Pengering padi konveksi paksa dengan absorber porus - USD Repository
PENGERING PADI KONVEKSI PAKSA DENGAN ABSORBER PORUS SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Program Studi Sains dan Teknologi
Oleh: Aditya Nugrahanto NIM : 085214064 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
FORCE CONVECTION PADDY DRYER WITH PORUS ABSORBER FINAL ASSIGNMENT
Presented as a meaning To Obtain the Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering Study Program by
Aditya Nugrahanto Student Number : 085214064 MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
ABSTRAK
Dalam rangka mengurangi atau menggantikan pemakaian kayu bakar danminyak bumi untuk pengeringan dan mencari sumber energi alternatif untuk
mengeringkan. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya
2
yang cukup dengan radiasi harian rata-rata 4,8 kWh/m sehingga cukup memadai
untuk membuat pengering padi dengan energi surya. Tujuan penelitian adalah
mengetahui unjuk kerja pengering yang meliputi temperatur maksimal, efisiensi
pengering, dan konveksi paksa yang dapat dihasilkan.Pengering surya kolektor plat persegi panjang terdiri dari 1 kassa absorber
alumunium dengan panjang 8 m dan lebar 1 m, menggunakan cerobong dengan
ketinggian 2 m, kotak kolektor yang berukuran 200 cm x 100 cm x 12 cm,
tertuup kaca yang berukuran 2 m x 1 m, dan dengan variasi konveksi paksa.
Variabel yang diukur meliputi temperatur masuk kolektor (Ta), temperatur udara
keluar kolektor (Ti), temperatur udara keluar cerobong (To), kelembaban udara
masuk kolektor (Wa), kelembaban udara keluar kolektor (Wi), kelembaban udara
keluar cerobong (Wo) dan radiasi surya yang dating (GT).Dari penelitian yang dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: telah berhasil dibuat pengering padi konveksi paksa dengan absorber
porus menggunakan bahan yang ada di pasar lokal dan teknologi yang dapat
didukung kemampuan industri lokal. Dari penelitian diperoleh, efisiensi pengering
mencapai 66,57%, efisiensi kolektor mencapai 3,64%.Kata Kunci : pengering, padi, konveksi, absorber
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan lancar dan tepat pada waktunya. Tugas akhir ini adalah salah satu syarat
untuk mencapai derajat sarjana S – 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Sekarang telah memasuki era globalisasi sehingga banyak tenaga kerja
yang terampil dan berkualitas dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan. Oleh
sebab itu, program studi teknik mesin fakultas sains dan teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta telah mempersiapkan mahasiswa dengan melatih
keterampilan melalui Tugas Akhir ini sebagai bekal masuk dalam dunia kerja.
Penulis mengharapkan hasil yang maksimal dari Tugas Akhir yang dilaksanakan
selama kurang lebih 1 semester di kampus III Universitas Sanata Dharma
Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta.Penulis telah membuat laporan hasil dari Tugas Akhir yang telah diadakan
dan dilaksanakan di kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan,
Maguwoharjo Yogyakarta. Dalam laporan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :1. Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingan dan fasilitas yang diberikan.
5. Gregorius Suwahab dan Maria Theresia Suharmini selaku orang tua yang selalu memberikan motifasi, tuntunan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Paulina Dwi Nawanti selaku adik yang memberikan dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
7. Andi Prima Rianika sebagai pacar yang selalu memberi dukungan moral dan memberikan semangat.
8. P Susilo Hadi yang membantu saya dalam pengambilan data dan pengolahan data.
9. Seluruh teman-teman satu angkatan dan satu jurusan yang telah membantu dalam pengambilan data.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kesalahan-kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja sehingga masih jauh dari
harapan dan kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para dosen dan pembaca agar laporan ini berguna
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.Yogyakarta, 18 November 2011 Penulis Aditya Nugrahanto
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
TITLE PAGE .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
BAB I ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................
2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................
3 BAB II ............................................................................................................... 4
2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan ............................................................
