PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

  

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK

DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Ria Mariana Wiratman

  

039114021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK

DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Ria Mariana Wiratman

  

039114021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  KUPERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA :

Papa tersayang, yang selalu mendukung, menjaga,

dan membimbingku sejak aku kecil.

  Mama terkasih, yang tidak pernah berhenti memperhatikan dan mendoakanku.

  “Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan mataku, dan noda melekat pada tanganku, maka biarlah apa yang kutabur, dimakan orang lain, dan biarlah tercabut apa yang tumbuh bagiku” (Ayub 31 : 7 – 8)

  “Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkhotbah 3 : 11) “Segala sesuatu dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4 : 13)

  

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK

DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

Ria Mariana Wiratman

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemandirian anak ditinjau dari pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua dalam penelitian ini terdiri dari pola asuh otoriter, demokratis, permisif-indiferen, dan permisif-indulgen. Subjek penelitian ini berjumlah 116 siswa kelas VI SD Tarakanita Bumijo yang berusia 11 – 12 tahun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk skala. Skala penelitian tersebut terdiri dari skala kemandirian anak dan skala pola asuh orang tua. Koefisien reliabilitas skala kemandirian sebesar 0.877. Sedangkan koefisien pola asuh orang tua dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah 0.920 untuk pola asuh demokratis, 0.891 untuk pola asuh indiferen, 0.858 untuk pola asuh otoriter, dan 0.796 untuk pola asuh indulgen. Analisis data dengan menggunakan teknik Anava Satu Jalur memperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0.957. Hasil tersebut menunjukkan probabilitas lebih besar dari 0.05. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini ditolak, dimana tidak ada perbedaan tingkat kemandirian anak ditinjau dari pola asuh orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan. Penelitian ini memperhitungkan faktor pola asuh orang tua sedangkan faktor usia dan interaksi dengan teman sebaya yang turut berperan dalam proses kemandirian kurang diperhitungkan.

  Kata kunci : Kemandirian anak, pola asuh orang tua

THE DIFFERENCE OF CHILDREN AUTONOMY

  

Ria Mariana Wiratman

ABSTRACT

This research was aimed to know whether or not there were differences of children

autonomy in upbringing patterns perspective. Parents’ upbringing patterns in this research consist

of authoritarian, democratic, permissive-indifferent, and permissive-indulgent upbringing pattern.

The subjects of this research were 116 sixth grade students of Tarakanita Bumijo Elementary

School aged between 11 – 12 years old. The method of data collection in this research was by

using scales. The scales consist of autonomy scale and upbringing pattern scale. The reliability of

autonomy scale was 0.877. However, the reliability of upbringing patterns from the highest to the

lowest were 0.920 for democratic pattern, 0.891 for indifferent pattern, 0.858 for authoritarian

pattern, and 0.796 for indulgent pattern. Data analysis using Oneway Anova technique found that

the probability was 0.957. The result showed that the probability was more than 0.05. Hence, the

hypothesis on this research was refused, in which there was no difference between children

autonomy related to parents’ upbringing pattern. It shows that there is a difference between

library and field research. This research focused on parents’ upbringing pattern factor but age

factor and interaction with friends of same ages which take part in process of autonomy are less

considered.

  Keywords : Children autonomy, perspective in upbringing patterns

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan karunia-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa puji

syukur juga penulis panjatkan kepada Bunda Maria, Bunda Pembimbing-ku.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini penulis selesaikan melalui proses

yang panjang. Proses tersebut diwarnai dengan suka dan duka, tawa dan tangisan,

kegembiraan dan keputusasaan. Namun semuanya itu pada akhirnya membawa

penulis menjadi lebih tekun dan bersemangat untuk membuktikan kepada semua

orang yang telah menaruh harapan dan kepercayaan kepada penulis, bahwa

penulis dapat membuat mereka bangga meskipun hasil yang penulis

persembahkan pun tidaklah sempurna. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berperan secara

langsung ataupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dengan

dukungan mereka, penulis dapat menjalani dan menyelesaikan proses yang

panjang tersebut dengan baik.

