HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SDN WONOSARI 02 KOTA SEMARANG

(1)

HASIL BELAJAR SISWA SDN WONOSARI 02 KOTA

SEMARANG

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Catur Wahyu Dyastuti 1401412508

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Catur Wahyu Dyastuti, NIM 1401412508, berjudul“Hubungan antara Kedisiplinan dengan Hasil Belajar Siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang” telah dipertahankan di hadapanSidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 24 Agustus 2016


(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah:5-6)

PERSEMBAHAN

Untuk orang tua tercinta Ibu Sri Utami, Bapak Dasiyo, kakakku tersayang Eko Purnomo, Dwi Purwanto, Yoga Tri Wibowo, dan alamamater peneliti.


(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kedisiplinan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulisan Skripsi dapat diselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, saran, maupun dukungan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fakhruddin M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

2. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang;

3. Susilo Tri Widodo, S.Pd, M.H., Pembimbing I; 4. Dra. Florentina Widhiastrini, M.Pd., Pembimbing II;

5. Dra. Nuzul Septiah, Kepala SDN Wonosari 02 Kota Semarang;

Hanya kepada Allah Swt. kita tawakal dan memohon hidayah dan inayah-Nya. Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 19 Agustus 2016 Penulis


(7)

ABSTRAK

Dyastuti, Catur Wahyu. 2016. Hubungan antara Kedisiplinan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Sikap disiplin seseorang terhadap peraturan yang ada merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan temuan di SDN Wonosari 02 kota Semarang terdapat beberapa siswa memiliki kedisiplinan baik namun hasil belajarnya rendah dan siswa kurang disiplin memiliki hasil belajar baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi masalah, membatasi dan merumuskan masalah, melakukan studi pustaka, menentukan kerangka berpikir dan hipotesis, mendesain metode penelitian, menyusun instrumen. mengumpulkan dan menganalisis data, menguji hipotesis. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang dengan jumlah siswa 227. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportionote Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel 68 siswa. Teknik pengambilan data menggunakan dokumentasi dan angket. Uji hipotesis menggunakan product moment.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kedisiplinan siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang rata-rata 131 sebanyak 47,1% tergolong dalam kategori sangat baik. Hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang rata-rata 70 sebanyak 42,6% tergolong dalam kategori baik. Hasil r hitung sebesar 0,679 dan sig 0,00 < 0,005 yang menunjukan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan dan hasil belajar.

Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kedisiplinan dengan hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Saran yang dapat dijadikan masukan yaitu hendaknya siswa menerapkan disiplin dengan baik untuk meningkatkan hasil belajar.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Teori Belajar ... 9

2.1.2 Pengertian Disiplin ... 10

2.1.3 Fungsi Disiplin ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor Kedisiplinan ... 15

2.1.5 Unsur-Unsur Kedisiplinan ... 18

2.1.6 Menanamkan Disiplin ... 20

2.1.7 Pentingnya Kedisiplinan ... 22

2.1.7 Hasil Belajar ... 26


(9)

2.1.7.3 Pengertian Hasil Belajar ... 30

2.1.7.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 32

2.1.7.5 Domain Hasil Belajar ... 34

2.1.8 Hubungan Kedisiplinan dengan Hasil Belajar ... 39

2.2 Kajian Empiris ... 41

2.3 Kerangka Berpikir ... 45

2.4 Hipotesis Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian ... 48

3.2 Desain Penelitian ... 48

3.3 Prosedur Penelitian ... 49

3.4 Subyek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.4.1 Subyek Penelitian ... 50

3.4.2 Lokasi Penelitian ... 50

3.4.3 Waktu Penelitian ... 51

3.5 Populasi dan Sampel ... 51

3.5.1 Populasi ... 51

3.5.2 Sampel ... 52

3.6 Variabel Penelitian ... 54

3.6.1 Variabel Bebas ... 54

3.6.2 Variabel Terikat ... 54

3.6.3 Definsi Operasional Variabel ... 54

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.8 Uji Coba Instrumen ... 57

3.8.1 Validitas ... 57

3.8.2 Reliabilitas ... 59

3.9 Analisis Data ... 60

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 65

3.9.2 Analisis Data Awal ... 65


(10)

3.9.3.1 Uji Hipotesis ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1 Hasil Penelitian ... 69

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69

4.2.1 Analisis Data ... 70

4.2.1.1 Diskripsi Data ... 70

4.2.2 Analisis Data Awal ... 79

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 79

4.2.3 Analisis Data Akhir ... 80

4.2.3.1 Uji Hipotesis ... 80

4.3 Pembahasan ... 82

4.3.1 Pemaknaan Temuan ... 82

4.3.1.1 Kedisiplinan Siswa ... 82

4.3.1.2 Hasil Belajar Siswa ... 85

4.3.1.3 Hubungan Kedisiplinan dan Hasil Belajar ... 88

4.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 90

4.4.1 Implikasi Teoritis ... 90

4.4.2 Implikasi Praktis ... 91

4.4.3 Implikasi Pedagogis ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Simpulan ... 92

5.2 Saran ... 92

Daftar Pustaka ... 94 Lampiran


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 52

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ... 53

Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel ... 55

Tabel 3.5 Uji Validitas ... 56

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas ... 60

Tabel 3.7 Distribusi frekuensi Kedisiplinan ... 62

Tabel 3.8 Kategori Kedisiplinan ... 63

Tabel 3.9 Distribusi frekuensi Hasil Belajar ... 64

Tabel 3.10 Kategori Hasil Belajar ... 65

Tabel 3.11 interpretasi koefisien korelasi ... 68

Tabel 4.1 Data Analisis Statistik Deskriptif Kedisiplinan ... 71

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Data Kedisiplinan ... 72

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Kedisiplinan Siswa... 73

Tabel 4.4 Rata-rata Indikator Variabel Kedisiplinan ... 75

Tabel 4.5 Data Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar ... 76

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ... 77

Tabel 4.7 Kategori Penilaian Hasil Belajar ... 78

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 81


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 47

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 49

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa ... 72

Gambar 4.2 Diagram Kategori Variabel Kedisiplinan Siswa ... 74

Gambar 4.3 Grafik Persebaran Indikator Variabel Kedisiplinan ... 75

Gambar 4.4 Diagram Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa ... 77

Gambar 4.5 Diagram Kategori Hasil Belajar Siswa ... 79


(13)

1. Kisi-kisi Instrumen ... 99

2. Penurunan Indikator Kedisiplinan ... 101

3. Kisi-kisi Instrumen Angket kedisiplinan (Uji Coba) ... 105

4. Instrumen Angket Kedisiplinan (Uji Coba) ... 106

5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Kedisiplinan ... 110

6. Instrumen Penelitian Angket Kedisiplinan ... 111

7. Daftar Responden Uji Coba ... 115

8. Daftar Responden Sampel Penelitian ... 116

9. Indikator Hasil Belajar ... 117

10.Data Hasil Belajar Siswa ... 126

11.Uji Validitas ... 128

12.Uji Reliabilitas ... 130

13.Uji Normalitas ... 131

14.Uji Analisis Product Moment ... 132

15.Skor Angket Kedisiplinan ... 136

16.R Tabel ... 137

17.Dokumentasi ... 140

18.Bukti Autentik Uji Coba ... 144

19.Bukti Autentik Penelitian ... 148

20.Lembar Validator ... 149

21.Surat Keputusan Pembimbing ... 150

22.Surat Izin Penelitian ... 151


(14)

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang selanjutnya disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Satuan pendidikan terdiri atas Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI). Kurikulum SD/MI itu sendiri memuat delapan mata pelajaran yaitu PKn, matematika, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, penjaskes, seni budaya, dan Bahasa Inggris. Kedelapan mata


(15)

pelajaran tersebut akan menghasilkan hasil belajar. Setelah melalui proses belajar diharapkan siswa memiliki hasil belajar yang tinggi.

