Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam Menjaga Stabilitas Ketersediaan Pangan Tahun 2015 Chapter III IV

BAB III
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
PADANG PANJANG DALAM MENJAGA STABILITAS
KETERSEDIAAN PANGAN TAHUN 2015

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan analisis mengenai
implementasi kebijakan pemerintah Kota Padang Panjang dalam menjaga
Stabilitas ketersediaan pangan tahun 2015. Selanjutnya, agar pembahsan pada bab
ini dapat dilihat secara utuh peneliti menguraikan beberapa poin penting untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi dilapangan. Poin – poin yang dimaksud yaitu
menguraikan tentang kondisi ketersediaan Pangan Kota Padang Panjang Tahun
2015, menganalisis masalah pokok ketersediaan pangan Kota Padang Panjang,
menganalisis Peran pemerintah, serta menganalisis Implementasi Kebijakan
Pemerintah Kota Padang Panjang dalam menjaga Stabilitas ketersediaan pangan
tahun 2015.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif, pendekatan kualitatif
ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat
dan atau organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut
pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. Oleh karena itu data – data yang
diolah dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan berbagai

narasumber.

64

Universitas Sumatera Utara

3.1. Kondisi Ketersediaan Pangan Beras Kota Padang Panjang Tahun
2015
Kota Padang Panjang merupakan daerah yang masyarakatnya sangat
bergantung pada sektor pertanian. Selain untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari hari, bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani hasil tani yang
dipanen sebebagian dijual kepasaran yang hasil penjualan tersebut dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan lain. Hal ini juga dibenarkan melalui pernyataan yang
disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Lembuti II Kelurahan Koto Panjang, Edi
Busti yaitu
“Bagi kami bertani menjadi matapencaharian sehari hari. Karenanya
bertani itu cari uang bagi kami. Padi yang kami panen sebagian besar
dikirim kepasar untuk dijual dan uang nya digunakan buat makan, beli
kebutuhan rumah, biaya anak sekolah ya dan yang lainnya. Walaupun
hasil yang kami peroleh sebenarnya pas pas – an tetapi cukuplah untuk

kebutuhan sehari hari.” 39
Pernyataan dari ketua kelompok tani ini menggambarkan kondisi
masyarakat khususnya petani sangat bergantung kepada sektor pertanian. Selain
itu sektor pertanian juga memegang peranan penting bagi roda perekonomian
Kota Padang Panjang Panjang. Dengan demikian sektor pertanian harus selalu
mendapat perhatian pemerintah secara intensif.
Kota Padang Panjang memiliki banyak jenis pertanian, namun dari
banyak jenis itu Kota Padang Panjang memiliki jenis Pertanian Padi yang paling
dominan dalam menunjang kemajuan sektor pertanian. Dengan demikian

39

Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Lembuti II Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang
Panjang pada Selasa 18 April 2017 Pukul 11.36 WIB

65

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Kota Padang Panjang memberikan perhatian khusus pada jenis

pertanian padi ini.
Beras merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok bagi penduduk
Indonesia, khususnya Kota Padang Panjang. Peranan komoditi beras masih
dominan terhadap konsumsi rumah tangga sehari – hari. Oleh sebab itu
ketersediaan beras harus selalu mendapat perhatian pemerintah secara intensif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi beras Kota Padang
Panjang pada tahun 2015 sebesar 9481 ton. Produksi pangan ini mengalami
peningkatan dari tahun tahun sebelumnya yang sempat mengalami penurunan
jumlah produksi. Seperti tahun 2012 ke tahun 2014 mengalami penurunan
produksi 1359 ton.
Walaupun produksi pangan Kota Padang Panjang meningkat pada tahun
2015, akan tetapi jumlah produksi itu tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Kota Padang Panjang secara keseluruhan. Pada tahun 2015 masih
terdapat 2.539 Kepala Keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pangan.
Pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi secara
kesulurahan tanpa melihat strata sosial atau ekonomi.

3.2. Masalah Pokok Ketersediaan Pangan Kota Padang Panjang
Ketersediaan pangan merupakan kondisi tersedianya produksi pangan bagi
kebutuhan pangan masyarakat baik dari produksi sendiri maupun Impor jika tidak

mencukupi. Terwujudnya ketersediaan pangan sangatlah penting bagi masayakat

66

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan pangan menjadi kebutuhan pokok yang musti dipenuhi. Jika
kebutuhan pangan tidak terpenuhi akan terjadi krisis pangan yang pada akhirnya
akan mengganggu stabilitas politik.
Ketersediaan pangan sangat bergantung pada jumlah produksi yang
dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain semakin
jumlah produksi pangan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka semakin
terwujud kondisi ketersediaan pangan. Untuk Kota Padang Panjang pada tahun
2015 dapat memproduksi 9481 ton padi dengan kebutuhan masyarakat 5500 ton
per tahun. Jika diperhatikan Kota Padang Panjang mengalami kondisi surplus
pangan pada tahun 2015. Akan tetapi jumlah produksi pangan tersebut tidak
sampai memenuhi kebutuhan perkapita masyarakat di semua tingkatan ekonomi
masyarakat. Artinya masih ada masyarakat yang tidak dapat mengakses pangan
tersebut. Selanjutnya produksi pangan Kota Padang Panjang sangat bergantung
pada ketersediaan lahan pangan sendiri. Kota Padang Panjang sangat terbatas akan

lahan pangan. Masalah – masalah ini harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota
Padang Panjang. Hal ini akan berdampak buruk bagi Ketersediaan Pangan Kota
Padang Panjang
Adapun masalah pokok Ketersediaan Pangan di Kota Padang Panjang yaitu
3.2.1. Faktor Keterbatasan Lahan
Bagi pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang utama dan unik,
karena tidak dapat digantikan. Oleh karena itu, bagi pertanian yang bersifat land
base agricultural ketersediaan lahan merupakan syarat mutlak atau keharusan

