BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) - PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN PENGARUH

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) a. Pengertian Model Pembelajaran POE Proses pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan

  berkesan apabila guru mernggunakan beberapa model pembelajaran yang mendukung. Model pembelajaran menurut Zubaedi (2013:185) merupakan bentuk pemebelajaran yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran yang menarik akan menjadikan siswa lebih berkesan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

  Model pembelajaran POE diperkenalkan oleh White dan Gustone dalam Wu-Tsai (2005: 113) yang artinya prediksi, observasi, dan exsplain atau menyimpulkan. Kemampuan Predict, Observe,

  Explain

  (POE) berarti kemampuan seseorang untuk memprediksi, mengobservasi dan mengekplanasi, hal ini di jelaskan masing-masing pengertiannya menurut Suyati ( 2012:1-2 ) :

  1) Kemampuan memprediksi artinya kemampuan untuk mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Kata kerja operasional dalam kemampuan memprediksi yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi. Indikator yang harus ada yaitu dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati dengan menggunakan pola- pola (hubungan-hubungan).

  9

  2) Kemampuan mengobservasi artinya kemampuan untuk mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera. Kata kerja operasional dalam kemampuan mengobservasi yaitu melihat, mendengar, merasa, meraba, membaur, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, dan membaca. Indikator yang harus ada yaitu menemukan fakta yang relevan dan memadai serta menggunakan sebanyak mungkin indra.

  3) Kemampuan mengeksplanasi yaitu kemampuan untuk menjelaskan suatu kejadian secara terperinci.

  Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran POE dapat membangun pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan bantuan guru sehingga dapat menemukan hal baru dari hasil penemuannya, Winahyu dan Kartini (2013: 17) juga mengemukakan bahwa model pembelajaran POE adalah konsep pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap ilmiah, dan ketrampilan siswa. Model pembelajaran POE adalah model pembelajaran yang menerapkan metode ilmiah yang dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penanaman konsep.

  Model pembelajaran POE mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat, hal ini sesuai dengan penjelasan Warsono dan Hariyanto (2013: 93) yang menyatakan bahwa model pembelajaran POE dilandasi dari teori pembelajaran kontruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan prediksi, observasi dan pengamatan, maka struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik. Hasil penelitian Liang (Muna,

  2017: 75), juga menunjukan bahwa kegiatan POE dapat digunakan oleh guru untuk merancang kegiatan belajar yang dimulai dengan sudut pandang siswa. Dengan demikian, menggunakan model pembelajaran ini, guru akan menciptakan siswa yang memiliki prestasi yang tinggi karena dalam pemebalajaran ini dimulai dengan melihat sudut pandang siswa.

  Berdasarkan penjelasan model pembelajaran POE, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran POE melibatkan siswa dalam meramalkan suatu fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi atau eksperimen, dan akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi serta prediksi siswa sebelumnya, dengan cara demikian konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya, serta siswa akan memahami apa yang dipelajarinya.

  b.

  Manfaat Model Pembelajaran POE Sebuah model pembelajaran memiliki manfaat di dalam kegiatan belajar mengajar. Warsono dan Hariyanto (2013: 93) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan model pembelajaran POE adalah sebagai berikut: 1)

  Dapat digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh siswa dapat dilihat dari hasil prediksi yang dibuat siswa. 2)

  Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa melalui yang dibuat siswa. membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru. 3)

  Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami untuk membuktikan hasil prediksinya.

4) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk menyelidiki.

  c.

  Dasar Implementasi model pembelajaran Asumsi dasar yang menjadi dasar implementasi model pembelajaran ini menurut Warsono dan Hariyanto (2013: 93-94) adalah sebagai berikut: 1)

  Siswa diawal pembelajaran diminta untuk memprediksi yang akan terjadi 2)

  Dengan prediksi yang ditulisnya akan membuat siswa termotivasi apa jawaban yang sesungguhnya dari fenomena yang diamati. 3)

  Meminta siswa menjelaskan alasannya dalam memberikan prediksi 4)

  Dengan cara menjelaskan dan melakukan evaluasi terhadap prediksinya sendiri dan prediksi teman yang bertujuan siswa dapat makna baru.

  d.

