HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 20082009

  

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA

MIN KECANDRAN SALATIGA

TAHUN 2008/2009

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah

  

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

STAIN SALATIGA

2008

  DEPARTEMEN A d A M A Kl SEKOLAH i l N d d l AGAMA ISI AM NEGERI

  S A L A T I G A Jl. Stadion No. 3 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  Drs. H.M. Banany Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No.3 Salatiga Salatiga, 09 Agustus 2008

  

NOTA PEMBIMBING

Kepada Yth.

  Lampiran : 3 (tiga) Eksemplar Ketua STAIN Salatiga Hal : Naskah Skripsik di

  Sdr. BASIROH

  Salatiga Assalam u 'alaikum Wr. W b.

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : BASIROH

  11406005 TARBIYAH/PAI EKSTENSI

  PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 2008/2009

  Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan. Demikian harap dijadikan perhatian. Nama NIM Jurusan/ Progdi Judul W assalamu’alaikum Wr. Wb.

  i o. i i . iv i , u a i tai NIP. 150170134

  ii

  PEPARTEM EN AGAM A RI SEKOLAH TINGGI AG a MA ISLAM NEGERI S A L A T I G A

  JL Stadion No. 3 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706 PENGESAHAN S k k lP S I

  Judul : HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKTRAKURIKULER DI SEKOLAH DENGAN TINGKAH LAKU SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 2008/2009

  Nama : Basiroh NIM : 11406005

  Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Salatiga, 25 Agustus 2008

  Panitia Ujian, K eti^Sidang4 Sekretaris Sidang Dr. Imam Sutomo, M.Ag. DR. H. Muh. Saerozi. M.Ag.

  ' w ! 150216814 150247014 Penguji I Penguji II

  U ■M W .

  Nama Prof.Dr. Muh. Zuhri Nama Dra. Siti Asdigoh

  

MOTTO

  o j 0 yvaxjfj

  \pr. Qijf\ ijj CT^'P j j j ^

  (®)^-^aJU I j-ys> I

  

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.

  ” (QS:Al-Ashr:l-3)

  

“KETIDAKBISAAN YANG DITAKUTKAN OLEH SESEORANG

SEBENARNYA LAHIR DARI KATA TIDAK BISA ITU SENDIRI”

“KEGAGALAN HANYA TERCIPTA JIKA SESEORANG TIDAK

MEMPERSIAPKAN DIRI KETIKA HENDAK MERAIH SUATU

KEINGINAN

  PERSEMBAHAN

  Ku persembahkan skripsi ir.i kepada : ❖ Suamiku tercinta, yang telah setia memberi motivasi dan bimbingan ❖ Bapak dan Ibu tercinta di rumah.

  ❖ Anakku tersayang ❖ Teman-temanku seperjuangan, semoga tetap semangat.

KATA PENGANTAR

  j l l (j

  • j l l 4Jll ^WJ

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah, serta ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikank, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

  Berkat ketekunan serta dorongan dari semua pihak, maka penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 2008/2009” dapat terselesaikan.

  Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan rekomendasi untuk penyusunan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. H.M. Banany, selaku pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran, berkenaan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Joko Sutopo, M.Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam/Ekstensi, yang telah memberikan motivasi dan dukungan.

  4. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah, yang telah membantu dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa PAI/ekstensi.

  5. Segenap sivitas akademika STAIN Salatiga, yang telah banyak membantu penulis dalam menuntut ilmu.

  6. Kepala Sekolah MIN Kecandran Kota Salatiga, yang telah memberikan ijin dalam melanjutkan studi.

  7. Kedua orang tua yang telah mencurahkan seluruh jiwa raga daiam menuntun menjadi orang yang bermanfaat bagi sesame.

  8. Seganap sahabat mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala jasa yang diberikan.

  Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan pahala yang setimpal atas amal kebaikan yang telah diberikan.

  Penulis menyadari bahwa hasil penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu harapan penulis kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

  Salatiga, 09Agustus 2008 1140600!)

  

  

  

  

  

  

  BAB V PENUTUP

  

  

  

   BAB III LAPORAN PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  A. GAMBARAN UMUM

   LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan proses secara sadar yang merubah seseorang menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya. Hal inilah yang terjadi di setiap lembaga pendidiKan baik formal maupun non formal, baik di sekolah pada saat jam belajar resmi yang terjadwal maupun pada jam ekstra (di luar) jam sekolah, yang dikenal dengan ekstrakurikuler, atau di luar sekolah sekalipun.