  1. Terima kasih kepada Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku Wakil Dekan, Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi, dan Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Psi. selaku Wakil Kaprodi yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi serta selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berguna bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

  

2. Ibu M. M. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing

skripsi yang terus memberikan dukungan, masukan, dan selalu sabar membantu serta membimbing penulis dalam proses penyelesaian yang panjang ini.

  

3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan masukan kepada penulis dalam memperbaiki skripsi ini.

  

4. Bapak Y. Agung Santoso, M.A. dan Bapak V. Didik Suryo Hartoko,

S.Psi., M.Si. yang telah memberikan masukan ketika penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.

  

5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang memberikan dukungan kepada penulis sejak awal penulis kuliah.

  

6. Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan menyayangi penulis, terima

kasih atas segalanya.

  

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak

pengetahuan dan pengalaman selama penulis kuliah.

  

8. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi yang telah

membantu kelancaran berbagai urusan perkuliahan penulis selama di Fakultas Psikologi.

  

9. Abang ‘Ta, yang selalu menyayangi dan mendampingi penulis... thank you

for loving me! 

  

10. Jeng Run, seorang sahabat yang tak pernah tergantikan dan Cska “Lambe”

yang berusaha selalu ada untuk penulis. Meskipun kita jauh tapi hati kita akan selalu dekat .

11. Dewi “Iwed” my sibling dan Tino “Asep” her fiancé, thanks for everything.

  

12. Rekan-rekan kerja penulis di Bailamos Dance School, always love dance...

always love ballet! Ballet selalu bisa membangkitkan semangatku. Kompak selalu yaa…  13. Arie Frederik, makasih atas bantuan statistiknya.

  

14. Teman-teman Psikologi Angkatan 2003, Aprinta, Martin, Ronald, dan

semuanya.. thanks for our togetherness… and thanks for being my sparing partner in the crucial time.

  Penulis Ria Mariana Wiratman

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. vi

ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii

ABSTRACT ……………………………………………………………… viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …… ix KATA PENGANTAR …………………………………………………..... x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xiii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xviii

  BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah ……………………………………………… 6

C. Tujuan ……………………………………………………………. 6

D. Manfaat …………………………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….… 8 A. Kemandirian …………………………………………………….… 8

  1. Pengertian Kemandirian ……………………………………… 8

  2. Ciri-ciri Kemandirian ………………………………………… 9

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian …………..… 11

  B. Pola Asuh Orang Tua ……………………………………………... 13

  1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ……………………………... 13

  2. Jenis-jenis Pola Pengasuhan Orang Tua ………………………. 14

  3. Unsur-unsur Umum Pola Asuh Orang Tua …………………… 22

  4. Unsur-unsur pada Pola Pola Asuh Otoriter, Demokratis, Indifferent, dan Indulgent ……………………...…………….. 24

  5. Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua ………………………. 25

  C. Masa Kanak-kanak Akhir ………………………………………… 29

  1. Batasan Masa Kanak-kanak Akhir …………….…………....… 29

  2. Aspek-aspek Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir …….... 29

  D. Kemandirian Masa Kanak-kanak Akhir ………………………….. 32

  E. Hubungan Kemandirian Anak dengan Pola Asuh Orang Tua ….… 33

  F. Hipotesis ………………………………………………………….. 36 SKEMA ………………………………………………………………. 37

  

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 38

A. Desain Penelitian …………………………………………………. 38 B. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 38 C. Definisi Operasional ……………………………………………… 38

  1. Kemandirian Anak ……......……………………………..……. 38

  2. Pola Asuh Orang Tua ……………………………………….… 39

  D. Subjek Penelitian …………………………………………………. 41

  E. Prosedur Penelitian ……………………………………………….. 42

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ……………………………... 42

  G. Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas ………………………... 45

  1. Validitas ………………………………………………………. 45

  2. Seleksi Aitem …………………………………………………. 45

  3. Reliabilitas ……….…………………………………………… 50

  H. Pengkategorian Pola Asuh ………………………………………... 51

I. Analisis Data ……………………………………………………… 53

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………. 54 A. Persiapan Penelitian …………………………………………….… 54 B. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………. 55 C. Hasil Penelitian …………………………………………………… 56

