PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA SKRIPSI

  PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi ( S. Psi. ) Program Studi Psikologi Oleh : Burduniaji Cahyo Purnomo NIM : 999114014 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Papa & Mam a t ercint a Adikku y ang selalu k ubanggak an

  

I ni adalah sebuah awal untuk melangkah lebih lanj ut menuj u masa

depan, walaupun terasa berat harus terus maj u menggapai impian kita

yang pernah kita gantungkan setinggi langit. M enyerah, bukanlah

j alan keluar.

  • penulis - Kuper sem bahkan t ulisan ini unt uk :

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

  Yogyakarta, 21 Januari 2008 Penulis, Burduniaji Cahyo Purnomo

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

BURDUNIAJI CAHYO PURNOMO

  Nama : 999114014

  Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun

memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 04 Juni 2008 Yang menyatakan Burduniaji Cahyo Purnomo

  

ABSTRAK

Burduniaji Cahyo Purnomo

Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara Pria dan Wanita di Rumah Sakit

  

Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita. Kecemasan menghadapi pensiun ini difokuskan pada seputar permasalahan seperti kebutuhan ekonomi, perasaan kesepian, kehilangan status, dan perasaan tidak berguna. Sedangkan gejala kecemasannya akan diukur menggunakan kompone n fisik, emosional, dan kognitif.

  Skala kecemasan menghadapi pensiun uji dengan subjek 60 orang, peneliti mendapatkan nilai reliabilitas yang cukup tinggi yaitu 0,928 dan jumlah item adalah 36 item Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dengan subjek 60 orang yang dibedakan menjadi 30 pria dan 30 wanita. Hasil penelitian dengan menggunakan t-test menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,024 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun yang siginifikan antara pria dan wanita.

  Kata Kunci : Kecemasan menghadapi pensiun, jenis kelamin, uji t.

  

ABSTRACT

Burduniaji Cahyo Purnomo

The Differences of Anxiety Level Among Male and Female Toward Pension at Rumah

  

Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

  This research attended to give information to the different of anxiety level among male and female toward pension. The pensions were focused on the economic needs, loneliness, loss of status, and useless feelings. The symptoms of anxiety will be scale by psychic component, emotional cognitive component.

  The scale towards pension are tested with 60 people, researcher also gain a high reliability that is 0.928 and the amount of the items were 36 items. Research held at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta with 60 subject; 30 male and 30 female. The result with the T-test shown 0.024 significance that bigger from 0.05. This result shown a significant anxiety level differences toward pension among male and female.

  Key Word : Anxiety toward pension, gender, T-Test.

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kerunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara

  Pria dan Wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta”.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memotivasi dan memberi saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan keramahannya kepada setiap mahasiswa.

  2. Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Si, selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan.

  3. Ibu Tanti Arini, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen pembimb ing skripsi yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan nasihat-nasihat yang sangat berguna.

  4. Bapak Kolonel Drs. Wahyudi Uun Hidayat, Apt, Msc, selaku Kepala Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto atas perizinan dan segenap bantuan lainnya selama proses pengambilan data.

  5. Segenap staff dan karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto atas kesediaannya meluangkan waktu dalam membantu terlaksananya penelitian ini.

  6. Bp. V. Didik Suryo Hartoko., S.Psi., M.Si dan Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan dan saran yang diberikan terhadap kemajuan penelitian saya.

  7. Semua dosen pengampu di Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu. Semo ga semakin berkualitas dan total dalam membimbing mahasiswanya.

  8. Pak Gie, Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Mbak Nanik, atas keramahan dan semua bantuannya selama ini di Fakultas Psikologi.

  9. Papa dan Mama tercinta, atas segala ketulusan dan kebesaran hatinya, cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.

  10. Adikku tersayang, Dwipa Fajar Arini, S.E, atas kebaikan hatinya dan juga semangat yang telah diberikan kepadaku.

  11. Veronika Retno Tri Susanti, S.Psi, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, kesabaran, kebesaran hati, dan memberikanku kesempatan yang amat sangat berarti dalam hidupku.

  12. Pak De, Bu De, Mas Singgih ( Big Brother ), Mbak Arum, Dede Laras, Mas Oky, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya telah mengijinkan saya untuk tinggal di Yogyakarta dan berproses menjadi seorang manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan mengerti tentang makna hidup yang sebenarnya.

