Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang mayoritas penduduknya

bermata pencaharian di sektor pertanian. Indonesia memiliki kondisi alam yang
mendukung, lahan yang luas, tanah yang subur, serta iklim tropis yang sesuai
untuk bercocok tanam. Realitas yang demikian seharusnya Indonesia dapat
memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakatnya sehingga dapat menjadi
Negara yang makmur. Walaupun demikian sektor pertanian Indoneia memiliki
peranan yang sangat penting, karena sebagai penghasil pangan utama bagi
masyarakat.
Persoalan pangan bagi bangsa indonesia, dan juga bangsa-bangsa lainnya
di dunia ini adalah merupakan persoalan yang sangat mendasar, dan sangat
menentukan nasib dari suatu bangsa. Ketergantungan pangan dapat berarti
terbelenggunya kemerdekaan bangsa dan rakyat terhadap suatu kelompok, baik
negara lain maupun kekuatan–kekuatan ekonomi lainnya. 1 Pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut UU RI nomor 18 tahun

2012 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan merupakan hak asasi bagi
setiap individu di Indonesia. Oleh karena itu terpenuhinya kebutuhan pangan di
dalam suatu negara merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi. Selain itu pangan
1

Serikat Petani Indonesia. https://www.spi.or.id/isu-utama/kedaulatan-pangan/. Diakses pada tanggal 2
Februari 2017. Pukul 20.56 Wib

12

Universitas Sumatera Utara

juga memegang kebijakan penting dan strategis di Indonesia berdasar pada
pengaruh yang dimilikinya secara sosial, ekonomi, dan politik.
Hubungan pangan dan politik berangkat dari asumsi bahwa seluruh
kehidupan manusia dapat secara dramatis direduksi hanya pada perburuan
makanan. Lepas dari berbagai cara, gaya, kebiasaan, dan selera masing-masing
kelompok masyarakat, kebutuhan pangan merupakan cara paling esensial untuk
mempertahankan hidup. Pangan menjadi kebutuhan permanen yang tidak pernah
hilang. Karena itu, kecukupan pangan menjadi hal yang tidak bisa ditawar.

Pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah cukup, saat panen atau paceklik,
dan dengan harga yang terjangkau siapa pun. Fungsi pangan sebagai komoditas
hajat hidup orang banyak inilah yang melahirkan unsur politik. Seseorang atau
lembaga yang menguasai sumber-sumber pangan akan mempunyai posisi tawar
dan posisi politik tertentu. Kekuatan tawar dan politik kian mekar manakala
mereka juga menguasai organisasi pengolahan pangan, distribusi, sekaligus
fasilitas-fasilitas publik dalam proses produksinya.
Selanjutnya permasalahan pangan di Indonesia masih terus terjadi. Baik
dari aspek produksi pangan serta ketersedian pangan menjadi hal yang perlu
mendapat perhatian penting. Permasalahan aspek produksi diawali dengan
ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi pangan yang relatif lebih
lambat dari pertumbuhan permintaannya Permasalahan ini akan berpengaruh pada
ketersediaan bahan pangan.

13

Universitas Sumatera Utara

Defenisi ketersediaan pangan telah dirmuskan dalam Undang Undang. No.

18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan. Rumusan tersebut berbunyi sebagai
berikut; Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil
produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua
sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. 2

Aspek yang tidak kalah penting lain nya yaitu persoalan ketersediaan
lahan pangan. Lahan pangan menjadi penting karena luas lahan akan berpengaruh
kepada jumlah produksi pangan. Menurut data BPS 2008, luas lahan pangan
Indonesia mencapai 70,20 juta ha. Sampai tahun 2015 luas lahan perkapita
masyarakat Indonesia hanya 0,25 hektar perkapita pertahun. Luas ini kalah jauh
dibandingkan dengan Negara Negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan
Vietnam yang rata rata 3,5 hektar perkapita. 3 Permasalahan pada aspek lahan ini
juga akan berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan.
Hingga tahun 2015 luas lahan pertanian di Indonesia baru mencapai 8,1
juta

hektar

dimana


tingkat

alih

fungsi

lahan

mencapai

100

hektar

pertahunnya.jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dengan
tingkat pertumbuhan 1,6 persen pertahun, maka dibutuhkan lahan minimal seluas
10 juta hektar untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. 4

2


Undang Undang. No. 18 Tahun 2012 tentang pangan pasal 1 ayat 7
Anny Mulyani, S. Ritung, dan Irsal Las. 2011. “Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan”. Jurnal Litbang Pertanian.
4
Petani MaxiGrow. http://petanimaxigrow.blogspot.co.id diakses pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 21.00
WIB
3

14

Universitas Sumatera Utara

Persoalan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah juga diberi amanat oleh Undang – Undang untuk
menghadapi persoalan pangan nasional. Sistem ketahanan pangan sudah
didesentralisasikan keseluruh daerah otonom yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Peranan pusat hanya membuat kebijakan-kebijakan
strategis dan bersifat normatif, sedangkan implikasi teknis dilapangan diserahkan
ke pemerintah daerah.
Pada era otonomi daerah, peranan daerah otonom sangat penting untuk

meningkatkan stok pangan lokal. Daerah otonom harus mampu untuk
menyediakan stok pangan yang cukup bagi seluruh rakyatnya. Hal ini sangat
diperlukan untuk menunjang ketersediaan pangan sampai ketingkat rumah tangga
masyarakat.
Kota Padang Panjang merupakan salah satu daerah otonom yang
mengandalkan sektor pertanian. Secara topografi kota ini berada pada dataran
tinggi yang bergelombang, di mana sekitar 20,17 % dari keseluruhan wilayahnya
merupakan kawasan relatif landai (kemiringan di bawah 15 %), sedangkan
selebihnya merupakan kawasan miring, curam dan perbukitan.