4
2.2 Dasar Teori ..............................................................................................
5
2.3 Rumus Perhitungan .................................................................................. 7
BAB III…………. ........................................................................................... 11
3.2 Cara Kerja Alat ...................................................................................... 12
3.3 Peralatan Pendukung ..............................................................................
13
3.4 Variabel yang Diukur .............................................................................
13
3.4 Langkah Penelitian.................................................................................
14
3.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ . 15
BAB IV……………….. .................................................................................. 16
4.1 Data Penelitian.......................................................................................
16
4.2 Pengolahan Data ....................................................................................
42
4.3 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan .............................................
63
4.4 Perbandingan Data dan Pembahasan ......................................................
70 BAB V…………… .........................................................................................
72
5.1 Kesimpulan............................................................................................
74
5.2 Saran………… ......................................................................................
74 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
76 LAMPIRAN ................................................................................................
77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pengering padi tampak samping……………………………………6Gambar 3.2. Pengering energi surya dengan absorber porus tampak depan dan tampak belakang …………………………………………...……..11Gambar 3.2. Komponen pengering padi konveksi paksa dengan absorber porus………………………………………………………………12Gambar 3.3. Peletakkan termokopel………………….........................................14Gambar 4.3. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama……..19Gambar 4.2. Grafik hubungan Temperatur Basah (T2) dan Kering (T4), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama……..19Gambar 4.3. Grafik hubungan Temperatur Basah (T3) dan Kering (T1) , Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama……...20Gambar 4.4. Grafik hubungan Temperatur Basah (T6, T2, dan T3) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama……...20Gambar 4.5. Grafik hubungan Temperatur Kering (T5, T4, dan T1) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama……...21Gambar 4.6. Grafik hubungan massa padi terhadap waktu pada pengambilan data pertama……………………………………………………………..21Gambar 4.7. Grafik hubungan kelembaban udara terhadap waktu pada pengambilan data pertama………………………………………...22Gambar 4.8. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kedua……..…24Gambar 4.9. Grafik hubungan Temperatur Basah (T2) dan Kering (T4), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kedua………..24Gambar 4.10. Grafik hubungan Temperatur Basah (T3) dan Kering (T1), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kedua…..…...25Gambar 4.11. Grafik hubungan Temperatur Basah (T6, T2, dan T3) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kedua……....25Gambar 4.12. Grafik hubungan Temperatur Kering (T5, T4, dan T1) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kedua……....26Gambar 4.13. Grafik hubungan massa padi terhadap waktu pada pengambilan data kedua……………………………………………………………..26Gambar 4.14. Grafik hubungan kelembaban udara terhadap waktu pada pengambilan data kedua…………………….……………………27Gambar 4.15. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……….29Gambar 4.16. Grafik hubungan Temperatur Basah (T2) dan Kering (T4), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……....29
Gambar 4. 17. Grafik hubungan Temperatur Basah (T3) dan Kering (T1), Radiasi
Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……..30Gambar 4.18. Grafik hubungan Temperatur Basah (T6, T2, dan T3) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……....30Gambar 4.19. Grafik hubungan Temperatur Kering (T5, T4, dan T1) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……....31Gambar 4.20. Grafik hubungan massa padi terhadap waktu pada pengambilan data ketiga……………………………………………………………..31Gambar 4.21. Grafik hubungan kelembaban udara terhadap waktu pada pengambilan data ketiga………………………………………….32Gambar 4.22. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data keempat……..34Gambar 4.23. Grafik hubungan Temperatur Basah (T2) dan Kering (T4), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data keempat…....34Gambar 4.24. Grafik hubungan Temperatur Basah (T3) dan Kering (T1), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data keempat…....35Gambar 4.25. Grafik hubungan Temperatur Basah (T6, T2, dan T3) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data keempat…....35Gambar 4.26. Grafik hubungan Temperatur Kering (T5, T4, dan T1) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data keempat…....36Gambar 4.27. Grafik hubungan massa padi terhadap waktu pada pengambilan data keempat…………………………………………………………...36Gambar 4.28. Grafik hubungan kelembaban udara terhadap waktu pada pengambilan data keempat……………………………………….37Gambar 4.29. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kelima………39Gambar 4.30. Grafik hubungan Temperatur Basah (T2) dan Kering (T4), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kelima……...39Gambar 4.31. Grafik hubungan Temperatur Basah (T3) dan Kering (T1), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kelima……...40Gambar 4.32. Grafik hubungan Temperatur Basah (T6, T2, dan T3) dan, RadiasiGambar 4.33. Grafik hubungan Temperatur Kering (T5, T4, dan T1) dan, Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data kelima……...41Gambar 4.39. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηGambar 4.42. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηs ), GT(radiasi surya) terhadap waktu dengan pembanding……………………………..71
Gambar 4.41. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηs ), GT(radiasi surya) terhadap waktu pada pengambilan data keempat………………...68
Gambar 4.40. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηs ), GT(radiasi surya) terhadap waktu pada pengambilan data keempat………………...67
s ), GT(radiasi surya) terhadap waktu pada pengambilan data ketiga…………………...66
Gambar 4.34. Grafik hubungan radiasi surya terhadap waktu pada pengambilan data kelima………………………………………………………..41Gambar 4.38. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηs ), GT(radiasi surya) terhadap waktu pada pengambilan data kedua…………………...65
Gambar 4.37. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηs ), GT(radiasi surya) terhadap waktu pada pengambilan data pertama…………………64
Gambar 4.36. Grafik hubungan Efisiensi Sistem Pengering (ηGambar 4.35. Grafik hubungan kelembaban udara terhadap waktu pada pengambilan data kelima…………………………………………42s ), GT(radiasi surya) terhadap waktu dengan pembanding……………………………..73
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Pengambilan Data Pertama : Temperatur basah dan kering pada titik- titik pengukuran……………………………………………………….18Tabel 4.2. Pengambilan Data Kedua : Temperatur basah dan kering pada titik-titik pengukuran…………………………………………………………...23Tabel 4.3. Pengambilan Data Ketiga : Temperatur basah dan kering pada titik-titik pengukuran……………………………………………………………28Tabel 4.4. Pengambilan Data Keempat : Temperatur basah dan kering pada titik- titik pengukuran……………………………………………………....33Tabel 4.5. Pengambilan Data Kelima : Temperatur basah dan kering pada titik-titik pengukuran……………………………………………………............38Tabel 4.6. Perhitungan Volume Udara Kolektor, Massa Udara, Energy Berguna, dan Efisiensi kolektor ) pada Pengambilan Data Pertama…………45c (η
Tabel 4.7. Perhitungan Volume Udara Kolektor, Massa Udara, Energy Berguna, dan Efisiensi kolektor c ) pada Pengambilan Data Kedua…………..46(η
Tabel 4.8. Perhitungan Volume Udara Kolektor, Massa Udara, Energy Berguna, dan Efisiensi kolektor c pada Pengambilan Data Ketiga……………47(η
Tabel 4.9. Perhitungan Volume Udara Kolektor, Massa Udara, Energy Berguna, dan Efisiensi kolektor c ) pada Pengambilan Data Keempat………...48(η
Tabel 4.10. Perhitungan Volume Udara Kolektor, Massa Udara, Energy Berguna, dan Efisiensi kolektor c ) pada Pengambilan Data Kelima…………49(η
2
Tabel 4.11. Perhitungan Kelembaban Spesifik ( ), Kelembaban Spesifik ( ), ω ω1 Kelembaban Masuk Kolektor (W a ), Kelembaban Keluar Kolektor (Wi), Kelembaban Keluar Cerobong (Wo), dan Efisiensi Pengambilan p ) (η pada Pengambilan Data Pertama…………………………………….52
2
Tabel 4.12. Perhitungan Kelembaban Spesifik ( ), Kelembaban Spesifik ( ), ω ω1 Kelembaban Masuk Kolektor (W a ), Kelembaban Keluar Kolektor (Wi), Kelembaban Keluar Cerobong (Wo), dan Efisiensi Pengambilan p ) (η pada Pengambilan Data Kedua……………………………………...53
Kelembaban Masuk Kolektor (W ), Kelembaban Keluar Kolektor (Wi), a
Kelembaban Keluar Cerobong (Wo), dan Efisiensi Pengambilan p ) (η pada Pengambilan Data Ketiga……………………………………...54 ( ), Kelembaban Spesifik (
2 ω
1 Kelembaban Masuk Kolektor (W a ), Kelembaban Keluar Kolektor (Wi), Kelembaban Keluar Cerobong (Wo), dan Efisiensi Pengambilan p ) (η pada Pengambilan Data Keempat……………………………………55
Tabel 4.14. Perhitungan Kelembaban Spesifik ), ω2 ω
1 Kelembaban Masuk Kolektor (W a ), Kelembaban Keluar Kolektor (Wi), Kelembaban Keluar Cerobong (Wo), dan Efisiensi Pengambilan p ) (η pada Pengambilan Data Kelima……………………………………..56
Tabel 4.15. Perhitungan Kelembaban Spesifik ( ), Kelembaban Spesifik ( ), ωTabel 4.16. Perhitungan Efisiensi Sistem Pengering s ) pada Pengambilan (ηData Pertama………………………………………………………...58
Tabel 4.17. Perhitungan Efisiensi Sistem Pengering s ) pada Pengambilan (ηData Kedua………………………………………………………….59
Tabel 4.18. Perhitungan Efisiensi Sistem Pengering s ) pada Pengambilan (ηData Ketiga………………………………………………………….60
Tabel 4.19. Perhitungan Efisiensi Sistem Pengering s ) pada Pengambilan (ηData Keempat………………………………………………………..61
Tabel 4.20. Perhitungan Efisiensi Sistem Pengering ) pada Pengambilans (η Data Kelima………………………………………………………….62
Tabel 4.21. Perbandingan Efisiensi Sistem Pengering s ), GT(radiasi surya), (ηterhadap waktu………………………………………………………70
Tabel 4.22. Perbandingan Efisiensi Sistem Pengering c ), GT(radiasi surya), (ηterhadap waktu………………………………………………………72
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Sebagai bahan pangan, beras merupakan sumber karbohidrat utama
yang selalu mendapatkan perhatian serius dalam proses pembangunan pertanian.
Salah satu prosesnya yaitu pengeringan pada pengolahan hasil pertanian.
Kebutuhan pangan masyarakat semakin hari semakin meningkat. Akan
tetapi sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian
masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dinilai kurang tepat
dan dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan
gangguan binatang.Di samping itu pula penjemuran secara langsung juga
memerlukan waktu yang cukup lama, padahal saat panen raya hasil pertanian
umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan
atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah menggunakan alat pengering
yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau energi listrik. Tetapi
belum semua daerah di Indonesia memiliki jaringan listrik atau belum memiliki
sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak mudah didapat.
Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik menyebabkan biaya
proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil pertanian menjadi
tinggi dan tidak sesuai dengan harga yang semestinya.Di Indonesia, energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah,
sehingga pemanfaatan energi surya dapat menghemat atau bahkan menggantikan
penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil
pertanian.Informasi tentang unjuk kerja alat pengering dengan menggunakan
absorber porus dengan konveksi paksa di Indonesia belum banyak, sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk memaksimalkan penggunaannya.1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian ini akan dikembangkan model konveksi paksa dengan
menggunakan kipas.Kesulitan pada penelitian ini adalah terletak pada
cuaca.Sehingga untuk mengetahui besarnya efisiensi pengering, maka temperatur
udara dan tekanan udara yang dihasilkan juga semakin besar.Dari hasil pengujian
alat ini diharapkan dapat diketahui kecepatan kipas yang dapat menghasilkan
temperatur udara yang cukup tinggi dengan tekanan yang tidak terlalu kecil.1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk memberikan alternatif cara yang lebih mudah dan efektif dalam mengeringkan hasil pertanian menggunakan energi surya dengan membuat alat pengering padi konveksi paksa dengan absorber porus.
2. Mengetahui efisiensi pengeringan, efisiensi kolektor dan konveksi .
paksa yang dapat dihasilkan alat pengering
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Membantu masyarakat khususnya petani untuk mengolah hasil panen produk pertanian agar produk bertahan lama.
2. Menambah kepustakaan teknologi pengeringan hasil pertanian energi surya.
3. Hasil perancangan alat pengering diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat prototipe dan produk teknologi pengeringan hasil pertanian dengan energi surya yang dapat diterima masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.
4. Masyarakat dapat menghemat penggunaan minyak bumi dan listrik untuk pengeringan hasil pertanian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang pernah dilakukan Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan
dan pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian
alam (Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional)
sering menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan
yang dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung
atau binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah
dapat membahayakan kesehatan (Häuser et. al). Kunci dari pengeringan bahan
makanan adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur
yang tidak merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka
mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika
temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan
yang berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari
pengering energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat
absorber dan udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang
rendah. Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip
(Garg et al., 1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et
al., 1988), dan penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian
2
pengering energi surya dengan luas kolektor 1,64m yang dilengkapi 8 sampai 32
2
sirip segi empat dengan luas total sirip 0,384 m dapat menaikkan temperatur
variasi pemasangan yaitu sirip dapat bergerak bebas dan tetap (Kurtbas, 2006).
Penelitian pemanas udara menggunakan kolektor porus dari bahan baja
menghasilkan efisiensi termal antara 73% sampai 86% (Lansing et. al., 1979).
Penelitian dengan metode simulasi untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering
energi surya dengan absorber jenis porus di India menghasilkan nilai yang sesuai
dengan penelitian secara eksperimen (Sodha et. al., 1982). Eksperimen dengan
absorber porus menggunakan bahan alumunium dengan permukaan reflektif
dibagian bawahnya menghasilkan efisiensi yang hampir sama dengan enam
lembar bilah baja yang dicat hitam tetapi memiliki keunggulan dalam kemudahan
pembuatannya (Scanlin, D et. al. ,1999).Dari penelitian yang pernah dilakukan ternyata pengering dengan absorber
porus memiliki efisiensi yang cukup baik, tetapi umumnya absorber porus yang
digunakan dibuat secara khusus. Pada penelitian ini akan digunakan absorber
porus dari bahan kasa alumunium yang banyak ditemui di pasaran (di toko bahan
bangunan). Bahan absorber tersebut dicat hitam untuk memperbesar penyerapan
energi surya yang datang.2.2 Dasar Teori Pengering energi surya dengan absorber porus adalah alat yang dibuat
untuk menggantikan bahan bakar minyak atau energi listrik yang berfungsi untuk
mengeringkan hasil pertanian.Kelemahan pengering energi surya dengan variasi
kipas adalah pada saat radiasi surya yang ada berlebih, pengering surya jenis ini
tidak dapat menyimpan energi surya terus menerus. Penggunaan pengering surya
Kolektor plat persegi panjang menggunakan stainless steel berbentuk
persegi panjang untuk merefleksikan radiasi surya dan mengkonsentrasikan
energinya pada area tertentu. Agar tetap dapat memfokuskan radiasi surya yang
datang, kolektor ini harus dapat bergerak mengikuti gerak matahari dari terbit
sampai tenggelam.Pengering padi konveksi paksa umumnya terdiri dari absorber porus yang
diselubungi kaca, reflektor, dan kipas. Reflektor berfungsi untuk memperbanyak
jumlah radiasi surya yang masuk ke dalam kotak kolektor.Gambar 2.1. Pengering padi tampak samping2.3 Rumus Perhitungan
Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah
energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna
dan dapat dinyatakan dengan persamaan:Q = . m C T − T (1) u p ( o i ) dengan : m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik)
O C P : panas spesifik udara (J/(kg.
