Sastra Cina - Penindasan yang dialami Tokoh Fatso dan Li Zhao (李釗) dalam Film Ip Man

Penindasan yang dialami Tokoh Fatso dan
Li Zhao (李釗) dalam Film Ip Man
Fina Rosa Siregar
155110400111014
Pendahuluan
Film, sejak kemunculan pertama kali telah menjadi objek kajian sastra yang menarik. Film
sebagai salah satu cabang kesenian nampaknya meyakinkan banyak peneliti bahwa banyak hal yang
mereka bisa lalukan dengan mempelajari film (Said, 1991:44). Ip Man ( 葉問) adalah sebuah film
aksi seni bela diri yang menceritakan tentang seorang ahli bela diri Wing Chun bernama Ip Man
dari Foshan. Pada Film Ip Man terjadi suatu keadaan Negara Cina pada tahun 1937 dijajah oleh
Negara Jepang yang berakibat buruk pada kehidupan semua orang dia Foshan. Dimana pada saat itu
Fatso yang sebelumnya merupakan polisi di Foshan kemudian menjadi tranlator untuk penjajah
Jepang. Sedangkan pada seri kedua Ip Man menceritakan hidup Ip Man yang mencoba memulai
hidup baru di Hongkokng yang pada saat itu merupakan bagian kolonial Inggris. Li Zhao (李釗)
bekerja sebagai translator kolonial Inggris untuk berkomunikasi dengan para shifu untuk
merundingkan sebuah turnamen tinju dengan perguruan bela diri Cina di Hongkong.
Penindasan adalah pengguna kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan
atau mengintimidasi orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Penindasan adalah proses,
cara, perbuatan menindas: kenyataan menunjukkan bahwa ~ sesama manusia masih ada di bumi
ini”. Dalam film ini, terdapat tokoh yang mengalami penindasan yang disebabkan oleh
terintimidasinya masyarakat Cina pada saat itu. Mengutip apa yang terjadi oleh tokoh Fatso dan Li

Zhang memberi petunjuk penulis untuk membahas tindak penindasan dalam film ini.
Penelitian film Ip Man terhadap tokoh pernah dilakukan oleh I Putu Reza Noor Fadillah
dalam skripsi berjudul “Ip Man : Membaca Nasionalisme Cina Dalam Film”. Kemudian
berdasarkan metode penelitian yang ditulis Rubi Setiawan dalam skripsi berjudul “Perlawanan
Front Persatuan Nasional Cina Dalam Menghadapi Penyerangan Jepang Tahun 1936-1941”,
penelitian yang ditulis oleh Awla Akbar Ilma yang berjudul “Representasi Penindasan Ganda Dalam
Novel Mirah Dari Banda Berdasarkan Persfektif Feminisme Poskolonial”, penulis gunakan sebagai
tinjauan pustaka untuk mengkaji penindasan dalam film Ip Man.

Metodologi

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data. Dalam pemilihan teknik pengumpulan data disesuaikan dengan metode
penelitian. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yaitu mengumpulkan sumber-sumber
data yang berhubungan, menyortir, menganalisis data sehingga memberi gambaran informasai
tentang objek yang diteliti. Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yang
dibutuhkan yaitu dengan observasi dan studi literatur.
1. Observasi
Karena objek yang dikaji peneliti adalah sebuah film Ip Man yang telah beredar dalam
bentuk DVD maupun berbentuk softfile yang dapat diunduh di internet secara bebas, maka

peneliti menggunakan observasi tidak langsung dengan mengamati dialog-dialog dan scenescene yang mewakili penelitian.
2. Studi Literatur
Kemudian untuk membantu mengkaji isi dalam film, penulis juga melakukan studi literatur
yaitu mengumpulkan data dengan cara memperbanyak membaca buku, jurnal, artikel onine,
karya-karya ilmiah. Sehingga teknik ini sangat membantu peneliti.
Bahasan
1. Latar Belakang penindasan yang dialami tokoh Fatso dan Li Zhao
Dalam seri pertama Ip Man menceritakan bagaimana keadaan saat invasi Jepang ke
Cina pada tahun 1937 berdampak sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Foshan.
Foshan yang tadinya merupakan kota yang begitu rapi dan mempunyai lingkungan yang
baik dan damai dari segi hubungan masyarakat dan perekonomian seketika berubah menjadi
kota yang suram ketika Jepang menjajah Foshan. Atribut bendera, tentara, dan poster
pemberontakan Jepang tersebar di sudut kota Foshan. Kehidupan Fatso yang semula adalah
polisi di Foshan dan dihormati masyarakat di Foshan kemudian berubah 180 derajat. Ia
kehilangan pekerjaannya sebagai polisi yang kemudian karna terdesak oleh kebutuhan
ekonomi, menuntutnya untuk menjadi bawahan (pesuruh) tentara Jepang sebagai seorang
translator yang menyampaikan setiap perkataan tentara Jepang ke dalam Bahasa Mandarin.
Bermula saat tentara Jepang menawarkan bertarung bela diri kung-fu dengan karate, dan
bila dapat memenangkan pertarungan maka akan mendapatkan imbalan beras. Tugas Fatso
saat itu hanya untuk menarik minat teman seperjuangannya untuk bertarung, saat itu salah

satu yang bersedia untuk mengajukan diri adalah Wu Zhilin. Saat di tempat pertarungan,
terlihat Guru Liao baru saja memenangkan pertarungan 1-1 dengan atlit karate Jepang.
Kemudian Fatso memilih petarung selanjutnya, yang salah satunya adalah Wu Zhilin.
Namun pada saat itu terlihat di depan mata Fatso bahwa Wu Zhilin terengah-engah dengan

keadaan fisik yang sudah patah tulang dan wajah berdarah. Wu Chilin meninggal. Pada hari
selanjutnya, Fatso masih harus mencari petarung selanjutnya, kemudian Ye Wen (Ip Man)
maju sebagai petarung, karena khawatir dengan apa yang terjadi dengan Wu Zhilin. Ye Wen
terus bertanya pada Fatso namun Fatso menghiraukan karena tidak berani untuk mengatakan
yang sebenarnya. Terlihat kembali di hari tersebut, Guru Liao kembali memenangkan
pertarungan tapi kemudian ia meminta tanding kembali dengan 3-1. Namun Guru Liao
setelah merasa kalah meminta mengundurkan diri, tapi disaat ia akan keluar ruangan salah
satu tentara Jepang menembakkan peluru tepat di kepala Guru Liao. Mengetahui hal
tersebut, Ye Wen yang marah bersikeras meminta Fatso untuk bertanding walaupun niat
Fatso tidak ingin Ye Wen menjadi pusat perhatian. Kemudian Ye Wen bertarung dan dapat
mengalahkan 10 atlit karate Jepang di dalam satu waktu. Karena inilah Jendral tentara
Jepang, Miura mulai tertarik pada Ye Wen. Namun Ye Wen tidak pernah ingin berurusan
dengan tentara Jepang bila tidak menyangkut keselamatan saudara seperjuangannya. Karena
tentara Jepang sangat ingin Ye Wen mengajarkan Wing Chun kepada para tentara Jepang,
Fatso dipaksa untuk mencari dan membawa Ye Wen kehadapan mereka. Fatso tentu tidak

ingin Ye Wen berada dalam bahaya, karena Ye Wen adalah satu-satunya orang yang dapat
diandalan di Foshan. Karena tingkah Fatso yang selalu mengulur waktu proses pencarian Ye
Wen, Fatso sering dijadian objek pelampiasan kemarahan para tentara Jepang yang bernama
Sato. Dipukul, diinjak, dan dihajar tanpa ampun dengan tongkat olehnya bila ia melakukan
kesalahan ataupun tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan dalam seri kedua Ip Man menceritakan Ye Wen yang memulai kehidupan
baru di Hongkong pada tahun 1950 dengan membuka sebuah perguruan Wing Chun. Dan
kemudian mengenal beberapa ahli kung-fu yang memiliki perguruan di Hongkong, salah
satunya adalah Guru Hong pemilik perguruan Hong Quan juga mengelola pasar ikan dan
juga memiliki hubungan khusus dengan dengan pihak Inggris. Li Zhao lah yang menjadi
translator perantara antara Guru Hong dan Wallace, salah satu polisi Inggris yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan turnamen tinju yang mempertemukan para ahli
kung-fu di Hongkong dengan Twister, juara tinju asal Inggris. Pada saat perundingan untuk
mengadakan turnamen tersebut Guru Hong memiliki konflik kecil karena Wallace tidak
berkehendak untuk membagi hasil dengan Guru Hong. Li Zhao yang merupakan budak
mereka hanya bisa tunduk dan tidak mengatakan niat yang sebenar Wallace tersebut pada
Guru Hong. Pada saat gladi resik Li Zhao yang ingin mengenalkan Guru Hong dengan
Twister malah diremehkan dan di bentak oleh polisi Inggris tersebut untuk keluar dari
ruangan dengan ancaman akan memberhentikannya dari usaha pasar ikan. Pada hari
turnamen, Twister membuat keributan yang membuat Guru Hong harus bertarung


dengannya dan berakhir dengan kematian. Wallace yang menyebabkan semua itu pun diiput
berita dan di tegur oleh atasannya, Wallace kemudian menyuruh Li Zhao untuk mencari
penerbit koran yang memberitakan infoemasi tersebut kepada publik. Lalu ia menyiksa dan
memukul pemimpin redaksi tersebut di depan mata Li Zhao, untuk menolongnya Li Zhao
meminta Wallace agar ia yang mengurus setelahnya. Keesokkannya pemimpin redaksi tetap
kukuh ingin menerbitkan berita apa yang telah di alaminya, dan Li Zhao yang sudah tidak
tahan datang untuk mengecek lalu membantunya untuk menghancurkannya.
2. Penindasan yang dialami oleh Fatso dan Li Zhao
Fatso merupakan tokoh yang membantu dalam Ip Man pada seri pertama memiliki
hubungan yang membantu peran utama pada bagian akhir cerita. Sesaat setelah Ye Wen
berhasil mengalahkan atlet Jepang 10-1, kala itu ia sadar bahwa Ye Wen menarik perhatian
Jendral Miura dan kemudian ia berniat untuk memberi peringatan pada Ye Wen sebagai
bentuk dirinya yang ingin melindungi Ye Wen. Namun terlihat kekesalan Ye Wen pada sikap
Fatso yang sesungguhnya adalah orang yang sangat mengetahui kejadian yang dialami Wu
Zhilin dan Guru Liao telah ditindas bahkan hingga merenggut nyawa mereka di depan mata
Fatso bisa terlihat dari kutipan ucapan Ye Wen pada Fatso berikut ini :
Fatso : 你自己以後小心點。 我不知道三蒲會做什麼
YeWen: 走狗
Fatso : 我怎麼是走狗啦. 他們的死關我什麼事. 我只是個翻譯我不用吃飯啊, 我要吃飯

的.
YeWen: 要吃飯. 你看著同胞被人打死,你有沒有尊嚴?
Fatso : 我沒有你有你有很多啊. 打死十個一百個打死一千個. 我是一個翻譯我不是走
狗. 我是一個中國人!
Fatso :

Setelah ini kau harus hati-hati, tidak tahu San Pu akan bagaimana?

YeWen:

(menampar) penghianat !

Fatso :

Kenapa denganku ? Hidup matinya dia tak ada kaitannya dengan aku. Aku
tukang penerjemah, aku perlu makan.

YeWen:

Kau mau makan ? Kau lihat saudara sendiri di bunuh, kau ada harga diri ?


Fatso :

Aku tak ada, kau ada. Bagus, kau bunuh saja mereka semua. Aku hanya
penerjemah bukan penghianat. Aku orang Cina !
(Ip Man, 1:01:50 – 1:02:35)

Dari kutipan diatas terlihat rasa kecewa Ye Wen yang sagat dalam, dimana
kedudukan Fatso yang menjadi saksi bisu hanya bisa diam dan melihat seperti penonton

pasif. Namun terlihat pada akhir perkataan Fatso yang menunjukkan bahwa dirinya
merupakan kaum lemah yang tertekan dan terpaksa menurut pada pertintah. Fatso tentu
mengalami keadaan dimana dirinya sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa atau
melakukan pembelaan diri karena saat itu tentu ia tak mampu.
Setelahnya kembali dari tempat Ye Wen, dugaan Fatso tentang Jendral Miura benar.
Jendral Miura berniat untuk bertemu Ye Wen lagi dan menanyakannya pada Fatso seperti
dalam kutipan berikut ini :
Miura : 葉問為什麼沒有再來
Fatso : 我我也不知道
Miura : 把他找出來

Fatso : 可我真的不知道他在哪裡
Miura : 你讓我上哪兒找呢
Fatso : 佛山有多大很難找嗎, 佛山真的挺大的
Sato

: 不要

Fatso : 我真的不知怎樣找他
Sato

: 沒用的東西,夠了

Miura :

Tanya Ye kenapa tidak datang kesini lagi?

Fatso :

Tidak tahu, tuan


Miura :

Carikan dia

Fatso :

Aku benar-benar tidak tahu dia ada dimana, mau aku cari kemana?

Miura :

Foshan tidak luas, cari saja !

Fatso :

Foshan sangat luas

Sato

Tidak mau ?! (menghajar Fatso)


:

Fatso :

Aku tak tahu bagaimana mencarinya

Sato

Kau ini tak berguna ! (menendangnya)

:

(Ip Man, 1:12:30 – 1:02:35)
Dari kutipan terlihat jelas bahwa Fatso telah berusaha sedikit memberanikan diri
untuk melawan perintah dan beragumen dengan tujuan untuk mengulur waktu agar Ye Wen
tidak dalam bahaya. Tetapi tindak kekerasan kembali membuatnya tunduk pada perkataan
Jendral Miura, ketika ia berusaha untuk mengelak dan di tendang dan di pukul oleh Sato.
Tentu hal tersebut membuat mental Fatso semakin berada di titik ia sangat ketakutan. Dan

juga kejadian serupa terjadi saat ia gagal membawa Ye Wen kepada mereka seperti kutipan

berikut :
Sato

: 怎麼可能讓葉問跑掉?

Fatso ; 對不起. 就連佐藤主任也擋不了他. 我實在也是無能為力對不起
Sato

: 廢物

Sato

:

Fatso :

Kau sampah ! kenapa dia sampai lari ?
Maaf. Tuan Sato saja tak akan mampu bendung dia, maka aku tak
mampu

Sato

:

Sampah ! (menendang Fatso berkali-kali)
(Ip Man, 1:15:52 – 1:16:11)

Dari kutipan diatas diketahui bahwa Fatso tidak menjalankan tugas yang diberikan
oleh Jendral Miura sebagai bentuk untuk melindungi Ye Wen dari kejaran tentara Jepang.
Sikap Fatso yang telah memberanikan diri ini membuat Sato kembali kesal dan terus
menjadikan dirinya objek melampiaskan amarahnya.
Pada seri kedua, adalah saat Ye Wen yang memulai kehidupan baru di Hongkong
pada tahun 1950 saat itu merupakan kolonial Inggris. Li Zhao yang saat itu berprofesi
sebagai polisi di Hongkong yang juga merupakan kepolisian yang dijalankan oleh Inggris.
Li Zhao mengenal Ye Wen hanya sebatas mengetahui ia adalah kolega Guru bela diri yang
merupakan kolega dari sahabatnya, Guru Hong. Suatu ketika saat Inggis berencana untuk
membuat turnamen yang hendak dibintangi oleh petinju terkenal Inggris yitu Twister di
Hongkong dengan menggabungkan bela diri Cina, salah satunya adalah perguruan bela diri
yang dimiliki oleh Guru Hong. Sehingga Li Zhao lah yang menghubungkan antara Wallace,
polisi Inggris yang mendunkung acara dan Guru Hong yang menyediakan lokasi turnamen.
Namun Wallace merupakan orang serakah dan suka seenaknya, transaksi dengan Guru Hong
tidak berjalan lancar, maka Li Zhao yang berusaha memberi pengertian pada Guru Hong
seperti kutipan berikut:

Li Zhao:

別再說了,鬼頭髮火了

Hong

不給錢,大不了不幹!

:

Wallace:

你要不幹,魚檔生意也不用幹了. 我隨時可以找人代替你!

Li Zhao:

好,沒問題. 你不幹,鬼頭連魚檔都不讓你做,忍忍吧

Hong :

怎麼忍?我已經忍他好多次了!

Twister:

有誰可以把這中國胖子趕出去?你太吵了!

Wallace:

說人話!別說鬼話你!你滾出去!

Li Zhao:

好!我們走!. 看,運氣好聽不到鬼叫了. 我們都不幹了!走!
(Ip Man 2, 01:00:34- 01:01:06)

Li Zhao:

Jangan diteruskan lagi, dia sudah marah

Hong

Dia tidak bayar, aku berhenti !

:

Wallace:

Jika kau berhenti, kau keluar dari bisnis ikan juga. Aku bisa suruh orang lain
untuk menjalankannya

Li Zhao:

Baiklah, tidak masalah. Jika kau keluar, bisnis ikanmu akan diambil.
Mengalahlah.

Hong :

Mengalah ? aku sudah mengalah begitu banyak !

Li Zhao:

Mereka sudah berteriak, kita pergi saja

Twister:

Baiklah bisakah seseorang mengeluarkan orang gendut kuning ini ? Kau
terlalu ribut!

Wallace:

Kau keluarlah!

Li Zhao:

Baiklah, kami keluar. Kau lihat ! Mereka sudah berteriak kita pergi saja.
(Ip Man 2, 01:00:34- 01:01:06)

Dari kutipan diatas dapat terlihat bahwa Li Zhao berusaha untuk melerai keadaan
tidak semakin genting dan tidak berani untuk melanjutkan pembicaraan karena Li Zhao tahu
bahwa Wallace akan serius dengan perkataannya. Li Zhao sendiri seperti terancam karena
posisinya yang menjadi bawahan dan mudah ditindas oleh atasannya. Ia tidak berani karena
tidak ada pihak yang membantunya untuk melakukan perlawanan bila hanya ia sendiri yang
melakukan.
3. Resistensi yang dilakukan tokoh Fatso dan Li Zhao
Resistensi (resistance) berasal dari kata resist dan ance, adalah menunjukkan pada
posisi sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya
oposisi pada umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas.
Menurut Schein (1988) berpendapat resitensi terhadap perubahan menjadi salah satu yang
paling mendasar fenomena organisasi/kelompok. Resistensi terhadap perubahan kemudian

bukan ditemukan dalam individu, tetapi dalam realitas yang dikontruksikan oleh individu.
Partisipan yang mempunyai perbedaan realitas yang dikontruksikan akan mempunyai sense
terhadap diri mereka dan dunianya. Hasilnya, mereka akan menempuh tindakan yang
berbeda, dan menunjukkkan bentuk resistensi yang berbeda, tergantung pada realitas dimana
mereka hidup. Resistensi kemudian dipahami sebagai sebuah respon terhadap suatu inisiatif
perubahan, suatu respon terhadap suatu inisiatif perubahan, suatu respon hasil percakapan
yang membentuk realitas dimana individu hidup (Ford, 1999, Ford dkk, 2001)
Dalam Ip Man seri pertama tokoh Fatso tersadar setelah berbagai kejadian yang
menimpa masyarakat Foshan dan terutama karena ancaman yang terus datang pada Ye Wen
ia kemudian melakukan perlawanan seperti berikut ini:
1. Melakukan perlawanan terhadap perintah tentara Jepang
Saat Fatso diperintahkan untuk mencari Ye Wen, saat itu Fatso tidak mengindahkan
perintah pencarian Ye Wen, disaat ia sangat tahu dimana Ye Wen tinggal dan berpurapura bahwa dirinya seperti tidak mengenal Ye Wen. Kemudian keesokannya Fatso
berusaha melindungi Ye Wen dengan menyuruhnya tinggal di rumahnya sehingga tentara
Jepang tidak mencurigai keberadaan Ye Wen dan keluarga kecilnya. Tujuan Fatso adalah
untuk membantu mengungsikan Ye Wen pergi dari Foshan dan menunggu waktu yang
tepat untuknya membawa Ye Wen dan keluarganya pergi.
2. Menembak tentara Jepang yang mengancam kehidupan Ye Wen
Ketika Ye Wen yang berhasil mengalahkan Jendral Miura, ada satu bawahan Jendral
yang bernama Sato tersebut yang sejak awal tidak ingin terjadi kekalahan oleh Jepang,
saat Ye Wen tengah berdiri di depan masyarakat yang sedang menyorakan “Ip Man ! Ip
Man !” menandakan kemenangan jatuh pada Cina. Pada saat itu Fatso yang berada di
samping Sato bersaha menghadang tembakan yang mengarah pada Ye Wen, namun Ye
Wen tetap berakhir tertembak namun tidak berada di tempat yang vital. Kemudian Fatso
yang marah tanpa ampun mengarahkan pistol yang digunakan Sato untuk menembak Ye
Wen diarahkan pada leher Sato dan menembakknya.
Dalam Ip Man seri pertama tokoh Li Zhao tersadar setelah terbunuhnya Guru Hong
ketika berusaha membela kung-fu Cina di depan khalayak yang menonton dan menyaksikan
pertandingan tinju denga bela diri Cina kemudian melakukan perlawanan seperti berikut ini:
1. Meliput kejahatan Wallace
Saat pertama kali diperintahkan oleh Wallace untuk menutup mulut redaksi yang meliput
terbunuhnya Guru Liao, Li Zhao kembali menemui pemimpin redaksi tersebut. Kali ini
ia datang bukan untuk perintah Wallace, namun ia berusaha untuk bekerjasama dengan
pemimpin redaksi tersebut untuk menjebak Wallace setelahnya. Karena hanya Li Zhao