Slameto (2010:2) berpendapat bahwa anggapan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sependapat dengan hal tersebut Baharuddin (2010:162) mengungkapkan belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman yang dialami. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2013:3) berpendapat, saat belajar siswa mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya, dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar.

Sudjana (2014:22) mengungkapkan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sependapat dengan hal tersebut Purwanto (2011:45) mengungkapkan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Susanto (2013:12) juga berpendapat, hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarrnya yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan teori tersebut salah satu aspek


(16)

eksternal yang terdapat dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat adalah kedisiplinan.

Daryanto (2013:49) mengungkapkan kedisiplinan pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun diluar baik dari keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, bernegara, maupun beragama. Selain itu tanpa disiplin yang baik suasana kelas dan sekolah menjadi kurang kondusif karena dengan disiplin akan terbentuk lingkungan belajar yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh Tu’u (2004:37) menyatakan bahwa siswa yang disiplin karena kesadaran dirinya akan berhasil dalam pemerolehan hasil belajarnya. Sebaliknya, siswa yang tidak disiplin dan kerap melanggar ketentuan sekolah akan terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya. Ekosiswoyo dan Rachman (2002:97) mengungkapkan disiplin merupakan kesadaran yang bermakna dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk aturan yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan dan hasil belajar.

Hasil survei menurut data Trends In International Mathematics And Sciencies Study (TIMSS) pada tahun 2003 dalam International Association For Evaluation Of Educational Achievement (IEA) menempatkan Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang matematika dan posisi ke-36 pada bidang sains dari 45 negara di dunia. Selain itu dalam bidang non akademik angka partisipasi, kemandirian, kreatifitas dan kedisiplinan dalam pendidikan di Indonesia masih rendah. Adapun hasil survei menurut majalah New Statement di negara Amerika


(17)

pada 26 februari 1999 juga memperlihatkan bahwa sekitar 20% sampai 70% pelajar di dunia melakukan pelanggaran kedisiplinan.

Berdasarkan data prapenelitian di SDN Wonosari 02 Kota Semarang melalui wawancara yang dilakukan dengan guru kelas dan observasi tampak bahwa kedisiplinan siswa belum optimal. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah pada siswa antara lain: siswa tidak hadir tepat waktu ke sekolah, mengobrol saat guru sedang menjelaskan, tidak memperhatikan guru sewaktu proses belajar mengajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan, sering izin ke kamar mandi pada saat jam pelajaran, pada saat bel masuk pergantian pelajaran banyak siswa yang bermain, kelas tidak kondusif ketika tidak ada guru, banyak siswa terlambat mengumpulkan tugas maupun PR dengan alasan lupa mengerjakan, tidak bisa mengerjakan dan tidak ada bantuan dari orang tua dalam membimbing mengerjakan PR. Selain itu temuan di SDN Wonosari 02 Kota Semarang terdapat beberapa siswa yang memiiki kedisiplinan baik namun hasil belajarnya rendah dan siswa kurang disiplin memiliki hasil belajar yang baik.

Permasalahan tersebut didukung dengan data dokumen hasil belajar Siswa SDN Wonosari 02 kota Semarang. Dari nilai rata-rata siswa ada beberapa nilai dari mata pelajaran yang dibawah KKM. Pada siswa kelas IV-A memiliki rata-rata nilai 68, kelas IV-B memiliki rata-rata-rata-rata nilai 72, kelas V-A memiliki rata-rata-rata-rata nilai 68, kelas V-B memiliki rata-rata nilai 70, kelas VI-A memiliki rata-rata nilai 70, kelas VI-B memiliki rata-rata nilai 72. Hampir setengah siswa dari tiap kelas mendapatkan nilai dibawah KKM.


(18)

Permasalahan mengenai kedisiplinan dan hasil belajar siswa dibeberapa mata pelajaran kurang mendapat perhatian dari guru maupun siswa, karena guru dan siswa belum memahami pentingnya kedisiplinan untuk siswa. Selain itu terdapat beberapa siswa yang memiiki kedisiplinan baik namun hasil belajarnya rendah dan siswa kurang disiplin memiliki hasil belajar yang baik. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti berinisiatif melakukan penelitian tentang hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa kedisiplinan sangat erat hubungannya dengan hasil belajar siswa.

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sobri pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Madrasah Aliyah di Kecamatan Praya”. Hasil penelitian Madrasah Aliyah di Kecamatan Praya menunjukkan bahwa: (1) ketuntasan belajar siswa sebesar 90,05%; (2) kedisiplinan belajar siswa tergolong rendah dengan rata-rata 44,39; (3) kemandirian belajar siswa tergolong rendah dengan rata-rata 55,23; (4) kedisiplinan belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar ekonomi siswa (thitung=5,22; α=0,00), dengan koefisien determinasi sebesar 28,1%; (5) kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar ekonomi siswa (thitung= 2,36; α=0,02), dengan koefisien determinasi sebesar 21,2%; dan (6) kedisiplinan dan kemandirian belajar secara bersamaan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa (Fhitung=47,21; α=0,00), dengan koefisien determinasi sebesar 29,6%.


(19)

Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Budi Nugroho pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan antara Konsep Diri dan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi konsep diri dan disiplin belajar masing-masing sebesar 0,262 dan 0,346 yang berarti ada hubungan yang positif. Untuk uji signifikansi konsep diri dan disiplin belajar masing-masing zhitung sebesar 3,99 dan 4,359 dimana ztabel

sebesar 1,53 sehingga zhitung> ztabel. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan

antara konsep diri dan disiplin belajar terhadap hasil belajar Matematika.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian korelasi dengan judul “Hubungan antara Kedisiplinan dengan Hasil Belajar Siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang”.

1.2

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1.2.1 Bagaimanakah kedisiplinan siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang?

1.2.2 Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang?

1.2.3 Apakah ada hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang ?

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:


(20)

1.3.1 Untuk mengetahui kedisiplinan siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang.

1.3.2 Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang.

1.3.3 Untuk mengetahui hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini pada dasarnya merupakan upaya untuk menambah khasanah ilmu khususnya dalam bidang ilmu pendidikan, yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara khusus penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan wawasan dan pemikiran mengenai pentingnya kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa, diharapkan juga penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai bidang yang sama, atau yang akan mengadakan penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Guru

Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi kalangan pendidik (guru) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.


(21)

1.4.2.2 Bagi Siswa

Kedisiplinan dalam lingkungan sekolah akan menumbuhkan rasa tanggung jawab sehingga siswa akan mematuhi peraturan/tata tertib yang ada disekolah.

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana bagi peneliti dan merupakan suatu sarana untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai sikap dan karakter yang baik.