Namun pada

kawasan yang landai di kota ini merupakan tanah jenis andosol yang subur dan
sangat baik untuk pertanian. 5 Secara umum daerah ini memiliki potensi yang
besar dan variatif serta didukung oleh kondisi lahan yang cocok untuk
pengembangan komuditas pangan pokok.
5

Kota Padang Panjang – Wikipedia Bahasa Indonesia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang_Panjang#Geografi diakses pada tanggal 8 Februari 2017 pukul

22.46 WIB

15

Universitas Sumatera Utara

Padang Panjang merupakan kota terkecil dalam wilayah provinsi Sumatera
Barat dengan luas 2300 Ha atau sekitar 0,05 persen dari luas wilayah Sumatera
Barat. Jika luas padang panjang dilihat dari jenis lahan, sebesar 630 Ha lahan
sawah (27,4%), 798 Ha lahan bukan sawah (34,7%), dan 872 Ha lahan bukan
pertanan (39,7%). Lahan terluas di Padang Panjang berada di kecamatan Padang
Panjang Timur yaitu sebesar 90%, dan sisanya di Kecamatan Padang Panjang
Barat, seperti yang tertera dalam tabel berirkut :

Tabel 1.
Luas lahan Kota Padang Panjang menurut Kecamatan 2015 (Ha)
Lahan Pertanian
No

1


2

Kecamatan

Padang Panjang
Barat
Padang Panjang
Timur

Jumlah

Lahan

Bukan

Bukan

Sawah


Pertanian

63

490

422

975

567

308

450

1325

630


798

872

2300

Sawah

Total

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padang Panjang

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari keseluruhan luas lahan
di Kota Padang Panjang hanya terdapat 630 Ha atau sekitar 27,4% lahan sawah
yang akan menghasilkan produksi pangan. Dan jumlah tersebut terus menurun

16

Universitas Sumatera Utara


setiap tahunnya diakibatkan oleh alih fungsi lahan serta pembangunan
infrastruktur daerah.
Dengan luas lahan pangan Kota Padang Panjang cukup terbatas, hasil
produksi yang dihasilkan setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan
jumlah produksi. Dilihat dari tahun 2012 sampai tahun 2014 jumlah produksi
pangan dalam hal ini padi mengalami penurunan jumlah produksi sebanyak 1.359
ton. Pada tahun 2012 jumlah produksi padi berjumlah 9.433 ton, tahun 2013
jumlah produksi padi mengalami penurunan 8,61% yaitu berjumlah 8.630 ton,
tahun 2014 kembali mengalami penurunan jumlah produksi sekitar 6,44% yaitu
berjumlah 8.074 ton.
Kondisi pangan seperti ini akan mengancaman apabila pemerintah lebih
mengutamakan pembangunan infrastruktur ketimbang pengembangan pertanian,
karena berangkat dari semangat otonomi daerah dimana daerah otonom memiliki
hak otonom untuk melakukan pembangunan di daerahnya sendiri. Masalah ini
akan menimbulkan semakin menyempitnya lahan-lahan tanaman pangan yang
diharapkan secara berkelanjutan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat lokal
dan seiring dengan bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan pangan akan
semakin meningkat akan tetapi pangan tentunya akan mengalami ancaman apabila
terus terjadi alih fungsi lahan pertanian ke ke non-pertanian. Oleh karena itu
pemerintah seharusnya dapat mengatasi masalah tersebut.
Namun demikian, pada tahun 2015 Kota Padang Panjang mampu
meningkatkan jumlah produksi padi sekitar 17,76% yaitu sebanyak 9.481 ton.

17

Universitas Sumatera Utara

Jumlah produksi padi tahun 2015 ini bahkan melebihi jumlah produksi padi pada
tahun 2012 yang lalu. Jumlah produksi padi Kota Padang Panjang tahun 2015
merupakan jumlah produksi tertinggi dari 4 tahun terakhir. Kelurahan Ekor Lubuk
Kecamatan Padang Panjang Timur menjadi penymbang produksi padi terbesar di
tahun 2015 yaitu sekitar 2.433,50 ton.
Table 2.
Tingkat Jumlah Produksi Padi Kota Padang Panjang Tahun 2012 – 2015

Sumber: BPS Kota Padang Panjang

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa dengan jumlah lahan yang
terbatas Kota Padang Panjang dapat menghasilkan produksi padi dengan rata rata
8000 ton pertahunnya. Sementara tingkat kebutuhan pangan masyarakat kota
Pandang Panjang yang berjumlah 50.000 jiwa hanya sekitar 6000 ton/ lebih.
Artinya Kota Padang Panjang setiap tahunnya mengalami surplus pangan
walaupun terjadi penurunan jumlah produksi beberapa tahun belakangan.
Berbicara ketersediaan pangan, artinya pangan harus tersedia dan harus
dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun, pada tahun 2015 masih

18

Universitas Sumatera Utara

terdapat 2.539 Kepala Keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pangan. Hal
ini disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk mengakses
pangan.
Hal ini dikarenakan, fungsi padi bagi masyarakat kota Padang Panjang
tidak sekedar memenuhi kebutuhan makan. Padi bagi masyarakat kota Padang
Panjang menjadi alat komuditas ekonomi. Artinya padi juga menjadi alat
pemenuhan kebutuhan lain seperti sandang dan papan. Dalam hal ini, jumlah
produksi padi yang telah di paparkan hanya dapat memenuhi kebutuhan makan
masyarakat, tapi belum tentu dengan jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan
lainnya.
Dampak dari kondisi itu berpengaruh kepada minat kerja petani. Minat
generasi muda untuk berusaha di bidang pertanian, makin lama makin turun.
Kalaupun ada yang berminat,maka mereka terkendala dengan kepemilikan lahan
yang sangat terbatas, sehingga kurang menguntungkan untuk dijadikan sebagai
sumber pendapatan. Sedangkan jika mereka menjadi petani pekerja, upah yang
diterima belum sebanding dengan hasil panen yang akan diperoleh. Ditambah
dengan tingkat SDM petani yang masih rendah yang masih mengandalkan alat
tradisional untuk melakukan kegiatan pertanian.
Melihat dari kondisi itu Pemerintah Kota Padang Panjang telah
merumuskan isu isu prioritas pengembangan pertanian dalam RPJMD 2013 –
2018 yaitu : 6

6

RPJMD Kota Padang Panjang Tahun 2013 - 2018

19

Universitas Sumatera Utara

1. Perubahan Fungsi Lahan
2. Peningkatan Pengetahuan Petani
3. Peningkatan Sarana Produksi Pertanian
4. Peningkatan Keanekaragaman Pangan
Berdasarkan fenomana yang telah dipaparkan, untuk mengkaji lebih jauh
dan melihat dinamika yang terjadi dilapangan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap “Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang
dalam Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan tahun 2015”

1.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada judul penelitian dan permasalahan yag telah dipaparkan
pada bagian terdahulu, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Padang
Panjang Dalam Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan Tahun 2015 ?

1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini dibuat agar lebih memfokuskan dalam
permasalahan penelitian ini agar tidak memperlebar pembahasan serta pengkajian
dalam penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Mengkaji Peran Pemerintah Kota Padang Panjang dalam Menjaga
Stabilitas Ketersediaan Pangan pada Tahun 2015.

20

Universitas Sumatera Utara

2. Menganalisis Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang
dalam Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan pada Tahun 2015.
3. Hanya mengkaji persoalan pangan beras.

1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tentang Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam Menjaga Stabilitas
Ketersediaan Pangan Tahun 2015 adalah :
1. Mengetahui Peran Pemerintah Kota Padang Panjang dalam menjaga
stabilitas ketersediaan pangan tahun 2015
2. Menganalisis Implementasi Kebijakan yang diambil Pemerintah Kota
Padang Panjang dalam menjaga stabilitas ketersediaan pangan tahun 2015

1.5. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah
pengetahuan di Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
tentang Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam Menjaga
Stabilitas Ketersediaan Pangan Tahun 2015.
2. Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal

21

Universitas Sumatera Utara

yang berkaitan dengan Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam
Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan Tahun 2015.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi serta menjadi solusi atas
permasalahan ini.

1.6. Kerangka Teori
Kerangka teori membantu peneliti dalam menentukan tujuan, arah
penelitian dan dasar penelitian, agar langkah yang ditempuh selanjutnya jelas dan
konsisten. Menurut Kerlinger, “Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi
dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep.” 7 Teori dan konsep dalam penelitian
ini digunakan sebagai pisau analisis mengingat bahwa teori dan konsep sangat
penting dijadikan sebagai landasan berpikir dan menganalisis fenomena yang
terjadi di Padang Panjang yaitu dalam hal Stabilitas Keterdiaan Pangan. Adapun
teori yang digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.6.1. Teori Negara
Lahirnya ide Negara sudah dapat ditemukan sejak manusia itu merupakan
makhluk social yang disebut sebagai “politicon zoon”. Sebagai makhluk social

7

Koentjaraningrat. 1999. Metode-metode Panelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. hal. 65

22

Universitas Sumatera Utara

maka pada diri manusia itu sudah tertanam niat dan hasrat berorganisasi. Hidup
berorganisasi merupakan ide dasar daripada Negara. 8
Asal usul Negara dapat dijelaskan dalam beberapa teori. Teori tentang asal
usul Negara disebut dengan teori Kontrak Sosial. Teori kontrak social
menganggap perjanjian sebagai dasar Negara dan masyarakat. Penganut teori
Kontrak Sosial meliputi penulis – penulis dari penganut paham kenegaraan yang
absolutis sampai kepada paham kenegaraan yang terbatas.
Maka untuk menjelaskan teori Kontrak social, dapat dilihat dari beberapa
pakar yaitu:
• Thomas Hobbes (1588 – 1679)
Hobbes memandang sebelum adanya Negara manusia hidup pada zaman
yang dinamakan keadaan alamiah/ (state of nature). Keadaan alamiah sama sekali
bukan keadaan yang aman, adil, dan makmur. Akan tetapi sebaliknya, keadaan
alamiah tersebut merupakan suatu keadaan social yang kacau, suatu “inferno” di
dunia ini tanpa hokum yang dibuat manusia secara sukarela dan tanpa pemerintah,
tanpa ikatan social antara individu masing – masing. Dengan keadaan yang
demikian, hokum yang dibuat oleh mereka yang mempunyai kekuatan fisik yang
kuat sebagaimana hokum rimba. Manusia seakan akan binatang yang senantiasa
berada dalam keadaan bermusuhan, terancam dan menjadi mangsa bagi manusia
yang kuat fisiknya. Keadaan ini digambarkan dalam pribahasa Latin: homo homini
lupus, manusia merupakan binatang buas bagi sesamanya. Dengan kondisi

