BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Vony Anggistia BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi

  1. Pengertian Kanker Payudara

  Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga menhgalami pertumbuhan yang tidak teratur (Lena Amalia, 2009;7).

  Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungi tubuh (Dinanda, 2008;15).

  Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, kanker biasanya mulai tumbuh dikelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Lena Amalia, 2009:89).

  Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan payudara termasuk kulit payudara (Jones, 2002;293).

  Jadi kanker payudara adalah keadaan abnormal pada payudara yang ditimbulkan karena sel didalam payudara yang berkembang dengan tidak terkendali sehingga menimbulkan suatu keganasan pada payudara.

  2. Etiologi

  Etiologi dari kanker payudara belum dapat dijelaskan penyebabnya. Terdapat faktor genetik karena kanker payudara cenderung terjadi pada keluarga (Jones, 2002;293). Faktor lain pemicu kanker payudara adalah dari faktor eksternal dan internal.

  a) Faktor pemicu eksternal dikarenakan karena gaya hidup wanita masa kini yang sering mengkonsumsi junk food (makanan setengah matang) dan makanan berlemak tinggi, diet, mengkonsumsi alkohol, radiasi kecantikan, dan paparan ditempat kerja (paparan dari gelombang elektromagnetik).

  b) Faktor pemicu internal biasanya bersifat genetik dan hormonal (Eni Setiati, 2009;45).

3. Faktor Predisposisi

  Menurut Ranggiasanka (2010) faktor yang mempengaruhi kanker payudara yaitu : a. Usia sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia 60 tahun,dan resiko terbesar di temukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

  Menurut Wiknjosastro, umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 taun, yang tertua 80-89 tahun,dan yang terbanyak pada umur 40-49 tahun. Menurut Dinanda (2008) semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat resiko terjadinya kanker payudara. Umumnya kanker payudara akan muncul setelah usia 65 tahun, namun juga pada anak –anak dapat menderita kanker.

  b. Riwayat kanker payudara, wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. c. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara, wanita yang memiliki saudara, ibu, anak perempuannya menderita kanker memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

  d. Faktor genetika dan hormonal. Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2, jika wanita memiliki salah satu dari gen tersebut maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan.

  e. Riwayat penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran sel susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara.

  f. Menarkhe (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopouse setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarkhe, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalmi menarkhe sebelum usia 12 tahun. Demikian pula dengan menoupose ataupun kehamilan pertama, semakin lambat menoupose dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara.

  g. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya, belum diketahui berapa lama efek pemakaian pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih esterogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya lebih meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

  h. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas /hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. i. Pekerjaan dengan resiko pemaparan terhadap penyinaran(terutama penyinaran pada dada) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara ( Amalia, 2009;93). j. Faktor lingkungan dari beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadiya kanker payudara (Amalia,2009;93). k. Obesitas sebagai faktor kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar esterogen pada wanita obesitas. l. Faktor Suku Bagsa, seseorang yang memiliki kulit putih akan lebih rentan terhadap radiasi sinar ultra violet yang menyebabkan kerusakan kulit sehingga dapat meningkatkan resiko terkena kanker (Dinanda, 2008). m. Jumlah paritas beresiko meningkatkan resiko kanker payudara. Pada wanita nulipara memiliki resiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang multipara(Rasjidi,2010;57). n. Menyusui lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara, karena adanya penurunan level esterogen dan sekresi bahan –bahan karsinogenik selama menyusui (Rasjidi,2010;57).

  4. Tanda dan Gejala Klinik Kanker Payudara

  Menurut Lena amalia (2009), gejala dini kanker payudara adalah

  a. Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara disekitarnya, dan tidak menimbulkan nyeri.

  b. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.

  c. Pada stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

  d. Benjolan masa di ketiak.

  e. Perubahan atau ukuran bentuk payudara.

  f. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu ( biasanya berdarah atau berwarna kekuningan sampai hijau, mungkin juga bernanah).

  g. Perubahan pada warna atau tekstur bentuk kulit pada payudara, puting susu, maupun aerola.

  h. Payudara tampak kemerahan. i. Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal.