  Langkah-langkah pembelajaran Adapun langkah pembelajaran yang harus di tempuh pada setiap model pembelajaran. Langkah

  • – langkah pembelajaran ini menurut Indrawati dan Setiawan (Fathonah, 2016: 172-173) diantaranya :

  1) Memprediksi (Predict)

  Pada tahap ini, siswa memprediksi/meramalkan peristiwa yang akan terjadi terhadap suatu permasalahan yang diinformasikan oleh guru. Penyusunan prediksi/ramalan berdasarkan pengetahuan awal, pengalaman, atau buku yang pernah mereka baca berkaitan dengan permasalahan yang akan pecahkan. Prediksi/ramalan tersebut ditulis pada selembar kertas dan dikumpulkan kepada guru. 2)

  Mengamati (Observe) Selanjutnya, siswa dalam kelompok kecil (4-5 anak) melakukan percobaan (praktikum) berkaitan dengan permasalahan yang telah diinformasikan guru kemudian mengamati hasil percobaan untuk menguji kebenaran prediksi/ramalan yang telah dibuat siswa sebelumnya. Percobaan dilaksanakan dengan bimbingan guru dan sesuai langkah/prosedur kerja yang ditetapkan.

  3) Menjelaskan (Explain)

  Setelah melakukan percobaan dengan prosedur yang benar, siswa dalam kelompok kecil (4-5 anak) menuliskan hasil percobaan dan menyusun hipotesis atas hasil percobaan tersebut. Selanjutnya mereka menjelaskan perbedaan yang terjadi antara prediksi awal mereka dengan hasil percobaan yang dilakukan.

  Langkah-langkah model pembelajaran POE dalam penelitian ini menggunakan percobaan sederhana dengan menggunakan media sederhana. Pembelajaran yang dilakukan dalam setiap siklusnya yang pertama guru menyiapkan kondisi kelas. Mengulas kembali materi sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru memberikan informasi tujuan pembelajaran dan mengenai model POE yang akan digunakan dalam pembelajaran, kemudian guru melakuakan apersepsi dan melaukan tanya jawab seputar materi. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, kemudian guru membagi LKS pada setiap kelompok.

  Pembelajaran pada setiap pertemuan siswa mengisi LKS yang dirancang sesuai dengan metode yang ilmiah, diantaranya melakukan perumusan masalah dengan mendeskripsikan permasalahan yang akan dibahas, mengumpulkan data dengan menggolongkan pengaruh perubahan lingkungan, menghipotesis dilakukan dengan cara memprediksi dari permasalahan yang diinformasikan oleh guru, melakukan percobaan dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran. LKS ini juga sesuai dengan tahap pembelajaran POE yaitu melakukan tahap memprediksi permasalahan yang diinformasikan oleh guru, kemudian melakukan percobaan untuk membuktikan hasil prediksinya, dengan menjawab beberapa soal dan menyimpulkan hasil prediksi dan hasil percobaanya. e.

  Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran memiliki sebuah kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran POE menurut Muna (2017: 83) sebagai berikut : 1)

  Kelebihan model pembelajaran POE

  a) Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi, dari prediksi yang dibuat siswa guru menjadi tahu konsep awal yang dimilki siswa.

  b) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk melakukan penyelidikan, membuktikan hasil prediksinya.

c) Dapat mengurangi verbalisme dengan melakukan eksperimen .

  d) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi.

  e) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori

  (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. 2)

  Kekurangan model pembelajaran POE :

  a) Memerlukan persiapan yang lebih matang terutama berkaitan dengan persoalan yang disajikan serta eksperimen dan demonstrasi yang akan dilakukan serta waktu yang diperlukan karena biasanya waktu yang dibutuhkan lebih banyak.

  b) Ketika melakukan eksperimen dibutuhkan alat-alat dan bahan- bahan yang memadai bagi siswa.

  c) Dituntut kemampuan dan keterampilan yang lebih bagi guru untuk melakukan kegiatan eksperimen dan demonstrasi, serta dituntut untuk lebih profesional.

  d) Memerlukan kemauan dan motivasi yang baik dari guru yang bersangkutan sehingga berhasil dalam proses pembelajaran.