8

Sitepu,P.Anthonius.2012. Teori – Teori Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu.hal. 42

23

Universitas Sumatera Utara

manusia yang buas menimbulkan suatu keaadan yang disebut bellum omnium
contra omnes (perang antara semua melawan semua).
Keadaan alamiah yang seperti itu tidak dapat berlangsung lama. Maka
manusia menyadari demi keberlangsungan hidupnya keadaan alamiah harus
diakhiri. Dalam hal ini manusia melakukan perjanjian bersama, dan menyerahkan
hak – hak kodrat masing masing individu pada sebuah lembaga. Lembaga ini
harus diberikan kekuasaan penuh seperti halnya Leviathan yang dapat
menaklukan segenap binatang buas lainnya. Negara harus diberikan kekuasaan
mutlak sehingga tidak ada kekuaan lain yang dapat menandingi kekuasaan
Negara. 9
• John Locke (1632 – 1704)
Dalam konsep keadaan alamiah Locke dan Hobbes memiliki perbedaan.
Locke melihat keadaan alamiah adalah suatu keaadan of peace, goodwill, mutual
assistance and preserve. Sekalipun keadaan tersebut ideal, namun Locke
merasakan bahwa keadaan itu potensial dapat menimbulkan anarkis, karena
manusia hidup tanpa organisasi dan pemimpin yang dapat megatur kehidupan
mereka. Setiap individu merupakan hakim dari perbuatan dan tindakannya. Setiap
individu memiliki hak dan kedudukan yang setara. Dalam keadaan alamiah itu
terdapat potensi untuk menimbulkan kekacauan. Oleh karna itu manusia
membentuk Negara melalui perjanjian bersama.

9

Ibid, hal. 44

24

Universitas Sumatera Utara

Prinsip dasar kontraktual dari Negara yang dikemukakan oleh John Locke,
merupakan peringatan bahwa kekuasaan penguasa tidaklah mutlak dan terbatas.
Karena dalam mengadakan perjanjian bersama, individu individu tidak
menyerakan hak alamiah merka. Ada hak alamiah merupakan hak azasi yang
tidak dapat dilepaskan, dan Negara yang diserahi tugas mengatur kehidupan
masyarakat harus menghormati hak azasi itu. 10
• JJ. Rousseau
JJ. Rousseau hanya mengakui perjanjian pactum unionis, perjanjian
masyarakat yang sebenarnya. JJ. Rousseau memandang pemerintah tidak
mempunyai dasar kontraktual. Hanya organisasi politiklah yang dibentuk secara
kontrak. Pemerintah sebagai pemimpin organisasi, dibentuk dan ditentukan oleh
yang berdaulat yaitu rakyat. Maka dengan konstruksi perjanjian masyarakat yang
seperti itu, JJ. Rousseau menghasilkan bentuk Negara yang kedaulatan nya berada
ditangan rakyat. Maka dengan demikian JJ. Rousseaulah yang telah meletakkan
dasar dasar Negara demokratis. Dimana rakyat yang berdaulat dan penguasa
Negara hanyalah sebagai wakil rakyat. 11

1.6.1.1 Tujuan Negara
Tujuan merupakan titik terakhir yang ingin dan harus dicapai oleh setiap
individu, masyarakat dan organisasi. Negara sebagai organisasi tertinggi dengan
kekuasaan yang sangat besar harus memiliki tujuan jelas. karena tanpa tujuan
10

Ibid,Hal 45
Ibid, hal.46

11

25

Universitas Sumatera Utara

negara akan kehilangan arah, terombang-ambing bahkan dapat digunakan sebagai
alat untuk menindas masyarakat. Menurut Roger H. Soltau tujuan dari negara
adalah “memungkinkan rakyatnya berkembangan serta menyelenggarakan daya
ciptanya sebebas mungkin”. Sedangkan menurut Harold J. Laski, negara
bertujuan “mencitpakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginankeinginan mereka secara maksimal”. 12
Dapat dikatakan negara pada dasarnya memiliki tujuan untuk menciptakan
kebahagian masyarakat. Kebahagian masyarakat hanya bisa diperoleh ketika
kebutuhan dan keinginan merekat terpenuhi, seperti masyarakat yang kelaparan
mendapat makanan, pengangguran mendapat pekerjaan, yang sakit dapat berobat
dengan murah, pelajar mendapat pendidikan yang baik dan lain sebagainya. Lebih
jauh, negara bertujuan menyelesaikan seluruh persoalan di masyarakat dan
masyarakat mendapat kesejahteraan dan kemakuran.
Tujuan sebuah negara terkadang tidak terlepas dari ideologi yang dianut
oleh negara tersebut. Negara yang berideologi Marxisme-Leninisme misalnya,
bertujuan membangun masyarakat komunis. Sedangkan, tujuan negara Indonesia
terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan sesuai dengan butir-butir
pancasila, yaitu membentuk pemerintah yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

12

Budiarjo,Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , hal. 55

26

Universitas Sumatera Utara

1.6.1.2 Fungsi Negara
Secara umum setiap negara setidak-tidaknya memiliki fungsi mutlak yang
harus dipenuhi, yaitu: 13
1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan
bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara
harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara
bertindak sebagai stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3. Pertahanan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan serangan
dari luar.
4. Menegakkan keadilan.
Selain itu, Charles E. Merriam menyebutkan ada lima fungsi negara,
yaitu: 14
1. Keamanan ekstern
2. Ketertiban intern
3. Keadilan
4. Kesejahteraan umum; dan
5. Kebebasan
Teori Negara ini digunakan peneliti untuk menganalisis peran Negara
dalam hal ini Pemerintah Kota Padang Panjang dalam menjaga Stabilitas

