BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran - STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KURIKULUM 2013 KELAS VII DI MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertntu (Wena, 2011: 2). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah dalam rangka

  mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar dilakukan oleh murid sebagai peserta didik (Sagala, 2009: 164).

  Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang pengetian strategi pembelajaran, maka peneliti paparkankan beberapa pendapat ahli tentang strategi pembelajaran. Menurut Ahmad Sabri (2005:2) strategi pembelajaran adalah politik atau teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dikelas “. Sementara itu, menurut Muhaimin (1996:15) strategi pembelajaran adalah upaya membelajarkan diri untuk belajar, dan kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan lebih efektif dan efisien”. Dari buku yang barjudul Study Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan (2012:210) strategi berarti segala cara dan daya untuk menghadapi saran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.

  Selain tersebut di atas, Kemp juga mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Wa Muna bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu

  

10 kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Muna, 2011: 14).

  Sunhaji dalam bukunya Strategi Pembelajaran dari Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu upaya yang mencakup berbagai cara dan seni yang dilakukan oleh pengajar dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  Pemilihan strategi pembelajaran sangat mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Sebagaimana menurut M. Sumantri dan J. Permana yang dikutip oleh Annisatuul Mufarokah strategi merupakan keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan (Mufarokah, 2009: 37).

  Strategi pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran agar peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Seorang guru, dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak harus memperhatikan beberapa komponen-komponen pembelajaran agar strategi pembelajaran yang digunakan dapat membantu proses pembelajaran dengan baik dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Sebagaimana menurut Reigeluth dan Degeng bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda (Wena, 2011: 5). Menurut Gulo yang dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011:23) komponen-komponen tersebut antara lain:

  1. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan faktor atau acuan yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan garis-garis haluan bertindak dalam mengelola proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran yang berbeda mengharuskan pengajar (guru) memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang berbeda pula (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011:23). Tujuan pembelajaran yang berorientasi pada pemebentukan sikap tidak akan dapat tercapai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aspek kognitif. Disamping itu, dalam proses belajar mengajar strategi merupakan serangkaian rencana, yang merupakan pola umum perbuatan guru- siswa dalam kegiatan belajar mengajar, yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

  2. Pengajar Pengajar adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011:23). Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak sekedar menjalankan proses pembelajaran secara teknis mekanis menurut ketentuan-ketentuan yang ada saja, pembelajaran itu juga tergantung pada sikap dan pandangan guru secara pribadi terhadap tugas yang dihadapinya secara pribadi. Serta tergantung pada wawasan pendidikan yang dimilikinya.

  Perbedaan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang pengajar yang satu dengan pengajar yang lain pada tahap program, dipengaruhi oleh adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pengajaran, gaya mengajar, gaya hidup, dan wawasan masing-masing.

  3. Peserta Didik Dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat juga harus mempertimbangkan dari segi peserta didik karena perbedaan latar belakang dari masing-masing peserta didik, seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24). Makin tinggi perbedaan di masyarakat, makin besar pula perbedaan di kelas.

  4. Materi Pelajaran Materi juga menjadi pertimbangan penting dalam memilih strategi pembelajaran. Materi terdiri dari materi formal dan materi informal.

  Materi formal merupakan materi yang terdapat di buku teks resmi disekolah, dan materi informal adalah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan agar pembelajaran lebih relevan dan aktual (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24).

  5. Metode Pengajaran Terdapat berbagai metode pembelajaran perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran, karena pemakaian suatu metode akan mempengaruhin bentuk strategi pembelajaran (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24).

  6. Media Pengajaran Dewasa ini terdapat berbagai macam media pembelajaran, dari yang tradisional hingga media yang lebih modern. Keberhasilan dari suatu pembelajaran bukan dilihat dari seberapa canggihnya media yang digunakan tapi ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh seorang pengajar (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011:25).