  Sekolah sebagai lembaga pendidikan resmi, dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara bersama, sengaja, terarah, sistematis oleh para pendidik profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu. Dan di luar itu, ada kegiatan yang menunjang program tersebut yang dinamakan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dikemas dalam berbagai program kegiatan seperti: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), dokter kecil, seni tari, maupun kegiatan lainnya.

  Dalam konteks sekolah dasar, kegiatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Berbagai jenis keterampilan, yang dikemas dengan nuansa bermain dan kebersamaan dan dibangun melalui berbagai kegiatan. Misalnya, dalam kegiatan pramuka ada kegiatan berkemah, memasak, tali- temali, dan lain-lain. PMR ada kegiatan memberi pertolongan terhadap orang sakit, atau dokter kecil ada kegiatan merawat orang sakit, dan begitu pula kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya terdapat kegiatan yang mengasah keterampilan siswa. Kegiatan ini diasumsikan sedikit banyak akan membawa

  2

  pengaruh terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama mengenai kedisiplinannya. Kebiasaan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut kedisiplinan, kerapihan, kesabaran, dan sebagainya, akan berdampak positif pada terbawanya kebiasaan itu dalam kehidupannya.

  Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) pada peraturan yang berlaku.1. Kedisiplinan adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena di dorong atau disebabkan oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.

  Artinya bahwa kedisiplinan akan muncul dalam diri seseorang dengan sadar tanpa suatu paksaan.

  Di MIN Kecandran, berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, PMR, Dokter Kecil, Drum Band, sudah menjadi kegiatan yang diprogramkan di sekolah. Tidak sedikit, bahkan hampir seluruh siswa MIN Kecandran terlibat dalam kegiatan ini. Menariknya, tidak semua siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki kebiasaan yang sama, terutama dalam hal kedisiplinan. Tata tertib yang diterapkan di sekolah, tidak secara utuh dilaksanakan oleh semua siswa, ada saja pelanggaran yang terjadi, misalnya pada waktu upacara, ada saja siswa yang tidak bertopi, tidak memakai sepatu yang dianjutkan, dan lain-lain.

  Contoh lain yang lebih ekstrim adalah ketika pada suatu kesempatan, penulis bertemu dengan orang tua murid. Beliau mengeluh karena nilai belajar anaknya menurun. Orang tua siswa dipanggil ke sekolah oleh guru untuk diberitahu tentang kondisi belajar si anak. Menurut orang tua, si anak ke

1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 1010

  3

  sekolah tiap hari bahkan sore hari juga ke sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler. Namun kenapa nilainya masih rendah. Si guru yang bijak kemudian menjelaskan mengapa nilai anak menurun. Diantara faktor penyebab menurunnya nilai tersebut adalah si anak terlalu aktif kegiatan ekstrakurikuler. Lho kok bisa? Ternyata si anak aktif dikegiatan ekstrakurikuler sehingga mengesampingkan proses belajar yang wajib.

  Dengan termangut-mangut si orang tua tadi mendengarkan penjelasan guru.

  Sungguh hal demikian ini diluar maksud dari diadakannya ekstrakurikuler, yang dengan sengaja diselenggarakan di sekolah-sekolah guna mendukung proses pembelajaran anak, sehingga memiliki kompleksitas “kemampuan” baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis terdorong untuk meneliti hubungan antara keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan tingkat kedisiplinan siswa, dan menuliskan hasil penelitian tersebut dalam sebuah skripsi yang penulis beri judul “HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

B. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa

  4

  istilah pokok maupun kata-kata yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain:

1. Hubungan

  Yang dimaksud dengan hubungan adalah keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lainya.2

  2. Keaktifan Keaktifan berasal dari kata aktif, yang berarti kegiatan atau kesibukan.3 Dalam hal ini yang dimaksud dengan keaktifan kegiatan adalah intensitas tinggi dalam menjalankan kegiatan. Dengan demikian, maksud konkret dari kata keaktifan adalah intensitas kegiatan yang dilakukan siswa yang berkaitan dengan segala kegiatan yang diadakan oleh organisasi/ sekolah.

