PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN ANAK DENGAN IBU DITINJAU DARI JENIS TEMPERAMEN ANAK

PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN ANAK DENGAN IBU DITINJAU DARI JENIS TEMPERAMEN ANAK

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  Valleria Vidya Rosari Ayuningtyas NIM : 089114060 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  MOTTO

“ Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok

mempunyai kesusahannya sendiri. K esusahan sehari

cukuplah untuk sehari”

(M atius 6 : 34)

  

“ Di dalam hadiratNya akan kita temukan kekuatan yang

baru, bahkan T uhan akan menuntun kita kepada

rencananya”

“ Bekerj alah sebaik mungkin dan muliakan T uhan lewat

pekerj aanmu”

“ Hanya diperlukan satu langkah pertama untuk mencapai

  

1000 langkah karena langkah selanj utnya T uhan akan

mengerj akan bersama kita”

  

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA SEDERHANA INI SAYA

PERSEMBAHKAN UNTUK

T UH AN YESUS KRI ST US

BAPAK ROBERT US SET I AW AN

  I BU ANAST ASI A ONI K KARTI KANI NGSI H T erimakasih atas cinta yang begitu indah

  

PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN ANAK DENGAN IBU

DITINJAU DARI JENIS TEMPERAMEN ANAK

Valleria Vidya Rosari Ayuningtyas

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kelekatan anak

dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak. Hipotesis dalam penelitian ini, ada perbedaan

tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak. Subjek dalam penelitian

ini adalah ibu yang memiliki anak yang besekolah di TK Tarakanita Gading Serpong. Populasi

sebanyak 115 ibu, kemudian diambil sampel dengan teknik random sampling sebanyak 35 ibu.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dengan menyebar kuisioner.

Skala yang digunakan adalah skala temperamen anak dan skala kelekatan anak dengan ibu. Hasil

uji reliabilitas dan validitas pada skala temperamen anak diperoleh 48 item valid dengan koefisien

reliabilitas 0,938 dan pada skala kelekatan anak dengan ibu diperoleh 36 item valid dengan

koefisien reliabilitas 0,905. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji anava satu jalur

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kelekatan anak dengan ibu dari tiga tipe

temperamen anak. Hasil uji anava satu jalur diperoleh nilai F hitung sebesar 0,109 dengan

signifikansi p = 0,897. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan yang

signifikan dalam tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak.

  Kata kunci : Temperamen anak, Kelekatan anak dengan ibu

DIFFERENCES IN CHILD AND MATERNAL ATTACHMENT LEVELS

  

Valleria Vidya Rosari Ayuningtyas

ABSTRACT

The aim of this research was determine the difference in child and maternal attachment

levels among children of different temperament types. The hypothesis of this research was

difference in child and maternal attachment levels among children based on different temperament

types. Subjects of the study were mother who have children attending of Tarakanita Kindergarten

of Gading Serpong. Population of the study numbered to 115 mother, and then 35 mother were

drawn as the sample of study by means of random sampling technique. Data of the study were

collected by means of questionnaires of Likert scale. The Likert scales were used to measure the

attachment levels and temperament types of the subjects. The instruments were tested for their

validity and reliability and the results were 48 valid items with reliability coefficient of 0.938 for

child’s temperament scale and 36 valid items with reliability coefficient of 0,905 for child and

maternal attachment scale. They were then analyzed by one-way Anava to reveal the differences in

the child and maternal attachment levels among three types of child temperament. The results of

the study showed that F statistics = 0,109 with p significant = 0,897. The result showed that there

was no significant difference in child and maternal attachment levels between three category of

temperament. This finding suggested that the hypothesis was not proved and showed that there

was no significant difference.

  Key words: Children temperament types, Child and maternal attachment

KATA PENGANTAR

  Segala puji, hormat dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena cinta dan berkatNya yang begitu besar saya rasakan, yang menjadikan semuanya indah tepat pada waktuNya. Terimakasih atas rencanaMu yang begitu agung, sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan dengan lancar. Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur saya atas kasihNya yang istimewa dalam hidup saya.

  Terimakasih yang sangat dalam saya haturkan untuk kedua orangtua saya terkasih Bapak Drh. Robertus Setiawan dan Ibu Dra. Anastasia Onik Kartikaningsih M.Pd atas cinta dan kasihnya yang luar biasa saya rasakan hingga saya bisa sampai pada tahap ini. Terimakasih Bapak, terimakasih Ibu besar keinginanku untuk memberi kebahagian kepada kalian namun belum cukup besar untuk membalas kasih sayang dan pengorbanan kalian selama ini.

  Banyak pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Karena dukungan dan kerelaan hati mereka, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Untuk itu ucapan terimakasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada : 1. Ibu Sylvia Carolina MYM.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya.