  5. Patofisologi

  Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada waktu 8 – 12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel – sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Sel kanker payudara dapat bersembunyi didalam tubuh selama bertahun – tahun tanpa kita ketahui, dan tiba – tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

  Tumor adalah benjolan abnormal yang terdapat pada payudara. Tumor terbagi atas tumor jinak dan tumor ganas.

  6. Klasifikasi Kanker payudara

  Menurut Sarwono (2008) pembagian stadium kanker payudara yaitu : I : kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar.

  II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak sebar di kelenjar ketiak.

  III : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar si kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular atau infiltrasi ke faksia pektoralis.

  IV : Kanker payudara dengan mestastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau tulang punggung, paru-paru, hati, dan panggul.

  7. Pemeriksaan Penunjang

  Menurut Lena Amalia (2009) pemeriksaan penunjang ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut : a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Jika sadari dilakukan sendiri secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan, bagi wanita yang masih mengalami menstruasi waktu yang paling tepat melakukan SADARI adalah pada hari ke 7-10 setelah hari pertama menstruasi, bagi wanita pasca menepouse SADARI dilakukan kaapan saja, tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan.

  b. Mammografi Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada wanita yang berusia 40 tahun ke atas untuk melakukan mammografi secara rutin 1-2 tahun sekali dan pada usia diatas 50 tahun mammogram dilakukan setaun sekali.

  c. USG payudara USG digunakan untuk membedakan kista (kantung yang berisi cairan) dengan benjolan padat.

  d. Termografi Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.

8. Komplikasi kanker payudara

  Menurut Dinanda, 2008 ada dua macam macam penyebaran (metastasis) payudara yaitu : a. Tamponade jantung yaitu penggumpalan cairan di dalam kantung jantung yang menyebabkan penekanan pada jantung dan kemampuan memompa jantung.

  b. Efusi pleura yaitu penggumpalan cairan di dalam kantong yang mengelilingi paru – paru yang menyebabkan sesak nafas c. Sindroma Vena Kafa Superior terjadi bila kanker menyumbat sebagian atau seluruh vena – vene, yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke dalam jantung.

9. Penatalaksanaan Medis

  Pengobatan kanker payudara pada prinsipnya yaitu:

  a. Pembedahan breast-conserving 1) Lumpektomi adalah pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya.

  2) Eksisi luas atau masektomi parisal adalah pengangkatan tumor dan jaringan normal disekitarnya yang lebih banyak.

  3) Kuadrantektomi adalah pengangkatan seperempat bagian payudara.

  b. Masektomi 1) Masektomi simplek adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara akan lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yabg telah menyebar luas ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving kanker akan sering kambuh.

  2) Masektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau

  modifikasi masektomi radikal adalah pengangkatan seluruh

  jaringan payudara dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.

  3) Masektomi radikal adalah pengangkatan seluruh payudara, otot, dan jaringan ringan lainnya.

  c. Terapi penyinaran Terapi penyinaran dilakukan setelah pembedahan akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah beninh disekitarnya.

  d. Kemoterapi dan pengobatan penghambat hormon Kemoterapi dan obat penghambat hormon sering kali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal, tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.

10. Penatalaksanaan Kebidanan

  a. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan reproduksi dan ginekologi ( PP IBI,2006;116).

  Berikan konseling tentang kanker payudara

  1) Jelaskan pengertian kanker payudara 2) Jelaskan penyebab kanker payudara 3) Jelaskan tanda dan gejala kanker payudara 4) Jelaskan pemeriksaan dini kanker payudara 5) Jelaskan pengobatan kanker payudara

  b. Menurut Handayani (2009) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan reproduksi antara lain ; 1) Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya untuk kesehatan reproduksi. 2) Memberikan informasi tempat – tempat rujukan. 3) Membantu klien dalam mengamil keputusan. 4) Memberi suport mental.

  c. Menurut Dskal (2003) bidan melakukan asuhan kebidanan pada penderita gangguan reproduksi dengan cara : 1) Jelaskan tindakan atau asuhan yang akan di berikan sesuai dengan petunjuk dokter.