  3. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan Ekstrakurikuler adalah pelajaran tambahan atau kegiatan tambahan yang dilakukan sekolah di luar jam pelajaran sekolah.4

  Indikator - Indikator keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai berikut: a. Mengikuti minimal salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.

  b. Mengikuti perkembangan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti.

  c. Hadir dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti

  d. Menjadi anggota dari salah satu kegiatan 2 WJS. Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him.

  362

  3 Ibid, him. 26

  4 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1981, hlm.188

  5

4. Kedisiplinan

  Kedisiplinan berarti sikap kepatuhan terhadap peraturan. Sehingga bisa diartikan bahwa disiplin merupakan sikap seseorang terhadap suatu peraturan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator - Indikator kedisplinan siswa di sekolah adalah sebagai berikut:

  a. Tepat waktu mengikuti pelajara, tepat waktu mengerjakan tugas

  b. Memiliki jadwal pelajaran

  c. Memiliki agenda kegiatan

  d. Patuh terhadap peraturan

C. Rumusan Masalah

  Pokok permasalahan dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009?

2. Bagaimana disiplin siswa di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri

  Kecandran tahun 2008/2009?

  3. Adakah hubungan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan kedisiplinan siswa di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009?

  6

D. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009.

2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009.

  3. Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan siswa dalam mengiktui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan tingkat kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009.

E. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi sekolah, siswa, maupun penulis sendiri untuk mengembangkan prestasi yang lebih baik.

1. Bagi sekolah, dapat menjadi evaluasi program-program kegiatan yang ada disekolah kaitannya dengan kreativitas dan pendisplinan siswa.

  2. Bagi siswa, dapat menjadi motivasi untuk berprestasi bahwa untuk menambah wawasan ternyata diperlukan kegiatan-kegiatan di luar jam sekolah

  3. Bagi penulis, dapat menjadi referensi pengetahuan pribadi penulis, dan menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam rangka memberi kontribusi

  7

F. Hipotesis

  Hitpotesis adalah kesimpulan yang tingkat kenyataannya rendah karena belum dikaji oleh kenyataan empirik.5 Dalam konteks iri hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara tentang permasalahan penelitiannya sampai terbukti melalui data yang terkumpul.6

  Hipotesis yang penulis ungkapkan di sini adalah bahwa Terdapat hubungan antara tingkat keaktifan dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan tingkat kedisiplinan siswa.

G. Metodologi Penelitian

1. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

  Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.7 8 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari o sampel itu hendak digeneralisasikan.

  Berdasarkan pendapat di atas, populasi adalah seluruh individu atau penduduk dalam wilayah penelitian, yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa IV, V, dan VI MIN Kecandran 2008 yang berjumlah sekitar 75 siswa dan semuanya beragama Islam.

  5 Tatang M, Arifin, Manyusun Rencana Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, him. 82

  6 Suharsini Arikutno,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, him. 67 7 ibid, him. 115.

  8 Sutrisno Hadi, Metode Research l, Fakultan Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981, him. 115.

  8

b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

  Menurut Suharsimi Arikunto, sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki.9 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi sebagian dari populasi disebut sampel. Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi.10

  Berdasarkan dua pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan hasil perwakilan dari keseluruhan subyek penelitian. Mengenai besar kecilnya sampel, menurut Suharsini Arikunto, jika penelitian menggunakan responden kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, tetapi jika lebih dari 100 maka dapat ditentukan 10-

  15% atau 20-25% atau sampai 50% dari responden. Namun demikian bila sampel yang diambil lebih banyak maka hasil dari penelitian akan menjadi lebih baik.

  Dalam penelitian ini penulis mengambil semua populasi menjadi sampel, karena jumlah seluruh populasi tidak lebih dari seratus orang yaitu 75 responden. Sehingga dapat dikatakan penelitian ini merupakan penelitian populasi,

a. Variabel Penelitian

  Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu kaktifan siswa dalam mengikuti kegaitan ekstrakurikuler sebagai variable pertama dan

  9 Suharsimi Arikunto, op cit., him. 117.

  10 Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1928, him. 221.