  Terimakasih Ibu, dari Ibu saya belajar tentang ketulusan dan kesederhanaan, itu akan menjadi bekal hidup saya yang berarti.

  Terimakasih pula atas bimbingannya selama ini, atas kesabaran yang tiada tara dan atas kasih yang begitu indah.

  2. Bapak Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma terimakasih atas ilmu yang diberikan, akan menjadi dasar bagi saya untuk meneruskan perjalanan hidup. Terimakasih atas proses ini.

  3. Ibu Dekan Psikologi yang saya hormati, Dr. Christina Siwi Handayani.

  Terimakasih Ibu Siwi, Tuhan memberkati selalu.

  4. Ibu Dosen Pembimbing Akademik, Agnes Indar Etikawati Psi,.Msi.

  Terimakasih Ibu Agnes atas bimbingan dan motivasi selama saya duduk di bangku kuliah.

  5. Staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni terimakasih atas bantuannya. Teristimewa untuk Pak Gie terimakasih sering membukakan pintu lift, saya jadi tidak terlambat kuliahnya.

  6. Ibu Kepala Sekolah TK Tarakanita Gading Serpong, Ibu Anna Dewi S.Pd.

  Terimakasih Ibu Anna atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian di TK Tarakanita Gading Serpong. Terimakasih banyak.

  7. Yayasan Tarakanita, Guru dan Staff TK Tarakanita Gading Serpong, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya selama saya melakukan penelitian.

  8. Anak-anak TK Tarakanita Gading Serpong beserta Ibunda, terimakasih atas kesediannya terlibat dalam penelitian ini.

  9. Albert Arie Bonivor, S.Psi atas karyanya yang begitu hebat sehingga memberikan inspirasi bagi saya untuk membuat hidup ini menjadi lebih bermakna. Terimakasih pula untuk kidung Semangat Keras yang selalu memberikan saya semangat untuk bangkit dan pantang menyerah.

  10. Adikku Vaschalis Adeca Dharma terimakasih untuk keceriaan dan dukungannya. Aku mengasihimu.

  11. Saudara-saudaraku tersayang, terimakasih banyak Mbak Sisil dan Mas Ari yang sudah rela saya repotkan. Bude, Pakde, Tante, Om terimakasih atas doanya.

  12. Sahabat-sahabat yang mewarnai hari-hariku, Noni, Selly, Dian, Anggito, Bora, Devi, Anggita, Jose, Ledita, Cik Grace, Vivi, Fla, Chike, Mbak Putri, Sari, Hesti, Sita. Terimakasih untuk pelangi yang kita buat bersama.

  13. Kepala P2TKP Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Psi beserta Staff P2TKP dan teman-teman asisten, terimakasih semuanya bersama kalian hidup saya menjadi lebih bermakna

  14. Semua pihak yang telah membantu yang belum saya sebutkan dalam lembar ini, terimakasih banyak atas bantuannya Semoga kebaikan anda semua senantiasa mendapat berkat istimewa dari

  Tuhan Yesus Kristus. Amin Penulis,

  (Valleria Vidya Rosari Ayuningtyas)

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi ABSTRAK…………………………………………………………………... vii ABSTRACT ................................................................................................. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

  

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................... 9

A. Temperamen ............................................................................... 9

  1. Pengertian Temperamen ........................................................... 9

  3. Jenis Temperamen… ................................................................. 16

  D. Perbedaan Tingkat Kelekatan Anak dengan Ibu Ditinjau Dari Jenis Temperamen Anak ..................................................... 36

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................. 44

  D. Subjek Penelitian .......................................................................... 44

  2. Kelekatan Anak dengan Ibu ..................................................... 43

  1. Temperamen Anak ................................................................... 42

  

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 42

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 42 B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 42 C. Definisi Operasional ..................................................................... 42

  F. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 41

  E. Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Ditinjau dari Temperamen ... 39

  2. Ciri Anak Prasekolah ............................................................... 34

  4. Goodness of Fit Temperamen dengan Lingkungan… ................ 24

  1. Pengertian Anak Prasekolah ..................................................... 34

  C. Masa Awal Anak – anak / Anak Prasekolah .................................. 34

  4. Pembentukan Kelekatan Anak dengan Ibu… ............................. 31

  3. Gaya Kelekatan … .................................................................... 29

  2. Aspek-aspek Kelekatan Anak dengan Ibu.................................. 26

  1. Pengertian Kelekatan ............................................................... 24

  B. Kelekatan ..................................................................................... 24

  1. Skala Temperamen Anak ......................................................... 45

  2. Skala Kelekatan Anak dengan Ibu ............................................ 47

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 54

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ......................................... 54 B. Deskripsi Subjek Penelitian .......................................................... 54 C. Data Demografi Subjek Penelitian ................................................ 56 D. Deskripsi Variabel Penelitian........................................................ 57