  13. Mbak Rollis dan Mas Wayan atas kesabarannya dalam menjawab semua pertanyaan- pertanyaanku....KEEP ROCKIN’ DUDE!!!

  14. Tony Hermawan Yudha Satria., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and I’ll keep you in my mind … always…but kamu sama Andi jangan lupa

  Forgiveness Dude!!!

  daftar srimulat!

  15. Andi Hermawan Haji., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and Forgiveness

  Dude!!! I’ll keep you in my mind … always… but kamu sama Toni jangan lupa daftar

  srimulat!

  16. Vincensius Dwi “Bemo” Hartanto, S.Psi & FX. Wahyu “Ojie Saputra” Widiantoro, S.Psi., M.Si, pertemuan kita agak terlambat namun sangat berarti selama ku di Yogyakarta, semoga kalian tambah mesra ya….selalu…

  17. Vonni “Poniyem”, Sussy, Rina, Brigitta V. Wulandari, dsb, thanks for being my secret

  admire…? I’ll keep in mind…

  18. Kawan-kawan kos; Wilson “Pace”, Wara, Indro, Bonek, Johan, Talis, Carvalo, Ronnie, Andi, Pak kos dan keluarga, terima kasih atas canda tawa kalian yang sedikit banyak meringankan bebanku sewaktu ku pusing mengerjakan skripsi.

  19. Kawan-kawan angkatan ‘97, ‘98 ,’99 yang telah banyak membantu menyemangatiku… Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan tulisan ini.

  Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

  Yogyakarta, 08 February 2008 Penulis

  Burduniaji Cahyo Purnomo

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ............................................................................................. i Halaman Persetujuan.................................................................................... ii Halaman Pengesahan.................................................................................... iii Halaman Persembahan................................................................................. iv Pernyataan Keaslian Karya........................................................................... v Abstrak.......................................................................................................... vi Abstract......................................................................................................... vii Kata Pengantar.............................................................................................. viii Daftar Isi....................................................................................................... xi Daftar Tabel.................................................................................................. xv xvi Daftar Grafik……………………………………………………………….

  Daftar Lampiran........................................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................

  1 B. Rumusan Masalah...........................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian............................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian..........................................................................

  5 1. Manfaat Teoritis........................................................................

  5 2. Manfaat Praktis..........................................................................

  6 BAB II. LANDASAN TEORI A. Kecemasan……………..............................................................

  7

  1. Pengertian Kecemasan…….………………………………

  7 2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan………………..

  10

  3. Bentuk-Bentuk Kecemasan ………………………………

  11

  4. Tingkat-Tingkat Kecemasan………………………………

  12 5. Sumber-Sumber Kecemasan……...………………………..

  13 B. Pensiun………………….……………………………………..

  14 1. Pengertian Masa Pensiun………………………………….

  14 2. Pengaruh Pensiun Terhadap Individu…………………….

  16

  3. Permasalahan yang dihadapi pada Masa Pensiun …………

  17 C. Kecemasan Menghadapi Pensiun…………………………….

  20 D. Perbedaan Pria dan Wanita……………………………………

  20 1. Perbedaan Pria dan Wanita secara Biologis………...……..

  21 2. Perbedaan Pria dan Wanita Secara Umum……..………….

  21

  3. Perbedaan Pandangan mengenai Pekerjaan antara Pria dan

  23 Wanita…………………………………………………..

  4. Perbedaan Pandangan mengenai Pensiun pada Pria dan

  24 Wanita…………………………………………………..

  E. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pria dan

  25 Wanita………………………………………………………..

  F. Hipotesis Penelitian…………………………………...……….

  28 BAB III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian………………………………………………..

  29 B. Definisi Operasional……………………………………………...

  29 C. Subjek Penelitian…………..…………………………………….

  30

  D. Metode Pengumpulan Data….………………………………….

  31

  1. Skala Kecemasan……………………………………………

  32 E. Validitas & Reliabilitas………………………………………….

  33

  1. Validitas………………………………………………………

  33 2. Seleksi Item…………………………………………………..

  34

  3. Reliabilitas……………………………………………………

  35 D. Metode Analisa Data......................................................................

  37 BAB IV. HASIL PENELITIAN

  A. Orientasi Kancah ...………………………………………………

  38 B. Persiapan Penelitian………………………………………………

  38 1. Persiapan Penelitian..................................................................

  38 2. Seleksi Item… ..........................................................................

  39 C. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………

  40 D. Hasil Penelitian…………………………………………………...

  40 1. Karakteristik Subjek………………………………………….

  40 2. Kategorisasi Skor…………………………………………….

  41 3. Hasil Uji Asumsi……………………………………………..

  43

  a. Uji Normalitas………………………………………………

  43

  b. Uji Homogenitas……………………………………………

  44 4. Uji Hipotesis…………………………………………………..

  44 E. Pembahasan....................................................................................

  46 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................................

  49 C. Saran...............................................................................................

  50

  DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

  51 DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

  55

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 . Sebaran Butir Skala Kecemasan

  32 Tabel 2. Interpretasi Nilai r

  xx

  , Koefisien Alpha

  36 Tabel 3. Karakteristik Subjek

  40 Tabel 4. Kategori Nilai Jenjang tiga ( Azwar, 1999 )

  42 Tabel 5. Kategori Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun

  42 Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ( Independent Sample t – Test ) berdasarkan jenis kelamin

  45

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 1 Perbedaan MEAN berdasarkan Jenis Kelamin

  46

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN 1 Reliabilitas Item dan Daya Beda Item

  55 LAMPIRAN 2 Skala Penelitian, Data untuk seleksi item & Data Penelitian

  64 LAMPIRAN 4 Uji Normalitas, Uji Homogenitas, t-test

  73 LAMPIRAN 5 Surat Ijin Penelitian

  76 LAMPIRAN 6 Surat Keterangan Penelitian

  77

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia tidak terlepas dengan adanya aktivitas kerja. Aktivitas kerja tersebut didorong oleh kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam bekerja juga mengandung unsur suatu kegiatan sosial,

  menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

  Menurut Maslow (dalam Atkinson, 2000) kebutuhan manusia secara garis besar dapat dibagi atas : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Alasan seseorang bekerja yaitu bisa memenuhi salah satu kebutuhan yang diutarakan oleh Abraham Maslow ( dalam Atkinson, 2000 ). Steer & Porter ( dalam Eliana, 2003 ) menambahkan jika seseorang bekerja secara psikologis akan menimbulkan identitas, status, ataupun fungsi sosial.

  Mc.Gregor ( dalam As’ad, 2001 ) menjelaskan pula bahwa seseorang bekerja karena bekerja merupakan kondisi bawaan seperti bermain, atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smith dan Warkeley (dalam As’ad, 2001) juga menyatakan bahwa seseorang didorong untuk beraktivitas karena dia berharap bahwa hal ini akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang.

  Jadi bekerja merupakan suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan baik fisik maupun psikologis dan aktivitas ini juga melibatkan fungsi fisik dan mental. Aktifitas kerja tersebut mempunyai batasan waktu dimana seseorang akan mencapai batas maksimal usia seseorang untuk dapat bekerja. Masa berakhirnya aktifitas kerja tersebut dapat disebut sebagai masa pensiun.

  Masa pensiun dapat pula menumbulkan permasalahan karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Terutama pada pegawai nege ri sipil yang mempunyai aktifitas rutin yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Pensiun akan memutuskan aktifitas rutin tersebut, selain itu dapat pula memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerjanya dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama ( Warr dalam Prastiti, 2005 ). Maka tidak mengherankan bahwa masa pensiun dapat menimbulkan permasalahan bagi orang-orang yang tidak siap menghadapinya. Fakta Sekitar Pensiun (Jacinta, 2001) menunjukkan adanya penurunan kesehatan, kemungkinan untuk bersantai berkurang karena waktu cenderung tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dapat meningkatkan kesehatan dengan berkurangnya beban tekanan yang harus dihadapi, masa yang penuh kesempatan menarik, banyak waktu dan kesempatan untuk bersama dengan keluarga atau pasangan.

  Eyde ( dalam Eliana, 2003 ) juga menjelaskan bahwa memasuki pensiun dapat membuat seseorang akan mengalami kehilangan peran sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, dan kontak sosial. Kehilangan kontak sosial dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif seperti pertanyaan-pertanyaan “apa aku bisa melakukan ini atau itu setelah pensiun”, dan “apakah aku masih dihargai oleh keluargaku” atau, “apakah aku dapat memenuhi harapan keluargaku”. Pertanyaan- pertanyaan dalam diri tersebut dapat membuat seseorang mengalami suatu kecemasan.

  Kecemasan pada umumnya merupakan ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai dengan perasan yang tidak jelas (Kasschau dalam Prastiti, 2005). Kecemasan ini kadang menjadikan seseorang panik, gemetar ataupun sering mengalami sakit kepala. Reaksi kecemasan tersebut dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu yang bersifat fisik dan mental (Darajat, 1996 ). Gejala fisik berupa ujung jari yang terasa dingin, pencernaan yang tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan sesak nafas.

  Gejala mental antara lain perasaan takut, merasa akan ditimpa bahaya, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya dan rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan hidup.

  Gejala kecemasan tersebut dapat menyerang siapa saja baik itu pada pegawai pria maupun wanita yang mendekati masa pensiunan.

  Rosenkrantz, dkk ( dalam Prastiti, 2005 ) menggambarkan stereotipe dari peran gender bahwa laki- laki sebagai agresif, independen, dominan, mudah dipengaruhi, aktif, kompetitif, bertindak sebagai pemimpin, percaya diri, ambisius. Sedangkan perempuan lebih aktif, lebih halus mengungkapkan perasaannya, religius, tertarik pada penampilan diri, perilaku bersih, kebutuhan kuat dalam keamanan, jarang menggunakan bahasa yang kasar.

  Perbedaan stereotip tersebut dapat membawa reaksi yang berbeda- beda atas sebuah permasalahan. Wanita yang mempunyai sifat perasaan yang lebih peka dan cenderung religius akan berbeda dari pria yang lebih agresif dan dominan dalam menghadapi masalah pensiun. Belum banyaknya penelitian yang mengungkapkan perbedaan peran jenis kelamin dalam reaksi kecemasan menghadapi pensiun menjadi alasan yang utama penelitian ini dilakukan.

  Penelitian ini dilakukan didasari oleh penelitian sebelumnya dari Prastiti ( 2005 ) yang juga meneliti kecemasan menghadapi masa pensiun pada guru SD, namun perbedaannya terletak pada subjek yang berbeda.

  Penelitian ini mempunyai subjek Pegawai Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, karena belum ada penelitian mengenai kecemasan menghadapi pensiun berdasarkan perbedaan jenis kelamin di instansi tersebut, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian bagi instansi terkait untuk lebih memperhatikan pegawai negeri sipil yang akan menjalani masa pensiun.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Apakah ada perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoretis Bagi para calon pensiunan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan wawasan dan perhatian untuk lebih menyadari akan adanya atau timbulnya kecemasan dalam menghadapi pensiun. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi penunjang untuk lebih memperhatikan nasib pegawai negeri sipil yang akan pensiun dalam hal psikologis maupun finansial agar kesejahteraan dan kebermaknaan diri para pensiunan dapat tercapai sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas jasa-jasa pegawainya.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah keragaman penelitian dalam bidang psikologi klinis dan perkembangan. Serta memberikan tambahan hasil mengenai temuan peneliti sebelumnya dalam penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun dari pengambilan subjek yang berbeda.

BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN

  1. Pengertian Kecemasan Hall dan Lindsey ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan kondisi psikologis dimana individu merasa terganggu akibat adanya kondisi yang mengancam meskipun masih bersifat kabur. Kecemasan juga dapat terjadi karena pikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan tentang apa yang terjadi.

  Jhonson ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, rasa tidak puas, tidak aman atau sikap bermusuhan dengan orang lain. Dari keadaan yang mencemaskan maka akan timbul reaksi-reaksi kecemasan yang dapat diubah dalam bentuk gangguan-gangguan simtomatis, baik berupa gejala psikologis maupun fisiologis.

  Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan gangguan yang komplek yang disertai dengan perubahan fisiologis. Kecemasan ini juga perasaan tidak berdaya dan tidak menentu, sehingga dirasakan sangat mengganggu.

  Individu yang mengalami kecemasan ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah dan perasaan akan terjadi sesuatu hal yang kurang menyenangkan yang diikuti perasaan tidak mampu menghadapi tantangan, kurang percaya diri sendiri dan tidak dapat menemukan penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997).

  Priest ( dalam Prastiti, 2005 ) kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang berfikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan timbul karena berbagai alasan serta situasi. Kecemasan menimbulkan rasa tidak enak sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan untuk berbuat sesuatu.

  Kasschau ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan kecemasan pada umumnya adalah ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai perasaan yang tidak jelas akan adanya suatu bahaya. Kecemasan ini kadang menjadikan panik, gemetar dan sakit kepala. Berbeda dengan takut yang merupakan reaksi nyata akan sesuatu yang tampak sedangkan kecemasan merupakan reaksi yang tidak jelas atau adanya suatu imajinasi akan suatu bahaya.

  Kagan dan Havemann ( dalam Prastiti, 2005 ) mendefinisikan kecemasan sebagai sesuatu yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah yang disebabkan oleh ketakutan terhadap sesuatu yang tidak terduga akan terjadi. Perasaan cemas ini berbeda dengan rasa takut. Perbedaannya terletak pada stimulusnya, yaitu perasaan takut stimulusnya lebih spesifik dan terjadi pada saat itu juga, misalnya perasaan takut akan ular.

  Kecemasan mempunyai segi yang disadari manusia seperti rasa takut, terkejut, tak berdaya, rasa bersalah. Disamping itu kecemasan juga memiliki segi di luar kesadaran manusia dan tidak jelas, seperti orang yang merasa takut dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan (Daradjat, 1996). Daradjat juga menyebutkan gejala- gejala kecemasan yang bersifat fisik dan mental. Gejala fisik tersebut berupa ujung jari yang terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak. Gejala mental antara lain sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup. White dan Watt ( dalam Prastiti, 2005 ), mengemukakan tanda-tanda fisik seperti gemetar, pegal-pegal, detak jantung cepat dan nafas memburu.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis manusia.

  Berdasarkan beberapa definisi kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan-perasaan negatif yang dialami oleh individu sebagai reaksi terhadap permasalahan yang dihadapi yang tampak dan dapat dilihat dari gejala fisik dan mental.

  2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan Hurlock ( 1996 ) menyatakan bahwa tanda-tanda adanya kecemasan yang sering muncul adalah perasaan khawatir, gelisah, kurang percaya diri, merasa tidak mampu, tidak sanggup menyelesaikan masalah, rendah diri dan perasaan-perasaan lain yang tidak menyena ngkan.

  Mahler ( dalam Prastiti, 2005 ) menyebutkan tiga komponen reaksi kecemasan, yaitu : a. Komponen emosional, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam, misalnya : cenderung terus menerus merasa khawatir akan sesuatu yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar dan sering mengeluh.

  b. Komponen kognitif, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi- konsekuensi yang mungkin akan dialami. Bila kekhawatiran meningkat, hal ini dapat mengganggu kemampuan kognitif individu, seperti : sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan mudah panik. c. Komponen fisik, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan reaksi tubuh. Secara fisik, individu akan tampak berkeringat walaupun udara tidak panas, jantung berdebar terlalu keras, tangan atau kaki dingin, gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering mengalami gangguan tidur atau susah tidur. Hal lain yang dapat diperhatikan adalah individu mudah merasa lelah, tidak merasa santai, mudah terkejut dan terkadang menggerak- gerakkan wajah atau anggota tubuh dalam frekuensi yang berlebihan, seperti mengoyang-goyangkan kaki atau tangan, sering merenggangkan leher atau anggota tubuh lainnya. Setiap individu yang cemas mengalami gejala fisik yang berbeda-beda.

  3. Bentuk-bentuk Kecemasan Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ), mengungkapkan bahwa kecemasan memiliki dua arti, yaitu : a. Kecemasan sebagai suatu respon merupakan reaksi seseorang terhadap pengalaman tertentu atau suatu keadaan yang ia hadapi.

  Lazarus membagi kecemasan sebagai suatu respon menjadi dua bentuk yaitu : 1) State Anxiety, yaitu gejala kecemasan yang timbul karena individu dihadapkan pada situasi tertentu yang dianggap atau dirasakan mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini selalu tetap selama situasi itu masih ada.

