Abstract disertasi pak Ujang

Pembangunan sektor pertanian yang bertahun-tahun menjadi prioritas utama ternyata
tidak signifikan membawa kenaikan tingkat kesejahteraan petani. Kondisi kehidupan
komunitas petani senantiasa identik dengan kemiskinan, dan lambat laun sektor pertanian
semakin tidak diminati dari generasi ke generasi. Masalah kemiskinan di kalangan komunitas
petani di Indonesia sudah menjadi fenomena menetap, yang dari waktu ke waktu semakin
meningkat jumlahnya, sehingga problem kehidupan petani dapat dikatakan sebagai problem
kemiskinan itu sendiri. Fenomena kemiskinan pada komunitas petani seperti itu juga terjadi
di Kotawaringin Barat, yang disebabkan oleh berbagai faktor baik struktural maupun kultural.
Atas pertimbangan untuk menjadikan kembali sektor pertanian sebagai andalan, Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat melakukan usaha alternatif dengan mencanangkan Program
Pengembangan Komoditas Jagung (PPKJ) hibrida kualitas ekspor dalam upaya
memandirikan petani dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan petani. PPKJ pada
prinsipnya memberikan peran yang sangat besar terhadap komunitas petani untuk melakukan
usaha secara kreatif dan inovatif dalam pengembangan budidaya jagung.

Studi ini

memfokuskan bagaimana proses terjadinya transformasi masyarakat Kotawaringin Barat ke
arah berkembangnya kultur pertanian yang berbasis perkebunan. Selama ini kultur pertanian
lebih berkembang di daerah transmigrasi yang kebetulan warganya kebanyakan dari etnis
Jawa. Sementara itu penduduk asli Kobar sendiri kurang mempunyai kultur perkebunan

apalagi pertanian sawah. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif,
yaitu observasi langsung ke lokasi dengan subyek utama penelitian komunitas petani yang
melaksanakan PKKJ di Kabupaten Kotawaringin Barat. Temuan utama studi ini adalah,
bahwa PPKJ terbukti mendorong terjadinya transformasi pada komunitas petani. Dalam
komunitas petani terjadi proses transformasi kultural, yaitu terjadi perubahan dari petani
berkarakter peasent menjadi petani berkarakter farmer. Dengan kata lain, terjadi proses
transformatif dari kultur petani subsisten yang hanya berorientasi pemenuhan kebutuhan

mereka sendiri, berubah menjadi petani komersial yang berorientasi pada pasar dan mencari
keuntungan. Petani Kotawaringin Barat setelah mengikuti PPKJ memiliki kemampuan
wirausaha dan mampu memodernkan diri dalam upaya menangkap kesempatan ekonomi
yang ada. Temuan studi ini berbeda dengan tesis para penganut teoritisi yang masuk dalam
kubu kaum pesimistik seperti yang dikemukakan Boeke dan Geertz, yang mengatakan bahwa
dalam komunitas petani tidak mungkin terjadi perubahan kultural yang berorientasi pada
profit dan pasar sebagai pertimbangan utama dalam berproduksi. Tetapi temuan penelitian ini
lebih sesuai dengan tesis kubu optimistik yang mengatakan bahwa petani mampu bertindak
rasional dan bertransformasi ke dalam pasar modern yang dinamis, sebagaimana dikatakan
oleh Schultz dan Popkin.