  7. Faktor Administrasi dan Finansial Faktor administrasi dan finansial, sarana dan prasarana juga tidak dapat diabaikan. Faktor ini harus menjadi faktor penunjang yang benar- benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung. Demikian pula dengan masalah finansial atau pendanaan, kelancaran proses pembelajaran sering tergantung pada faktor ini (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 25).

  Dari beberapa komponen pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, semua komponen tersebut sangatlah penting karena tanpa adanya dukungan dari komponen-komponen yang lain suatu strategi yang telah dirancang tidak dapat berjalan dengan lancar, akan tetapi dalam hal ini yang paling sering dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa (pelajar).

  Sebagaimana yang telah dijelaskan, strategi pembelajaran bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah dan Zain, 2006: 5). Sementara itu, menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip oleh Mufarokah (2009: 36), strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat hal sebagai berikut:

  1. Identifikasi dan Penetapan Tujuan Mengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku dan kepribadian peserta didik yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan belajar mengajar itu berdasarkan aspirasi atau pendangan hidup masyarakat. Sasaran yang menjadi tujuan kegiatan belajar mengajar itu harus dirumuskan secara khusus, jelas dan konkret. Disini tampak jelas bahwa tujuan pengajaran harus jelas, konkret dan terarah. Oleh sebab itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak harus dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah.

  2. Pertimbangan dan Pemilihan Cara Pendekatan Pendekatan belajar mengajar yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan siswalah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu dikarenakan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang edukatif demi kepentingan siswa dalam belajar.

  Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didikakan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu memiliki pandangan yang sama dalam menilai anak didik, hal tersebut mempengaruhi pendekatan apa yang akan guru pilih dalam proses pembelajaran. Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan.

  a. Pendekatan Individual Perbedaan anak didik memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pembelajaran. Persoalan kesulitan belajar pada siswa akan lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual ini.

  b. Pendekatan Kelompok Pendekatan kelompok diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Dengan pendekatan kelompok , diharapkan dapat menumbuhkan rasa sosial yang tingggi pada setiap siswa. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus mempertimbangkan bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas pendukung, metode, dan bahan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa.

  c. Pendekatan Bervariasi Dalam belajar, setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda.

  Permasalahan yang dihadapi oleh siswapun bervariasi, maka pendekatan yang digunakan oleh guru juga harus bervariasi.

  Pendekatan bervariasi bertolak pada konsep bahwa permasalahan yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar bermacam-macam (Djamarah dan Zain, 2006: 58). Dengan demikian, maka kiranya pendekatan bervariasi ini merupakan alat yang dapat digunakan oleh guru untuk kepentingan pembelajaran.

  d. Pendekatan Edukatif Gurtu yang jarang bergaul dengan siswa dan tidak peduli dengan masalah belajar yang dihadapi siswa, membuat siswa menjadi bersikap apatis dan tertutup terhadap apa yang mereka rasakan.

  Kasus

  • –kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat kesulitannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Ada kasus yang dapat didekati dengan pendekatan individual, ada yang menggunakan pendekatan
kelompok adapula yang menggunakan pendekatan bervariasi. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif dan pendekatan bervariasi pun demikian harus berdampingan dengan pendekatan edukatif.

  Semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, yaitu bertujuan mendidik peserta didik. Tindakan guru yang disertai rasa marah, kesal, dan sejenisnya bukanlah termasuk kegiatan mendidik.

  e. Pendekatan Pengalaman Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, pendekatan pengalaman berasumsi bahwa belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisik (Djamarah dan Zain, 2006: 61).

  Meskipun demikian, tidak ssemua pengalaman bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, ketika guru tidak membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan tetapi menyeleweng dari tujuan tersebuit.

  Untuk pendidikan agama islam, pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individu maupun kelompok.

  f. Pendekatan Pembiasaan Menanamkan kebiasaan yang baik adalah hal yang tidak mudah, tetapi hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk dirubah. Oleh sebab itu, merupakan hal penting untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan siswa sehari hari. J.B. Watson mengemukakan bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar (Djamarah dan Zain, 2006: 64).