  9 merupakan variable bebas yang diberi simbul (X) dan tingkat kedisplinan siswa sebagai variabel kedua yang terikat, diberi simbul (Y),

b. Metode Pengumpulan Data

  Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menempuh dengan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Angket atau Kuesioner

  Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.11 Angket digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang keaktifan siswa dalam mengiktui kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat kediplinan siswa.

  Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung dan jawaban angket telah disediakan oleh peneliti. Angket bersifat tertutup {closed form ), artinya siswa tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat sendiri.

2. Metode Observasi

  Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki oleh peneliti.

  Pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis pada beberapa masalah dalam penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan

11 Suharsimi Arikunto, op cit., him. 97.

  9 merupakan variable bebas yang diberi simbul (X) dan tingkat kedisplinan siswa sebagai variabel kedua yang terikat, diberi simbul (Y),

b. Metode Pengumpulan Data

  Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menempuh dengan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Angket atau Kuesioner

  Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.11 Angket digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang keaktifan siswa dalam mengiktui kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat kediplinan siswa.

  Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung dan jawaban angket telah disediakan oleh peneliti. Angket bersifat tertutup {closed form ), artinya siswa tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat sendiri.

2. Metode Observasi

  Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki oleh peneliti.

  Pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis pada beberapa masalah dalam penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan

11 Suharsimi Arikunto, op cit., him. 97.

  10

  data yang diperlukan oleh peneliti. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah MIN Kecandran tahun 2008/2009

3. Metode Dokumentasi

  Metode dokumentasi adalah metode penelitian yang menggunakan sekumpulan data variable yang berupa dokumen, tulisan dan foto.12 Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil dari dokumentasi yang tersedia di sekolah. Untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, jumlah guru, jumlah karyawan, serta mengenai catatan berdirinya MIN Kecandran.

4. Metode Wawancara

  Metode wawancara adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi langsung dari responden dengan harapan data yang diperoleh benar-benar valid. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data penunjang yang menguraikan sekilas tentang gambaran secara umum latar belakang siswa MIN Kecandran tahun 2008/2009.

c. Teknik Analisa Data

  Setelah data terkumpul, maka peneliti akan melakukan rekapitulasi data, dilanjutkan dengan menganalisis data yang ada. Dalam melakukan 12 analisis data, melalui dua tahap, yaitu: Ibid, him. 115.

  11

1. Analisis Awal

  Untuk analisis awal, peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan menggunakan teknik presentase yang bertujuan untuk mengetahui frekuensi gejala yang muncul. Rumus yang peneliti gunakan adalah:

  p = — x m % N

  Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi

  N = Jumlah

2. Analisis Akhir

  Dari hasil pengumpulan data selama dalam penelitian, peneliti menggunakan analisis korelasi product moment. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan variabel kedisplinan siswa.

  Analisis korelasi product moment ini menggunakan rumus:

  r

  Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

  12

  N = Banyaknya data X = Variabel pengaruh Y = Variabel terpengaruh X x = Jumlah skor dalam distribusi X

  y

  X = Jumlah skor dalam distribusi Y

E. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan penelitian ini, penulis mensistematisasikan dalam lima bab dengan pokok bahasan dalam tiap bab sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : LANDASAN TEORi Pada bab ini disajikan mengenai keatifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, meliputi beberapa bahasan diantaranya Pengertian ekstrakurikuler, visi dan misi ekstrakurikuler, Fungsi kegiatan ekstrakurikuler. Prinsip Kegiatan ekstrakurikuler, jenis ekstrakurikuler, dan Format kegiatan ekstrakurikuler. Dibahas pula mengenai disiplin yang menyangkut pengertian kedisiplinan, dan upaya pembinaan kedisiplinan, serta pada bagian akhir pembahasan bab ini dibahas pula mengenai hubungan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstra kuirkuler di sekolah terhadap kedisiplinan siswa.

  13

  BAB III : LAPORAN PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum MIN Kecandran menyangkut Sejarah MIN Kecandran, Letak Geografis MIN Kecandran, Sarana, prasarana dan fasilitas, Kondisi siswa, keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan. Pada bab ini dilaporkan pula mengenai hasil penelitian berupa data-data, yaitu

  Data Responden, Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler, Data Kedisiplinan Siswa

  BAB IV : ANALISIS DATA Pada bab keempat ini, akan dilakukan analisis terhadap data yang sudah terkumpul dengan pentahapan klasifikasi data, tabulasi data, dan presentase untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua. Sementara untuk menjawab rumusan maslaah yang ketiga, yaitu tentang ada dan tidaknya pengaruh Keaktifan Berorganisasi di Sekolah Terhadap Tingkah Laku Disiplin Siswa, digunakan analisis statistik product moment. BABY : PENUTUP

  Pada bab penutup ini, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini, serta kata penutup dari peneliti.