67

Universitas Sumatera Utara

untuk mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama dalam
perannya mewujudkan kebijakan pangan nasional, menyangkut terjaminnya
pangan (food availability), ketahanan pangan (food security), akses pangan (food
accessibility), kualitas pangan (food quality) dan keamanan pangan (food safety).
Lahan sawah memegang peranan penting dan strategis sebagai komponen
utama pembangunan di Kota Padang Panjang. Selain penghasil beras kota Padang
Panjang juga pemasok komuditas beras untuk daerah lain di Sumatera Barat dan

daerah provinsi tetangga seperti Riau, Jambi Bengkulu bahkan sampai ke daerah
Batam dan Jawa. Seperti yang dijelaskan oleh Staf Ahli Walikota Padang Panjang,
Irwansyah Tanjung, yaitu
“Padang Panjang adalah wilayah pengahasil beras yang cukup tinggi
disbanding wilayah lainnya di Sumatera Barat. Maka Padang Panjang juga
menjadi pemasok beras bagi daerah lain di Sumatera Barat. Contoh daerah
yang berada disekitar kota Padang panjang yang masih dalam lingkup
Sumbar, lalu daerah di luar provinsi seperti daerah Riau, Jambi, dan
bahkan beras kita sampai dikirim ke wilayah batam dan daerah Jawa.
Untuk daerah Jawa dapat menerima pasokan beras sekitar 2000 – 3000
ton. Sehingga beras kita cukup terkenal di daerah Jawa, beras kita sering
dikenal dengan nama beras gunung oleh daerah lain. ” 40

Ketersediaan Lahan pangan sanagatlah penting untuk terwujudnya
ketersediaan pangan daerah. Untuk kota Padang Panjang keterbatasan lahan ini
menjadi factor utama yang menjadi permasalahan ketersediaan pangan. Kota
Padang Panjang merupakan wilayah terkecil di Sumatera Barat yang hanya

40


Hasil wawancara dengan Staf Ahli Walikota Padang Panjang Bidang Ekonomi, pada Rabu 19
April 2017 Pukul 11.14 Wib

68

Universitas Sumatera Utara

memiliki 603 Ha lahan pertanian. Berikut ini merupakan penyebaran dan luas
lahan sawah di Kota Padang Panjang; 41
Tabel. Penyebaran dan Luas Sawah Kota Padang Panjang
No
Kelurahan
Luas (m2)
1
Koto Katiak
225.858,10
2
Ngalau
866.143,10
3

Ekor Lubuk
1.446.977,00
4
Guguk Malintang
192.476,20
5
Bukit Surungan
269.364,60
6
Silaing Bawah
108.120,00
7
Silaing Atas
19.356,78
8
Balai – Balai
10.328,16
9
Ganting
1.575.799,00

10
Sigando
920.915,70
11
Koto Panjang
226.816,60
12
Pasar Usang
18.263,52
13
Kampung Manggis
149.572,90
Total Luas
6.030.002,00
Sumber Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang

Luas (Ha)
22,586
86,614
144,698

19,248
26,937
10,812
1,936
1,033
157,580
92,092
22,682
1,826
14,957
603,000

Berdasarkan Perda Kota Padang Panjang No.2 Tahun 2013, terjadi peta
perubahan batas adminisi sesuai dengan usulan dari Pemerintah Kota Padang
Panjang, maka luas kawasan yang berkurang adalah ± 187,4 Ha yang dominan
berlokasi di bagian timur. Sedangkan luas kawasan yang bertambah adalah ± 1070
Ha yang dominan di baian utara dan selatan Kota Padang Panjang. Hasil validasi
lapangan yang dilakukan Dinas Pertanian Padang Panjang dan BPTP Sumatera
Barat diperoleh hasil pengukuran lahan sawah Kota Padang Panjang seluas
6.030.002,00 m2 atau 603 Ha. Berpedoman pada Perda No.2 Tahun 2013, luas

lahan sawah Kota Padang Panjang bertambah sesuai dengan perubahan batas
41

Dokumen Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang, Laporan Akhir Validasi Luas
Baku Lahan Sawah, Pemetaan Sebaran Lahan Sawah dan Penyusunan Rekomendasi Pemupukan
Lahan Sawah Spesifik Lokasi Kota Padang Panjang, Hal 18.

69

Universitas Sumatera Utara

administrasi tersebut adalah sekitar 166 Ha, sehingga secara keseluruhan luas
lahan sawah kota Padang Panjang adalah 769 Ha.
Namun demikian, dilapangan batas wilayah administrasi ini belum dapat
ditetapkan secara pasti. Untuk melakukan validasi terhadap pertambahan luas
lahan sawah itu diperlukan sosialisasi intensif dari pemerintah Kota Padang
Panjang kepada petugas kelurahan dan tokoh masyarakat. Kenyataan dilapangan
menunjukan bahwa perubahan batas wilayah administrasi ini belum diketahui oleh
petugas pendamping maupun tokoh masyarakat, sehingga luas sawah yang dapat
di validasi adalah 603 Ha.

3.2.2. Pola Kepemilikan Lahan
Tanah merupakan salah satu kebutuhan dalam penyelenggaraan hidup
manusia yang memiliki peranan yang sangat vital. Masyarakat Indonesia yang
bercorak hidup agraris menggantungkan hidup sepenuhnya pada tanah. Tanah
sebagai objek utama yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan kehidupan
agraria baik yang berbentuk pengadaan lahan pertanian maupun perkebunan.
Tanah juga menjadi landasan tolak ukur kesejahteraan dan kemapanaan bagi
masyarakat yang berdomisili di. Oleh karena itu tanah tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia karena dari semua kebutuhan manusia, tanah menjadi
kebutuhan pokok yang mendasar dan menjadi tempat bagi manusia menjalani
kehidupannya serta memperoleh sumber untuk melanjutkan hidupnya.

70

Universitas Sumatera Utara

Tanah dalam kehidupan manusia tidak saja mempunyai nilai ekonomis
dan kesejahteraan semata, akan tetapi menyangkut masalah-masalah sosial,
politik, budaya, dan juga terkandung aspek pertahanan dan keamanan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka dalam suasana pembangunan yang semakin
marak, kebutuhan akan tanah semakin meningkat sehingga dalam pemecahan
masalah seharusnya memperhatikan dan mengacu pada aturan perundangundangan yang berlaku.
Keberadaan petani dan lahan bagai dua sisi mata uang yang tak
terpisahkan. Jika baik dan bernilai positif di satu sisi maka berlaku pula untuk sisi
yang lain, begitu juga sebaliknya.