  F. Pembahasan ................................................................................. 62

  2. Hasil Uji Hipotesis Anava Satu Jalur ........................................ 60

  1. Hasil Uji Asumsi ...................................................................... 58

  E. Analisis Hasil Penelitian .............................................................. 58

  2. Tingkat Kelekatan Anak dengan Ibu ........................................ 57

  1. Temperamen Anak ................................................................... 57

  2. Uji Hipotesis ............................................................................ 53

  F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .............................................. 48

  1. Uji Asumsi ............................................................................... 52

  H. Metode Analisis Data ................................................................... 52

  2. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur ................................................ 51

  1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur ................................................... 50

  G. Hasil Uji Coba Aitem ................................................................... 50

  2. Estimasi Reliabilitas ................................................................. 49

  1. Estimasi Validitas .................................................................... 48

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 65

A. Kesimpulan ................................................................................. 65

  B. Saran ............................................................................................ 65

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print Skala Temperamen Anak .......................................... 46Tabel 3.2. Blue Print Skala Kelekatan Anak dengan Ibu ............................ 47Tabel 3.3. Distribusi Aitem Skala Kelekatan Setelah Uji Coba ................... 50Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian ....................................... 52Tabel 4.1. Data Usia Anak Subjek Penelitian ............................................. 56Tabel 4.2. Deskripsi Variabel Temperamen Anak TK Tarakanita

  Gading Serpong ........................................................................... 57

Tabel 4.3. Mean Teoritik dan Mean Empiris Kelekatan .............................. 58Tabel 4.4. Ranguman Hasil Uji Normalitas ................................................ 59Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ........................................... 60Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Multiple Comparisons ................................... 61

  

LAMPIRAN

  Lampiran I. Skala Uji Coba .......................................................................... 72 Lampiran II. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala ................................ 81 Lampiran III. Skala Penelitian....................................................................... 93 Lampiran IV. Hasil Analisis Deskriptif ........................................................ 103 Lampiran V. Hasil Uji Asumsi ..................................................................... 106 Lampiran VI. Hasil Uji Hipotesis ................................................................. 110

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan bagi setiap keluarga. Oleh karena itu, orangtua mempunyai tanggungjawab yang besar dalam

  mendidik, menjaga dan membesarkan anak sehingga dapat tumbuh berkembang dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (1992), keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak dalam sebuah pengasuhan.

  Pengasuhan adalah perlakuan orangtua dalam rangka berinteraksi dengan anak untuk menanamkan pendidikan, memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, melatih sosialisasi, memberikan perlindungan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengasuhan anak, orangtua dihadapkan pada karakter anak yang unik dan berbeda-beda. Pada orang tua yang memiliki lebih dari satu anak, dalam banyak kasus gaya pengasuhan orangtua yang diterapkan terhadap anak pertama tidak akan berlaku bagi anak kedua, sehingga orang tua menggunakan teknik yang berbeda dalam membesarkan masing-masing anak.

  Hal ini menunjukkan bahwa pengasuhan karakter tiap anak berbeda.

  Setiap anak yang terlahir sudah membawa karakter dan sifat dasar sendiri. Ketika bayi lahir, ada beberapa bayi yang rewel, bayi yang sensitif terhadap suara, bayi yang mudah kaget, bayi yang mudah kesal dan bayi yang tidak teratur makan serta pola tidur. Sifat dasar dan karakter yang dibawa anak membentuk suatu karakteristik seseorang yang disebut sebagai temperamen. Temperamen adalah bawaan yang mungkin diwariskan dan stabil (Braungart

  et al , dalam Papalia 2008). Menurut Rothbart (dalam Papalia 2008) beberapa

  penelitian yang menggunakan IBQ (Infant’s Behavior Questionnaire) selama masa bayi dan CBQ (Children’s Behavior Questionnaire) pada usia 7 tahun menemukan hubungan yang kuat antara temperamen bayi dan kepribadian anak. Hal ini menggambarkan bahwa temperamen bukan produk dari sebuah pengasuhan namun fungsi sistem biologis anak yang bersifat stabil dari waktu ke waktu.

  Terdapat tiga pola temperamen yang biasanya ada pada anak. Anak yang mudah (easy child), anak yang sulit (difficult child) dan anak yang bereaksi perlahan (slow to warm up child). Setiap pola temperamen anak memiliki karakteristik masing-masing. Temperamen mempengaruhi bagaimana anak bereaksi dan merespon orang lain, lingkungan dan berbagai benda.