  Dalam hal ini, pembiasaan pada pendidikan agama islam sangatlah penting karena diharapkan siswa senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.

  g. Pendekatan Emosional Emosi merupakan gejala kejiwaan yang terdapat dalam diri seseorang. Emosi memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pendekatan emosional atau perasaan ini dijadikan pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran, khususnya untuk pendidikan agama islam. Pendekatan emosional yang dimaksudkan disini adalah suatu usaha untukmenggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT. Dan kebenaran ajaran agamanya.

  h. Pendekatan Rasional Di sekolah, siswa dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan.

  Perkembangan anak dibimbing sesuai dengan tingkat usia mereka mulai dari yang konkret sampai ke yang abstrak. Maka pembuktian suatu kebenaran, dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan berdampak fatal bagi perkembangan jiwa anak.

  Usaha yang paling penting adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Oleh karena keampuhan akal itulah, akal dijadikan suatu pendekatan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah. i. Pendekatan Fungsional

  Ilmu pengetahuan yang dipelajari anak di sekolah tidak hanya untuk memenuhi otak mereka tetapi diharapkan memiliki nilai guna bagi kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Hal yang penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat memanfaatkan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangannya. Anak akan dapat merasakan manfaat dari ilimu yang mereka dapat dari sekolah, mereka juga dapat mendayagunakan ilmu yang mereka dapat tersebut.

  Pelajaran agama yang diberikan kepada siswa di kelas adalah untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

  Hal yang demikian itulah yang kemudian hendak dicapai oleh tujuan pendidikan agama di sekolah dalam berbagai jenis tingkatan. Oleh sebab itu, kurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat. Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan tersebut. j. Pendekatan Keagamaan

  Pendekatan keagamaan tidak hanya digunakan untuk pelajaran agama semata melainkan juga untuk pelajaran umum. Hal ini dikarenakan mata pelajaran umum juga sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu tersebut tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.

  Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa sehingga akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemooh dan dilecehkan tetapi diyakini, dipahami dan dihayati serta diamalkan oleh siswa. k. Pendekatan Kebermaknaan

  Berikut ini beberapa konsep penting mengenai pendekatan kebermaknaan.

  1) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur tata bahasa dan kosa kata.

  2) Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasr dalam pendekatan kebermaknaan. 3) Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik lisan maupun tulisan.

  4) Kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. 5) Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya. Demikian jenis-jenis pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran.

  3. Pertimbangan dan Penetapan Langkah-langkah Pembelajaran Strategi dasar yang selanjutnya adalah memilih dan menetapkan prosedur, baik metode maupun tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, dengan sasaran berbeda guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama (Djamarah dan Zain, 2006: 7).

  Tujuan instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi dalam satu pembelajaran terdiri dari beberapa tujuan. Oleh sebab itu, guru dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang relevan dan mampu mengkombinasikannya.

  Berikut ini uraian singkat mengenai beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan.

  a. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode tradisional, sebab sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.cara mengajar dengan ceramah merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

  Kelebihan dari metode ini adalah guru mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk, dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar, mudah dalam mempersiapkan dan melaksanakannya serta lebih mudah bagi guru untuk menerangkan pelajaran dengan baik. Sementara kelemahan dari metode ini adalah jika digunakan terlalu lama pembelajaran menjadi membosankan dan menyebabkan siswa menjadi pasif.

  b. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan cara menyajikan pelajaran dimana siswa melakukan percobaab dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mengamati, menganalisis, membuktikan, mencari kebenaran dan menarik kesimpulan sendiri atas proses yang dialaminya itu.

  Kelebihan metode eksperimen ini adalah membuat siswa lebih yakin atas kebenaran berdasarkan percobaannya, dan dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dari hasil percobaanya yang bermanfaat bagi kehidupan. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah metode ini lebih sesuai dengan bidang sains dan tekhnologi, metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan setiap percobaan belum tentu menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan.

  c. Metode Tugas atau Resitasi Metode penugasan meriupakan suatu cara penyajian pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini digunakan manakala bahan atau materi ajar terlalu banyak sedangkan waktu yaang tersedia terlalu sedikit. Metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan memberikan tugas secara individu maupun kelompok dan tugas dapat dikerjakan dimanapun.