Hingga kini, lahan dan petani menjadi

permasalahan yang tak kunjung selesai. Secara spasial, permasalahan lahan
terjadi di semua tempat, begitu juga di Kota Padang Panjang. Kecenderungannya
sekarang ini, permasalahan lahan dan petani semakin kompleks, menyangkut
kultur dan struktur. Selain konflik, permasalahan lahan juga menyangkut
penguasaan, penggunaan, pengusahaan, pemilikan, pengelolaan, produktivitas dan
keberlanjutan.

Pola kepemilikan lahan sawah Kota Padang Panjang yang sebagian besar
adalah tanah ulayat yang dikuasai oleh pemuka adat. Adapun beberapa petani
yang memiliki lahan sendiri, yaitu hanya 0,3 Ha/orang. Jumlah tersebut sangat
sedikit dan tidak semua petani yang memiliki lahan sawahnya sendiri. Kondisi ini

71

Universitas Sumatera Utara

disampaikan oleh Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang, Ade
Navita Anas yaitu
“Petani kita dikuasai oleh pemilik lahan. Lahan di Padang Panjang
sangat terbatas dan sebagian besar dikuasai oleh Datuak dan Niniak
Mamak. Ada beberapa petani – petani kita yang memiliki lahan sawah
sendiri, itupun tidak banyak hanya sekitar 0,3 Ha/orang saja.” 42
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Ir. Edwin, SP , Mantan Wakil
Walikota Padang Panjang yang saat ini menjabat sebagai Anggota POKJA
(Kelompok Kerja) Ahli Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat yaitu
“Lahan pertanian untuk Kota Padang Panjang sebagian besar adalah
tanah ulayat. Apa yang ditanam oleh petani itu tergantung kemauan
pemilik lahan. Kita kan tahu bahwa apa yang petani tanam harus
menguntungkan bagi pemilik lahan. Misalnya saja pemilik lahan sawah
yang dia merasa tidak mendapat keuntungan lagi dari lahnnya, Lahan
sawahnya dirubah menjadi lahan untuk menanam cabe. Nah petani yang
bekerja dilahan pemilik tadi harus menuruti kemauan pemilik lahan.” 43
Pernyataan yang disampaikan oleh Ir. Edwin,SP dapat kita lihat
fenomena sosial bahwa Lahan pangan sangat dikuasai oleh pemilik lahan. Artinya
ada segelintir elite lokal yang menguasai sebagian besar lahan dikota Padang
Panjang. Mosca menyebutkan dalam masyarakat selalu terbentuk kelas yang
terbagi menjadi kelas yang memerintah dengan jumlah yang kecil dan memegang
semua fungsi politik, monopoli kekuasaan dan mampu mencapai tujuan-tujuan
keuntungannya dengan kekuasaan yang dimiliki, dan kelas yang diperintah
dengan jumlah yang lebih besar dan diatur serta dikontrol oleh kelas yang
memerintah.

42

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang pada Senin 17
April 2017 Pukul 10.40 WIB
43
Hasil wawancara dengan bapak Ir. Edwin, SP pada Senin 17 April 2017 Pukul 20.10 WIB

72

Universitas Sumatera Utara

Pemikir lain yang ikut mengklasifikasikan dan mendefenisikan elit adalah
Robert Michels yang mengemukakan tentang “hukum besi oligarki”, yakni
kecenderungan dominasi (penguasaan) oleh sekelompok kecil orang (minoritas).
Oligarki ini muncul dalam empat dimensi politik, yaitu, oligarki dari segi
organisasi, oligarki dalam kepemimpinan, oligarki dalam konteks hubungan
organisasi dengan rakyat, dan oligarki dalam kekuasaan pemerintahan.
Kondisi tersebut membawa dampak tidak saja terhadap status lahan yang
bersangkutan, akan tetapi juga dapat berpengaruh terhadap kondisi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat Kota Padang Panjang.
Adanya perubahan kepemilikan maupun penguasaan lahan bagi seorang
petani sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi keluarga petani
yang bersangkutan. Baik perubahan karena hilangnya hak penguasaan maupun
hak kepemilikan atas sebidang lahan atau munculnya hak kepemilikan maupun
hak penguasaan atas sebidang lahan. Hilang dan munculnya hak atas lahan dapat
saja melalui berbagai proses sehingga seseorang berhak atau tidak berhak atas
lahan yang bersangkutan. Proses tersebut dapat saja terjadi karena adanya
transaksi jual beli, transaksi pembagian waris, hibah atau transaksi lainnya seperti
bagi hasil, sewa, gadai atau numpang.

3.2.3. Faktor alih fungsi lahan / Pembanguan
Setiap tahun luas lahan pertanian di Kota Padang Panjang terus mengalami
penurunan akibat alih fungsi lahan. Diperkirakan lahan pertanian mengalami

73

Universitas Sumatera Utara

penyusutan rata-rata sebesar 6,6 Ha setiap tahun. Menurut data yang tercantum di
RTRW Kota Padang Panjang Tahun 2012-2032, pada tahun 2013 lahan sawah
yang tersisa berkisar pada angka 556 Ha. Sebagian besar diantaranya berada di
Kecamatan Padang Panjang Timur. Sedangkan di Kecamatan Padang Panjang
Barat, keberadaan lahan pertanian terutama sawah mulai hilang. 44
Pembangunan menjadi salah satu factor penyebab permasalahan
ketersediaan pangan di Kota Padang Panjang. Setiap tahun Kota Padang Panjang
mengalami alih fungsi lahan sawah. Kondisi itu terjadi akibat alih fungsi lahan
pertanian produktif menjadi pembangunan perumahan dan pertokoan. Hal ini di
jelaskan oleh Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang, Ade
Navita yaitu
“Dari total 700 hektare lahan pertanian di Kota Padang Panjang, semua
produktif. Kalau pun ada yang tidak hanya beberapa hektare saja. Beberapa tahun
terakhir, pembangunan fisik seperti perumahan dan bangunan lainnya terlihat
pesat di Kota Padang Panjang, sehingga mengakibatkan penyusutan lahan
pertanian masyarakat. Selain itu kurangnya perhatian masyarakat untuk
mempertahankan lahan agar tetap produktif juga berpotensi menyebabkan
penyusutan lahan. Apabila tidak dirawat, maka lahan pertanian itu menjadi lahan
tidur dan tidak dapat diolah lagi, yang pada akhirnya akan beralih fungsi,” 45