  1. Deskripsi Subjek Penelitian ………………………………….. 56

  2. Deskripsi Data Penelitian …………………………………….. 56

  3. Uji Asumsi Data Penelitian …………………………………... 58

D. Pembahasan …………………………………………………….… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 67 A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 67 B. Saran …………………………………………………………….… 67 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 68 LAMPIRAN ………………………………………………………………. 71

  DAFTAR TABEL Tabel 1 : Tabel Karakteristik Jenis-jenis Pola Asuh dan Unsur Pola Asuh …………………………………..... 40 Tabel 2 : Tabel Spesifikasi Skala Kemandirian Anak Sebelum Uji Coba ……………………………………….. 43 Tabel 3 : Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Orang Tua Sebelum Uji Coba ……………………………………….. 44 Tabel 4 : Tabel Spesifikasi Skala Kemandirian Anak Setelah Uji Coba …………………………………………. 46 Tabel 5 : Tabel Spesifikasi Skala Kemandirian Anak Untuk Penelitian …………………………………………. 47 Tabel 6 : Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Orang Tua Setelah Uji Coba …………………………………………. 48 Tabel 7 : Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Orang Tua Untuk Penelitian …………………………………………. 49

Tabel 8 : Usia dan Jenis Kelamin Subjek ……………………….…. 56

Tabel 9 : Data Kemandirian Subjek ………………………………. 56

Tabel 10 : Kemandirian Subjek Berdasarkan Pola Asuh ………….…57

Tabel 11 : Hasil Penghitungan One-Sample

  Kolmogorov-Smirnov Test ………………………………. 59 Tabel 12 : Hasil Penghitungan Levene’s Test for Equality of Variance …………………………………. 59

  

Tabel 13 : Hasil Penghitungan Oneway Anova ……………………... 60

  

Tabel 14 : Ringkasan Post Hoc Test ………………………………… 61

Tabel 15 : Homogeneous Subsets …………………………………… 62

  DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Skala A (Skala Kemandirian Anak) ……………………. 73

Skala B (Skala Pola Asuh Orang Tua) …………………. 77

LAMPIRAN B : Skor Kemandirian Anak …...…………………………… 81

Skor Pola Asuh Otoriter ………………………………... 97

  Skor Pola Asuh Demokratis ……………………………. 105 Skor Pola Asuh Indifferent ……………………………... 113 Skor Pola Asuh Indulgent ……………………………… 121

LAMPIRAN C : Reliabilitas Kemandirian Anak ………………………… 123

Reliabilitas Pola Asuh Otoriter ………………………… 125 Reliabilitas Pola Asuh Demokratis …………………….. 127 Reliabilitas Pola Asuh Indifferent ……………………... 129 Reliabilitas Pola Asuh Indulgent ………………………. 131 Pengkategorian Pola Asuh ……………………………… 132

LAMPIRAN D : Hasil Analisis Uji Normalitas ………………………….. 134

Hasil Analisis Uji Homogenitas ………………………... 136 Hasil Uji Hipotesis (Analisis Anova) ..………………… 136 Hasil Post Hoc Test …………………………………….. 137 Hasil Analisis Homogeneous Subsets ………………….. 137

  

LAMPIRAN E : Surat Ijin Penelitian …………………………………….. 139

Keterangan Penelitian ..…………………………………. 140

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hidup berkomunitas di dunia ini, manusia perlu membentuk suatu

  

hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan kodratnya

sebagai makhluk sosial dimana manusia memerlukan bantuan dari orang lain.

