HUBUNGAN ANTARA INTERNALISASI PROFESI DENGAN PERILAKU MERAWAT PADA PERAWAT ANAK DI RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA INTERNALISASI PROFESI DENGAN

PERILAKU MERAWAT PADA PERAWAT ANAK DI RSPAD

GATOT SOEBROTO JAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh :

  Ditra Yuda Christanto NIM : 079114012

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

  

Kupersembahkan karya ini

kepada

Tuhan Yesus Kristus yang

maha segalanya

  

Kedua orangtua ku tercinta

Adik dan kakak ku tersayang

Teman-teman yang menjadi

penyemangatku

  

“Do something for today

Because tomorrow

you will not do the same thing…”

  

HUBUNGAN ANTARA INTERNALISASI PROFESI DENGAN

PERILAKU MERAWAT PADA PERAWAT ANAK DI RSPAD GATOT

SOEBROTO JAKARTA

Ditra Yuda Christanto

  

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara internalisasi profesi

dengan perilaku merawat pada perawat anak di RSPAD Gatot Soebroto Subyek penelitian ini

adalah 40 orang perawat anak di RSPAD Gatot Soebroto. Hipotesis penelitian ini adalah ada

hubungan positif antara internalisasi profesi perawat anak dengan perilaku merawat pada diri

perawat. Data diungkap dengan skala internalisasi profesi yang memiliki reliabilitas 0,729 dan

skala perilaku merawat yang memiliki reliabilitas 0,757. Internalisasi profesi merupakan suatu

tahap yang dialami oleh perawat melalui pendidikan agar perawat mengetahui representasi dirinya.

Data dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Koefisien korelasi yang

dihasilkan adalah r= 0,747 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

positif antara internalisasi profesi perawat anak dengan perilaku merawat pada diri perawat. Hal

ini berarti semakin berhasil perawat anak menginternalisasikan profesinya maka akan semakin

baik pula perilaku merawat pada diri perawat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

internalisasi profesi perawat anak berkontribusi 55,8% terhadap perilaku merawat.

  Kata kunci : perilaku merawat, internalisasi profesi, perawat

  THE RELATION BETWEEN THE CHILDREN NURSES’S

  

INTERNALIZING PROFESSION IN RSPAD GATOT SOEBROTO AND

THEIR CARING BEHAVIOUR

Ditra Yuda Christanto

ABSTRACT

  This research aimed to know the relation between the children nurse’s internalizing

profession in Gatot Soebroto Hospital and their caring behaviour. The subjects were 40 children

nurses’s in Gatot Soebroto Hospital. The hypothesis were that there was a positive correlation

between the children nurse’s internalizing profession and their caring behaviour. The data was

revealed by the scale of internalizing profession with the reability 0,729 and caring behaviour

scale was 0,757. Internalizing profession was step that passed by children nurse’s with education

in order to known their self representation. The data was analyzed with Pearson Product Moment

Correlation. The result of coefficient correlation was r = 0,747 (p < 0,01) that means there was a

positive correlation between children n urse’s internalizing profession and their caring behaviour. It means that the better professi on internalize of children nurse’s gets, the higher their caring

behaviour will gets too. The result also showed that internalizing profession of children nurse’s

contribute 55,8% to their need for nurturance.

  Keywords : Caring behaviour, internalize profession, nurse

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus saya penuhi untuk meraih gelar kesarjanaan pada program studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Begitu banyak hambatan yang saya temui selama proses penyelesaian skripsi, Namun, semua itu dapat diatasi dengan bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani sebagai Dekan Fakultas Psikologi yang telah mendukung pembuatan skripsi ini.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan koreksi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

  3. Bpk. Victorius Didik sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saya gambaran sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

  4. Mbak Nanik dan Mas Gandung di sekretariat Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran dan proses administrasi skripsi saya.

  6. Brigjen TNI Dr. Adib Abdullah Yahya M.Sc sebagai direktur RSPAD Gatot Soebroto yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di RSPAD

  7. Ibu Rumi, perawat anak RS Panti Rapih yang turut berperan serta dalam menyebarkan dan mengumpulkan kembali skala penelitian saya.