Artinya alih fungsi lahan ini terjadi juga diakibatkan oleh minimnya
perhatian dari petani/ massyarakat untuk mempertahankan agar lahan tetap
produkif. Akibatnya lahan yang tidak diperhatikan akan menjadi lahan tidur dan
tidak dapat diolah lagi.
3.2.4. Faktor Kebutuhan Petani
44

Lampiran RPJMD Kota Padang Panjang tahun 2013 – 2018, hal 87

45

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang pada Senin 17
April 2017 Pukul 10.40 WIB

74

Universitas Sumatera Utara

Selain tedapatnya lahan yang cukup untuk pertanian, terpenuhinya
kebutuhan petani juga merupakan hal penting untuk mencapai Ketersediaan
Pangan. Kebutuhan petani sangat beragam, hal ini juga tergantung factor keadaan
wilayahnya. Seperti Kota Padang Panjang, kebutuhan petani di Kota Padang
Panjang telah direspon oleh pemerintah khususnya Dinas Pangan dan Pertanian
melalui kegiatan penyuluhan untuk petani. Hal ini disampaikan oleh kepala Dinas
Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang, Ade Navita yaitu
“Dispangtan sudah menyiapkan program penyuluhan kepada petani –
petani kita guna meningkatkan kemampuan petani untuk memproduksi
padi, bagaimana melakukan kegiatan bertani berbasis teknologi misalnya,
program penyuluhan ini telah kami distribusikan kepada tim PPL
(penyuluh pertanian lapangan) kami di dua kecamatan Padang Panjang.” 46
Pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Dispangtan ini mendapat
kritikan dari bapak Ir.Edwin, SP, yaitu
“Petani – petani kita sebetulnya tidak perlu lagi diajari tentang
bagaimana cara bertani, dan bagaimana cara memakai teknologi pertanian.
Petani – petani kita lebih ahli dalam masalah itu karena mereka itu pelaku
lapangan yang setiap harinya berhadapan dengan langsung dengan kondisi
lapangan. Petani kita lebih membutuhkan fasilitator yang dapat
menyalurkan kebutuhan mereka kepada pemerintah. Kita punya PPL
(penyuluh pertanian lapangan) yang merupakan perwakilan dari
pemerintah, seharusnya dengan adanya PPL kebutuhan petani dapat
tersalurkan” 47
Selanjutnya berkaitan dengan kebutuhan petani Kota Padang Panjang,
ketua kelompok tani Lembuti II, Edi Busti menyampaikan yaitu
“Kami mengalami kendala alam setiap tahun, kami mendapat kesulitan
air karena sawah kami sangat bergantung pada air hujan. Sehingga kalau

46

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang pada Senin 17
April 2017 Pukul 10.40 WIB
47
Hasil wawancara dengan bapak Ir. Edwin, SP pada Senin 17 April 2017 Pukul 20.10 WIB

75

Universitas Sumatera Utara

musim kemarau kami kesulitan untuk mengairi sawah kami. Kami sangat
membutuhkan tadah hujan agar tidak kesulitan air lagi” 48
Dari beberapa pernyataan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
kebutuhan petani Kota Padang Panjang belum sepenuhnya terpenuhi. Petani Kota
Padang Panjang membutuhkan fasilitator yang dapat menyalurkan aspirasi
kebuthannya kepada pemerintah seperti petani yang membutuhkan tadah hujan.
Tadah hujan ini dibutuhakan oleh petani dimusim kemarau agar tidak lagi
kesulitan air.
3.2.5. Distribusi Raskin yang tidak tepat sasaran
Untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat, pemerintah
melakukan upaya melalui program raskin. Raskin ditujukan kepada rumah tangga
miskin yang tidak dapat mengakses pangan dikarenakan harga pangan tidak dapat
dijangkau. Untuk Kota Padang Panjang pada tahun 2015 terdapat 2.539 Kepala
Keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pangan. Artinya 2539 KK berhak
untuk mendapatkan raskin. Masing-masing keluarga miskin menerima beras
seberat 15 kilogram setiap bulannya dengan harga setelah disubsidi sebesar
Rp1.600 perkilogram.
Data dasarnya untuk penyaluran raskin ini diperoleh dari data survey BPS
pada tahun 2011 (PPLS 2011) 49. Artinya data yang digunakan adalah data 4 tahun
lalu yang tentunya tidak relevan lagi dengan kondisi tahun 2015. Akibatnya raskin

48

Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Lembuti II Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang
Panjang pada Selasa 18 April 2017 Pukul 11.36 WIB
49
Sumbar.antaranews.com. http://www.antarasumbar.com/berita/135156/padang-panjang-masih-terimaraskin-pada-2015/. Diakses pada tanggal 6juni 2017 pukul 23.16

76

Universitas Sumatera Utara

yang seharusnya diperuntukkan bagi Keluarga miskin tidak dapat di distribusikan
secara merata.

3.3. Peran Pemerintah Kota Padang Panjang
Pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi
secara kesulurahan tanpa melihat strata sosial atau ekonomi. Negara wajib
memenuhi dan menjamin kebutuhan pangan masyarakatnya. Karena tujuan
Negara yang dicaangkan oleh John Lokce adalah menjamin terpenuhinya hak
azasi setiap masyarakat untuk memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak
azasi manusia.yang tertuang dalam perjanjian masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan ketersediaan pangan, pemerintah Kota
Padang Panjang setidaknya menyiapkan beberapa program yaitu
3.3.1. Melakukan Penyuluhan pertanian melalui PPL (Penyuluh
Pertanian Lapangan) Kota dan Kecamatan
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) merupakan petugas dari Dinas
Pertanian kota/kabupaten yang diperbantukan untuk memberikan pengarahan,
pembinaan, dan penyuluhan di bidang pertanian dengan basis administrasi
kecamatan. Sebelum membina, Penyuluh Pertanian Lapangan perlu melakukan
pendekatan dengan memahami kemampuan kelompok maupun perorangan agar
materi yang disampaikan kepada petani dapat dicerna dengan baik oleh petani.
Selanjutnya diadopsi dengan baik agar petani senantiasa meningkatkan efisiensi