  

Seorang manusia tidak dapat hidup sendirian di dunia ini, tetapi harus hidup

bersama dengan manusia lainnya dan selalu berusaha untuk membentuk suatu

ikatan atau hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya. Namun

demikian, bukan berarti seseorang harus selalu bergantung pada bantuan orang

lain. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin modern, setiap

individu semakin dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan diharuskan

untuk mampu memecahkan masalahnya sendiri. Dengan demikian, untuk dapat

hidup dan berkembang tanpa selalu menggantungkan diri pada orang lain,

individu memerlukan sikap mandiri. Kemandirian merupakan aspek dalam

kepribadian yang sangat menentukan bagaimana seorang individu dapat

menghadapi berbagai peristiwa dalam kehidupannya dan memungkinkan dirinya

untuk bekerja maupun bertingkahlaku tanpa terus-menerus bergantung pada

bantuan orang lain, serta memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri.

  2 Kemandirian menjadi suatu hal yang penting karena tanpa adanya

kemandirian seseorang cenderung tidak mampu memutuskan dan melakukan

segala sesuatu tanpa bantuan dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan beberapa

fenomena yang peneliti amati, seorang anak yang tidak mandiri karena terbiasa

dibantu dan diarahkan oleh orang lain akan menjadi ragu-ragu dalam bertindak

dan cenderung merasa dirinya tidak mampu bertindak sendiri. Contohnya, saat

seorang siswa kelas 6 SD tidak mau bersekolah maupun mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler jika ibunya tidak menungguinya dan tidak mau makan jika ibunya

tidak menyuapinya makan. Akibatnya, setiap hari ibunya harus menunggui anak

tersebut dari pagi hingga siang hari juga pada sore harinya ketika anak tersebut

mengikuti ekstrakurikuler, dan di sela-sela waktu istirahat siang menyuapi

anaknya makan. Kemandirian dapat mengantar setiap individu menjadi makhluk

yang produktif dan efisien serta membawa ke arah kemajuan, karena kemandirian

mampu mendorong setiap individu untuk berprestasi (Masrun, Haryanto, Harjito,

Utami, Bawani, Arritonang, dan Sutjipto, 1986). Pembinaan kemandirian sangat

penting dan perlu diberikan kepada anak, agar setelah dewasa anak sudah terbiasa

hidup mandiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain, dalam arti bahwa anak

akan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa

mengandalkan bantuan dari orang lain.

  Kemandirian dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola

asuh keluarga. Menurut Taryati, Harnoko, Mudjijono, dan Suhatno (1995),

keluarga merupakan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang, serta

merupakan tempat awal kepribadian seorang anak terbentuk. Selain itu, keluarga

  3

merupakan perwujudan kasih sayang, model perilaku, sumber pendidikan dan

bimbingan, serta kelompok sosial pertama sebelum seorang anak mengenal dunia

luar. Meskipun semua anggota keluarga yang lebih besar atau lebih tua usianya

ikut berperan dalam pembinaan kepribadian seorang anak, yang paling penting

dalam pembinaan kemandirian itu adalah orang tua. Orang tua bertanggungjawab

dalam membimbing, mendidik, mendisiplinkan, dan melindungi anak untuk

mencapai pendewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Proses tersebut melibatkan suatu interaksi antara orang tua dengan anak di dalam

keluarga. Interaksi antara orang tua dan anak inilah yang disebut sebagai pola

pengasuhan orang tua. Sears (dalam Dewi, 2002) mengatakan bahwa pola

pengasuhan anak merupakan keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak

yang melibatkan sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua dalam memelihara anak.

Tujuannya adalah mendidik anak agar mampu bertanggungjawab dalam

mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan sehingga tidak

mengganggu orang lain.