  Kelebihan metode resitasi ini adalah lebih merangsang siswa dalam melakukan kegiatan belajar, mengembangkan kemandirian siswa, dapat membina sikap disiplin dan tanggungjawab siswa serta dapat mengembangkan kreativitas siswa. Sedcangkan kelemahan metode ini adalah siswa kurang terkontrol, artinya guru tidak tahu apakah tugas benar-benar dikerjakan oleh siswa atau oleh orang lain.

  d. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan untuk dipecahkan bersama.

  Kelebihan metode ini adalah merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide dan gagasan, mampu mengembangkan sikp menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan, dan membiasakan untuk musyawarah. Sementara itu, kelemahan metode ini antara lain membutuhkan durasi waktu yang panjang, dan memungkinkan untuk dikuasai oleh siswa yang suka berbicara dan menonjolkan diri. e. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pembelajaran dengan mempertunjukkan atau meragakan kepada siswa suatu proses, situasi,atau benda tertentu yang sedang dipelajari disertai penjelasan lisan. Dengan metode ini, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

  f. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pembelajaran dalam bentuk memberikan pertanyaan yang harus dijawab.penggunaan metode ini dapat menarikm dan memusatklan perhatian siswa terhadap pelajaran sekalipun saat kelas gaduh. Akan tetapi, kelemahan metode ini adalah siswa terkadang ada yang merasa takut dan tegang dalam mengikuti pembelajaran sehingga guru harus mampu menciptakan suasana yang akrab dan mendorong siswa untuk berani .

  g. Metode Latihan Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

  Demikian berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru dalam menyajikan pembelajaran di kelas agar materi dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik dan sesuai tujuan.

  4. Pertimbangan dan Penetapan Tolok Ukur Keberhasilan Strategi dasar yang keempat adalah menerapkan kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Keberhasilan suatu program hanya bisa diketahui melalui evaluasi.

  Selain empat strategi dasar dalam strategi pembelajaran, terdapat tiga variabel dalam menerapkan strategi pembelajaran, yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan.

  1. Strategi Pengorganisasian Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi. Kegiatan ini berhubungan dengan tindakan penataan materi, isi, diagram dan sejenisnya (Wena, 2011: 5). Dengan kata lain, strategi pengorganisasian merupakan cara untuk membuat urutan dan mengkaitkan (mensintesis) hubungan fakta, konsep dan prinsip dengan isi pembelajaran yang ditunjukkan kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa.

  2. Strategi Penyampaian Strategi penyampaian merupakan cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespon masukan dari siswa. Strategi penyampaian ini menekankan pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran dan kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa. Menurut Degeng, sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 9), ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam strategi penyampaian, yaitu:

  a. Media pembelajaran Media pembelajaran merupakan semua sumber belajar yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan siswa.Media pembelajaran merupakan komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa melalui orang, alat maupun bahan. Leshin, Pollock dan Regeiluth dalam Wena (2011: 9) mengklasifikasikan media pembelajaran dalam lima kelompok, yaitu media berbasis manusia (pengajar, tutor, bermain peran),

  b. Interaksi siswa dengan media Ini merupakan komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada kegiatan apa dan bagaimana peranan media dalam memberi rangsangan belajar kepada siswa. c. Bentuk belajar mengajar Bentuk belajara mengajar merupakan komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar dalam kelompok besar, perseorangan atau belajar mandiri.

  3. Strategi Pengelolaan Menurut Made Wena, strategi pengelolaan sangat penting dalam sistem strategi pembelajaran secara keseluruhan. Strategi pengelolaan berkaitan dengan kapan suatu strategi atau komponen strategi tepat digunakan dalam suatu situasi pembelajaran. Menurut Degeng (Made Wena, 2011: 11) ada empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan, yaitu: a. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran

  b. Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa

  c. Pengelolaan motivasional d. Kontrol belajar.