13

Ibid hal 55 - 56
Ibid hal 56

14

27

Universitas Sumatera Utara

Ketersediaan Pangan Tahun 2015, dan juga menganalisis peran pemerintah Kota
Padang Panjang dalam penyelesaian permasalahan pada aspek ketersediaan
pangan seperti aspek lahan dan aspek produksi pangan.
1.6.2. Teori Kebijakan Publik
Defenisi kebijakan publik menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan
adalah sebagai “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan – tujuan, niali –
nilai, da praktik praktik tertentu (aprojected of goals, values, and practices)”.
Pakar inggris, W.I Jenkins merumuskan kebijakan public sebagai berikut:
”Serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang
actor politik atau sekelompok actor, berkenaan dengan tujuan yang telah
dipilih beserta cara – cara untuk mencapainya dalam suatu situasi.
Keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas kewenangan
kekuasaan dari actor tersebut” 15

Selanjutnya Thomas R. Dye menyatakan bahwa kebijakan public
merupakan “segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh
pemerintah”. 16 Dalam hal ini kebijakan public juga berarti pemerintah tidak
mengerjakan / tidak memutuskan suatu isu.
Menurut Lowi kebijakan umum dibagi atas empat tipe, yaitu: 17
1. Kebijakan regulatif: kebijakan ini terjadi apabila mengandung paksaan
dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya adalah bahwa
kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tidak

15

Wahab, Prof. Dr. H. Solihin Abdul.2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan, Jakarta:
Bumi Aksara. hal.15
16
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal.185
17
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami ilmu politik. Jakarta: PT. Grasindo. hal. 246-247

28

Universitas Sumatera Utara

diperbolehkan.

Seperti

undang-undang

hukum

pidana,

undang-undang

antimonopoli dan kompetisi yang tidak sehat dan berbagai ketentuan yang
menyangkut keselamatan umum.

2. Kebijakan redistributif: kebijakan yang bersifat paksaan secara langsung
kepada warga negara, tetapi penerapannya melalui lingkungan. Seperti pengenaan
pajak secara progresif kepada sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak
untuk memberikan manfaat bagi orang lain melalui berbagai program pemerintah.
3. Kebijakan distributif: kebijakan yang pengenaannya dilakukan secara
tidak langsung (jauh dari pengenaan paksaan secara fisik), tetapi kebijakan
tersebut diterapkan secara langsung terhadap individu. Dalam kebijakan ini
penggunaan anggaran belanja negara atau daerah untuk memberikan manfaat
secara langsung kepada individu, seperti pendidikan dasar bebas biaya, subsidi
energi BBM dan sebagainya.
4. Kebijakan konstituen: kemungkinan paksaan secara fisik sangat jauh
dari kebijakan tersebut. Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan sisa dari
ketiga kebijakan diatas. Kebijakan ini mencakup dua lingkup bidang yaitu urusan
keamanan nasional dan keamanan dan luar negeri.
Teori kebijakan ini digunakan peneliti untuk menganalisis kebijakan
penerintah Kota Padang Panjang yang menyangkut persoalan ketersediaan
pangan, dengan mengacu kepada beberapa teori kebijakan yang telah dipaparkan
peneliti ingin melihat efektivitas kebijakan serta melihat bagaimana alternatif dan
model kebijakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

29

Universitas Sumatera Utara

1.6.3. Teori Elite Politik
Perspektif pokok dalam pendekatan elit diringkas dalam pernyataan bahwa
semua sistem politik dibagi dalam dua lapisan-lapisan yang memerintah dan
diperintah. Penguasa dinamakan elite politik, dan merupakan aspek terpenting
dalam suatu sistem politik. Elit politik adalah yang memiliki sebagian terbesar
kekuasaan politik dan yang membuat sebagian terbesar keputusan-keputusan
politik politik penting dalam masyarakat. Elit politik terdiri dari minoritas
individu-individu yang paling aktif dalam masalah-masalah politik
Konsep elit pertama kali digunakan untuk menyatakan “bagian yang
menjadi pilihan atau bunga” dari barang-barang yang ditawarkan untuk dijual
sebagai tanda obyek-obyek yang dijual tersebut mempunyai nilai pilihan. Kata elit
sendiri berasal dari kata latin eligere yang berarti ”memilih” yang kemudian
digunakan dalam arti yang paling umum yaitu sekelompok orang yang memegang
posisi terkemuka dalam suatu masyarakat.
Elit menurut Keller pada mulanya dipakai untuk membedakan minoritasminoritas personal yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara
yang bernilai sosial yang pada gilirannya bertanggung jawab terhadap realisasi
tujuan-tujuan sosial yang utama dan untuk kelanjutan tata sosial dengan
mencakup penyertaan pada suatu proses sosial yang berlangsung dan sementara