  BAB II LAND ASAN TEORI A. Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan merupakan sarana utama untuk meniti karir setiap insan yang berpengaruh luas buat kemajuan suatu bangsa terutama bagi negara yang sedang berkembang. Hal ini penting bagi kehidupan manusia sebagai sarana utama menjamin masa depan secara pribadi, keluarga, masyarakat, dan kehidupan bangsa itu sendiri. Pendidikan yang sejalan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), juga dengan Ilmu Agama tidak akan berpengaruh oleh keadaan dan situasi dalam perkembangan zaman yang berubah terus menerus. Abad ke-21 yang lebih dikenal tahun millenium ke-3 sebagai tahun yang perlu dihadapi dengan pendidikan. Sehingga generasi masa depan perlu diberi pelajaran yang baik sehingga kelak siap dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks.

  ....dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jhva mereka. (QS:An-Nisaa:63)

  Pembelajaran tidak cukup hanya dengan pembekalan akademis saja tetapi harus dilengkapi dengan pengembangan kecakapan hidup, untuk mencapai keseimbangan ini sekolah menyediakan pelatih yang profesional untuk memupuk minat dan bakat siswa yang dikemas dalam kegiatan yang disebut dengan ekstrakurikuler.

  15

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

  Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran yang mempunyai visi berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.13 Pada definisi lain dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan program intrakurikuler serta kegiatan-kegiatan untuk memantapkan pembentukan kepribadian.14 Dalam konteks sekolah dasar, Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

  Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di MIN Kecandran berupa kegiatan Pramuka, PMR, Dokter Kecil, dan Drum Band.

  1 1 bawang.blogspot.com/2007/08/laporan-kegiatan-ekstra- kurikuler.html, diakses tanggal 10 Juli 2008 14 , diakses tanggal 10 Juli 2008

  16

2. Visi dan Misi

  Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan misi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah: pertama, menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Kedua, menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.15

3. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

  Kegiatan ekstra kurikuler tidak semata sebagai pelengkap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah, melainkan lebih jauh memiliki fungsi yang signifikan. Fungsi tersebut diantaranya adalah:

  a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa.

  l

  18

5. Jenis kegiatan Ekstrakurikuler

  a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

  (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

  b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

  c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi,

  meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jumaistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain

  karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.18

6. Format Kegiatan

  a. Individual

  , yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa secara perorangan.

  b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok siswa.

  c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa dalam satu kelas.

  d. Gabungan , yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa antarkelas/antarsekolah/madraasah.

  18 lbid.

  19 e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah siswa melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.19

  Eksistensi kegiatan ekstrakurikuler seakan-akan memiliki dilema, yaitu Di satu sisi keberadaannya diperlukan siswa sebagai media untuk mengembangkan potensi diri, selain itu diharapkan mampu mengangkat dan mengharumkan nama sekolah dengan prestasinya. Namun di sisi lain justru menjadi musabab menurunnya nilai siswa dan bukan tidak mungkin hanya menjadi formalitas saja untuk mencari keuntungan.

  Kenyataan di lapangan memang menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mendapat proporsi yang tidak seimbang, kurang mendapat perhatian, bahkan cenderung disepelekan. Perhatian sekolah-sekolah juga masih kurang serius, hal ini terlihat dari kurangnya dukungan yang memadai baik dari segi dana, perencanaan, dan pelaksanaan, seria perannya sebagai bagian dari evaluasi keberhasilan siswa. Padahal dikalangan siswa, banyak proses aktualisasi potensi siswa yang terjadi melalui kegiatan ekstrakurikuler ini. Misalnya aktualisasi tentang kepemimpinan, kesenian, olahraga, kepekaan sosial, nilai religius, dan sebagainya sering muncul pada kegiatan ekstrakurikuler.