  Dalam pengasuhan, orangtua dihadapkan pada anak yang memiliki temperamen tertentu. Reaksi orangtua terhadap temperamen anak tersebut berbeda-beda ada yang menanggapi dengan baik karena mereka sudah memahami karakter anak tersebut, namun ada pula yang kurang merespon karena belum mengenal karakter anak dengan baik. Apabila memahami temperamen anak, orangtua dapat lebih siap menghadapi apapun reaksi anak dengan demikian orangtua bisa memiliki toleransi yang lebih panjang pada anak dan memberi sikap proporsional terhadap reaksi anak (Roslina, 2008).

  Beberapa karakteristik temperamen menimbulkan tantangan yang lebih besar bagi orangtua. Misalnya anak yang sangat rentan terhadap stres dan menunjukkan gejala mudah rewel dan sering menangis, orangtua mungkin saja merespon dengan mengabaikan anak atau memaksa anak untuk berperilaku lebih baik (Rothbart & Bates dalam Santrock 2007). Namun menurut Van de Boom (1989) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dukungan ekstra dan pelatihan terhadap ibu yang memiliki anak rentan setres dapat meningkatkan kualitas interaksi antara ibu dan anak. Pelatihan tersebut mengubah tuntutan ibu terhadap anak sehingga meningkatkan kesesuaian antara temperamen anak dan lingkungannya.

  Kesesuaian temperamen anak terhadap tuntutan lingkungan (goodness of

  fit ) sangat penting bagi penyesuaian diri anak dimasa dewasa. Sebuah

  penelitian longitudinal menyebutkan anak yang memiliki temperamen easy

  child pada usia 3 sampai 5 tahun akan lebih mungkin untuk memiliki

  penyesuaian yang baik ketika dewasa (Thomas & Chess dalam Santrock 2007). Sebaliknya, anak dengan temperamen difficult child pada usia 3 sampai 5 tahun tidak memiliki penyesuaian yang baik ketika dewasa. Anne Dopkins (2008) dalam penelitian yang dilakukannya menemukan hal yang berbeda dengan penelitian Thomas & Chess. Anak dengan temperamen sulit (difficult

  child ) memiliki penyesuaian yang lebih baik daripada anak yang mudah (easy child ) ketika kualitas pengasuhan mereka tinggi dan memiliki penyesuaian yang rendah ketika kualitas pengasuhan mereka rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kesesuaian temperamen anak terhadap tuntutan lingkungan dan kualitas pengasuhan yang baik berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak saat dewasa.

  Interaksi antara anak dengan pengasuh yang terdapat dalam pengasuhan menjadi sarana dan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial dan membentuk sebuah kelekatan antara anak dengan pengasuh. Kepekaan pengasuh dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan anak, dengan segera atau menunda dan dengan respon yang tepat atau tidak, akan membentuk suatu bentuk kelekatan (Ervika 2002).

  Menurut Ainsworth (dalam Papalia 2008), hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman bayi dengan pengasuh pada awal tahun kehidupan, dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan. Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus. Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman (secure) maupun rasa tidak aman (insecure). Sebagian besar anak telah membentuk kelekatan dengan pengasuh utama pada usia sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya pada orang lain (Sutcliffe dalam Ervika, 2002). Sejalan dengan Bowlby, Klaus dan Kennell (dalam Ervika, 2002) yang menganggap bahwa ikatan ibu dan anak merupakan respon biologis, sangat penting bagi bertahannya suatu spesies, hubungan unik terhadap ibu dan penting bagi perkembangan anak di masa mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa kelekatan anak pada umumnya banyak terbentuk dengan ibu.

  Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk suatu kelekatan. Dalam proses pembentukan kelekatan, seorang ibu dihadapkan pada karakter anak yang bermacam-macam, dengan pola temperamen yang berbeda. Ada anak yang mudah (easy child), ada anak yang susah (difficult child) dan ada anak yang bereaksi perlahan (slow to warm up child). Karakter temperamen anak yang berbeda secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kelekatan dengan ibu lewat interaksi antara ibu dan anak. Penelitian yang dilakukan Brian E Vaughn (1992) mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara temperamen dengan kelekatan pada anak di segala usia. Ketika ibu diminta untuk mengisi Q.sort yang merupakan persepsi ibu terhadap temperamen anak, korelasi signifikansi kelekatan yang tinggi terdapat pada anak yang lebih tua.