  2) Jelaskan terapi – terapi yang akan di berikan 3) Jelaskan kebutuhan untuk menghindari seseorang yang terinfeksi ISPA 4) Jelaskan efek dari radiasi 5) Jelaskan untuk menjaga personal hygne d. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana (PP IBI,2006;116) a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada

  PUS/WUS

  b. Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan

  c. Menysun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien

11. Tinjauan Asuhan Kebidanan

  a. Teori Manajemen Varney Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( PP IBI, 2006)

  Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana ( PP IBI, 2006).

  Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan manajemen kebidanan yaitu tujuh langkah Varney meliputi :

1) Pengumpulan Data Dasar

  Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : a) Identitas pasien

  b) Riwayat kesehatan

  c) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

  d) Meninjau data laboratorium

  2) Interpretasi Data

  Mengidentifikasikan diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data-data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan kerena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah dapat berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan :

  a) Diagnosa kebidanan

  b) Masalah

  3) Diagnosa potensial

  Mengindentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar terjadi.

  

4) Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

  Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.

  5) Perencanaan

  Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari msalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuahn yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien atau masalah lain.

  6) Pelaksanaan

  Langkah ini merupakan pelaksana asuhan penyuluhan kepada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani pasien yang mengalami komplikasi, maka bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut.

  Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta mengningkatkan mutu dari asuhan klien.

7) Evaluasi

  Langkah ini merupakan rencana terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, mengulang kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.

  Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP menurut Thomas, dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.

  Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, dan respon pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematik dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen lainnya. Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan menggunakan SOAP.

a) S (Data Subjektif)

  Pengkajian data yang diperoleh dalam anamesis, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

  Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung / ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis, data akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

  b) O (Data Objektif)

  Data berasal dari asuhan observasi yang jujur dari pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnosik lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif, data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

  c) A (Assesment)

  Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis yang tepat akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinnya perubahan pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan / tindakan yang tepat. Analisis merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat yang menyangkut kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus segera diidentifikasikan menurut kewenangan bidan (tindakan mandiri, kolaborasi, dan rujukan).

  d) P (Planning)

  Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interprestasi data yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal. P (Planning) menurut Hellen Varney masuk pada langkah kelima, keenam, dan ketujuh. Pelaksanaan asuhan dengan rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

  Tinjauan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi dengan kanker payudara sebagai berikut :

I. Pengkajian

A. Data subjektif

  1. Identitas klien (a) Nama

  Harus jelas dan lengkap : nama depan, tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Dinanda , 2008)

  (b) Umur Umur pasien dikaji karena semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat resiko terjadinya kanker.

  Umumnya kanker mulai muncul setelah usia 65 tahun, namun anak – anak juga bisa menderita kanker (Dinanda, 2008)

  (c) Suku bangsa Seseorang yang memiliki kulit putih akan lebih rentan terhadap radiasi sinar ultra violet yang menyebabkan kerusakan kulit sehingga dapat meningkatkan resiko terkena kanker (Dinanda, 2008).

  (d) Agama Data tentang agama digunakan untuk menetapkan identitas, disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama (Latief, 2005;h,6).

  (e) Pendidikan Informasi tentang pendidikan orang tua dapat menggambarkan keakuratan data dan beberapa juga dalam pendekatan selanjutnya, misal dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan tata laksana selanjutnya (Latief, 2005;h,6)

  (f) Pekerjaan Pekerjaan dengan resiko pemaparan terhadap penyinaran(terutama penyinaran pada dada) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara ( Amalia, 2009;93).

  (g) Alamat Faktor lingkungan dari beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadiya kanker payudara (Amalia,2009;93).

  2. Keluhan utama Ibu akan mengeluh nyeri pada payudara, ada benjolan pada payudara, terjadi perubahan pada payudara, payudara terlihat kemerahan dan meradang, kulit disekitar payudara bersisik (Dinanda, 2008).

