12
2
3
3
1
2
4
1
2
3
2
2
13
1
3
6
Rata-Rata
Keseluruhan Rata-Rata

Sampel
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8

Luas Daun
I
II
15,676
36,96
13,576
49,293
21,954
101,176
29,606
72,852
19,44
43,05
6,55
34,314
7,019
16,904
14,16
70,566
15,99763 53,13938
101,6549

III
106,684
180,4
595,896
225,648
160,784
19,65
400,543
197,016
235,8276

Keterangan:
Replika 1=18,48 ; Replika 2=16,431 ; Replika 3=25,924 ; Replika 4=24,284 ;
Replika 5=21,525 ; Replika 6=17,157 ; Replika 7=8,452 ; Replika 8=23,522
Tabel 17. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 42 HST
Sampel
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah Daun
Rep 1
Rep 2
Rep 3
1
2
7
2
4
7
2
5
12
1
1
8
2
2
6
1
3
5
2
4
13
1
2
10

I
7,838
13,576
21,954
14,403
38,88
6,55
7,092
14,16

Luas Daun
II
36,96
65,724
126,47
24,284
43,05
51,471
33,808
47,044

III
186,697
252,56
596,896
601,728
241,176
32,75
400,543
328,36

27

Rata-Rata

15,5566
3

Keseluruhan Rata-Rata

53,6013
8
133,0823

330,088
8

Keterangan:
Replika 1=26,671 ; Replika 2=36,08 ; Replika 3=49,658 ; Replika 4=75,216 ;
Replika 5=40,196 ; Replika 6=6,55 ; Replika 7=30,811 ; Replika 8=32,836
Grafik 3. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus dan Grobogan.

Luas Daun

Grafik rata-rata luas daun
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Var.Tanggamus
Var. Tanggamus AD
Var. Grobogan

1

2

3

Waktu Pengamatan

Keterangan Gambar:
Varietas
Tanggamus Z
Tanggamus AD
Grobogan

Pengamatan 1
61,93
130,721
76,6

4.1.2 Aspek Hama dan Penyakit

Pegamatan 2
168,97
151,484
101,68

Pengamatan 3
165,099
153,038
133,08

28

4.1.2.1 Keragaman Artrhopoda
Tabel 18. Identifikasi Artropodha yang Ditemukan
N
O
1.

Gambar Literatur

Gambar Dokumentasi

Nama

Populasi

Ordo

Peran

Lalat Kacang
(Ophiomyia
phaseoli)

1

Diptera

Hama

3

Orthopt
era

Serangga
Lain

2

Lepido
ptera

Hama

3

Hemipt
era

Hama

1

Coleopt Serangga
era
Lain

(Untung, 2006)
2

3

Belalang
Hijau (Oxiya
chinensis)

(BPTP Sumut,
2007)

Ulat Jengkal
(Chrysodeixi
s chalcites)

(Untung,2006)
Kepik
Penghisap
Polong
(Riptortus
linearis)

4

(Prayogo dkk,
2005)
5

Kumbang
Kubah Spot
M(Menochill
us
sexmacullatu
s)

(Untung,2006)
6

Belalang

29

Kayu
(Valanga
nigricornis)

3

Orthopt
era

Serangga
Lain

(BPTP Sumut,
2007)
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Aspek Budidaya Pertanian
4.2.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai
Dari hasil data tabel dan grafik tanaman kedelai varietas tanggamus
dengan varietas grobogan, menunjukkan adanya perbedaan antara tinggi
tanamannya.Pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas Z, rata-rata tinggi
tanaman pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut turut adalah 14,5
cm, 23,5 cm, dan 34,5 cm. Sedangkan pada tanaman kedelai varietas tanggamus
kelas AD, rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara
berturut-turut adalah 17,5 cm, 20,4 cm, dan 21,3 cm. Terakhir pada tanaman
kedelai varietas grobogan kelas Q, rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan ke1, ke-2, dan ke-3 secara berturut-turut adalah 19,9 cm, 22,3 cm, dan 26 cm.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan tinggi tanaman
kedelai yang paling signifikan ada pada kedelai varietas tanggamus.
Hasil di atas sesuai dengan literatur yang didapat, menurut Bakhtiar et al.
(2014) dalam jurnalnya disebutkan bahwa data tinggi tanaman yang diperoleh,
dianalisis dengan sidik ragam yang dapat menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata di antara varietas.
Selanjutnya Asadi (1991) menyatakan bahwa tanaman kedelai varietas
Tanggamus merupakan varietas yang tahan terhadap cekaman kekeringan,
sehingga dapat dikatakan bahwa seharusnya varietas Tanggamus ditanam pada
lahan yang kering dan irigasi yang cukup agar pertumbuhan tinggi tanaman yang
maksimal. Selain itu pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh adanya