(22)

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Teori Belajar

Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar dan bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa untuk meningkatkan kedisiplinan dan mencapai hasil belajar yang optimal. Beberapa teori belajar yang mendukung kedisiplinan dengan hasil belajar menurut Rifa’i dan Anni (2011:205) yaitu teori belajar behavioristik.

Teori belajar behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa, karena itu juga disebut pembelajaran perilaku. Pembelajaran yang menyenangkanakan memperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku.

a. Perilaku diberikan penguatan (reinforcement) untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar;


(23)

b. Pemberian penguatan itu dapat berupa penguatan sosial (senyuman, pujian), penguatan aktivitas (pemberian mainan) dan penguatan simbolik (uang, nilai);

c. Hukuman (punishment) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran, tetapi perlu hati-hati. Hukuman dapat dipikirkan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak melakukan kenakalan dan kemalasan. Hanya dalam pelaksanaannya guru tidak boleh sambil marah atau karena dendam;

d. Kesegeraan konsekuensi, salah satu prinsip dalam teori perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh dari perilaku yang disertai konsekuensi yang lambat. Maka hendaknya dalam pembelajaran terutama untuk siswa sekolah dasar guru segera memberikan pujian atau teguran setelah siswa berhasil atau tidak berhasil dalam pembelajaran;

e. Pembentukan, dalam upaya mencapai tujuan guru hendaknya memberikan penguatan, sehingga keterampilan yang diharapkan dapat terwujud.

Dari teori belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar behavioristik adalah pembelajaran perilaku, hal ini berkaitan dengan sikap taat dan patuh siswa terhadap tata tertib kedisiplinan yang dimilikinya, sehingga akan terjadi perubahan perilaku dari negatif menjadi positif dan bersifat permanen.

2.1.2 Pengertian Disiplin

Wiyani (2013:159) Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, yaitu disciplina

dan discipulus yang berarti perintah dan siswa, Jadi disiplin dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan perintah dari seorang guru kepada siswanya yang mencerminkan rasa ketaatan dan kepatuhan. Sejalan dengan hal tersebut.


(24)

Ekosiswoyo dan Rachman (2002:97) mengungkapkan disiplin merupakan kesadaran yang bermakna dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk aturan yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan dan hasil belajar. Sementara itu, Daryanto (2013:49) berpendapat disiplin pada dasarnya adalah kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun di dalam keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, maupun beragama.

Disiplin merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut. Dalam perspektif umum disiplin adalah perilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi kemandirian yang optimis dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar kemampuan mengendalikan, memotivasi dan idependensi diri. Sementara itu, Tu’u (2004:31) juga berpendapat bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu didalam diri sesorang. Bahkan disiplin menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. karena pada dasarnya keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang.

Adapun Menurut Hurlock (2013:82) disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti


(25)

pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan siswa merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar siswa perilaku moral yang disetujui secara bersama oleh kelompoknya. Hal tersebut diperkuat oleh Wiyani (2013:159) mengungkapkan bahwa disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati. Adapun Sofyan (2012:155) mengungkapkan kedisiplinan siswa menyangkut giatnya usaha dan memenuhi target serta waktu yang tepat dalam bekerja dan berdisiplin waktu. Orang yang tidak disiplin, membuang-buang waktu, dan hasilnya tidak memuaskan. Sedangkan Ekosiswoyo dan Rachman (2002:97) menyatakan disiplin yang dilakukan oleh seseorang adalah tindakan untuk mematuhi tuntutan nilai tertentu, nilai idil dan nilai subjektif. Kaitannya dengan aspek kedisiplinan di sekolah dan di kelas, perilaku yang diharapkan adalah yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai yang disepakati oleh semua, baik siswa, guru, maupun karyawan yang tertuang dalam tata tertib di sekolah dan di kelas.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku seseorang yang taat dan patuh terhadap peraturan yang ada dan dilakukan karena adanya kesadaran diri yang timbul pada diri seseorang sehingga terciptalah ketertiban dan keteraturan dalam bersikap. Kedisiplinan memang erat hubungannya dengan perilaku seseorang, dengan disiplin seseorang akan mudah mencapai tujuan yang ingin dicapai. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki seseorang maka semakin baik pula sikap dan perilakunya. Begitu pula


(26)

dengan siswa, kedisiplinan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dalam belajar yaitu mencapai hasil belajar yang optimal.

2.1.3 Fungsi Disiplin

Disiplin juga mempunyai berbagai fungsi untuk setiap individu. Pendapat Daryanto (2013:49) disiplin berfungsi menyeimbangkan antara independensi, tindakan yang percaya diri dan hubungan positif dengan orang lain agar mampu berkembang dan mampu menyesuaikan diri secara optimal. Sejalan dengan fungsi disiplin menurut Wiyani (2014:162) adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas. Disiplin perlu dibina pada diri siswa agar mereka dengan mudah dapat:

1. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam pada dirinya. 2. Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi kewajiban dan

secara langsung mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkan.

3. Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. 4. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya peringatan

dari orang lain.

Selain itu, menurut Hurlock (2013:83) disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi yang mendorong siswa mencapai apa yang diharapkan darinya, selain itu disiplin berfungsi memberi siswa rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Dengan disiplin, siswa belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan siswa sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan, hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagian. Selain itu fungsi disiplin


(27)

dapat membantu siswa menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk disiplin memungkinkan siswa hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

Selain itu menurut Tu’u (2004:38-43) disiplin dibutuhkan oleh setiap siswa sebagai syarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin, berikut ini beberapa fungsi disiplin:

1. Menata kehidupan bersama

Disiplin mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu. Dengan begitu hubungan antara individu menjadi baik dan lancar.

2. Membangun kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Siswa yang sedang tumbuh kepribadiaannya tentu lingkungan sekolah yang tertib dan teratur sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

3. Melatih kepribadian

Kepribadian yang tertib, taat dan patuh perlu dibiasakan dan di latih agar terbentuk pola perilaku sesuai dengan harapan sosial.

4. Pemaksaan

Pemaksaan, pelatihan, dan pembiasaan disiplin dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin diperlukan untuk meraih prestasi.


(28)

5. Hukuman

Sanksi disiplin tidak boleh dilihat sebagai cara untuk mengancam agar seseorang tidak berani berbuat salah. Sanksi sebagai alat pendidikan untuk menanamkan disiplin yang baik.

6. Mencipta lingkungan kondusif

Peraturan sekolah yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan paparan tersebut disiplin dapat berfungsi untuk membantu anak mengembangkan hati nurani, membimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku siswa.

2.1.4 Faktor-Faktor Kedisiplinan

Dalam pembentukan sikap disiplin memang membutuhkan proses dan waktu yang relatif lama. Kedisiplinan terbentuk dengan berbagai cara dan membutuhkan kesadaran diri untuk melakukan perilaku yang baik.

Menurut Hurlock (2013:95) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin, yaitu:

1. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua

Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik dan menjadikan mereka disiplin, maka sebagai orang tua siswa di rumah dan di sekolah maka akan menggunakan teknik yang serupa untuk mendidik dan mengajarkan pada siswa.


(29)

2. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok

Orang tua dan guru yang masih muda dan belum mempunyai pengalaman yang banyak akan menjadikan peraturan yang ada di lingkungannya sebagai pedoman dalam menanamkan disiplin daripada pendiriannya sendiri.

3. Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru

Orang tua yang sudah mengerti apa pentingnya disiplin akan benar-benar menerapkan disiplin mulai dari kecil sehingga siswa dalam bertingkah laku akan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

4. Konsep mengenai peran orang dewasa

Guru dan orang tua yang menggunakan tata cara yang kaku akan menggunakan disiplin yang otoriter.

5. Jenis kelamin siswa

Orang tua maupun guru umumya lebih keras mendidik sikap disiplin terhadap siswa perempuan dari pada laki-laki.

6. Usia siswa

Usia siswa SD tidak dapat mengerti penjelasan sehingga dipusatkan pada perhatian siswa yaitu dengan pengendalian otoriter.

7. Situasi

Hukuman akan diberikan pada situasi dimana siswa melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.

Adapun menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2002:101) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya kedisiplinan yaitu:


(30)

1. Masalah-masalah yang ditimbulkan guru

Sikap guru sangat mempengaruhi terciptanya suasana disiplin di kelas. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah akan mengalami banyak gangguan dalam kelas.

2. Masalah yang ditimbulkan siswa

Ketidakteraturan selama proses belajar mengajar dapat disebabkan oleh masalah yang ditimbulkan siswa. Masalah yang disebabkan oleh siswa cenderung membuat disiplin kelas terganggu.

3. Masalah yang ditimbulakan lingkungan

Langsung atau tidak langsung lingkungan, situasi, atau kondisi yang mengelilingi siswa merupakan hal potensial menimbulkan terjadinya gangguan kedisiplinan.

Sesuai dengan pendapat dari Tu’u (2004:48-49) mengenai faktor-faktor kedisiplinan yaitu:

1. Faktor kesadaran diri sebagai pemahaman seseorang bahwa disiplin merupakan suatu hal yang penting sebagai pedoman kita dalam berperilaku. Kesadaran diri juga menjadi motif yang kuat bagi seseorang untuk berdisiplin. 2. Mengikuti dan menaati aturan, pengikutan dan ketaatan sebagai langkah

penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Adanya tekanan dari luar menjadikan seseorang untuk terdorong, dan memaksa dirinya agar disiplin diterapkan dan peraturan yang ada dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.


(31)

3. Alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Alat pendidikan diikuti dengan adanya hukuman.

4. Hukuman digunakan untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang seharusnnya dilakukan yaitu perilaku yang baik.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan sikap disiplin memang membutuhkan proses dan waktu yang relatif lama. Kedisiplinan terbentuk dengan berbagai cara dan membutuhkan kesadaran diri untuk melakukan perilaku yang baik. Jika faktor-faktor yang dapat mempengaruhi disiplin siswa baik maka akan berdampak baik pula terhadap kedisiplinan siswa tersebut.

2.1.5 Unsur-Unsur Kedisiplinan

Selain adanya fakor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adapun unsur-unsur dalam disiplin menurut Hurlock (2010:82) menyatakan bahwa bila disiplin mampu menjadikan siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial maka siswa harus mempunyai empat unsur pokok adapun cara mendisiplinkan yang digunakan yaitu:

1. Peraturan sebagai pedoman perilaku. Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk bertingkah laku yang ditetapkan oleh lingkungan.

2. Konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya. Konsistensi ini dapat dilihat dari banyaknya peraturan yang ada sebagai pedoman perilaku siswa akan bervariasi menurut


(32)

situasi, usia siswa, sikap orang yang medisiplinkan, cara teknik menanamkan disiplin.

3. Hukuman untuk pelanggaran peraturan, penerapan hukuman terhadap pelanggaran peraturan berperan sebagai tindakan menghalangi perilaku yang tidak diinginkan.

4. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Selain itu menurut Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur-unsur disiplin adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.

2. Pengikutan dan ketaatan muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal tersebut berguna bagi kebaikan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

3. Sebagai alat pendidikan untuk mengubah perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan.

4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan, dan memperbaiki tingkah laku. 5. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan unsur-unsur disiplin merupakan hal mendasar untuk menerapkan kedisiplinan pada siswa. Dari berbagai unsur-unsur kedisiplinan tersebut jika ada salah satu unsur yang tidak diterapkan maka akan mengakibatkan timbulnya sikap yang tidak sesuai dengan


(33)

harapan sosial. Unsur-unsur disiplin tersebut dapat diterapkan di lingkungan sekolah, rumah maupun lingkungan bermain.

2.1.6 Menanamkan Disiplin

Cara mendisiplinkan berbeda-beda, masing-masing cara untuk menanamkan disiplin mempunyai pengaruh pada pola perilaku dan kepribadian siswa, baik hasil belajar siswa maupun prestasi. Hurlock (2013:93-94) mengungkapkan ada tiga cara untuk menanamkan disiplin yaitu:

1. Mendisiplin Otoriter

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hubungan yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila siswa memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku siswa yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan.

2. Mendisiplin Permesif

Disiplin permesif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Disiplin permisif tidak membimbing siswa ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.

3. Mendisiplin Demokratis

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu siswa mengerti mengapa perilaku tertentu yang diharapkan.


(34)

Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Wiyani (2013:162) menyatakan bahwa ada beberapa teknik dalam pembinaan disiplin pada siswa yaitu:

1. Teknik External Control

Teknik ini pada dasarnya mendisiplinkan siswa harus dikendalikan dari luar siswa. Siswa didalam kelas harus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif

2. Teknik Internal Control

Teknik internal control mengusahakan agar siswa dapat mendisiplinkan diri sendiri didalam kelas.

3. Teknik Cooperative Control

Teknik cooperative control, siswa dan guru membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan disiplin yang harus ditaati bersama, sanksi-sanki atas indisipliner dibuat dan ditaati secara bersama.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dalam menanamkan disiplin siswa perlu dilakukan secara perlahan, terstruktur, dan membutuhkan arahan yang sesuai mengenai apa yang baik dan yang boleh dilakukan, serta tidak boleh dilakukan. Setiap cara maupun teknik yang diberikan pada siswa dalam menanamkan disiplin belajar pada siswa mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pola perilaku maupun cara berpikir pada siswa. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang sesuai dalam mananamkan cara disiplin pada siswa dengan baik.


(35)

2.1.7 Pentingnya Kedisiplinan

Kedisiplinan memang harus dimiliki setiap siswa terutama dalam belajar. Menurut Wiyani (2014:161) guru harus mampu menumbuhkan kedisiplinan siswa, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya, (2) Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya, (3) Menggunakan pelaksanaan tata tertib kelas sebagai media untuk menegakkan disiplin.

Sependapat dengan hal tersebut, Menurut Tu’u (2004:37) mengemukakan disiplin itu penting karena alasan sebagai berikut:

1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

3. Orang tua senantiasa berharap di sekolah siswa-siswa dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, siswa-siswa dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.

4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.


