PERBEDAAN HARGA DIRI PRIA DAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SKRIPSI

  PERBEDAAN HARGA DIRI PRIA DAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PSIKOLOGI Disusun Oleh : EMI KUSWANTI 009114021 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

Yogyakarta, ...............................2007

Emi Kuswanti

  

Tuhan Terima Kasih

Atas cinta-Mu

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang aku cintai :

Ibuk

  

Babeku

My Little Momo

Cinta

Adikku

  

ABSTRAK

Perbedaan Harga Diri

Antara Pria Dan Wanita Dewasa Awal

Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan harga diri antara pria

dengan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Harga

diri merupakan penilaian seseorang tentang dirinya.

  Subjek penelitian ini ada 80 orang yang mengalami pemutusan hubungan

kerja. Usia mereka antara 20-40 tahun. Subjek dipilih secara insidental di daerah

Kabupaten Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu

membandingkan tingkat harga diri dilihat jenis kelamin. Metode pengambilan

data adalah dengan menggunakan skala harga diri. Reliabilitas skala penelitian

menghasilkan koefisien reliabilitas 0,878.

  Data penelitian dianalisis menggunakan teknik Independent Sample t Test.

Hasil Uji Hipotesis adalah t hitung<t tabel (0,876<1,99). Ini berarti bahwa tidak

perbedaan harga antara pria dengan wanita dewasa awal yang mengalami

pemutusan hubungan kerja. Dari hasil kategorisasi subjek pria dan wanita sama-

sama dalam kategori tinggi. Subjek pria 65% dan subjek wanita 70% berada

dalam kategori tinggi. Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa jenis kelamin

tidak mempengaruhi harga diri tetapi lebih pada faktor lingkungan sosial, keluarga

dan kondisi psikologis.

  

ABSTRACT

Self Esteem Differences

Between Male And Female

Who got Severance of Working

  The objective of this research was determine the differences in self esteem

between male and female who got severance of working. Self esteem was defined

as judgment toward his/herself.

  The subjects of this research were 80 people who got severance of

working. The ages of subject is about 20 to 40 years old. They were choosen by

incidental sampling in Sleman Regency. This is comparative research, which has

aim to determine self esteem differences among of sexes. The method of data

gathering used self esteem scale. Reliability of research scale produced a

coeficient reliability score 0.878.

  The result of Hypotesis Test is t account<t table (0.876<1.99). It means

there is no differences of self esteem between male and female who got severance

of working. From the category result, both male or female subject there are in

high category.Male subjects are 65% and female subjects are 70%. The discussion

result has concluded that sex does not influence the self esteem, but it is more

influenced by social environmental factor, family environmental and

psychological condition.

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa dan Putra karena

rahmat dan kasihNya skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini tidak

lepas dari bantuan bapak/ibu saudara-saudara di sekitar penulis. Pada kesempatan

ini saya ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian untuk Skripsi ini. Selain itu Terima Kasih untuk saran dan perhatian bapak sebagai Dosen Pembimbing I.

  2. Bapak Minto Istono S.Psi, M.Si. selaku dosen Pembimbing II, terimakasih atas saran dan perhatiannya.

  3. Ibu Passchedona Henrietta, PDADS, S.Psi , selaku Dosen Pembimbing III, yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. H.Wahyudi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Bu Nanik, Mas Gandung, Mas

  

Doni dan Pak Gi yang telah membantu kelancaran selama penulisan

skripsi ini.

  

6. Bapak dan Ibu subjek penelitian yang bersedia menjadi subjek

penelitian. Tidak lupa terima kasih atas kerjasaman dan keramahannya

terutama bapak dan ibu di Kelurahan Caturharjo.

  7. Mami dan Babe yang aku............., Yang telah membesarkan aku. "Buk

aku wis rampung! Jangan marah-marah lagi ya!" Aku tidak pernah

bermaksud mengecewakanmu.

  

8. Buat Cinta. Sabar ya mas, tiket nikahnya dah hampir ku dapatkan.

  

Makasih atas kesabaranmu menghadapi aku, terutama karena aku

egois. Dan buat bapak kidul, terima kasih aku jadi satu-satunya anak

perempuanmu.

  9. Momo sayang keponakanku yang paling tampan sak Kelurahan, Bude sayang kamu.

  10. Buat adik-adikku yang kusayangi, hidup itu bisa indah kalau kamu bisa syukurinya. Tom, jangan marah ya kalau aku kurang

memperhatikanmu baru-baru ini. Gus, jangan jadi anak Ibuk terus.