  Peran pola asuh dan pendampingan orang tua dalam kehidupan anak

sangatlah besar, demikian pula dalam pembinaan kemandirian anak. Hal tersebut

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Astuti dalam Familia (2004) bahwa dalam

hal kemandirian, peran pola asuh orang tua dan lingkungan sebenarnya lebih besar

dari pengaruh genetis. Bagaimana seorang anak dididik dan dibesarkan oleh orang

tua dalam sebuah keluarga akan membawa dampak yang sifatnya bukan

sementara, namun termanifestasi selama hidup anak tersebut, baik dalam perilaku,

pola pikir, maupun cara pandangnya. Pola pikir dan cara pandang memiliki

  4

pengertian yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), pola

pikir diartikan sebagai kerangka berpikir. Sedangkan cara pandang dapat diartikan

sebagai cara melihat, menganggap, atau memperlakukan sesuatu. Dengan kata

lain, bagaimana cara orang tua mendidik dan membesarkan anak akan

mempengaruhi perilaku, kerangka berpikir, juga cara anak dalam melihat,

menganggap, dan memperlakukan sesuatu. Hal ini didukung oleh pernyataan

Hendriati (dalam Ayahbunda, 2002) bahwa cara orang tua mengasuh dan

mendidik anak akan berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak.

  

Selain itu, Conger (1977) menyatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak

akan mempengaruhi perkembangan kemandirian. Berkaitan dengan hal di atas,

Dowling (dalam Sylva & Lunt, 1988) berpendapat bahwa kesempatan untuk

mengembangkan kemandirian harus diutamakan dalam setiap bidang pengasuhan

anak. Anak yang mampu membuat keputusan dan bertindak atas inisiatif sendiri

akan cepat bertumbuh dengan percaya diri.

  Ada beberapa model pola asuh orang tua, yaitu otoriter, permisif, dan

demokratis (Hurlock, 1980). Para ahli kemudian membedakan pola asuh permisif

menjadi permissive-indulgent dan permissive-indifferent (Santrock, 2002). Pola

asuh otoriter menetapkan peraturan-peraturan yang keras dan teguh, serta

mengharuskan anak mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Jika anak tidak

mengikuti peraturan, ia akan diberi hukuman yang keras. Pola asuh permisif tidak

mengajarkan peraturan-peraturan kepada anak dan tidak menghukum anak karena

melanggar peraturan. Pada pola asuh indulgent, orang tua sangat memanjakan dan

melindungi anak, sedangkan pada pola asuh indifferent orang tua justru sangat

  5

tidak terlibat dalam kehidupan anak dan cenderung menelantarkan. Pola asuh

demokratis memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan

tersebut tidak mutlak. Orang tua tidak ragu-ragu untuk bersikap tegas, tanpa

berlaku kasar. Kumari dan Susmiati (2005) dalam sebuah penelitian terapan

mengenai kemandirian mengungkapkan bahwa rendahnya frekuensi komunikasi

antara orang tua dan anaknya, serta kurangnya perhatian orang tua terhadap

prestasi belajar anak berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani dan

rohani anak secara maksimal.

  Penelitian mengenai hubungan antara pola asuh dengan kemandirian

sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh Anggriany dan Astuti (2003). Namun

demikian, subjek dalam penelitian tersebut adalah mahasiswi. Dalam penelitian

mengenai hubungan antara pola asuh berwawasan jender dengan Cinderella

Complex ini terungkap bahwa tingginya hubungan antara pola asuh berwawasan

jender dan Cinderella Complex menunjukkan betapa besar pengaruh lingkungan

keluarga atau pola asuh orang tua terhadap tumbuh dan berkembangnya

ketergantungan secara psikologis atau ketakutan akan kemandirian pada

perempuan. Hal tersebut menyebabkan seorang perempuan tidak mempunyai

keberanian untuk memanfaatkan sepenuhnya kekuatan otak dan kreativitasnya.

Pada penelitian kali ini, peneliti mengambil subjek yang berbeda yaitu anak kelas

  

6 SD. Anak kelas 6 SD berusia sekitar 11 – 12 tahun. Periode umur tersebut

berada pada akhir masa kanak-kanak dimana tugas-tugas perkembangan anak

pada usia tersebut secara tidak langsung menuntut anak untuk dapat mandiri.

