Annisa Sya'bannurrahmi BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (DepKes RI, 1998 dalam Harmoko 2012)

  Keluarga merupakan sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga. (Whall 1986, dalam Friedman 2010)

  Menurut Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. (Duval dalam Harmoko 2012)

  Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO, dalam Harmoko 2012)

  Keluarga didefinisikan sebagai sistem sosial kehidupan yang secara khas terdiri minimal tiga generasi. (Goldenberg & Goldenberg, Friedman 2010)

  Jadi definisi keluarga adalah sekumpulan orang yang diikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu atap.

2. Fungsi keluarga

  Friedman (2010) membagi fungsi keluarga menjadi 5 yaitu : a.

  Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.

  b.

  Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.

  c.

  Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia. d.

  Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

  e.

  Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan.

  Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 membagi fungsi keluarga menjadi 8, yaitu : a.

  Fungsi keagamaan adalah (1) membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, (2) Menerjemahkan ajaran dan norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga, (3) memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam pengalaman ajaran agama, (4) melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang keagamaan yang tidak/kurang diperoleh di sekolah atau masyarakat, (5) membina rasa, sikap dan praktik kehidupan beragama.

  b.

  Fungsi budaya adalah (1) membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan norma budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan, (2) membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai, (3) membina tugas keluarga sebagai sarana anggotanya untuk mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia, (4) membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik (positif) serta kehidupan globalisasi dunia, (5) membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

  c.

  Fungsi cinta kasih adalah (1) menumbuh kembangkan potensi simbol cinta kasih sayang yang telah ada diantara anggota keluarga dalam simbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus, (2) membina tingkah laku, saling menyayangi diantara anggota keluarga maupun antara keluarga yang satu dan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif, (3) membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan uhkrawi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang, (4) membina rasa, sikap, dalam praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

  d.

  Fungsi perlindungan adalah (1) memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara anggota keluarga. Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga, (2) membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar maupun dalam, (3) membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju Keluarga Keci Bahagia dan Sejahtera. e.

  Fungsi reproduksi adalah (1) membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga sekitarnya, (2) memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, kedewasaan fisik dan mental. (3) mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak, dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga,(4) mengembangkan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

  f.

  Fungsi sosialisasi adalah (1) menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama, (2) menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan masyarakat maupun sekolahnya. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal yang perlu dilakukan demi meningkatkan keamanan dan kedewasaan baik fisik maupun mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat, (3) membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua untuk perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. g.

  Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup keluarga; mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselamatan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga; mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota rumah tangga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang; membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

  h.

  Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga; membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup eksternal keluarga; membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya.

3. Tipe dan bentuk keluarga

  Friedman (2010) membagi tipe keluarga seperti berikut : a.

   Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang

  masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

  b.

   Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari

  satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

  c.

   Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu

  kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.

  d.

   Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

  e.

   Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

  pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.

  f.

   Three generation family. Suatu keluarga yang terdiri dari tiga

  generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu rumah.

  g.

   Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

  h.

   Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

  (Friedman, dalam Harmoko 2012) 4. Struktur keluarga

  Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut : a.

  Struktur komunikasi

  Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

  Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

  1) Karakteristik pemberi pesan :

  a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

  b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

  c) Selalu menerima dan meminta timbal balik. 2)

  Karakteristik pendengar

  a) Siap mendengarkan

  b) Memberikan umpan balik

  c) Melakukan validasi b.

  Struktur peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

  c.

  Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.

  Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper

  

power ), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan

efektif power.

  d.

  Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

  1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.

  2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

  3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

  (Friedman dalam Harmoko, 2012) 5.

  Tahap dan perkembangan keluarga Menurut Harmoko (2012) tahap perkembangan keluarga yaitu : a.

  Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning

  family )

  Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing.

  Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.

  Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

  2) Menetapkan tujuan bersama;

  3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;

  4) Merencanakan anak (KB)

  5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.

  b.

  Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child

  bearing family )

  Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :

  1) Persiapan menjadi orang tua

  2) Membagi peran dan tanggung jawab

  3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan

  4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing

  5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga

  6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

  c.

  Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with

  preschool )

  Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : 1)

  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman 2)

  Membantu anak untuk bersosialisasi 3)

  Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi 4)

  Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar) 5)

  Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot) 6)

  Pembagian tanggung jawab anggota keluarga 7)

  Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

  d.

  Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with

  children )

  Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1)

  Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar 2)

  Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan 3)

  Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual 4)

  Menyediakan aktifitas untuk anak 5)

  Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

  e.

  Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with

  teenagers )

  Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : 1)

  Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

  3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

  4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

  f.

  Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center families) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

  Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

  1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

  2) Mempertahankan keintiman pasangan

  3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua

  4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak

  5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

  6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek

  7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

  g.

  Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

  Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah : 1)

  Mempertahankan kesehatan

  2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai

  3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua

  4) Keakraban dengan pasangan

  5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

  6)

  Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.

  h.

  Tahap kedelapan keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah : 1)

  Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

  2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan

  3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

  4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat

  5) Melakukan file review

  6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.

6. Struktur peran keluarga

  Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

  Peran dipegaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Harmoko, 2012) a.

  Peran formal keluarga Setiap posisi formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.

  Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, menejer keuangan, dan tukang masak). Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda.

  Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karena dia tidak memenuhi suatu peran, maka anggota lain akan mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi, peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai berikut :

  1) Peran sebagai provider atau penyedia

  2) Sebagai pengatur rumah tangga

  3) Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit

  4) Sosialisasi anak

  5) Rekreasi

  6) Persaudaraan (kindship), memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal

  7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)

  8) Peran seksual

  (harmoko, 2012) b. Peran informal keluarga

  Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu.

7. Proses dan strategi koping keluarga

  Stress adalah respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor atau oleh tuntutan aktual/yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky dalam Friedman, 2010)

  Koping terdiri atas upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh individu yang dihadapi oleh individu dengan tuntutan yang sangat relevan dengan kesejahteraannya, tetapi membebani sumber seseorang (Lazarus, Averill & Opton dalam Friedman, 2010) a.

  Strategi koping keluarga internal 1)

  Strategi hubungan

  a) Mengandalkan kelompok keluarga

  b) Kebersamaan yang lebih besar

  c) Fleksibilitas peran

  2) Strategi kognitif

  a) Normalisasi

  b) Pengendalian makna masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian pasif c)

  Pemecahan masalah bersama

  d) Mendapatkan informasi dan pengetahuan

  3) Strategi komunikasi

  a) Terbuka dan jujur

  b) Menggunakan humor dan tawa b.

  Strategi koping keluarga eksternal Strategi komunitas : memelihara jaringan aktif dengan komunitas

  1) Strategi dukungan sosial

  a) Keluarga besar

  b) Teman

  c) Tetangga

  d) Kelompok swa-bantu

  e) Dukungan sosial formal

  2) Strategi spiritual

  a) Mencari bantuan rohaniawan

  b) Lebih terlibat dalam aktivitas keagamaan

  c) Memiliki keyakinan terhadap tuhan

  d) Berdoa

  e) Mencari pembaruan dan keterkaitan dalam hubungan yang erat dengan alam

  (McCubbin, Olson & Larsen dalam Friedman, 2010) 8.

  Keluarga sebagai klien Keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berhubungan masyarakat secara keseluruhan. a.

  Alasan keluarga sebagai unit pelayanan 1)

  Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai gambaran manusia 2)

  Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah masalah kesehatan. 3)

  Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga 4)

  Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga 5)

  Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah 6)

  Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangan kesehatan kepada masyarakat.

  b.

  Siklus penyakit dan kemiskinan dalam masyarakat Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada keluarga-keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah.