Grow-up!! Nit jadi adik ipar yang baik buat aku.

  11. Makasih buat My Best Friend that I ever had (Ajeng) teman dalam

suka dan duka, Tegar yang lucu dan selalu merindukan tante, serta

Dani, pendamping Ajeng yang baik hati. Tidak lupa Bapak dan Ibuk

Pakem yang menyanyangiku. Engkau adalah orang tua sejati.

  Kehadiran kalian memberikan aku kebahagian.

  12. Terima kasih buat Dik Rini, Dik Sari, Honim, Om Giyanto, Bulik Nur, dan Mak Rini yang setia menemani aku dari siang sampai malam, untuk mencari subjek. Semangat kalian mengagumkan. 13. buat teman-temanku di Pusat Pengembangan Pribadi UKDW M.

  Indah, M Dyas, Kak Me, M Nevi, Bu Esti, Adit, Angel, Panda, Hanz, Agus, Badak, Sapi.

14. Terima kasih Pak Didik S dan Pak Cahyo W, sapaan anda membuat saya bisa berbicara.

  15. Teman-teman PKSKMS Guardin Angel (Bunder, Daniel, Fitri, Mas Marno, Elly, Kakung), Cagtus Angelicus/ Cas Cis (Budi, Mas Sigit, Suster Maryati Campus of Ministry USD, Dewi, Tiara n Wulan), Mudika-Mudika Gereja Santo Yohanes Rasul Somohitan Turi, tetap semangat dalam pelayanan.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan dari

penulis. Untuk itu, bila berkenan silahkan memberi kritik dan saran kepada

penulis.

  . Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

ABSTRACT..........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

  

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................9 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................10 D. Manfaat Penelitian...................................................................................10

  1. Manfaat Teoritis................................................................................10

  2. Manfaat Praktis.................................................................................11

  

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................12

A. Dewasa Awal.............................................................................................12

  1. Pengertian Dewasa Awal..................................................................12

  2 . Ciri-ciri Dewasa Awal.......................................................................13

  3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal..................................................14

  4. Pengertian Jenis Kelamin....................................................................18

  B. Pemutusan Hubungan Kerja........................................................................20

  1. Pengertian Kerja................................................................................20

  2. Pria dan Wanita dalam Bekerja.........................................................26

  3. Pemutusan Hubungan Kerja...............................................................28

  4. Dampak Pemutusan Hubungan Kerja...............................................29

  C. Harga Diri....................................................................................................31

  1. Pengertian Harga Diri.........................................................................31

  2. Aspek-aspek Harga Diri....................................................................36

  3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri............................................41

  D. Harga Diri Pria dan Wanita yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja............................................................................................................44 E. Hipotesis......................................................................................................51

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................52

A. Identifikasi Variabel.............................................................................. .....52 B. Definisi Operasional...................................................................................52 C. Subjek Penelitian dan Sampling.................................................................53 D. Metode Pengumpulan Data.........................................................................54 E. Validitas dan Reliabilitas.............................................................................57

  1. Validitas Alat Ukur............................................................................57

  2. Seleksi Item.......................................................................................58

  3. Relibilitas...........................................................................................62

  F. Analisa Data................................................................................................62

  1. Uji Asumsi........................................................................................63

  2. Uji Hipotesis.......................................................................................64

  

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................65

A. Persiapan Penelitian...................................................................................65 B. Pelaksanaan Penelitian...............................................................................66 C. Hasil Penelitian...........................................................................................69

  1. Uji Normalitas....................................................................................69

  2. Uji Hipotesis.......................................................................................71

  3. Kategorisasi........................................................................................72

  D. Pembahasan................................................................................................75

  

BAB V PENUTUP................................................................................................81

A. Kesimpulan..................................................................................................81 B. Saran...........................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Spesifikasi Jumlah Item dalam setiap Aspek dalam Skala Harga

Diri.................................................................................................58 Tabel 2 Blue Print Harga Diri sebelum Ujicoba.........................................58 Tabel 3 Distribusi Skala Item setelah Ujicoba............................................61

Tabel 4 Skala Harga Diri untuk Penelitian Sebenarnya..............................62

Tabel

  5 Deskripsi Subjek Berdasarkan Fase Konsep Diri Pemilihan Karier..............................................................................................67

Tabel 6 Deskripsi Subjek Deskripsi Subjek Berdasarkan Latar Belakang

PHK ...............................................................................................68

Tabel 7 Deskripsi Subjek Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan

Sekarang.........................................................................................68

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas.......................................................................70

Tabel 9 Hasil Uji Homogenitas...................................................................71

Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis.........................................................................71 Tabel 11 Norma Kategori Skor.....................................................................73

Tabel 12 Kategorisasi Harga Diri Pria Dewasa Awal yang mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja...........................................................73

Tabel 13 Kategorisasi Harga Diri Wanita Dewasa Awal yang mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja...........................................................74

Tabel 14 Kategorisasi Harga Diri Pria dan Wanita Dewasa Awal yang

mengalami Pemutusan Hubungan Kerja........................................75

  DAFTAR LAMPIRAN A1 Lampiran Skala Uji Coba Penelitian Harga Diri.......................................87 A2 Lampiran Data Skala Uji Coba Penelitian Harga Diri...............................92 A3 Lampiran Hasil Analisis Daya Beda Item Alfa Cronbach.........................99 B1 Lampiran Skala Penelitian Harga Diri.....................................................104 B2 Lampiran Data Skala Penelitian Harga Diri.............................................108 B3 Lampiran Hasil Uji Normalitas................................................................119 B4 Lampiran Uji Homogenitas......................................................................121 B5 Lampiran Hasil t –Test.............................................................................123

C Lampiran Perijinan dan Format Surat Pernyataan Kesediaan

Subjek.......................................................................................................125

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dewasa awal merupakan peralihan dari usia remaja ke usia dewasa. Mereka bukan lagi remaja yang masih terus bergantung pada orang tuanya, tetapi

  orang yang sedang berusaha mandiri, melepaskan diri dari ketergantungan orang tua dan bantuan dari orang lain (Santrock, 2002). Mereka memulai kembali tugas perkembangannya yang baru. Tugas perkembangan dewasa awal antara lain berkaitan dengan perubahan minat, mobilitas sosial, penyesuaian dengan peran seks, penyesuaian kerja dan kehidupan keluarga oleh karena itu, orang yang memasuki usia dewasa awal mulai melakukan berbagai penyesuaian diri dengan tugas perkembangannya dan berusaha untuk menerima berbagai macam tanggung jawab baru yang dibebankan kepadanya, yang berasal dari orang lain, lingkungan dan masyarakat Usia dewasa awal merupakan saat yang tepat untuk mempersiapkan diri dalam pencapaian prestasi kerja (Monks, 1989), karena pada usia dewasa awal mereka mulai mencari pekerjaan pada bidang-bidang tertentu yang diminatinya.

  Semakin cocok dengan bakat dan minat maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan dalam kehidupan kerja mereka, selain itu tingkat kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh kesesuaian antara harapan dan perasaan saat mereka bekerja (Dariyo, 2003).

  Orang dewasa awal berusaha melaksanakan tanggung jawab baru mereka

yaitu bekerja, hal ini disebabkan karena karena bekerja adalah hal yang dianggap

penting bagi semua orang dewasa, terutama orang dewasa awal. Ada beberapa

alasan mengapa bekerja itu penting bagi orang dewasa yaitu antara lain untuk

memenuhi kebutuhan materi sehari-hari, penghargaan diri atau lebih dikenal

dengan istilah harga diri, penerimaan sosial, status sosial atau kedudukan sosial

tertentu dan ingin dihargai didalam suatu masyarakat, mencari kesempatan atau

celah untuk dapat mengembangkan diri dan berprestasi mencari kesenangan,

mendapat tantangan, masuk dalam hubungan sosial tertentu dan dengan bekerja

dapat menghilangkan kepenatan (Lemme, 1995).

  Kerja merupakan aktivitas dasar dan dijadikan sebagai bagian yang

essential dari kehidupan manusia karena dengan bekerja seseorang mendapatkan

status, mengikat aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna kehidupan

(Anorogo, 1995). Dapat dikatakan bahwa seorang yang bekerja, mampu

merasakan bahwa kehidupannya lebih berarti karena mampu melakukan sesuatu

yang bernilai, dapat memanfaatkan waktu dengan baik dibandingkan orang yang

tidak bekerja.