  3. Riwayat kesehatan (a) Riwayat kesehatan ibu dahulu

  Dahulu ibu tidak pernah menderita penyakit sistemik seperti kegemukan, asma, DM, jantung, radang payudara, tumor jinak (Sarwono, 2009;130). (b) Riwayat kesehatan sekarang

  Riwayat penyakit penyerta seperti DM, jantung, asma, kegemukan, tumor jinak, radang payudara akan memperburuk kondisi pasien saat ini (Rasjidi, 2009)

  (c) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling penting mengingat kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Beberapa bisa jadi memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker dibandingkan dengan keluarga lainnya. (Sarwono, 2009;131)

  4. Riwayat perkawinan Riwayat pernikahan perlu dikaji untuk mengetahui berapa lama pernikahan dan usia saat menikah, karena pernikahan dini akan memicu pertumbuhan sel kanker payudara (Rasjidi, 2009)

  5. Riwayat menstruasi Menarce dini berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Pada usia menarche 12-13 tahun dan siklus yang pendek beresiko lebih besar terkena kanker payudara ( Rasjidi, 2009).

  6. Riwayat obstetri Menurut Rasjidi (2009) riwayat obstetri dkaji :

  a) Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia pada saat kehamilan pertama, ini dikarenakan adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan yang membuat sel-sel ini peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik.

  b) Jumlah paritas beresiko meningkatkan resiko kanker payudara. Pada wanita nulipara memiliki resiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang multipara.

  c) Menyusui lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara, karena adanya penurunan level esterogen dan sekresi bahan – bahan karsinogenik selama menyusui.

  7. Riwayat kontrasepsi Riwayat kontrasepsi dikaji karena pemakaian alat kontrasepsi hormonal sedikit meningkatkan terjadinya kanker payudara, tergantung kepada usia, lama pemakaian, faktor hormonal dalam tubuh, dan faktor-faktor lainnya (Rasjidi, 2010;58)

  8. Pola kebutuhan sehari-hari

  a. Pola asupan nutrisi Pada wanita yang suka mengkonsumsi makanan berlemak, junk food, makanan yang dibakar akan lebih beresiko terkena kanker (Dinanda,2008;98)

  b. Pola aktivitas Pola aktifitas di kaji karena untuk mengetahui pola keseharian dan gaya hidup wanita masa kini yang biasa mengkonsumsi makanan yang berlemak tinggi, mengkonsumsi alkohol, radiasi kecantikan, merupakan faktor pemicu timbulnya kanker payudara (Dinanda, 2008; 95).

  c. Pola seksualitas Semakin dini seorang wanita melakukan hubungan seksual akan memicu tumbuhnya kanker payudara, karena adanya rangsangan pada payudara yang mempengaruhi perubahan hormonal secara terus menerus saat itulah kemungkinan terjadi perubahan sel dalam payudara sehingga menjadi mutasi sel (Dinanda, 2009; 98).

  d. Personal hygne Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diatasi dengan personal hygiene yang benar dan bersih, karena dengan menjaga kebersihan pada daerah payudara ( Lena Amalia,2009;100).

  9. Data pengetahuan Faktor pendidikan yang rendah menjadikan banyak wanita yang belum menyadari tentang pentingnya mereka untuk melakukan pemeriksaan dini terhadap payudaranya (Eni Setiati, 2009;42).

B. Data objektif

  Data obyektif adalah data yang dikumpulkan dari klien untuk memastikan bahwa keadaan klien sehat. Yang harus dikumpulkan dalam pengkajian data obyektif adalah:

  1. Pemeriksaan Fisik (a) Keadaan umum

  Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaran umum klien, apakah pasien terlihat dalam keadaan baik atau tidak. Keadaan umum yang tidak baik merupakan tanda dari tubuh yang sedang sakit.

  Pada pasien kanker payudara keadaan umum ditinjau untuk mengetahui stadium yang dideritanya (Dinanda, 2007). (b) Berat badan

  Berat badan di tinjau karena pada pasien kanker biasanya mengalami penurunan status gizi yang menyebabkan semakin lama berat badan akan semakin menurun (Alwi.Idrus.dkk, 2007;836)

  (c) Vital sign Untuk mengetahui status kesehatan klien atau untuk menguji respon klien terhadap tindakan medis (

  Rasjidi, 2009).

