FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
OLEH
IS RAHAYU
NIM : 041324034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MOTTO & HALAMAN PERSEMBAHAN
Bertemu orang marah adalah kesempatan untuk membuat yang bersangkutan kagum akan kesabaran kita. (Gede Prama) Prestasi adalah apa yang mampu Anda lakukan. Motifasi menentukan apa yang Anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya. (Lois Holtz) Anda tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai Anda menyukai apa yang sedang Anda Kerjakan. (Dale Carnegie) Hidup adalah sebuah karya seni, kita melukisnya melalui tindakan, pikiran dan kata-kata. (Gede Prama) Dengan tulus aku persembahkan skripsi ini kepada : Allah Swt yang telah memberi aku hidup Kedua orang tuaku tercinta, Bp. Sukarno & Ibu Sutini Semua kakak-kakakku tersayang Semua keponakan-keponakanku tersayang Semua orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku Pelita hatiku tercinta Keluarga besar Pendidikan Ekonomi USD’2004
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU
PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 1997-2008
Is Rahayu
041324034
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 1997-2008 yaitu : (1) jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
negeri, (2) jumlah program studi perguruan tinggi negeri (3) biaya pendidikan
perguruan tinggi swasta dan (4) jumlah lulusan SMA/SMK.Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis
dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan
tinggi swasta Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1997-2008. Sumber data
merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari
Kopertis, Badan Pusat Statistik, dan langsung dari beberapa perguruan tinggi.
Penelitian ini mempergunakan teknik analisis data regresi linier berganda.2 Nilai koefisien (R ) diperoleh hasil sebesar 0,95 yang menunjukkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 95%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh vaktor lain. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan
bahwa : (1) jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1997-2008, (2) jumlah program studi perguruan
tinggi negeri secara signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah mahasiswa baru
perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1997-2008, (3) biaya
pendidikan perguruan tinggi swasta secara signifikan berpengaruh positif terhadap
jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
1997-2008 dan (4) jumlah lulusan SMA/SMK secara signifikan berpengaruh positif
terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 1997-2008.
ABSTRACT
FACTORS THAT INFLUENCING THE NUMBERS OF NEW STUDENTS IN
PRIVATE HIGHER EDUCATION AT SPECIAL PROVINCE OF
YOGYAKARTA IN 1997-2008
Is Rahayu
041324034
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
The objective of the research is to know and analyze factors that influencingthe numbers of new students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008, namely (1) the numbers of new students in state higher
education, (2) the numbers of study programs in state higher education, and (3)
tuition fee in private higher education, (4) the numbers of high school graduates.This study is an ex-post facto that tries to analyze and test factors that
influencing the number of students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008. The source data was secondary data which was obtained
from various sources including Private Higher Education Coordinator, Statistic
Bureau and directly obtained from higher education. Multiple linier regression was
applied to analyze the data.2
0.95 Coefficient value (R ) indicates that effect of independent variable on dependent one was 95%, meanwhile the remaining was influenced by other factor.
Based on data analysis, it could be concluded that (1) the number of students in state
higher education significantly has negative effect on the number of students in
private higher education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008; (2) the
number of study programs in state higher education significantly has negative effect
on the numbers of students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008; (3) tuition fee in private higher education significantly has
positive effect on the numbers of students in private higher education at Special
Province of Yogyakarta in 1997-2008; and (4) the numbers of high school graduates
significantly has positive effect on the numbers of students in private higher
education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008.KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tak
lepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta selaku Dosen Pembibmbing I, terimakasih atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si, selaku Dosen pembimbing II terimakasih
atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Y. M. Vianey Mudayen, S.Pd, dan Ibu Dra.
C. Retno Wigati, M. Si., Selaku Dosen Pendidikan Ekonomi terimakasih untuk bantuan, bimbingan, masukan, serta pelajaran-pelajaran yang diberikan selama dibangku perkuliahan yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya.
5. Mbak Titin di Sekretarariat Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma
yang telah banyak membantu dalam segala urusan administrasi penulis.
6. Segenap karyawan & karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang
telah menyediakan koleksi buku-buku dan fasilitas yang memadai yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Pihak Kopertis Wilayah V, Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta
Yang telah memberikan data kepada penulis.