  2) , yaitu kecemasan yang timbul sebagai suatu

  Trait Anxiety

  keadaan yang menetap pada diri individu. Kecemasan ini berhubungan ini berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalaminya dan dipandang sebagai suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesulitan dalam mengadakan proses penyesuaian diri.

  b. Kecemasan sebagai intervening variable Merupakan suatu keadaan yang diperkirakan terjadi karena kondisi tertentu tetapi juga memiliki konsekuensi tertentu. Kecemasan ini tidak dapat diketahui melalui observasi tetapi hanya dapat diketahui melalui keadaan yang mendahului serta akibat-akibatnya.

  Individu yang mengalami kecemasan ini akan berusaha membentuk penyesuaian diri untuk menghilangkan kecemasannya.

  4. Tingkat-tingkat Kecemasan Bucklew ( dalam Prastiti, 2005 ) berpendapat bahwa pada umumnya kecemasan terbagi menjadi dua tingkat, yaitu : a. Tingkat psikologis, adalah kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan seperti perasaan tegang, bingung, khawatir, ragu-ragu, perasaan tidak menentu, tidak jelas dan gejala lain yang bercampur aduk. b. Tingkat fisiologis, adalah kecemasan yang mempengaruhi atau terwujud pada gejala- gejala fisik terutama pada system saraf, seperti keluarnya keringat dingin yang berlebihan, jantung berdebar-debar, susah tidur, sering gemetar, perut mual, dan sirkulasi darah yang tidak teratur.

  Sebenarnya kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua orang, hanya taraf atau tingkatnya saja yang berbeda-beda. Jersild ( dalam Prastiti, 2005 ) membedakan kecemasan pada taraf normal dan kecemasan pada taraf neurotik.

  Kecemasan pada taraf normal terjadi apabila individu menyadari konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya yang meyebabkan dia merasa cemas. Sedangkan kecemasan tahap neurotik, individu tidak menyadari adanya konflik-konfik dalam dirinya, dan tidak menyadari pula mengapa ia merasa cemas seperti itu, kemudian pada umumnya mereka akan menggunakan mekanisme pertahan diri secara tidak disadarinya.

  5. Sumber-sumber Kecemasan Kecemasan ya ng muncul pada individu dapat berkaitan dengan berbagai macam sumber. Greist, Martens & Sharkey ( dalam Gunarsa,

  1996 ) menyatakan hal yang sama mengenai sumber-sumber timbulnya kecemasan, yaitu : a. Tuntutan sosial yang berlebihan dan belum atau tidak dapat perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain.

  b. Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan yang dimiliki individu sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

  c. Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.

  d. Adanya pola berpikir dan persepsi yang negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Hal ini dapat pula berkaitan dengan kecenderungan individu untuk menilai secara negatif dan subyektif terhadap hal- hal yang disekitarnya.

  Sumber-sumber kecemasan pada individu penting untuk diketahui agar dapat menentukan cara atau metode yang digunakan untuk mengatasi kecemasan tersebut sehingga individu dapat mengembangkan rasa percaya dirinya dan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

B. PENSIUN

  1. Pengertian Masa Pensiun Masa pensiun merupakan saat penting yang menetukan dalam perkembangan manusia sebab masa pensiun menandai pergantian tahun pertengahan ke usia tua ( Kimmel dalam Prastiti, 2005 ). Pensiun juga berarti melepaskan jabatan dan kekuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan tentuanya banyak membawa perubahan dalam hidup mengundurkan diri dari pekerjaannya. Parkinson ( 1990 ) menyatakan bahwa pensiun diartikan menundurkan diri dari masyarakat umum atau kehidupan afektif, bisnis atau profesi.

  Kimmel ( dalam Prastiti, 2005 ) mengatakan pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan individu yang ditandai dengan perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan berupa penyesuaian diri terhadap keadaan yang tidak bekerja, berakhirnya karier pada pekerjaan formal, berkurangnya penghasilan dan bertambahnya waktu luang yang sangat menganggu.

  Adanya usia yang telah ditentukan ( kurang lebih 56 tahun ) membuat seseorang yang bekerja dipaksa untuk berhenti dari pekerjaannya. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan yang menyolok antara masa kerja dengan masa tidak bekerja / pensiunan (Andari, 2001). Di Indonesia usia pensiun berkisar antara 56-64 tahun. Untuk pegawai non edukatif, usia pensiun adalah 56 tahun dan umur 65 tahun untuk karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, guru besar, lektor kepala, serta jabatan-jabatan yang telah ditentukan oleh presiden ( Perpu no. 32, 1979 ).