  Anak-anak mulai menghadapi dunia sosial yang lebih luas pada masa prasekolah dengan usia 3-5 tahun (Santrock, 1983). Usia prasekolah menggambarkan berakhirnya masa bayi dan berawalnya masa kanak-kanak. Menurut Erikson (dalam Santrock 1983), tugas perkembangan pada masa prasekolah atau masa awal kanak-kanak ini berada pada tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt). Anak-anak diharapkan menerima tanggungjawab atas diri, perilaku, mainan mereka. Pengembangan rasa tanggungjawab meningkatkan inisiatif anak sehingga dalam masa prasekolah ini karakteristik temperamen anak mulai terlihat dengan jelas, karena anak berinteraksi dengan dunia yang lebih luas di sekolahnya yang terdiri dari teman-teman dan guru.

  Di sekolah anak dihadapkan pada lingkungan dimana anak dituntut untuk memiliki inisiatif untuk melakukan dan merespon banyak hal. Terlihat dari tingkat aktivitas anak, perhatian anak akan stimulus yang diberikan oleh guru, emosi yang diungkapkan anak saat bermain dan kemampuannya bergabung atau menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Rutinitas di sekolah maupun dirumah akan menggambarkan konsistensi perilaku anak di setiap harinya, sehingga karakteristik-karakteristik temperamen anak mulai terlihat dengan jelas pada masa awal kanak-kanak atau masa prasekolah ini.

  Keterampilan dan kemampuan untuk memahami temperamen anak menjadi penting karena temperamen anak berkaitan dengan penyesuaian pada masa dewasa. Pemahaman akan temperamen mempengaruhi bagaimana ibu menyikapi tingkah laku anak didalam interaksi. Interaksi tersebut secara berkesinambungan akan membentuk sebuah kelekatan. Tinggi rendahnya kelekatan akan menjadi berbeda untuk setiap kategori temperamen dengan asumsi bahwa perlakuan untuk setiap kategori temperamen anak akan berbeda dan akan berpengaruh terhadap respon ibu dalam pengasuhan. Bagaimana perbedaan tingkat kelekatan yang terbentuk dari masing-masing kategori temperamen anak.

  Peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kelekatan pada anak easy child,

  difficult child dan slow to warm up child. Berdasarkan hal tersebut dan uraian diatas peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen yang dimiliki anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sesuai dengan rancangan tersebut peneliti mengambil judul penelitian : perbedaan tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian diatas peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak ?

  C. Tujuan Penelitian

  Untuk melihat ada tidaknya perbedaan tingkat kelekatan anak dengan ibu ditinjau dari jenis temperamen anak.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  a. Dalam bidang keilmuan, khususnya Psikologi Perkembangan diharapkan dapat menambah literatur mengenai peranan orangtua yang besar kaitannya dalam pembentukkan kepribadian dan perkembangan anak. b. Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para orangtua dan guru dalam mengenali karakter anak, memiliki sensitivitas terhadap karakter individual, fleksibel dalam merespon karakteristik anak dan menghindari pemberian label negatif terhadap anak.

  b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi wacana tentang karakter anak yang berbeda dan bagaimana cara mengahadapinya, sehingga dapat mendidik anak tumbuh dalam pengalaman dan kemampuan yang akhirnya menjadi pribadi yang sehat dan berkembang dengan baik

BAB II LANDASAN TEORI A. Temperamen

1. Pengertian Temperamen

  Menurut Thomas & Chess (dalam Papalia 2008) temperamen merupakan karakteristik seseorang, cara mendasar biologis untuk mendekati dan bereaksi terhadap orang dan situasi. Dideskripsikan sebagai bagaimana perilaku dilakukan, bukan apa yang dilakukan. Dalam New York

  Longitudinal Study (NYLS) , banyak anak yang mengubah gaya

  temperamentalnya, terutama pada bulan-bulan pertama, sebagai reaksi terhadap pengalaman khusus atau pengasuhan (parental handling).

  Menurut Rothbart, Ahadi & Evans (dalam Papalia 2008). Temperamen bukan saja cara anak mendekati dan bereaksi terhadap dunia luar tapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental, emosional dan perilaku mereka. Temperamen berkembang seiring dengan munculnya beragam emosi dan kemampuan mengatur diri dan dapat berubah setelah merespon sikap dan penanganan pengasuhan (Belsky, Fish & Isabella; J.V.Lerner & Galambos, dalam Papalia 2008)

  Eisenberg, Fabes, Guthrie & Reiser (dalam Papalia 2008) mengatakan temperamen memiliki basis emosional ; akan tetapi ketika emosi seperti rasa takut, gembira dan bosan datang dan pergi, temperamen cenderung konsisten dan berkesinambungan. Perbedaan individual dalam temperamen yang dianggap bersumber dari komposisi biologis, membentuk inti perkembangan kepribadian-pola perasaan, pemikiran dan perilaku yang cenderung konsisten, dan membuat orang tersebut sebagai pribadi yang unik.