(36)

Adapun menurut Wiyani (2013:158) mengungkapkan dalam konteks manajemen kelas, kedisiplinan siswa mampu mengatur ataupun menempatkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya. Dengan demikian disiplin dapat mengontrol perilaku siswa agar tercapai kelas yang kondusif, yaitu kelas yang mendukung tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Hurlock (2013:83) mengungkapkan keyakinan bahwa siswa-siswa memerlukan disiplin dari dulu sudah ada, tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai mengapa mereka memerlukan disiplin. Pada masa lampau, dianggap bahwa disiplin perlu untuk menjamin siswa akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi siswa agar ia tidak ditolak masyarakat. Saat ini telah diterima bahwa siswa membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Selain itu Slameto (2010:67) mennyatakan agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. Menurut Tu’u (2004:34-35) disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun, tidak terkecuali disiplin di sekolah. Apabila disiplin sekolah dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidipan dan perilaku siswa. Menurut Ekosisiwoyo dan Rachman (2002:113) disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada


(37)

siswa sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus siswa akan terbiasa berdisiplin.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin penting untuk diterapkan pada siswa sedini mungkin dengan adanya disiplin yang baik pada siswa sebagai hasilnya siswa dapat diterima oleh anggota kelompok sosial. Penerapan disiplin tidak terlepas oleh guru dan orang tua yang memiliki peran dalam pembentukan kedisiplinan. Untuk membentuk sikap disiplin pada siswa perlu adanya pembiasaan sikap disiplin sendiri yang bersumber dari kesadaran siswa atau siswa tersebut untuk melakukan tata tertib atau aturan yang ada. Menurut Daryanto (2013:135) menyatakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan terdapat indikator-indikatornya yaitu:

1. Indikator disiplin di sekolah a. Memiliki catatan kehadiran.

b. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin. c. Memiliki tata tertib sekolah.

d. Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.

e. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggaran tata tertib sekolah.

2. Indikator disiplin di kelas


(38)

b. Membiasakan mematuhi aturan.

c. Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya. d. Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan sesuai dengan program studi

keahlian.

Daryanto (2013:145) juga mengklasifikasikan indikator menurut jenjang kelasnya yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-6.

1. Indikator kedisiplinan untuk kelas 1-3 yaitu:

a. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya.

b. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya. c. Duduk pada tempat yang telah disediakan.

d. Menaati peraturan sekolah dan kelas. e. Berpakaian rapi.

f. Mematuhi aturan permainan.

2. Sedangkan indikator kedisiplinan untuk kelas 4-6 antara lain: a. Menyelesaikan tugas pada waktunya.

b. Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik.

c. Selalu mengajak teman menjaga ketertiban.

d. Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung.

e. Berpakaian sopan dan rapi. f. Mematuhi aturan sekolah.


(39)

Tu’u (2004:91) dalam penelitiannya menemukan indikator yang menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah yang meliputi:

1. Dapat mengatur waktu belajar di rumah. 2. Rajin dan teratur belajar.

3. Perhatian yang baik saat belajar di kelas. 4. Ketertiban diri saat belajar di kelas.

Sikap-sikap tersebut memberi pengaruh pada nilai yang dicapai dari perolehan hasil belajar siswa.

Berdasarkan paparan dan pendapat para ahli mengenai kedisiplinan dan literatur indikator sikap kedisiplinan, Penurunan indikator dapat dilihat pada lampiran 2. Maka peneliti menetapkan enam indikator penelitian sebagai berikut: 1. Disiplin hadir tepat waktu.

2. Disiplin menaati peraturan di kelas. 3. Disiplin manaati peraturan di sekolah. 4. Disiplin mengerjakan tugas.

5. Disiplin belajar dirumah. 6. Disiplin dalam berpakaian.

2.1.8 Hasil Belajar 2.1.8.1 Hakikat Belajar

Setiap hari orang akan melakukan kegiatan belajar baik disadari atau tidak disadari oleh dirinya. Rifa’I dan Anni (2012:66) menyatakan bahwa belajar


(40)

merupakan proses yang sangat penting untuk perubahan tingkah laku individu yang mencakup apa saja yang dilakukan serta dipikirkan seseorang.

Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja oleh setiap orang. Menurut Budiningsih (2012:20) belajar merupakan suatu bentuk perubahan kemampuan yang dialmi siswa untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah sesuatu yang dapat merangsang terjadinya belajar, seperti perasaan dan pikiran serta hal-hal lain yang ditangkap indera kita.

Belajar sangat penting dalam perubahan tingkah laku seseorang. Dari yang mulanya tidak tahu akan menjadi tahu setelah mengalami proses belajar. Slameto (2010:2) menyatakan belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Setelah melalui proses belajar itulah individu akan mendapat pengalaman-pengalaman baru yang dapat dijadikan pembelajaran agar lebih baik untuk kedepannya. Hamdani (2011:20) menyatakan belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Adapun Aunurrahman (2014:38) belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Sependapat dengan Karwati dan Priansa (2014:186) Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap individu selama ia hidup. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu, pasti akan terlepas dari makna belajar. Tidak ada ruang, waktu, dan tempat yang dapat membatasi proses belajar yang dialami oleh


(41)

individu. Adapun menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008:12) belajar merupakan perubahan perilaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Sedangkan menurut Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan paparan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya selama periode waktu tertentu.

2.1.7.2 Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar dapat dijadikan dasar di dalam pembelajaran. Baik bagi guru untuk meningkatkan mengajarnya ataupun siswa untuk meningkatkan belajarnya. Pendapat lain mengenai prinsip-prinsip belajar dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2013:42-50) yaitu:

1. Perhatian dan Motivasi

Kegiatan belajar akan terjadi jika ada perhatian. Apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa maka perhatian terhadap pelajaran akan timbul. Motivasi juga penting dalam pembelajaran. Motivasi sebagai penggerak aktivitas seseorang, motivasi dapat datang dari diri sendiri, dapat juga datang dari orang lain, seperti guru dan orang tua.

2. Keaktifan

Keaktifan diperlukan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Belajar hanya mungkin terjadi apabila ada siswa yang aktif.


(42)

3. Keterlibatan Langsung

Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa. Guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah. Belajar yang paling baik apabila belajar melalui pengalaman lansung. Melalui pengalaman langsung siswa akan terlibat dan bertanggungjawab pada hasilnya.

4. Pengulangan

Pengulangan belajar sangat penting dilakukan agar daya-daya tersebut menjadi sempurna, seperti diibaratkan pisau yang diasah terus menurus maka akan menjadi semakin tajam.

5. Tantangan

Siswa selama pembelajaran akan menemui hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan belajarnya. Tujuan belajar akan tercapai dengan baik, apabila siswa dapat mengatasi hambatan tersebut., dibutuhkan bahan belajar yang menantang.

6. Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik. Siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat lagi saat mereka mendapatkan nilai yang baik. Hal tersebut disebut penguatan positif.

7. Perbedaan Individual

Setiap siswa mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Mereka merupakan individual unik, artinya tidak ada dua orang yang sama persis. guru perlu memperhatikan perbedaan yang dimiliki individu di dalam


(43)

pembelajaran, karena perbedaan tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Adapun menurut Karwati dan Priansa (2004:192) belajar yang efektif bisa terjadi jika prinsip-prinsip belajar bisa diterapkan dengan baik. Prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran adalah:

1. Hal apapun yang dipelajari maka siswa tersebut harus belajar sendiri. Tidak seorangpun yang dapat memaksa siswa untuk mengikuti kegiatan belajar yang diinginkannya.

2. Setiap siswa belajar berdasarkan tempo dan kecepatannya masing-masing sesuai dengan umur siswa.

3. Siswa dapat belajar lebih banyak apabila setiap langkah dalam belajar segera diberi penguatan sehingga siswa akan termotivasi untuk mempelajarinya. 4. Penguasaan terhadap setiap langkah pembelajaran dapat memungkinkan siswa

untuk belajar secara lebih berarti.

5. Siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar apabila diberikan tanggung jawab yang lebih, dan kemampuan mengingatnya akan lebih baik.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan prinsip-prinsip belajar yang sesuai dapat meningkatkan serta memberikan motivasi belajar bagi siswa untuk memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.7.3Pengertian Hasil Belajar

Setelah melalui proses belajar dan pembelajaran, seseorang tentu akan memperoleh hasil belajar. Menurut Rifa’I dan Anni (2012:69) Hasil belajar


(44)

merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari siswa. Sedangkan Sudjana (2014:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Melalui kegiatan belajar, dapat memberikan kemampuan-kemampuan yang dapat dijadikan dalam mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Jadi hasil belajar adalah hasil atau tingkat yang diperoleh seseorang melalui proses yang telah dilakukannya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Setelah melalui kegiatan belajar siswa akan memperoleh hasil belajar. Adapun menurut Purwanto (2014:45) menyatakan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan tersebut dapat mengarah ke perbuatan yang positif dapat juga mengarah ke perbuatan yang negatif. Peran guru dan orang tua sangat diperlukan untuk membimbing siswa selama proses belajarnya. Sependapat dengan Kurwati dan Priansa (2014:221) hasil belajar achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan paparan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah melalui belajar. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, perubaham perilaku dan perubahan perbaikan kepribadiannya. Semakin banyak seseorang belajar, maka akan semakin banyak hasil yang akan diperolehnya. Agar hasil belajar siswa baik


(45)

dibutuhkan peran guru dan orang tua untuk membimbing siswa selama proses belajarnya. Untuk menghasilkan hasil belajar yang baik, maka diperlukan bimbingan dari guru dan orang tua serta lingkungan yang baik selama siswa dalam proses belajar. Apabila siswa belajar suatu hal yang buruk maka hasil belajarnya juga akan berupa perbuatan yang buruk. Peran guru dan orang tua sangat diperlukan dalam membimbing siswa. Teman sebaya juga dapat memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa.

2.1.7.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar, menurut Slameto (2010:54-72) ada faktor yang mempengaruhi belajar, faktor tersebut digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kedua yaitu psikologis meliputi intelengensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor ketiga yaitu faktor kelelahan dapat dibagi mejadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan kelesuan dan kebosanan, sehingga dalam minat dan dorongan untuk belajarnya kurang. Agar siswa dapat belajar dengan baik harulsah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan jasmani ataupun rohani.


(46)

Faktor-faktor ekstern meliputi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Pertama adalah faktor keluarga, faktor ini terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Kedua adalah faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, penerapan kedisiplinan, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Ketiga adalah faktor masyarakat. Faktor ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk masyarakat.

Adapun Djamarah (2011:175) juga berpendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Ada dua unsur yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar terdiri dari lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari alami dan sosial budaya. Sedangkan faktor instrumen meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru. Faktor dari dalam terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis dan kondisi panca indra merupakan faktor fisiologis, sedangkan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Adapun Susanto (2011:12) juga berpendapat hasil belajar yang dicapai oleh pesera didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik


(47)

dan kesehatan. Selanjtnya adalah faktor eksternal yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat berasal dari dalam dan luar. Sehingga untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka guru, orang tua dan siswa harus memperhatikan adanya faktor-faktor tersebut.

2.1.7.5 Domain Hasil Belajar

Belajar merupakan sebuah proses. Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang ingin dicapai seorang individu. Purwanto (2014:48) mendefinisikan domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Ranah hasil belajar meliputi tiga ranah seperti yang disebutkan Bloom (dalam rifa’I dan Anni 2012:70) bahwa hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing ranah atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (lefel of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut:

a) Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Menurut Sardiman (2012:26) hasil belajar kognitif ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.


(48)

Menurut Siregar (2011:9-10) terdapat dua kategori dalam kawasan ranah kognitif, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Ada enam jenjang tujuan belajar dalam dimensi proses kognitif, yaitu:

1. Mengingat; meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan.

2. Memahami; mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan, maupun grafis.

3. Mengaplikasikan; menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan mapun memecahkan masalah.

4. Menganalisis; memecah bahan-bahan kedalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.

5. Mengevaluasi; membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar teetentu.

6. Mencipta; membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.

Sedangkan pada dimensi pengetahuan, ada empat kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan faktual; pengetahuan tentang terminologi, pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur.


(49)

2. Pengetahuan konseptual; pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

3. Pengetahuan prosedural; pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan algoritma, pengetahuan tentang teknik dan metode, pengetahuan tentang kriteria penggunaan suatu prosedur.

4. Pengetahuan metakognitif, pengetahuan strategik, pengetahuan tentang operasi kognitif, pengetahuan tentang diri sendiri.

b) Ranah Afektif (Affective Domain)

Poerwanti (2008:1-24) menyatakan secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,

transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar “pengajar”, tetapi betul -betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada siswa didiknya (Sardiman, 2011:28). Terdapat lima jenjang ranah afektif yaitu: 1. Penerimaan (receiving); meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai,

ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan.


(50)

2. Pemberian (respons); meliputi sikap ingin merespon terhadap sistem, puas dalam memberi respon, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya. 3. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing); meliputi penerimaan terhadap

suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komitmen dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur dan ia juga berperilaku jujur. 4. Pengorganisasian (organization); meliputi memilah dan menghimpun sistem

nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain.

5. Karakterisasi (characterization); meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang bijaksana.

c) Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain)

Ranah psikomotor berkaitan dengan gerak tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks (Poerwanti, 2008:1-25). Gerak tubuh yang dimaksud berupa keterampilan. Keterampilan ini dapat bersifat jasmani maupun rohani (Sardiman, 2011:27).

Adapun lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, yaitu: 1. Meniru; kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.


(51)

2. Menerapkan; kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.

3. Memantapkan; kemampuan memberikan respon yang terkoreksi atau respon dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.

4. Merangkai; koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat. Menurut Thobroni (2011:23) menegaskan hasil belajar mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi Verbal

Informasi verbal merupakan pengungkapan pengetahuan baik berbentuk lisan ataupun tertulis dalam bentuk bahasa. Kemampuan merespons terhadap rangsangan spesifik.

2. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mempresentasikan lambang dan konsep. Keterampilan intelektual ini merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas. 3. Strategi Kognitif

Strategi kognitif memiliki arti, yaitu suatu kecakapan dalam mengarahkan serta menyalurkan aktivitas kognitif. Strategi kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan beberapa gerakan jasmani untuk mewujudkan otomatisme gerak jasmani.


(52)

5. Sikap

Sikap adalah kemampuan dalam menolak ataupun menerima objek berdasarkan penilaian objek tersebut. Sikap memiliki kemampuan yang dapat menjadikan nilai-nilai menjadi standar perilaku.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa domain hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri, dimana ketiganya berhubungan erat dan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Adapun hasil belajar dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 3.

2.1.8 Hubungan Kedisiplinan dengan Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kulminasi tujuan pendidikan siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Sudjana (2014:22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Ada macam-macam faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satu faktornya adalah kedisiplinan, Slameto (2010:67).

Kedisiplinan merupakan sikap yang taat dan teratur pada peraturan yang sudah ditetapkan. Penerapan kedisiplinan yang taat dan teratur dalam proses belajar mengajar tentunya dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa.