30

intensitas cahaya matahari, dimana cahaya matahari itu merupakan sumber energi
terpenting dalam proses pertumbuhan tanaman yaitu dalam proses fotosintesis,
untuk itu intensitas cahaya matahari yang cukup perlu diberikan guna
mengoptimalkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai.
4.2.1.2 Jumlah Daun Kedelai
Dari hasil data tabel dan grafik tanaman kedelai varietas tanggamus
dengan varietas grobogan, menunjukkan adanya perbedaan antara jumlah
daunnya.Pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas Z, rata-rata jumlah daun
pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut turut adalah 3 helai, 9,5
helai, dan 14,5 helai. Sedangkan pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas
AD, rata-rata jumlah daun pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturutturut adalah 9,3 helai, 9,9 helai, dan 10 helai. Terakhirpada tanaman kedelai
varietas grobogan kelas Q, rata-rata jumlah daun pada pengamatan ke-1, ke-2, dan
ke-3 secara berturut-turut adalah 12, 4 helai, 15 helai, dan 17,1 helai. Berdasarkan
hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan jumlah daun kedelai yang paling
signifikan ada pada kedelai varietas grobogan.
Hasil di atas sesuai dengan literatur yang didapat, Hidayat (1985)
mengungkapkan bahwa lahan budidaya yang basah kurang cocok bagi
pertumbuhan kedelai varietas tanggamus, karena pada dasarnya memiliki
karakteristik dapat tumbuh secara optimal pada lahan kering masam, sehingga
pertumbuhan vegetatifnya kurang maksimal, hal ini ditunjukkan oleh jumlah daun
yang lebih sedikit.
4.2.1.3 Luas Daun Kedelai
Dari hasil pengamatan rata-rata luas daun pada kedelai varietas
Tanggamus kelas Z, kelas AD, dan kelas W menunjukkan perbedaan yang
signifikan dari tiap pengamatan. Pada pengamatan pertama varietas tanggamus
kelas Z memilki luas rata-rata 61,93. Kedelai varietas tanggamus kelas AD
memiliki luas rata-rata 130,721 pada varietas grobogan kelas W memiliki luas
rata-rata 76,603. Pada pengamatan kedua varietas tanggamus kelas Z memiliki

31

luas rata-rata 168,920, kelas AD yang varietas sama memilik luas 151,484
sedangkan pada varietas grobogan kelas W memiliki luas 101,655.
Pada pengamatan terakhir varietas tanggamus kelas Z memiliki luas ratarata 165,099, sedangkan kelas AD yang varietasnya tanggamus memilik luas ratarata 153,038 sedangkan pada varietas grobogan kelas W memiliki luas rata-rata
133,082. Perbedaan luas menunjukkan bahwa nilai tersebut berbanding lurus
terhadap jumlah daun tanaman yaitu varietas tanggamus memiliki luas daun yang
lebih tinggi dibanding varietas grobogan pada hampir setiap pengamatan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah perbedaan genetik dan
lingkungan tumbuh salah satunya adalah air.
Marliah (2012) menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat
kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa
pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena
berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan
pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil.
Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh
cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih
kecil.
4.2.2 Aspek Hama dan Penyakit
4.2.2.1 Keragaman Artrhopoda
Dari hasil pengamatan terdapat beberapa jenis hama yaitu, Lalat Kacang
(Ophiomya phaseoli), lalat kacang menyerang sejak tanaman muda muncul, yang
ditandai oleh adanya bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama atau
kedua. Bintik-bintik tersebut adalah bekas tusukan alat peletak telur(oviposir) dari
lalat kacang betina. Hama kedua yang ditemukan adalah ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites), ulat jengkal memakan daun dari arah pinggir, pada
serangan berat mengakibatkan daun yang tersisa hanya tinggal tulangnya, keadaan
ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong. Serangga dewasa berupa ngengat
berwarna coklat, dan hama yang terakhir ditemukan yaitu Kepik Polong
(Riptortus linearis),kepik polong menghisap cairan polong dan biji, dengan

32

menusukkan stilet pada kulit polong dan terus ke biji kemudian menghisap cairan
biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan polong gugur.
Sedangkan pada pertanaman kedelai kelas kami belum terdapat polong yang
terserang hama kepik polong.
Selain dari hama tersebut, pada tanaman kedelai terdapat serangga lainnya
yaitu Kumbang Kubah Spot M (Menochillus sexmacullatus), Belalang Kayu
(Oxiya chinensis), dan Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata). Serangga
tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai karena
serangga tersebut tidak merusak atau merugikan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun dan luas daun pada tiap pengamatan. Tanaman kedelai yang memiliki tinggi
tanaman dan luas daun tertinggi pada varietastanggamus. namun jumlah daun
tertinggi pada varietas grobogan.
Keragaman arthropoda tanaman kedelai adalahlalat kacang (Ophiomyia
phaseoli), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), dan kepik penghisap polong
(Riptortus linearis) sebagai hama. Kemudianbelalanghijau (Atractomorpha
crenulata), kumbang kubah spot M(Menochillus sexmacullatus), dan belalang
kayu(Valanga nigricornis) sebagai serangga lain pada tanaman kedelai. Pada
kedelai varietas tanggamus ini tidak ditemukan adanya serangan penyakit.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum lebih mengedepankan teknologinya supaya
tujuan matakuliah tercapai.

33

DaftarPustaka
Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Cetakan 10. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya. 76 hlm.
Adisarwanto, T. 2009. Kedelai. Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya. 107 hlm.
Asadi, Dimiarti Arsyad.1991. Adaptasi Varietas Kedelai pada Pertanaman
Tumpang Sari dan Naungan Buatan.Bogor: Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Pangan.
Badan Pusat Statistik.2012.Data Strategis BPS.Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bakhtiar., Hidayat,Taufan., Jufri, Yadi., dan Safriati, Suwayda. 2014. Keragaan
Pertumbuhan dan Komponen Hasil beberapa Varietas Unggul Kedelai di
Aceh Besar (The Performance of Growth and Yield Component of Soybean
Varieties in Aceh Besar). Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakult