Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu T2 912012012 BAB II

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Keuangan Berbasis Perilaku
Awalnya diperkenalkan teori keuangan konvensional (standard
finance / traditional finance) yang menyatakan bahwa investor dalam
proses pengambilan keputusan keuangan dinilai secara rasional.
Nofsinger (2005) juga menambahkan bahwa ide dasar mengenai teori
keuangan konvensional mempunyai dua asumsi, yang pertama investor
membuat keputusan secara rasional dan yang kedua investor tidak
mengalami bias terhadap prediksi mereka di masa depan. Hal lain yang
juga diungkapkan pada teori keuangan konvensional adalah efficientmarket hypothesis. Fama (1965) beranggapan bahwa di pasar yang
efisien harga atas suatu sekuritas yang terbentuk adalah gambaran dari
semua informasi yang tersedia dan relevan atas sekuritas tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu teori keuangan konvensional ini
tidak dapat menjelaskan beberapa fenomena bias yang terjadi saat
pengambilan keputusan keuangan seperti Monday effect atau January
effect. Kedua hal tersebut merupakan anomali yang biasanya tidak
terjadi di pasar saham.

8


Ketidakmampuan standard finance menjelaskan mengenai
anomali inilah yang membuat fenomena ini dikaitkan dengan aspek
perilaku (behavioral finance). Behavioral finance pertama kali
diperkenalkan oleh Kahneman dan Tversky (1979) dengan Teori
Prospek (prospect theory) yang menyatakan bahwa perilaku dalam
pembuatan keputusan keuangan terjadi didasarkan pada berbagai
keadaan. Menurut teori prospek, faktor psikologis investor akan
membawa investor kepada proses pembuatan keputusan yang
menyimpang dari rasionalitas. Sedangkan dalam teori pasar efisien,
investor dianggap rasional, terhindar dari bias, dan konsisten dalam
membuat keputusan investasi yang optimal tanpa dipengaruhi oleh
psikologis dan emosi. Shefrin dan Statman (1985) menambahkan
bahwa berdasarkan teori prospek (prospect theory) yang dipaparkan
oleh

Kahneman

dan

Tversky,


menyatakan

bahwa

investor

mengevaluasi sebuah hasil berdasarkan reference point dan mereka
cenderung risk-averse dalam mendapatkan keuntungan dan riskseeking dalam menderita kerugian. Dalam prospect theory dijelaskan
bagaimana manusia mengevaluasi kekayaannya berdasarkan aspek
psikologis. Hal ini juga diperkuat oleh Leal, Armada, dan Duque
(2006) yang menyatakan bahwa berdasarkan prospect theory, individu

9

memperlihatkan penurunan sensitivitas pada hasil. Dari penelitian
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika terjadi keuntungan atau
kerugian yang jauh dari reference point maka mereka (investor)
kehilangan signifikansi. Hal ini dapat diartikan jika investor mematok
harga acuan dari reference point, maka laporan akuntansi untung dan

rugi berpatokan pada reference point tersebut, satu rupiah pertama yang
didapat dari keuntungan dianggap lebih bernilai dibanding rupiah
kedua dan seterusnya.
Menurut Litner (1998) behavioral finance adalah studi
mengenai bagaimana manusia mengintrepertasikan dan bereaksi
terhadap informasi yang didapat sehingga dapat membuat keputusan
keuangan yang tepat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ricciardi dan
Simon (2000) yang menyatakan bahwa behavioral finance menjelaskan
dan meningkatkan pemahaman mengenai beberapa motif investor
termasuk proses emosional yang terlibat dan pada tingkat apa mereka
dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
2.2 Efek Disposisi (Disposition Effect)
Yang termasuk dalambias menurutr Shefrin dan Statman (1984)
adalah loss aversion, mental accounting, mencari kebanggaan (pride)
dan menghindari penyesalan (regret), dan kontrol diri. Sampai saat ini,

10

banyak literatur mengenai disposition effect yang berkonsentrasi pada
loss aversion. Maka dari itu penelitian ini akan membahas mengenai

mencari kebanggaan (pride) dan menghindari penyesalan (regret)
sebagai akibat dari disposition effect. Menurut Brown, et al. (2006) ada
beberapa hal penting mengenai disposition effect yaitu, (a) investor
yang bermodal besar cenderung sedikit dipengaruhi oleh disposition
bias, (b) investor institusi lebih rendah melakukan disposition effect
daripada investor individu, (c) loyalitas pemegang saham pada emiten
sedikit mengurangi pilihan untuk menjual saham yang sedang untung.
2.3 Faktor Demografi (Demographics Factors)
Demografi

merupakan

salah

satu

faktor

yang


dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi keputusan
beresiko (Bhandari & Deaves, 2006). Menurut Robb dan Sharpe (2009)
variabel demografis adalah suatu studi yang mempelajari karakteristik,
sikap, dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh faktor jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan pendapatan. Beberapa penelitian hanya
menggambarkan hubungan positif faktor demografis terhadap tingkat
preferensi seorang investor terhadap resiko bukan pada disposition
effect.

11

Penelitian yang dilakukan oleh Furnham (1984) pada wanita
muda dan pria muda di Inggris ditemukan bahwa mereka memiliki
perbedaan cara pandang terhadap uang. Hal ini semakin diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Newcomb dan Rabow (1999)
bahwa pria memiliki pandangan yang lebih positif terhadap uang
karena mereka memiliki pengetahuan lebih banyak tentang uang dan
lebih percaya diri dalam kecerdasan finansial mereka daripada wanita.

Weber dan Camerer (1998) menyatakan perempuan lebih
mudah mengalami disposition effect dibandingkan laki-laki. Hal ini
dapat terjadi sebab masih belum banyak perempuan yang mau atau
berani berinvestasi di pasar modal, karena perempuan lebih takut akan
risiko dibandingkan dengan laki-laki.
2.4 Faktor Kepribadian (Personality Traits)
Personality traits adalah suatu kombinasi pembeda dari
emosional, kognitif dan karakteristik motivasi yang mempengaruhi
sedemikian rupa pada individu untuk merespon lingkungannya dan
membuat keputusan (Dole dan Schroeder, 2001).
Umumnya ada dua cara mengukur faktor kepribadian, yaitu
dengan Big Five Model menurut Pervin & John (2001) dan MBTI yang
diciptakan oleh Carl Jung, Katharine Briggs dan Isabel Myers. Pada

12

penelitian yang dilakukan oleh Filbeck et. al (2005) menggunakan tipetipe kepribadian berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI),
dapat ditarik kesimpulan bahwa The Myers-Briggs Type Indicator
mengklasifikasikan kepribadian dalam 4 dimensi yaitu fokus perhatian
(extroversion-introversion), cara memperoleh dan mengolah informasi

(sensing-intuitive), cara membuat keputusan (thinking-feeling), dan
orientasi pada dunia luar (judging-percieving). Pada Big Five Model
merupakan

pendekatan

dalam

psikologi

kepribadian

yang

mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor yang
didalamnya memuat lima faktor atau domain yaitu : neuroticism,
extrversion,

openness


conscientiousness

to

experience,

(Srivastava,

2011).

agreeableness,
Filbeck

dan

mencoba

menghubungkan keempat dimensi personality traits tersebut dengan
aspek


perilaku

dalam

pengambilan

keputusan

investasi

yang

menilai

kestabilan

dan

dihubungkan dengan risk-aversion.
Extroversion


berfokus

dalam

ketidakstabilan emosi individu. Apabila individu memiliki skor tinggi
dalam trait ini, mereka cenderung mampu untuk menahan dan
mengkontrol emosi mereka. Orang dengan kemantapan emosional
positif cenderung berciri tenang, bergairah (passionate), dan aman.

13

Sementara apabila sesorang memiliki skor yang cenderung rendah
dalam trait ini mereka lebih mudah tertekan, gelisah dan merasa tidak
aman saat mengalami masalah. Biasanya para extrovert memiliki
kepribadian yang hangat, suka berteman, mudah bersosialisasi. Mereka
juga sangat cepat dalam mengambil keputusan dan tidak terikat pada
peraturan yang berlaku. Namun kelemahan yang dimiliki oleh extrovert
adalah sulit untuk bertahan dalam kondisi sulit, mudah menunjukan
kelemahannya, sembrono, dan kurang ambisius (Gholipur, 2007). Hal

ini berbeda dengan individu yang memiliki kepribadian introvert yang
cenderung tertutup, tidak mudah bersosialisasi, dan cenderung
penyendiri.
Individu yang memiliki derajat neuroticism tinggi adalah tipe
individu yang memiliki metode yang efisien dalam menyelesaikan
tujuan pribadi mereka. Mereka adalah pribadi yang egois, berpusat
pada diri sendiri, biasanya suka dipuji dan tidak mementingkan apa
yang jadi kebutuhan bagi lingkungan sekitar. Biasanya perilaku mereka
adalah mudah gelisah, pemarah, mudah stres, cenderung impulsif dan
mudah terluka.
Menurut Gholipur (2007) karakteristik dari individu yang
memiliki derajat openness yang tinggi adalah mereka yang mudah