B. Macam-macam Strategi Pembelajaran Ada beberapa macam strategi pembelajaran yang dijelaskan oleh ahli.

  Berikut ini peneliti uraikan macam-macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan.

  1. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Ideal Menurut Suharsono, sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 53), para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Gick dan Holyoak mengungkapkan bahwa model pemecahan masalah ideal mengidentifikasi tiga aktifitas kognitif, yaitu: a. Penyajian masalah meliputi aktifitas mengingat konteks pengetahuan yang sesuai dan melakukan identifikasi tujuan serta kondisi awal yang relevan untuk masalah yang dihadapi.

  b. Pencarian pemecahan meliputi aktifitas penetapan tujuan dan pengembangan rencana tindakan untuk mencapai tujuan.

  c. Penerapan solusi meliputi tindakan pelaksanaan rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya.

  Adapun tahap pembelajaran dalam strategi pembelajaran pemecahan masalah ideal adalah sebagai berikut: a. Identifikasi masalah

  Identifikasi merupakan tahap awal pemecahan masalah. Pada tahapan ini guru memberikan masalah kemudian membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, menganalisis masalah, dan membimbing siswa mengembangkan hipotesis.

  b. Mendefinisikan masalah Pada tahap ini, guru membantu dan membimbing siswa untuk melihat hal-hal yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring informasi dan akhirnya membimbing siswa untuk merumuskan masalah. c. Mencari solusi Dalam tahapan mencari solusi, kegiatan guru adalah membatu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, membimbing siswa untuk mengambil keputusan dalam memilih alternatif solusi yang paling tepat.

  d. Melaksanakan strategi Dalam tahap ini, siswa dibimbing secara bertahap dalam melakukan pemecahan masalah.

  e. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh Pada tahap akhir ini, guru membimbing siswa untuk mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, dan mengkaji kembali pengaruh strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah.

  2. Strategi Pembelajaran Kuantum Strategi pembelajaran Kuantum merupaka cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran (Wena, 2011: 160). Pada strategi pembelajaran Kuantum, guru dituntut mampu untuk mengkungan agar mendukung ngubah suasana yang memberdayakan untuk kegiatan belajar mengajar, mengubah landasan yang kukuh untuk kegiatan belajar mengajar, mengubah lingkungan agar mendukung poses pembelajaran, membuat rancangan pembelajaran yang dinamis. Adapun kerangka rancangan pembelajaran Kuantum antara lain: a. Tumbuhkan. Artinya pada kegiatan awal pembelajaran, guru harus berusaha menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa untuk belajar.

  b. Alami. Artinya, proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang sedang diajarkan.

  c. Namai. Namai disini mengandung makna agar guru mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Hal ini mencakip proses identifikasi, mengurutkan dan mendefinisikan sesuatu.

  d. Demonstrasi. Tahap demonstrasi berarti bahwa memberi peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran lain atau adlam kehidupan.

  e. Ulangi. Artinya bahwa proses pengulangan dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa.

  f. Rayakan. Pada tahap ini, mengandung arti pemberian penghormatan pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya.

  3. Strategi Pembelajaran Tuntas Strategi pembelajaran Tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll dan

  Benjamin Bloom (Wena, 2011:184). Adapun tahap pembelajaran dengan menggunakan strategi Pembelajaran Tuntas antara lain: a. Orientasi

  Langkah-langkah penting yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu:

  1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan syarat-syarat kelulusan 2) Guru menjelaskan materi pelajaran serta kaitannya dengan pembelajaran terdahulu dan pengalaman sehari-hari 3) Guru menetapkan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

  b. Penyajian Pada tahap ini, guru menjelaskan kepada siswa tentang konsep baru yang dipelajari beserta contoh-contoh. Penjelasan diberikan kepada siswa melalui media pembelajaran yang telah disiapkan, kemudian guru melakukan evaluasi terhadap pemahaman siswa.

  c. Latihan terstruktur Pada tahap ini, guru mebrikan contoh penyelesaian masalah kepada siswa. Penyelesaian masalah yang dimaksud disini adalah berupa soal-soal atau tugas yang diberikan guru.