C) O
T : temperatur udara keluar kolektor (
C) i
O T a : temperatur udara masuk kolektor (
C) Efisiensi pengeringan sebuah alat pengering energi surya dapat dinyatakan
dalam tiga macam efisiensi yaitu : (1) efisiensi kolektor ( η C ), (2) efisiensi
pengambilan ( η P ) dan (3) efisiensi sistem ( η S ).Efisiensi kolektor ( η C ) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi
berguna dengan total energi surya yang datang ke kolektor, dan dapat dinyatakan
dengan persamaan:Q U η = (2) c
G A T c dengan : Q U G : energi berguna ( W)
2 A
T : radiasi surya (W/m
2 Besarnya tingkat kelembaban udara (W) menyatakan banyaknya
P : Tekanan udara terukur (kPa)
P g 2 : Tekanan terukur (kPa)
2 (3a) dengan :
−
2
2
0.622
=
2
: Tekanan udara luar (kPa)
2 ) diperoleh dengan persamaan :
2 P O/kg udara kering) g2
) C
O/kg udara kering) 1 : Kelembaban spesifik (kg H
2 ω
2 : Kelembaban spesifik (kg H
ω
2 (3) dengan :
)
1
(0.622+
2
2
=
komposisi kadar air yang terkandung dalam udara (Cengel, 1989), dan dinyatakan
dalam persamaan : ): luas kolektor surya (m
2 Dalam persamaan 3 kelembaban spesifik (
P
: Tekanan udara luar (kPa)
2 Kelembaban spesifik
1
2 (3b) dengan :
η (4)
W W − =
P ) didefinisikan sebagai perbandingan uap air
yang dipindahkan (diambil) oleh udara dalam alat pengering dengan kapasitas
teoritis udara menyerap uap air, dan dapat dinyatakan dengan persamaan: i o pEfisiensi pengambilan ( η : Entalpi uap air jenuh pada suhu campuran udara dan uap kJ/kg)
(kJ/kg) yaitu pada saat tekanan 1 atm
gC) fg, h : Energi untuk menguapkan satu satuan massa cairan pada suatu temperatur dan tekanan tertentu (kJ/kg) f h : Entalpi pembentukan standar pada keadaan standar
C) 2 : Temperatur udara basah ( o h
1 : Temperatur udara kering ( o T
T C
Cp : Panas spesifik udara 1.007 kJ/kg o
−ℎ
=
1 diperoleh dengan menggabungkan persamaan (3a) sehingga persamaanya menjadi :
ℎ
2
ℎ
2
)+
1
−
2
(
1 dengan : W O : kelembaban relatif udara keluar cerobong W : kelembaban relatif udara keluar kolektor i
W a : kelembaban relatif udara masuk kolektor Efisiensi sistem pengeringan ( η S ) didefinisikan sebagai perbandingan
antara energi yang digunakan untuk menguapkan air dari hasil pertanian yang
dikeringkan dengan energi yang datang pada alat pengering, dan dapat dinyatakan
dengan persamaan:W L η = (5) s
G A T c dengan : W : laju massa air yang menguap (kg/detik) L : kalor laten dari air yang menguap saat temperatur pengering (J/kg)
2 G T : radiasi surya (W/m )
2 A C : luas kolektor surya (m )
BAB III METODE PELAKSANAAN
3. 1 Skema Alat Pengering energi surya pada penelitian ini terdiri dari 5 komponen utama:
1. Kotak pengering 2.
Kolektor 3. Reflektor 4. Cerobong 5. Kipas
Skema alat dan gambar rancangan dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 3.1. Pengering energi surya dengan absorber porus tampak depan danGambar 3.2. Komponen pengering padi konveksi paksa dengan absorber porus 3. 2 Cara Kerja AlatRadiasi energi surya yang datang, dipantulkan oleh reflektor menuju
absorber yang mengkonversikannya menjadi panas. Panas yang terjadi diambil
oleh fluida dari kipas sehingga temperatur fluida kerja tersebut akan naik.
Kenaikan temperatur fluida kerja ini menyebabkan rapat masanya turun,
kemudian karena ada beda tekanan maka aliran temperatur fluida tersebut dibawa
cerobong naik ke atas. Hal ini terjadi secara berulang-ulang.3. 3 Peralatan Pendukung
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
a.Solar Meter Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi surya yang datang secara manual.
b.
Stopwatch Alat ini digunakan untuk mengukur waktu pengambilan data setiap 5 menit.
c.
Thermo Logger Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur pada reflektor dan temperatur air pada kotak kolektor setiap 5 menit.
d. Timbangan Alat ini digunakan untuk mengukur massa padi yang berkurang.
3. 4 Variabel yang Diukur Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah :
1. Temperatur udara masuk kolektor (T a 2.
Temperatur udara keluar kolektor (T ) i 3.