30

Universitas Sumatera Utara

yang artinya tidak sama dengan mempertahankan hidup sehingga terdapat
kemungkinan untuk tergantikan. 18
Sebagai orang-orang pilihan atau terpilih, elit mempunyai posisi tertentu
yang memberikan kekuasaan menentukan dalam sutau proses pengambilan
keputusan. Pareto menjelaskan elit dalam masyarakat berada pada lapisan atas
yang terbagi menjadi elit yang memerintah (governing elit) dan elit yang tidak
memerintah (non governing elit), sedangkan dalam masyarakat juga terdapat
lapisan yang lebih rendah (non elit). 19
Sejalan dengan Pareto, Mosca menyebutkan dalam masyarakat selalu
terbentuk kelas yang terbagi menjadi kelas yang memerintah dengan jumlah yang
kecil dan memegang semua fungsi politik, monopoli kekuasaan dan mampu
mencapai tujuan-tujuan keuntungannya dengan kekuasaan yang dimiliki, dan
kelas yang diperintah dengan jumlah yang lebih besar dan diatur serta dikontrol
oleh kelas yang memerintah. 20 Mosca menolak semua klasifikasi bentuk
pemerintahan yang pernah ada semisal aristokrasi, demokrasi, atau lain
sebagainya, dalam kondisi masyarakat apapun baik pada masyarakat yang sudah
maju maupun masyarakat yang kehidupan bernegaranya sedang berkembang.
Menurutnya hanya ada satu macam bentuk pemerintahan yaitu oligarki yang
dipimpin oleh sekelompok elit. Pemaparan Pareto dan Mosca memiliki celah
lemah yang cukup mengaburkan pemahaman elit karena tidak memperhatikan

18

Miriam Budiardjo, 1986, Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
19

20

P. Anthonius Sitepu, 2012, Teori – Teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu
Ibid Hal 82

31

Universitas Sumatera Utara

bidang interaksi lain dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan pada masanya kedua
pemikir ini melihat dominasi negara yang begitu kuat atas rakyat.
Pemikir lain yang ikut mengklasifikasikan dan mendefenisikan elit adalah
Robert Michels yang mengemukakan tentang “hukum besi oligarki”, yakni
kecenderungan dominasi (penguasaan) oleh sekelompok kecil orang (minoritas).
Oligarki ini muncul dalam empat dimensi politik, yaitu, oligarki dari segi
organisasi, oligarki dalam kepemimpinan, oligarki dalam konteks hubungan
organisasi dengan rakyat, dan oligarki dalam kekuasaan pemerintahan. Michels
mengkonsepkan elit dengan melihat elit dalam tubuh birokrasi partai politik dan
semakin memperkuat penjelasan mengenai elit di mana elit memiliki jumlah yang
relatif kecil namun mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam menentukan
arah kehidupan bersama.
Konsep elit dari Pareto, Mosca, dan Michels di atas pernah ditelusuri dan
kemudian dikonsepkan lagi oleh Schumpeter seorang ekonom, Lasswell seorang
ilmuwan politik, dan Mills seorang sosiolog, namun sama halnya dengan Pareto,
Mosca dan Michels, pemikir-pemikir ini tidak membuka ruang lebih luas dalam
menjelaskan konsep elit. Laswell sangat kabur mengidentifikasi elit, apakah elit
politik atau semua tipe elit. Sedangkan Schumpeter dan Mills terjebak dalam
pandangan posisi kelembagaan tanpa memperhitungkan kemungkinan kekuasaan
lain di balik posisi-posisi kelembagaan tersebut.
Meskipun demikian, pemikiran-pemikiran di atas pada gilirannya
memberikan penjelasan mengenai elit dengan kecenderungan yang ada di

32

Universitas Sumatera Utara

dalamnya. Pertama, kekuasaan dalam masyarakat terdistribusikan dengan tidak
merata dan hanya dimiliki oleh orang atau sekelompok orang yang disebut elit.
Kedua, secara internal, elit bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran
kelompok serta mengatur sendiri kelangsungannya dan oleh karena itu elit
menjadi otonom..
Menurut Laswell, elit politik mencakup semua pemegang kekuasaan
dalam suatu bangunan politik. Elit ini terdiri dari mereka yang berhasil mencapai
posisi dominan dalam sistem politik dan kehidupan masyarakat. Mereka memiliki
kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. 21
Karl W.Deutch membagi elite politik dalam dua tingkatan yaitu Elit
politik tingkat tinggi dan Elit politik tingkat menengah : 22
1. Elit politik tingkat tinggi dalam suatu sistem politik atau negara meliputi
presiden(perdana menteri) dan para menteri
2. Elit politik tingkat menengah yaitu para penguasa dibawah menteri dan para
pemimpin daerah yang bertugas untuk mengimplementasikan program dan
kebijakan yang dibuat oleh elit politik tingkat.
Sesuai dengan beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa Elit
politik dapat dikatakan sebagai elite dari segala elite karena elite politik
merupakan elite yang paling berkuasa dan memiliki pengaruh dalam mencapai
suatu tujuan.

21

Miriam Budiarjo, 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

22

Teori Elite Politik, https://biarhappy.wordpress.com/2011/04/11/teori-elite-politik/ , diakses
pada 8 Juli 2017 Pukul 21.30

33

Universitas Sumatera Utara

Teori elite ini digunakan peneliti untuk menganalisis bagaimana peran
Elite (perseorangan / lembaga) kota Padang Panjang dalam pelaksaan kebijakan
ketersediaan pangan tahun 2015.