  2. Status Present (a) Kepala :

  (1) Pemeriksaan kepala dilakukan untuk mengetahui bentuk kepala, adanya masa pada kepala, kesimetrisan kepala ( Varney, 2007; 34)

  (b) Rambut: Pada pasien kanker payudara yang harus di kemoterapi menyebabkan kerontokan pada rambutnya (Dinanda, 2008; 261). (c) Muka

  Pada pasien kanker payudara yang memasuki stadium lanjut, akan terlihat pucat, kurus (Dinanda, 2008; 261) .

  (d) Mata Pemeriksaan pada mata meliputi kesimetrisan, konjungtiva, dan sclera terdapat anemis atau tidak. ( Varney, 2007; 33)

  (e) Mulut Pemerikasaan keadaan mulut, kebersihan lidah, ada atau tidaknya caries dan stomatitis pada mulut ( Varney, 2007; 34).

  (f) Telinga Pemeriksaan telinga meliputi kesimetrisan pada telinga, ada serumen, ada pengeluaran cairan pada telinga ( Varney, 2007; 33). (g) Hidung

  Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menditeksi tidak adanya polip, hidung bersih dan tidak ada serumen ( Varney, 2007; 33). (h) Leher

  Pemeriksaan leher dilakukan untuk menditeksi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfa, dan vena jugularis ( Varney, 2007; 34). (i) Dada dan axilla

  Pemeriksaan pada dada dan aksila dilakukan pemeriksaan sadari untuk menditeksi secara dini adanya benjolan atau massa kanker pada payudara (Dinanda, 2008; 261).

  (j) Abdomen Pemeriksaan abdomen meliputi ada atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen

  (k) Ekstremitas Pemeriksaan ekstremitas meliputi ada atau tidaknya varies dan oedem ( Varney, 2007; 34).

  (l) Genetalia Pemeriksaan genetalia meliputi ada atau tidaknya infeksi, luka, varises, oedem, perdarahan pada vulva, vagina dan serviks (Dinanda, 2008; 261).

II. Interpretasi data

  A. Diagnosa Kebidanan Diagnose kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah di kumpulkan. (PP IBI,2006:h 136) (a) Diagnosa kebidanan

  Ny. N umur 48 Tahun dengan kanker payudara (b) Data dasar

  1. Data Subjektif: (a) Hasil dan anamesa identitas pasien yang dibutuhkan untuk mendukung diagnosa yang dibuat. (b) Riwayat obstetrik pasien, meliputi : paritas, jumlah anak hidup dan riwayat abortus.

  (c) Riwayat kesehatan pasien, meliputi : riwayat kesehatan yang berhubungan dengan penyakit sistemik dan menurun seperti DM, asma, jantung, tumor jinak, kegemukan.

  2. Data Obyektif

  a) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi).

  b) Pada pemeriksaan payudara ada benjolan atau massa, nyeri tekan, pengeluaran cairan. c) Pada pemeriksaan genetalia tidak terdapat infeksi vagina dan servik.

  B. Masalah

  1. Ibu merasakan nyeri pada payudara

  2. Ibu merasa cemas

  C. Kebutuhan

  1. Memberikan KIE tentang cara mengurangi rasa nyeri

  2. Memberikan suport mental

  III. Diagnose potensial 1. Infeksi post operasi.

  2. Tumbuhnya kembali sel- sel kanker payudara.

  

IV. Identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi

kanker payudara

  1. Kolaborasi dengan deokter Sp.OG.

  2. Dilakukannya kemoterapi

  3. Dilakukan penyinaran

  V. Perencanaan

  Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnose kebidanan (PP IBI,2006: h 137).

  Rencana ini meliputi:

  a. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan reproduksi dan ginekologi ( PP IBI,2006;116).

  Berikan konseling tentang kanker payudara 1) Jelaskan pengertian kanker payudara 2) Jelaskan penyebab kanker payudara 3) Jelaskan tanda dan gejala kanker payudara 4) Jelaskan pemeriksaan dini kanker payudara 5) Jelaskan pengobatan kanker payudara

  b. Menurut Handayani (2009) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan reproduksi antara lain ; 1) Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya untuk kesehatan reproduksi. 2) Memberikan informasi tempat – tempat rujukan. 3) Membantu klien dalam mengamil keputusan. 4) Memberi suport mental.

  c. Menurut Dskal (2003) bidan melakukan asuhan kebidanan pada penderita gangguan reproduksi dengan cara : 1) Jelaskan tindakan atau asuhan yang akan di berikan sesuai dengan petunjuk dokter.