  Pada awal abad 20 masyarakat masih berpegang pada pandangan

tradisional, nampak sekali perbedaan antara kaum wanita dengan kaum pria,

dominasi kaum pria sangat menonjol. Kedudukan wanita adalah sebagai istri, ibu

rumah tangga dan ibu dari anak-anak (Murniati, 1992). Walaupun kesempatan

wanita makin meningkat dalam masyarakat modern sekarang ini namun masih

  

ada saja yang masih berpegang pada pandangan tradisional tetap ada saja yang

membedakan peranan wanita dengan pria (Gardiner & Sulastri, 1996).

  Bersamaan dengan berjalannya waktu wanita mempunyai kiprah yang

sama dalam berbagai bidang terutama didunia kerja dan dari segi hukum

nampaknya memang tidak ada perbedaan kesempatan dalam bekerja (Ismawati,

2001). Pria maupun wanita menyukai pekerjaan, karena kerja merupakan bagian

yang mendasar dari kehidupan manusia untuk menuju kearah terpenuhinya

kepuasan pribadi yaitu pengaktualisasikan diri (Anoraga, 1995).

  Pada zaman sekarang ini, memperoleh pekerjaan yang layak adalah

sesuatu yang didambakan oleh setiap orang, namun memperolehnya tidaklah

mudah. Hal ini, disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak menentu. Banyak

karyawan yang justru mengalami pemutusan hubungan kerja. Pemutusan

hubungan kerja ini tidak hanya terjadi ditingkat buruh saja, supervisor atau

karyawan yang sudah ada diposisi manajer pun juga ada yang mengalaminya

(SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999). Para karyawan ini, mau tidak mau harus

menyerah pada keputusan yang ditetapkan manajemen perusahaan untuk berhenti

bekerja. Akibat dari pemutusan hubungan kerja tersebut, maka semakin banyak

orang yang kini menjadi pengangguran.

  Selama hidup individu mengembangkan berbagai macam cara untuk

mengatasi situasi yang menimbulkan kecemasan dan perasaan cemas itu sendiri

(Atkinson & Hilgard, 1996). Orang-orang dewasa yang mengalami pemutusan

hubungan kerja ini, tentu saja ada dalam keadaan yang sama sekali tidak

  

menyenangkan. Dalam keadaan tersebut mereka akan menampakkan sikap

tertentu yang merupakan akibat dari masalah yang mereka hadapi.Berhadapan

dengan masalah pemutusan hubungan yang terjadi sehingga memunculkan

berbagai konflik akibat pemutusan hubungan kerja tersebut maka seseorang akan

melakukan respon atau penilaian akan dirinya, baik secara positif atau negatif

yang kita sebut dengan harga diri (Bee, 1989)

  Bagi orang dewasa awal, bekerja adalah hal yang penting. Ketika

pekerjaan yang dianggapnya penting telah hilang maka mereka akan mengalami

konflik diri. Konflik yang dialami ini terjadi karena kebutuhan, harapan,

keinginan dan tujuan yang tidak bersesuaian atau juga terjadi karena ada dua hal

yang berbenturan atau tidak dapat diwujudkan (Davidoff, 1991). Misalkan saja

ada seorang dewasa awal mempunyai tujuan bahwa dengan bekerja dia bisa

menunjukkan kemampuannya atau menyalurkan kreativitas yang dimilikinya

maka ketika mengalami pemutusan hubungan kerja dia tidak mampu

mewujudkan cita-citanya itu. Setiap orang tentu mengharapkan pekerjaan yang

sesuai dengan harapan, ketika pekerjaan yang sudah didapatkannya telah hilang

maka harapannya untuk hidup mencukupi kebutuhan tidak ada lagi. Bisa juga

terjadi ketika seorang dewasa awal, ingin mendapat status tertentu ketika bekerja,

maka bersamaan dengan pemutusan hubungan kerja, keinginannya untuk

mendapat status tertentu dalam masyarakat juga sirna.

  Kaum dewasa awal yang kini menjadi pengangguran ini tidak mampu lagi

mencukupi kebutuhan keluarga seperti biasanya. Mereka harus lebih menghemat

  

bermacam-macam komsumsi makanan, sandang dan papan. Masalah yang timbul

tidak hanya itu. Mereka juga mengalami masalah psikologis antara lain merasa

malu dan rendah diri karena sudah tidak lagi bekerja, merasa tidak ada lagi

penghargaan atau status tertentu seperti saat masih bekerja (SMERU Indonesia, 7

Agustus 1999).

  Orang dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau tidak

bekerja maka, individu tersebut merasa tertekan karena tidak mampu mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya sedangkan,

kebutuhan hidup terus menerus meningkat (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999).