  Alasannya adalah keluarga dengan ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Semua ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

  (Harmoko, 2012) 9. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga a.

  Pendidikan kesehatan Sangat penting memasukkan keluarga dalam pendidikan kesehatan klien. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tanpa melibatkan keluarga seringkali mengakibatkan perawatan diri dan pemulihan yang buruk. (Rankin dan Starllings, 2001) . Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari pendekatan intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat mencakup berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta dinamika keluarga. (Friedman, 2010) Watson (1985) menekankan bahwa pendidikan memberikan informasi kepada klien, dengan demikian, membantu mereka untuk dapat mengatasi secara lebih efektif terhadap perubahan kehidupan dan peristiwa yang menimbulkan stres. Mendapatkan informasi yang berarti, membantu anggota keluarga lebih merasa memegang kendali dan mengurangi stres. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk mengartikan lebih jelas pilihan mereka dan lebih berhasil menyelesaikan masalah mereka. (Friedman, 2010) b.

  Konseling Patternson dan Zderad (1976) menegaskan bahwa yang menjadi pokok terpenting dalam keperawatan adalah adanya dialog yang valid antara perawat dan klien serta tujuan dari dialog tersebut, yaitu meningkatkan pertumbuhan serta kasih sayang dan potensi manusia. Konseling dan strategi intervensi suportif sesuai dengan ide tentang peran dan tujuan keperawatan.

  Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan keselarasan. Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi sepanjang waktu berupa konselor yang melalui berbagai teknik aktif dan pasif, berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku adaptif klien.

  (Bank, 1992 dalam Friedman 2010) Elemen inti konseling adalah empati atau menyelami atau merasakan perasaan dan perilaku orang lain; penerimaan positif terhadap klien; dan selaras atau tulus, tidak berpura-pura dan jujur dalam hubungan klien-perawat. ( Friedman, 2010) c.

  Membuat kontrak Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada keluarga agar dapat dengan realistik membantu individu dan keluarga membuat perubahan perilaku adalah dengan cara membuat kontrak.

  Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang dibuat antara dua pihak atau lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Agar tepat waktu dan relevan, kontrak waktu dapat dinegosiasi secara terus menerus dan harus mencakup area sebagai berikut : tujuan, lama kontrak, tanggung jawab klien, langkah untuk mencapai tujuan, dan penghargaan terhadap pencapaian tujuan (Sloan dan Schommer, 1975; Steiger dan Lipson, 1985 dalam Friedman 2010) Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, singkat, sederhana dan tanpa paksaan (Goldenbergh & Goldenbergh, 2000 dalam Friedman 2010) d. Menejemen kasus

  Menejemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai bagian dari peran perawat kesehatan masyarakat; terakhir digunakan di tatanan layanan kesehatan yang bersifat akut. (Carry 1996 dalam Friedman 2010) Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan utama munculnya menejemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan pada pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara memelihara kualitas perawatan dan kepuasan klien, benar-benar membentuk cara menejemen kasus berfungsi ( Jones, 1994; MacPhee & Hoffenbergh, 1996 dalam Friedman 2010) e.

  Advokasi klien Komponen utama dari menejemen kasus adalah advokasi klien (Smith, 1993 dalam Friedman 2010). Advokasi adalah seseorang yang berbicara atas nama orang atau kelompok lain.

  Peran sebagai advokat klien melibatkan pemberian informasi kepada klien dan kemudian mendukung mereka apapun keputusan yang mereka buat (Bramlett, Gueldener, dan Sowell, 1992; Kohnke, 1982 dalam Friedman 2010) Perawat keluarga dapat menjadi advokat klien dengan sedikitnya empat cara, yaitu : 1)

  Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka butuhkan dan menjadi hak mereka 2)

  Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem layanan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan klien 3)

  Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan yang lebih sesuai dengan sosial-budaya.

  4) Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih responsif.

  (Canino dan Spurlock, 1994 dalam Friedman, 2010) f. Koordinasi

  Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas adalah koordinator. Karena inti dari menejemen kasus adalah juga koordinasi, pengertian advokasi dan koordinasi pada pokonya saling tumpang tindih. Pada kenyataannya menejemen kasus sering kali diartikan sebagai koordinasi (khususnya di bidang kerja sosial), dan dirancang untuk memberikan berbagai pelayanan kepada klien dengan kebutuhan yang kompleks di dalam suatu pengendali tunggal. (Sletzer, Litchfield, Lowy & Levin, 1989 dalam Friedman, 2010) Perawat keluarga di komunitas, dan di pelayanan primer sering kali sebagai kunci dalam pemberian layanan kesehatan keluarga yang komprehensif dan berkelanjutan. Selain fungsi utama perawat adalah mengimplementasi, perawat mendukung anggota tim yang lain dan menginterpretasikan sasaran keperawatan dan pelayanan, serta mengoordinasikan layanan kesehatan dengan berbagai agensi lainnya yang memberikan bantuan kepada keluarga. (Friedman, 2010) g. Kolaborasi

  Sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dan merencanakan perawatan komprehensif yang berorientasi pada keluarga dengan anggota tim lain, begitu pula dengan klien keluarga. Kolaborasi menurut Lamb dan Napadano (1984) dalam Friedman (2010) adalah proses berbagi perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan disertai tanggung jawab bersama terhadap hasil dan kemampuan bekerjasama untuk tujuan sama menggunakan teknik penyelesaian masalah. h.

  Konsultasi Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga karena perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi perawat, tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika informasi klien dan keluarga serta bantuan diperlukan. (Friedman, 2010) Konsultasi merupakan suatu proses intervensi antara dua orang profesiona, yang merupakan spesialis dan consultee, yang berkonsultasi dan memerlukan bantuan konsultan. (Caplan, 1970 dalam Friedman, 2010)

  B.

  Masalah Kesehatan 1.

  Pengertian Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh micobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringn yangterinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai-sel (cell-mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat mengenai organ lain. Dengn tida adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian. (Daniel dalam prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, 2014)

  Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Micobacterium tuberculosis , yang dapat menyerang bagian organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB Paru terjadi dalam 2 abad terakhir. (infoDATIN, 2013)

  Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon. (Hood, 2005 dalam jurnal keperawatan komunitas 2013)

2. Anatomi dan fisiologi a.

  Anatomi

Gambar 2.1 anatomi sistem pernafasanGambar 2.2 Bronkus (Evelin C. Perce, 2009) b.

  Fisiologi Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dlam kapiler pulmonaris.

  Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.

  Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100mmHg dan pada tingkat ini hemoglobin 95 persen jenuh oksigen.

  Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme menembus membran alveoler kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

  Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna : a)

  Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.

b) Arus darah melalui paru-paru.

  c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

  d) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

  Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2, jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

  (Evelyn C. Pearce, 2009) 3.

  Etiologi

  Mycobacterium tuberculosis, basilus tuberkel , adalah satu diantara

  lebih dari 30 anggota genus Mycobacterium yang dikenal dengan baik, maupun banyak yang tidak tergolongkan. Bersama kuman yang berkerabat dekan, yaitu M. Bovis, kuman ini menyebabkan tuberkulosis. ( Amin & Bahar, dalam Harrison 2014)

4. Patofisiologi

  Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.

  Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dn lembab kuman dapat tahan berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Nila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar jika ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman dapat dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekreBpya.

  Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sito- plasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke dalam organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui salurang gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Nia masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

  Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfaneditis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjuBpya dapat menjadi : a.

  Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.

  b.

  Sebuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan kurang lebih 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant. Berkomplikasi dan menyebar secara : a) per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, c) secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya, d) secara hematogen, ke organ tubuh lainnya ( Amin & Bahar dalam Harrison, 2014).

5. Tanda dan gejala

  Keluhan yang dirasakan klien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak klien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah : a.

  Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang- kadang panas badan dapat mencapai 40-41 derajat celsius.

  Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hingga timbul demam influenza ini, sehingga klien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

  b.

  Batuk/batuk darah Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibaBpya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

  c.

  Sesak nafas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

  d.

  Nyeri dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

  Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu klien menarik/melepaskan napasnya.

  e.

  Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada napsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur ( Amin & Bahar dalam Harrison, 2014).

6. Penatalaksanaan umum

  Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. a.

  Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Obat yang dipakai :

  Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :

  c) Obat lain masih dalam penelitian; makrolid; amoksilin + asam klavulanat d)

  b) Kuinolon

  a) Kanamisin

  3) Jenis obat tambahan lainnya

  b) Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.

  a) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, dan etambutol 275 mg

  2) Kombinasi dosis tetap

  1) Jenis obat utama yang digunakan adalah :

  e) Etambutol

  d) Streptomisin

  c) Pirazinamid

  INH

  b)

  a) Rifampisin

  Derivat rifampisin dan INH b.

  Terapi Pembedahan Indikasi operasi

  1) Indikasi mutlak

  a) Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif b)

  Penderita batuk darah yang masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif c)

  Penderita dengan fistula bronkopleura dan empisema yang tidak dapat diatasi secara konservatif 2)

  Indikasi relatif

  a) Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang b)

  Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan

  c) Sisa kaviti yang menetap c.

  Tindakan invasif (selain pembedahan) 1)

  Bronkoskopi 2)

  Punksi pleura 3)

  Pemasangan WSD (pedoman diagnosis & Penatalaksanaan Di indonesia, 2006)

7. Pathway

Gambar 2.3 Pathway

  (sumber : Amin & Bahar dalam Harrison, 2014; NANDA 2012-2014) Keluar dari trecheobionchial bersama sekret Sembuh tanpa pengobatan Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru Terjadi proses peradangan Limfangitis lokal Komplek primer Sarang primer/afek primer Sembuh sendiri tanpa pengobatan Radang tahunan di bronkus Limfadinitis regional Menyebar ke organ lain (paru lain, saluran pencernaan, tulang) melalui media (bronchagen percontinuitum, hematogen, limfogen) Sembuh dengan bekas fibrosis Pertahanan primer tidak adekuat Pembentukan sputum berlebihan Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Mual muntah Batuk berat Droplet infection Batuk produktif Perilaku kesehatan cenderung beresiko Terhirup orang sehat Intake nutrisis kurang Mycobacterium tuberculosis Droplet infection Masuk lewat jalan nafas Menempel pada paru Keluarga kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan Ketidakefektifan Menejemen tregimen terapeutik keluarga Perilaku kesehatan cenderung beresiko Membuang dahak di sembarang tempat Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan Keluarga kurang mengena masaahl Keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit

8. Fokus intervensi

  Fokus intervensi berdasarkan Nursing Intervention Clasification sebagai berikut : a.

  Perilaku cenderung beresiko berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 1)

  Keluarga mampu mengenal masalah : Mengembangkan materi pendidikan sesuai dengan tingkat pengetahuan klien

  2) Kelurga mampu mengambil keputusan mengenai masalah klien

  Memberikan informasi yang diminta oleh klien 3)

  Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit tuberkulosis paru a)

  Menganjurkan pernapasan dalam dan batuk yang sesuai

  b) Meningkatkan intake nutrisi

  c) Meningkatkan intake cairan

  d) Meningkatkan istirahat

  e) Menggunakan demonstrasi / ulang demonstrasi partisipasi peserta didik, dan manipulasi bahan ketika mengajar keterampilan psikomotorik

  f) Menganjurkan klien untuk mengambil nafas dalam

  g) Membantu klien untuk mengambil napas dalam-dalam, tahan selama 2 detik, dan batukan dua atau tiga kali berturut-turut

  4) Keluarga mamapu memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anggota keluarga yang lain a)