  Jika dilihat secara mendalam, maka ada bebarapa manfaat mengikuti ektrakurikuler. Pertama, dapat mengakomodasi keragaman kecerdasan dan potensi siswa. Kedua, lebih mendekatkan pendidikan pada dunia riil. Ketiga,

  20

  memiliki fleksibilitas yang tinggi dari segi program dan kurikulum. Keempat, pendidikan dilaksanakan secara menarik dan menyenangkan.

  Dengan demikian pemahaman dan pengelolaan ektrakurikuler yang baik akan membentuk siswa yang kreatif, inovatif, dan beradab. Memang, pada sekolah tertentu pengelolaan ekstrakurikuler belum menunjukkan hasil yang maksimal.20

  Konferensi anak-anak sedunia di Gerenoble, Prancis tahun 1993 menyimpulkan bahwa kurikulum pendidikan formal memiliki kemampuan terbatas untuk menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konferensi ini juga merekomendasikan konsep pendidikan sains di luar sekolah melalui kegiatan-kegiatan ilmiah di luar sekolah.21 Hal tersebut membuat kulikulum formal menjadi terbatasi oleh birokrasi dan penjabwalan kegiatan yang terlambat. Akibatnya tidak seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Kondisi inilah yang sebenarnya dapat ditutupi oleh kegiatan ektrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tidak seperti penjadwalan di dalam kelas. Pembuatan programnya pun terbilang mudah dan tidak serumit kurikulum formal. Program penyelenggaraan ekstrakurikuler dapat bersifat fleksibel sehingga sangat memungkinkan untuk mengadakan pendidikan yang integratif dan multidisiplin.

  Dari sini juga guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengembangkan potensi diri. Bagi guru yang jeli, ia dapat juga melihat seberapa besar apresiasi siswa terhadap proses belajar mengajar dengan kegiatan

  • ektrakulikuler. Jika siswa terlalu asik dengan ekstrakulikuler maka guru dapat *

  20 Tri Hayat Ariwibowo, Quo Vadis Ekstrakulikuler, Artikel Pendidikan pada, diakses tanggal 10 Juli 2008

  • Ibid

  21

  mengingatkan bahwa untuk tidak meninggalkan hal yang wajib. Atau juga guru memberikan motivasi pengembangan diri bagai siswa yang kesulitan belajar melalui kegiatan ekstrakulikuler. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir jika anaknya terlalu asik dengan ektrakulikuler nilainya akan jatuh karena guru mengawasi secara langsung.

  Jika ini mampu dilakukan guru maka ia berarti mampu mengembangkan 10 kompetensi guru secara baik. Terlebih dalam UU Sisdiknas No. 22/2003 terutama pasal 58 tentang evaluasi. Disebutkan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Inilah yang membuat profesi guru menjadi unik, ia tidak saja mengajar tetapi juga membimbing dan mengarahkan siswa.

B. Kedisplinan Siswa

1. Pengertian kedisiplinan

  Disiplin bukan sebuah kata yang asing didengar oleh masyarakat umum. Disiplin dalam pengertian umum adalah sebagai suatu ketaatan terhadap peraturan22

  23. Dalam kamus Bahasa Indonesia dikatakan 'bahwa disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (baik di sekolah maupun kemiliteran)24. Penulis mengambil pendapat beberapa pakar yang mendefinisikan disiplin sebagai berikut:

22 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2003 23 WJS. Poerwodarminto, op.cit., him. 16.

  22

  a. William A. Kelly dalam bukunya Dolet Unaijan, menjelaskan bahwa disiplin adalah sebagai pendidikan yang komprehensif termasuk di dalamnya adalah mengenai pelatihan mental, psikis, dan moral.25

  b. Hadari Nawawi berpendapat, disiplin adalah usaha mencegah terjadinya pelanggaran terhadap semua ketentuan yang disetujuai bersama agar pemberian hukuman terhadap orang lain dapat dihindari.26

c. Elizabeth Hurlock

  Elizabeth Hurlock, sebagaimanan dikutip oleh Singgih Dirgagunarsa, menerangkan bahwa disiplin sebagai suatu proses dari latiahan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertubuhan dan perkembangan.27

  Pendapat lain mengatakan bahwa disiplin menurut bahasa berasal dari kata latin dicipulus, yang berarti siswa atau murid, kemudian makna dari disiplin secara istilah adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.