  Maka dapat disimpulkan bahwa masa jabatan pensiun berarti pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif, bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja. Masa hilangnya pekerjaan, jabatan dan penghasilan merupakan hal yang sering membuat orang menjadi cemsa dan khawatir ketika memasuki masa pensiun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya adanya kecemasan dan kekhawatiran tentang akibat yang ditimbulkan setelah masa pensiun tiba atau mereka masih mampu bekerja. Semua orang yang bekerja dalam suatu instasni akan mengalami masa pensiun, begitu pula karyawan yang bekerja pada instansi pemerintah dan non pemerintah.

  2. Pengaruh Pensiun terhadap Individu Rogers ( dalam Prastiti, 2005 ) menjelaskan tentang dampak positif dan negative pensiun terhadap individu, yaitu : a. Akibat positif pensiun

  Masa pensiun memang dapat dan sering menghasilkan berbagai macam kepuasan. Bisa memberi kebebasan rutinitas, hilangnya stress akibat ketegangan pekerjaan yang dapat menyebabkan kesehatan mental lebih baik ketika masa pensiun. Lebih banyak waktu luang untuk mengerjakan hal- hal yang selama initidak sempat dikerjakan karena sibuk, dapat menyalurkan hobi, serta banyak kesempatan untuk mempelajari hal- hal baru misalnya bertani, berternak, melukis, dan lain- lain.

  b. Akibat negatif pensiun

  Masa pensiun memang dapat memberikan kebebasan dari rutinitas dan pekerjaan berat yang membosankan, tetapi yang berlebihan juga dapat berakibat buruk, terlalu banyaknya waktu luang terkadang dapat lebih buruk daripada stress kerja yang berlebihan (Parkinson, et.al., 1990). Pensiun dapat lebih menjadi penyebab stress karena kehilangan peran sosial yang dominant, hilangnya status dan kekuasaan. Individu yang pensiun juga harus menghadapi aspek-aspek lain dari pensiun seperti akhir dari karier kerja, menurunnya pendapatan, kesadaran terhadap proses menjadi tua, menurunnya kesehatan sehingga harus mengurangi aktivitas, perubahan hubungan interpersonal dan image masyarakat terhadap pensiun, semua hal tersebut menjadi masalah besar. Orang yang akan menghadapi masa pensiun menyangsikan bahwa mereka dapat menciptakan suatu gaya hidup yang menyenangkan setelah pensiun dan tidak menderita syndrome masa pensiun.

  3. Permasalahan yang dihadapi pada masa pensiun Prastiti ( 2005 ) permasalahan yang dihadapi pada masa pensiun berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang dan mengartikan masa pensiun dan tidak terlepas pula dengan persepsi seseorang tentang hidup dan diri sendiri. Orang yang menganggap pensiun sebagai akhir dari segala-galanya akan mengalami kecemasan dan kebingungan menjelang masa datangnya pensiun karena merasa dunianya akan segera berakhir. Keadaan ini akan berkembang apabila seseorang juga mempunyai kepercayaan diri rendah, kurangnya kompetensi sosial, namun sebaliknya bagi orang yang optimis dan positif mereka akan cenderung dapat menyesuaikan diri dengan baik.

  Secara garis besar terdapat dua persoalan pokok yang dihadapi oleh seseorang yang akan pensiun. Pertama yaitu berkaitan dengan persoalan fisik yang melibatkan pemenuhan akan kebituhan-kebutuhan fisik atau ekonomi yang disebabkan karena berkurangnya penghasilan atau fasilitas setelah mereka pensiun nanti. Sedangkan yang kedua mengenai persoalan-persoalan psikologis sebagai akibat kehilangan pekerjaan. Persoalan psikologis dapat disebabkan karena hal- hal sebagai berikut : a. Masalah Kebutuhan Ekonomi

  Uang jaminan pensiun yang akan mereka terima jumlahnya akan sedikit dibandingkan dengan gaji biasa yang mereka terima ketika masih aktif bekerja. Mereka khawatir nantinya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Keadaan akan semakin sulit apabila jumlah keluarga sangat banyak. Bagi seseorang yang tidak dapat mempersiapkan tabungan di hari tua akan mengalami masalah besar.

  b. Masalah kehilangan status.