1.6.4. Konsep Ketahanan Pangan
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan
sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang
mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for
everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya
mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992)
yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat
(secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Studi pustaka yang
dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator
tentang ketahanan pangan . 23
Menurut USAID (United States Agency for International Development)
(1992) ketahanan pangan meliputi suatu kondisi ketika semua orang pada setiap
saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan
konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. Sedangkan FAO (1997)
mendefinisikan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik
maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya,
23

Fransiscus Welirang. 2007. Revitalisasi Republik Perspektif Pangan dan Kebudayaan. Jakarta: PT.
Graffindo

34

Universitas Sumatera Utara

dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses
tersebut. 24
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketika semua orang pada
segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang
cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai
dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan
pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu
2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses
3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,
ekonomi dan sosial
4. Berorientasi pada pemenuhan gizi
5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif
Saat ini Undang-undang pangan telah mengalami revisi atau pergantian
karena dianggap Undang-undang lama sudah tidak sesuai lagi, undang-undang
yang baru No. 18 tahun 2012 menyatakan ketahanan Pangan adalah kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

24

Achmad Suryana. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan.Yogyakarta:
BPFE

35

Universitas Sumatera Utara

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan. 25

1.6.4.1.Ruang Lingkup Pangan
Ruang Lingkup pangan mencakup jejaring sub-sistem yang terkait satu
sama lain dan saling tergantung. Di dalamnya mencakup empat sub-sistem pagan :
(1) ketersediaan pangan, (2) keamanan pangan, (3) ketahanan pangan, dan (4)
keberlangsungan pangan. Keempat bagian tersebut bekerja sebagai sistem.
Adanya masalah atau gangguan fungsi pada satu sub-sistem akan mengganggu
ruang lingkup pangan keseluruhan. Pertama, Ketersediaan Pangan. Ruang lingkup
ketersediaan pangan merupakan kerangka kerja sektor pangan untuk menyediakan
cakupan dan kecukupan sumberdaya pangan sesuai kebutuhan. Sub-sistem ini
mencakup usaha menggerakkan sektor-sektor sumberdaya pangan seperti
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan untuk menghasilkan bahan baku
atau produk pangan. Kunci ketersediaan pangan adalah menjamin kecukupan stok
bahan baku pangan dan produk (industri) pangan.
Kedua, keamanan pangan. Ruang lingkup keamanan pangan merupakan
kerangka kerja sektor pangan untuk menjamin tingkat keamanan bahan baku
pangan atau produk pangan untuk layak dikonsumsi secara sehat. Tingkat
keamanan pangan yang dimaksud adalah sejauh mana bahan makanan yang
dikonsumsi aman bagi kesehatan dan sehat bagi tubuh, misalnya tidak

25

Undang-Undang RI No.18 tahun 2012 tentang pangan

36

Universitas Sumatera Utara

mengandung racun atau bahan kimia yang berbahaya. Ketiga, ketahanan pangan.
Ruang lingkup ketahanan pangan merupakan kerangka kerja sektor pangan untuk
menjamin tingkat ketersediaan dan kecukupan stok pangan. Ketahanan pangan
berkaitan dengan daya tahan ketersediaan pangan menghadapi ancaman
kelangkaan pangan. Faktor kelimpahan dan keanekaragaman sumber daya pangan
menjadi kunci membangun ketahanan pangan yang tangguh. Keempat,
keberlangsungan pangan. Ruang lingkup keberlangsungan pangan untuk
menciptakan kondisi kontinuitas yang menjamin ketersediaan pangan secara aman
berkelanjutan.

Keberlangsungan

yang

dimaksud

terkait

dengan

konsep

pembangunan berkelanjutan, upaya menjaga lingkungan dan kepedulian pada
generasi yang akan datang. Terciptanya kondisi keberlangsungan pangan
mengandaikan bahwa ketiga subsistem pangan yang lain mencapai kinerja yang
optimal. 26

1.6.4.2. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui :
a. Produksi sendiri, dengan cara mengalokasikan sumber daya alam (SDA),
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta aplikasi
dan penguasaan teknologi yang optimal.
b. Impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa yang memadai
disektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan luar negeri. 27

26

Fransiscus Welirang. 2007. Revitalisasi Republik Perspektif Pangan dan Kebudayaan. Jakarta: PT.
Graffindo.hal. 54-56
27
Bustanul Aripin & didik j Rachbini. 2001. Ekonomi politik dan kebijakan public. Jakarta: Widiasarana
Indonesia. hal.157

37

Universitas Sumatera Utara

Ketahanan pangan atau aksesibilitas setiap individu terhadap bahan
pangan dapat dijaga dan ditingkatkan melalui pemberdayaan sistem pasar serta
mekanisme pemasaran yang efektif dan efisien, yang juga dapat disempurnakan
dan kebijakan tata niaga, atau distribusi pangan dari sentral produksi sampai
ketangan konsumen. Akses individu dapat juga ditopang dengan oleh intervensi
kebijakan harga yang memadai, menguntungkan dan memuaskan berbagai pihak
yang terlibat. Intervensi pemerintah dalam hal distribusi pangan pokok masih
nampak relevan, terutama untuk melindungi produsen terhadap anjloknya harga
produk pada musim panen, dan untuk melindungi konsumen dari melambungnya
harga kebutuhan pokok pada musim tanam atau musim paceklik.
Maxwell dan Frankenberger (1992) menyatakan bahwa pencapaian
ketahanan pangan dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator tersebut
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu indikator proses dan indikator dampak.
Indikator proses menggambarkan situasi pangan yang ditujukan oleh ketersediaan
dan akses pangan, sedangkan indikator dampak meliputi indikator langsung
maupun tak langsung. Indikator ketersediaan pangan berkaitan dengan produksi
pertanian, iklim, akses terhadap sumber daya alam, praktek pengelolaan lahan,
pengembangan institusi, pasar, konflik regional, dan kerusuhan sosial. Indikator
akses pangan meliputi antara lain sumber pendapatan, akses terhadap kredit
modal. Indikator akses pangan juga meliputi strategi rumah tangga untuk
memenuhi kekurangan pangan. Strategi tersebut dikenal sebagai koping ability
indikator. Indikator dampak secara langsung adalah konsumsi dan frekuensi

38

Universitas Sumatera Utara

pangan. Indikator dampak tak langsung meliputi penyimpanan pangan dan status
gizi.