  Antisipasi dalam penelitian ini untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran POE sebagai berikut : a.

  Guru meyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran baik, terkait dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, waktu yang diperlukan dalam pembelajaran b.

  Alat-alat dan bahan untuk kegiatan eksperimen sebaiknya guru menggunakan alat dan bahan yang mudah ditemukan.

  c.

  Guru dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan kegiatan eksperimen dan demonstrasi, sehingga guru paham dengan materi yang akan diajarkan d. Guru memiliki kemauan dan motivasi yang baik sehingga berhasil dalam proses pembelajaran.

  Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran POE di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk meningkatkan sikap ilmiah, sehingga siswa lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Model pembelajaran POE sangat cocok untuk materi yang sifatnya langsung dengan menggunakan langkah memprediksi, mengobservasi dan menjelaskan suatu percobaan yang menuntut siswa berperan aktif secara langsung untuk mempelajari materi sehingga siswa menemukan sendiri jawaban dalam persoalan yang dihadapinya melalui praktik langsung.

2. Sikap Ilmiah a.

  Pengertian Sikap Sikap bukan merupakan suatu perilaku, melainkan suatu kecenderungan untuk menolak dan menerima sesuatu berdasarkan pengalaman yang dimilikinya khusus kearah suatu keadaan tertentu, hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Winkel (Hendracipta, 2016:

  111) bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu obyek, sebagai obyek yang berharga atau obyek yang tidak berharga atau tidak baik. Hamdani (2011: 140) mengungkapkan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka atau tidak suka, atau acuh tidak acuh. Sikap juga merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan, dimana tindakan yang akan dipilih tergantung pada sikapnya terhadap penilaian yang untung dan rugi, baik atau buruk dari suatu tindakan yang dilakukannya.

  Pengertian sikap yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perasaan seseorang dalam menerima atau menolak suatu objek dan tindakan terhadap sesuatu, menolak suatu obyek dengan reaksi suka ataupun tidak suka, yang berdampak pada perilaku atau tindakan yang dilakukan sebagai perwujudan bentuk dari sikap seseorang dan sikap akan melekat pada siswa apabila terus dilakukan sebagai pembiasaan.

  Pada kegiatan proses belajar mengajar sikap siswa akan terwujud dalam proses sikap suka atau tidak suka terhadap hal yang berhubungan pada proses belajar mengajar berlangsung, seperti cara guru dalam mengajar, pada materi pelajaran serta lingkungan disekitarnya. Sikap suka atau tidak suka siswa tersebut akan mempengaruhi proses belajar mengajar dan prestasi belajar. Berkaitan dengan hal tersebut pada proses belajar mengajar siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah yang tinggi terhadap proses belajar mengajar.

  b.

  Sikap Ilmiah Sikap ilmiah dapat muncul secara alamiah dalam pembelajaran.

  Menurut Susanto (2013:169) berpendapat bahwa sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, dan observasi. Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah, selain itu IPA juga dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai sikap, hal ini sesuai dengan pendapat menurut Muslim (2014:1-4) bahwa hakikat

  IPA sebagai produk artinya ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang luas berupa pengetahuan yang diajarkan disekolah, atau diluar sekolah dan bahan bacaan yang didapatkan dengan cara observasi, eksperimen yang sistematik. Sebagai proses artinya memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta melalui kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan alam semesta dan pengetahuan baru. Sebagai sikap artinya dalam usaha untuk menghasilkan karya ilmiah, seorang ilmuan menggunakan metode ilmiah dan juga sikap ilmiah. Aly dan Rahma (2010:18) metode ilmiah pada dasarnya adalah menerapkan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

  Langkah-langkah metode ilmiah yang umum dilakukan adalah merumuskan masalah, mengumpulkan data, membuat hipotesis, melakukan eksperimen dan menarik kesimpulan.

  Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan Iskandar (Hendricipta, 2016 : 111). Anwar (2009: 111) menyatakan bahwa sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seseorang ilmuan atau akademisi ketika menghadapi persoalan- persoalan ilmiah. Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu mengembangkan sikap ilmiah yang dimiliki siswa, hal ini sesuai dengan penjelasan menurut Candra (Hayat, 2011: 144) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran IPA dapat menuntut siswa terlibat dalam kegiatan ilmiah, sehingga dapat mengembangkan sikap ilmiah. George (Singh, 2016:47) juga mengemukakan bahwa sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan, karena sikap ilmiah berkaitan erat dengan pencapaian

  IPA. Kualitas dalam pembelajaran ditandai dengan sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa, karena di dalam sikap ilmiah terdapat perasaan terhadap kepercayaan yang dimilik siswa yang mengajak siswa untuk terus berimajinasi dan meningkatkan emosi sehingga siswa terus fokus dalam pembelajaran.

  Berdasarkan pendapat sikap ilmiah di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah termasuk kedalam hakikat IPA. Sikap ilmiah merupakan sikap atau tindakan yang dimiliki siswa muncul dari diri siswa yang dilandasi oleh pengalaman dan wawasan dalam menanggapi dan menemukan pengetahuan baru melalui beberapa metode dan proses ilmiah yang diangapnya menarik sehingga siswa fokus dalam pembelajaran. Sikap tersebut harus terus menerus dikembangkan agar bisa dimiliki oleh siswa. Beberapa ciri-ciri sikap ilmiah menurut para ahli sebagai berikut :

  Sikap ilmiah menurut Sukarno (Martono, 2005:166) yaitu, meliputi: 1) Tidak berprasangka dalam mengambil keputusan. 2)

  Sanggup menerima gagasan-gagasan dan saran-saran baru (toleran). 3)

  Sanggup mengubah kesimpulan dari hasil eksperimennya bila ada bukti-bukti yang meyakinkan benar. 4) Bebas dari tahayul. 5) Dapat membedakan fakta dan opini. 6) Membuat perencanaan teliti sebelum bertindak. 7) Teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak. 8) Ingin tahu apa, bagaimana dan mengapa demikian. 9) Menghargai pendapat orang lain.

  Sikap ilmiah menurut Iskandar yang dikutip oleh T. Pardede (Hendracipta, 2016: 111-112) yaitu, meliputi: 1) Objektif/jujur. 2) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan. 3) Terbuka. 4) Tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat. 5) Bersikap hati-hati. 6) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan yang tinggi.

  Berdasarkan pemaparan sikap ilmiah menurut para ahli di atas, cukup bervariasi namun pada hakikatnya memiliki banyak kesamaan, diantaranya adalah adanya rasa ingin tahu, teliti dan bersikap hati-hati, serta terbuka dan menghargai bukti atau fakta dari hasil penelitian. Pada penelitian ini pengukuran sikap ilmiah pada siswa akan difokuskan untuk meneliti tiga hal, yatiu: (1) Ingin tahu apa, bagaimana dan mengapa demikian, yakni siswa selalu terdorong untuk lebih banyak ingin mengetahui, mengapa dapat terjadi dan bagaimana bisa terjadi (2) Teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak, artinya siswa tidak ceroboh dalam menggunakan alat maupun bahan, mengukur dan mengolah data, menyimpulkan bersama dalam bertindak dan (3) Dapat membedakan fakta dan opini merupakan pendapat yang diambil siswa harus berdasarkan fakta yang ada bukan berdasarkan pendapat. Ketiga sikap ilmiah itu akan diukur menggunakan angket. Ketiga sikap ilmiah sebagai fokus penelitian ini dipilih karena sesuai dengan model pembelajaran POE yang digunakan dalam penelitian. Setelah kegiatan P (predict) atau memprediksi siswa harus mempunyai sikap rasa ingin tahu dengan melakukan O (observe) atau penelitian dan percobaan. Sikap ilmiah teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak perlu diterapkan siswa selama percobaan yang dilakukan. Sedangkan sikap ilmiah dapat membedakan fakta dan opini yaitu berani berargumen dengan fakta dan data hasil percobaan diperlukan saat siswa harus melakukan kegiatan E (explain) atau menjelaskan.