Temperatur udara keluar cerobong (To) )
4. Kelembaban udara masuk kolektor (W a 5.
Kelembaban udara keluar kolektor (W ) i )
T Untuk pengukuran temperatur digunakan termokopel dan untuk pengukuran radiasi surya yang datang digunakan solar meter.
)
7. Radiasi surya yang datang (G
Gambar 3.3. Peletakkan termokopel 3. 5 Langkah PenelitianLangkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1.
Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti gambar 2.
2. Mengisi air pada botol untuk mengukur temperatur basah.
3. Mengarahkan reflektor menghadap ke utara atau selatan sehingga mendapatkan radiasi surya sepanjang hari.
5. Mengukur temperatur fluida mula-mula (T
1 ,T
2 ,T
3 ,T
4, T
5 ,T
6 6.
Pengambilan data selanjutnya dilakukan tiap 5 menit.
).
7. Data radiasi surya juga diambil secara manual menggunakan solar meter bersamaan dengan pencatatan data pada thermo logger.
8. Waktu pengambilan data dimulai dari pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. 3. 6 Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan
pada parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian Dalam penelitian pengering surya variasi konveksi paksa yang dilakukan dapat diketahui dengan pengambilan data kemudian mengolahnya menggunakan persamaan 1 untuk mengetahui efisiensi kolektor. Pada saat pengambilan data, Temperatur kering masuk kolektor (T5), Temperatur basah masuk kolektor (T6), Temperatur kering keluar kolektor (T4), temperatur basah keluar kolektor (T2), temperatur kering keluar cerobong (T1), temperatur basah keluar cerobong (T3) dicatat setiap 5 menit. Radiasi energi surya yang datang juga diambil menggunakan alat pengukur solar meter.
Data yang diambil antara lain: Data 1 = pengambilan data pertama pengering padi dengan kipas dan tinggi cerobong 2 meter. Data 2 = pengambilan data kedua pengering padi dengan kipas dan tinggi cerobong 2 meter.
Data 3 = pengambilan data ketiga pengering padi dengan kipas dan tinggi cerobong 2 meter.
Data 4 = pengambilan data keempat pengering padi dengan kipas dan
Data 5 = pengambilan data kelima pengering padi dengan kipas dan tinggi cerobong 2 meter.
Pengambilan data dilakukan beberapa kali (selama 3 hari) untuk mendapatkan data yang akurat. Tempat pengambilan data dilakukan di lingkungan Universitas Sanata Dharma.
Tabel 4.1. Pengambilan Data Pertama : Temperatur basah dan kering pada titik- titik pengukuran.32
33
35
54
38
48 13:25 909
24
33
49 13:20 915
64
38
50 13:30 670
23
33
32
64
25
38
50 13:35 170
24
23
37
32
68
38
53 13:10 955
37
47
35
69
38
54 13:15 205
24
36
37
38
25
38
38
38
46 13:55 791
23
33
36
54
45 14:00 849
35
23
33
35
55
40
46 keluar cerobong keluar kolektor masuk kolektor Jam
Radiasi Surya
59
33
32
62
36
41
36
46 13:40 903
23
33
32
38
21
47 13:45 908
23
33
33
61
38
46 13:50 946
53 13:05 863
69
T6 basah T5 kering T2 basah T4 kering T3 basah T1 kering 12:00 930
35
37
43
38
41 12:20 724
24
38
63
25
38
48 12:25 814
25
40
36
63
39
32
45 12:15 510
24
42
25
42
38
68
39
57 12:05 640
26
37
39
64
40
48 12:10 150
25
37
38
44
49 12:30 923
37
31
49 12:55 903
47 12:50 755
25
37
35
63
38
24
44
37
32
69
38
50 13:00 878
23
37
37
37
36
39
64
38
51 12:35 906
26
40
37
63
51 12:40 926
35
25
39
37
62
38
51 12:45 146
24
SUHU SEBENARNYA
Gambar 4.1. Grafik hubungan Temperatur Basah (T5) dan Kering (T6), Radiasi Surya (GT) terhadap waktu pada pengambilan data pertama.Ta basah(masuk kolektor) Ta kering(masuk kolektor) GT(radiasi surya)
O C t (menit)
2 T em pe rat ur
R adi as i S ur y a W /m
80 50 100 150
70
60
50
40
30