  Allport (dalam Hall & Lindzey 1993) mengatakan temperamen biasanya menunjuk pada disposisi-disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami perubahan dalam perkembangan. Temperamen adalah bahan mentah yang bersama dengan intelegensi dan fisik membentuk kepribadian.

  Berdasarkan empat definisi temperamen menurut Thomas & Chess, Rothbart Ahadi & Evans, Eisenberg Fabes Guthrie & Reiser dan Allport terdapat kesamaan yaitu temperamen dipengaruhi oleh faktor biologis dan emosional yang diwujudkan dalam perilaku. Sehingga peneliti menyimpulkan temperamen adalah dasar karakteristik pembentuk kepribadian seseorang dalam meregulasi fungsi mental, emosional dan perilaku untuk mendekati dan merespon orang dan situasi.

2. Aspek-aspek Temperamen

  Menurut Mary Rothbart (dalam Berk 2008) ada enam struktur yang terdapat dalam temperamen : a. Activity level (tingkat aktivitas)

  Tingkat aktivitas motorik kasar b. Attention span / persistence ( rentang perhatian / ketekunan ) Waktu / durasi untuk pengenalan atau tertarik pada objek

  c. Fearfull distress ( ketakutan akan tekanan ) Kekhawatiran dan tekanan dalam merespon rangsangan yang intens, termasuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru d. Irritable distress (tingkat frustasi)

  Tingkat rewel, menangis ketika tertekan

  e. Positive affect (ekspresi suasana hati positif) Frekuensi dalam mengekspresikan kebahagiaan dan kesenangan

  f. Effortful control (kontrol diri) Kapasitas untuk secara sukarela menekan sifat dominan, respon yang reaktif dalam perencanaan dan menerapkan respon yang lebih adaptif ( self regulation ) Menurut Thomas & Chess (dalam Berk 2008) dan Rothenberg, B. A.

  (1999) terdapat sembilan struktur pembentuk temperamen :

  a. Activity level (tingkat aktivitas) Ratio / perbandingan dari periode aktif ke periode tidak aktif. Tingkat aktivitas mengacu pada aktivitas motorik dan berfokus pada proporsi periode aktif dan tidak aktif pada keseharian anak. Sebagai contoh, bayi mungkin menendang dan menggeliat banyak atau mungkin sangat cukup. Sebagai anak prasekolah, seorang anak mungkin lebih suka menggunakan keterampilan motorik kasarnya, seperti dalam berjalan, berlari atau menggunakan keahlian yang didominasi motorik halusnya, seperti melakukan teka-teki.

  b. Rhythmicity (keteraturan)

  Rhythmicity atau keteraturan mengacu pada tingkat prediktabilitas

  waktu fungsi biologis anak seperti lapar, siklus tidur-bangun dan ekskresi. Sebagai bayi, seorang anak mungkin akan buang air besar setiap hari sesudah sarapan atau hanya beberapa kali seminggu. Sebagai anak prasekolah, dia mungkin lebih suka makan besar saat makan siang setiap hari atau mungkin tidak terprediksi ketika dia akan lapar.

  c. Distractibility (pengalihan)

  Distractibility mengacu pada seberapa mudah rangsangan luar

  mengganggu aktivitas anak yang sedang berlangsung. Sebagai bayi tidak mungkin dapat mengisap saat menyusui jika ibunya berbicara padanya. Sebagai anak prasekolah, dia mungkin tidak bisa menyelesaikan satu hal sebelum ia mulai atau bergabung dengan kegiatan lain.

  d. Approach / withdrawal (pendekatan/penarikan) Pendekatan atau penarikan-kemampuan beradaptasi dengan situasi baru mengacu pada respon anak pada orang-orang baru, mainan baru, pengaturan baru, mungkin positif atau negatif. Misalnya, bayi dapat tersenyum pada orang asing dan ingin makanan baru, atau ia mungkin memiliki reaksi yang lebih sadar terhadap hal baru. Sebagai anak prasekolah, ia dapat bergabung tepat di sekolah atau mungkin awalnya pemalu.

  e. Adaptability (kemampuan adaptasi) Adaptasi adalah reaksi jangka panjang atau penyesuaian untuk suasana yang berubah di berbagai bidang seperti makanan, bergerak atau pergi ke sekolah baru. Bayi dan anak prasekolah mungkin membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan perubahan atau mungkin tampaknya mengambil hampir waktu singkat

  f. Attention span and persistence (rentang perhatian dan ketekunan) Kegigihan dan rentang perhatian mengacu pada kemampuan anak untuk melanjutkan kegiatan meskipun frustrasi dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tanpa gangguan. Seorang bayi mungkin akan menyerah dengan mudah atau dapat terus berusaha mencapai sesuatu untuk sepanjang waktu. Sebagai anak prasekolah mungkin kehilangan minat cepat dalam mainan atau permainan atau membiarkannya, atau dapat terus mencoba untuk membuat mainan untuk melakukan apa yang dia inginkan g. Intensity of reaction (intensitas reaksi)