1.7. Studi Terdahulu
Penelitian ini pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari penelitianpenelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu menjadi rujukan
dan pembanding dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
menjadi acuan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut diantaranya yaitu :
penelitian yang dilakukan oleh Marlan Infanteri Lase S.IP yang berjudul “Peran
Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Dalam Stabilisasi Harga Pangan (Studi
Kasus: Harga Beras Di Kabupaten Nias Tahun 2014)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Pemerintah
Kabupaten Nias dalam menjaga stabilisasi harga beras. Kabupaten Nias setiap
tahunnya mengalami peningkatan harga beras bahkan berada diatas rata-rata harga
beras nasional. Tingginya harga beras sangat berdampak terhadap kondisi
ekonomi masyarakat karena komoditi beras merupakan kebutuhan pokok
masyarakat Kabupaten Nias, sehingga dibutuhkan peran pemerintah Kabupaten
Nias dalam stabilasasi harga. Terdapat 4 faktor utama penyebab peningkatan
harga beras di Kabupaten Nias , yaitu lemahnya produksi beras lokal, masuknya
beras luar yang tidak terkontrol oleh pemerintah, jalur distirbusi beras yang
panjang dan tingginya pola konsumsi terhadap beras. Keempat faktor tersebut

39

Universitas Sumatera Utara

merupakan permasalahan yang kompleks dan mendasar di Kabupaten Nias.
Sedangkan upaya-upaya dari pemerintah Kabupaten Nias dalam stabilisasi harga
pada tahun 2014 adalah melakukan pengawasan harga pasar melalui PIHPS,
penyuluhan pertanian padi sawah, pembentukan kelompok lumbung pangan di
setiap kelompok tani, dan melakukan operasi pasar dan penyaluran Raskin. Akan
tetapi, peranan pemerintah tersebut hingga saat ini belum berhasil memberikan
kestabilan harga beras di Kabupaten Nias.
1.8.

Metodologi Penelitian
Metode Penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk

menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Metode dan langkahlangkah dalam penelitian ini menyangkut jenis penelitian, sumber data, teknik
penelitian dan teknik analisis data.Pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku
yang diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat dan atau organisasi
tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,
komprehensif dan holistic. 28 Metode penelitian yang digunakan dalam
menganalisis dan menkaji data dan bahan penelitian dalam skripsi ini adalah
metode penelitian kualitatif. Tujuan peneliti menggunakan metode kualitatif
adalah untuk menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa
politik yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan
waktu serta situasi secara alami.

28

Soewadji Jusuf. Pengantar Metodologi Penelitian. 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hal 52

40

Universitas Sumatera Utara

1.8.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis kualitatif yang diartikan sebagai bentuk penelitian
yang mengeksplorasi dan memahami makna dari masalah sosial atau
kemanusiaan. 29 Penelitian kualitatif ini akan mengeksplorasi masalah dengan
caramengumpulkan data dari tema yang bersifat khusus menuju kepada tema yang
bersifat umum dengan tujuan akhir menafsirkan makna data. Data tersebut
diharapkan mampu untuk memberikan gambaran mengenai penelitian ini serta
didukung oleh data-data tertulis maupun data-data wawancara
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua Macam data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data
Primer dan data Sekunder.

a. Data Primer
Merupakan data yang langsung peneliti peroleh dari orang yang
mengetahui dan memahami masalah penelitian ini. Cara untuk mendapatkan data
primer ini adalah dengan mencari orang-orang yang memiliki kompetensi
menjelaskan masalah yang diteliti. Mereka dijadikan sebagai key informan
(Informan kunci) untuk diwawancarai secara langsung. Orang-orang yang
dijadikan key informan untuk diwawancarai adalah sebagai berikut:
1. Wakil Walikota Padang Panjang
2. Dinas Pertanian Kota Padang Panjang
29
John W. Creswell. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal. 4

41

Universitas Sumatera Utara

3. Kelompok Tani ( Lembuti II)
4. Tokoh Masyarakat (ir. Edwin, S.P)

b. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari hasil catatan, tulisan-tulisan buku,
dokumen, jurnal, majalah, surat kabar dan internet yang masih relevan dengan
penelitian yang dilakukan.
1.8.3. Teknik Analisa Data
Tekhnik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
Deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data-data primer dan data –data
sekunder. Analisa data kualitatif memberikan hasil penelitian untuk memperoleh
gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga menganalisis makna yang ada
dibalik informasi data dan proses tersebut. Analisis data dilakukan secara
deskriptif berdasarkan data-data primer maupun sekunder yang selanjutnya akan
ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan.
1.9. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk
lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar

42

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi kedalam
4 ( empat) bab. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam Bab II akan mendeskripsikan lokasi penelitian yaitu Kota Padang Panjang.
BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG
PANJANG

DALAM

MENJAGA

STABILITAS

KETERSEDIAAN

PANGAN TAHUN 2015
Pada Bab III ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian mengenai analisis
kebijakan pemerintah kota padang panjang dalam menjaga stabilitas ketersediaan
pangan tahun 2015
BAB IV PENUTUP
Pada bab IV ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan pada
bab-bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan apa yang dilihat
dalam penelitian yang dilakuakan serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat
bagi penulis secara pribadi maupun lembaga-lembaga yang terkait.

43

Universitas Sumatera Utara