  Dengan bekerja seseorang akan memperoleh kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas,kerja mampu memberikan status tersendiri bagi seseorang. Seseorang dapat mengalami kecemasan ketika pensiun akan datang karena setelah mereka pensiun nanti mereka akan merasa kehilangan status dan peran sosialnya. Mereka dapat mudah putus asa karena tidak diperhatikan dan dibutuhkan lagi oleh lingkungannya c. Masalah perasaan tidak berguna atau tidak produktif.

  Banyak orang akan mengalami kecemasan dalam menghadapi masa pensiun karena pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang mengalami masa tua. Pada masa tua akan menimbulkan perasaan tidak berguna,tidak dibutuhkan lagi, tidak produktif, dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Apabila keadaan terus berlarut akan sangat tidak menguntungkan karena mempercepat kemerosotan psikis maupun psikologis orang yang hendak pensiun.

  d. Masalah kesepian.

  Kehilangan kesibuka yang tiba-tiba dirasakan seringkali sebagai suatu yang menyiksa.Seseorang yang sering terbiasa sibuk dengan pekerjaan tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya dan menjauh dengan rekan-rekan kerjanya. Hal ini dapat menimbulkan kesepian yang sangat menyiksa. Dari uraian diatas terlihat bahwa orang yang akan pensiun akan menghadapi beberapa permasalahan antara lain masalah kebutuhan ekonomi, masalah kehilangan status, masalah perasaan tidak berguna, dan masalah kesepian sehingga dapat memunculkan suatu kecemasan menghadapi masa pensiun.

  C. KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN

  Kecemasan merupakan reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Dan kecemasan mempunyai tiga komponen yaitu komponen emosi, kognitif, dan fisik. Sedangkan masa jabatan pensiun berarti pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif, bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja.

  Kecemasan menghadapi pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu reaksi seseorang terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang menandai akhir periode kerja. Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut dirasakan mendatangkan berberapa permasalahanan yaitu permasalahan ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah kesepian yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif .

  D. PERBEDAAN PRIA DAN WANITA Pria dan wanita merupakan dua fenomena yang sangat berbeda.

  Perbedaan ini telah ada sejak awal kehidupannya sebagai manusia, sejak terjadinya pembuahan ovum oleh sperma. Didalam setiap tubuh manusia terdapat 46 kromosom atau 23 pasang kromosom yang menentukan jenis kelamin individu dan pembawa sifat dan ciri-ciri tertentu ( dalam Prastiti, 2005 ). Berikut perbedaan antara pria dan wanita dipandang dari berbagai segi :

  1. Perbedaan pria dan wanita secara biologis Handayani, et.al. ( 2001 ) menjelaskan bahwa pria memiliki karakteristik fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki testis, penis, sperma, yang berfungsi sebagai alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Sedangkan wanita memiliki hormon yang berbeda dengan pria, sehingga mengalami menstruasi, perasaan sensitive, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan pria, seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada pria. Secara biologis, semua itu melekat pada pria dan wanita selamanya yang fungsinya tidak dapat dipertukarkan, tidak dapat berubah karena merupakan keturunan Tuhan (kodrat) (Handayani, et.al., 2001).

  2. Perbedaan pria dan wanita secara umum Shaevitz, ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan beberapa perbedaan antara pria dan wanita yang secara luas dapat diterima, yaitu : a. Pria lebih agresif dibandingkan wanita

  Pria lebih menyukai persaingan, lebih mudah marah dan lebih mendominasi. Mereka dengan mudah mengungkapkan rasa marah yang mungkin merupakan satu-satunya segi emosional yang dapat mereka nyatakan secara leluasa, kemarahan merupakan salah satu ungkapan yang alamiah bagi pria. Pria lebih sering marah dan lebih intens dibandingkan kemarahan seorang wanita, sebab bagi wanita ungkapan kemarahan merupakan sesuatu yang berlebihan.

  b. Pria kurang memiliki hasrat untuk merawat Pria tidak biasa dengan spontan memberi sesuatu dan memberikan perhatian terhadap keadaan orang lain. Misalnya ketika seorang wanita secara spontan akan bertindak bila suami atau anak-anaknya sakit, seorang pria seringkali tidak bertindak seperti tindakan wanita.