77

Universitas Sumatera Utara

usaha pertaniannya. Penyuluh Pertanian Lapangan dibekali kemampuan meliputi
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai pengajar.
Pemerintah Kota Padang Panjang melalui Dinas Pangan dan Pertanian
Kota Padang Panjang menugaskan PPL untuk melakukan pembinaan petani dan
mengawasi kegiatan pertanian. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Pangan dan
Pertanian, Ade Nafrita
“Kita terus melakukan penyuluhan kepada petani-petani agar SDM
petani kita meningkat, dalam penyuluhan kami berikan materi materi
terkait pengembangan pertanian organic dan sistem pertanian berbasis
teknologi. Program penyuluhan ini juga diharapkan mampu untuk
meningkatkan produktivitas pertanian kita. Bentuk penyuluhannya bisa
seperti pemberian benih padi, pupuk, pembuatan irigasi. Ini sudah menjadi
program wajib kita setiap tahun walau hasilnya selalu dibawah ekspetasi
karena petani tidak pernah mengikuti arahan kita.” 50
Pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Dispangtan ini mendapat
kritikan dari bapak Ir.Edwin, SP, yaitu
“Petani – petani kita sebetulnya tidak perlu lagi diajari tentang
bagaimana cara bertani, dan bagaimana cara memakai teknologi pertanian.
Petani – petani kita lebih ahli dalam masalah itu karena mereka itu pelaku
lapangan yang setiap harinya berhadapan dengan langsung dengan kondisi
lapangan. Petani kita lebih membutuhkan fasilitator yang dapat
menyalurkan kebutuhan mereka kepada pemerintah. Kita punya PPL
(penyuluh pertanian lapangan) yang merupakan perwakilan dari
pemerintah, seharusnya dengan adanya PPL kebutuhan petani dapat
tersalurkan” 51
Jika dilihat pernyataan dari Ir.Edwin fungsi PPL yang ditugaskan oleh
Dispangtan seharusnya menjadi fasilitator antara petani dan pemerintah.

Untuk

menjalankan fungsi Negara sebagai actor yang akan memenuhi kebutuhan

50

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang, pada
Senin 17 April 2017 pukul 10.40 wib
51

Hasil wawancara dengan bapak Ir. Edwin, SP pada Senin 17 April 2017 Pukul 20.10 WIB

78

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, Negara harus mengetahui terlebih dahulu masalah yang ada di
masyarakat. Secara teoritis David Easton menggambarkan permasalahan
masyarakat ini sebagai Input / tuntutan masyarakat kepada pemerintah. Input
merupakan salah satu komponen yang melekat pada teori Sistem Politiknya.
Lebih jauh Profesor Easton menjelaskan bahwa input-input berupa tuntutan saja
tidaklah memadai untuk keberlangsungan kerja suatu sistem politik. Maka untuk
tetap menjaga keberlangsungan fungsinya, sistem itu juga memerlukan suatu
energi yang berupa pandangan-pandangan yang dapat memajukan dan
memberikan rintangan terhadap sistem politik tersebut. Input tersebut disebut
dukungan. Jika kedua input itu sudah ada, maka sistem akan berjalan sesuai
skema dan akhirnya menghasilkan output. Output ini berupa keputusan dari
pemerintah atau biasa disebut kebijakan.

Skema Sistem Politik David Easton

3.3.2. Melakukan perbaikan jaringan irigasi
Pada tahun 2015 Kota Padang Panjang mendapat alokasi 1 unit perbaikan
jaringan irigasi (100ha) melalui Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (UPSUS

79

Universitas Sumatera Utara

PAJALE) dengan total nilai Rp.110.000.000,- di kelurahan Ngalau dan optimasi
lahan seluas 200 Ha dengan bantuan Rp.1.200.000,-/ha. 52 Upaya Khusus ini
merupakan program dari Presiden Jokowi untuk mencapai swasembada pangan
khusus pada 3 komoditi pangan yaitu padi, jagung dan kedelai melalui perbaikan
jaringan irigasi dan sarana pendukungnya. Dengan adanya kegiatan ini pemerintah
mengharapkan adanya peningkatan produksi pangan khususnya padi sehingga
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

3.3.3. Mengembangkan Pertanian Organik
Untuk meningkatkan produktivitas serta mutu panen Kota Padang Panjang
menerapkan pola pertanian organik. Pertanian organik khususnya beras Padang
Panjang di aplikasikan dalam sejumlah program seperti pola padi tanam sebatang
yang bisa meningkatkan hasil pertanian. Program ini dijelaskan oleh Kepala Dinas
Pangan dan Pertanian, Ade Navita yaitu
“Pertanian organik khususnya beras Padang Panjang di aplikasikan
dalam sejumlah program seperti pola padi tanam sebatang yang terbukti
bisa meningkatkan hasil pertanian. Dalam penerapan pola tanam padi
sebatang tersebut, umur benih yang disemai dari sembilan sampai 13 hari
dan dipindahkan kelahan pertanian yang nantinya bisa dipanen setelah
berumur 103 hari. Pola tanam petani sebatang ini akan terus
dikembangkan kepada petani sehingga bisa meningkatkan produksi gabah
kering panen (gkp) per tahun.” 53

52

Evaluasi Pelaksanaan Tahun II RPJMD Kota Padang Panjang 2013 – 2018, hal 87.