  

Mereka juga merasa harga dirinya terancam dari segi status sosial, yaitu tidak

seperti dahulu ketika masih bekerja maka dia mendapatkan status tertentu dalam

masyarakat (Shaevitz, 1989).

  Seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja yang merasa

bahwa dirinya berharga akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

untuk lebih berhasil dengan mencari peluang kerja atau memanfaatkan potensi

yang dimilikinya seperti berwiraswasta. Orang yang mempunyai sikap seperti ini

dapat kita sebut sebagai orang yang mempunyai harga diri tinggi. Sebaliknya,

orang yang menilai bahwa dirinya tidak berharga lebih mudah tersinggung dan

cemas dapat kita sebut sebagai orang yang mempunyai harga diri rendah (Buss,

1995).

  Menurut Berne & Savary (1998) orang yang mampu menerima keadaan

yang dihadapinya dan menjadikan keterbatasan yang dimilikinya sebagai bagian

  

dari realitas dirinya maka, hal tersebut dapat dikatakan mempunyai harga diri

yang tinggi. Sesuai dengan pendapat diatas Brehm & Kassin (1989), mengatakan

bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi secara umum akan tampak

bahagia, sehat, berhasil dan mampu beradaptasi dengan situasi yang penuh

tekanan (pemutusan hubungan kerja). Sebaliknya seseorang yang mempunyai

harga diri rendah akan tampak cemas, pesimis dan depresi dalam menghadapi

masalah. Orang yang memiliki harga diri rendah ini akan mengalami kesulitan

dalam menjalin hubungan dengan orang lain, selalu memikirkan kegagalan yang

dialami dan memiliki gambaran negatif terhadap dirinya maupun orang lain.

  Tuhan menciptakan pria dan wanita sesuai dengan peranannya masing-

masing. Pria dan wanita tersebut mempunyai peran, motivasi, konsep diri dan

pola tingkah laku yang berbeda. Perbedaan tersebut mempengaruhi juga cara

mereka dalam menghadapi masalah. Dalam menghadapi masalah pemutusan

hubungan kerja tentu saja cara mereka menghadapi dan menanggapi masalah

tersebut akan berbeda. Hal ini diperkuat oleh pandapat Bannon (1996), bahwa

ketika wanita dan pria menghadapi suatu kegagalan pria akan menganggap itu

sebagai suatu faktor ketidakberuntungan. Kemudian menurut Bianpoen (1996),

wanita tidak bekerja dan hanya mengurus rumah tangga adalah hal yang biasa

selain itu menurut Bianpoen (1996), wanita sering menganggap bahwa dirinya

tidak mampu, tidak berani dan kurang bisa berkembang seperti orang lain.

  Dalam menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi,

tampaknya pria yang akan mengalami masalah yang besar, karena bagi kaum pria menganggap pekerjaan adalah hal yang nomor satu dalam hidupnya karena dalam

diri pria terdapat ambisi pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya.

merupakan hal yang paling diinginkan dan paling penting dalam hidupnya

sehingga tidak heran apabila pria menghabiskan 50 % hidupnya untuk bekerja

(Sanford & Lough, 1988). Masalah yang besar akan terjadi pada pria dewasa awal

berusia 30 lebih. Seperti yang dikatakan Santrock sebelumnya bahwa kekuatan

dan kesehatan otot mempengaruhi kemampuan menyesuaikan diri dengan

pekerjaan atau ketrampilan baru. Kehilangan pekerjaan atau pensiun lebih dini

berarti pria tersebut kehilangan harga diri, sumberdaya ekonomi dan prestise

karena telah terhenti dari pekerjaan yang selama ini dapat untuk

mengaktualisasikan diri (Maramis, 1990).

  Bagi wanita sebagian besar wanita kehilangan suatu pekerjaan bukanlah

suatu masalah besar dalam diri mereka, terutama bagi wanita yang selama ini

mempunyai peran ganda yaitu wanita bekerja dan ibu rumah tangga karena wanita

dapat langsung melakukan pengalihan perhatian pada persoalan rumah tangga

yang selama ini tidak dapat dilakukan secara maksimal karena sibuk bekerja

(Maramis, 1990). Akibat pemutusan hubungan kerja akan lebih dirasakan pria

dari pada wanita karena, wanita masih mempunyai sarana untuk

mengaktualisasikan dirinya walaupun dia sudah tidak bekerja.