  Tingkat anak merespon seperti tertawa, menangis, berbicara atau aktivitas motorik kasar. Intensitas reaksi atau respon mengacu pada tingkat energi dari respon - apakah itu positif atau negatif. Seorang bayi mungkin mengungkapkan rasa tidak senangnya dengan rewel ringan atau dengan ratapan keras. Sebagai anak prasekolah, seorang anak mungkin tersenyum diam-diam dengan kesenangan atau melompat-lompat dan berteriak.

  h. Threshold of responsiveness (ambang respon) Intensitas stimulasi yang diperlukan untuk membangkitkan respon.

  Sensitivitas mengacu pada jumlah rangsangan yang diperlukan untuk membangkitkan respon pada anak. Bayi atau anak di awal tahun mungkin mempunyai respon yang kuat terhadap perubahan seperti kebisingan, suhu ruangan, sakit, bau, warna, dan tekstur. Atau dia mungkin tidak akan terpengaruh i. Quality of mood (kualitas suasana hati)

  Kualitas suasana hati mengacu pada kenyamanan suasana hati anak, seperti bahagia dan menangis. Sebagai bayi umumnya dapat tersenyum atau mungkin mudah marah dan menangis. Sebagai anak prasekolah, anak mungkin cenderung umumnya puas atau ketidakpuasan tentang banyak hal dan orang.

  Menurut Mary Rothbart aspek pembentuk temperamen adalah activity

  level (tingkat aktivitas), attention span/ persistence (rentang perhatian dan

  ketekunan), fearfull distress (ketakutan akan tekanan), irritable distress (tingkat frustasi), positive affect (ekspresi kebahagiaan), effortful control (kontrol diri). Menurut Thomas & Chess aspek pembentuk temperamen adalah activity level (tingkat aktivitas), rhythmicity (keteraturan),

  distractibility (pengalihan), approach / withdrawal (pendekatan dan penarikan), adaptability (kemampuan adaptasi), attention span and

  persistence (rentang perhatian dan ketekunan), intensity of reaction

  (intensitas reaksi), threshold of responsiveness (ambang respon), quality of

  mood (kualitas suasana hati). Terdapat kesamaan aspek temperamen

  menurut Mary Rothbart dan Thomas & Chess yaitu activity level (tingkat aktivitas) dan attention span and persistence (rentang perhatian dan ketekunan).

  Uraian aspek temperamen menurut Thomas Chess melengkapi aspek temperamen menurut Mary Rothbart. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek temperamen menurut Thomas Chess.

  Activity level (tingkat aktivitas) merupakan tingkat anak melakukan

  kegiatan motorik. Rhythmicity (keteraturan) adalah tingkat prediktibilitas waktu fungsi biologis anak yang teratur. Distractibility (pengalihan) seberapa mudah rangsangan sekitar mengganggu aktivitas yang dilakukan anak. Approach / withdrawal (pendekatan dan penarikan) adalah respon anak saat dihadapkan pada objek baru, anak akan medekat atau menghindar. Adaptability (kemampuan adaptasi) adalah kemampuan anak menyesuaikan pada suasana yang berubah. Attention span and persistence (rentang perhatian dan ketekunan) adalah waktu anak melakukan aktivitas tanpa gangguan. Intensity of reaction (intensitas reaksi) merupakan tingkat anak merespon sesuatu sesuai stimulus. Threshold of responsiveness (ambang respon) adalah intensitas stimulasi yang digunakan untuk membangkitkan respon anak dan quality of mood (kualitas suasana hati) yang merupakan kenyamanan kualitas suasana hati anak.

  Aspek distractibility (pengalihan) merupakan kebalikan dari aspek attention span and persistence (rentang perhatian dan ketekunan).

  Distractibilty mengindikasikan adanya attention span yang rendah.

  Sehingga dalam perumusan aspek temperamen ini, aspek distractibility dan

  attention span dijadikan satu menjadi attention / distractibility (perhatian / pengalihan).

  Delapan aspek temperamen saling mempengaruhi satu dengan lain, aspek-aspek ini menjadi dasar terbentuknya jenis-jenis temperamen dan yang membedakan karakteristik anak sesuai dengan temperamennya.