  2) Jelaskan terapi – terapi yang akan di berikan 3) Jelaskan kebutuhan untuk menghindari seseorang yang terinfeksi ISPA 4) Jelaskan efek dari radiasi 5) Jelaskan untuk menjaga personal hygne

VI. Pelaksanaan

  Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dangan evaluasi keadaan klien. (PP IBI,2006:h 137)

  a. memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan ganguan reproduksi dan ginekologi (PP IBI, 2006,116).

  1) Memberikan konseling tentang kanker payudara 2) Menjelaskan pengertian kanker payudara 3) Menjelaskan penyebab kanker payudara 4) Melaskan tanda dan gejala kanker payudara 5) Melaskan pemeriksaan dini kanker payudara 6) Melaskan pengobatan kanker payudara

  b. Menurut Handayani (2009) memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan reproduksi antara lain : 1) Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya untuk kesehatan reproduksi. 2) Memberikan informasi – informasi tempat – tempat rujukan. 3) Membantu klien dalam mengambil keputusan 4) Member support mental.

  c. Menurut Dskal (2003) bidan melakukan asuhan kebidanan pada penderita gangguan reproduksi dengan cara : 1) Menjelaskan tindakan atau asuhan yang akan di berikan sesuai dengan petunjuk dokter.

  2) Menjelaskan terapi – terapi yang akan di berikan

  3) Menjelaskan kebutuhan untuk menghindari seseorang yang terinfeksi ISPA 4) Menjelaskan efek dari radiasi 5) Menjelaskan untuk menjaga personal hygne

VII. Evaluasi

  Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menrus seiring dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan. (PP IBI,2006:h 138)

B. Landasan Hukum

  Landasan hukum yang digunakan seorang bidan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi dengan Kanker Servik adalah :

  A. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NO 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan:

  Pasal 9 Bidan dalam menjalankan menjalankan praktik, berwenang memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu

  b. Pelayanan kesehatan anak, dan

  c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

  a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. Memeberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.]

  B. Menurut IBI (2009, h.116) tentang Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan 1). Peran sebagai pelaksana

  a) Tugas Mandiri Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana: (1) Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada PUS/WUS (2) Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan (3) Menysun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien (4) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat (5) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan (6) Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersamaan klien (7) Membuat pencatatan dan laporan b) Tugas kolaborasi/kerjasama Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. (1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborabosi

  (2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi (3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien

  (4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien (5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan (6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien (7) Membuat pencatatan dan pelaporan

  c) Tugas ketergantungan/merujuk Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga. (1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan

  (2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga

  (3) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap

  (4) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi 2). Peran sebagai pengelola

  a) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien.

  (1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. (2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat.

  (3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana.

  (4) Mengkoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.

  (5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.

  (6) Menggerakan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatanya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. (7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan praktek profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi. (8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan.

  b) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. (a) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan pada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.

  (b) Membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan/PLKB dan masyarakat.

  (c) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain.

  (d) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

  (e) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.

  3). Peran sebagai pendidik

  a) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan yang berhubungan dengan pihak terkait dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.

  b) Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

  c) Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek atau jangka panjang.

  d) Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

  e) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsur-unsur yang terkait termasuk masyarakat.

  f) Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat dan menggunakanya untuk memperbaiki dan meningkatkan program dimasa yang akan datang.

  g) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.

  h) Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan dan membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya. i) Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa. j) Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian. k) Menyiapkan aalt, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun. l) Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait. m) Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya. n) Menilai hasil latihan dan bimbinga yang telah diberikan. o) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan. p) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan bimbingan secara sistematis dan lengkap.

  4). Peran sebagai peneliti/investigator

  a) Melakukan intervestigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok.

  b) Mengindentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

  c) Menyusun rencana kerja pelatihan.

  d) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

  e) Mengolah dan meninterpretasikan data hasil investigasi.

  f) Menyusun laporan hasil invertigasi dan tindak lanjut.

  Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.