  Pengembangan sikap ilmiah ingin tahu apa, bagaimana dan mengapa demikian, teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak, dan dapat membedakan fakta dan opini dengan berargumen, sangat penting dilakukan guna membantu pengembangan sikap-sikap positif dalam diri siswa. Sikap positif maksudnya sikap menjalani kesehariannya dalam memecahkan masalah, menggunakan sikap ilmiah yaitu mengambil keputusan dengan menggunakan perhitungan, selalu terbuka untuk menerima masukan.

  Peranan utama guru dibutuhkan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan sikap ilmiah. Harlen (Rapi, 2008: 706) mengemukakan bahwa ada tiga jenis peranan utama guru yakni: memperlihatkan contoh, memberikan penguatan dengan pujian dan penghargaan, serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan sikap ilmiah. Peran utama guru dalam mengembangkan sikap ilmiah dijelaskan oleh Harlen (Gusmentari, 2014: 45-48) sebagai berikut : a.

  Memperlihatkan contoh sikap ilmiah Memperlihatkan contoh hal-hal yang positif yang dilakukan guru sangat penting, misalnya pendapat guru bisa diubah. Hal ini akan berdampak pada siswa agar tidak bersikeras dengan pendapatnya sendiri tetapi bersedia mengubahnya jika memang dibutuhkan serta menerima pendapat orang lain yang lebih tepat.

  b.

  Memberikan penguatan dengan pujian dan penghargaan Ketika guru menunjukan sikap positif maka guru perlu

  Memberikan penguatan, penghargaan dan pujian yang tulus. Hal ini akan memotivasi mereka untuk melakukan percobaan yang lebih baik lagi serta siswa terdorong memunculkan sikap positif yang dimiliki.

  c.

  Memberikan kesempatan untuk pengembangan sikap ilmiah Kegiatan yang dapat mengembangkan sikap ilmiah yaitu meletakan barang baru di dalam kelas akan memunculkan rasa ingin tahu, mendiskusikan pengamatan akan memunculkan sikap teliti, hati-hati dalam bertindak dan setelah melakukan kegiatan akan memunculkan sikap kritis.

  Peranan utama guru tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah sangat penting untuk dikembangkan dan ditingkatkan lagi karena bermanfaat positif bagi sikap siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Penelitian ini memiliki peranan guru untuk menumbuhkembangkan sikap ilmiah siswa terutama difokuskan dengan memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu apa, bagaimana dan mengapa demikian, teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak, dan dapat membedakan fakta dan opini dalam berargumen dengan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan penelitian dan percobaan langsung melalui model pembelajaran POE.

3. Prestasi Belajar a.

  Pengertian Prestasi Belajar Pembelajaran dikelas merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menerima pembelajaran yang bertujuan untuk melakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi menurut Hamdani (2011:137) hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi pada umumnya yaitu berkenaan dengan aspek pengetahuan.

  Pengetahuan dalam hal ini dapat ditemukan dalam bidang olah raga, kesenian, dan pendidikan khususnya dalam bidang pembelajaran.

  Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

  Mulyasa (2013:189) mengatakan bahwa prestasi belajaradalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

  Prestasi belajar dalam pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (Hamdani, 2011: 138) memaparkan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

  Prestasi belajar menurut Hamid (2013: 140) merupakan suatu hasil usaha belajar yang dicapai setiap siswa berupa kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik disekolah pada jangka waktu tertentu dicatat di buku laporan yang disebut rapot. Sementara prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 138-139) merupakan tingkat kemanusian yang dimiliki siswa dalam meneima, menolak, dan menilai informasi- informasi yang diperoleh pada saat belajar mengajar. Berdasarkan pengertian di atas, prestasi belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

  b.