8. Pihak Perguruan Tinggi (UGM, UNY, UIN, ISI, ATK, STPN, UII, UMY, USD,
UPN UAJY) Daerah istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan memberikan data kepada penulis.
9. Ayah & Ibuku tercinta, yang tiada henti-hentinya mendoakanku, memberikan
dukungan kepadaku, dan telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
10. Kakak-kakaku semua yang tersayang terimakasih atas dukungan, doa, dan
bantuannya selama ini.
11. Mbak Yuli & Mas Ino, terimakasih untuk segala dukungan, dan nasehat yang
diberikan untukku.
12. Mas Sur & Mbak alin, terimakasih atas segala doa, dukungan dan
ketersediaannya menjadi pendengar keluh kesahku.
13. Keluarga di Jakarta ( Mas Mulyana, Mas Supri, Mbak Tris, calon kakak Iparku
“mbak Mutia” dan keponakan-keponakanku tersayang) terimakasih atas segala nasehat dan doa yang diberikan untukku.
14. Mas Suyut’ku terimakasih atas segala kesabaran, perhatian, kasih sayang,
dukungan, doa, serta bantuannya untukku selama ini.
15. Sahabat terbaek’ku Leny terimakasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya.
Serta terimakasih untuk tumapangannya dikost ketika disela-sela waktu kuliah dan ketika aku tidak bisa pulang ke rumah hehe...
16. Teman-teman PE angkatan 2004, Sigit, Santi, Neni, Imel, Ina, Riri, Cristin,
Berta, Yanti, Yosti, Yogi, Trico, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.
17. Untuk sahabat-sahabatku yang senantiasa meluangkan waktu untuk membantuku
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
18. Untuk Mas Surya, terimakasih untuk segala bantuannya dan terimakasih juga
telah dengan sabar membantu mengantarkan dan menemaniku muter-muter ke DIY untuk mengurus perijinan penelitian ini.
19. Untuk Honda Supra 125’ku tersayang, Kau adalah hidupku, karena hanya engkau
yang benar-benar siap menemani dan setia mengantarkanku kemana tujuanku hehe......
20. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi 2004, terimakasih atas
kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin selama ini.
21. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan
maupun saran yang diberikan demi kebaikan, kemajuan, serta perkembangan skripsi
ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.Penulis Is. Rahayu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... ... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………
5 C. Pembatasan Masalah ……………………………………………
6 D. Tujuan Penelitian ……………………………………………….
6 E. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………
8 A. Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia …………….
8
1. Konsep Perguruan Tinggi ………………………………
8
2. Sejarah Perguruan Tinggi ………………………………
10 3. Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia ………………...
12 B. Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat ……………….
16 C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Swasta ………………………………….
18
1. Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri ………
18
2. Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri…………… 19 3. Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta ……………..
21 4. Jumlah Lulusan SMA / SMK ………………………….
23 D. Penelitian Terdahulu …………………………………………..
25 E. Kerangka Pemikiran ………………………………………..
27 F. Hipotesis ……………………………………………………… 29
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 30 A. Jenis Penelitian ……………………………………………..
30 B. Jenis Data dan Sumber Data …………………………………..
30 C. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………
31 D. Data Yang Diperlukan ………………………………………
31 E. Variabel Penelitian ………………………………………….
32
BAB IV GAMBARAN UMUM …..……………………………………… 42
A. Keadaan Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta…….. 42 B. Sejarah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta…………………43 C. Gambaran Responden Penelitian………………………………
46 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………….
54 A. Analisis Data ................................................................................ 54
B. Pembahasan.................................................................................. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 82
A. Kesimpulan ………………………………………………… ..... 82 B. Saran............................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANDAFTAR TABEL Tabel III.1 Uji Durbin Watson…………………………………… …………. 38 Tabel V.1 Pengujian Normalitas……………………………………………. 54 Tabel V.2 Descriptive Statistic……………………………………………… 55 Tabel V.3 Pengujian linieritas……………………………………………….. 56 Tabel V.4 Pengujian Multikolinieritas……………………………………… 57 Tabel V.5 Pengujian Heteroskedastisitas…………………………………… 60 Tabel V.6 Pengujian Autokorelasi…………………………………………
62 Tabel V.7 Hasil Koefisien Regresi Ganda…………………………………
64 Tabel V.8 Hasil Uji F Hitung………………………………………………
67 Tabel V.9 Hasil Uji R
2 …………………………………………………….
68 Tabel V.10 Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY………
70 Tabel V.11 Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY dalam Lima Tahun Terakhir………………………………………….
71 Tabel V.12 Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri DIY………...
74 Tabel V.13 Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta DIY……………..
78 Tabel V.14 Jumlah Lulusan SMA/SMK DIY………………………………
81
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing serta dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga Indonesia. Oleh karena itu hendaknya program pendidikan senantiasa selalu ditinjau dan diperbaiki.
Cita-cita untuk menghasilkan sumberdaya yang berkualitas, cerdas, damai terbuka demokratis dan siap menerima berbagai tantangan tersebut tentu saja diperlukan pendidikan tinggi, karena pada dasarnya pendidikan tinggi merupakan kunci dalam mengembangkan pengetahuan dan kualitas kemampuan untuk meraih peluang partisipasi yang akan muncul dalam transformasi dunia dan pembangunan berkelanjutan dalam konteks global yang kaya akan informasi (Pendidikan Tinggi, 1999).
Untuk memperoleh pendidikan tinggi, seseorang harus melewati jenjang mulai dari Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. kemudian tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Kemudian Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan).
Untuk selanjutnya, para calon mahasiswa baru dapat memilih melanjutkan ke perguruan tinggi negri (PTN) atau perguruan tinggi swasta (PTS). Memang pada kenyataannya sebagian besar calon mahasiswa baru biasanya lebih memilih untuk melanjutkan ke PTN. Besarnya minat ke PTN menunjukkan tiga kemungkinan. Pertama, PTN menjadi pilihan karena dianggap memiliki kualitas yang lebih baik daripada PTS. Kedua, biaya kuliah di PTN lebih murah daripada kuliah di PTS. Ketiga, bagaimanapun, kuliah di PTN memiliki gengsi yang tinggi karena hanya mereka yang memiliki kualitas akademik yang bisa kuliah di PTN yang dibuktikan dengan lulus SPMB. Tentu saja bagi mereka yang lulus masuk PTN merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka (http://www.jawapos.co.id). Sedangkan bagi calon mahasiswa baru yang tidak dapat masuk atau tidak diterima di PTN bukan berarti mereka tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka masih dapat melanjutkan ke PTS.
Namun sayangnya, nama PTS sampai saat ini seolah masih saja mendapat nilai buruk dimata masyarakat karna dianggap PTS berkualitas rendah. Hal tersebut membuat calon mahasiswa baru enggan untuk masuk ke PTS, apalagi jika PTSnya bukan PTS yang faforit. Oleh karena itu wajar PTS. Sehingga akibatnya jumlah mahasiswa baru yang masuk di PTS semakin terus berkurang karena lebih banyak yang terserap di PTN. Sebagai contoh misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi sosial ekonomi DIY tidak bisa dilepaskan dari posisinya sebagai kota tujuan pendidikan.
Sebagai kota pendidikan DIY memiliki banyak perguruan tinggi yang sangat berkualitas, baik ditingkat nasional maupun regional. Oleh karena itu DIY selalu menjadi tujuan studi bagi para pelajar/mahasiswa di seluruh Indonesia bahkan manca negara. Namun meskipun demikian, di DIY saat ini (2004), banyak PTS yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan telah diperkirakan hampir separoh dari 102 PTS di DIY terancam bangkrut karena kekurangan mahasiswa baru ( www.sinarharapan.co.id ). Terbukti yaitu pada tahun 2002 jumlah mahasiswa baru PTS tercatat sebesar 44853, jumlah ini menurun sekitar 1,2% dari jumlah mahasiswa baru pada tahun 2001. sedangkan tahun 2008 jumlah mahasiswa baru turun mencapi 25%. Menurunnya jumlah mahasiswa baru di PTS DIY tersebut disebabkan karena umumnya calon mahasiswa baru lebih memilih ke PTN, selain itu juga disebabkan adanya otonomi perguruan tinggi negeri yang dengan otonomi tersebut hampir semua PTN menaikkan jumlah kuota penerimaan mahasiswa barunya. Terbukti jumlah mahasiswa baru di PTN cenderung meningkat seperti pada tahun 2002 jumah mahasiswa baru di PTN 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah mahasiswa tahun 2001. sedangkan sampai pada tahun 2008 jumlahnya naik mencapai 31%. Kebijakan menaikkan kuota ini, dapat merugikan PTS yang selama ini juga turut berjuang mencerdaskan bangsa (Jawa Pos, 2 Mei 2008).
Aktivitas pendidikan di DIY, sebenarnya juga turut memajukan sektor ekonomi masyarakat DIY. Besaran pengeluaran mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian DIY terutama dalam bisnis makanan, minuman, pondokan, foto copy, transportasi, teknologi komunikasi dan rekreasi. Menurut hasil survey pada tahun 2008, biaya hidup mahasiswa DIY untuk seluruh strata pendidikan rata-rata sebesar Rp 1.278.350. Untuk pengeluaran makan dan minum (31%), pondokan (17%), transportasi(10%), telepon/HP (7%), rekreasi (7%), perawatan diri (5%), internet (4%), buku pelajaran (3%). Hal ini berarti pengeluaran mahasiswa dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar seperti bagi pembuka warung makan, pemilik pondokan, dll. Dimisalkan jika jumlah mahasiswa di DIY 300 ribu orang maka sumbangan mahasiswa terhadap pendapatan daerah mencapai 4,6 triliun dalam waktu satu tahun (www.forum bebas.com).
Melihat kenyataan yang ada, beberapa PTS di Yogyakarta saat in banyak yang kondisinya memprihatinkan dan terancam bangkrut karena kekurangan mahasiswa yang diakibatkan juga karena adanya otonomi daerah, dimana saat ini masing-masing daerah dapat mendirikan perguruan tinggi. Maka bagi yang didaerahnya sudah berdiri perguruan tinggi, mereka tidak perlu lagi datang jauh-jauh ke Yogyakarta tetapi akan lebih memilih berkuliah di DIY, secara tidak langsung sumbangan dalam sektor ekonomi juga dapat berkurang.
Maka berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DIY TAHUN 1997-2008 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah pokok pada penelitian sebagai berikut :
1. Apakah jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) DIY tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?
2. Apakah jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN) DIY tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?
3. Apakah biaya pendidikan perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008 ?
4. Apakah jumlah lulusan SMA/SMK DIY tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008 ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini penulis hanya mengambil beberapa faktor saja. Adapun didalam penelitian ini penulis membatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) tahun 1997-2008.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai disini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pendidikan perguruan tinggi swasta (PTS) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah lulusan SMA/SMK DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang menyangkut tentang perguruan tinggi swasta DIY dan perguruan tinggi negeri DIY .
2. Bagi Peneliti Dapat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para
Mahasiswa dan Mahasiswi Sanata Dharma sera Pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia
1. Konsep Perguruan Tinggi Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas (http://www.pts.co.id/struktur.asp). Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu. Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian yang sejenis. Sedangkan Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejurusan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni. Disamping fakultas dan fakultas dapat terdiri dari beberapa jurusan (http://www.pts.co.id/struktur.asp).
Sesuai yang tertulis dalam Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006 dan Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru/Jabatan Dosen, dijelaskan bahwa struktur pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari dua jalur pendidikan, yaitu (1) Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, dan lebih mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan akademik diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas; (2) Pendidikan profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu, serta mengutamakan peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan profesional ini diselenggarakan oleh akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Selain itu dijelaskan juga bahwa tujuan dari pendidikan tinggi adalah (1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan atau kesenian; (2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan tekhnologi meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
2. Sejarah Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi tertua di Indonesia adalah sekolah kedokteran. Sekolah ini berawal dari latihan juru cacar pada tahun 1811. sekolah ini di susul oleh sekolah ahli kesehatan pada tahun 1851. Lulusannya setelah dua tahun belajar, disebut Dokter Jawa. Pada tahun 1875 gelar itu diubah menjadi Ahli Kesehatan Bumi Putera (Inlandsch Ganeeskundige). Pada tahun 1902 sekolah itu direorganisasi dan masa belajarnya ditambah. Gelarnya diubah menjadi Dokter Bumi Putera (Inlandsh Arts) dan diberi nama School toot opleiding van indisch Artsen (STOVIA). Pada tahun 1913 nama sekolah tersebut diubah lagi menjadi Nederlandsch-indische Arteenschool (NIAS) dan gelarnya disebut Indisch Arts. Masa belajarnya 7 tahun di atas MULO. Pada tahun 1927 NIAS yang berkedudukan di Jakarta (Batavia) dijadikan Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool, STK) (Ndraha ; 1988).
Sementara itu pada tahun 1910 didirikan perkumpulan Universitas di Indonesia (Indisch Universiteits Vereeniging) yang bertujuan mendirikan perguruan tinggi di Indonesia. Maka disamping STK, didirikan Sekolah Tinggi Tekhnik (STT) di Bandung atas Nederlandsch Indie dengan lama pendidikan lima tahun. Sekolah Hukum (Rechtschool) yang didirikan pada tahun 1909 di Jakarta pada tahun 1924 ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Hukum (Recht Hogeschool) lima tahunan (Ndraha ; 1988).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah dan masyarakat mulai memusatkan perhatian pada pembangunan bangsa, antara lain dibidang pendidikan tinggi. Demikian di Yogyakarta didirikan beberapa perguruan tinggi, antara lain Akademi Ilmu Politik (AIP) untuk mendidik tenaga-tenaga dibidang pemerintahan dalam negeri, luar negeri, dan penerangan. Kemudian, berdasarkan PP 1949 Nomor 23 tentang Peraturan Sementara Tentang Penggabungan Perguruan tinggi menjadi Universitas, semua perguruan tinggi negeri di Yogyakarta untuk sementara dengan tidak mengubah keadaan dan susunannya masing-masing digabungkan menjadi satu universitas dengan nama Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu diberbagai kota besar didirikan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia terdiri atas tiga kategori, yaitu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), dan perguruan Tinggi Swasta (PTS) (Ndraha ; 1988).
3. Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia
Pada saat ini sektor pendidikan tingi di Indonesia mengakomodasi sekitar 3,5 juta mahasiswa dan meluluskan sekitar 600 ribu lulusan dari berbagai jenjang pertahun, sebagian besar (>90%) diantaranya adalah pada program pendidikan akademik jenjang sarjana dan jenjang pendidikan vokasi (diploma). Beberapa dari lulusan ini telah mampu merebut pasar kerja baik dalam maupun luar negeri. Di samping itu, juga terdapat lulusan-lulusan yang mampu melakukan studi lanjut pada berbagai perguruan tinggi ternama di luar negeri. Namun demikian, secara umum kualitas lulusan pada sektor ini belum memadai. Hal ini dapat dilihat misalnya dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka untuk lulusan perguruan tinggi (diploma dan sarjana) pada tahun 2001 mencapai 541 ribu orang.
Sementara itu terjadi keadaan dimana pihak pencari tenaga kerja mengeluhkan sulitnya mencari tenaga kerja dengan kualifikasi dan kompetensi yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara jumlah terjadi produksi lulusan yang berlebih namun dari segi kualitas masih terjadi kekurangan. Rendahnya tingkat keterserapan lulusan perguruan tinggi dalam pasar kerja juga diakibatkan oleh rendahnya relevansi antara bidang keilmuan dan keterampilan yang dimiliki oleh lulusan tersebut dengan
Selain itu, peringkat perguruan tinggi Indonesia umumnya menduduki peringkat jauh di bawah perguruan tinggi lain di Asia.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survey Asiaweek tahun 2000 yang menempatkan perguruan tinggi Indonesia pada posisi bawah. Dua universitas besar yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada berturut-turut menempati posisi 63 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia.
Untuk memperbaiki keadaan di atas, diperlukan adanya strategi nasional untuk mengembangkan institusi pendidikan tinggi yang dapat dipercaya melalui restrukturisasi sistem secara nasional. Sistem tersebut haruslah akuntabel terhadap publik, ditunjukkan dengan efisiensi yang tinggi, mutu dan relevansi keluaran, dan manajemen internal yang transparan serta memenuhi standar mutu yang berlaku. Sebagai kekuatan moral, perguruan tinggi harus mampu berkontribusi secara langsung untuk menyelesikan berbagai persoalan yang ada dimasyarakat. Untuk mengantisipasi berbagai tantangan tersebut, maka pendidikan tinggi menerapkan strategi baru yang dikenal dengan paradigma baru. Implementasi dari konsep tersebut mengandalkan pendanaan berdasarkan kinerja dan meningkatkan partisipasi pengguna dalam melakukan perencanaan secara transparan, demokratis, serta memiliki akuntabilitas yang tinggi. Perubahan struktural dalam konsep ini bukanlah tujuan karena tujuan sebenarnya adalah peningkatan kualitas keluaran dan manfaat pendidikan tinggi bagi masyarakat.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pada awal tahun 2003 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional telah menerbitkan dokumen Higher
Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010 yang akan
mengembangkan 3 strategi utama, yaitu peningkatan daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi dan desentralisasi (autonomy), dan kesehatan organisasi (organizational health).
a) Daya saing bangsa Di tengah anggapan bahwa pendidikan tinggi belum mampu menyumbangkan lulusan yang dapat mengisi tenaga kerja berkualitas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat internasional, perguruan tinggi dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Untuk meningkatkan daya saing lulusan, haruslah dimulai dengan peningkatan daya saing perguruan tinggi itu sendiri. Pada tingkat nasional, upaya peningkatan daya saing institusi pendidikan tinggi telah dilakukan Ditjen Dikti sejak awal tahun 1990-an melalui kebijakan yang tertuang di dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP) 1996-2005 yang dilanjutkan dengan HELTS 2003-2010. melalui kebijakan tersebut, institusi pendidikan tinggi diharapkan mampu meningkatkan kualitasnya melalui berbagai program pembangunan.
b) Otonomi dan desentralisasi Pembenahan kapasitas institusi juga dilakukan dengan pendelegasian kewenangan yang lebih besar kepada perguruan tinggi. Ditjen Dikti telah bergeser perannya dari regulator menjadi fasilitator. Melalui PP 61 tahun 1999, kewenangan perguruan tinggi makin diperluas melalui otonomi perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang otonom diharapkan akan memilih dan menetapkan fokus masing-masing yang dilandasi oleh potensi, kekhasan dan nilai-nilai akademik universal serta tujuan pendidikan nasional.
c) Kesehatan Organisasi Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka institusi pendidikan tinggi juga harus sehat. Kesehatan institusi pendidikan tinggi diartikan sebagai suatu keadaan dimana organisasi ini akan secara sistematis dan terprogram dikembangkan baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat perguruan tinggi. Pada tingkat pusat akan dilakukan pembenahan kelembagaan yang mengarah pada efisiensi dan efektivitas program-program pengembangan sektor pendidikan tinggi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sementara itu, perguruan tinggi juga diharapkan senantiasa berupaya menghasilkan lulusan yang berkualitas (Depdiknas RI ; 2004).
B. Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat
Perguruan tinggi merupakan lembaga yang sangat strategis dalam mendorong percepatan pembangunan masyarakat. Dengan sejumlah keunggulan yang dimilikinya seperti sumber daya manusia, perangkat kelembagaan yang mapan, serta kemampuan membuat riset dan kajian, maka perguruan tinggi seyogyanya berperan sebagai agen pembangunan.
Selain itu, perguruan tinggi juga merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta pusat kegiatan penelitian sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa datang. Perguruan tinggi mendidik mahasiswa agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara Indonesia dalam rangka pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.
Pelaksanaan Tridharma Perguruan tinggi yang meliputi: Dharma pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Dengan dharma pendidikan, perguruan tinggi diharapkan melakukan peran pencerdasan masyarakat dan transmisi budaya. Dengan dharma penelitian, perguruan tinggi diharapkan melakukan temuan- temuan baru ilmu pengetahuan dan inovasi kebudayaan. Dengan dharma pelayanan masyarakat untuk ikut mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat (www.pmiinglah.word.com).
Peran makro yang dapat dimainkan oleh perguruan tinggi terutama dalam aspek dharma pengabdian masyarakat yaitu perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi perubahan- perubahan suatu masyarakat. Peran dan fungsi perguruan tinggi dapat diwujudkan dalam bentuk membangun gerakan pembelajaran masyarakat untuk mendorong segera terciptanya transformasi sosial.
Oleh karena itu perguruan tinggi harus mampu melakukan upaya-upaya yang bermanfaat dalam bentuk yang lebih operasional seperti (1) mengembangkan model pembangunan yang benar-benar berbasis pada keilmuan dan sumberdaya lokal; (2) mengembangkan pusat-pusat pengembangan masyarakat dengan, memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada; (3) membangun basis-basis pengembangan keilmuan yang benar-benar relevan bagi kebutuhan masyarakat dalam rangka merespon perubahan global yang sangat dinamis; (4) menyebar luaskan berbagai informasi yang masih menjadi masalah yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara melalui berbagai cara agar kelompok- kelompok masyarakat mempunyai kemampuan adaptif (www.uns.ac.id).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Swasta (PTS) DIY.
1. Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY.
Setiap tahun di Indonesia, lebih dari satu juta lulusan pendidikan menengah yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi. Orang tua atau calon mahasiswa pasti akan selalu berupaya untuk memilih jenis pendidikan tinggi atau perguruan tinggi tertentu yang dapat memberikan jaminan masa depan. Dengan ilmu yang didapat di perguruan tinggi, mereka berharap akan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas dan lebih kompetitif. Pilihan bagi para calon mahasiswa baru tersebut biasanya adalah perguruan tinggi negeri (PTN), karena menurut pandangan masyarakat, PTN selalu lebih baik dari perguruan tinggi swasta (PTS). Anggapan bahwa PTN selalu lebih baik dari PTS tersebut muncul karena PTN umumnya memiliki sumber daya yang lebih baik, mislnya jumlah dosen yang gelarnya doktor lebih banyak. Sebenarnya anggapan bahwa PTN selalu lebih baik dari PTS tersebut hanya sebuah mitos belaka, karena PTN tidak selalu lebih baik dari PTS. Buktinya, ada PTS yang memiliki kualitas tidak kalah dengan PTN (Depdiknas RI ; 2004).
Sebuah anggapan memang sulit untuk dibantah. Buktinya, sampai pada saat ini PTN sering kali menjadi pilihan pertama dan maka sangat wajar apabila jumlah mahasiswa baru di PTN selalu lebih stabil atau cenderung meningkat dibandingkan dengan PTS ( www.sinarharapan.co.id ). Sebagai contoh misalnya jumlah mahasiswa baru di PTN DIY, pada tahun 2002 jumah mahasiswa baru di PTN 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah mahasiswa tahun 2001. sedangkan sampai pada tahun 2008 jumlahnya naik mencapai 31%. Sedangkan jumlah mahasiswa baru di PTS DIY cenderung mengalami penurunan yaitu tahun 2001 berjumlah 45427, tahun 2002 menurun 1,2% menjadi 44853 dan pada akhirnya tahun 2008 menurun hingga 25%. Sementra di PTN jumlah mahasiswa baru yang diterima cenderung meningkat yaitu tahun 2002 sebesar 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah mahasiswa baru tahun 2001. .
Dari contoh di atas dapat diartikan bahwa jumlah mahasiswa baru di PTN dapat mempengaruhi jumlah mahasiswa baru di PTS. Ketika jumlah mahasiswa baru di PTN meningkat, maka pengaruhnya terhadap PTS jumlah mahasiswa barunya semakin menurun.
2. Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri Selepas pengumuman kelulusan ujian nasional dan ujian sekolah, sebagian siswa lulusan SMA/SMK bersiap-siap melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Yang belum lulus
Mendiknas telah menginstruksikan kepada Dirjen Dikti dan Dirjen Disdakmen untuk mengeluarkan surat kepada sekolah dan perguruan tinggi (PT) agar dapat menerapkan penerimaan bersyarat. Melalui cara itu, siswa yang tidak lulus dalam ujian nasional (UN) tetap bisa kuliah dan diberi kesempatan megikuti UN susulan paling lambat 1 tahun (Suara Merdeka, 2 Juli 2005).