  d. Latihan terbimbing Setelah melalui latihan terstruktur, tahap selanjutnya adalah latihan terbimbing. Pada tahap latihan terbimbing, guru memberikan tugas kepada siswa dan mengawasi semua siswa secara menyeluruh. Setelah selesai, guru kemudian memberikan umpan balik.

  e. Latihan mandiri Tahap latihan mandiri merupakan tahap inti dari strategi pembelajaran Tuntas. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas mandiri di kelas maupun pekerjaan rumah. Peran guru disini adalah menilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas.

  4. Strategi Pembelajaran Siklus Pada proses pembelajaran menggunakan strategi ini terdapat lima tahap pembelajaran. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

  a. Pembangkitan minat Pada tahap ini, guru berusaha untuk membangkitkan minat dan motivasi serta rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan keterkaitan antara materi yang akan dipelaajari dengan kehidupan sehari-hari.

  b. Eksplorasi Tujuan tahap ini adalah untuk mengecek seberapa jauh pengetahuan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini guru berfungsi sebagai fasilitator. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Setelah siswa selesai, guru kemudian mendorong siswa untuk menjelaskan materi dengan kalimat mereka sendiri.

  c. Penjelasan Setelah siswa berusaha menjelaskan materi yang diberikan dengan kalimat mereka sendiri, kemudian guru dan seluruh siswa melakukan diskusi bersama tentang materi tersebut. Setelah itu, guru memberikan penjelasan sebagai klarifikari dan penegasan terhadap matreri yang didiskusikan.

  d. Elaborasi Pada tahap elaborasi, guru mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Guru juga mengingatkan siswa untuk senantiasa mengaplikapan.sikan konsep yng telah dipelajari dalam kehidupan.

  e. Evaluasi Ini merupakan tahap akhir dari strategi pembelajaran siklus. Pada tahap evaluasi, guru mengamati pengetahuan dan pemahaman siswaterhadap penerapan konsep baru. Guru juga mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri. Evaluasi ini dapat dilakukan guru dengan memberikan pertanyan terbuka kepada siswa.

  5. Strategi Pembelajaran Generatif Strategi pembelajaran generatif pertama kali diperkenalkan oleh

  Osborne dan Cosgrove (Wena, 2011:177). Pembelajaran Generatif terdiri atas empat tahap, yaitu: a. Pendahuluan atau eksplorasi

  Pada tahap pendahuluan, guru memberikan kegiatan berupa demonstrasi atau memberikan contoh-contoh yang dapat merangsang siswa untuk berpendapat. b. Pemfokusan Pemfokusan merupakan tahap pengenalan konsep.pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk menetapkan konteks permasalahan.

  Guru mendorong siswa untuk melakukan pengujian terhadap sesuatu (konsep) dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kosep tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuik mempresentasikan ide mereka lalu menginterpretasi respon dan menguraikan ide-ide siswa.

  c. Tantangan atau pengenalan konsep Pada tahap Tantangan, guru membuka forum diskusi. Pada tahap ini, siswa berlatih mengeluarkan pendapat, mengkritik, berdebat, dan menghargai perbedaan pendapat. Setelah berdiskusi, guru kemudian menunjukkan bukti ide ilmuwan dan mendorong siswa untuk membandingkan ide ilmuwan tersebut dengan ide kelas.

  d. Penerapan konsep Pada tahap akhir ini, guru membawa siswa untuk mengklarifikasi ide baru dan membimbing siswa untuk menggambarkan secara verbal penyelesaian problem. Guru juga mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang baru dipelajari tersebut dalam berbagai konteks yang berbeda.

C. Pembelajaran Akidah Akhlak

  1. Pengertian Akidah Akhlak Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah pembelajarani akidah akhlak, sebaiknya perlu dimengerti terlebih dahulu pengertian akidah dan akhlak.