  Di lain pihak, bagi wanita yang sudah terbiasa bekerja, ketika menghadapi

pemutusan hubungan kerja mereka dihadapkan pada kenyataan untuk menyerah

dan menjalani peranan sebagai ibu rumah tangga atau istri merupakan sesuatu hal

  

yang menakutkan dan dapat mengakibatkan kecemasan. Kemampuan untuk

mengaktualisasikan diri bagi wanita dewasa awal yang berkarir atau bekerja

terhambat, sehingga peran wanita karir atau bekerja ketika harus memasuki

kehidupan rumah tangga benar-benar membawa dilema (Crittenden, 2002).

  Sering kali perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi harga diri. Pria

yang mengalami kegagalan seperti pemutusan hubungan kerja itu, maka hal itu

terjadi karena faktor ketidakberuntungan, sedangkan wanita hal itu terjadi karena

mereka memang kurang mampu dalam bekerja. Sumber harga diri pria dan wanita

berbeda. Harga diri pria lebih berasal dari keberhasilan suatu pencapaian tugas

sedangkan wanita lebih berasal dari penghargaan sosial (Buss, 1995).

  Individu yang mempunyai masalah dengan harga diri, dalam penelitian ini

adalah saat menghadapi pemutusan hubungan kerja, pada umumnya gagal

mengembangkan potensi diri secara penuh. Individu tersebut cenderung menjadi

pendiam dan menunjukkan gejala-gejala kecemasan yaitu gugup, sakit kepala,

mudah tersinggung, canggung, merasa tidak aman, menarik diri, bahkan

mengalami gangguan emosi. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri rendah

(Tjahjono, 1998).

  Menurut pendapat Schiraldi (dalam Lestari & Koentjoro, 2002), seseorang

yang memiliki harga diri yang rendah dapat mengakibatkan seseorang

menghindari pekerjaan baru, takut memulai persahabatan, menghindari kontak

sosial, cenderung mengisolasikan diri, kurang berani mengemukakan pendapat, bertindak semaunya sendiri, pasif, agresif dan berperilaku yang merusak dirinya sendiri.

  Harga diri yang tinggi dapat membangkitkan rasa kepercayaan diri, penghargaan diri, yakin akan kemampuan diri, serta merasa berguna bagi lingkungan dan masyarakat luas. Dengan demikian, orang yang mempunyai harga diri tinggi dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa berharga, serta mampu meningkatkan hal-hal yang menjadi kelebihannya (Tambunan, 2002).

  Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan harga diri antara pria dan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Tentu saja pria dengan wanita berbeda, namun apakah ketika menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja antara wanita dan pria dewasa awal mempunyai penilaian diri atau evaluasi diri yang berbeda ataukah tidak.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan harga diri antara pria dengan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja?

  C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan harga diri pria dengan wanita usia dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja.

  D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat beberapa pihak subjek penelitian dan bagi peneliti selanjutnya. Berikut ini merupakan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1.

   Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi kepentingan pengembangan Ilmu Psikologi, yaitu dengan memberikan informasi tentang gambaran harga diri dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja dilihat dari jenis kelamin.

2. Manfaat Praktis

  Manfaat yang diharapkan secara praktis dari penelitian ini adalah :

  a. Bagi Subjek Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk memberi gambaran harga diri setelah pemutusan hubungan kerja bagi subjek lebih mampu untuk mengembangkan diri. b. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada peneliti berikutnya sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORI A. Dewasa Awal

1. Pengertian Usia Dewasa awal

  Dewasa atau adult berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti “tumbuh menjadi dewasa” atau juga berasal bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna (Hurlock, 1997). Hal ini dapat dikatakan bahwa orang dewasa adalah orang yang telah usai meninggalkan masa remajanya serta mampu dan siap untuk menerima tanggung jawab dan kedudukan baru didalam suatu masyarakat.

  Dalam kebudayaan beberapa negara seperti Amerika atau Belanda seseorang belum resmi dianggap sebagai orang dewasa, bila belum mencapai usia 21 tahun (Monks 1989). Istilah resmi menjadi orang dewasa ini, maksudnya adalah seseorang yang sudah mendapatkan hak-haknya sebagai warga Negara, antara lain dia berhak mendapat kebebasan untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan dari orang tua. Selain itu dia dapat hak memilih, tanggung jawab dan kesamaan kedudukan dalam hukum di masyarakat.

  Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju ke masa dewasa, dimana seseorang akan memulai tugas perkembangannya yang baru sebagai persiapan menjadi manusia yang dewasa seutuhnya. Masa ini dimulai pada umur 20 tahun sampai kira–kira 40 tahun (Hoyer & Roodin, 2003). Sedangkan menurut Papalia, Olds dan Felman (dalam Dariyo, 2003) usia dewasa awal mulai antara 21 tahun sampai 40 tahun. Dewasa awal dapat juga dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah dewasa awal masa penyesuaian serta puncak kemampuan fisik dimana seseorang dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal pada usia 20 sampai 30 tahun. Dewasa awal masa penurunan kekuatan dan kesehatan otot atau penurun kemampuan fisik pada usia 30 tahun keatas (Santrock, 2002). Pada masa kedua ini mereka kurang mampu atau kesulitan dalam mencari pekerjaan baru dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru (Santrock, 2002).

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

  Setiap periode dalam rentang kehidupan, usia dewasa awal juga

mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan usia lainnya. Menurut

Santrock, (2002) orang dewasa awal merupakan usia dimana seseorang

mengalami perkembangan dan pertumbuhan pada titik balik yaitu, perkembangan

telah sampai pada puncak dan juga mulai mengalami penurunan kondisi fisik.

  

Berikut ini merupakan karakteristik usia dewasa awal yang dikemukakan oleh

Allport (dalam Monks, 1989), yaitu : a. Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan penting dalam kebudayaan yaitu pekerjaan, politik, agama, kesenian dan ilmu pengetahuan.

  b. Mempunyai kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan-hubungan yang fungsional maupun yang tidak fungsional.

  c. Pengamatan, pikiran dan tingkah laku menunjukkan sifat realistis yang jelas.

  d. Menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia, atau filsafat hidup yang dapat merangkum kehidupan menjadi satu kesatuan.

  e. Adanya suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan dengan penerimaan diri.

  f. Dapat melihat diri sendiri seperti aanya dan juga dapat melihat segi- segi kehidupan yang menyenangkan.

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

  Pada usia dewasa awal, tugas-tugas perkembangan dititikberatkan pada harapan-harapan masyarakat yang cukup jelas dan mungkin sudah diketahui, ketika seseorang belum diakui dewasa secara hukum. Kemampuan

  

untuk menguasai tugas perkembangan pada usia ini akan sangat

mempengaruhi keberhasilan dalam tugas perkembangan berikutnya, yaitu

pada saat usia setengah baya (Santrock, 2002). Seperti tugas perkembangan

sebelumnya, maka setiap tahap perkembangan mempunyai hambatan tertentu

dalam menjalaninya begitu juga pada masa ini namun karena kekuatan, energi

dan ketekunan mereka maka mereka berusaha mengatasinya (Dariyo, 2003).

  Menurut Dariyo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

orang dewasa awal mampu untuk berhasil dalam menghadapi tugas

perkembangannya antara lain :

  a. Kekuatan dan Energi Orang dewasa awal berusaha menyalurkan segala potensi yang dimiliki khususnya agar benar-benar dapat mandiri dari orang tua dan memikirkan ekonomi keluarga yang baru dibangunnya. Oleh karena itu mereka memiliki energi yang luar biasa seakan-akan memiliki kekuatan ekstra ketika mereka asyik bekerja.

  b. Ketekunan Untuk mencapai kemapanan secara ekonomi maka seorang dewasa awal harus mempunyai kemauan untuk bekerja keras yang disertai dengan ketekunan. Karier yang cemerlang menunjang ekonomi keluarga maka mereka berusaha menemukan posisi kerja yang sesuai dengan bakat, minat dan latar belakang pendidikan. Namun, bagi mereka yang telah menikah mereka tetap bertahan pada pekerjaannya walaupun gaji yang diperoleh pas-pasan, dengan alsan sulitnya mencari pekerjaan baru dan takut dibayangi kegagalan.

  c. Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang berasal dari kesadaran untuk meraih keberhasilan dari suatu pekerjaannya. Orang yang memiliki motivasi internal akan bekerja dengan tekun sampai benar-benar tercapai tujuan yang diinginkan, tanpa dipengaruhi lingkungan luar.