53

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang pada Senin 17
April 2017 Pukul 10.40 WIB

80

Universitas Sumatera Utara

3.3.4. Mendirikan Pustaka Tani
Program pustaka tani ini bertujuan untuk meningkatkan SDM petani di
Kota Padang Panjang. Program ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Padang Panjang, Ade Nafrita, yaitu
“Program Pustaka Petani bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petani. Program ini tentunya hasil koordinasi dengan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Padangpanjang. Dispangtan sendiri
telah memiliki buku tentang teknologi budidaya, pengolahan dan
pemasaran semua komiditi pertanian sekitar 900 buah buku serta dari eks
Kantor Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan sebanyak 467 buah
buku” 54

3.4. Analisis Kebijakan Kota Padang Panjang Tentang Ketersediaan Pangan
Tahun 2015
Kebijakan publik sudah sejak lama menjadi arena pengkajian bagi para
ahli dari bermacam macam ilmu sosial yang sengaja mengorientasikan diri pada
kebijakan (policy oriented) dan yang mempelajari atau menelitinya secara inter
disiplin (Interdisciplinary approach). Di lingkup Ilmu – Ilmu sosial sendiri
beragam disiplin, baik arah perbincangan maupun penelitiannya berorientasi pada
isu kebijakan tersebut. Misalnya, Ilmu Politik membicarakan dan menganalisis isu
kebijakan terttentu, kemudian tak lupa mengusung defenisi yang berbeda yang
sesuai dengan kebutuhan.
Pakar Inggris, W.I Jenkins, merumuskan kebijakan public sebagai berikut
Serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang actor
politik atau sekelompok actor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih
54

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang pada Senin 17
April 2017 Pukul 10.40 WIB

81

Universitas Sumatera Utara

beserta cara – cara untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan itu pada
prinsipnya masih berada dalam batas kewenangan kekuasaan dari actor
tersebut. 55
Dalam mencapai tujuan yang tercantum dalam visi misi daerah Kota
Padang Panjang membuat kebijakan yang berkaitan dengan persoalan pangan.
Kebijakan yang disahkan yaitu Perda No.2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah/RTRW Kota Padang Panjang. Selain itu dalam mencapai
ketersediaan pangan Kota Padang Panjang melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Koordinasi yang dimaksud adalah
menjalankan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No 3 Tahun 2015 tentang
Kemandirian Pangan. Hal ini dijelaskan oleh Staf Ahli Walikota Bidang Ekonomi,
Irwansyah Tanjung, yaitu
“Kota Padang Panjang mempunyai RTRW tahun 2013. RTRW itu salah satunya
berisi tentang kawasan pertanian yang dikembangkan untuk menjaga ketersediaan
pangan dan lahan Kota Padang Panjang. RTRW 2013 itu berlaku selama 10 tahun
dan RTRW itu dibuat untuk menjadi pedoman kami dalam memutuskan kebijakan
lainnya.” 56

3.4.1 Perda Kota Padang Panjang No.2 Tahun 2013 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah
Didalam Perda RTRW 2013 Pemerintah Kota Padang Panjang telah
mengatur beberapa hal strategis yang berkaitan dengan ketersediaan pangan.

55

Wahab, Prof. Dr. H. Solihin Abdul.2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan,
Bumi Aksara. hal.15

Jakarta:

56

Hasil wawancara dengan Staf Ahli Walikota Bidang Ekonomi, pada Rabu 19 April 2017
Pukul 11.14

82

Universitas Sumatera Utara

Dalam perda ini mencakup persoalan kawasan pertanian berkelanjutam, persoalan
kawasan irigasi, ketentuan intensitas bagunan pada kawasan pertanian. Secara
teoritis menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan kebijakan publik adalah
sebagai “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan – tujuan, niali – nilai,
da praktik praktik tertentu (aprojected of goals, values, and practices)”.
Penetepan kawasan pertanian ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan pangan
dan lahan di Kota Padang Panjang.
Perda RTRW 2013 ini berdampak langsung kepada luas lahan sawah di
Kota Padang Panjang. Adanya RTRW 2013 ini akan terjadi alih fungsi lahan
sawah kesektor lainnya yang ckup besar. Hal ini akan berdampak kepada
keberlanjutan swasembada beras dan perekonomian daerah. Maka pemerintah
Kota Padang Panjang melalui Dinas Pertanian melakukan validasi lahan sawah
sesuai dengan kenyataan ril dilapangan. Kamus Webster, merumuskan bahwa
istilah to implement (mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for
carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical
effect to (meinimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). 57
RTRW 2013 secara teoritis termasuk tipe kebijakan regulatif. Menurut
lowi Kebijakan regulatif merupakan kebijakan yang mengandung paksaan dan
akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya adalah bahwa
kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tidak
diperbolehkan.
57

Prof.Dr.H. Solichin Abdul Wahab, MA.2012. Analisis Kebijakan.(Jakarta:Bumi Aksara) Hal

135

83

Universitas Sumatera Utara

Bersadarkan RTRW 2013 ini, terjadi peta perubahan batas adminisi sesuai
dengan usulan dari Pemerintah Kota Padang Panjang, maka luas kawasan yang
berkurang adalah ± 187,4 Ha yang dominan berlokasi di bagian timur. Sedangkan
luas kawasan yang bertambah adalah ± 1070 Ha yang dominan di baian utara dan
selatan Kota Padang Panjang. Hasil validasi lapangan yang dilakukan Dinas
Pertanian Padang Panjang dan BPTP Sumatera Barat diperoleh hasil pengukuran
lahan sawah Kota Padang Panjang seluas 6.030.002,00 m2 atau 603 Ha.
Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa perubahan batas wilayah
administrasi ini belum diketahui oleh petugas pendamping maupun tokoh
masyarakat. Sementara masyarakat berhak mengetahui RTRW 2013 ini. Hal ini di
jelaskan dalam pasal 99 a Perda No 2 tahun 2013yaitu dalam kegiatan penataan
ruang wilayah masyarakat berhak untuk mngetahui secara terbuka Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota, rencana tata ruang kawasan dan rencana rinci tata ruang
kawasan. Kondisi ini terjadi akibat kurang nya sosialisasi kebijakan ini kepada
masyarakat.
Akibatnya terjadi alih fungsi lahan sawah. Diperkirakan lahan pertanian
mengalami penyusutan rata-rata sebesar 6,6 Ha setiap tahun. Menurut data yang
tercantum di RTRW Kota Padang Panjang Tahun 2012-2032, pada tahun 2013
lahan sawah yang tersisa berkisar pada angka 556 Ha. Sebagian besar diantaranya
berada di Kecamatan Padang Panjang Timur. Sedangkan di Kecamatan Padang
Panjang Barat, keberadaan lahan pertanian terutama sawah mulai hilang. 58