  Kata akidah, menurut bahasa berasal dari bahasa arab: aqada-

  yaqidu-uqdatan-qaidatan artinya ikatan atau perjanjian. Maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati nurani terikat kepadanya (Anwar.

  2008: 13).

  Sedang kan dalam pendidikan agama islam, “ inti akidah adalah percaya dan pengakuan terhadap keesaan Allah atau yang disebut tauhid yang merupakan landasan keimanan terhadap keimanan lainnya seperti keimanan terhadap malaikat, rasul, kitab, hari akhirat serta qadha dan qadhar” (Aminudin, dkk. 2002: 81).

  Akhlak secara bahasa (lenguistik) berasal dari bahasa arab, yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu,ikhlaqon, yang berarti al-sajiyah (perangai), al thabiah (kelakuan), tabiat (watak dasar),

  al’adat (kebiasaan, kedzaliman), al maru’ah (peradaban yang baik) dan al- din (agama) (Aminuddin, dkk. 2002: 152). Selain itu, menurut Abdul

  Hamid Yunus (tt: 436), bahwa akhlak ialah sifat kebiasaan manusia.

  Imam Al-Ghazali (Ghazali, 1987: 58) juga mengungkapkan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripada timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).

  Kemudian menurut Ibrahim Anas, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan (Anas, 1972: 2002).

  Berdasarkan rumusan di atas, maka yang dimaksud dengan akidah akhlak adalah suatu kepercayaan seseorang sehingga menciptakan kesadaran diri dari manusia tersebut untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai budi pekerti yang luruh tanpa membutuhkan pertimbangan dan pemikiran, sehingga muncullah kebiasaan-kebiasaan dari seseorang tersebut dalam bertingkah laku.

  2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak

  a. Fungsi Mata Pelajaran Akidah Akhlak Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk: 1) Penanaman nilai ajaran islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunian dan akhirat 2) pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu didalam keluarga. 3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sisial melalui akidah akhlak.

  4) Perbaikan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

  5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dan lingkungannya atau dari budaya asing yang akan kdihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. 6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak serta sistem dan fungsionalnya.

  7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami akidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  b. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak Akidah Akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam

  Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, tujuan umum dari pelajaran Akidah Akhlak sesuai dengan tujuan umum dari Pendidikan Agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah (2005:133), tujuan umum dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya menyiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.

  Sedangkan tujuan khusus pelajaran Akidah Akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang akidah dan akhlak islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dari pelajaran Akidah Akhlak searah dengan tujuan nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjWb, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani (Sudjana, 1989: 21).

  3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak Adapun ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak adalah sebagaimana berikut: a. Aspek akidah terdiri atas prinsip-prinsip aqidah dan metode peningkatannya, al-asma al-husna, macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rubbaniyah, tauhid as-shifat wa al-af al, tauhid rahmaniyah, tauhid mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam(klasik dan modern).

  b. Aspek akhlak terdiri atas: masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti husnudz-dzan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertemu dan menerima tamu, adil, ridha, amal sholeh, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tentang tasawuf, edangkan ruang lingkup akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), ishraf, tabdzir, dan fitrah.

  4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam melaksanakan pendidikan perlu diketahui dan diperhatikan adanya faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan tersebut. Begitu juga dalam strategi guru akidah akhlak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tentunya dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat didalam pelaksanaannya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa.

  a. Bahan atau Materi Bahan atau materi harus dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar atau terjadi dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapkan. Bahan yang dipelajari akan menentukan juga cara atau metode belajar yang akan ditempuh dan waktu yang akan digunakan.