14

beradaptasi dengan lingkungan dan pribadi yang fleksibel. Mereka
menyukai ide-ide baru dan nilai-nilai yang tidak umum. Biasanya
individu-individu ini memiliki lingkup area yang terbatas pada hobi
mereka tetapi cenderung stabil saat melakukan aktivitasnya. Mereka
menyukai kesederhanaan, kejelasan, dan biasanya mereka senang
terhadap fantasi, perasaan dan ide-ide.
Tipe derajat agreeableness yang tinggi menggambarkan sikap
yang dimiliki individu yang berhubungan dengan kerjasama kelompok.
Hal ini digambarkan dengan tendensi seseorang untuk menghargai
orang lain. Gholipur (2007) menyatakan bahwa mereka yang memiliki
tipe agreeableness tinggi dengan mudah membuat orang lain
memberikan kepercayaannya. Individu ini biasanya sangat jujur dan
apa adanya dan menjadi pribadi yang curang adalah hal yang sulit
untuk dilakukan. Mereka biasanya suka mendahulukan kepentingan
orang lain diatas kepentingan pribadi mereka. Penggambaran yang
tepat

untuk

perilaku

individu

bertipe

agreeableness

menurut

Farzanepey (2006) adalah kepercayaan, apa adanya (to the point), dan
jujur.
Individu

dengan

derajat

conscientiousness

yang

tinggi

merupakan tipe pribadi yang bergantung kepada kepercayaan orang lain

15

dan berhubungan dengan bagaimana kita mengontrol dan menetapkan
motivasi kita. Tipe ini adalah individu yang bertanggung jawab, suka
memamerkan kepandaian, namun sangat dipercaya. Gholipur (2007)
menggambarkan

individu

yang

cenderung

memiliki

derajat

conscientiousness adalah individu yang sulit untuk diandalkan, suka
berkompetensi, selalu dalam rencana, menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu, memiliki disiplin tinggi, dan berhati-hati dalam membuat
keputusan.
2.5 Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Pengaruh faktor demografi terhadap efek disposisi investor
individu
Faktor demografi

digambarkan sebagai sebuah studi yang

mempelajari karakteristik, sikap, dan perilaku seseorang yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, status
pendidikan, dan pendapatan. Menurut Jamshidinavid, Chavoshani, dan
Amiri (2012) faktor demografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
dan tingkat pendidikan memiliki korelasi yang positif terhadap
overconfidence dan herding, namun lain halnya dengan disposition
effect yang memiliki korelasi negatif pada faktor demografi yang

16

mempengaruhi perilaku investor dalam proses pengambilan keputusan.

Gender adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu peranan
dan hubungan antara perempuan dan lelaki yang tidak hanya ditentukan
oleh perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial,
politik, dan ekonomi (Vitalaya, 2010). Weber dan Camerer (1998)
menyatakan perempuan lebih mudah mengalami disposition effect
dibandingkan laki-laki, namun penelitian ini belum optimal karena
tidak diikuti dengan keadaan pasar serta informasi-informasi yang
mempengaruhi disposition effect tersebut. Wanita lebih mudah
mengalami disposition effect karena pria cenderung lebih realistis dan
bersikap biasa saat menghadapi kerugian sedangkan perempuan
cenderung lebih menggunakan perasaan saat menghadapi kerugian
sehingga mereka akan merasa jauh lebih menyesal saat mengalami
kerugian dibanding saat mengalami keuntungan.
H1 : Gender berpengaruh signifikan

terhadap disposition effect

yang dialami oleh investor individu
Dalam proses pengambilan keputusan investasi, salah satu
faktor demografi yang memiliki pengaruh dalam bias yang dialami oleh
investor adalah pendapatan investor. Pendapatan adalah setiap

17

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh untuk
digunakan sebagai konsumsi dan penambahan kekayaan. Berbagai
penelitian mengemukakan bahwa, investor yang memiliki pendapatan
lebih tinggi lebih cenderung menginvestasikan dana yang mereka
miliki ke dalam saham yang beresiko dengan asumsi return yang tinggi.
Individu yang memiliki pekerjaan profesional dan memiliki
pendapatan yang tinggi cenderung lebih merasa aman dengan
kehidupan

finansialnya,

maka

mereka

lebih

berani

dalam

menginvestasikan uang mereka meskipun harus mendapatkan kerugian
tanpa mengalami penyesalan yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dhar dan Zhu (2006) yang menyatakan
individu yang kaya atau memiliki pendapatan yang tinggi atau memiliki
pekerjaan profesional menunjukan disposition effect yang rendah.
H2 :Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap disposition effect
yang dialami oleh investor individu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2013)
terhadap masyarakat kota Surabaya, Kusumawati menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara masyarakat yang sudah
menikah dengan yang belum dalam pertimbangan keputusan investasi.
Hal ini juga bisa menjadi kemungkinan disposition effect yang dapat