  6 Berdasarkan hal di atas, timbul pertanyaan apakah ada perbedaan

kemandirian pada anak usia 11 - 12 tahun. Selain itu, penelitian yang Anggrainy

dan Astuti lakukan hanya sebatas melihat hubungan antara pola asuh dengan

kemandirian saja. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melihat ada atau tidaknya

perbedaan tingkat kemandirian anak ditinjau dari perbedaan pola asuh orang tua.

  B. Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat kemandirian pada anak ditinjau dari perbedaan pola asuh orang tua.

  C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemandirian pada anak ditinjau dari perbedaan pola asuh orang tua.

  D. Manfaat

  1. Manfaat Teoretis : Di bidang Psikologi Perkembangan dan Kepribadian, penelitian dan hasilnya ini bermanfaat untuk kepentingan pengembangan bidang perkembangan- kepribadian, khususnya pengembangan konsep pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak.

  7

2. Manfaat Praktis :

  a. Bagi peneliti, penelitian dan hasilnya ini merupakan kesempatan untuk dapat menganalisis, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di bidang psikologi, baik secara teoretik maupun aplikasinya.

  b. Bagi para pembimbing, guru, serta orang tua, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai cermin dalam membina kemandirian anak didik maupun anak yang diasuhnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian

  1. Pengertian Kemandirian Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri

(Poerwodarminto, dalam Lukman, 2000). Soekadji (dalam Prasetyo, 2005)

menyatakan bahwa mandiri artinya mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan

hak dan kewajiban yang dimilikinya, mampu menentukan nasib sendiri, tidak

menggantungkan diri kepada orang lain sampai batas kemampuan, dan

bertanggungjawab atas keputusannya, tindakan, dan perasaan sendiri. Bhatia

(dalam Kushartanti, 2004) mengemukakan, independency adalah suatu perilaku

yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan

dari orang lain, bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya

sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang lain. Masrun, dkk. (1986)

berpendapat bahwa kemandirian adalah modal dasar bagi manusia dalam

menentukan sikap dan perbuatan terhadap lingkungannya. Kemandirian

mendorong orang untuk berprestasi dan berkreasi sehingga menjadi makhluk yang

produktif, efisien, dan membawa diri ke arah kemajuan.

  Teori lain yang menjelaskan mengenai kemandirian adalah teori

Psychological Needs dari Murray. Teori ini menganggap bahwa perilaku

psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah kebutuhan psikologis. Salah satu

  9

kebutuhan psikologis tersebut adalah kebutuhan untuk mandiri (need for

autonomy ). Kebutuhan untuk mandiri tercermin dalam perilaku yang sesuai

dengan kehendak sendiri, menyatakan buah pikiran sendiri, bebas dalam

mengambil keputusan, merasa mempunyai kebebasan untuk mengerjakan segala

sesuatunya sesuai dengan kebutuhannya, menghindari situasi dimana ia

diharapkan menyesuaikan dirinya, dan mengerjakan sesuatu tanpa memperdulikan

apa yang dipikirkan orang lain (Hall & Lindzey, 1970).

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian

merupakan kemampuan individu untuk berdiri sendiri, mengembangkan diri

sendiri dalam semua aspek kehidupannya, mengatur dan menentukan nasib sendiri

sesuai dengan hak dan kewajibannya, serta bertanggungjawab atas keputusan,

tindakan, maupun perasaan sendiri. Hal tersebut diikuti oleh kemampuan untuk

menyatakan buah pikiran sendiri, berperilaku dengan mencoba memecahkan,

menyelesaikan masalahnya, serta mengerjakan sesuatu dengan kehendak sendiri

tanpa mengharapkan pengarahan, bantuan, ataupun menggantungkan diri kepada

orang lain hingga batas kemampuan yang ia miliki.

2. Ciri-ciri Kemandirian

  Ciri-ciri lain sikap mandiri menurut beberapa ahli (dalam Lukman, 2000) antara lain : a. memenuhi diri atau identitas diri

  b. memiliki kemampuan inisiatif

  c. membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak

  10 d. mencukupi kebutuhan sendiri

  e. bertanggungjawab atas tindakannya

  f. mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu g. dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih.