3. Jenis Temperamen

  Menurut Sheldon (dalam Hall & Lindzey 1993 ) ada tiga komponen temperamen yaitu visketoronia, somatotonia, dan erobrotonia.

  a. Visketoronia Komponen pertama temperamen dinamakan viskerotonia. Individu yang tinggi dalam komponen ini memiliki ciri-ciri : cinta atau suka akan kenyamanan, pergaulan, makanan, orang-orang dan kasih sayang, sikap tubuhnya santai, bereaksi pelan, berwatak tenang, bersikap terbuka dalam pergaulan dengan orang-orang lain, umumnya seorang yang mudah untuk diajak bergaul. b. Somatotonia Komponen kedua dinamakan somatotonia. Skor yang tinggi dalam komponen ini biasanya disertai dengan ciri-ciri : suka petualangan fisik, suka mengambil risiko, sangat membutuhkan kegiatan otot dan fisik yang berat, bersifat agresif, tidak peka terhadap perasaan orang lain, berpenampilan lebih matang dari sebenarnya, suka merebut, pemberani dan mudah takut berada dalam ruangan sempit dan tertutup (Klaustrofobia). Tindakan, kekuatan dan kekuasaan sangat penting bagi orang tipe ini.

  c. Erobrotonia Komponen ketiga dinamakan erebrotonia. Skor yang tinggi pada komponen ini menunjukkan ciri sifat : mengendalikan diri, menahan diri, suka menyembunyikan diri. Orang ini bersifat tertutup, pemalu, kelihatan muda, takut pada orang dan paling suka berada di tempat- tempat yang sempit dan tertutup. Orang ini bereaksi luar biasa cepat, sukar tidur dan senang menyendiri, khususnya kalau menghadapi kesukaran, orang yang demikian selalu berusaha untuk tidak menarik perhatian.

  Berdasar enam struktur pembentuk temperamen yang disebutkan Mary Rothbart (dalam Santrock 2007) menyimpulkan tiga dimensi besar yang dapat mewakili apa yang ditemukan untuk menandakan struktur temperamen : a. Extraversion / surgency Termasuk dalam kategori ini adalah “antisipasi positif, impulsivitas, tingkat aktivitas, dan pencarian sensasi” b. Negatif affectivity

  Ditandai oleh lekas marah dan ketakutan. Anak-anak dalam kategori ini mudah setres, sering merengek dan menangis.

  c. Effortful control (Self regulation) Termasuk dalam kategori ini adalah fokus dan pengalihan atensi, kendali inhibitoris, sensitivitas persepsi, dan kesenangan dalam intensitas rendah. Bayi dengan effortful control yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk menjaga rangsangan yang mereka terima menjadi terlalu tinggi dan memiliki strategi untuk menenangkan diri sendiri.

  Berdasar aspek yang terdapat dalam temperamen, Thomas & Chess mengkategorikan temperamen menjadi tiga macam kategori yaitu easy

  child (anak yang mudah) , difficult child (anak yang sulit) dan slow to warm up child (anak yang bereaksi perlahan). Dalam penelitian Thomas & Chess

  ditemukan semua anak-anak menunjukkan perilaku yang sama pada suatu waktu, beberapa anak lebih mungkin untuk menunjukkan perilaku tertentu.

  Thomas & Chess menemukan bahwa sekitar 65% anak-anak jatuh ke salah satu dari tiga kelompok temperamen. 40% diantaranya masuk dalam kategori easy child, anak dengan temperamen sedang, umumnya bahagia, memiliki irama fungsi biologis yang teratur dan menerima pengalaman baru. 10% dikategorikan sebagai difficult children, anak dengan temperamen tinggi, lebih mudah marah dan sulit untuk diikuti, memiliki ritme biologis yang tidak teratur dan lebih intens dalam mengekspresikan emosi. 15% adalah masuk dalam kategori slow to warm up child, anak dengan temperamen yang rendah, lembut, namun sulit beradaptasi dengan orang dan situasi baru (A. Thomas & Chess dalam Papalia 2008). 35% anak diantaranya merupakan perpaduan dari tiga jenis temperamen.

  a. Easy Child (anak yang mudah) Menurut Thomas & Chess (dalam Santrock 2007), secara umum anak dengan temperamen ini memiliki mood yang positif, bisa terbiasa dengan cepat terhadap rutinitas dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. Menurut Thomas & Chess (dalam Papalia 2008) Ciri-ciri dominan mereka adalah: memiliki perasaan dengan intensitas lembut hingga moderat, biasanya positif, merespon sesuatu yang baru dan perubahan dengan baik, mengembangkan jadwal tidur dan makan regular degan cepat, mudah menerima makanan baru, tersenyum kepada orang asing, beradaptasi dengan mudah terhadap situasi baru, menerima perasaan frustasi dengan sedikit pertengkaran, beradaptasi dengan cepat kepada rutinitas baru dan peraturan permainan baru.