18

dialami oleh investor individu. Individu yang sudah menikah,
cenderung memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar karena harus
menghidupi keluarga dibanding inividu yang masih lajang. Hal ini
menyebabkan investor yang sudah menikah akan lebih banyak
mempertimbangkan

keputusan

berinvestasinya

sehingga

mereka

cenderung menghindari efek disposisi karena kemungkinan resiko yang
akan dialami.
H3 :Status perkawinan berpengaruh signifikan terhadap disposition
effect yang dialami oleh investor individu.
Terdapat asumsi bahwa anak muda cenderung memiliki emosi
yang tidak stabil dibandingkan orang dewasa (lebih berumur) sehingga
orang-orang yang lebih muda cenderung mengambil keputusan
finansial tanpa berpikir panjang, sehingga jika mengalami kerugian
akan cenderung lebih menyesali situasi tersebut dan memiliki
kemungkinan menyalahkan orang lain dibanding mengintrospeksi diri
akibat pengambilan keputusan yang terburu-buru. Hal ini dikarenakan
orang yang lebih tua merasa memiliki tanggung jawab jauh lebih besar
dibanding anak muda. Mereka berpikir mengenai biaya hidup dan masa
pensiun mereka dan tidak ingin mengambil resiko dengan finansial
mereka. Anak muda cenderung lebih fleksibel dalam pandangan

19

mereka terhadap uang dan berpikir bahwa pinjaman (kredit jauh lebih
menguntungkan dari sekedar menabung).
H4 :Usia berpengaruh signifikan terhadap disposition effect yang
dialami oleh investor individu.
2.5.2 Pengaruh personality traits terhadap efek disposisi investor
individu
Individu dengan derajat extroversion adalah individu yang dinilai
kuantitas dan intensitas interpersonal, level aktivitas, kebutuhan untuk
didukung, dan kemampuan untuk berbahagia. Ciri ekstrovert cenderung
ramah dan terbuka, mereka senang menghabiskan waktu mereka
dengan bersosialisasi. Menurut Zaidi dan Tauni (2012) extroversion
mempunyai hubungan yang positif terhadap bias yang dialami oleh
investor. Sejalan dengan itu, Jamshidinavid, Chavoshani, dan Amiri
(2012) menyatakan bahwa extroversion memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap disposition effect yang dialami oleh investor di
bursa saham Tehran. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki
derajat extroversion yang tinggi cenderung memiliki kebiasaan mudah
gembira saat mendapat berita positif yang dapat menyebabkan mereka
cenderung berani mengambil resiko tanpa memikirkan dampak jangka
panjangnya saat mengambil keputusan finansial.

20

H5 : Extroversion berpengaruh signifikan terhadap disposition effect
yang dialami oleh investor individu.
Individu yang memiliki derajat neuroticism

yang tinggi

cenderung mudah mengalami stres, dan mempunyai ide-ide yang tidak
realistis.

Venter dan Michayluk (2008) berpendapat bahwa

investor yang memiliki derajat kepribadian neuroticism tinggi
cenderung mudah gelisah, memiliki emosi yang tidak stabil, dan mudah
takut sehingga mereka sering tidak percaya diri dalam proses
pengambilan keputusan finansial. Investor dengan derajat neuroticism
tinggi akan menginvestasikan saham berdasarkan ide atau pendapat
orang lain, karena mereka cenderung tidak percaya diri dalam
pengambilan keputusan finansial.
H6 : Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap disposition effect
yang dialami oleh investor individu.

21

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Disposition Effect dalam Transaksi Valuta Asing T2 912014015 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Disposition effect dan Pengaruh Faktor Demografi dalam transaksi perdagangan valuta asing via online trading T2 912011029 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Disposition effect dan Pengaruh Faktor Demografi dalam transaksi perdagangan valuta asing via online trading T2 912011029 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Disposition effect dan Pengaruh Faktor Demografi dalam transaksi perdagangan valuta asing via online trading T2 912011029 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Disposition effect dan Pengaruh Faktor Demografi dalam transaksi perdagangan valuta asing via online trading T2 912011029 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu T2 912012012 BAB I

1 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu T2 912012012 BAB IV

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu T2 912012012 BAB V

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Traits terhadap Disposition Effect Investor Individu

0 0 56