58

Lampiran RPJMD Kota Padang Panjang tahun 2013 – 2018, hal 87

84

Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Perda Provinsi Sumatera Barat No 3 Tahun 2015 tentang
Kemandirian Pangan
Perda Kemandirian pangan ini dibuat sebagai pedoman bagi pemerintah
daerah dan Kabupaten / Kota dalam hal ini Kota Padang Panjang untuk
melakukan pelayanan intensif kepada masyarakat untuk mewujudkan kemandirian
pangan. Salah satu poin dalam perda ini yaitu pengembangan produksi pangan
yang bertumpu pada budaya lokal. Hal ini dijelaskan dalam Perda Provinsi
Sumatera Barat No 3 Tahun 2015 tentang Kemandirian Pangan, pasal 8 ayat 3
yaitu untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mengembangkan Produks: Pangan yang bertumpu pada
sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;. Oleh karena itu pemerintah Sumbar
menurunkan kebijakan ini melalui sebuah Program Aksi Nagari Mandiri Pangan.
Dasar pertimbangan penetapan Nagari Mandiri Pangan ini dikarenakan
Adanya masyarakat yang kesulitan memperoleh asupan pangan dan gizi yang
cukup. Pada tahun 2015 terdapat 2000 KK dengan tingkat ekonomi rendah yang
kesulitan memperoleh asupan pangan. Jika kondisi ini terus terjadi akan terjadi
kerentanan pangan. Yaitu sebuah kondisi dimana masih terdapat rumah tangga
tidak dapat mengakses pangan guna mencukupi konsumsi keluarganya pada
kehidupan yang layak. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan keberdayaan
masyarakat miskin perdesaan/ nagari dalam mengelola dan memanfaatkan sumber

85

Universitas Sumatera Utara

daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian
pangan rumah tangga dan masyarakat.
Program Nagari Mandiri Pangan dijalankan oleh pemerintah kota Padang
Panjang dengan Twin Track Strategy yaitu membangun ekonomi berbasis
pertanian untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan,- dan memenuhi
pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui
pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung. Dalam implementasinya
Program Nagari Mandiri Pangan dibagi dalam 4 tahapan yaitu persiapan,
pengembangan, pertumbuhan, dan kemandirian. Secara teoritis Van dan Van Hom
merumuskan proses implementasi sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan
baik oleh individual/ pejabat –pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan 59. Artinya program Nagari Mandiri PAngan merupakan
sebuah implementasi dari Perda Provinsi Sumatera Barat No 3 Tahun 2015 atau
sebagai tindakan kolektif antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
mencapai tujuan kemandirian pangan.

59

Prof.Dr.H. Solichin Abdul Wahab, MA.2012. Analisis Kebijakan.(Jakarta:Bumi Aksara) Hal

135

86

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut
UU RI nomor 18 tahun 2012 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan
merupakan hak asasi bagi setiap individu di Indonesia. Oleh karena itu
terpenuhinya kebutuhan pangan di dalam suatu negara merupakan hal yang
mutlak harus dipenuhi. Persoalan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah juga diberi amanat oleh Undang –
Undang untuk menghadapi persoalan pangan nasional. Sistem ketahanan pangan
sudah didesentralisasikan keseluruh daerah otonom yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Peranan pusat hanya membuat kebijakan-kebijakan
strategis dan bersifat normatif, sedangkan implikasi teknis dilapangan diserahkan
ke pemerintah daerah.
Pada era otonomi daerah, peranan daerah otonom sangat penting untuk
meningkatkan stok pangan lokal. Daerah otonom harus mampu untuk
menyediakan stok pangan yang cukup bagi seluruh rakyatnya. Hal ini sangat
diperlukan untuk menunjang ketersediaan pangan sampai ketingkat rumah tangga
masyarakat.

87

Universitas Sumatera Utara

Menurut Undang Undang. No. 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.
Rumusan tersebut berbunyi sebagai berikut; Ketersediaan Pangan adalah kondisi
tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan
Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi
kebutuhan. Ruang lingkup ketersediaan pangan merupakan kerangka kerja sektor
pangan untuk menyediakan cakupan dan kecukupan sumberdaya pangan sesuai
kebutuhan. Sub-sistem ini mencakup usaha menggerakkan sektor-sektor
sumberdaya pangan seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
untuk menghasilkan bahan baku atau produk pangan. Kunci ketersediaan pangan
adalah menjamin kecukupan stok bahan baku pangan dan produk (industri)
pangan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang berusaha mengeksplorasi dan
memahami makna dari masalah sosial atau kemanusiaan. Mendapatkan hasil
maksimal penelitian ini melakukan beberapa wawancara langsung kepada
informan kunci sebagai data primer dan mengumpulkan data-data dari buku,
dokumen resmi, artikel dan lainnya sebagai data pendukung atau sekunder. Data
yang terkumpul akan dianalisis dengan cara deskriptif yaitu mengumpulkan
semua data yang didapatkan dari wawancara, observasi lapangan dan dokumendokumen kemudian dianalisis menggunakan teori negara dan kebijakan dan
terakhir hasil dari analisis tersebut akan ditarik kesimpulan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi beras Kota Padang
Panjang pada tahun 2015 sebesar 9481 ton. Produksi pangan ini mengalami

88

Universitas Sumatera Utara

peningkatan dari tahun tahun sebelumnya yang sempat mengalami penurunan
jumlah produksi. Seperti tahun 2012 ke tahun 2014 mengalami penurunan
produksi 1359 ton. Walaupun produksi pangan Kota Padang Panjang meningkat
pada tahun 2015, akan tetapi jumlah produksi itu tidak dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat Kota Padang Panjang secara keseluruhan. Pada tahun 2015
masih terdapat 2.539 Kepala Keluarga miskin yang tidak dapat mengakses
pangan. Pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi
secara kesulurahan tanpa melihat strata sosial atau ekonomi.
Selanjutnya ada masalah pokok yang berkaitan dengan ketersediaan
pangan di Koya Padang Panjang pada tahun 2015. Berdasarkan penelitian
dilapangan, peneliti menemukan lima masalah pokok yang berkaitan dengan
ketersediaan pangan 2015. Pertama faktor keterbatasan lahan. Kota Padang
Panjang merupakan wilayah terkecil di Sumatera Barat yang hanya memiliki 603
Ha lahan pertanian. Untuk kota Padang Panjang keterbatasan lahan ini menjadi
factor utama yang menjadi permasalahan ketersediaan pangan.
Kedua yaitu pola kepemilikan lahan. Lahan pertanian Kota Padang
Panjang sebagian besar dikuasai oleh elite lokal. Oleh karena itu keberlangsungan
lahan pertanian khususnya sawah ditentukan oleh elite lokal yang menguasai
lahan. Ketiga terjadunya alih fungsi lahan untuk pembangunan infrastruktur
daerah. Keempat permasalahan kebutuhan petani. Masih terdapat petani yang
kebutuhan bertaninya belum dipenuhi pemerintah. Seperti bapak Edi Busti yang
membutuhkan tadah hujan untuk sawahnya. Kelima adalah distribusi raskin yang