  Hetherington (dalam Masrun dkk., 1986) mengemukakan bahwa

kemandirian ditandai dengan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif dan

mengatasi masalah, penuh ketekunan dalam bekerja, memperoleh kepuasan dari

usahanya, serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang

lain. Selain itu, komponen-komponen utama kemandirian menurut Masrun, dkk.

(1986) adalah :

  a. Bebas Komponen ini ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri, bukan karena orang lain.

  b. Progresif dan ulet Komponen ini meliputi adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh

ketekunan, merencanakan, serta mewujudkan harapan-harapan.

  c. Inisiatif Komponen ini mencakup kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif, dan penuh inisiatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), inisiatif diartikan sebagai usaha (tindakan) yang mula-mula atau prakarsa.

  11 d. Pengendalian dari dalam Komponen ini ditunjukkan dengan adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya atau kemampuan mengendalikan tindakannya, serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

  e. Kemantapan diri Komponen ini meliputi rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya sendiri.

  Berdasarkan beberapa ciri tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian

ditandai oleh tindakan yang bebas (dilakukan atas kehendak sendiri), progresif

dan ulet, penuh inisiatif, memiliki pengendalian dari dalam diri, serta adanya

kemantapan diri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

  Kemandirian tidak terbentuk dengan sendirinya. Kemandirian terbentuk melalui proses yang panjang dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian antara lain jenis kelamin, usia, inteligensi, pendidikan, dan pola asuh orang tua.

  a. Jenis kelamin Seorang pria cenderung dianggap lebih mandiri daripada wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa ciri kepribadian maskulin yang khas adalah pola orang yang dominan, agresif, dan aktif, sedangkan ciri

  12 kepribadian feminin yang khas ditandai oleh ketergantungan, kepasifan, dan kepatuhan (Hurlock, 1978). Aspek-aspek pada ciri kepribadian maskulin tersebut mencerminkan kemandirian dalam diri pria dan aspek- aspek pada ciri kepribadian feminin mencerminkan ketidakmandirian dalam diri wanita.

  b. Usia Menurut Hurlock (1980), ketergantungan seorang anak yang lebih besar tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya karena anak tersebut sudah dapat melakukan banyak hal untuk diri sendiri tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Dengan kata lain, semakin bertambahnya usia seseorang, maka kemandirian dalam dirinya diharapkan akan semakin bertambah pula.

  c. Inteligensi Nuryanto (dalam Kushartanti, 2004) menyatakan bahwa faktor inteligensi dalam proses penentuan sikap, pengambilan keputusan, dan penyesuaian diri, secara tepat dapat menampilkan suatu kemandirian yang mantap pada individu. Dalam usaha untuk menentukan sikap mandiri, diperlukan adanya kemampuan berpikir yang baik agar sikapnya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya.

  d. Pendidikan Masrun, dkk. (1986) berpendapat, pendidikan adalah usaha manusia dengan penuh tanggung jawab membimbing anak didik menuju kedewasaan. Dalam dunia pendidikan formal yang diterima anak dari

  13 sekolah, kepribadian dan sikap para guru akan mempengaruhi anak didik. Guru membentuk suasana bagi anak untuk berperilaku lebih bebas dan memberi tanggung jawab lebih besar. Suasana tersebut diharapkan akan memberi keuntungan bagi perkembangan kepribadian anak, dalam hal ini perkembangan kemandiriannya.

  e. Pola asuh orang tua Salim dan Salim (1991) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang tua menjaga, merawat, dan membimbing anak agar dapat berdiri sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat Susana (dalam Familia, 2004) bahwa orang tua secara bertahap harus mendampingi dan melatih anak menggunakan potensi diri yang ia miliki untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada orang lain.

  Kemandirian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis kelamin, usia, inteligensi, pendidikan dan pola asuh orang tua.

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

  Menurut Hauck (1995), pola asuh adalah kecenderungan sikap dan

perilaku yang ditunjukkan oleh pengasuh (orang tua) ketika berinteraksi dengan