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi Belajar mempunyai beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2010: 54-71) sebagai berikut:

  1) Faktor Intern

  Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adapun faktor intern yang berasal dalam diri siswa sebagai berikut:

  a) Faktor Jasmani

  (1) Faktor kesehatan

  (2) Cacat tubuh

  b) Faktor Psikologi

  (1) Inteligensi

  (2) Perhatian

  (3) Minat

  (4) Bakat

  (5) Motif

  (6) Kematangan

  (7) Kesiapan

  c) Faktor kelelahan

  (1) Faktor kelelahan Jasmani

  (2) Faktor kelelahan rohani

  2) Faktor Ekstern

  Faktor yang ekstern adalah faktor yang berasal dari keluarga maupun dari lingkungan, adapun faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut :

  a) Faktor Keluarga

  Keluarga merupakan faktor paling pertama dan paling utama bagi seseorang terhadap tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan menjadi baik apabila keluarga memperhatiakannya. (1)

  Cara orang tua mendidik Cara orang tua dalam mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan dan kebutuhan akan berpengaruh terhadap belajar anaknya.

  (2) Relasi antaranggota keluarga

  Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota yang lain turun mempengaruhi belajar anak.

  (3) Suasana rumah

  Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.

  b) Faktor sekolah

  Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswarelasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor Lingkungan.

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. (1)

  Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.

  (2) Teman bergaul

  Pengaruh teman dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga.

  Berdasarkan pendapat di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu: (1)

  Faktor intern Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.

  (2) Faktor ekstern

  Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarapa dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi social, ekonomi, dan lain sebagaianya.

  Pemaparan prestasi belajar di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa prestasi belajar sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran, yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar memiliki faktor penghambat yaitu faktor intern dan ekstern yang saling mempengaruhi.

4. Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya

  Materi ini terdapat pada mata pelajaran IPA yang diajarkan untuk kelas IV pada semester 2, mengambil dari Standar Kompetensi (SK) 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap daratan yang diturunkan menjadi Kompetensi Dasar (KD)

  10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut). Faktor

  • – faktor penyebab perubahan lingkungan seperti angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang, akan di pelajari dalam dua siklus dan empat kali pertemuan.

  a.

  Penyebab Perubahan Lingkungan Alam selalu mengalami perubahan karena pengaruh cuaca.

  Perubahan cuaca dapat mengakibatkan lingkungan bertambah baik atau buruk. Cuaca adalah keadaan alam yang meliputi hujan, panas, dan angin yang mudah berubah dari waktu ke waktu. Sulistyanto (2008: 59) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan: 1)

  Angin Angin darat dan angin laut terjadi karena perbedaan suhu udara di darat dan di laut. Angin darat mulai terjadi pada saat malam hari sekitar pukul 9 malam. Suhu udara di daratan pada malam hari lebih cepat turun daripada di laut, sehingga tekanan udara di atas permukaan laut lebih rendah daripada di daratan, akibatnya terjadilah hembusan angin dari darat ke laut yang disebut angin darat. Angin laut mulai terjadi pada siang hari sekitar pukul 9 pagi. Suhu udara di daratan pada siang hari lebih cepat naik daripada suhu di laut, sehingga tekanan udara di atas daratan lebih rendah daripada tekanan udara di atas lautan, akibatnya terjadilah embusan angin dari laut ke daratan yang disebut angin laut.

  Angin darat dan angin laut dimanfaatkan oleh para nelayan untuk berlayar mencari ikan di laut. Pada malam hari, para nelayan memanfaatkan angin darat untuk mendorong perahu mereka ke tengah laut, sedangkan pada siang hari, angin laut dimanfaatkan untuk kembali ke daratan. Angin kencang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Angin dimanfaatkan untuk mengerakkan kincir angin, putaran kincir angin akan memutar turbin pada generator sehingga pada akhirnya menghasilkan energi listrik. Selain itu angin juga dimanfaatkan untuk mngeringkan pakaian dan makanan yang dijemur, menerbangkan layang-layang, dan juga sebagai penggerak alat olahraga seperti perahu layar dan selancar angin. Selain bermanfaat, pengaruh angin juga membawa kerugian.

  Angin yang sangat kencang dapat mengikis permukaan tanah. Selain itu angin yang sangat kencang dapat menumbangkan bangunan dan pepohonan.

  2) Hujan

  Hujan memberi banyak keuntungan bagi kehidupan antara lain bagi tanaman pertanian dan membuat udara menjadi segar.

  Hujan dapat menjadi bencana jika deras dan terus menerus. Bencana akibat hujan antara lain banjir, tanah longsor, dan erosi. Bencana alam tersebut tidak sepenuhnya disebabkan faktor hujan tapi juga karena perbuatan manusia seperti menebang hutan dan membuang sampah sembarangan. Erosi adalah pengikisan tanah akibat terjangan air. Erosi mudah terjadi pada tanah yang gundul dan miring seperti di lereng perbukitan. 3)

  Matahari Matahari merupakan sumber energi panas terbesar di muka bumi. Matahari memberi cahaya dan panas bagi kehidupan di bumi. Panas matahari juga dapat membawa bencana, yaitu kebakaran hutan yang sering terjadi pada musim kemarau.

  4) Gelombang laut

  Gelombang laut memberi pemandangan indah dan dimanfaatkan untuk berolahraga. Selain bisa dimanfaatkan, gelombang laut juga dapat mengakibatkan abrasi pantai. Abrasi adalah pengikisan pantai akibat gelombang laut. Abrasi dapat merusak ekosistem pantai. Abrasi dapat dicegah dengan cara memasang beton di pantai sebagai pemecah gelombang laut (ombak) sehingga ombak tidak mengenai pantai, dan dengan menanam pohon bakau di pesisir pantai.

B. Kerangka Pikir

  Pembelajaran siswa SD N 2 Brobot materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya dalam mata pelajaran IPA kelas IV masih bersifat kurang bermakna karena guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga materi tidak dapat tersampaikan kepada siswa. Kenyatannya di SD N 2 Brobot belum tercipta sikap ilmiahnya, terlihat siswa belum termotivasi untuk inging tahu, apa, mengapa dan bagaimana terhadap materi baru. Siswa terlalu cepat ketika mengambil kesimpulan, dan belum berani untuk maju mengungkapkan pendapatnya berdasarkan fakta hasil pengamatan atau percobaan. Proses pembelajaran IPA dilakuakan hanya sebagai teori, siswa hanya dapat membaca buku teks atau sumber belajar.

  Melihat keadaan tersebut perlu adanya perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

  Upaya perubahan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan model pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran POE. Model pembelajaran Predict Observe Explain (POE) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam meramalkan suatu fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi atau eksperimen, dan akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi serta ramalan mereka sebelumnya, dengan cara demikian konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya, serta siswa akan memahami apa yang dipelajarinya.

  Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran POE dilakukan pada mata pelajaran IPA tentang Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya, menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan.

  Langkah-langkah pembelajarannya yaitu : siswa diberi sedikit pemaparan materi, setelah itu siswa memprediksi suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian melakukan percobaan untuk membuktikan hasil prediksinya, hasil percobaannya ditulis dalam lembar LKS kemudian siswa membandingkan jawaban prediksi dan hasil observasinya, pada tahap ini siswa diharapkan akan menemukan pembelajaran yang bermakna dan konsep akan tertanam pada diri siswa. Langkah akhir yaitu guru dan siswa menyimpulkan bersama. Penggunaan model POE ini akan menggunakan alat peraga sederhana.

  Model POE diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, karena didalam model POE, menggunakan metode yang ilmiah. Aly dan Rahma (2010:18) metode ilmiah pada dasarnya adalah menerapkan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu Aly dan Rahma (2010:18) metode ilmiah pada dasarnya adalah menerapkan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Sikap ilmiah yang tumbuh akan memacu pemikiran dan pengetahuan siswa, sehingga dapat berdampak pada prestasi belajar siswa yang dapat meningkat. Melihat uraian tersebut, maka disajikan kerangka pikir penelitian pada gambar 2.1 sebagai berikut :

  Siswa: Prestasi belajar dan sikap

  Guru:

  KONDISI

  ilmiah siswa rendah

  AWAL

  Belum menggunakan model pembelajaran

  Siklus I: Dengan berkelompok siswa memprediksi, melakukan eksperimen, dan menyimpulkan tentang Perubahan Lingkungan dan

  Pengaruhnya

  Dalam pembelajaran TINDAKAN guru menggunakan

  Siklus II: model pembelajaran Dengan berkelompok siswa POE (Predict- memprediksi melakukan Observe-Explain ) eksperimen, dan menyimpulkan tentang Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya

  Sikap ilmiah dan

  KONDISI

  prestasi belajar

  AKHIR

  meningkat

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

C. Penelitian Relevan 1.

  Penelitian oleh KdK Anggara Prabawa, Ni Kt Suami, I Gd Margunayasa, tahun 2014 berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-

  Explain Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Desa Ringdikit

  menunjukan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran Predict-Observe-Explain berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

  2. Kibirige.I, Osodo. J, Tlala K.M, tahun 2014 berjudul The Effect of Predict-

  Observe- Explain Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved

  . Pada penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik dalam

  Salts

  kelompok eksperimen dalam mengajar menggunakan POE (Prediction-

  Observation-Explanation) lebih baik dalam post-test daripada mereka

  yang berada di kelompok kontrol yang diajarkan dengan menggunakan metode tradisional.

  3. Singh, Kumar Vinnod, tahun 2016 berjudul A studi of relationship

  between scientific attitude and academi achievent of rural area’s intermediate college girl (science stream only) . Hasil dari penelitian ini

  yaitu Sikap ilmiah merupakan sikap 'dalam bentuk niat' dan sikap ilmiah dalam bentuk tindakan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa sikap ilmiah dapat meningkatkan prestasi belajar pada mahasiswa perempuan di universias, karena prestasi belajar berkaitan dengan sikap ilmiah.

  Berdasarkan penelitian relevan , memiliki kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yakni penelitian Anggara tahun 2014 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain Terhadap

  

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Desa Ringdikit memiliki kesamaan

  dengan peneliti yaitu penggunaan model pembelajaran POE untuk kelas IV SD mata pelajaran IPA, perbedaannya terletak pada materinya. Penelitian Kibrige, tahun 2014 yang berjudul The Effect of Predict-Observe-Explain

  

Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts persamaannya

  yaitu menggunakan model pembelajaran POE, perbedaannya yaitu model POE digunakan untuk mengatasi miskonsepsi sedangkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa. Penelitian Sigh tahun 2016 yang berjudul A studi of relationship between scientific attitude

  

and academi achievent of rural area’s intermediate college girl (science

stream only) persamaannya dengan peneliti yaitu meningkatkan sikap ilmiah

  yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena prestasi belajar siswa berkaitan dengan sikap ilmiah, perbedaannya pada subjek penelitian.

D. Hipotesis

  Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian dan kerangka pikir, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Penggunaan model pembelajaran POE dapat meningkatkan sikap ilmiah materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya kelas IV SD N 2 Brobot

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKLASIFIKASIKAN

0 9 32

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP

6 59 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR KIMIA SISWA MAN KUOK Navisa

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran - BAB II RANI

0 3 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Model, Metode, dan Teknik Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran - PENERAPAN TEKNIK PREDICT OBSERVE EXPLAINT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MT

0 0 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S

0 6 179

Peningkatan Kemampuan Kognitif Fisika dan Berpikir Logis Melalui Model Predict, Observe, Explain (POE) pada Materi Momentum dan Impuls Kelas X IPA 5 SMA Negeri 1 Ngemplak - UNS Institutional Repository

0 0 19

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) SISWA KELAS IV SD NEGERI MUNGGUNG 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20172018

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAMATI PADA PEMBELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang II No.171 Surakarta Tahun Ajaran 2017/ 2018) - UNS Institutional Rep

0 0 19

1 PENGARUH MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI BAKTERI PADA SISWA KELAS X DI SMA SRIGUNA PALEMBANG SKRIPSI

0 1 31