  Dari definisi-definisi di atas, secara umum terdapat persamaan konsep meski secara deskriptif berbeda bunyinya, yaitu pada konsep ketaatan atau kepatuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung

  

25 Dolet Unarjan, Manajemen Disiplin Ilmu, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2003,

him.8-9.

  

26 Hadari Nawai, Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1984, him. 128

  27 Singgih Dirgagunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, him. 81

  22

  a. William A. Kelly dalam bukunya Dolet Unaijan, menjelaskan bahwa disiplin adalah sebagai pendidikan yang komprehensif termasuk di dalamnya adalah mengenai pelatihan mental, psikis, dan moral.25

  b. Hadari Nawawi berpendapat, disiplin adalah usaha mencegah teijadinya pelanggaran terhadap semua ketentuan yang disetujuai bersama agar pemberian hukuman terhadap orang lain dapat dihindari.26

c. Elizabeth Hurlock

  Elizabeth Hurlock, sebagaimanan dikutip oleh Singgih Dirgagunarsa, menerangkan bahwa disiplin sebagai suatu proses dari latiahan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertubuhan dan perkembangan.27

  Pendapat lain mengatakan bahwa disiplin menurut bahasa berasal dari kata latin dicipulus, yang berarti siswa atau murid, kemudian makna dari disiplin secara istilah adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.

  Dari definisi-definisi di atas, secara umum terdapat persamaan konsep meski secara deskriptif berbeda bunyinya, yaitu pada konsep ketaatan atau kepatuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung

  

25 Dolet Unaijan, Manajemen Disiplin Ilmu, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2003,

hlm.8-9.

  

26 Hadari Nawai, Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1984, hlm.128

  27 Singgih Dirgagunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Gunung Mulia,

  23

  dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.

  Oleh karenanya disiplin sangat penting artinya bagi siswa untuk menentukan identitas dirinya. Bahkan para ahli megatakan bahwa disiplin merupakan kunci dari keberhasilan seseorang dalam meraih apa yang dicita-citakannya. Disiplin mempunyai arti luas, yaitu disiplin dalam mendidik, menuntun, mengarahkan anak dalam

  28 kehidupan dan dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya.

  Munculnya kedisplinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang lahir begitu saja, melainkan perlu adanya pelatihan, dan pengarahan, perlu adanya intervensi dari pendidik danitupun dilakukan secara bertahap. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan guru, atau pendidik lainnya akan terbawa oleh anak dan sekaligus memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinan anak.

  Menurut Webster’s, dalam New World Dictionary yang dikutip oleh Oteng Sutrisna2 29, menjabarkan disiplin menjadi dua, yaitu 8 disiplin negatif dan disiplin positif. Disiplin negatif adalah pendisiplinan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kekuatan dan kekuasaan. Hukuman kepada pelanggar aturan untuk menimbulkan efek jera, dan juga untuk memberi perhatian kepada orang lain untuk tidak melanggar peraturan. Sedangkan pendekatan positif adalah pendisplinan dengan melibatkan penciptaan suatu

28 Charles Shcaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Dahara Prize, Jakarta, 1989, hlm.l 1.

  24

  sikap dan iklim organisasi di mana para anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang perlu dari organisasi atas kemauan sendiri.

  Berlaku disiplin merupakan salah satu cara membentuk watak yang baik30. Dengan disiplin semua kegiatan dalam kehidupan akan terarah dan teratur karena pelakunya selalu taat pada rel-rel kegiatan yang sudah ditentukan. Dalam hal belajar baik di sekolah maupun di rumah juga akan terpengaruh dengan sikap disiplin ini. Pembuatan agenda kegiatan dan jadwal pelajaran merupakan salah satu indikator bahwa pola hidup disiplin sudah mulai diterapkan.

  Jenis sikap yang menjadi indikator pola kedisiplinan siswa diantaranya adalah: a. Tepat waktu, artinya siswa terbiasa datang, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan tugas, dan mengakhiri kegiatan berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

  b. Memiliki jadwal pelajaran, artinya siswa terbiasa mengatur waktu belajar dan menyesuaikan diri dengan kegiatan belajar yang ditentukan disekolah.

  c. Memiliki agenda kegiatan, artinya siswa terbiasa mengatur waktu untuk kegiatan yang dilakukan selama dirumah, baik waktu untuk belajar, istirahat, bermain, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

30 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,

  25

d. Patuh terhadap peraturan, artinya siswa terbiasa mentaati segala peraturan yang telah diketahuinya.