89

Universitas Sumatera Utara

tidak tepat sasaran. Tahun 2015 terdapat 2539 KK berhak untuk mendapatkan
raskin. Namun data dasar yang dirgunakan adalah data BPS tahun 2011. Data ini
sudah tidak relevan untuk kondisi 2015. Akibatnya raskin yang seharusnya
diperuntukkan bagi Keluarga miskin tidak dapat di distribusikan secara merata.
Sepanjang tahun 2015 berdasarkan penjelasan dari beberapa pejabat SKPD
Kota Padang Panjang terdapat 4 peran pemerintah yang khusus untuk masalah
ketersediaan pangan daerah. Pertama melakukan penyuluhan pertanian melalui
PPL Kota dan Kecamatan. Tujuan dari program ini adalah untuk membina petani
dan mengawasi kegiatan pertanian. Akan tetapi fungsi PPL seharusnya dapat
menjadi fasilitator yang menghubungkan petani dengan pemerintah. Dengan
adanya PPL tuntutan petani dapat tersampaikan kepada pemerintah.
Kedua melakukan perbaikan irigasi. Pada tahun 2015 Kota Padang
Panjang mendapat alokasi 1 unit perbaikan jaringan irigasi (100ha) melalui Upaya
Khusus

Padi

Jagung

Kedelai

(UPSUS

PAJALE)

dengan

total

nilai

Rp.110.000.000,- di kelurahan Ngalau dan optimasi lahan seluas 200 Ha dengan
bantuan Rp.1.200.000,-/ha. Tujuan kegiatan ini untuk peningkatan produksi
pangan khususnya padi sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ketiga mengembangkan pertanian organik. Tujuan program ini untuk
meningkatkan produktivitas serta mutu panen Kota Padang Panjang. Pertanian
organik khususnya beras Padang Panjang di aplikasikan dalam sejumlah program
seperti pola padi tanam sebatang. Akan tetapi tidak semua petani yang
menjalankan pola pertanian organik ini. Dari 17 kelompok tani di Kota Padang

90

Universitas Sumatera Utara

Panjang hanya 9 kelompok tani saja yang menjalankan program pertanian organic.
Hal ini disebabkan karena SDM petani yang belum

memadai. Keempat

mendirikan pustaka tani. Pustaka tani ini bertujuan untuk meningkatkan SDM
petani.
Selanjutnya untuk mempertahankan ketersedian pangan dan lahan
pertanian Peremerintah Kota Padang Panjang membuat regulasi kawasan
pertanian dalam Perda No.2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kebijakan ini berdampak pada luas lahan sawah di Kota Padang Panjang. Adanya
RTRW 2013 ini akan terjadi alih fungsi lahan sawah kesektor lainnya yang ckup
besar. Hal ini akan berdampak kepada keberlanjutan swasembada beras dan
perekonomian daerah. Maka pemerintah Kota Padang Panjang melalui Dinas
Pertanian melakukan validasi lahan sawah sesuai dengan kenyataan ril
dilapangan. Kamus Webster, merumuskan bahwa istilah to implement
(mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to
(meinimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). 60
Namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa perubahan batas
wilayah administrasi ini belum diketahui oleh masyarakat. Akibatnya terjadi alih
fungsi lahan sawah. Diperkirakan lahan pertanian mengalami penyusutan rata-rata
sebesar 6,6 Ha setiap tahun.

60

Prof.Dr.H. Solichin Abdul Wahab, MA.2012. Analisis Kebijakan.(Jakarta:Bumi Aksara) Hal

135

91

Universitas Sumatera Utara

Lalu Pemerintah kota Padang Panjang juga menerapkan Program Nagari
Mandiri Pangan yang merupakan bentuk implentadi dari Perda Provinsi Sumatera
Barat No 3 Tahun 2015. Latar Belakang penetapan Nagari Mandiri Pangan ini
dikarenakan Adanya masyarakat yang kesulitan memperoleh asupan pangan dan
gizi yang cukup. Pada tahun 2015 terdapat 2000 KK dengan tingkat ekonomi
rendah yang kesulitan memperoleh asupan pangan. Tujuan dari program ini untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin perdesaan/ nagari dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara
optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat.
4.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian
terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang Dalam Menjaga Stabilitas
Ketersediaan Pangan Tahun 2015, yaitu :
1. Pemerintah Kota Padang Panjang perlu mencanangkan sebuah kebijakan
khusus berkaitan dengan persoalan pangan.
2. Pemerintah Kota Padang Panjang perlu menerapkan strategi dan langkah –
langkah khusus untuk meminimalisir dampak negative dari persoalan
lahan pertanian yang terjadi di Kota Padang Panjang.
3. Pemerintah Kota Padang Panjang perlu untuk menjamin kesejahteraan
petani, saat ini kesejahteraan petani masih jauh dari perhatian pemerintah.
bahkan dalam pembuatan kebijakan petani harus tetap dilibatkan karena
petani menjadi aktor utama dalam produksi pangan.

92

Universitas Sumatera Utara

4. Tanah dan air sebagai alat produksi utama harus diberikan kepada petani.
Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten harus menghindari terjadinya
monopoli tanah dan air oleh satu orang atau satu kelompok, sebab hal itu
menciptakan ketidakadilan kepada masyarakat.

93

Universitas Sumatera Utara