Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

ABSTRAKSI
Iswanda Abdul Illah*
Nurmalawaty* *
Alwan* * *
Skripsi ini berjudul “Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik”,
merupakan tugas akhir Penulis untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas dalam
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
Metode penelitian yang digunakan dalam membuat skripsi ini adalah jenis
penelitian hukum normatif yaitu dengan mengkaji atau menganalisis norma
hukum berupa bahan-bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tertier agar dapat menjawab setiap permasalahan.
Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral
atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut
pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK).
Perkembangan industri prostitusi ini sudah ada pada masa KerajaanKerajaan di Jawa, dimana pada masa itu seorang Raja yang memiliki banyak selir.
Industri protitusi ini kemudian berkembang pesat pada masa Kolonial Belanda
dimana adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan
untuk memenuhi kebutuhan pemuasan seks masyarakat Eropa.
Aparat kepolisian dapat semakin leluasa dalam menjaring praktik

prostitusi yang dilakukan via internet dengan adanya Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menjadi payung
hukum dari penanggulangan prostitusi cyber atau dunia maya. Pengaturan
mengenai larangan terhadap prostitusi cyber secara khusus diatur dalam Pasal 27
ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dimana dirumuskan mengenai perbuatan yang dilarang yakni “Setiap
Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Meskipun
pengaturan mengenai larangan prostitusi cyber telah dirumuskan dengan jelas
dalam hukum positif namun penegakan hukum mengenai bisnis prostitusi online
ini sangat sulit dilakukan.

*

Mahasiswi Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Pembimbing I, Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Pembimbing II, Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**


Universitas Sumatera Utara