Keterkaitan antara kedisplinan dan hasil belajar siswa terlihat jelas apabila siswa tidak berdisiplin dalam belajar tentunya hasil belajarnya tidak maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Slameto (2010:67) yang menegaskan


(53)

adanya keterkaitan antara kedisiplinan dengan hasil belajar, siswa yang mempunyai sikap disiplin dan teratur akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahwa kewajiban yang harus dilakukan adalah belajar, sikap disiplin dilakukan karena adanya kesadaran dalam diri siswa itu sendiri dan menyadari akan pentingnya kedisiplinan. Sebaliknya apabila siswa tidak mempunyai sikap disiplin maka cenderung malas dan terpaksa dalam belajar. Belajar yang berlandaskan paksaan tidak dapat bertahan lama. Walaupun ada sebagian siswa yang semula terpaksa untuk menerapkan disiplin setelah guru menjelaskan akan pentingnya disiplin untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik siswa dapat lebih berusaha untuk menerapkan sikap disiplin dan teratur dalam belajar.

Sikap atau perilaku seseorang yang taat dan patuh terhadap peraturan yang ada dan dilakukan karena adanya kesadaran diri yang timbul pada diri seseorang dapat menciptakan kedisiplinan, ketertiban dan keteraturan dalam bersikap. Dalam proses belajar mengajar apabila diterapkan sikap disiplin dapat berjalan lancar dan materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa juga dapat tersampaikan dengan baik. Tu’u (2004:37) berpendapat bahwa disiplin muncul karena kesadaran diri, dan tanpa disiplin yang baik suasana sekolah juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

Menurut Wiyani (2014:158) ketika siswa di dalam kelas disiplin maka kelas dapat menjadi kondusif sehingga pada gilirannya keberhasilan kegiatan


(54)

belajar mengajar dapat tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena kedisiplinan erat hubungannya dengan perilaku yang positif seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, tolong menolong, kasih sayang, patuh dan taat, hormat kepada guru dan sebagainya. Saat belajar tentunya siswa dan guru mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Dengan demikian peran kedisiplinan dalam mencapai tujuan belajar sangat besar yaitu mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan memuaskan.

Berdasarkan uraian tersebut pembiasaan disiplin mempunyai dampak positif bagi kehidupan siswa, pada mulanya disiplin sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan siswa. Tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan sendiri dan kebaikan bersama, tentu akan menjadi kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin tinggi. siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan menaati semua peraturan yang ada serta dapat mendisiplinkan dirinya. Semakin tinggi tingkat disiplin siswa maka akan memberikan dampak terhadap pola perilaku siswa ke arah yang lebih positif.

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan kedisiplinan dan hasil belajar yang pernah diteliti. Penelitian relevan tersebut sebagai pendukung dalam penelitian ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Umawaroh, dkk pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa”.


(55)

positif antara disiplin belajar dan prestasi belajar siswa siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Dayamurni tahun pelajaran 2014/2015.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ira Desiyantina pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan Antara Disiplin dan Kemandirian Belajar Dengan

Prestasi Belajar IPS”.Hasil dari analisis data dan uji hipotesis (1) ada hubungan yang positif antara antara disiplin belajar dengan prestasi belajar IPS, koefisien korelasi 0,820 (2) ada hubungan yang positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar IPS, koefisien korelasi 0,824 (3) ada hubungan yang positif antara disiplin belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar IPS, koefisien korelasi sebesar 0,862 dan F hitung sebesar 42,91.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nokwati pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap

Prestasi Belajar Siswa”. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kemudian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda, uji simultan dan uji t. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa tingkat disiplin belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi dan untuk lingkungan belajar termasuk dalam kategori baik sedangkan untuk prestasi belajar termasuk dalam kategori tingggi. Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi Y= 8,29 + 0,38 X1 + 0,44 X2. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F, diperoleh Fhitung sebesar 42,45 > dari Ftabel sebesar 3,08 yang berarti tingkat disiplin dan lingkungan belajar di sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar, maka hipotesis peneliti (Ha) diterima dan (Ho) ditolak. Mengacu dari hasil penelitian, maka diajukan saran yaitu :(1) Pihak


(56)

sekolah hendaknya lebih meningkatkan penegakan kedisiplinan sekolah. Dengan adanya penegakan kedisiplinan sekolah diharapkan mampu meningkatkan disiplin belajar siswa yang akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar. (2) Hendaknya siswa dapat meningkatkan disiplin belajarnya terutama untuk belajar lebih teratur dengan menepati jadwal belajar yang telah disusun agar kuantitas dan kualitas materi yang dipahami dari kegiatan belajar tersebut dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. (3) Pihak sekolah hendaknya memperhatikan masalah lingkungan fisik dan lingkungan non fisik agar dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Khafid pada tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan Keluarga

Terhadap Hasil Belajar Ekonomi”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara disiplin belajar dan lingkungan keluarga baik secara parsial maupun simultan terhadap hasil belajar ekonomi. Besarnya pengaruh disiplin belajar dan lingkungan keluarga secara simultan adalah sebesar 14,8%, selebihnya sebesar 85,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Kelima, penelitian internasional yang dilakukan oleh Rachel Pasternak pada tahun 2013 dengan judul “Discipline, learning skills and academic

achievement”. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan korelasi antara disiplin, keterampilan dan akademik belajar prestasi. Hasil penelitian menujukkan dari sebuah penelitian kuantitatif yang dilakukan di antara 143 kelima siswa kelas di Israel dan AS menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara empat


(57)

keterampilan disiplin - ketekunan, pertemuan jadwal, penetapan tujuan dan perencanaan untuk prestasi mereka serta penyelesaian tugas yang tidak menyenangkan dan prestasi akademik. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Keenam, penelitian internasional yang dilakukan oleh Rui Zhao dan Yi-Lung Kuo pada tahun 2015 dengan judul “The Role of Self-discipline in

Predicting Achievement for 10th Graders”. Disiplin diri diukur dengan The Middle School Kemampuan Angket Kontrol diri siswa. Prestasi akademik siswa sebelumnya dinilai oleh HSEE, yang dikenal sebagai "Zhongkao", dan skor komposit dari ujian bulanan sekolah menjabat sebagai pencapaian. Hasil menunjukkan sejumlah mediasi fect ef yang perilaku, pemikiran, dan pengendalian emosi memiliki dalam memprediksi prestasi akademik. Mereka sub-dimensi menambahkan kecil, tapi tambahan varians untuk menjelaskan prestasi akademik kemudian (Δ perilaku R2 = 0,023, berpikir kontrol ΔR2

= 0,029, dan pengendalian emosi ΔR2

= 0,009).

Ketuju penelitian yang mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Chairul Anshar pada tahun 2012 dengan judul “Hubungan Disiplin Dan Interaksi Siswa – Siswa Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pekerjaan Mekanik Dan Keselamatan Kerjakelas X Di Smk N 5 Padang”. Hasil analisa data menunjukkan: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PMKK sebesar 0,59 (2) terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi siswa-siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PMKK sebesar 0,31 dan (3) terdapat hubungan


(58)

yang signifikan antara disiplin dan interaksi siswa-siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PMKK sebesar 0,61.