  Menurut Dariyo (2003) tugas perkembangan sebagai tanggung jawab

yang harus dilalui selama usia dewasa awal dibagi menjadi beberapa kategori

yaitu :

  a. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup Kaum dewasa awal telah sampai pada kematangan fisiologis oleh karena itu mereka sudah siap melakukan tugas reproduksi. Mereka berusaha mencari pasangan hidup untuk membentuk kehidupan berumah tangga, untuk itu mereka menentukan sendiri kriteria tertentu dalam mencari calon pasangannnya.

  b. Membina Kehidupan Rumah Tangga Orang dewasa awal berusaha mempersiapkan dan ingin membuktikan bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis dan tidak tergantung lagi pada orang tua mereka. Selain itu, mereka harus dapat membentuk, membina dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagian. Mereka juga harus dapat menyesuaikan diri dan bekerjasama dengan pasangannya. Mereka harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik dan membina anak-anak dalam keluarga.

  c. Meniti Karier dalam rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Orang usia dewasa awal berupaya menekuni karier yang mampu memberikan jaminan masa depan keuangan yang baik. Dengan penghasilan yang memadai, mereka dapat membangun kehidupan ekonomi keluarga yang mantap, untuk itu, mereka bekerja keras untuk menunjukkan prestasi kerja mereka.

  d. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab Setiap orang ingin menjadi warga negara yang baik karena mereka ingin hidup tenang, damai dan bahagia ditengah masyarakat. Oleh karena itu, orang-orang dewasa ini harus taat dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Masa dewasa awal berbeda dengan remaja, karena pada masa ini

individu mempunyai nilai perjuangan untuk mencapai kedewasaannya dengan

cara membangun diri yang mandiri dan melibatkan diri secara sosial

sedangkan, pada remaja hanya berpusat pada dirinya sendiri (Santrock, 2002).

  

Hal ini berarti bahwa untuk mampu menjadi manusia yang dewasa yang

seutuhnya, maka individu harus berusaha sendiri tanpa tergantung orang lain dan menggunakan kebebasannya sebagai orang dewasa baru yang bertanggung jawab serta memperhatikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya.

4. Pengertian Jenis Kelamin

  Jenis kelamin merupakan sebuah pengkategorian seks secara biologis

yang terungkap dari identitas diri sebagai pria atau wanita (Handayani, 2001).

  Sejak awal kehidupannya, manusia terjadi karena adanya pembuahan ovum oleh sperma. Pembuahan yang terjadi menjadikan manusia yang didalamnya

terdapat 46 kromosom atau 23 pasang yang menetukan jenis kelamin individu

dan pembawa sifat tertentu (Atkinson & Hilgard, 1996).

  Maramis (1990), menjelaskan bahwa jenis kelamin pria dan wanita dapat dibuat pengkategorian yang dapat digunakan untuk mempelajari perbedaan dikotomis berdasarkan berikut, yaitu :

  a. Identitas kelamin Pria dan wanita mempunyai ciri–ciri seks secara biologis tersendiri dalam tubuhnya. Pria mempunyai kromosom XY, genita interna berupa testis, genita eksterna berupa penis dan hormon androgen.

  Sedangkan wanita, mempunyai kromoson XX, genita interna berupa indung telur, genita eksterna berupa vagina, dan hormon estrogen dan progesteron. b. Identitas jenis kelamin Kesadaran akan jenis kelamin yang merupakan hasil dari pengalaman orang lain dan budaya. Selain itu jenis kelamin juga dibentuk oleh ciri

  • –ciri fisik yang berasal dari seks biologisnya dan saling berhubungan dengan suatu sistem rangsang melalui reinforcement dan punishment. Pria biasanya memiliki fisik dan otot yang kuat, mempunyai jakun, kulitnya kasar, bentuk tubuh yang tegap, bersuara berat dan mempunyai alat reproduksi berupa penis, testis dan sperma yang berguna untuk meneruskan keturunan. Sedangkan wanita memiliki ciri tubuh yang lebih lembut, pinggul yang besar, suara yang halus, sensitif dan alat reproduksi berupa vagina, rahim, dan indung telur. Ciri–ciri tersebut pada dasarnya telah diketahui oleh orang secara umum.

  c. Perilaku peran jenis kelamin Semua yang dilakukan oleh seseorang menyatakan dirinya sebagai seorang pria atau wanita. Faktor utama yang mempengaruhi adalah faktor belajar terutama melalui proses sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosio–kultural. Pria pada dasarnya lebih mampu berpikir secara rasional dalam menghadapi berbagai masalah sedangkan wanita lebih menggunakan perasaannya. Pria lebih dituntut untuk mampu mandiri dan mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan wanita lebih dituntut untuk mampu mendidik anak dan mengerjakan pekerjaan rumah.