  Materi yang luas dan panjang akan memerlukan waktu yang lebih lama dibanding materi yang sedikit dan mudah. Setiap materi yang berbeda membutuhkan strategi penyampaian yang berbeda pula.

  b. Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berbeda dengan keadaan udara yang sejuk akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengab. Lingkungan sosial akan mempengaruhi terhadap proses hasil belajar. Siswa terganggu belajarnya bila ada siswa yang didekatnya mengganggu, membuat gaduh, disamping lingkungan sosial seperti pabrik, mesin hiruk pikuk lalu lintas, dan keramaian pasar.

  c. Instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengaruhnya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana tercapainya tujuan-tujuan belajar yang dirancang pula. Faktor ini berupa hardware seperti gedung, sekolah, ruang belajar, dan perlengkapannya, alat-alat praktikan, program belajar mengajar, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. Belajar diruang yang memenuhi beberapa syarat dan ditunjang dengan perlengkapannya yang memadai tentu berbeda hasilnya dibanding belajar ditempat yang sempit, pengab, dan tanpa peralatan. d. Kondisi individu pelajar Peserta didik adalah faktor pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya anak didik maka pendidikan tidak akan pernah berlangsung. Dalam bukunya Metodologi Pendidikan Islam dinyatakanbahwa peserta didik merupakan “raw material in put” (bahan masukan mentah atau pokok) didalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Kondisi pelajar ini dapat dibedakan menjadi 2: 1) Kondisi fisik, pada umumnya sangat mempengaruhi tarhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa dalam keadaan sehat akan belajar dengan baik begitu juga sebaliknya, bila siswa dalam kondisi yang kurang sehat atau lelah nafsu belajar akan menurun.

  2) Kondisi pesikologis, beberapa faktor psikologis yang utama dalam hal ini adalah minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh”.Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memperhatikan yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Dengan minat siswa yang sungguh-sungguh hasil akan baik. Bakat juga merupakan faktor psikologis yang berpengaruh. Selain itu motivasi pun merupakan kondisi psikologis siwa yang mendorong untuk semangat belajar. Dengan didasari motivasi yang kuat dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal.

D. Kurikulum 2013

  Menurut Kemp, Morisson dan Ross kurikulum merupakan isi mata pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang termuat dalam suatu program pendidikan (Muhaimin, 2010: 2). Sejalan dengan pengertian tersebut definisi kurikulum juga tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20/2003 yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahn pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Muhaimin, 2010:2).

  Sebagaimana kita ketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. Kurikulum 2013 (K13) merupakan sebuah kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter berbasis kompetensi. Pendidikan karakter dalam kurikulum ini bertujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak yang mulia peserta didik. Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter sehingga peserta didik mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.

  E. MTs Muhammadiyah Purwokerto

  MTs Muhammadiyah Purwokerto merupakan madrasah tsanawiyah (menengah pertama) yang terletak di jalan Overste Isdiman no. III/ 20, Purwokerto Timur, kabupaten Banyumas. Madrasah tersebut merupakan salah satu madrasah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013.

  MTs Muhammadiyah Purwokerto merupakan Madrasah Tsanawiyah swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah. Madrasah ini berdiri di tengah kota Purwokerto yang padat dan sarat dengan fasilitas modern. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru pendidikan Akhlak di madrasah tersebut dalam upaya menanamkan pendidikan akhlak kepada seluruh siswanya.

  Hal inilah yag kemudian menjadi titik ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah tersebut

  F. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs DZUNNURROIN PAKIS MALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 28

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran - STRATEGI GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN ADVERSITY PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MTsN I BLITAR - Institutional Repository of

0 0 48

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository

0 0 44

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

0 0 86

BAB II KAJIAN PUSTAKA SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK A. Deskripsi Pustaka 1. Penilaian Berbasis Kelas a. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas - SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTS MU’A

0 0 14

9 BAB II IMPLEMENTASI MODEL OPEN ENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs NU MIFTAHUL FALAH CENDONO DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 23

EFEKTIVITAS SALURAN DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Internet 1. Pengertian Pemanfaatan Internet - PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA P ELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - repository perpustakaan

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - ANALISIS EFEKTIVITAS SIMPANG TAK BERSINYAL JALAN GATOT SUBROTO DAN JALAN GEREJA DI PURWOKERTO UNTUK 10 TAHUN - repository perpustakaan

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fraktur terbuka 1. Definisi - EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA DI RUMAH SAKIT TK III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2011 - repository perpustakaan

0 0 12