Kedelapan penelitian internasional yang mendukung yaitu penelitian yang dilakuakan oleh Ehiane, O. Stanley pada tahun 2014 dengan judul Discipline and Academic Performance (A Study of Selected secondary Schools in Lagos, Nigeria). Beberapa ahli telah dikaitkan kinerja yang buruk dari siswa di akademik untuk tingkat ketidakdisiplinan antara siswa yang lain. Namun, menjadi penting dalam beberapa kali bahwa banyak sekolah telah diperdagangkan disiplin dan sebagai hasilnya menyebabkan prestasi akademis siswa yang buruk. Penelitian ini dilakukan untuk membangun hubungan antara disiplin siswa dan prestasi akademik siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei cross sectional dimana kuesioner adalah instrumen utama dari pengumpulan data selain untuk mewawancarai panduan dan dokumen ulasan. persentase sederhana dan metode statistik Chi-square digunakan untuk menganalisis data. Namun, temuan dari studi ini jelas menunjukkan bahwa disiplin sekolah yang efektif harus didorong dalam mengontrol siswa perilaku sehingga mempengaruhi prestasi akademik siswa umum.

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Dalam penelitian ini kerangka berpikir menggambarkan bagaimana hubungan kedisiplinan dengan hasil belajar. Hasil belajar merupakan kulminasi tujuan pendidikan siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Sudjana (2014:22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Ada berbagai faktor yang


(59)

mempengaruhi hasil belajar salah satu faktornya adalah kedisiplinan (Slameto, 2010:67).

Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku seseorang yang taat dan patuh terhadap peraturan yang ada dan dilakukan karena adanya kesadaran diri yang timbul pada diri seseorang sehingga terciptalah ketertiban dan keteraturan dalam bersikap. Kedisiplinan yang muncul karena adanya kesadaran diri dapat bertahan lama dan akan dijadikan pedoman dalam bertindak. Pelaksanaan sikap disiplin yang dilakukan tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun dapat menajadikan siswa bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan menyadari akan pentingnya kedisiplinan.

Berdasarkan hal tersebut kedisiplinan merupakan salah sata faktor penentu keberhasilan hasil balajar siswa. Menyadari akan pentingnya kedisiplinan yang muncul karena adanya kesadaran diri pada siswa, maka siswa tersebut mampu untuk menerapkan sikap disiplin seperti ketaatan dan keteraturan yang berdampak pada peningkatan hasil belajar, sebaliknya apabila siswa belum mampu menerapkan sikap kedisiplinan seperti ketaatan dan keteraturan maka dapat berdampak pada hasil belajar yang kurang baik. Sikap kedisiplinan tersebut diantaranya yaitu disiplin diri, disiplin kelas, disiplin belajar, dan disiplin sekolah. Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan skema teoritik dalam penelitian ini, sehingga terlihat jelas adanya hubungan antara kedisiplinan dengan hasil belajar siswa, sebagai berikut:


(60)

Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterangan:

X : kedisiplinan Y : hasil belajar

: hubungan

2.4

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2014:84). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan mendukung pernyataan, dan sebaliknya apabila data yang dikumpulkan tidak mendukung pertanyaan maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan analisis teoritis dan kerangka pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada hubungan antara kedisipinan dengan hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 kota Semarang.

X Kedisiplinan

Y Hasil Belajar


(61)

3.1

JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan termasuk metode penelitian korelasional. Arikunto (2010:313) menyatakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Pada penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan, peneliti hanya ingin mengetahui hubungan dari kedisiplinan (X) sebagai variabel bebas terhadap hasil belajar (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar angket kedisiplinan serta studi dokumenter terhadap hasil belajar siswa SDN Wonosari 02 kota Semarang.

3.2

DESAIN PENELITIAN

Desain dari penelitian korelasi adalah untuk mencari hubungan antara variabel (X) sebagai variabel bebas dan variabel (Y) sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini kedisiplinan siswa merupakan variabel (X) atau sebagai variabel bebas, dan hasil belajar merupakan variabel (Y) sebagai variabel terikat, sehingga desain korelasi dalam penelitian ini adalah untuk mencari hubugan antara kedisiplinan dengan hasil belajar siswa. Rancangan penelitian didesain sebagai berikut:


(62)

r

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

X : Kedisiplinan Y : Hasil Belajar

: Hubungan

3.3

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian korelasi adalah penelitian yang termasuk dalam penelitian kuantitif. Sugiyono (2015:25) menyatakan prosedur dalam penelitian kuantitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan, dalam penelitian ini masalah yang diteliti yaitu mengenai hubungan antara kedisiplinan terhadap hasil belajar.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan. Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu mengenai kedisiplinan, hasil belajar, dan hubungan kedua variabel. 3. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 4. Menentukan kerangka bepikir dan hipotesis dari penelitian. Kerangka berpikir

berupa bagan variabel kedisiplinan dan variabel hasil belajar.

5. Mendesain metode penelitian yang akan digunakan yaitu menentukan jenis dan desain penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling. Populasi dalam


(63)

penelitian ini yaitu siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang, kemudian peneliti menggunakan teknik sampling propotionate stratified random sampling untuk menentukan sampel penelitian.

6. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini instrumen penelitian berbentuk angket. Angket berisi pernyataan dengan empat alternatif jawaban.

7. Menentukan analisis data yang akan digunakan. Penelitian ini menggunakan analisis data statistik deskriptif, analisis data awal, dan analisis data akhir. 8. Mengumpulkan data menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat. 9. Mengorganisasi dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika

yang relevan.

10.Membuat laporan penelitian. Setelah semua analisis data selesai, peneliti menyusun laporan hasil penelitian.

3.4

SUBJEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN

3.4.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi SDN Wonosari 02 Kota Semarang yang berjumlah 227 siswa. Siswa kelas IV-A berjumlah 36 siswa, Siswa kelas IV-B berjumlah 38 siswa, Siswa kelas V-A berjumlah 38 siswa, Siswa kelas V-B berjumlah 39 siswa, Siswa kelas VI-A berjumlah 38 siswa, dan Siswa kelas VI-B berjumlah 38 siswa.

3.4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Wonosari 02 Kota Semarang Jl. Raya Walisongo KM 14 Kota Semarang.


(64)

3.4.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan antara bulan februari sampai Juni, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Waktu

Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Persiapan 1. 2. 3. 4. Observasi, wawancara, dan pengumpulan dokumen Pengajuan identifikasi masalah Penyusunan proposal Kisi-kisi, dan instrumen x

x x

x x x x x x x x x B. Pelaksanaan

4. 5. Uji validitas, reliabilitas Pengambilan data x x C. Penyelesaian

6. 7.

Analisis data

Pelaporan x x x x

3.5

POPULASI DAN SAMPEL

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2010:61). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Adapun banyaknya


(65)

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

IV-A 20 16 36

IV-B 17 21 38

V-A 18 20 38

V-B 19 20 39

VI-A 16 22 38

VI-B 18 20 38

Jumlah 227

3.5.2 Sampel

Arikunto (2010:174) menuliskan, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sugiyono (2012:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil harus respresentatif (mewakili).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SDN Wonosari 02 Kota Semarang. Dalam penentuan sampel penelitian menggunakan teknik

Proportionate Stratefied Random Sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2010:120).

Kemudian pengambilan jumlah sampel menurut Musfiqon (2012:91) “jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu


(1)

(2)

(3)

Lampiran 20


(4)

(5)

Lampiran 22


(6)