lah satu-satunya saksi yang mengetahui hal keji yang dilakukan oleh Wallace, ia
menjadikan dirinya sendiri sebagai saksi yang akan mengungkapkan segalanya demi
membalaskan rasa kehilangannya terhadap Guru Hong
2. Melaporkan Wallace kepada pihak berwenang
Ketika pertandingan selesai dan Ye Wen berhasil memenangkan pertandingan, Li Zhao
menjebak Wallace dengan melaporkannya kepada pihak berwenang. Ketika Wallace
ingin meninggalkan ruangan turnamen kemudian di hadang oleh Li Zhao yang
membawa beberapa polisi untuk menangkapnya. Polisi Inggris yang berpihak pada Li
Zhao mengungkapkan bahwa Wallace merupakan aib bagi mereka, sehingga Wallace
layak untuk diadili melalui hukum.
Simpulan
Berdasarkan analisis terhadap film Ip Man diketahui bahwa Fatso dan Li Zhao berusaha melindungi
diri dan masyarakat dari kekejaman yang dilakukan Jepang dan Inggris pada masa penjajahan,
sehingga banyak masyarakat pribumi yang mudah untuk ditindas dan rentan menjadi objek
kekejaman Pada dasarnya praktik penindasan ini terjadi karena latar belakang praktik penjajahan.
Oleh karenanya, para pribumi negeri terjajah secara jelas mengalami penindasan dari dua pihak,
yakni :
1. Terdapat upaya bentuk perlawanan terhadap penindasan pada film, dengan melakukan
perlawan secara berkelompok merupakan cara yang paling ampuh untuk melakukan
pemberontakan. Seperti pepatah yang dikatakan oleh Konfusius, “Sebelum Anda memulai
perjalanan balas dendam, menggali dua kuburan”. Itulah cara yang dilakukan oleh Fatso dan Li
Zhao untuk melakukan perlawanan demi melindungi harga diri negara dan keselamatan
pribumi.
2. Sikap kejam yang dimiliki oleh para penjajah dominan membuat pribumi dalam hal ini budak
terlihat lemah dan harus tunduk pada apa yang mereka perintahkan. Anggapan bahwa para
penjajah adalah kelompok yang paling berkuasa serta keadaan sosial menempatkan budak
sebagai kaum yang lebih rendah dari mereka
Maka dari itu, dengan adanya ancaman Jepang dan Inggris tersebut telah memberikan
perubahan dalam kondisi kehidupan rakyat Cina yang sedang terpecah. Menjadikan pribumi lebih
berani untuk melakukan perlawanan bagi mereka yang tertindas.

Daftar Pustaka
Fadillah, I Putu Reza Noor. 2012. Ip-Man : Membaca Nasionalisme Cina Dalam Film (E-Journal)
Sjahputra, Rulianto. 2014. Resistensi Pada Perubahan dalam
http://ruliantosjahputra.blogspot.com/2014/02/resistensi-pada-perubahan (Diakses pada 14
Desember 2017)
Pengertian Menurut Para Ahli. 2010. Pengertian Resistensi dalam
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-resistensi/ (Diakses pada 14 Desember 2017)
Ramadhan, Ibrahim Muhammad. 2017. Sinopsis Film Ip Man – Donnie Yen Praktekkan Wing –
Chun, Hadapi Jepang! dalam http://style.tribunnews.com/2017/01/28/sinopsis-film-ip-man-donnieyen-praktekkan-wing-chun-hadapi-jepang-malam-ini-di-global-tv (Diakses pada 14 Desember
2017)
Fadila, Adila. 2013. Pengkajian Seni Bela Diri Cina Dalam Film Ip Man (E-Journal)
Ilma, Awla Akbar. 2016. Representasi Penindasan Ganda Dalam Novel Mirah Dari Banda
Berdasarkan Perspektif Feminisme Poskolonial (E-Journal)
Setiawan, Rubi. 2013. Perlawanan Front Persatuan Nasional Cina Dalam Menghadapi Penyerangan
Jepang Tahun 1936-1941
Hartono, Mudji. 2008. Nasionalisme Asia Timur: Suatu Perbandingan Jepang, Cina, Dan Korea (EJournal)
Taniputera, Ivan. 2016. History Of China. Depok : Ar-ruzz Mendia

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24