2. Cara pembentukan kedisiplinan

  Belajar merupakan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus sepanjang hayat manusia dan sekaligus merupakan suatu keseriusan bagi setiap manusia untuk melakukannya demi meningkatkan bobot dan kualitas hidup.31 3

  2 Guna mencapai tingkat keseriusan ini perlu disiplin yang dapat mengarahkan seseorang untuk konsisten dan tekun dalam melakukan apa-apa yang dipikirkan. Jamal Abdul Hadi dan kawan-kawan mengemukakan cara pembentukan kedisiplinan anak secara Islami, diantaranya:

  a. Pertama, memberitahukan kepada anak bahwa agama Islam memuliakan orang yang berilmu dan para ulama. Hal ini dapat menumbuhkan perasaan takut dan ketaatan kepada Alah SWT, serta menjaga diri dari berbuat kesalahan.

  b. Kedua, memberitahukan kepada anak bahwa ilmu paling penting dan harus diperhatikan, serta paling utama adalah ilmu tentang Allah, kemudian Al Qur’an dan keimanan, seteiah itu ilmu tentang kehidupan dunia, sebab ilmu-ilmu ini merupakan pondasi awal dari seseorang untuk taat di jalan Allah sebagai jalan mencapai kebaikan dunia dan akhirat.

  31 Abd Rochmat Abror, Psikologi Pendidikan, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993, hlm.65

32 Jamal Abdul Hadi, dkk, Menuntun Buah Hati Menuju Surga, Era Intermedia, Solo,

  26

  c. Ketiga, anak harus didorong untuk mengaitkan berbagai informasi pelajaran yang didapat dengan masalah keimanan dan segala hal yang menunjukkan keagungan sang pencipta-Nya, serta pengaturanya dengan cermat. Dengannya akan menanamkan sikap pencarian ilmu yang berkesinambungan, sebab pada hakekatnya ilmu adalah tanpa batas dan selalu bermanfaat bagi kehidupan manusia.

  d. Keempat, anak dibantu untuk menerapkan teori-teori pelajaran yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan membuat anak lebih memahami kebenaran ilmu itu sendiri, sehingga anak akan cenderung paham dan termotivasi untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya.

  e. Kelima, anak diberi reward atau hadiah berupa pujian atau sanjungan. Ini dapat membangkitkan pemahaman anak bahwa prestasi itu penting adanya dan membuat dirinya menjadi lebih berarti.

  f. Keenam, anak diberitahu cara-cara praktis dalam mengingat pelajaran. Ini akan membuat anak merasa senang jika dia mampu mengingat apa yang telah didapatkannya, karena dia akan merasa puas jika mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tentang hal-hal yang telah diketahuinya.

  g. Ketujuh, anak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekoah yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan hal ini anak akan

  27 berkesinambungan menggali kemampuannya karena didasari oleh kesukaan terhadap kegiatan yang ditekuninya.

  h. Kedelapan, anak dibantu dalam mengatur waktu dan jadwal pelajaranya. Hal ini akan membuat anak terbiasa disiplin membagi waktu antara bermain, belajar, tidur dan kegiatan lain yang sudah teratur. i. Kesembilan, anak harus dibiasakan bangun pagi. Hal ini dapat membuat anak merasa segar dan selalu siap untuk menghadapi aktivitas di siang hari, termasuk sekolah dan kegiatan lainnya yang sudah diagendakan. j. Kesepuluh, anak didorong untuk berkreasi. Hal ini akan membuat anak merasa dinamis dan tidak kaku dalam menyikapi suatu masalah, dan anak akan cenderung memiliki daya kreativitas tinggi untuk menyelesaikan suatu masalah.

  

C. Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler di

Sekolah dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa

  Ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan yang mengambil waktu di luar jam pelajaran, diselenggarakan oleh sekolah guna memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan bakat yang dimiliki dan menambah daya kreativitas siswa. Namun demikian tidak jarang pula orang mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler terdengar membosankan. Yang demikian biasanya beranggapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah

  28