  8. Ibu Juariah, perawat anak RSPAD yang turut membantu dalam menyebarkan dan mengumpulkan kembali skala penelitian saya

  9. Semua perawat bagian anak di kedua rumah sakit yang telah membantu saya dalam mengisi skala penelitian ini.

  10. Putu, Anggun, Ateng, Odil, Vivi, Wulan, Damar, Ira dan Ayu , “Terima kasih buat diskusi, candaan, dan masukannya”

  11. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam proses pembuatan skripsi ini.

  Saya sadar bahwa selama saya melakukan penelitian, banyak kesalahan dan kelalaian yang telah saya perbuat. Oleh karena itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah saya rugikan. Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perkembangan saya dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata, atas perhatian dan dukungannya, Saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….. ii

  HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN

  ……………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………… v ABSTRAK ……………………………………………………………. vi ABSTRACT …………………………………………………………... vii

  LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA IL MIAH ………. viii KATA PENGANTAR ………………………………………………... ix DAFTAR ISI …………………………………………………………. xi

  DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xiv

  DAFTA R LAMPIRAN ………………………………………………. xv

  1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………….

  8 BAB II LANDASAN TEORI

  9 …………………………………………

  A. Perawat Anak 9 …………………………………………………..

  1.

  9 Pengertian Perawat Anak ………………………………….

  2.

  10 Filosofi Keperawatan Anak ……………………………….

3. Prinsip Keperawatan Anak ………………………………… 12

  B. Internalisasi Perawat Anak …………………………………….. 14 1.

  Internalisasi ………………………………………………… 14

  2. Tahap- Tahap Internalisasi Pada Perawat Anak ……………. 15

  3. Aspek- Aspek Internalisasi …………………………………. 18

  C. Perilaku Merawat pada Perawat ……………………………….. 19

  1. Konsep Dasar Perilaku Merawat …………………………... 19 2.

  Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merawat…………...... 20 3. Aspek Perilaku Merawat …………………………………… 23

  D. Hubungan Antara Internalisasi Profesi Perawat Anak dengan Perilaku Merawat pada Diri Perawat ……………………............ 24 E.

  Hipotesis ………………………………………………………… 27

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 28 A.

  Desain Penelitian ………………………………………………… 28 F.

  Metode Analisis Data …………………………………………… 36 G. Validitas dan Reliabilitas ………………………………………. 36

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 46 A.

  Persiapan Penelitian …………………………………………….. 46 B. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 48

  C. D eskripsi Data Penelitian ………………………………………. 48 D.

  Analisis Data Penelitian ………………………………………… 49 E. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………… 51

  BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 57 A.

  Kesimpulan …………………………………………………….. 57 B. Saran ……………………………………………………………. 58

  DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 59

  LAMPIRAN …………………………………………………………….. 61

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Distribusi Skala Perilaku Merawat sebelum uji coba

  34 ……….. Tabel 2 : Distribusi Skala Internalisasi Profesi sebelum uji coba

  ……... 35 Tabel 3 : Distribusi Skala Perilaku Merawat Setelah uji coba

  ………… 39 Tabel 4 : Distribusi Skala Perilaku Merawat yang digunakan dalam penelitian

  41 …………………………………………….. Tabel 5 : Distribusi Skala Internalisasi Profesi setelah uji coba

  42 ……... Tabel 6 : Distribusi Skala Internalisasi Profesi yang digunakan dalam penelitian

  44 ……………………………………………………

  Tabel 7 : Perbandingan Mean Empiris dan Teoritis

  48 ………………….. Tabel 8 : Hasil Uji Normalitas Sebaran

  50 ……………………………….

  50 Tabel 9 : Hasil Uji Linearitas Hubungan …………………………….

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Instrumen Penelitian

  1. Skala Perilaku Merawat Sebelum Uji Coba ………………… 62

  2. Skala Internalisasi Profesi Sebelum Uji Coba ………………. 62

  3. Skala Perilaku Merawat Setelah Uji Coba ………………….. 74

  4. Skala Internalisasi Profesi Setelah Uji Coba ……………….. 74

  B. Validitas dan Reliabilitas ………………………………………. 84

  C. Statistik Deskriptif ……………………………………………… 90

  D. Uji Normalitas …………………………………………………. 90

  E. Uji Linearitas …………………………………………………… 90

  F. Uji Korelasi Pearson Product Moment ………………………… 91

  G. Surat Ijin dan Surat Keterangan ………………………………… 92

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perilaku individu mempengaruhi sikap dan perasaan individu yang

  berada di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena perilaku tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan muncul sebagai akibat dari adanya stimulus, baik yang berasal dari dalam individu maupun yang berasal dari luar individu. Stimulus yang berasal dari luar individu tampak saat satu individu memiliki perilaku tertentu, maka individu lainnya akan menyesuaikan. Begitu juga sebaliknya, ketika individu lain berperilaku tertentu, maka satu individu tersebut akan menyesuaikan.

  Perilaku individu bersifat unik, artinya setiap individu memiliki perilakunya masing-masing dengan segala keunikannya. Individu memiliki ciri-ciri, sifat, watak, kepribadian, dan motivasi tersendiri yang membedakannya dengan individu lainnya. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa lalu dan cita-cita yang ingin dicapainya menjadi salah satu faktor penyebab perilaku individu yang berbeda-beda (Sunaryo, 2004) berhadapan langsung dengan pasiennya dan memiliki proporsi sebesar 40% dibanding tenaga paramedik lainnya di Indonesia (DEPKES RI, 2002).

  Intensitas yang lebih sering dan proporsi yang besar menunjukkan bahwa perilaku merawat memegang peranan penting dalam proses kesembuhan pasien.

  Faktor lain yang menyebabkan pentingnya perilaku merawat adalah tindakan perawatan pada anak-anak yang memiliki perbedaan dengan tindakan perawatan yang dilakukan pada orang dewasa. Sularyo (1993) menyatakan bahwa selain harus menguasai standar asuhan keperawatan dasar, perawat anak juga harus memperhatikan kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh (kebutuhan fisik), asih (kasih sayang atau psikologis), dan asah (stimulasi mental). Untuk mendukung kebutuhan tumbuh kembang pada anak, maka perawat anak harus memahami prinsip dasar keperawatan pada anak yang meliputi perawatan yang berfokus pada keluarga, perawatan atraumatik (tidak menimbulkan trauma) dan manajemen kasus. Perawatan atraumatik tidak pernah terlepas dari peran serta orangtua (Supartini, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan Sherlock (dalam Wong, 2002) menyebutkan bahwa 90% anak yang berusia 4 sampai 11 tahun menginginkan orangtua mereka menemani selama proses perawatan di rumah

  Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan ke dalam perilaku merawat yang dapat mengurangi dampak psikologis pada anak, seperti mengurangi dampak keterpisahan anak dengan keluarga, melakukan pendekatan ketika ingin memberikan tindakan medis, tidak melakukan kekerasan pada anak dan memodifikasi lingkungan fisik. Hal ini perlu dilakukan karena anak-anak seringkali merasa takut ketika diberikan tindakan medis, seperti pemberian obat melalui suntikan dan pembersihan luka. Selain itu, anak-anak kehilangan kebebasan dalam bermain dan digantikan dengan hal-hal yang bersifat teknis selama dirawat di rumah sakit. Rasa takut dan kehilangan kebebasan yang dialami anak-anak membuat mereka memandang perawat anak sebagai orang yang membatasi dan melukai dengan menyuntik sehingga mereka merasa trauma dengan lingkungan rumah sakit.

  Fenomena yang sering terjadi di beberapa rumah sakit, terutama yang berkaitan dengan perilaku merawat pada perawat adalah adanya kesenjangan antara perilaku merawat ideal dengan perilaku merawat aktual. Hal ini dikarenakan tuntutan pasien yang tinggi, rendahnya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melayani pasien sehingga menimbulkan dampak psikologis pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit. Niven (2002) menyebutkan dampak psikologis pada anak yang dirawat di rumah berpura-pura dapat menerima keadaan padahal anak sebenarnya merasa jenuh berada di rumah sakit.

  Penelitian yang dilakukan UNDIP pada tahun 2006 mengenai indikator kepuasan pasien rawat inap di Provinsi Jawa Tengah menyimpulkan bahwa pasien cenderung kurang puas terhadap sikap dan perilaku petugas rumah sakit. Beberapa perilaku tersebut antara lain keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, perawat kurang komunikatif dan informatif, tutur kata, keacuhan, ketertiban perawat rumah sakit. Perilaku perawat sehari-hari, seperti tutur kata, keramahan dan kemampuan perawat dalam berkomunikasi serta memberikan informasi kepada pasien menduduki peringkat tertinggi dalam indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan di rumah sakit. Pasien akan menghargai perawat yang melayani pasiennya dengan sikap dan tutur kata yang menghargai perasaan dan martabat pasien.

  Perilaku perawat anak yang menghargai perasaan dan martabat pasien tampak saat perawat melayani pasien yang memiliki perbedaan karakteristik.

  Dalam kasus keperawatan, perawat diharapkan dapat berperilaku kepada pasiennya sesuai dengan standar pelayanan keperawatan, terutama jika karakteristik masing-masing pasiennya semakin beragam. Misalnya ketika perawat anak merawat pasien yang berasal dari kelas VIP dan kelas bangsal, pelayanan keperawatan adalah dengan menginternalisasikan profesi mereka sebagai perawat anak.

  Internalisasi profesi merupakan proses pendidikan yang ditempuh oleh calon perawat anak agar dapat bertindak sesuai dengan representasi dirinya.

  Internalisasi profesi menjadi penting bagi perawat anak agar mereka tidak merasa menjadi orang asing di tempat mereka bekerja dan dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal. Merasa menjadi orang asing lazim dialami oleh mahasiswa keperawatan yang pertama praktik di ruangan.

  Mereka belum pernah belajar memahami makna yang mendukung kenyataan kegiatan rutin bangsal. Kegiatan-kegiatan orang lain di sekitar mereka tidak memberikan makna bagi mereka dan sebagai akibatnya mereka tidak tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Para perawat anak akan menjalani setiap tahap dalam internalisasi sampai mereka menyadari bahwa dirinya adalah seorang perawat anak sehingga mereka dapat memfungsikan dirinya dalam peran sebagai perawat anak.

  Harre (dalam Shanley, 1996) mencatat bahwa individu dapat mengenali identitasnya masing-masing dengan belajar secara teori dan dari pengalaman pribadinya. Pendapat Harre tersebut membuat individu untuk memperhatikan bagaimana individu mengambil identitasnya sebagai perawat anak. Seorang keperawatan yang berbeda dengan orang dewasa dan respon anak antara anak yang satu dengan anak lainnya berbeda saat mereka sedang sakit.

  Perbedaan tindakan keperawatan yang diberikan kepada anak disebabkan karena anak cenderung bereaksi negatif saat pulang ke rumah (Mc.

  Ghie 1996). Hal ini terkait dengan hubungan anak dengan orangtua selama dirawat di rumah sakit yang berkurang sehingga mengakibatkan anak merasa ditolak oleh keluarga. Selain itu, hal ini juga didukung oleh pernyataan yang ditulis oleh Supartini (2004) bahwa meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat di bidang pediatrik, tindakan yang dilakukan terhadap anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak.

  Supartini (2004) juga mengungkapkan beberapa bukti penelitian bahwa lingkungan rumah sakit dapat menimbulkan trauma bagi anak. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik itu sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut, distres yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri dan suara bising. Sedangkan distres psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu dan rasa bersalah. Oleh karena itu, internalisasi

  Berdasarkan uraian diatas, telah diungkap bahwa perilaku merawat memiliki peranan penting bagi perawat anak karena anak memiliki respon yang berbeda satu sama lain ketika mereka sakit. Pentingnya peranan perilaku merawat pada perawat anak juga terkait dengan proporsi perawat anak yang lebih besar dibanding tenaga paramedik lainnya dan intensitas yang lebih sering berhadapan langsung dengan pasiennya sehingga membuat perawat anak harus memiliki perilaku merawat yang baik. Akan tetapi, fenomena yang terjadi di rumah sakit adalah adanya kesenjangan antara perilaku merawat ideal dengan perilaku merawat aktual yang disebabkan karena tuntutan pasien yang tinggi, rendahnya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan perawat anak dalam melayani pasien sehingga menimbulkan dampak psikologis pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengurangi kesenjangan perilaku merawat ideal dengan perilaku merawat aktual adalah dengan internalisasi profesi. Hal ini dikarenakan internalisasi profesi berperan dalam menambah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan perawat anak sehingga terbentuk kepribadian seorang perawat anak yang sesuai dengan representasi dirinya. Perawat anak yang berhasil menginternalisasikan profesinya cenderung memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang keperawatan yang diwujudkan ke dalam perilaku merawat. Oleh

  B. RUMUSAN MASALAH

  Apakah ada hubungan antara internalisasi profesi perawat anak dengan perilaku merawat pada perawat anak di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Untuk mengetahui adanya hubungan antara internalisasi profesi perawat anak dengan perilaku merawat pada perawat anak di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Secara teoritis, dapat menambah kepustakaan dalam bidang psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi kepribadian dalam melihat permasalahan yang berkaitan dengan internalisasi profesi perawat anak dan perilaku merawat dalam diri perawat.

  2. Secara praktis, dapat memberikan bantuan kepada pihak rumah sakit untuk memfasilitasi timbulnya perilaku merawat yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan pada perawat anak dalam menjalankan profesinya.

BAB II DASAR TEORI A. PERAWAT ANAK

1. Pengertian Perawat Anak

  Perawat anak adalah seseorang yang telah menempuh program keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal pada anak dengan melibatkan keluarga. Keluarga memiliki peran yang begitu penting dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan. Hal tersebut dikarenakan keluarga berperan sebagai tempat yang memberikan perlindungan bagi anak, pemenuhan kebutuhan anak, serta penjamin keselamatan dan kesejahteraan anak untuk mencapai masa depan yang lebih baik (Wong, 1995).

  Anak-anak merupakan klien atau pasien dari perawat anak. Asuhan keperawatan pada anak-anak yang diberikan dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun berbeda dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada orang dewasa. (Gartinah, 1999) Selain harus menguasai Standar Asuhan Keperawatan kembang anak seperti asuh (kebutuhan fisik), asih (kasih sayang atau psikologis), dan asah (stimulasi mental).

  Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa perawat anak adalah seseorang yang telah menempuh program keperawatan anak sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan melibatkan keluarga agar tumbuh kembang anak (asuh, asih, asah) tetap optimal.

2. Filosofi Keperawatan Anak

  Dalam melaksanakan perannya sebagai perawat anak, perawat anak harus memahami tiga filosofi keperawatan anak. Ketiga filosofi tersebut yaitu :

  a. Family Centered Care Perawat harus mengetahui terlebih dahulu mengenai latar belakang anak yang dirawat baik didalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga agar nantinya dapat dilakukan tindakan keperawatan yang tepat. Hal ini didukung oleh pernyataan Wong, Perry & Hockenberry (2002) yang menyatakan bahwa kehidupan anak dapat ditentukan oleh selama di rumah sakit seperti dalam aktifitas bermain atau program perawatan lainnya dapat membantu proses penyembuhan pada anak selama berada di rumah sakit.

  b. Atraumatic Care Dampak psikologis yang sering muncul saat perawatan seperti rasa cemas, marah, nyeri dan lain-lain dapat menimbulkan trauma pada anak. Oleh karena itu, perawat berperan untuk mengurangi dampak psikologis tersebut agar perawatan dapat berjalan optimal. Beberapa prinsip yang harus dipahami oleh perawat anak untuk mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan, antara lain: i. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga. ii. Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anak iii. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri

  (dampak psikologis) iv. Tidak melakukan kekerasan pada anak v. Modifikasi lingkungan fisik Keterlibatan orangtua dalam pengelolaan kasus juga dibutuhkan karena proses perawatan di rumah adalah bagian tanggung jawabnya dengan meneruskan program perawatan di rumah sakit. Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak selama di rumah sakit akan mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga (Wong, 1995).

3. Prinsip Keperawatan Anak

  Perawat anak harus memahami prinsip atau dasar keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Hidayat (2008) mengemukakan beberapa prinsip tersebut yaitu : a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Artinya perawat tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

  b. Anak sebagai individu yang unik mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan-kebutuhan ini dapat c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

  d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

  e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

  f. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

  g. Keperawatan anak di masa yang akan datang akan cenderung berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu ini akan mempelajari aspek kehidupan anak.

  B.

INTERNALISASI PERAWAT ANAK

1. Internalisasi

  Lawrence Kohlberg (dalam Santrock, 2002) mendefinisikan internalisasi sebagai perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal. Kohlberg membagi tahapan internalisasi menjadi tiga tingkat, yaitu penalaran prakonvensional, penalaran konvensional dan penalaran pascakonvensional.

  Rohidi (1994) menyatakan bahwa internalisasi merupakan proses penghayatan, proses penguasaan secara mendalam, berlangsung melalui penyuluhan, latihan, penataran atau pengkondisian tertentu lainnya. Proses internalisasi ini berlangsung sejak manusia lahir sampai meninggal untuk belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya (Koentjaraningrat, 1986).

  Oleh karena itu proses internalisasi bersifat pribadi dan dapat diperhatikan melalui proses pengembangan diri dengan belajar dari orang lain, orang tua, guru, instruktur dalam situasi tertentu, sesuai dengan kapasitas sistem organik dan kejiwaannya, begitu juga dengan profesi perawat anak.

  Mereka yang ingin mengembangkan dirinya menjadi perawat anak, dapat karena sangat berguna untuk memahami tentang bagaimana individu merubah diri mereka sendiri melalui pembelajaran yang telah diinternalisasikan. Calon perawat anak mungkin telah mempelajari tentang cara merawat anak melalui pengalaman pribadinya. Kemudian internalisasi profesi membantu calon perawat anak untuk lebih mendalami dan menghayati identitas dirinya sebagai perawat anak.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi merupakan hasil pembentukan kepribadian pada individu melalui pengalaman dan teori sehingga individu tersebut dapat mengenali identitasnya dan bertindak sesuai dengan representasi dirinya sendiri.

2. Tahap Internalisasi Pada Perawat Anak

  Ketika individu memiliki keinginan untuk menjadi perawat anak, maka individu tersebut akan memasuki dunia pendidikan perawat anak. Di dalam dunia pendidikan tersebut, kepribadian individu akan dibentuk agar memiliki perilaku yang sesuai dengan identitas dirinya sebagai perawat anak. Davies (dalam Shanley, 1996) membagi pendidikan keperawatan anak ke dalam empat tahap, yaitu : a. Tahap pertama, initial innocence kurang mampu. Namun pada tahap ini perawat anak merasa kecewa karena pembimbing mereka hanya mengajarkan prinsip-prinsip perawatan secara umum sehingga mereka merasa tidak diajarkan tentang keperawatan dengan benar.

  b. Tahap kedua Calon perawat anak menyadari perbedaan antara harapan mereka dan harapan pembimbing. Mereka terlibat dalam proses observasi untuk mengetahui apa yang diinginkan pengajar.

  c. Tahap ketiga, psyching out Calon perawat anak mengetahui jenis perilaku yang dihargai dan dinilai oleh pembimbing mereka. Mereka berada pada tahap berpura-pura untuk menyenangkan pembimbing. Pada tahap ini banyak terdapat role distancing.

  d. Tahap keempat, nursing conscience Calon perawat anak mempelajari peran dan tanggung jawab sesuai dengan situasi yang ada sehingga mereka mengkategorikan dirinya sebagai perawat anak. Mereka mulai menerapkan standar praktik yang baik dan buruk. Hal ini merupakan proses internalisasi karena pernyataan kognitif yang mereka harus mengintegrasikan harapan awal mereka dengan harapan para role-set members dalam suatu pemahaman tentang peran perawat.

  Brigs Brigg (1972) menambahkan bahwa adanya perbedaan definisi praktik keperawatan antara pendidikan dan rumah sakit sehingga calon perawat harus belajar dan mengingat dua versi teknik yang berbeda. Selain itu perawat anak juga harus mengingat versi mana yang diharapkan oleh pembimbing mereka dan rumah sakit.

  Orton (1981) dan Agler (1984) menyatakan pentingnya perawat rumah sakit sebagai pemegang wewenang (role set member). Hal ini dikarenakan mereka lebih mengetahui bagaimana cara mengajar calon perawat. Selain itu, mereka juga peduli terhadap kebutuhan calon perawat dan kesetiaan mereka pada pengajaran di ruangan. Semua hal tersebut sangat berpengaruh pada pengalaman klinis calon perawat.

  Berdasarkan paparan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memiliki identitas diri sebagai perawat anak tidaklah mudah. Calon perawat harus melewati empat tahap terlebih dahulu, yaitu

  initial innocence, observasi, psyching out, dan nursing conscience. Selain

  itu, mereka juga mengalami ketegangan dan kebingungan karena mereka harus mengintegrasikan beberapa hal. Oleh karena itu, perawat anak

3. Aspek-Aspek Internalisasi

  Ada beberapa aspek yang berkontribusi pada internalisasi profesi yang membentuk kepribadian perawat anak. Brouwer, dkk (1980) menjelaskan empat aspek yang berkontribusi pada perawat anak dalam menginternalisasikan profesinya. Keempat aspek tersebut, yaitu : a. Normatif yang diwujudkan dalam sikap menaati aturan-aturan yang berlaku dalam profesi perawat anak meskipun harus mengorbankan kepentingan pribadinya.

  b. Kognitif yang diwujudkan dalam sikap mampu menguasai perbendaharaan kata mengenai perawat anak dan mengidentifikasikannya secara mendalam sehingga perawat anak dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan secara tepat.

  c. Afektif yang diwujudkan melalui perasaan-perasaan positif yang dapat muncul ketika individu melaksanakan tanggungjawabnya sebagai perawat anak meskipun keadaan lingkungan sekitar kurang mendukung.

  d. Emosional yang diwujudkan dalam sikap menyukai peran sebagai perawat anak beserta lingkungan kerjanya meskipun

C. Perilaku Merawat pada Perawat

1. Konsep Dasar Perilaku Merawat

  Leinenger (1984) mendefinisikan perilaku merawat sebagai perilaku yang mengarah kepada pemberian asuhan keperawatan secara langsung maupun tidak langsung dan membutuhkan keterampilan khusus dalam mendampingi seseorang yang sakit. Keterampilan khusus tersebut direfleksikan ke dalam atribut perilaku, seperti empati, suportif, melindungi, memberi pertolongan dan edukasi. Saat perawat merefleksikan keterampilan khusus tersebut ke dalam atribut perilaku, perawat harus memperhatikan kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari pasien yang didampinginya.

  Perilaku merawat merupakan hal yang mendasar bagi perawat karena merupakan bentuk pertanggungjawaban hubungan antara perawat dengan pasiennya. Perawat yang memiliki perilaku merawat akan membantu pasiennya mengalami perubahan positif pada aspek fisik, psikologis, spiritual dan sosialnya. Watson (2007) menjabarkan perilaku merawat pada perawat yang meliputi mendengarkan penuh perhatian, mampu memberikan penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, dan mampu menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat fisik, emosi dan spiritual. Julie juga menjelaskan mengenai empat aspek perilaku merawat, yaitu kepedulian, membantu pertumbuhan dan perkembangan pasien, penyediaan nutrisi dan memberikan makan untuk mempertemukan kebutuhan fisik dan emosi. Atribut yang terakhir adalah menumbuhkembangkan kepribadian yang positif pada pasien sehingga dapat membangun kemandirian dan rasa percaya diri pada pasien.

  Berdasarkan paparan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merawat merupakan hal mendasar yang harus dimiliki oleh perawat untuk membantu pasiennya menjadi lebih sehat secara fisik, emosi dan spiritual. Perilaku merawat memiliki empat atribut, yaitu kepedulian, membantu pertumbuhan dan perkembangan pasien, penyediaan nutrisi dan memberikan makan untuk mempertemukan kebutuhan fisik dan emosi, serta menumbuhkembangkan kepribadian yang positif pada pasien sehingga dapat membangun kemandirian dan rasa percaya diri pada pasien.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merawat

  Green (dalam Notoatmodjo 2003) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku merawat pada perawat. Faktor-faktor tersebut a. Faktor predisposisi yang meliputi : i. Pengetahuan

  Pengetahuan diperoleh dengan pembelajaran yang terjadi melalui proses sensori terhadap obyek tertentu.

  Pengetahuan merupakan domain penting yang mempengaruhi terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku yang didasari pengetahuan pada umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004) ii. Sikap

  Sikap adalah respon tertutup individu terhadap suatu stimulus atau obyek sehingga sikap tidak dapat langsung diamati. Sikap dapat diamati melalui penafsiran terhadap perilaku tertutup individu tersebut. Secara realitas, sikap menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu sehingga mempengaruhi individu dalam berperilaku (Sunaryo, 2004) iii. Nilai Nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai atau norma yang telah melekat

  Individu yang memiliki kepercayaan akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya (Green, 2000). v. Persepsi perawat

  Persepsi merupakan proses interpretasi yang dilakukan individu terhadap stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut memiliki makna bagi individu. Perawat yang memiliki persepsi yang baik tentang keperawatan anak cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003).

  b. Faktor pendukung yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana untuk terwujudnya perilaku merawat c. Faktor penguat yang dapat menjadi pendorong dan penguat terhadap timbulnya perilaku merawat, seperti motivasi, pujian, penghargaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merawat pada perawat, seperti pengetahuan, nilai, persepsi, sarana dapat muncul saat individu menjalani pendidikan keperawatan anak. Dengan menjalani pendidikan keperawatan anak, perawat anak diharapkan memiliki perilaku yang sesuai

3. Aspek Perilaku Merawat

  Julie (2003) mengungkap perasaan dan tindakan yang menyertai perilaku merawat pada perawat. Perasaan dan tindakan tersebut diwujudkan dalam empat aspek, yaitu :

  a. Kepedulian yang diwujudkan dalam sikap rela memberikan perhatian kepada orang lain yang memiliki kekurangan atau kesulitan.

  b. Mempromosikan pertumbuhan dan perkembangan yang diwujudkan dalam sikap memberikan dukungan kepada orang lain secara fisik, spiritual, dan emosional sehingga pasien menjadi lebih sehat.

  c. Penyediaan nutrisi dan memberi makan untuk mempertemukan kebutuhan fisik dan emosi yang diwujudkan dalam sikap mampu menyajikan makanan bergizi dan mampu membuat orang lain tertarik untuk mengkonsumsi makanan bergizi meskipun orang tersebut merasa kurang berminat.

  d. Menumbuhkembangkan kepribadian positif yang diwujudkan dalam mampu menahan diri dan sabar untuk membangun kemandirian dan rasa percaya diri pasien kepribadian positif yang dapat membangun kemandirian serta rasa percaya diri pada pasien.

  

D. HUBUNGAN ANTARA INTERNALISASI PROFESI PERAWAT

ANAK DENGAN PERILAKU MERAWAT PADA DIRI PERAWAT

  Setiap individu memiliki kepribadian masing-masing dengan segala keunikannya. Kepribadian individu sangat kompleks, artinya banyak hal yang mempengaruhi kepribadian individu. Salah satu unsur dalam kepribadian individu adalah perilaku. Manusia memliki perilaku yang membedakannya dengan makhluk lain. Perilaku tersebut adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan (Notoatmodjo, 2003).

  Perilaku pada individu tidak timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat adanya rangsang, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar individu. Hal ini menyebabkan perilaku pada salah satu individu akan mempengaruhi sikap dan perasaan individu lainnya.

  Perilaku individu sangat erat kaitannya dengan profesi yang dijalaninya. Individu yang berprofesi sebagai perawat anak harus memiliki perilaku merawat pada anak. Perilaku merawat wajib dimiliki agar anak-anak yang menjadi pasiennya tidak mengalami dampak psikologis dari tindakan pandangan negatif terhadap perawat anak. Pada umumnya, anak-anak melihat seorang perawat sebagai orang yang bertindak menyakiti dan melukai sehingga anak-anak cenderung menangis, berteriak, menutup diri atau menyangkal ketika tindakan perawatan diberikan.

  Pandangan negatif anak-anak terhadap perawat anak dapat dikurangi jika perawat anak memahami filosofi dan prinsip dasar keperawatan anak. Hal ini berguna sebagai acuan dasar bagi perawat anak dalam berperilaku. Filosofi dan prinsip dasar keperawatan anak membuat perawat anak harus dapat mengurangi dampak keterpisahan anak dengan orangtua saat anak sedang sakit dan mengurangi dampak psikologis dari tindakan perawatan yang diberikan. Tindakan perawatan yang diberikan pada anak juga harus memperhatikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Semua hal tersebut dapat dilakukan oleh perawat anak melalui perilaku yang sesuai dengan standar pelayanan keperawatan sehingga anak-anak tidak merasa takut dan trauma selama dirawat di rumah sakit.

  Adanya kesenjangan antara perilaku merawat ideal dan perilaku merawat aktual sering menyebabkan anak-anak mengalami trauma dengan tindakan perawatan di rumah sakit. Kesenjangan tersebut disebabkan oleh tuntutan pasien yang tinggi, rendahnya kemampuan, pengetahuan dan enggan untuk kembali dirawat di rumah sakit. Hal ini membuat perawat anak harus memperbaiki perilakunya agar sesuai dengan standar pelayanan agar pasien yang dirawatnya tidak mengalami trauma dan cepat sembuh.